Anda di halaman 1dari 51

TEORI OSCE INFEKSI TROPIS

DIFUSI REVIEW EDISI 2022


DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Teori OSCE Infeksi Tropis

Demam Tifoid Gejala Klinis

• Minggu 1
o Suhu tubuh naik perlahan - lahan, bersifat step
ladder
o Bradikardi relatif
o Konstipasi atau diare
o Nyeri kepala
• Minggu 2
o Demam persisten (kontinu) namun tidak menggigil,
tidak responsif dengan antipiretik
o Rose spot : Lesi exanthem kecil berwarna bunga
rose biasanya pada dada bagian bawah dan
abdomen (lebih sering daerah umbilicus)
o Lidah kotor : Plak keputihan/kekuningan dengan tepi
eritem
o Nyeri abdomen non spesifik
o Diare berwarna kuning-kehijauan seperti pea soup
(akibat nekrosis dan purulen pada plak peyer), atau
obstipasi (akibat pembengkakan plak peyeri di
ileum)
o Gejala neurologis : Delirium, koma
• Minggu 3
o Sama seperti minggu 2, namun terdapat gejala
tambahan seperti hepatosplenomegali
o Risiko ulkus dan perforasi

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium
o Anemia
o Leukopenia atau leukositosis
o Gangguan fungsi hepar
• Deteksi patogen : Kultur (gold standard)
o Kultur darah : Minggu 1
o Kultur feses : Minggu 2
o Kultur urin Minggu 3
• Pemeriksaan serologis
o Tes Widal, positif jika :
▪ Titer O ≥ 1/320, atau
▪ Titer H ≥ 1/640, atau
▪ Kenaikan titer >4x dalam 7 - 10 hari
o Tes tubex
▪ Deteksi IgM O9 dari Salmonella typhi

1
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Positif jika ≥4

Tatalaksana

• Antibiotik
o First line pada anak : Chloramphenicol
▪ Dosis : 100 mg/kgBB/hari (oral atau IV)
dibagi 4 dosis selama 10 - 14 hari
▪ Tidak diberikan jika leukosit <2.000 karena
obat mensupresi sumsum tulang
o First line pada dewasa: Ciprofloxacin
▪ Dosis : 2 x 500 mg 1 minggu
o Antibiotik lainnya
▪ Ceftriaxon 2 - 4 gr/hari selama 3 - 5 hari
(anak 80 mg/kgBB/hari IM atau IV SD selama
5 hari)
▪ Ampisilin atau Amoksisilin 1,5 - 2 gr/hari
selama 7 - 10 hari
▪ Cefisime 20 mg/kgBB/hari PO dibagi menjadi
2 dosis selama 10 hari
▪ Tiamfenikol 4 x 500 mg/hari selama 5 - 7 hari
bebas demam (anak 50 mg/kgBB/hari)
• Non Farmakologis
o Tirah baring total
o Diet gizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori
dan protein, rendah serat

Malaria Etiologi

• Patogen
o Plasmodium falciparum
▪ Penyebab malaria falciparum hingga tertiana
maligna
o Plasmodium vivax
▪ Penyebab malaria tertiana (demam setiap 48
jam)
o Plasmodium Ovale
▪ Penyebab malaria tertiana (demam setiap 48
jam)
o Plasmodium malariae
▪ Penyebab malaria quartana (Demam setiap
72 jam)
o Plasmodium knowlesi
▪ Penyebab malaria quotidiana
• Vektor : Nyamuk Anopheles betina
• Host : Manusia
• Resistensi terhadap malaria :
o Sickle cell anemia

2
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Tidak adanya Duffy antigens


o Hemoglobinopati lainnya (thalasemia, HbC)

Gejala Klinis

• Keluhan :

o Demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai


sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau
pegal-pegal.
• Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
• Riwayat berkunjung atau tinggal pada daerah endemis
malaria.

Pemeriksaan Fisik

• Tanda Patognomonis
o Pada periode demam:
▪ Kulit terlihat memerah, teraba panas, suhu
tubuh meningkat dapat sampai di atas 400C
dan kulit kering.
▪ Pasien dapat juga terlihat pucat.
▪ Nadi teraba cepat
▪ Pernapasan cepat (takipneu)
o Pada periode dingin dan berkeringat:
▪ Kulit teraba dingin dan berkeringat.
▪ Nadi teraba cepat dan lemah.
▪ Pada kondisi tertentu bisa ditemukan
penurunan kesadaran.
• Kepala : Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir sianosis,
dan pada malaria serebral dapat ditemukan kaku kuduk.
• Toraks : Terlihat pernapasan cepat.
• Abdomen : Teraba pembesaran hepar dan limpa, dapat
juga ditemukan asites.
• Ginjal : Dapat ditemukan urin berwarna coklat kehitaman,
oligouri atau anuria.
• Ekstermitas : Akral teraba dingin merupakan tanda-tanda
menuju syok.

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan hapusan darah tebal dan tipis ditemukan


parasit Plasmodium.
• Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT).

3
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae


Ukuran Normal Lebih besar Lebih besar Normal/Kecil
eritrosit
Tanda Maurer spots Schuffner Schuffner Bintik Zieman
spesifik dots dots
Bentuk Bentung Bentuk Bentuk pita
stadium cicin (acide ameboid
trofozoitatau accole
ring)
Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk sferis
stadium pisang/ sosis/ sferis sferis
gametosit bulan sabit

Tatalaksana

Penyakit Regimen Terapi


Malaria • DHP 3 hari + Primakuin 1 hari
Falciparum o Dosis primakuin : 0,25 mg/kgBB

Malaria • DHP 3 hari + Primakuin 14 hari


Vivax/Ovale o Dosis primakuin : 0,25 mg/kgBB

4
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Jika relaps : 0,5 mg/kgBB

Malaria Malariae • DHP 3 hari

Malaria pada • Trimester 1


Ibu Hamil o Kina tablet 3 x 10 mg/kgBB +
Klindamisin 10 mg/kgBB 7 hari
• Trimester 2 – 3
o DHP 3 hari

Malaria Berat • Artesunat IV 2,4 mg/kgBB


• Artemeter IM 3,2 mg/kgBB

• DHP adalah FDC yang mengandung 40 mg


Dihidroartermisinin dan 320 mg Piperakuin
o Dosis :
▪ BB <4 kg (0 - 1 bulan) : 1/3 tablet
▪ BB 4 - 10 kg (2 - 11 bulan) : 1/2 tablet
▪ BB 11 - 17 kg (1 - 4 tahun) : 1 tablet
▪ BB 18 - 30 kg (5 - 9 tahun) : 1,5 tablet
▪ BB 31 - 40 kg (10 - 14 tahun) : 2 tablet
▪ BB 41 - 59 kg : 3 tablet
▪ BB ≥60 kg : 4 tablet

Kemoprofilaksis

• Sensitif klorokuin
o Klorokuin 2 tab/minggu
▪ 1 minggu sebelum pergi, selama pergi, dan 4
minggu setelah kembali
• Resisten klorokuin
o Doksisiklin 100 mg 1x1 per hari
▪ 1-2 hari sebelum pergi, selama, dan 4
minggu setelah kembali
▪ Kontraindikasi ibu hamil dan anak <8 tahun
▪ Tidak boleh diberikan >6 bulan
o Mefloquine 250 mg 1 tab/minggu
▪ 2 minggu sebelum, selama, dan 4 minggu
setelah pulang
▪ Lini pertama ibu hamil
o Atovaquon 250 mg dan Proguanil 100 mg 1 tab per
hari
▪ 1-2 hari sebelum pergi hingga 7 hari setelah
pulang

5
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Leptospirosis Manifestasi Klinis

• Fase leptospiremia / Anikterik / Leptospirosis ringan


o Nyeri kepala daerah frontal
o Nyeri otot betis, paha, pinggang terutama saat
ditekan
o Demam tinggi, Menggigil, Mual, Diare
o Penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat dan
fotofobia -> Meningitis aseptik
o Rash, Urtikaria kulit
o Splenomegali, hepatomegali, dan limfadenopati.
• Fase imun (Weil disease / Leptospirosis icterohemorrhagic)
/ Leptospirosis Berat
o Demam hingga 40°C, Mengigil
o Perdarahan paling jelas saat fase ikterik
▪ Purpura, Petekie, Epistaksis
▪ Perdarahan gusi
▪ Hemoptisis
▪ Conjuntival injection dan conjungtival
suffusion dengan ikterus merupakan tanda
patognomonik untuk leptospirosis berat /
Weils Disease
o Gangguan hati, ginjal dan jantung

Diagnosis

• Pemeriksaan mikroskopis lapangan gelap


o Sampel : Urin atau darah
o Terlihat spirochaera Leptospira yang tipid
• Pemeriksaan serologis
o Titer IgM leptospira meningkat 4x
o Microscropic Agglutination Test (MAT)
▪ Sampel : Serum
▪ Positif 1 minggu setelah onset
• Pemeriksaan PCR : Deteksi DNA leptospira
• Kultur
o Medium : Fletcher medium
o Hanya positif pada fase bakteremia
• Pemeriksaan fungsi ginjal : Peningkatan BUN pada Weil
Disease
• Pemeriksaan fungsi hati : Peningkatan AST/ALT

