Oftalmologi
MEDIKO made the med-easy!
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
1. Tajam penglihatan/visus
• Pasien duduk, jarak 5-6 meter menghadap kartu Snellen.
• Pasien diminta menutup mata kiri dengan telapak tangan (tanpa ditekan)
atau menggunakan occluder.
• Meminta pasien membaca huruf terbesar, terus turun hingga huruf
terkecil. Apabila salah <1/2 jumlah huruf dalam 1 baris, teruskan ke
bawah.
Contoh interpretasi : VOD 6/12 F2, VOS 6/6
• Apabila tidak dapat membaca huruf terbesar → hitung jari mulai dari 1 m,
maks 5 m → Interpretasi : … / 60
• Apabila tidak dapat menghitung jari jarak 1 m → lambaikan tangan,
pasien diminta mengatakan arah lambaian ke vertical/ horizontal →
Interpretasi : 1/300
• Apabila tidak dapat melihat lambaian tangan → pemeriksaan persepsi
cahaya, menanyakan apakah senter menyala dan dari arah mana.
Dapat membedakan gelap dan terang :
1/∞ LPB (tahu arah)/LPJ (tidak tahu arah)
Tidak dapat mengenali cahaya : visus 0 (NLP)
• Lakukan pemeriksaan pada mata lainnya.
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
2. Tekanan Intraokular
a. Digital / palpasi c. Tonometer Schiotz
- Posisi pasien tidur terlentang
- Tonometer ditera terlebih dahulu (jarum
menunjukkan angka 0)
- Bersihkan tonometer dengan kapas
alcohol
- Teteskan anestesi topikal (pantocain
Interpretasi : 0,5%) pada kedua mata
N -1, N -2, N -3 → TIO ↓ - Pemeriksaan pada mata kanan terlebih
N (normal) dahulu, pasien diminta memfiksasi
N +1, N +2, N +3 → TIO ↑ pandangan ke satu titik
- Letakkan tonometer dengan beban 5,5
b. Tonometer aplanasi pada kornea mata
- Apabila skala yang ditunjukkan jarum
tonometer ≤3, maka beban ditambah
- Pemeriksaan dilakukan 3x pada tiap mata
- Konversi hasil pada tabel
- Teteskan antibiotic topikal
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
3. Gerakan bola mata
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
4. Pemeriksaan segmen anterior
6. Konjungtiva
1. Supercilia
palpebra superior
10. Kornea
8. Konjungtiva bulbi
5. Palpebra 9. Sklera
4. Cilia inferior inferior
7. Konjungtiva
palpebra inferior
Menilai kedalaman COA
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
4. Pemeriksaan segmen anterior (urut dari luar ke dalam)
12. Iris
CARA PEMERIKSAAN :
Glandula Meibom
Merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi adalah
minyak (oil)
Glandula Zeis
Merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi adalah
minyak (oil)
Glandula Moll
merupakan modifikasi glandula
sudorifera, produk skekresi
adalah air (sweat)
MATA MERAH VISUS NORMAL
BLEFARITIS
ANTERIOR POSTERIOR
Disfungsi glandula
Bacterial Seborrhoeic
(Stafilokokal) meibom
Dry eye
MATA MERAH VISUS NORMAL
Blefaritis ulseratif/stafilokokal
Blefaritis seboroik/skuamosa
Krusta kekuningan pada dasar bulu mata, bila diusap
Penumpukan sisik putih pada bulu mata
biasanya meninggalkan keropeng atau ulkus yang mudah
dengan dasar hiperemis (tanpa ulkus).
berdarah.
Tatalaksana Seborroik
• Bersihkan sisik dengan sabun atau salep salisil 1%.
• Kompres hangat.
