Anda di halaman 1dari 111

Kelon Persiapan Koas

Oftalmologi
MEDIKO made the med-easy!
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
1. Tajam penglihatan/visus
• Pasien duduk, jarak 5-6 meter menghadap kartu Snellen.
• Pasien diminta menutup mata kiri dengan telapak tangan (tanpa ditekan)
atau menggunakan occluder.
• Meminta pasien membaca huruf terbesar, terus turun hingga huruf
terkecil. Apabila salah <1/2 jumlah huruf dalam 1 baris, teruskan ke
bawah.
Contoh interpretasi : VOD 6/12 F2, VOS 6/6
• Apabila tidak dapat membaca huruf terbesar → hitung jari mulai dari 1 m,
maks 5 m → Interpretasi : … / 60
• Apabila tidak dapat menghitung jari jarak 1 m → lambaikan tangan,
pasien diminta mengatakan arah lambaian ke vertical/ horizontal →
Interpretasi : 1/300
• Apabila tidak dapat melihat lambaian tangan → pemeriksaan persepsi
cahaya, menanyakan apakah senter menyala dan dari arah mana.
Dapat membedakan gelap dan terang :
1/∞ LPB (tahu arah)/LPJ (tidak tahu arah)
Tidak dapat mengenali cahaya : visus 0 (NLP)
• Lakukan pemeriksaan pada mata lainnya.
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
2. Tekanan Intraokular
a. Digital / palpasi c. Tonometer Schiotz
- Posisi pasien tidur terlentang
- Tonometer ditera terlebih dahulu (jarum
menunjukkan angka 0)
- Bersihkan tonometer dengan kapas
alcohol
- Teteskan anestesi topikal (pantocain
Interpretasi : 0,5%) pada kedua mata
N -1, N -2, N -3 → TIO ↓ - Pemeriksaan pada mata kanan terlebih
N (normal) dahulu, pasien diminta memfiksasi
N +1, N +2, N +3 → TIO ↑ pandangan ke satu titik
- Letakkan tonometer dengan beban 5,5
b. Tonometer aplanasi pada kornea mata
- Apabila skala yang ditunjukkan jarum
tonometer ≤3, maka beban ditambah
- Pemeriksaan dilakukan 3x pada tiap mata
- Konversi hasil pada tabel
- Teteskan antibiotic topikal
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
3. Gerakan bola mata
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
4. Pemeriksaan segmen anterior

Slit-lamp Lup dan lampu senter


Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
4. Pemeriksaan segmen anterior (urut dari luar ke dalam)

6. Konjungtiva
1. Supercilia
palpebra superior
10. Kornea

11. Kamera Okuli


3. Palpebra Anterior
2. Cilia superior • Kedalaman
superior • Tyndall effect

8. Konjungtiva bulbi
5. Palpebra 9. Sklera
4. Cilia inferior inferior
7. Konjungtiva
palpebra inferior
Menilai kedalaman COA
Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
4. Pemeriksaan segmen anterior (urut dari luar ke dalam)

12. Iris

13. Pupil 14. Lensa


Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
5. Funduskopi

Oftalmoskop direk Oftalmoskop indirek


Pemeriksaan Fisik Oftalmologi
5. Funduskopi
PERSIAPAN PASIEN :
• Meneteskan midriatikum (tropicamide 1%), tunggu sampai pupil berdilatasi (kira-kira 15 menit)
• Informed consent bahwa setelah ditetes mydriatil pasien akan merasa silau dan kabur selama 4-6 jam

CARA PEMERIKSAAN :

• Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan


pemeriksa dan sebaliknya.
• Memeriksa fundus refleks kedua mata terlebih dahulu
dari jarak 30 cm
• Mendekatkan oftalmoskop sedekat mungkin dengan
mata pasien hingga bisa terlihat fundus
• Memeriksa papil N.II, vasa, retina, dan macula
• Saat pemeriksaan makula, pasien diminta melihat lampu
oftalmoskop untuk menilai refleks fovea.
Penilaian Funduskopi

• Papil N.II : bentuk, batas, warna, cup disc ratio (CDR)


• Vasa : Arteri vena ratio (AVR), spasme arteri, vena dilatasi dan berkelok, neovaskularisasi
• Retina : perdarahan (dot, blot, flamed shape), eksudat (soft/cotton wool spot, hard)
• Makula : refleks fovea
Kelenjar Pada Mata

Glandula Meibom
Merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi adalah
minyak (oil)

Glandula Zeis
Merupakan modifikasi glandula
sebasea, produk sekresi adalah
minyak (oil)

Glandula Moll
merupakan modifikasi glandula
sudorifera, produk skekresi
adalah air (sweat)
MATA MERAH VISUS NORMAL

BLEFARITIS

ANTERIOR POSTERIOR

Disfungsi glandula
Bacterial Seborrhoeic
(Stafilokokal) meibom

Chronic red eye

Dry eye
MATA MERAH VISUS NORMAL
Blefaritis ulseratif/stafilokokal
Blefaritis seboroik/skuamosa
Krusta kekuningan pada dasar bulu mata, bila diusap
Penumpukan sisik putih pada bulu mata
biasanya meninggalkan keropeng atau ulkus yang mudah
dengan dasar hiperemis (tanpa ulkus).
berdarah.

Tatalaksana Seborroik
• Bersihkan sisik dengan sabun atau salep salisil 1%.
• Kompres hangat.
• Antibiotik topikal (eritromisin, basitrasin atau
gentamisin tetes mata)
Seboroik
Blefaritis ulseratif/stafilokokal
• Bersihkan krusta, kompres hangat
• Antibiotik topical (eritromisin, basitrasin atau
gentamisin 12x2 tetes hingga gejala membaik)
• Antibiotik oral (doksisiklin 1x100mg selama 2-4 minggu
atau azithromisin 1x500mg selama 5 hari)
Ulceratif
Blefaritis Posterior

TATALAKSANA
• Gangguan pada kelenjar Meibom. • Pemijatan kelopak mata
• Tanda : muara kelenjar Meibom • Antibiotik topical (eritromisin, basitrasin atau gentamisin
tampak prominen dengan sekresi 12x2 tetes hingga gejala membaik)
kental keputihan. • Antibiotik oral (tetrasiklin 1x1000mg dalam dosis
terbagi selama 6-12 minggu)