Tatalaksana

• Leptospirosis ringan
o Pilihan : Doksisiklin 2 x 100 mg 7 hari
▪ Kontraindikasi pada anak dan ibu hamil
o Alternatif (bila tidak dapat diberikan doksisiklin)

6
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Amoksisilin 3 x 500 mg/hari pada orang



dewasa
▪ Anak : 10 - 20 mg/kgBB/8 jam selama
7 hari
▪ Bila alergi amoksisilin dapat diberikan
makrolida
• Leptospirosis berat
o Ceftriaxon 1 - 2 gr IV 7 hari
o Penisilin Prokain 1,5 juta U IM/6 jam 7 hari
o Ampisilin 4 x 1 gr IV/hari 7 hari
• Profilaksis
o Doksisiklin oral 200 mg per minggu

Demam Dengue Klasifikasi

• Dengue Fever (DF) :


o Demam dengan minimal 2 gejala : Sakit kepala,
Nyeri retroorbital, Mialgia, Athralgia, Ruam,
Manifestasi perdarahan
o Tidak ada manifestasi kebocoran plasma;
o Laboratorium : leukosit ≤5000, trombosit ≤ 150.000,
Peningkatan hematokrit 5% - 10%
• DHF grade 1
o Demam dengan manifestasi perdarahan (Uji torniket
(+))
o Ada kebocoran plasma (efusi pleura, asites,
hipoproteinemia)
o Laboratorium : trombosit < 100.000, Hematokrit
meningkat ≥20%
• DHF grade 2
o Grade I + perdarahan spontan (epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, melena)
o Laboratorium trombosit < 100.000, Hematokrit
meningkat ≥20%
• DHF grade 3
o Grade I dan II + kegagalan sirkulasi (nadi lemah,
tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi)
o Laboratorium trombosit < 100.000, Hematokrit
meningkat ≥20%
• DHF grade 4
o Grade III dengan nadi dan tekanan darah tidak
teraba
o Laboratorium : trombosit < 100.000, Hematokrit
meningkat ≥20%

Manifestasi Klinis

7
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Manifestasi Klinis :
o Demam tinggi mendadak, terus menerus
o Manifestasi perdarahan : bintik-bintik merah pada
kulit, mimisan, gusi berdarah, hematemesis,
melena, hematokezia
o Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri
retroorbita
o Gejala GI : mual, muntah, nyeri perut
o Gejala lokal : nyeri menelan, batuk, pilek
• Pemeriksaan Fisik :
o Suhu ≥37,5
o Petekie, ekimosis, purpura
o Rumple leede (+)
o Perdarahan mukosa
o Hepatomegali, Splenomegali

Pemeriksaan Penunjang

• Darah perifer lengkap :


o Trombositopenia (<100.000)
o Kebocoran plasma : peningkatan Ht ≥20%,
ditemukan plasma leakage seperti efusi pleura,
ascites, hipoalbuminemia, hipoproteinemia
o Leukopenia (<4.000)
• Serologi Dengue yaitu
o NS1 : Diperiksa dalam onset 3 hari pertama
o IgM, IgG anti dengue : Diperiksa setelah hari ke-5
demam

Tatalaksana

• Non Farmakologi
o DHF grade I, II : Cairan kristaloid (lebih baik ringer
asetat karena tidak membebani hepar)
▪ Terapi awal : 6 - 7 cc/kgBB/jam
▪ Perbaikan : Turunkan menjadi 5
mg/kgBB/jam -> 3 mg/kgBB/jam ->
Dihentikan dalam 24 - 48 jam
▪ Tidak membaik : Naikkan menjadi 10
mg/kgBB/jam -> 15 mg/kgBB/jam
▪ Dosis pada anak
▪ BB <15 kg : 7 ml/kgBB/jam
▪ BB 15 - 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
▪ BB >40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o DHF grade III dan IV
▪ O2 2 - 4 L/menit
▪ Kristaloid 20 ml/kgBB/jam dalam 30 menit.

8
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Jika ada perbaikan, cairan diturunkan


menjadi 10 ml/kgBB/jam
▪ Jika tidak ada perbaikan,
pertimbangkan koloid atau transfusi
WB atau PRC
• Farmakologi
o Terapi simptomatik : analgetik, antipiretik
▪ Paracetamol 3 x 500 mg

Veruka Vulgaris Patogen : HPV tipe 2 dan 4

Gejala Klinis

• Lesi berbentuk papul atau plak


o Sewarna dengan kulit
o Biasanya lunak dengan permukaan yang kasar
o Lokasi tersering : Siku, lutut, jari dan/atau telapak
tangan
• Biasanya asimptomatik, namun dapat menyebabkan rasa
gatal -> menggaruk -> perdarahan

Subtipe Verruca

• Verruca plantaris
o Patogen : HPV tipe 1
o Gejala klinis :
▪ Lesi hiperkeratorik pada telapak kaki
▪ Tumbuh ke dalam dan menyebabkan nyeri
saat berjalan
• Verruca Plana
o Patogen : HPV tipe 3 dan 10
o Gejala klinis
▪ Lesi kecil, datar atau bentuk plak yang
multipel
▪ Lokasi : Wajah, tangan dan daerah tulang
kering

9
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Patologi Anatomi

• Hiperplasia epidermal dan hiperkeratosis


• Koilosit (patognomonik) untuk infeksi HPV

Tatalaksana

• Agen destruktif
o Asam salisilat, fenol liquefactum 80%, kantaridin,
asam TCA, perak nitrat 10%, asam format
• Agen virusidal : Glutaraldehid
• Agen antiproliferasi : Krim 5-FU, Retinoid topikal
• Terapi imunologi : Imiquimod
• Terapi intralesi
o 5-FU, Lidokain, dan epinefrin
o Bleomycin
o Interferen beta
• Terapi oral
o Zinc oral
o Antagonis reseptor histamin 2

Kondiloma Diagnosis
Akuminata
• Anamnesis
o Benjolan di daerah genital yang tidak nyeri
o Adanya riwayat kontak seksual sebelumnya
• Pemeriksaan Fisik
o Vegetasi atau papul soliter (dapat juga multipel)
hiperkeratotik dengan permukaan kasar pada
daerah anogenital
▪ Pria : Glans penis, preputium, urethra, anus
▪ Wanita : Vulva, serviks, anus, urethra
(jarang)
o Eksofitilik dengan lesi seperti bunga kol (Cauliflower-
like)
• Pemeriksaan Penunjang
o Histopatologi : Jika lesi meragukan atau tidak
berespon dengan pengobatan
o Tes asam asetat 5% (Acetowhite)
▪ Bubuhkan asam asetat 5% pada lesi yang
dicurigai selama 5 menit
▪ Positif jika lesi berubah menjadi warna putih

Tatalaksana

• Tinktura podofilin 25% (tidak boleh pada ibu hamil &


menyusui, serta lesi yang luas)

10
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Larutan asam trikloroasetat (TCA) 80 - 90% (Dapat


digunakan oleh ibu hamil)
• Podofilotoksin 0,5% (tidak boleh pada ibu hamil)
• Krioterapi (dengan cairan nitrogen)
• Bedah kauterisasi
• Laser CO2
• Bedah eksisi

Moluskum Gejala Klinis


Kontagiosum
• Masa inkubasi : 2 - 6 minggu
• Pemeriksaan fisik :
o Lesi tunggal atau multipel tidak nyeri
o Lesi berbentuk papul dengan kubah (umbilikasi
sentral) yang didalamnya terdapat benda
delle/caseous plug (massa seperti nasi) dengan
ukuran 2 - 5 mm

Pemeriksaan Penunjang

• Pada orang dewasa, curigai suatu penyakit HIV


• Biopsi, terutama pada pasien dengan imunosupresan
o Lokasi pengambilan : Epidermis
o Pewarnaan : HE
o Karakteristik :
▪ Akantosis (penebalan epidermis)
▪ Invaginasi berbentuk kubah (invaginasi
epidermis ke dermis)
▪ Molluscum bodies (henderson paterson
bodies) : Keratinosit dengan banda inklusi
intrasitoplasma eosinofilik yang mengandung
partikel virus

Tatalaksana

Prinsip : Mengeluarkan badan moluskum

11
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Tindakan :
o Bedah kuretase (enukleasi)
o Bedah beku/nitrogen cair
• Terapi topikal
o Kantaridin 0,7% atau 0,9%
▪ Oleskan pada lesi, biarkan 3 - 4 jam, setelah
itu dicuci
o Podofilin 10 - 25% resin, atau 0,3 - 0,5% krim
o Pasta perak nitrat 40%
o KOH 10% 2x sehari selama 30 hari
o Gel asam salisilat 12%
o Krim adapalen 1% selama 1 bulan

Herpes Simplex Definisi

Infeksi pada mukokutan atau genitalia eksterna yang disebabkan


oleh virus

Etiologi

• HSV 1 -> bibir dan hidung


• HSV 2 -> genitalia eksterna

Faktor resiko

• Individu yang aktif secara seksual


• Imunodefisiensi

Manifestasi Klnik

12
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Vesikel berkelompok dengan dasar eritema mudah pecah


membentuk ulkus dangkal

Diagnosis

Tzank test: multinucleated giant cell

Tatalaksana

• Episode pertama:
o Asiklovir 5 x 200 mg atau 3 x 400 selama 7-10 hari
o Valasiklovir 2 x 500 mg selama 7-10 hari
o Famsiklovir 3 x 250 mg selama 7 hari
• Episode rekuren:
o Asiklovir 5 x 200 mg atau 3 x 400 selama 5 hari
o Valasiklovir 2 x 500 mg selama 5 hari
o Famsiklovir 2x 125 mg selama 5 hari

Herpes Zoster Definisi

Infeksi yang disebabkan oleh reaktivasi Virus Varicella Zoster yang


laten di ganglion sensoris radiks dorsalis setelah primer.