• Antibiotik topikal (eritromisin, basitrasin atau
gentamisin tetes mata)
Seboroik
Blefaritis ulseratif/stafilokokal
• Bersihkan krusta, kompres hangat
• Antibiotik topical (eritromisin, basitrasin atau
gentamisin 12x2 tetes hingga gejala membaik)
• Antibiotik oral (doksisiklin 1x100mg selama 2-4 minggu
atau azithromisin 1x500mg selama 5 hari)
Ulceratif
Blefaritis Posterior
TATALAKSANA
• Gangguan pada kelenjar Meibom. • Pemijatan kelopak mata
• Tanda : muara kelenjar Meibom • Antibiotik topical (eritromisin, basitrasin atau gentamisin
tampak prominen dengan sekresi 12x2 tetes hingga gejala membaik)
kental keputihan. • Antibiotik oral (tetrasiklin 1x1000mg dalam dosis
terbagi selama 6-12 minggu)
Blefaritis posterior
Gambaran hipertrofi pada
kelenjar meibom
Blefaritis anterior
Lebih ke gambaran
seborrhoic/terdapat krusta
kekuningan
HORDEOLUM VS KALAZION
Tatalaksana Hordeolum
• Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15
menit
• Jaga kebersihan kelopak mata
• Antibiotik topical (salep oxytetrasiklin 3x1; salep kloramfenikol 3x1;
tetes mata kloramfenikol 0,25%, antibiotik oral (eritromisin
2x500mg atau dikloksasilin 4x1 selama 3 hari)
• Insisi dan drainase abses
Tatalaksana Kalazion
• Konservatif
• Hordeolum interna : insisi vertical
• Injeksi intralesi steroid
• Hordeolum eksterna : insisi horizontal
(triamsinolon 40 mg/ml • Chalazion : Ekokleasi kalazion
sebanyak 0,10-0,20 ml)
• Ekokleasi kalazion
Contoh Penulisan Resep
Blefaritis Hordeolum
dr. X dr. X
Jl. X Jl. X
SIP. 1234 SIP. 1234
Semarang, … Agustus 2020 Semarang, … Agustus 2020
Pro : Tn. X
Usia : … tahun
REAKSI KONJUNGITIVA
• Reaksi Folikular : dari jaringan limfoid, pada
infeksi virus dan klamidia.
Papilar-
• Reaksi papilar : dari epitel konjungtiva, pada
Cobblestone infeksi bakteri dan vernal
MEMBRAN PSEUDOMEMBRAN
Eksudat bila dikelupas Eksudat bila dikelupas
BERDARAH tidak berdarah
Neisseria gonorrhea, EKC, konjungitivitis
difteri allergi
Sekret Mata
MUKOID MUKOPURULENT
Misalnya pada ALERGI Pada infeksi Chlamydia
PURULENT SEROSA
Misalnya pada infeksi berat Pada Infeksi VIRUS (disertai
dan GONORRHEA demam) dan IRITASI.
Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis Gonokokal
(N. Gonorrheae)
• Gejala : mata merah, sensasi benda asing, secret purulent berat,
hiperakut (12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan nll
preaurikular, pseumembran)
• Tatalaksana : Ceftriaxone 125 mg (neonates), 250 mg (dewasa) IM
SD, doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari.
Konjungtivitis Adenovirus
Konjungtivitis Herpes
Herpes zoster
• Simplex : lesi primer herpetik pada wajah dan palpebrae. yang membentuk
• Zooster : penyebaran lesi secara dermatomal. lesi dermatomal
• Tatalaksana : artificial tear, dan gejala sistemik, antiviral.
Contoh Penulisan Resep
Pro : Tn. X
Usia : … tahun
Konjungtivitis Alergi (Anamnesis)
Alergika sederhana
Konjungtivitis alergi non spesifik akut, ditandai dengan gatal, hiperemis hay fever, seasonal allergic
conjunctivitis dan perennial.
Keratoconjungtivits Vernal
Konjungtivitis alergika rekuren, kronik, bilateral, interstitial, self-limiting dengan insidensi musiman.
Keratoconjungtivits Atopi
Bentuk dewasa dari keratokonjungtivitis vernal. Lebih sering pada laki-laki muda dewasa, terdapat
keterlibatan jaringan periorbital.
Keratoconjungtivits Giant Papillary
Peradangan konjungtiva dengan pembentukan papilla berukuran besar yang diakibatkan respon alergi
local terhadap permukaan kasar atau deposit pada mata. (lensa kontak, prostetis, nilon)
Keratoconjungtivits Fliktenularis
Sebagai respon epitel kornea dan konjungtiva terhadap allergen endogen yang telah tersensitisasi.