Blefaritis posterior
Gambaran hipertrofi pada
kelenjar meibom

Blefaritis anterior
Lebih ke gambaran
seborrhoic/terdapat krusta
kekuningan
HORDEOLUM VS KALAZION
Tatalaksana Hordeolum
• Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15
menit
• Jaga kebersihan kelopak mata
• Antibiotik topical (salep oxytetrasiklin 3x1; salep kloramfenikol 3x1;
tetes mata kloramfenikol 0,25%, antibiotik oral (eritromisin
2x500mg atau dikloksasilin 4x1 selama 3 hari)
• Insisi dan drainase abses

Tatalaksana Kalazion
• Konservatif
• Hordeolum interna : insisi vertical
• Injeksi intralesi steroid
• Hordeolum eksterna : insisi horizontal
(triamsinolon 40 mg/ml • Chalazion : Ekokleasi kalazion
sebanyak 0,10-0,20 ml)
• Ekokleasi kalazion
Contoh Penulisan Resep

Blefaritis Hordeolum
dr. X dr. X
Jl. X Jl. X
SIP. 1234 SIP. 1234
Semarang, … Agustus 2020 Semarang, … Agustus 2020

R/ Gentamycin ED fl. No I R/ Chloramphenicol 1% eye ointment tube No I


S 12 gtt II OD/OS/ODS S 3ddue OD/OS/ODS
R/ Doksisiklin 100 mg tab No VII
S 1 dd tab I_____ Pro : Tn. X
R/ Artificial tears ED fl. No I Usia : … tahun
S 6 dd gtt I OD/OS/ODS

Pro : Tn. X
Usia : … tahun

*ED = Eye Drop


Konjungtivitis :

REAKSI KONJUNGITIVA
• Reaksi Folikular : dari jaringan limfoid, pada
infeksi virus dan klamidia.
Papilar-
• Reaksi papilar : dari epitel konjungtiva, pada
Cobblestone infeksi bakteri dan vernal

MEMBRAN PSEUDOMEMBRAN
Eksudat bila dikelupas Eksudat bila dikelupas
BERDARAH tidak berdarah
Neisseria gonorrhea, EKC, konjungitivitis
difteri allergi
Sekret Mata

MUKOID MUKOPURULENT
Misalnya pada ALERGI Pada infeksi Chlamydia

PURULENT SEROSA
Misalnya pada infeksi berat Pada Infeksi VIRUS (disertai
dan GONORRHEA demam) dan IRITASI.
Konjungtivitis Bakterial

Konjungtivitis Bakterial Akut


(S.aureus, S. epidermidis, H. Influenza)
• Gejala : mata merah, sensasi benda asing, sekret mukopurulen,
reaksi papiler, fotofobia apabila kornea terlibat.
• Tatalaksana : Salep kloramfenikol 3x1 selama 3 hari, tetes
kloramfenikol 6x1 tetes selama 3 hari.

Konjungtivitis Gonokokal
(N. Gonorrheae)
• Gejala : mata merah, sensasi benda asing, secret purulent berat,
hiperakut (12-24 jam), kemosis berat, pembengkakan nll
preaurikular, pseumembran)
• Tatalaksana : Ceftriaxone 125 mg (neonates), 250 mg (dewasa) IM
SD, doksisiklin 100 mg 2x1 selama 7 hari.
Konjungtivitis Adenovirus

• Epidemic Keratoconjunctivitis (EKC) : akibat adenovirus tipe 8


dan 19.
• Gejala sistemik : berupa demam tinggi, dapat terjadi keratitis,
reaksi folikuler, limfadenopati preaurikular, terdapat
pseudomembran, mata merah, unilateral.
• Tatalaksana : artificial tear, dan gejala sistemik

Konjungtivitis Herpes
Herpes zoster
• Simplex : lesi primer herpetik pada wajah dan palpebrae. yang membentuk
• Zooster : penyebaran lesi secara dermatomal. lesi dermatomal
• Tatalaksana : artificial tear, dan gejala sistemik, antiviral.
Contoh Penulisan Resep

Konjungtivitis Bakterial Konjungtivitis Viral


dr. X dr. X
Jl. X Jl. X
SIP. 1234 SIP. 1234
Semarang, … Agustus 2020 Semarang, … Agustus 2020

R/ Chloramphenicol 1% eye ointment tube No I R/ Artificial tears ED fl. No I


S 3ddue OD/OS/ODS S 6 dd gtt I OD/OS/ODS
R/ Vit C 500 mg tab No VII
Pro : Tn. X S 1dd tab I
Usia : … tahun R/ Paracetamol 500 mg tab No XXI
S 3dd tab I prn

Pro : Tn. X
Usia : … tahun
Konjungtivitis Alergi (Anamnesis)
Alergika sederhana
Konjungtivitis alergi non spesifik akut, ditandai dengan gatal, hiperemis hay fever, seasonal allergic
conjunctivitis dan perennial.
Keratoconjungtivits Vernal
Konjungtivitis alergika rekuren, kronik, bilateral, interstitial, self-limiting dengan insidensi musiman.
Keratoconjungtivits Atopi
Bentuk dewasa dari keratokonjungtivitis vernal. Lebih sering pada laki-laki muda dewasa, terdapat
keterlibatan jaringan periorbital.
Keratoconjungtivits Giant Papillary
Peradangan konjungtiva dengan pembentukan papilla berukuran besar yang diakibatkan respon alergi
local terhadap permukaan kasar atau deposit pada mata. (lensa kontak, prostetis, nilon)
Keratoconjungtivits Fliktenularis
Sebagai respon epitel kornea dan konjungtiva terhadap allergen endogen yang telah tersensitisasi.
Merupakan hipersensitivitas tipe IV (protein TBC, stafilokokus dsb)
A. Simple alergi : injeksi konjungtiva ODS, reaksi
papilar ringan.
B. Giant papillary : terdapat hipertrofi papila pada
palpebra superior.
A B

C. Konjungtivitis vernal : terdapat gambaran


cobblestone appearace dan tranta’s dot.
C

D. Konjungtivitis fliktenular : terdapat bintik


berwarna kekuningan pada sekitar sklera.