Etiologi

Virus varicella zoster

Manifestasi Klnik

• Nyeri radikular dan parestesi sebelum timbul erupsi

13
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Dapat disertai gejala prodromal (demam, pusing, malaise)


• Erupsi kulit berupa vesikel berkelompok dengan dasar
eritema
• Lokasi unilateral dan bersifat dermatom

Tatalaksana

• Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari


o Anak < 12 tahun 4 x 10-20 mg/kgBB, max 4 x 800
mg
• Valasiklovir 3 x 1000 mg selama 7 hari
• Famsiklovir 3 x 250 mg selama 7 hari

Varicella Zoster Definisi

Infeksi akut oleh Virus Varicella Zoster yang mengenai kulit dan
mukosa

Penularan

• Penularan terjadi dengan cepat secara airborne dan kontak


langsung dengan cairan vesikel
• Penularan cepat pada orang dengan imunokompromais
(HIV), kelompok tertentu (ibu hamil, neonatus)
• Penularan sejak 1-2 hari sebelum timbul lesi kulit hingga
semua lesi dalam stadium krustasi

Etiologi

Virus Varicella Zoster

Manifestasi Klnik

14
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Gejala prodromal: demam, malaise, nyeri kepala


• Predileksi: dari badan menyebar ke ekstremitas
(sentrifugal).
• Lesi polimorfik berupa vesikel “dewdrop on rose petal
appearance”, pustul,krusta, pruritus (+)

Diagnosis

Tzank test : multinucleated giant cell

Tatalaksana

• Pengobatan simptomatik (antipiretik, analgesik,


antihistamin)
• Vesikel belum pecah: bedak
• Jika timbul infeksi sekunder: antibiotik topikal / oral sesuai
indikasi
• Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
o Anak < 12 tahun 4 x 10-20 mg/kgBB, Maksimum 4
x 800 mg
• Valasiklovir 3 x 1000 mg selama 7 hari
• Famsiklovir 3 x 250 mg selama 7 hari

Impetigo Bullosa Klasifikasi


dan Krustosa
• Impetigo krustosa / Non bulosa
o Etiologi : Streptococcus beta hemolyticus
o Papulovesikel eritematosa
o Krusta berwarna kuning seperti madu (honey-
coloured crust)
o Lesi mengeluarkan sekret cairan jernih
• Impetigo bulosa
o Etiologi : Staphylococcus aureus
o Bula ukuran 0,5-3 cm
o Dinding tipis
o Tepi kemerahan

Manifestasi Klinis

• Impetigo bulosa
o Tempat predileksi : ketiak, leher, dan tempat yang
lembab, telapak tangan dan telapak kaki juga dapat
terinfeksi
o Vesikel -> bula, diameter sekitar 2 cm
▪ Awalnya vesikel berisi cairan yang jernih
yang berubah menjadi keruh
o Bula pecah

15
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Meninggalkan skuama kolaret pada


pinggirnya
▪ Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian
tengah
▪ Dasar bulla berwarna merah dan basah
o Paling sering terjadi pada neonatus

• Impetigo krustosa
o Tempat predileksi di muka, disekitar lubang hidung
dan mulut
o Eritema
o Vesikel yang cepat pecah
o Krusta tebal berwarna kuning seperti madu (honey-
colored) dan lengket

Diagnosis

• Diagnosis ditegakkan secara klinis


o Biakan bakteri dan uji sensitivitas : jika terapi topikal
atau oral standar tidak memberikan perbaikan
o Pemeriksaan urinalisis : evaluasi glomerulonefritis
pasca streptokokus akut
o Hematuria, proteinuria, dan silindruria : indikator
keterlibatan ginjal
• Histopatologi
o Vesikel di subkorneum atau di stratum granulosum
o Kadang nampak akantolitik dengan bula, spongiosis
o Edema papila dermis

16
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Infiltrat campuran limfosit dan neutrofil di sekitar


pembuluh darah pleksus superfisialis

Tatalaksana

• Non Farmakologi
o Mencuci area yang terinfeksi dengan sabun atau air
mengalir.
o Mencuci pakaian, sprei, dan handuk pasien
terinfeksi setiap hari
o Menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih untuk
mencegah garukan
• Farmakologi
o Pengobatan topical
▪ Untuk impetigo yang masih ringan, sedang,
dan impetigo lokal yang tidak ada
komplikasinya
▪ Mupirosin 2-3x sehari
▪ Asam fusidat 2-3x sehari
o Pengobatan sistemik
▪ Diberikan pada kasus-kasus berat
▪ Lama pengobatan paling sedikit 7-10 hari
▪ Penisilin dan semisintetiknya seperti
Kloksasilin dosis 250-500 mg/dosis, 4
kali/hari untuk dewasa, 10-25
mg/kg/dosis 4 kali/hari untuk anak-
anak
▪ Fenoksimetil penisilin (penisilin V)
250-500 mg, 4 kali/hari untuk
dewasa, anak-anak 7,5-12,5
mg/dosis, 4 kali/hari
▪ Eritromisin 250-500 mg/dosis, 4
kali/hari untuk dewasa, 12,5-50
mg/kg/dosis, 4 kali/hari untuk anak-
anak
▪ Klindamisin 150-300 mg/dosis, 3-4
kali/hari, anak-anak yang berusia lebih
1 bulan: 8-20 mg/kg/hari, 3-4 kali/hari

Lepra Klasifikasi Lepra

Tanda Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)


Lesi kulit Jumlah lesi 1 – 5 Jumlah lesi > 5

• Bercak kering • Bercak halus dan


dan kasar mengkilap

17
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Distribusi • Distribusi lebih


asimetris simetris
• Anestesi jelas • Anestesi kurang
• Batas tegas jelas
• Batas kurang
tegas

Keterlibatan Hanya 1 Lebih dari 1


saraf
Hasil BTA skin Negatif Positif
slit smear

Gejala Klinis

• Kulit :
o Bercak kulit eritema atau hipopigmentasi (gambaran
yang paling sering ditemukan)
o Datar atau menimbul
o Gatal, bisa juga tidak gatal
o Kulit mengkilap
o Kulit kering bersisik
o Kulit yang tidak berkeringat (anhidrosis)
o Alis mata tidak berambut (madarosis)
o Bengkak atau penebalan pada wajah dan cuping
telinga
o Timbul lepuh atau luka tanpa rasa nyeri pada
tangan dan kaki
• Saraf :
o Nyeri tekan dan/atau spontan pada saraf
o Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk
o Nyeri pada anggota gerak
o Kelemahan anggota gerak dan/atau kelopak mata
▪ Peroneal nerva palsy : Foot drop
▪ Ulnar nerve palsy : Claw hand
o Adanya disabilitas (deformitas)
o Luka (ulkus) yang sulit sembuh

Diagnosis

• Cardinal signs, yaitu :


o Kelainan kulit atau lesi berbentuk hipopigmentasi
atau eritema yang mati rasa (anestesi)
o Penebalan saraf tepi disertai dengan gangguan
fungsi saraf akibat peradangan saraf tepi
▪ Gangguan fungsi sensoris: anestesi
▪ Gangguan fungsi motoris: paresis atau
paralisis otot

18
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Gangguan fungsi otonom: kulit kering atau


anhidrosis dan terdapat fisura
o Adanya Basil Tahan Asam (BTA) pada slit skin
smear.
▪ Pewarnaan : Ziehl-Neelsen
• Biopsi
• Tes Lepromin
o Positif pada lepra tipe TT
o Negatif pada lepra tipe LL

Tatalaksana

Tipe PB Tipe MB
Rifampicin 2 x 300 mg (hari 2 x 300 mg (hari
pertama setiap bulan) pertama setiap bulan)
Dapson 1 x 100 mg (setiap hari) 1 x 100 mg (setiap hari)
Clofazimin Tidak diberikan 3 x 100 mg (hari
(Lampren) pertama setiap bulan)

1 x 50 mg (hari 2 – 28)
Lama 6 – 9 bulan (6 blister) 12 – 18 bulan (12
pengobatan blister)
Folikulitis, Folikulitis adalah salah satu bentuk pioderma, dimana terjadi
Furunkel dan peradangan pada folikel rambut
Karbunkel
Furunkel adalah infeksi pada folikel rambut dan sekitarnya yang
menyebabkan terjadinya akumulasi abses/nanah

Karbunkel adalah beberapa furunkel yang bergabung menjadi


satu

Etiologi

• Staphylococcus aureus

Manifestasi Klinis

• Folikulitis
o Folikulitis superfisialis (impetigo Bockhart)
▪ Predileksi : skalp (anak-anak), dagu, aksila,
ekstremitas bawah, bokong (dewasa).
▪ Gejala Klinis : rasa gatal dan panas
▪ Effloresensi : Pustul kecil dome-shaped,
multipel, mudah pecah pada folikel rambut
o Folikulitis profunda (sycosis barbae)
▪ Predileksi : dagu, atas bibir

19
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Gejala Klinis : rasa gatal, nyeri dan panas


▪ Effloresensi : Nodul eritema dengan
perabaan hangat
• Furunkel dan Karbunkel
o Predileksi : daerah berambut yang sering
mengalami gesekan, oklusif, berkeringat, misalnya
leher, wajah, aksila, dan bokong
o Gejala Klinis : rasa gatal, nyeri, bila pecah
mengeluarkan pus, sering disertai gejala sistemik
o Effloresensi :
▪ Nodus eritematosa, awalnya keras, nyeri
tekan, dapat membesar hingga 2 cm (pada
furunkel), Setelah beberapa hari terdapat
fluktuasi, bila pecah mengeluarkan pus.
▪ Karbunkel lebih besar, diameter dapat
mencapai 3-10 cm, dasar lebih dalam, bila
sudah pecah dan lesi menyembuh,
meninggalkan jaringan parut.