Merupakan hipersensitivitas tipe IV (protein TBC, stafilokokus dsb)
A. Simple alergi : injeksi konjungtiva ODS, reaksi
papilar ringan.
B. Giant papillary : terdapat hipertrofi papila pada
palpebra superior.
A B
D
Tranta’s Dot
Contoh Penulisan Resep
TATALAKSANA Konjungtivitis Vernal
dr. X
• Hindari allergen Jl. X
• Vasokonstriktor seperti adrenalin, SIP. 1234
efedrin dan naphazoline. Semarang, … Agustus 2020
• Stabilizer sel mast → Sodium R/ Artificial tears ED fl. No I
kromoglikat 2% 1/2 tetes mata 4 kali S 6 dd gtt I OD/OS/ODS
per hari. R/ Fluorometholone 0,1% ED fl. No I
S 2 dd gtt I OD/OS/ODS
• Anti histamin : loratadine, cetirizine 1 R/ Cromolyn sodium 2% ED fl. No I
x 10 mg/hari. S 4 dd gtt I OD/OS/ODS
• Steroid topical → fluorometholone (0,1 R/ Cetirizine HCl 10 mg tab No VII
S 1 dd tab I
% drops 1-2 x per hari), prednisone,
dexamethasone, bethamethasone. Pro : Tn. X
Usia : … tahun
Kelainan Degeneratif Pada Mata
Terapi
Gambaran Klinis
•Terapi sesuai etiologi
Tampak pewarnaan merah homogen dengan
•Reassurance
batas tegas pada konjungtiva, darah akan
direabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari •Kompres dingin untuk menemkan titik
perdarahan, kompres hangat untuk membantu
reabsorbsi
EPISKLERITIS
• Peradangan rekuren jinak dari episklera termasuk kapsula Tenon tanpa keterlibatan sklera di bawahnya
• Etiologi : Berhubungan dengan gout, rosacea, dan psoriasis
Terapi
Gambaran Klinis • Vasokonstriktor topical seperti fenilefrin 2,5% →
pembuluh darah akan mengecil → fenil-efrin test (+)
• Mata merah oleh karena vasodilatasi • Kortikosteroid topical
• Nyeri ringan saat penekanan bola mata • Kompres dingin
• Sensasi benda asing
A B
Skleritis
• Peradangan kronik dari sklera
• Etiologi : sebagian besar kasus berhubungan dgn penyakit sistemik terutama rheumatoid arthritis
• Gambaran Klinis
• Mata merah gradual, nyeri sedang berat hingga kepala dan wajah yang seringkali membangunkan
pasien di pagi hari, fotofobia, lakrimasi
• Pembuluh darah tidak mengecil meskipun diberi vasokonstriktor seperti fenilefrin 2,5%
Klasifikasi :
• Endoftalmitis
• Trauma mekanis
• Trauma kimia
KERATITIS
Merupakan peradangan pada kornea
• Ulkus kornea → Diskontinuitas permukaan epitelium kornea
disertai dengan nekrosis jaringan kornea di sekitarnya
Manifestasi Klinis
• Mata merah, penurunan visus, nyeri, fotofobia, blefarospasme,
edema kornea, infiltrate seluler, dan injeksi siliar (perikornea)
Klasifikasi
• Berdasarkan Topografi atau Morfologi
• Ulcerative Keratitis (Corneal Ulcer)
• Non-ulcerative Keratitis
• Berdasarkan Etiologi
• Infective Keratitis (bakterial, viral, fungal, protozoal, chlamydial,
spirochaetal)
• Allergic Keratitis (fliktenularis, vernal, atopic)
• Trophic Keratitis (keratomalasia)
• Traumatic Keratitis
KERATITIS BAKTERIAL
Pseudomonas
A B
CARA PEMERIKSAAN :
- Mata ditetesi larutan Fluoresein 2 %
- Kemudian dibilas dengan NaCl fisiologis
- Dilihat menggunakan COBALT BLUE filter pada slit-lamp
INTERPRETASI :
- Warna kehijauan = defek (+)
Tes tambahan
KLASIFIKASI :
KLINIS
• Uveitis akut → durasi gejala 6
minggu → 3 bulan
• Uveitis kronik → durasi gejala
lebih dari 3 bulan
PATOLOGIS
• Uveitis supuratif
• Uveitis non-supuratif (Wood’s
Classification)
• Uveitis non-granulomatosa
• Uveitis granulomatosa
Uveitis Anterior
Tanda dan Gejala
Nyeri terutama saat malam hari, mata merah, fotofobia,blefarospasme, penurunan visus