D
Tranta’s Dot
Contoh Penulisan Resep
TATALAKSANA Konjungtivitis Vernal
dr. X
• Hindari allergen Jl. X
• Vasokonstriktor seperti adrenalin, SIP. 1234
efedrin dan naphazoline. Semarang, … Agustus 2020
• Stabilizer sel mast → Sodium R/ Artificial tears ED fl. No I
kromoglikat 2% 1/2 tetes mata 4 kali S 6 dd gtt I OD/OS/ODS
per hari. R/ Fluorometholone 0,1% ED fl. No I
S 2 dd gtt I OD/OS/ODS
• Anti histamin : loratadine, cetirizine 1 R/ Cromolyn sodium 2% ED fl. No I
x 10 mg/hari. S 4 dd gtt I OD/OS/ODS
• Steroid topical → fluorometholone (0,1 R/ Cetirizine HCl 10 mg tab No VII
S 1 dd tab I
% drops 1-2 x per hari), prednisone,
dexamethasone, bethamethasone. Pro : Tn. X
Usia : … tahun
Kelainan Degeneratif Pada Mata

• Pertumbuhan jaringan fibrovaskuler


pada konjungtiva bersifat degeneratif
dan invasif.
• Etiologi : iritasi kronis karena debu,
cahaya matahari, udara panas.
• Keluhan : asimptomatik, mata iritatif,
merah, dapat terjadi astigmatisme. Derajat Pterigium
• Tes sonde (-) → ujung sonde tidak 1. Pterygium hanya terbatas pada limbus kornea.
kelihatan → pterigium. 2. Melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2
mm melewati kornea
3. Melebihi derajat dua tetapi tidak melebihi pupil
Tatalaksana : derajat 1 dan 2 konservatif, mata dalam keadaan cahaya.
derajat 3 dan 4 → eksisi pterigium 4. Sudah melewati pupil sehingga menggangu
penglihatan
PINGUECULA

• Kondisi degenerative konjungtiva yang ditandai


dengan pembentukan patch atau nodul
kekuningan pada konjungtiva bulbar dekat limbus.

• Etiologi : idiopatik, diduga merupakan proses


degenerasi kolagen konjungtiva. Tes sondase (+)

• Gambaran klinis : patch atau nodul kekuningan


bilateral dan stasioner dengan apex menjauh dari
kornea, terbentuk di sisi nasal terlebih dahulu
baru kemudian sisi temporal.

• Terapi : Konservatif, eksisi pinguekula.


Perdarahan Subkonjungtiva
Perdarahan pada subkonjungtiva atau ekimosis yang bervariasi mulai
dari perdarahan petekia kecil hingga menyebar secara ekstensif ke
seluruh konjungtiva bulbi.
•Trauma
•Inflamasi konjungtiva
•Kongesti vena akibat peningkatan tekanan mendadak
(pertussis, strangulasi atau kompresi leher)

Terapi
Gambaran Klinis
•Terapi sesuai etiologi
Tampak pewarnaan merah homogen dengan
•Reassurance
batas tegas pada konjungtiva, darah akan
direabsorbsi sempurna dalam 7-21 hari •Kompres dingin untuk menemkan titik
perdarahan, kompres hangat untuk membantu
reabsorbsi
EPISKLERITIS
• Peradangan rekuren jinak dari episklera termasuk kapsula Tenon tanpa keterlibatan sklera di bawahnya
• Etiologi : Berhubungan dengan gout, rosacea, dan psoriasis

Terapi
Gambaran Klinis • Vasokonstriktor topical seperti fenilefrin 2,5% →
pembuluh darah akan mengecil → fenil-efrin test (+)
• Mata merah oleh karena vasodilatasi • Kortikosteroid topical
• Nyeri ringan saat penekanan bola mata • Kompres dingin
• Sensasi benda asing

• Diffuse episcleritis → peradangan tersebar


maksimal 1 hingga 2 kuadran (A)
• Nodular episcleritis → nodul kemerahan
terletak sekitar 2-3mm dari limbus (B)

A B
Skleritis
• Peradangan kronik dari sklera
• Etiologi : sebagian besar kasus berhubungan dgn penyakit sistemik terutama rheumatoid arthritis
• Gambaran Klinis
• Mata merah gradual, nyeri sedang berat hingga kepala dan wajah yang seringkali membangunkan
pasien di pagi hari, fotofobia, lakrimasi
• Pembuluh darah tidak mengecil meskipun diberi vasokonstriktor seperti fenilefrin 2,5%

Klasifikasi :

• Skleritis Anterior (98%)


• Non-necrotizing Scleritis (85%) A B
• Diffuse (A)
• Nodular (B)
• Necrotizing Scleritis (13%)
• With inflammation (D)
• Without inflammation (C)
C D
MATA MERAH VISUS TURUN

• Keratitis : terdapat tanda pada kornea dan penurunan visus.

• Uveitis anterior : penurunan visus, disertai pupil miosis, hipopion

• Glaukoma akut : injeksi sklera, pupil mid-dilatasi, udem kornea

• Endoftalmitis

• Trauma mekanis

• Trauma kimia
KERATITIS
Merupakan peradangan pada kornea
• Ulkus kornea → Diskontinuitas permukaan epitelium kornea
disertai dengan nekrosis jaringan kornea di sekitarnya
Manifestasi Klinis
• Mata merah, penurunan visus, nyeri, fotofobia, blefarospasme,
edema kornea, infiltrate seluler, dan injeksi siliar (perikornea)
Klasifikasi
• Berdasarkan Topografi atau Morfologi
• Ulcerative Keratitis (Corneal Ulcer)
• Non-ulcerative Keratitis
• Berdasarkan Etiologi
• Infective Keratitis (bakterial, viral, fungal, protozoal, chlamydial,
spirochaetal)
• Allergic Keratitis (fliktenularis, vernal, atopic)
• Trophic Keratitis (keratomalasia)
• Traumatic Keratitis
KERATITIS BAKTERIAL

• Etiologi : Herpes Simplex Virus, varicella-Zoster Virus


• Faktor resiko : lensa kontak, Riwayat operasi kornea, trauma, benda asing.
• Sederhana : S. aureus, S. pneumonia → ulkus oval, warna putih batas tegas.
• Pseudomonas → ulkus berbentuk ireguler, eksudat mukopurulen hijau, batas tidak tegas, dapat
terjadi nekrosis liquefaksi.
• Tatalaksana : salep kloramfenikol 1% 3x1, salep eritromisin 0,5% 2-6 x1, salep ciprofloxacin 0.3%
3x1.