Pemeriksaan Penunjang

• Pewarnaan Gram
• Kultur dan resistensi spesimen lesi/aspirat : jika tidak
responsif terhadap pengobatan empiris
• Pemeriksaan darah perifer lengkap, kreatinin, CRP

20
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Biopsi apabila lesi tidak spesifik

Tatalaksana

• Non Farmakologi
o Mandi 2 kali sehari dengan sabun
o Menjaga higiene perorangan
• Farmakologi
o Terapi topikal
▪ Bila banyak pus atau krusta :
▪ Kompres terbuka dengan
permanganas kalikus 1/5000, asam
salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan
povidon iodine 1%, 2x sehari
▪ Bila tidak tertutup pus atau krusta :
▪ Salep/krim asam fusidat 2%,
mupirosin 2%, dioleskan 2-3x sehari,
7-10 hari
o Terapi sistemik
▪ Lini 1 :
▪ Kloksasilin/dikloksasilin 4x250-500
mg/hari oral
▪ Amoksisilin dan asam klavulanat
3x250-500 mg/hari
▪ Sefaleksin 25-50 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 dosis
▪ Lini 2 :
▪ Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1),
dilanjutkan 1x250 mg (hari 2-5)
▪ Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3
dosis
▪ Eritromisin 4x250-500 mg/hari
• Insisi drainase jika abses besar, nyeri, disertai fluktuasi

Pityriasis Pityriasis Versicolor adalah penyakit infeksi oportunistik kulit


Versikolor epidermomikosis, disebabkan oleh jamur Malassezia sp.
(Pitryrosporum orbiculare/P.ovale)

Diagnosis dan Manifestasi Klinis

• Anamnesis : Bercak putih di badan, biasanya di daerah


yang tertutup pakaian, gatal muncul saat berkeringat
• Predileksi : pada bagian tubuh yang tertutup atau
mendapatkan tekanan pakaian
• Pemeriksaan Fisis / Effloresensi

21
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Bercak/makula berwarna putih (hipopigmentasi)


atau kecoklatan (hiperpigmentasi), warna bervariasi
dari putih, merah muda, merah cokelat, cokelat
kemerahan, bentuk tidak teratur - teratur
• Pemeriksaan Penunjang :
o Pemeriksaan dengan lampu Wood : effloresensi
berwana kuning keemasan
o Pemeriksaan langsung dari bahan kerokan kulit
dengan mikroskop dan larutan KOH 20%
▪ Spora berkelompok dan hifa pendek,
gambaran spaghetti and meat ball atau
banana and grapes
o Kultur Malassezia dalam agar Saboraud tidak
bermakna secara diagnostic

Tatalaksana

• Non Farmakologi
o Mandi minimal 3x1
o Menggunakan pakaian tipis yang menyerap keringat
• Farmakologi
o Pengobatan topikal
▪ Sampo ketokonazol 2% 1x/hari selama 3 hari
berturut-turut
▪ Sampo selenium sulfida 2,5% 1x/hari selama
3 hari
▪ Sampo zinc pyrithione 1%, 1x/hari atau 3-4
kali seminggu
▪ Khusus untuk daerah wajah dan genital :
golongan azol topikal (krim mikonazol
2x/hari)
▪ Krim terbinafin 1% 2x/hari 7 hari
o Pengobatan sistemik : Untuk lesi luas atau jika sulit
disembuhkan dengan topikal
▪ Ketokonazol 200 mg/hari 10 hari
▪ Itrakonazol 200 mg/hari 7 hari atau 100
mg/hari 2 minggu

22
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Flukonazol 400 mg dosis tunggal atau 300


mg/minggu 2-3 minggu

Dermatofitosis Tinea adalah penyakit infeksi jamur superfisial yang disebabkan


(Tinea) oleh jamur kelompok dermatofita (Trichophyton sp.,
Epidermophyton sp. dan Microsporum sp).

Manifestasi Klinis

• Tinea Capitis
o Predileksi : daerah kepala
o Anamnesis : gatal, kulit kepala berisisik, alopesia
o Pemeriksaan Fisis :
▪ Noninflammatory, human, atau epidemic
type (“grey patch”) : Inflamasi minimal,
rambut pada daerah terkena berubah warna
menjadi abu-abu, rambut mudah patah, tidak
berkilat, tampak skuama, hiperkeratosis,
batas tegas, berfluoresensi hijau dengan
lampu Wood
▪ Patogen : Microsporum
▪ Inflammatory type, kerion : mulai dari
folikulitis pustular hingga furunkel atau
kerion, lesi gatal, dapat disertai nyeri,
limfadenopati servikalis disertai alopesia
▪ Patogen : M. canis, M. gypseum dan
T. verrucosum
▪ “Black dot” : rambut mudah patah pada
permukaan scalp, meninggalkan bintik-bintik
hitam pada daerah alopesia (black dot)
▪ Patogen : Trichophyton
▪ Favus : bentuk yang berat dan kronis berupa
plak eritematosa perifolikular, skuama, krusta
tebal berwarna kekuningan (skutula), berbau
busuk (mousy odor), alopesia
▪ Patogen : T. schoenleinii
• Tinea Barbae

23
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Predileksi : daerah dagu/jenggot


o Anamnesis : gatal, kemerahan, nyeri, disertai pus
o Pemeriksaan Fisis :
▪ Rambut daerah yang terkena menjadi rapuh,
tmpak tanda inflamasi berupa eritema,
edema, disertai pustul
• Tinea Manus
o Predileksi : daerah telapak tangan, jari tangan, tepi
lateral tangan
o Anamnesis : gatal pada sela jari tangan, eritema,
panas, kadang disertai nyeri, skuama halus
o Pemeriksaan Fisis :
▪ Dishidrotik : lesi segmental atau anular
berupa vesikel dengan skuama pada telapak
tangan, jari tangan, dan lateral tangan
▪ Hiperkeratotik : vesikel mengering dan
membentuk lesi sirkular atau iregular,
eritema, dengan skuama difus, fissura
• Tinea Pedis
o Predileksi : sela-sela jari kaki
o Anamnesis : gatal di kaki terutama sela-sela jari,
kulit kaki menjadi basah, terkelupas, bersisik
o Pemeriksaan Fisik
▪ Tipe interdigital (chronic intertriginous type) :
skuama, maserasi, eritema pada daerah
interdigital dan subdigital kaki, dapat
menyebar ke telapak kaki yang berdekatan
dan bagian dorsum pedis, dikenal dengan
athlete’s foot
▪ Tipe hiperkeratotik kronik : skuama difus atau
setempat, bilateral, pada kulit yang tebal
(telapak kaki, lateral dan medial kaki), dikenal
sebagai “moccasin-type”
▪ Tipe vesikobulosa : vesikel tegang dengan
diameter lebih dari 3 mm, vesikopustul, atau
bula pada kulit tipis telapak kaki dan
periplantar
▪ Tipe ulseratif akut : vesikopustul, ulserasi
purulen pada permukaan plantar,
limfadenopati, demam
• Tinea Facialis
o Predileksi : daerah wajah
o Anamnesis : gatal daerah wajah, kemerahan, kulit
tampak kering, kasar
o Pemeriksaan Fisis : lesi berbatas tegas, tepi aktif
eritema, skuama, papul-papul kecil, daerah tengah
normal (central healing)
• Tinea Corporis
24
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Predileksi : daerah badan


o Anamnesis : ruam yang gatal di badan, ekstremitas,
terutama jika berkeringat
o Pemeriksaan Fisis : lesi berbatas tegas, polisiklik,
tepi aktif, polimorfi yang terdiri atas eritema,
skuama, dan kadang papul dan vesikel di tepi,
normal di tengah (central healing).
• Tinea Cruris
o Predileksi : di daerah lipatan paha, inguinal,
suprapubis, perineum, perianal, bokong
o Anamnesis : ruam kemerahan yang gatal di paha
bagian atas dan inguinal
o Pemeriksaan Fisis : Plak anular berbatas tegas
dengan tepi meninggi, disertai papul, vesikel,
maserasi, central healing, tepi lesi aktif

Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau


menggunakan mikroskop dan KOH (10% untuk rambut,
20% untuk kuku dan kulit)
o Kerokan diambil pada tepi lesi yang aktif
o Hasil tampak hifa panjang bersekat dan/atau
artrospora
• Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel,
Mycobiotic)
• Lampu Wood
o Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsposrum
spp. (kecuali M.gypsium) : Warna hijau

Tatalaksana

• Non Farmakologi
o Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan
menyerap keringat
o Memastikan kulit dalam keadaan kering sebelum
menutup area yang rentan terinfeksi jamur
o Menggunakan sandal atau sepatu yang lebar dan
mengeringkan jari kaki setelah mandi
o Menghindari penggunaan handuk atau pakaian
bergantian dengan orang lain
• Farmakologi
o Tinea kapitis
▪ Topikal : tidak disarankan bila hanya terapi
topikal saja. Rambut dicuci dengan sampo
antimikotik
▪ Selenium sulfida 1%/2,5% 2-
4x/minggu atau

25
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Sampo ketokonazol 2% 2x sehari 2-4


minggu
▪ Sistemik
▪ Spesies Microsporum :
▪ DOC Griseofulvin selama 8
minggu
▪ fine particle/microsize
20-25 mg/kgBB/hari
▪ ultramicrosize 10-15
mg/kgBB/hari
▪ Alternatif : Itrakonazol 50-100
mg/hari, Terbinafin 4 minggu
▪ Spesies Trichophyton :
▪ DOC Terbinafin selama 2 - 4
minggu
▪ 62,5 mg/hari untuk BB
10-20 kg
▪ 125 mg untuk BB 20-40
kg
▪ 250 mg/hari untuk BB
>40 kg
▪ Alternatif : Griseofulvin,
Itrakonazol, Flukonazol
o Tinea korporis dan kruris
▪ Topikal : DOC golongan alilamin (krim
terbinafin, butenafin) 1x sehari 1-2 minggu.
▪ Alternatif : krim mikonazol,
ketokonazol, klotrimazol 1% 2x sehari
4-6 minggu
▪ Sistemik : bila lesi kronik, luas.
▪ DOC : Terbinafin oral 1x250 mg/hari.
▪ Alternatif : Itrakonazol 2x100 mg/hari,
Griseofulvin oral 500 mg/hari,
Ketokonazol 200 mg/hari
o Tinea pedis
▪ Topikal : DOC golongan alilamin (krim
terbinafin 1%, butenafin) 1x sehari 1-2
minggu.
▪ Alternatif : krim mikonazol 2%,
ketokonazol 1%, klotrimazol 2x sehari
selama 4-6 minggu
▪ Siklopiroksolamin (ciclopirox gel
0,77% atau krim 1%) 2 kali sehari
selama 4 minggu
▪ Sistemik : DOC Terbinafin 250 mg/hari
selama 2 minggu.
▪ Alternatif : itrakonazol 2x100 mg/hari

26
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Kandidiasis Kandidiasis atau kandidosis adalah kelompok penyakit infeksi akut


Mukokutaneus dan kronik di kulit atau diseminata yang disebabkan oleh ragi,
dan Kutis yang tersering adalah Candida albicans

Manifestasi Klinis

• Kandidiasis Kutis
o Predileksi : daerah intertriginosa yang lembab dan
mudah mengalami maserasi, misalnya sela paha,
ketiak, sela jari, infra mamae, atau sekitar kuku
o Gambaran Klinis :
▪ Kulit tampak bercak eritema, batas tegas,
bersisik, basah, maserasi,
▪ Dikelilingi oleh lesi satelit berupa papul,
vesikel dan pustul kecil di sekitarnya
• Kandidiasis Mukosa, dapat berupa :
o Kandidiasis oral
▪ Kandidiasis pseudomembran akut (thrush) :
Bercak warna putih (pseudomembran) tebal,
diskret, dapat berkonfluen pada mukosa
bukal, lidah, palatum, gusi
▪ Kandidiasis atrofik akut (kandidiasis
eritematosa) : Papil lidah menipis, tertutup
pseudomembran tipis pada permukaan
dorsal lidah, disertai rasa panas, nyeri
▪ Kandidiasis atrofik kronik (denture stomatitis)
: Mukosa palatum yang kontak dengan gigi
tiruan tampak edema dan eritema, dapat
dijumpai keilitis angularis
▪ Kandidiasis hiperplastik kronik (leukoplakia) :
Plak putih yang tidak dapat dilepaskan pada
mukosa bukal
▪ Keilosis kandida (keilitis angularis/perleche) :
Pada sudut mulut tampak eritema, fisura,
maserasi, nyeri

27
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Kandidiasis area genitalia


▪ Kandidiasis vulvovaginal
▪ Predileksi : Pada daerah vulva,
dinding vagina, labia, perineum
▪ Gejala : Duh vagina berwarna putih
susu, disertai rasa gatal, panas di
vulva, kadang disertai dysuria
▪ Pemeriksaan Fisis : Plak berwarna
putih, dasar eritema, pada dinding
vagina disertai edema di sekitarnya
yang dapat meluas sampai ke labia
dan perineum
▪ Balanitis dan balanopostitis candida
▪ Predileksi : glans penis, sulcus
coronarius
▪ Gejala : kulit penis tampak eritema,
rasa panas yang muncul setelah
hubungan seksual
▪ Pemeriksaan Fisis : papul atau
papulopustul rapuh pada glans penis
atau sulcus coronarius penis
o Kandidiasis mukokutan kronik
▪ Sindrom kandidosis kronik rekuren pada
pasien yang ditandai dengan infeksi yang
resisten terhadap terapi
▪ Manifestasi akibat defek sistem imunologi :
infeksi yang luas, eritema atau
granulomatosa pada membran mukosa, kulit,
kuku

Pemeriksaan Penunjang

• Pewarnaan sediaan langsung kerokan kulit dengan KOH


20% atau Gram : ditemukan pseudohifa
• Kultur dengan agar Saboraud : tampak koloni berwarna
putih
• Histopatologi dan kultur jaringan kulit.

Tatalaksana

• Non Farmakologi
o Menjaga higiene tubuh
o Menjaga agar kulit area infeksi tidak lembab
o Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan
menyerap keringat
• Farmakologi
o Kandidiasis kutis
▪ Topikal

28
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Krim imidazol (mikonazol 2%,


klotrimazol 1%) 14-28 hari
▪ Bedak nistatin atau mikonazol untuk
pencegahan
▪ Sistemik
▪ Flukonazol 50 mg/hari atau 150
mg/minggu
▪ Itrakonazol 100-200 mg/hari
o Kandidiasis oral
▪ Infeksi ringan : Suspensi nistatin 400.000-
600.000 U 4x sehari
▪ Infeksi sedang sampai berat : Flukonazol
1x100-200 mg/hari selama 7-14 hari
o Kandidiasis vulvovagina :
▪ Krim imidazole : mikonazol, klotrimazol, dan
butoconazol, selama 3-7 hari
▪ Nistatin intravagina, 1x/hari, 10-14 hari
▪ Flukonazol oral 150 mg dosis tunggal
▪ Untuk infeksi berat akut : Flukonazol
150 mg diberikan setiap 72 jam
dengan total 2-3 dosis
▪ Untuk kandidiasis vulvovaginal
rekuren (kambuh ≥4x/tahun) :
Flukonazol topikal atau oral selama
10-14 hari dilanjutkan dengan
flukonazol 150 mg/minggu 6 bulan
o Balanitis/balanopostitis kandida :
▪ Klotrimazol krim 1% 2x/hari 2-4 minggu
▪ Mikonazol krim 2% 2x/hari 2-4 minggu
▪ Nistatin krim 100.000 unit/gram bila ada
resisten atau alergi dengan Imidazol
▪ Flukonazol 150 mg oral dosis tunggal

Cutaneus Larva Sinonim : Creeping eruption, dermatosis linearis migrans,


Migran sandworm disease

Definisi

Peradangan berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul dan


progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang
berasal dari feses anjing dan kucing.