1. Tanda kornea : edema palpebra, keratic presipitat, opasitas kornea bagian posterior.
2. Tanda chamber anterior : Aqueous cells, aqueous flare (Tyndal phenomenon), hipopion.
3. Iris signs : Perubahan pola normal dan warna iris, iris nodules (Koeppe’s nodules, Busacca’s nodules),
sinekia.
4. Pupil sign : Pupil Miosis
Komplikasi : Katarak, glaukoma sekunder
Edema
Palpebra,
hipopion dan
pupil miosis
Koeppe Busacca
Gambaran Klinis Granulomatosa Non-Granulomatosa
Penurunan visus, photopsia, sensasi bintik hitam melayang di depan mata, metamorphopsia dan scotoma
• Tanda : Opasitas vitreous, patch of choroiditis.
• Komplikasi : panuveitis, katarak
• Terapi
Non-spesifik
•Kortikosteroid topical dan sistemik
•Immunosupresan
Spesifik
•Terapi penyebab (toxoplasmosis, tuberculosis, sifilis)
Halo +/- - +
Anterior chamber Jernih Tidak jernih akibat keratic Tidak Jernih akibat edema
presipitat
Laser trabeculectomy
Trabeculopasty
Primary Close Angle Glaucoma
Peningkatan TIO oleh karena tertutupnya sudut iridocornealis sehingga menurunkan outflow aqueous
humour
Faktor Risiko
•Faktor anatomis → hipermetropia, bola mata kecil, konfigurasi iris plateau
•Faktor umum → usia, jenis kelamin (wanita:pria 4:1), musim, riwayat keluarga, ras
•Faktor presipitatus → pencahayaan gelap, stress emosional, penggunaan obat-obatan midriatikum (atropin,
siklopentolat)
Gejala : Nyeri mata, mual, muntah, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi
Tanda
•Palpebra → edema dan hiperemis
•Konjungtiva → kemosis, injeksi konjungtiva dan silier
•Kornea → edema
•Anterior chamber → dangkal
•Sudut iridokornealis → tertutup
•Pupil → semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
•IOP → meningkat secara akut
PENATALAKSANAAN
• GLAUKOMA AKUT : menurunkan TIO secepatnya dengan memberikan obat-obatan yang terdiri dari :
1. Acetazolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4x250 mg/hari.
2. KCl 0,5 gr 3x/hari
3. Timolol 0,5% 2x1 tetes/hari
4. Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotic 4-6 x 1 tetes sehari.
5. Terapi simptomatik
Rujuk segera ke dokter spesialis mata/pelayanan Kesehatan tingkat sekunder/tersier setelah diberikan
pertolongan tersebut.
dr. X
Jl. X
SIP. 1234
Semarang, … Agustus 2020
Pro : Tn. X
Usia : … tahun
Glaukoma Sekunder
NAMA ETIOLOGI KETERANGAN
Glaukoma fakolitik Krn ada material lensa yg keluar dr lensa (katarak Nyeri unilateral, visus LP atau NLP,
hipermatur) → menyumbat trabekula → TIO↑ fotofobia, nyrocos, katarak
matur/hipermatur, edema kornea,
Lens particle glaukoma Akibat adanya material lensa yang menyebabkan
cell and flare pd COA.
obstruksi → pada trauma
Glaukoma fakomorfik Katarak intumesen → menutup sudut → pupillary
block
Steroid induced Riwayat penggunaan steroid lama (terutama TIO meningkat, tanda-tanda POAG.
topikal, periokular, intravitreal) → TIO meningkat
krn aliran kurang lancar
Inflammatory open- Uveitis (anterior, intermediate, posterior, Nyeri, visus turun, fotofobia, TIO naik,
angle panuveitis), keratouveitis, post trauma, intraocular inflamasi pd COA.