Pseudomonas

Pseudomonas khas pada


orang yang memakai
lensa kontak
S.pneumonia
KERATITIS VIRAL
• Etiologi : Herpes zoster, varicella zoster.
• Kontak dengan penderita, transmisi vertikal ibu dan neonates, imunosuppressan, Riwayat terinfeksi
VZV sebelumnya (chickenpox).
• Herpes simplex → tampak lesi vesicular di region periorbital, limfadenitis preaurikular, punctate,
epithelial keratitis, dendritic ulcer.
• Herpes Zooster → lesi awal vesicular, terdistribusi dermatomal, pseudodendritik ulcer, didahului
Hutchinson’s sign.
• Pada keduanya terdapat penurunan sensasi pada mata.
• Tatalaksana : Acyclovir : 5x400 mg 7 hari (simplex), 5x800 7-10 hari (zoster), Gel mata ganciclovir 0,15%
5x1 salep.
Herpes Zooster
• Dendrit dengan terminal
bulbs pada simplex,
sering ulkus.
• Zooster : pain, ptekial
hemorrhage, ulkus jarang.
Herpes Simplex
KERATITIS FUNGAL

• Etiologi : filamentous fungi (aspergillus fusarium, yeast (candida)


• Faktor resiko : trauma dengan material tanaman, ekor hewan, imunosupresan.
• Ulkus putih keabu-abuan dengan tepi meninggi, feathery finger-like extensions, lesi satelit kecil
multiple di sekitar lesi utama, dapat ditemui cincin kekuningan steril (pertemuan antara antigen
dengan antibody)
• Suspensi mata natamycin 5% 1 tetes per 2 jam, amphotericin B 1,5% 1 tetes per jam. .

A B

A. Keratitis Fungal : terdapat


gambaran lesi satelit.
B. Wesseley ring : cincin
kekuningan steril
FLUORESCEIN TEST
→ Untuk menilai ada tidaknya defek epitel kornea

CARA PEMERIKSAAN :
- Mata ditetesi larutan Fluoresein 2 %
- Kemudian dibilas dengan NaCl fisiologis
- Dilihat menggunakan COBALT BLUE filter pada slit-lamp

INTERPRETASI :
- Warna kehijauan = defek (+)
Tes tambahan

Waterfall Phenomenome Seidel dan Fluorescent Test


Contoh Penulisan Resep Keratitis

Bakterial Viral (HSV)


dr. X dr. X
Jl. X Jl. X
SIP. 1234 SIP. 1234
Semarang, … Agustus 2020 Semarang, … Agustus 2020

R/ R/ Chloramphenicol 1% eye ointment tube No I R/ Asiklovir 400 mg tab No XXXV


S 3ddue OD/OS/ODS S 5 dd tab I
R/ Ganciclovir 0,15% EO tube No I
Pro : Tn. X S 5 ddue OD/OS/ODS
Usia : … tahun
Pro : Tn. X
Usia : … tahun
UVEITIS

KLASIFIKASI :

KLINIS
• Uveitis akut → durasi gejala 6
minggu → 3 bulan
• Uveitis kronik → durasi gejala
lebih dari 3 bulan

PATOLOGIS
• Uveitis supuratif
• Uveitis non-supuratif (Wood’s
Classification)
• Uveitis non-granulomatosa
• Uveitis granulomatosa
Uveitis Anterior
Tanda dan Gejala
Nyeri terutama saat malam hari, mata merah, fotofobia,blefarospasme, penurunan visus
1. Tanda kornea : edema palpebra, keratic presipitat, opasitas kornea bagian posterior.
2. Tanda chamber anterior : Aqueous cells, aqueous flare (Tyndal phenomenon), hipopion.
3. Iris signs : Perubahan pola normal dan warna iris, iris nodules (Koeppe’s nodules, Busacca’s nodules),
sinekia.
4. Pupil sign : Pupil Miosis
Komplikasi : Katarak, glaukoma sekunder

Edema
Palpebra,
hipopion dan
pupil miosis
Koeppe Busacca
Gambaran Klinis Granulomatosa Non-Granulomatosa

Onset Perlahan dan insidious Akut

Keratic precipitate Mutton fat Small

Aqueous flare cell Mild/few cell Jumlah banyak

Nodul iris present Absent

Sinekiae posterior Thick dan broad base Thin and tenous

TB, sarcoidosis, sarkoplasma, Spondilitis ankilosa, ulseratif


Seen in
toxoplasma colitis, penyakit chron
Uveitis Posterior

Penurunan visus, photopsia, sensasi bintik hitam melayang di depan mata, metamorphopsia dan scotoma
• Tanda : Opasitas vitreous, patch of choroiditis.
• Komplikasi : panuveitis, katarak
• Terapi
Non-spesifik
•Kortikosteroid topical dan sistemik
•Immunosupresan
Spesifik
•Terapi penyebab (toxoplasmosis, tuberculosis, sifilis)

• Vitritis (cell, dan eksudat)


• Infiltrasi dan eksudasi retina
• Edema dari retina dan koroid
• Perdarahan retina
Tanda dan Gejala Konjungitivitis Akut Iridosiklitis Glaukoma Akut

Onset Perlahan Perlahan Tiba-tiba

Halo +/- - +
Anterior chamber Jernih Tidak jernih akibat keratic Tidak Jernih akibat edema
presipitat