Etiologi

• Ancylostoma caninum
• Ancylostoma brazillense

29
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Manifestasi Klinik

Papul kemudian diikuti bentuk khas -> lesi linier atau berkelok-
kelok, serpiginosa, menimbul dengan diameter 2-3 mm, berwarna
kemerahan

Tatalaksana

• Albendazole 400 mg PO 1x1 selama 3 hari


• Ivermectin 200 mcg/ kg sehari selama 1-2 hari
• Thiabendazole topikal 10%

Pedikulosis Definisi
Kapitis
Infeksi kulit dan rambut kepala akibat Pediculus humanus var
capitis

Faktor Resiko

• higienisitas yang tidak baik (jarang cuci rambut, rambut


panjang yang sulit dibersihkan)
• sering sharing benda yang dipakai bersamaan: sisir, topi,
bantal, helm, aksesoris rambut

Etiologi

• Siklus hidup (30 hari) → telur → larva → nimfa → dewasa


• Telur akan di tetaskan oleh kutu betina di rambut (5-10
telur/hari) +/- 1cm dari skalp

Patogenesis

• Gatal akibat → pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang


masuk ke dalam kulit saat menghisap darah
• Kelainan kulit akibat garukan untuk menghilangkan rasa
gatal

Manifestasi Klnik

30
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Gejala awal dominan gatal di daerah oksiput dan temporal


→ meluas ke seluruh kepala
• Terjadi garukan → erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder
(pus krusta)
• Bila berat → rambut akan bergumpal + pembesaran KGB
(oksiput dan retroaurikuler)
• Bau jadi lebih busuk

Diagnosis

• Menemukan kutu / telur → dicari di daerah oksput dan


temporal
• Telur akan berwarna abu-abu – tan – brown (viable), dan
putih – clear (sudah menetas), berkilat

Tatalaksana

Tatalaksana Administrasi pada hari 1 dan 8


Krim Permetrin 1% rinse atau Aplikasi topikal untuk 10 menit
sampo pyrethrin untuk rambut bersih dan kering
Krim permetrin 5% Aplikasi topikal untuk 8-12 jam
Sampo Lindan 1% Aplikasi topikal untuk 4 menit
pada rambut kering, lalu
tambahkan air untuk bilas
Ivermectin (tersedia sebagai Dosis oral 250 mcg/ kg
tablet 3 mg)
Pedikulosis Definisi
Pubis
• Pedikulosis pubis → infeksi rambut di daerah pubis dan di
sekitarnya oleh Phthirus pubis (Crab lice)

Cara penularan

• Menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam


IMS serta dapat menyerang perianal, jenggot, dan kumis.
• Infeksi dapat terjadi pada anak di alis atau bulu mata dan
pada tepi batas rambut kepala

Manifestasi Klnik

• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya.


• Gatal dapat meluas sampai ke daerah abdomen dan dada.
• Dijumpai bercak berwarna abu-abu / kebiruan yang disebut
sebagai makula serule.
• Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan sulit untuk
dilepaskan, karena kepala kutu masuk ke dalam muara
folikel rambut

31
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Gejala patognomonik → black dot , bercak hitam yang


tampak jelas di celana dalam berwarna putih → krusta dari
darah

Tatalaksana

Tatalaksana Administrasi pada hari 1 dan 8


Krim Permetrin 1% rinse atau Aplikasi topikal untuk 10 menit
sampo pyrethrin untuk rambut bersih dan kering
Krim permetrin 5% Aplikasi topikal untuk 8-12 jam
Sampo Lindan 1% Aplikasi topikal untuk 4 menit
pada rambut kering, lalu
tambahkan air untuk bilas
Ivermectin (tersedia sebagai Dosis oral 250 mcg/ kg
tablet 3 mg)
Pedikulosis Definisi
Korporis
• Infeksi kulit akibat pediculus humanus var.corporis
• Disebut penyakit vagabond

Faktor Resiko

• Menyerang dewasa dengan higenisitias buruk


(pengembara) yang jarang ganti baju dan mandi
• Cara penularan
o Melalui pakaian (tidak dicuci dan tidak diganti)
o Pada orang dengan dada berambut terminal, kutu
ini dapat melekat pada rambut tersebut dan
menular melalui kontak langsung

Diagnosis

• Kelainan kulit timbul akibat garukan untuk menghilangkan


rasa gatal.
• Gatal → akibat pengaruh liur dan ekskreta dari kutu pada
waktu menghisap darah

Tatalaksana

• Disinfestation clothing dan bedding


• Topikal insektisida atau ivermectine oral ~ pengobatan
skabies
• Pakaian dicuci dengan air panas, dijemur atau dikeringkan
dengan suhu tinggi, lalu disetrika suhu tinggi
• Jika terdapat infeksi sekunder diobati dengan antibiotik

32
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Skabies Definisi

• Penyakit kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi


terhadap Sarcoptes scabiei var.Hominis
• Nama lain: gudik, budukan, gatal , agogo, sky-bees, the
itch
• Penularan oleh S.scabiei betina yang sudah dibuahi/
bentuk larva
• Masa inkubasi 4-6 minggu

Manifestasi Klnik

Klinis: papul, vesikel, urtika, erosi, ekskoriasi, krusta, infeksi


sekunder

4 tanda kardinal skabies:

• Pruritus nokturnal
• Penyakit menyerang sekelompok manusia (keluarga,
asrama) → bisa tidak timbul gejala/ hiposensitisasi (carrier)
• Adanya terowongan atau kunikulus pada tempat predileksi
• Menemukan tungau, telur/ skibala tungau

Diagnosis

• Skin scraping (kerokan kulit)-> KOH 10%


• Cari terowongan, pada ujung yang terlihat papul/vesikel,
congkel dengan jarum, lihat di mikroskop. Diujung
terowongan ada papul/vesikel.

Tatalaksana

• Non Medikamentosa
o Edukasi

33
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Higiene, obati juga orang yang serumah secara


bersamaan
o Tatalaksana linen infeksius:
▪ Linen dalam seminggu terakhir direndam
dengan air panas, dicuci bersih, dikeringkan
dan digosok dengan suhu tinggi/ atau simpan
di wadah tertutup selama 10 hari
• Medikamentosa
o Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau)
▪ Dioleskan: 8 jam -> dicuci bersih
▪ Bila belum sembuh, diulang 1 minggu
kemudian
▪ Kontraindikasi: anak < 2 bulan
o Sulfur presipitatum 5-10%
▪ Dioleskan 3x24 jam
▪ Tidak efektif untuk stadium telur sehingga
harus digunakan >3 hari (3 malam berturut-
turut)
o Emulsi benzil benzoat 10-20%
▪ Efektif untuk semua stadium
▪ Diberikan pada malam hari selama 3 hari
selama 24 jam
o Gameksan (Lindane) 1%
▪ Efektif untuk semua stadium
▪ Kontraindikasi : anak < 6 tahun dan wanita
hamil, efek neurotoksik dan teratogenik
▪ Oles selama 8 jam. Cukup 1x pemakaian-
>dapat diulang 1 pekan setelahnya jika
belum sembuh

Tetanus Tetanus adalah penyakit akut akibat neurotoksin bakteri


Clostridium tetani.

Etiologi

• Patogen : Clostridium tetani : Gram positif, obligat anaerob,


bentuk basil, membentuk spora
o Produksi neurotoksin : Tetanospasmin dan
Tetanolisin
• Rute infeksi
o Spora Clostridium terdapat pada luka yang
terkontaminasi (tanah, feses, saliva)
o Luka dengan suplai darah yang baik dapat
mencetuskan kondisi anaerob pada :
▪ Luka penetrasi dalam (gigitan binatang, luka
tembak)
▪ Fraktur terbuka

34
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Prosedur pembedahan (usus, traktus bilier,


gigi)
▪ Luka bakar
▪ Infeksi umbilicus
▪ Abortus septik

Manifestasi Klinis

• Masa inkubasi : 3 - 21 hari (rata - rata 10 hari)


• Tetanus umum : Spasme otot yang nyeri dan rigiditas otot
o Trismus : Spasme otot mastikasi
o Risus sardonikus : Spasme otot facial
o Opistotonus : Punggung melengkung seperti busur
akibat spasme otot tulang belakang
o Kaku pada leher
o Rigiditas pada otot abdomen
• Komplikasi yang mengancam jiwa
o Laringospasme dan/atau spasme otot respirasi
(gagal pernapasan)
o Disfungsi otonom : Syok dan henti sirkulasi

Subtipe Tetanus

• Tetanus Neonatal
o Terjadi pada bayi baru lahir akibat manajemen
pelepasan tali pusar yang tidak steril
o Biasanya terjadi 5 - 8 hari setelah lahir
o Gejala :
▪ Sulit membuka mulut dan menyusu akibat
trismus dan risus sardonikus
▪ Kaku pada otot dan opistotonus
▪ Tangan terkepal
• Tetanus lokalisata
o Rasa nyeri pada kontraksi otot pada daerah luka
saja (sering berlanjut menjadi tetanus generalisata)
• Tetanus cephalic
o Terjadi pada pasien yang mengalami trauma kepala
dan leher terbuka
o Hanya memengaruhi nervus cranialis (terutama
nervus facialis)

Klasifikasi Pattel Joag

1. Kriteria 1 : Rahang kaku, spasme terbatas, disfagia dan


kekakuan otot tulang belakang
2. Kriteria 2 : Spasme, tanda mempertimbangkan frekuensi
maupun derajat keparahan
3. Kriteria 3 : Masa inkubasi ≤7 hari

35
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

4. Kriteria 4 : Waktu onset ≤ 48 jam


5. Kriteria 5 : Peningkatan suhu rektal 100ºF (>40ºC) atau
Axilla 99ºF (37,6ºC)

Interpretasi Derajat Tetanus

• Derajat 1 (kasus ringan)


o 1 kriteria (biasanya kriteria 1 atau 2)
o Tidak ada kematian
• Derajat 2 (kasus sedang)
o 2 kriteria (biasanya kriteria 1 dan 2)
o Masa inkubasi > 7 hari dan onset >48 jam
o Kematian 10%
• Derajat 3 (kasus berat)
o 3 kriteria
o Masa inkubasi < 7 hari atau onset <48 jam
o Kematian 32%
• Derajat 4 (kasus sangat berat)
o Minimal 4 kriteria
o Kematian 60%
• Derajat 5
o Tetanus puerperium dan tetanus neonatorum
o Kematian 84%