surgery
ENDOPHTALMITIS
Peradangan struktur internal bola mata, yaitu jaringan uvea dan retina yang diikuti dengan terbentuknya eksudat di
dalam aqueous dan vitreous humor
Etiologi : Infective Endophthalmitis (tersering S. Epidermidis), Non-infective Endophthalmitis (peradangan oleh karena
substansi toksik)
Tanda
•Palpebra → edema dan hiperemis
•Konjungtiva → kemosis dan kongesti sirkumkornea
•Iris → edema dan berkabut
•Pupil → berwarna kekuningan akibat eksudasi pada vitreous
•Vitreous → eksudasi, tampak massa keputihan dibalik pupil yang terdilatasi (amaurotic cat’s-eye reflex)
•Gerakan bola mata → masih dapat digerakkan
• Antibiotik intravitreal
• First choice: Vancomycin 1 mg in 0.1 ml plus ceftazidime 2.25 mg in 0.1 ml
• Second choice: Vancomycin 1 mg in 0.1 ml + Amikacin 0.4 mg in 0.1 ml
• Kortikosteroid
• Sikloplegik
• Atropine 1% or should be instilled 3-4 x/day
• Antiglaukoma
• Oral acetazolamide (250 mg TDS) and timolol (0.5% BD)
• Vitrektomi
PANOPHTALMITIS
Peradangan purulent berat keseluruhan bola mata termasuk kapsula tenon.
Etiologi :
• Infeksi bakterial akut seperti pada endoftalmitis.
• Nyeri mata berat, nyeri kepala, penurunan visus berat (NLP), epifora, secret purulent.
Tanda :
• Palpebra → edema dan hiperemis.
• Konjungtiva → kemosis, injeksi siliar dan konjungtiva.
• TIO → sangat meningkat
• Gerakan bola mata → terbatas karena nyeri.
TATALAKSANA
•Antibiotik
•Kortikosteroid
•Eviscerasi
TRAUMA
HIFEMA TRAUMATIK
Pendarahan dalam Bilik Mata Depan (BMD) yang berasal dari pecahnya pembuluh darah pada iris atau
badan silier akibat rudapaksa tumpul.
Pro : Tn. X
Usia : … tahun
TRAUMA BOLA MATA
Merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam
atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut
Pemeriksaan Penunjang
• Kertas lakmus → cek pH berkala
• Slit lamp → cek bagian anterior mata dan lokasi luka
• Tonometri → cek IOP
• Funduskopi direk dan indirek
TRAUMA ASAM TRAUMA BASA
• Bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi • Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi
koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan proses saponifikasi
kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak • Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir
• Biasanya kerusakan hanya pada dengan kebutaan.
bagian superfisial saja. • Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
• Bahan kimia bersifat asam → asam sulfat, air accu, jaringan kolagen kornea.
asam sulfit, asam hidrklorida, zat pemutih, asam • Bahan kimia bersifat basa → NaOH, CaOH, amoniak,
asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida Freon/bahan pendingin lemari es, sabun, shampo,
kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih
dalam rumah tangga, soda kuat.
TATALAKSANA EMERGENSI Contoh Penulisan Resep
• Berikan anestesi local mata : pantocain 0,5%
Trauma Kimia
• Irigasi dengan aquadest steril, cairan dr. X
fisiologis, secara manual menggunakan spuit Jl. X
20 cc terutama daerah kornea hingga fornex SIP. 1234
superior dan inferior.
• Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing Semarang, … Agustus 2020
mata, bahan asam dilakukan ½ jam, bahan
basa irigasi selama 1 jam. R/ Sulfas Atropine 2% ED fl. No I
FARMAKOLOGIS S 1 dd gtt I OD/OS/ODS
• Sikloplegik jangka Panjang (atropine 2%) R/ Chloramphenicol 0,5% ED fl. No I
diberikan 1 tetes untuk mengurangi spasme Untuk S 4 dd gtt I OD/OS/ODS
iris dan mencegah sinekia anterior. Grade R/ Fluorometholone 0,1% ED fl. No I
• Antibiotik tetes mata untuk mencegah 3 dan 4 S 4 dd gtt I OD/OS/ODS
infeksi sekunder
• Untuk grade 3 dan 4 : dapat diberikan Pro : Tn. X
kortikosteroid tetes mata untuk mengurangi Usia : … tahun
inflamasi selama 2 minggu pertama.