Pupil Normal Miosis Midriasis

Iris Normal Berkabut Edema

TIO Normal Normal Meningkat

Conjunctivitis Iridosiklitis Glaukoma Akut


Perjalanan Humor Aquosus
Glaukoma
Kelompok penyakit neuropati optic progresif yang ditandai dengan adanya perubahan
spesifik pada diskus optikus dan defek lapang pandang irreversible yang seringkali namun
tidak selalu berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (IOP)
Perjalanan Humor Aquosus
Primary Open Angle Glaucoma
Peningkatan tekanan intraocular progresif lambat dengan sudut
terbuka yang disertai dengan cupping diskus optikus dan defek
lapang pandang. Hemianopsia
bitemporalis
• Gejala : nyeri kepala ringan, penurunan lapangan pandang
progresif kronik.
• Tanda
•Anterior chamber → normal, sudut terbuka
•Diskus optikus → atrofi, cupping (normal cup-disk ratio 0.3-
0.4), bayonetting sign Cup to disk ratio
•Lapang pandang → terjadi konstriksi lapang pandang >0,5 pada pasien
(Hemianopsia bitemporalis) glaucoma sudut
terbuka yang
Pemeriksaan Penunjang nantinya ber
•Tonometri mengukur IOP manifestasi
•Gonioskopi → melihat sudut iridokornealis sebagai
•Perimetri → melihat defek lapang pandang hemianopsia
bitemporal
PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG (TES KONFRONTASI)

Syarat : Lapang pandang pemeriksa harus normal


Cara pemeriksaan :
• Pasien menutup satu mata tanpa menekannya,
pemeriksa duduk tepat di depan pasien (± 1m) dan
sama tinggi dengan pasien.
• Apabila pasien menutup mata kanan, pemeriksa
menutup mata kiri, dan sebaliknya.
• Dengan perlahan, gerakkan pensil atau objek kecil
lainnya dari perifer ke arah tengah dari delapan
arah dan mintalah pasien memberi tanda tepat
ketika ia mulai melihat objek tersebut.
• Selama pemeriksaan, jagalah agar objek selalu
berjarak sama dari mata pemeriksa dan mata
penderita.
Terapi
• Prinsip Terapi
• Identifikasi target penurunan IOP → mild to moderate damage (16-18 mmHg), severe damage (12-14
mmHg)
• Single drug therapy
• Combination therapy
• Monitoring of therapy
• Surgical therapy
TATALAKSANA POAG
Kelas Obat Regimen Mekanisme Aksi
Menurunkan sekresi aqueous humour melalui stimulasi
• Timolol maleate 0.25%-0.5%; reseptor beta di prosesus siliaris
Beta Blocker
1- 2 kali/hari
• Betaxolol 0,25%; 2 kali/hari

• Pilocarpine 1, 2, 4% 3-4 kali/hari Meningkatkan outflow aqueous humour melalui kontraksi


musculus longitudinalis corpus ciliaris yang membuka
Parasympathomimetic Drugs trabecular meshwork

Prostaglandins • Latanoprost 0.005%; 1 kali/hari Meningkatkan uveoscleral outflow


(first drug of choice)
• Acetazolamide 250mg; 3-4 Menurunkan produksi melalui inhibisi enzim karbonik
Carbonic Anhidrase Inhibitor kali/hari anhidrase

• Epinephrine 0.5, 1, 2%; 2 Meningkatkan outflow Menurunkan sekresi aqueous


Sympathomimetic Drugs kali/hari humour.
Terapi Operatif

Laser trabeculectomy

Trabeculopasty
Primary Close Angle Glaucoma
Peningkatan TIO oleh karena tertutupnya sudut iridocornealis sehingga menurunkan outflow aqueous
humour
Faktor Risiko
•Faktor anatomis → hipermetropia, bola mata kecil, konfigurasi iris plateau
•Faktor umum → usia, jenis kelamin (wanita:pria 4:1), musim, riwayat keluarga, ras
•Faktor presipitatus → pencahayaan gelap, stress emosional, penggunaan obat-obatan midriatikum (atropin,
siklopentolat)
Gejala : Nyeri mata, mual, muntah, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi
Tanda
•Palpebra → edema dan hiperemis
•Konjungtiva → kemosis, injeksi konjungtiva dan silier
•Kornea → edema
•Anterior chamber → dangkal
•Sudut iridokornealis → tertutup
•Pupil → semi dilatasi, terfiksir, non-reaktif
•IOP → meningkat secara akut
PENATALAKSANAAN
• GLAUKOMA AKUT : menurunkan TIO secepatnya dengan memberikan obat-obatan yang terdiri dari :
1. Acetazolamid HCl 500 mg, dilanjutkan 4x250 mg/hari.
2. KCl 0,5 gr 3x/hari
3. Timolol 0,5% 2x1 tetes/hari
4. Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotic 4-6 x 1 tetes sehari.
5. Terapi simptomatik
Rujuk segera ke dokter spesialis mata/pelayanan Kesehatan tingkat sekunder/tersier setelah diberikan
pertolongan tersebut.

• GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP KRONIS


a. Bila sinekia anterior perifer (SAP) tidak luas, langsung Laser PI atau Bedah IP untuk membuka sudut
yang aposisi dan mencegah SAP bertambah luas kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan.
b. Bila sudut tertutup 75%, pada umumnya TIO masih tetap tinggi (<35 mmHg) yang menandakan
bahwa fungsi TM sudah terganggu akibat SAP sehingga obat-obat tidak dapat menolong, harus
dianjurkan dengan trabekulektomi bila perlu disertai anti metabolit.
Contoh Penulisan Resep Glaukoma Akut

dr. X
Jl. X
SIP. 1234
Semarang, … Agustus 2020

R/ Acetazolamide 250 mg tab No XXI


S 3 dd tab I
R/ KCl 250 mg tab No XXI
S 3 dd tab I
R/ Timolol maleat 0,5% fl. No I
S 2 dd gtt I OD/OS/ODS
R/ Prednisolon asetat 1% fl. No I
S 4 dd gtt I OD/OS/ODS

Pro : Tn. X
Usia : … tahun
Glaukoma Sekunder
NAMA ETIOLOGI KETERANGAN
Glaukoma fakolitik Krn ada material lensa yg keluar dr lensa (katarak Nyeri unilateral, visus LP atau NLP,
hipermatur) → menyumbat trabekula → TIO↑ fotofobia, nyrocos, katarak
matur/hipermatur, edema kornea,
Lens particle glaukoma Akibat adanya material lensa yang menyebabkan
cell and flare pd COA.
obstruksi → pada trauma
Glaukoma fakomorfik Katarak intumesen → menutup sudut → pupillary
block
Steroid induced Riwayat penggunaan steroid lama (terutama TIO meningkat, tanda-tanda POAG.
topikal, periokular, intravitreal) → TIO meningkat
krn aliran kurang lancar