Komplikasi Tetanus

• Saluran pernapasan : Asfiksia, pneumonia aspirasi,


atelektasis (akibat obstruksi sekret), pneumothorax,
emfisema mediastinum
• Kardiovaskular : Peningkatan aktivitas simpatis (takikardi,
hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan
miokardium)
• Tulang dan otot : Spasme berkepanjangan dapat
mengakibatkan perdarahan dalam otot, fraktur kolumna
vertebralis akibat kejang terus menerus
• Laserasi lidah akibat kejang, dekubitus akibat baring 1
posisi dalam jangka waktu yang lama, demam akibat
infeksi sekunder atau toksin yang menyebar ke pusat
pengatur suhu

Tatalaksana

• Pembersihan luka dan debridement


o Jaringan nekrosis harus dibuang untuk mencegah
penumpukan spora tetanus, pencegahan proliferasi
bakteri dan produksi toksin
• Antibiotik
o Drug of choice : Metronidazol 3 x 500 mg

36
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Alternatif : Penicillin G / Amoksisilin / Ampicillin 2 x 1


gr
• Imunisasi aktif dan pasif (lihat penanganan luka pada
tetanus dibawah untuk pilihan tatalaksana)
o Human tetanus immunoglobulin (HTIG) untuk
netralisasi toksin sebelum berikatan dengan saraf.
▪ Dosis : 500 - 3000 IU SD
o Vaksin tetanus toksoid (diinjeksikan di tempat yang
berbeda dengan HTIG)
▪ 20.000 IU, IM, 3 - 5 hari
• Terapi suportif
o Transfer ke ICU, Ventilasi dan Benzodiazepin untuk
kontrol spasme otot
• Diet cukup kalori dan protein, pengawasan di ruang isolasi,
keseimbangan cairan dan elektrolit

Penanganan Luka pada Tetanus

• Luka bersih
o Riwayat vaksin TT tidak diketahui : Berikan TT
o Riwayat vaksin TT >10 tahun : Berikan TT
o Riwayat vaksin TT <10 tahun : Tidak diberikan
apapun
• Luka kotor : Luka kontaminasi (kotoran, feses, saliva,
tanah), luka tusuk, luka avulsi, gigitan binatang, luka bakar
o Riwayat vaksin TT tidak diketahui : Berikan TT dan
HTIG
o Riwayat vaksin TT >5 tahun : Berikan TT
o Riwayat vaksin TT <5 tahun : Tidak diberikan
apapun

HIV AIDS Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat menyebabkan


pola penyakit kompleks akibat imunodefisiensi kronik.

Etiologi

• Patogen : Human Immunodeficiency Virus (HIV)


o Famili : Retroviridae
o Genus : Lentivirus
o Spesies :
▪ HIV - 1 : Paling umum di seluruh dunia
▪ HIV - 2 : Paling umum di Afrika Barat

Klasifikasi WHO

37
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

• Infeksi HIV primer: sindrom retroviral akut atau tanpa gejala


(demam, myalgia, rasa lemas, sakit kepala, lesi
makulopapular)
• Stadium 1: limfadenopati generalisata persisten (PGL) atau
tanpa gejala

• Stadium 2 : Penurunan berat badan sedang yang tidak


dapat dijelaskan (<10%), infeksi jamur/virus/bakteri
berulang
• Stadium 3: Penurunan berat badan yang berat (> 10%),
diare kronis yang tidak dapat dijelaskan (> 1 bulan),
demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (≥ 37,6 ° C
intermiten atau konstan> 1 bulan), infeksi
jamur/virus/bakteri yang persisten/berat , anemia yang
tidak dapat dijelaskan (<8 g/dL) dan/atau neutropenia
(<500 sel/mm3) dan/atau trombositopenia kronis
(<50.000/μL) selama lebih dari 1 bulan
• Stadium 4: Kondisi terdefinisi AIDS (mis., Sarkoma Kaposi,
Pneumocystis pneumonia)

Diagnosis

• Skrining
o Serologi HIV : Antigen (HIV p24) dan Antibodi (IgM
dan IgG)
o Virologi HIV : HIV-1 NAT (untuk usia <18 bulan)
• Konfirmasi
o Serologi
▪ Antibodi HIV-1 dan HIV-2
▪ Jika negatif, lakukan pemeriksaan
HIV-1 NAAT
▪ HIV-1 Western Blot (CDC saat ini sudah tidak
merekomendasi western blot sebagai tes
konfirmasi infeksi HIV)
o Virologi
▪ HIV-1 NAT (Disetujui oleh FDA)
▪ Positif : Konfirmasi HIV
▪ Negatif : Lakukan pemeriksaan
antibodi HIV-1 atau 2
• Pemeriksaan lanjutan
o Tes resistensi obat HIV
o Hitung kadar CD4 dengan flow cytometry
▪ Normal : >500 sel/mm3
▪ CD4 berperan untuk menilai efektifitas terapi
o Pemeriksaan Viral Load (Indikator respon ARV)

38
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Sebagai marker prognostik untuk tatalaksana


jangka panjang
▪ Viral load yang meningkat berarti terjadi
peningkatan destruksi limfosit CD4+
sehingga immunodefisiensi lebih berat dan
prognosis lebih jelek.

Tatalaksana

• Obat antiretroviral (ARV):


o Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) :
Lamivudin (3TC), Stavudin (d4T), Tenofovir (TDF),
Zidovudin (AZT)
o Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
(NNRTI) : Efavirenz, Nevirapin
o Protease Inhibitor : Lopinavir, Ritonavir
o Integrase Inhibitor (II) : Elvitegravir, Bictegravir,
Cabotegravir, Dolutegravit, Raltegravir
• Regimen pilihan:
o 2 NRTI + 1 NNRTI
o 2 NRTI + 1 PI
o 2 NRTI + 1 II

Profilaksis Kotrimoksasol sebagai Profilaksis Primer

• Bila tidak tersedia pemeriksaan jumlah sel CD4, semua


pasien diberikan kotrimoksasol segera setelah dinyatakan
HIV positif
o Penghentian : 2 tahun setelah penggunaan
kotrimoksasol jika mendapatkan ARV.
o Dosis : 960 mg/hari SD
• Bila tersedia pemeriksaan jumlah sel CD4 dan terjangkau,
kotrimoksasol diberikan pada pasien dengan jumlah CD4
<200 sel/mm3
o Penghentian : Bila sel CD4 naik >200 sel/mm3 pada
pemeriksaan dua kali interval 6 bulan berturut-turut
jika mendapatkan ARV
o Dosis : 960 mg/hari SD
• Semua bayi lahir dari ibu hamil HIV positif berusia 6 minggu
o Penghentian : Dihentikan pada usia 18 bulan
dengan hasil test HIV negatif. Jika test HIV positif
dihentikan pada usia 18 bulan jika mendapatkan
terapi ARV.
o Dosis : Trimetropim 8 – 10 mg/kgBB SD

Tatalaksana pada Kelompok Khusus

Kondisi Stadium Jumlah CD4 Tatalaksana

39
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

ODHA dewasa Stadium Klinis >350 sel/mm3 Monitoring CD4


1 dan 2 setiap 6 – 12 bulan
Stadium Klinis Berapapun AZT atau TDF +
3 dan 4 jumlah sel CD4 3TC

(atau FTC) + EFV


atau

NVP
TB-HIV Apapun Berapapun AZT atau TDF +
Stadium Klinis jumlah sel CD 3TC
4
(FTC) + EFV
TB-Hepatitis B Apapun Berapapun TDF + 3TC (FTC)
Kronik Aktif Stadium Klinis jumlah sel CD + EFV
4
atau NVP
Ibu Hamil Apapun Berapapun AZT + 3TC + EFV
Stadium Klinis jumlah sel CD atau
4
NVP
Penyakit Cacing Penyakit cacing tambang (hookworm), merupakan infeksi parasit
Tambang yang disebabkan oleh

• Necator americanus : antropofilik


• Ancylostoma duodenale : antropofilik
• Ancylostoma brazilienze : zoofilik (kucing)
• Ancylostoma caninum : zoofilik (anjing)

Catatan :

o Antropofilik : Infeksi GIT.


o Zoofilik : Cutaneus Larva Migrans (CLM)

Faktor risiko

• Kurangnya penggunaan jamban keluarga


• Kebiasaan penggunaan tinja sebagai pupuk
• Tidak menggunakan alas kaki saat bermain di tanah
• PHBS yang kurang

Siklus kehidupan

Telur pada feses -> menetas menjadi larva rhabditiform -> larva
filariform menembus kulit -> kapiler darah -> jantung -> paru ->

40
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

bronkus -> trakea -> laring -> batuk ->usus halus -> cacing
dewasa.

• Stadium infektif : Larva filariform


• Stadium diagnostik :
o Infeksi GIT : telur (ovum bersegmen, berdinding
tipis) / larva / cacing dewasa
o Cutaneus Larva Migrans (CLM) : larva filariform

Manifestasi klinis

• Infeksi GIT
o Anoreksia,
o Mual muntah dan diare,
o Penurunan berat badan,
o Nyeri pada daerah duodenum, jejenum dan ileum
o Anemia
o Umumnya kecerdasan pada anak dapat menurun
• Cutaneus Larva Migrans
o Gatal pada kulit (ground itch)
o Papul eritem dan berkelok-kelok (serpiginosa)

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan laboratorium : anemia kronis


• Harada Mori Test (mikroskopik feses)

Tatalaksana

• Edukasi
o Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
o Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
o Menggunakan alas kaki, utamanya saat kontak
dengan tanah
• Farmakologi
o Infeksi GIT
▪ Albendazole 400 mg SD (anak usia < 2 tahun
: setengah dosis. Tidak diberikan pada ibu
hamil)
▪ Mebendazole 2x100 mg po (3 hari berturut-
turut)
▪ Pirantel pamoat 10 mg/kgBB, SD.
o Cutaneus Larva Migrans
▪ Tiabendazole topikal 1 minggu
▪ Albendazole 400 mg/hari po (5 hari berturut-
turut)
o Pemberian sulfasferous

41
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Askariasis Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit


Ascaris lumbricoides (infeksi cacing gelang).