MATA TENANG VISUS TURUN MENDADAK
Tigroid
Non Rhegmatogen Traction
Disebabkan tarikan retina ke dalam vitreous body
• Etiologi : Post trauma, diabetic retinopati proliferative,
retinopathy of prematurity, sickle cell retinopathy
• Manifestasi Klinis : Penurunan visus dan lapang pandang,
tampak adanya vitreoretinal bands.
Ablasio retina eksudatif
Conus Globus
Jenis miopia :
• Aksial → sumbu aksial mata lebih panjang dari normal.
• Kurvatura → kurvatura kornea/lensa lebih kuat dari
normal.
• Index → index bias mata lebih tinggi
KLASIFIKASI
• Miopia simplex : dimulai usia 7-9 tahun dan KLASIFIKASI
berhenti usia 20 tahun. • Myopia ringan : -0,25 sampai -3.00
• Miopia progresif → bertambah secara cepat • Myopia sedang : -3,25 sampai -6.00
(±4.0D/tahun) dan sering disertai perubahan • Myopia berat : -6,25 atau lebih
vitreoretinal.
Komplikasi
Lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus
terbaik, miopi tinggi diberikan pengurangan 2/3 koreksi
• Fuch Spot
penuh
• Lacquer crack
• Myopic crescent
• Tigroid fundus
• Strabismus
• Ablasio retina
HIPERMETROPIA
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di belakang retina.
Jenis hipermetropia :
• Aksial → sumbu aksial mata lebih pendek dari normal.
• Kurvatura → kurvatura kornea/lensa lebih lemah dari Keratoplana
normal.
• Index → index bias mata lebih rendah
KLASIFIKASI
• Hipermetropia ringan : +0,25 sampai +2.00
• Hipermetropia sedang : +2,25 sampai +5.00
• Hipermetropia berat : +5,25 atau lebih
Lensa sferis positif terbesar yg
memberi visus terbaik
Tanpa Dengan
Komponen Hipermetropia sikloplegik sikloplegik
Total hypermetropia is
the total amount of
refractive error, which is
estimated after
complete cycloplegia
with atropine
• Fakultatif hypermetropia : jumlah hypermetropia yang masih dapat dikoreksi dengan
akomodasi
• Absolute hypermetropia : jumlah yang tidak dapat dikoreksi oleh akomodasi
ASTIGMATISMA
Kelainan refraksi dimana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat
sinar sejajar yang masuk di mata lebih dari satu titik.
Klasifikasi etiologi
• Korneal → kurvatura yang tidak sama
• Lentikular → lensa Kristalina permukaan tidak
sama
• Total → campuran keduanya
CARA MUDAH
• Apabila S dan C memiliki tanda yang sama (kompositus).
• Apabila S dan C berlawanan tanda (mictus) namun S>C maka menjadi astigmatisma kompositus
X (X adalah komponen awal sferis, cth : apabila awal S+3 → hypermetropi)
Ambliopia
Keadaan dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai usia dan intelegensinya walaupun sudah
dikoreksi kelainan refraksinya.
KHAS
Mata yang apabila
dikoreksi lensa tidak
mencapai 6/6.
ETIOLOGI
• Anisometropia → suatu kondisi dimana terdapat perbedaan refraksi pada kedua mata
• Miopia : Selisih >3D
• Hipermetropia → Selisih >2D
• Astigmatisma → Selisih >2D
Maka untuk koreksi kacamata beda dioptric harus disesuaikan agar tidak terjadi amblyopia.
Presbiopia
Berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan meningkatnya umur. Terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga
lensa menjadi cembung.
Jaeger Chart Contoh penulisan resep kacamata
KATARAK
Merupakan kekeruhan pada lensa yang mengakibatkan adanya penurunan atau gangguan pada visus.