Inflammatory open- Uveitis (anterior, intermediate, posterior, Nyeri, visus turun, fotofobia, TIO naik,
angle panuveitis), keratouveitis, post trauma, intraocular inflamasi pd COA.
surgery
ENDOPHTALMITIS
Peradangan struktur internal bola mata, yaitu jaringan uvea dan retina yang diikuti dengan terbentuknya eksudat di
dalam aqueous dan vitreous humor
Etiologi : Infective Endophthalmitis (tersering S. Epidermidis), Non-infective Endophthalmitis (peradangan oleh karena
substansi toksik)
Tanda
•Palpebra → edema dan hiperemis
•Konjungtiva → kemosis dan kongesti sirkumkornea
•Iris → edema dan berkabut
•Pupil → berwarna kekuningan akibat eksudasi pada vitreous
•Vitreous → eksudasi, tampak massa keputihan dibalik pupil yang terdilatasi (amaurotic cat’s-eye reflex)
•Gerakan bola mata → masih dapat digerakkan

Amaurotic cat eye reflex


Tatalaksana

• Antibiotik intravitreal
• First choice: Vancomycin 1 mg in 0.1 ml plus ceftazidime 2.25 mg in 0.1 ml
• Second choice: Vancomycin 1 mg in 0.1 ml + Amikacin 0.4 mg in 0.1 ml
• Kortikosteroid
• Sikloplegik
• Atropine 1% or should be instilled 3-4 x/day
• Antiglaukoma
• Oral acetazolamide (250 mg TDS) and timolol (0.5% BD)
• Vitrektomi
PANOPHTALMITIS
Peradangan purulent berat keseluruhan bola mata termasuk kapsula tenon.
Etiologi :
• Infeksi bakterial akut seperti pada endoftalmitis.
• Nyeri mata berat, nyeri kepala, penurunan visus berat (NLP), epifora, secret purulent.
Tanda :
• Palpebra → edema dan hiperemis.
• Konjungtiva → kemosis, injeksi siliar dan konjungtiva.
• TIO → sangat meningkat
• Gerakan bola mata → terbatas karena nyeri.

TATALAKSANA
•Antibiotik
•Kortikosteroid
•Eviscerasi
TRAUMA
HIFEMA TRAUMATIK

Pendarahan dalam Bilik Mata Depan (BMD) yang berasal dari pecahnya pembuluh darah pada iris atau
badan silier akibat rudapaksa tumpul.

Tanda dan Gejala

• Tajam penglihatan menurun


• Tekanan intraokuli (TIO) normal /
meningkat / menurun
• Bentuk pupil normal / midriasis /
lonjong (oftalmoplegi interna)
• Pelebaran pembuluh darah
perikornea Hifema Spontan
• Hifema (+) akibat rubeosis iridis
TATALAKSANA Contoh Penulisan Resep
• Monitoring TIO, tirah baring total posisi 30-45 derajat. Hifema Traumatika
• Sikloplegia → siklopentolat, skopolamin.
• Perdarahan terus → asam tranexamat dr. X
• Indikasi operasi : Jl. X
• Hifema lebih dari derajat 2 SIP. 1234
• Hifema yang tetap dan tidak berkurang lebih dari 5 hari. Semarang, … Agustus 2020
• Hemosiderosis endotel kornea
R/ Asam tranexamat 500 mg tab No IX
S 3 dd tab I
R/ Siklopentolat 1% ED fl. No I
S 2 dd gtt I OD/OS/ODS
Apabila R/ Acetazolamide 250 mg tab No XXI
terdapat S 3 dd tab I
Glaukoma R/ KCl 250 mg tab No XXI
sekunder S 3 dd tab I

Pro : Tn. X
Usia : … tahun
TRAUMA BOLA MATA
Merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam
atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut

Pemeriksaan Penunjang
• Kertas lakmus → cek pH berkala
• Slit lamp → cek bagian anterior mata dan lokasi luka
• Tonometri → cek IOP
• Funduskopi direk dan indirek
TRAUMA ASAM TRAUMA BASA
• Bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi • Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi
koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan proses saponifikasi
kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak • Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir
• Biasanya kerusakan hanya pada dengan kebutaan.
bagian superfisial saja. • Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
• Bahan kimia bersifat asam → asam sulfat, air accu, jaringan kolagen kornea.
asam sulfit, asam hidrklorida, zat pemutih, asam • Bahan kimia bersifat basa → NaOH, CaOH, amoniak,
asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida Freon/bahan pendingin lemari es, sabun, shampo,
kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih
dalam rumah tangga, soda kuat.
TATALAKSANA EMERGENSI Contoh Penulisan Resep
• Berikan anestesi local mata : pantocain 0,5%
Trauma Kimia
• Irigasi dengan aquadest steril, cairan dr. X
fisiologis, secara manual menggunakan spuit Jl. X
20 cc terutama daerah kornea hingga fornex SIP. 1234
superior dan inferior.
• Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing Semarang, … Agustus 2020
mata, bahan asam dilakukan ½ jam, bahan
basa irigasi selama 1 jam. R/ Sulfas Atropine 2% ED fl. No I
FARMAKOLOGIS S 1 dd gtt I OD/OS/ODS
• Sikloplegik jangka Panjang (atropine 2%) R/ Chloramphenicol 0,5% ED fl. No I
diberikan 1 tetes untuk mengurangi spasme Untuk S 4 dd gtt I OD/OS/ODS
iris dan mencegah sinekia anterior. Grade R/ Fluorometholone 0,1% ED fl. No I
• Antibiotik tetes mata untuk mencegah 3 dan 4 S 4 dd gtt I OD/OS/ODS
infeksi sekunder
• Untuk grade 3 dan 4 : dapat diberikan Pro : Tn. X
kortikosteroid tetes mata untuk mengurangi Usia : … tahun
inflamasi selama 2 minggu pertama.
MATA TENANG VISUS TURUN MENDADAK

Masalah Lensa Masalah Vitreous


Masalah Retina
Masalah N. Optikus
• Ablatio retina
• Subluksasi • Perdarahan • Neuritis optik
• Oklusi arteri retina
• Dislokasi vitreous • Papil oedema
• Oklusi vena retina
Gangguan Pada Retina

Rhegmatogen Non rhegmatogen


Traksional dan eksudatif
Tipe-Tipe Ablasio Retina
Ablasio retina rhegmatogen
Robekan pada retina menyebabkan cairan subretinal yg berasal dari synchitic vitreous masuk ke celah potensial dan
menyebabkan ablasio dari dalam
Faktor Risiko : Usia, jenis kelamin laki-laki, myopia, afakia, degenerasi retina, trauma
Manifestasi Klinis :Floater, fotopsia, defek lapang pandang tepi lalu menjadi sentral

Tigroid
Non Rhegmatogen Traction
Disebabkan tarikan retina ke dalam vitreous body
• Etiologi : Post trauma, diabetic retinopati proliferative,
retinopathy of prematurity, sickle cell retinopathy
• Manifestasi Klinis : Penurunan visus dan lapang pandang,
tampak adanya vitreoretinal bands.
Ablasio retina eksudatif

Disebabkan oleh timbunan cairan di celah potensial karena


ada kelainan pada lapisan epitel pigmen retina dan koroid
tanpa didahului robekan
ETIOLOGI
• Penyakit sistemik (hipertensi, poliarteritis nodosa)
• Penyakit mata (koroiditis, neoplasia)
MANIFESTASI KLINIS

• Penurunan visus atau lapang pandang tanpa floater dan


fotopsia, area yg detached berubah sesuai posisi (shifting
fluid)
Mata Tenang Visus Turun Perlahan
RETINA
• Retinopati
diabetika
GANGGUAN • Retinopati
REFRAKSI GLAUKOMA hipertensif
LENSA
• Myopia • Primary open • Retinitis
• Katarak
• Hypermetropia angle glaukoma pigmentosa
• Astigmatisma • Age related
macular
degeneration.
Gangguan Refraksi
Emetropia adalah kondisi mata normal, dimana kekuatan refraksi mata adalag +60D, +44 dari total didapat
dari kornea dan +16D didapat dari lensa Kristalina.
TERMINOLOGI DEFINISI

Anisometropia Perbedaan dioptric >2

Perbedaan mata kanan dan kiri, berupa myopia,


Antimetropia
hypermetropia dan campuran

Perbedaan ukuran gambar yang diterima oleh mata


Aniseikonia
kanan dan kiri.

Tidak terdapatnya lensa akibat operasi, luka terbuka


Afakia
mata, atau ulkus atau kelainan kongenital.

Pseudofakia Kondisi lensa mata diganti dengan lensa buatan


Gangguan Refraksi
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di depan retina.

Conus Globus
Jenis miopia :
• Aksial → sumbu aksial mata lebih panjang dari normal.
• Kurvatura → kurvatura kornea/lensa lebih kuat dari
normal.
• Index → index bias mata lebih tinggi

KLASIFIKASI
• Miopia simplex : dimulai usia 7-9 tahun dan KLASIFIKASI
berhenti usia 20 tahun. • Myopia ringan : -0,25 sampai -3.00
• Miopia progresif → bertambah secara cepat • Myopia sedang : -3,25 sampai -6.00
(±4.0D/tahun) dan sering disertai perubahan • Myopia berat : -6,25 atau lebih
vitreoretinal.
Komplikasi
Lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus
terbaik, miopi tinggi diberikan pengurangan 2/3 koreksi
• Fuch Spot
penuh
• Lacquer crack
• Myopic crescent
• Tigroid fundus
• Strabismus
• Ablasio retina
HIPERMETROPIA
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibias membentuk bayangan di belakang retina.

Jenis hipermetropia :
• Aksial → sumbu aksial mata lebih pendek dari normal.
• Kurvatura → kurvatura kornea/lensa lebih lemah dari Keratoplana
normal.
• Index → index bias mata lebih rendah

KLASIFIKASI
• Hipermetropia ringan : +0,25 sampai +2.00
• Hipermetropia sedang : +2,25 sampai +5.00
• Hipermetropia berat : +5,25 atau lebih
Lensa sferis positif terbesar yg
memberi visus terbaik
Tanpa Dengan
Komponen Hipermetropia sikloplegik sikloplegik

Total hypermetropia is
the total amount of
refractive error, which is
estimated after
complete cycloplegia
with atropine
• Fakultatif hypermetropia : jumlah hypermetropia yang masih dapat dikoreksi dengan
akomodasi
• Absolute hypermetropia : jumlah yang tidak dapat dikoreksi oleh akomodasi
ASTIGMATISMA
Kelainan refraksi dimana pembiasaan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat
sinar sejajar yang masuk di mata lebih dari satu titik.

Klasifikasi etiologi
• Korneal → kurvatura yang tidak sama
• Lentikular → lensa Kristalina permukaan tidak
sama
• Total → campuran keduanya

• Astigmatisma regular → selalu ada dua meridian yang tegak lurus


• With the rule → meridian vertical mempunyai daya bias terkuat.
• Against the rule → horizontal mempunyai daya bias terkuat, sering pada orang tua.
• Astigmatisma iregular → didapatkan titik fokus yang tidak beraturan. Diakibatkan dari
sikatriks, keratoconus, atau katarak imatur.
Simple astigmatisma → satu fokus di retina,
yang lainnya tidak pada retina
• Astigmatisma miopikus simplex (C-)
• Astigmatisma hipermetrop simplex (C+)

Compound astigmatisma → kedua meridian terletak


pada depan dan belakang retina.
• Miopikus kompositus (C-, S-)
• Hipermetrop kompositus (C+,S+)

Mixed astigmatisma → Satu titik di depan


satu titik di belakang, S dan C berlainan tanda
(+/-) dengan syarat C>S
Seorang laki-laki berusia 27 tahun datang dengan keluhan pandangan kabur pada kedua mata
saat melihat jauh. Dari hasil pemeriksaan didapatkan :
VOD S+1,00 C-0,50x165
VOS S+1,00 C+1,50x65 Prosedur transposisi
Diagnosis mata kanan? 1. S ditambah C
2. C dirubah tanda (+ jadi minus, dan
sebaliknya)
3. Axis :
• <90 ditambah 90
• >90 kurangi 90

CARA MUDAH
• Apabila S dan C memiliki tanda yang sama (kompositus).
• Apabila S dan C berlawanan tanda (mictus) namun S>C maka menjadi astigmatisma kompositus
X (X adalah komponen awal sferis, cth : apabila awal S+3 → hypermetropi)
Ambliopia
Keadaan dimana tajam penglihatan tidak mencapai optimal sesuai usia dan intelegensinya walaupun sudah
dikoreksi kelainan refraksinya.