Kongenital (Rubella)
Jenis Katarak
Snowflake Morgagnian
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun
Stadium : Insipien, imatur, matur, hipermatur
Gejala : Distorsi penglihatan, penglihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mata tenang
Penyulit : glaukoma dan uveitis
Shadow Test
NUCLEAR
progresif perlahan, miopisasi (krn indeks refraksi
↑ dan sferisitas lensa), second sight (mampu
melihat dekat tanpa kacamata)
SUBCAPSULAR
Bisa anterior/posterior, ↓penglihatan saat
cahaya terang , ↓visus dekat> visus jauh
CORTICAL
bilateral, silau saat melihat sumber cahaya
Tatalaksana
Metode Cara Keterangan
• Indikasi → Katarak tak stabil,
menggembung, hipermatur,
Membuang kapsul secara
terluksasi
EKIK (ekstraksi katarak keseluruhan • Kontraindikasi
intrakapsular) • Absolut: anak, ruptur kapsul
krn trauma.
• Relatif: miop tinggi, marfan,
morgagni, vitrous ke COA
Membuang nukleus dan korteks Irisan kecil, risiko astigmat rendah,
EKEK (ekstraksi katarak melalui kapsul anterior lalu menanam tidak dapat pada pasien dengan zonula
ekstrakapsular) IOL lemah
Baik untuk sklerosis nukleus derajat 2
SICS (small incision cataract Irisan sangat kecil, hampir tidak butuh dan 3, subkapsular posterior, awal
surgery) jahitan kortikalis
Menggunakan ultrasonik untuk
EKEK + fakoemulsifikasi memecah nukleus danmengaspirasi
lensa
RETINOPATI DIABETIKA
Etiologi : diabetes, female sex, poor metabolic control, heredity, pregnancy, hypertension
Rule of NPDR
4
Microaneurisma 4 kuadran
2
Venous Beading 2 kuadran
1
IRMA di minimal 1 kuadran
RETINOPATI HIPERTENSI
Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi → arteri besar tidak teratur,
eskudat, edema retina, perdarahan pada retina.
Temuan funduskopi
• Akut → hard exudate, retinal edema, cotton wool, flame shaped, papilledema
• Kronik → AV-nicking, copper/silver wire/ghost vessel, macro aneurism, macular star.
Silver/copper wire
Silver/
Macular star copper
Penunjang dan Tatalaksana
Pemeriksaan rutin :
• Pemeriksaan tajam penglihatan
• Pemeriksaan fundus
• Pemeriksaan biomikroskopi
Pemeriksaan Penunjang :
• Foto fundus
• Fundus fluorescein angiography
Tatalaksana :
• Kontrol tekanan darah dan factor sistemik lain (konsultasi penyakit dalam)
• Bila keadaan lanjut terjadi perdarahan vitreous dapat dipertimbangkan vitrektomi.
Strabismus
Keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. Jenisnya sebagai berikut :
• HeteroTROPIA : (strabismus manifes) → kontrol fusi (-)
Penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana kedua penglihatan tidak berpotongan pada titik
fiksasi.
Esotropi
Eksotropi
Hipertropi
Ortofori
Hipotropi
Pemeriksaan sudut deviasi (Kualitatif)
Ortoforia Eksoforia
Ortoforia Hiperforia
Esoforia Hipoforia
Pemeriksaan sudut deviasi (Kuantitatif)
Hirchberg Test
Keratoconjungtivitis Sicca
• Kondisi permukaan kornea dan konjungtiva kering akibat
berkurangnya fungsi air mata
• Keluhan mata gatal, berpasir, silau, penglihatan kabur,
bisa terjadi erosi kornea.
• Tatalaksana : artificial tear + terapi etiologi (Sjogren
sindrom, keratitis dll)
dr. X
Jl. X
SIP. 1234
Pro : Tn. X
Usia : … tahun
ANEL TEST
• Uji patensi saluran lakrimalis dengan cara memasukkan jarum tumpul ke punctum lakrimal ke dalam
sakus lakrimal, kemudian larutan garam fisiologis disemprotkan.
• Tes Anel + bila ada rasa asin di tenggorokan dan Tes Anel – bila tidak ada asin (ada gangguan
patensi).