KHAS
Mata yang apabila
dikoreksi lensa tidak
mencapai 6/6.

ETIOLOGI
• Anisometropia → suatu kondisi dimana terdapat perbedaan refraksi pada kedua mata
• Miopia : Selisih >3D
• Hipermetropia → Selisih >2D
• Astigmatisma → Selisih >2D
Maka untuk koreksi kacamata beda dioptric harus disesuaikan agar tidak terjadi amblyopia.
Presbiopia
Berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan meningkatnya umur. Terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga
lensa menjadi cembung.
Jaeger Chart Contoh penulisan resep kacamata
KATARAK
Merupakan kekeruhan pada lensa yang mengakibatkan adanya penurunan atau gangguan pada visus.

Kongenital (Rubella)
Jenis Katarak

• Acquired cataract (didapat) :


• Katarak senilis → paling sering nuclear.
• Katarak traumatic → bentuk lensa
stelata atau bintang.
• Katarak sekunder → kekeruhan kapsul
posterior pasca operasi katarak.
• Katarak komplikata → akibat penyakit
lain : DM sering menyebabkan katarak
subcapsular posterior.
Stelata Christmas tree

Snowflake Morgagnian
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun
Stadium : Insipien, imatur, matur, hipermatur
Gejala : Distorsi penglihatan, penglihatan kabur seperti berkabut atau berasap, mata tenang
Penyulit : glaukoma dan uveitis
Shadow Test
NUCLEAR
progresif perlahan, miopisasi (krn indeks refraksi
↑ dan sferisitas lensa), second sight (mampu
melihat dekat tanpa kacamata)

SUBCAPSULAR
Bisa anterior/posterior, ↓penglihatan saat
cahaya terang , ↓visus dekat> visus jauh

CORTICAL
bilateral, silau saat melihat sumber cahaya
Tatalaksana
Metode Cara Keterangan
• Indikasi → Katarak tak stabil,
menggembung, hipermatur,
Membuang kapsul secara
terluksasi
EKIK (ekstraksi katarak keseluruhan • Kontraindikasi
intrakapsular) • Absolut: anak, ruptur kapsul
krn trauma.
• Relatif: miop tinggi, marfan,
morgagni, vitrous ke COA
Membuang nukleus dan korteks Irisan kecil, risiko astigmat rendah,
EKEK (ekstraksi katarak melalui kapsul anterior lalu menanam tidak dapat pada pasien dengan zonula
ekstrakapsular) IOL lemah
Baik untuk sklerosis nukleus derajat 2
SICS (small incision cataract Irisan sangat kecil, hampir tidak butuh dan 3, subkapsular posterior, awal
surgery) jahitan kortikalis
Menggunakan ultrasonik untuk
EKEK + fakoemulsifikasi memecah nukleus danmengaspirasi
lensa
RETINOPATI DIABETIKA
Etiologi : diabetes, female sex, poor metabolic control, heredity, pregnancy, hypertension

Rule of NPDR

4
Microaneurisma 4 kuadran

2
Venous Beading 2 kuadran

1
IRMA di minimal 1 kuadran
RETINOPATI HIPERTENSI

Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi → arteri besar tidak teratur,
eskudat, edema retina, perdarahan pada retina.

Temuan funduskopi
• Akut → hard exudate, retinal edema, cotton wool, flame shaped, papilledema
• Kronik → AV-nicking, copper/silver wire/ghost vessel, macro aneurism, macular star.

Silver/copper wire

Silver/
Macular star copper
Penunjang dan Tatalaksana

Pemeriksaan rutin :
• Pemeriksaan tajam penglihatan
• Pemeriksaan fundus
• Pemeriksaan biomikroskopi
Pemeriksaan Penunjang :
• Foto fundus
• Fundus fluorescein angiography
Tatalaksana :
• Kontrol tekanan darah dan factor sistemik lain (konsultasi penyakit dalam)
• Bila keadaan lanjut terjadi perdarahan vitreous dapat dipertimbangkan vitrektomi.
Strabismus
Keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. Jenisnya sebagai berikut :
• HeteroTROPIA : (strabismus manifes) → kontrol fusi (-)
Penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana kedua penglihatan tidak berpotongan pada titik
fiksasi.

• HeteroFORIA (strabismus laten) → kontrol fusi (+)


Penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat diatasi dengan reflek fusi.
N. VI Rektus lateral Abduksi
Rektus medial Adduksi
Rektus superior Elevasi
Insikloduksi
Adduksi
Rektus inferior Depresi
N. III
Eksikloduksi
Adduksi
Oblique inferior Eksikloduksi
Elevasi
Abduksi
Oblique superior Insikloduksi
N. IV Depresi
Abduksi
Pemeriksaan sudut deviasi (Kualitatif)

Esotropi

Eksotropi

Hipertropi

Ortofori
Hipotropi
Pemeriksaan sudut deviasi (Kualitatif)

Ortoforia Eksoforia

Ortoforia Hiperforia

Esoforia Hipoforia
Pemeriksaan sudut deviasi (Kuantitatif)

Hirchberg Test
Keratoconjungtivitis Sicca
• Kondisi permukaan kornea dan konjungtiva kering akibat
berkurangnya fungsi air mata
• Keluhan mata gatal, berpasir, silau, penglihatan kabur,
bisa terjadi erosi kornea.
• Tatalaksana : artificial tear + terapi etiologi (Sjogren
sindrom, keratitis dll)

dr. X
Jl. X
SIP. 1234

Semarang, … Agustus 2020

R/ Artificial tears ED fl. No I


S 6 dd gtt I OD/OS/ODS

Pro : Tn. X
Usia : … tahun
ANEL TEST
• Uji patensi saluran lakrimalis dengan cara memasukkan jarum tumpul ke punctum lakrimal ke dalam
sakus lakrimal, kemudian larutan garam fisiologis disemprotkan.
• Tes Anel + bila ada rasa asin di tenggorokan dan Tes Anel – bila tidak ada asin (ada gangguan
patensi).

Anda mungkin juga menyukai