Faktor risiko

• Kebiasaan tidak cuci tangan


• Penggunaan jamban masih kurang
• Kebiasaan menggunakan tinja sebagai pupuk
• Kebiasaan tidak menutup makanan, dihinggapi lalat yang
membawa telur cacing

Siklus kehidupan

Telur infektif -> tertelan -> menjadi larva di usus halus -> migrasi
ke jantung dan paru -> trakea -> faring -> esofagus -> dewasa di
usus halus

• Stadium infektif : telur terfertilisasi


• Stadium diagnostik : cacing dewasa/ telur (berbentuk bulat,
dinding 3 lapis, tebal)

42
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Manifestasi klinis

• Sindroma Loeffler: batuk, demam, sesak nafas, mengi


• Diare/konstipasi
• Mual dan muntah
• Nyeri perut kolik : obstruksi usus
• Cacing dewasa yang keluar dari muntahan/feses

Pemeriksaan penunjang

• Laboratorium : eosinophilia, peningkatan IgG dan IgE


(akibat hasil metabolisme cacing)
• Pemeriksaan mikroskopik tinja (gold standard)

Tatalaksana

• Edukasi
o Perilaku hidup bersih dan sehat (mencuci tangan,
penggunaan jamban, kebersihan rumah dan
lingkungan)
o Menutup makanan
o Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
• Farmakologi
o Albendazole 400 mg SD atau 20 ml suspensi. (Tidak
boleh pada ibu hamil)
o Mebendazole 2x100 mg po (3 hari berturut-turut)
o Pirantel pamoat 10 mg/kgBB, SD.

43
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Oxyuriasis Oxyuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit


Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis (cacing
kremi/pinworm/seatworm).

Siklus kehidupan

Telur infektif tertelan menetas di sekum/kolon -> cacing jantan


akan mati setelah membuahi cacing betina -> bertelur di perianal -
> menetas disekitar anus -> reinfeksi

• Stadium infektif : telur embroyanated (telur berbentuk


D/planokonveks)
• Stadium diagnostik : telur/cacing dewasa
o Karakteristik telur : Bentuk lonjong asimetris, dinding
jernih dan agak
tebal, Satu sisi dinding mendatar dan sisi yang lain
cembung
o Karakteristik khas cacing dewasa :
Cervical/Cephalic alae

Manifestasi klinis

• Pruritus ani/gatal pada malam hari : paling khas


• Iritasi kulit perianal, diikuti infeksi sekunder oleh bakteri

Pemeriksaan penunjang

• Anal swab/cellophane swab/Scotch adhesive tape


(menggunakan selotip) dibawah mikroskop telur cacing
kremi
• Pemeriksaan mikroskopis dari sampel bawah kuku (ambil
sebelum pasien cuci tangan)

Tatalaksana

• Edukasi
o Perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, jamban)

44
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

o Menjaga kebersihan badan (mandi dan ganti


pakaian rutin)
• Farmakologi
o Pirantel pamoat 10 mg/kg BB, SD
o Albendazole 400 mg SD
o Mebendazole 2 x 100 mg PO 3 hari
o Pengobatan diulang 2 minggu kemudian untuk
mencegah reinfeksi.

Skistosomiasis Skistosomiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


parasit cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke).

Etiologi

• Schistosoma japonicum (lembah Napu dan danau Lindu,


Sulawesi Tengah)
• Schistosoma haematobium
• Schistosoma mansoni
• Schistosoma mekongi (jarang)
• Schistosoma intercalatum (jarang)

Faktor risiko

Orang tinggal/datang berkunjung ke daerah endemik di sekitar


lembah Napu dan Lindu, Sulawesi Tengah dan kebiasaan terpajan
dengan air baik di sawah ataupun danau.

Siklus kehidupan

Telur masuk ke air -> mirasidium -> keong (hospes perantara) -


> sporokista ->serkaria ->penetrasi kulit -> schistosomulae ->
pembuluh darah -> cacing dewasa

• Stadium infektif : serkaria


• Stadium diagnostik : telur disertai duri
o Schistosoma mansoni : duri di lateral
o Schistosoma haematobium : duri terminal
o Schistosoma japonicum : duri rudimenter (sulit
terlihat)

45
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Manifestasi klinis

• Fase akut: demam, nyeri kepala, nyeri tungkai, urtikaria,


bronchitis, nyeri abdomen, berkembang menjadi ruam
kemerahan (pruritic rash)
• Riwayat terpapar air danau/sungai (4-8 minggu
sebelumnya)
• Fase kronis (bergantung letak lesi)
o Buang air kecil (hematuria) : S. haematobium
o Nyeri abdomen dan diare berdarah (bloody stool) :
S. mansoni, S. japonicum, S. Mekongi
o Pembesaran perut, ikterik : S. japonicum

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan mikroskopik urin/feses : ditemukan telur


cacing

Tatalaksana

• Edukasi
o Hindari berenang/menyelam di danau/sungai di
daerah endemik
o Minum air yang telah di masak untuk menghindari
penularan lewat air terkontaminasi
• Farmakologi

Spesies schistosoma Dosis Prazikuantel


S. mansoni, S. 40 mg/kgBB/hari/oral
haematobium, S. (dibagi dalam 2 dosis per
intercalatum hari)
S. japonicum, S. mekongi 60 mg/kgBB/hari/oral
(dibagi dalam 3 dosis per
hari)
Pengobatan diulang setelah 2-4 minggu : untuk meningkatkan
efektifitas pengobatan

46
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Taeniasis Taeniasis adalah penyakit zoonosis parasit yang disebabkan oleh


cacing pita yang tergolong dalam genus taenia, antara lain :

• Taenia saginata (sapi/kerbau)


• Taenia solium (babi)

Faktor risiko

• Konsumsi daging yang setengah masak/mentah, yang


mengandung larva sistiserkus
• Higiene yang rendah dalam pengolahan makanan sumber
daging
• Ternak yang tidak dijaga kebersihan kandang dan
makanannya

Siklus kehidupan

Telur/proglottid tertelan sapi/babi -> onkosfer -> usus sapi/babi -


> sirkulasi -> otot -> sistiserkus tertelan oleh manusia -> cacing
dewasa pada usus manusia.

• Bila sistiserkus pada daging tertelan cacing dewasa dalam


usus : TAENIASIS
• Bila telur tertelan manusia akan menggantikan posisi
sapi/babi sistiserkus pada otot, mata, otak :
SISTESERKOSIS
• Stadium infektif : onkosfer
• Stadium diagnostik :
o Telur (bulat, dinding ganda, corakan radial seperti
roda pedati)

o Proglotid
▪ Taenia saginata (cabang uterus > 15)

47
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

▪ Taenia solium (cabang uterus < 10)

Manifestasi klinis

• Sebagian besar kasus asimptomatik


• Rasa tidak enak pada lambung, mual, badan lemah, berat
badan turun, nafsu makan menurun, sakit kepala,
konstipasi, pusing, pruritus ani, diare ( akibat iritasi mukosa
usus/toksin yang dihasilkan cacing)
• Keluar proglottid/telur dari anus

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan mikroskopik tinja : telur


• Pemeriksaan laboratorium darah: eosinophilia, leukositosis,
LED meningkat.

Tatalaksana

• Edukasi
o Perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan
sebelum dan sesudah aktivitas, penggunaan
jamban, kebersihan diri)
o Mengolah daging sampai matang dan menjaga
kebersihan hewan ternak.
• Farmakologi
o Taeniasis
▪ Prazikuantel 10 mg/kgBB SD
o Sistiserkosis
▪ Antikejang (carbamazepin atau fenitoin)
▪ Antiparasit
▪ Albendazol 15 mg/kgBB/hari (2 x 400
mg) 30 hari (jika hanya 1 - 2 kista)
▪ Tambah dengan Prazikuantel 50
mg/kgBB/hari selama 30 hari (jika
ditemukan >2 kista)

48
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Pengobatan dikatakan berhasil apabila skoleks pada tinja (+)

• Taenia saginata : Tidak ada rostellum


• Taenia solium : Ada rostellum

Trichuriasis Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite


Trichuris trichiura (cacing cambuk).

Siklus kehidupan

Telur infektif menjadi larva di usus halus ->cacing dewasa pada


sekum dan kolon ascendens

• Stadium infektif : telur embryonated


• Stadium diagnostik : telur unembryonated (telur berbentuk
tempayan)

Manifestasi klinis

• Infeksi ringan (malaise, mual muntah, nyeri epigastric, nyeri


perut, konstipasi/diare, bloated)
• Infeksi berat (diare darah/lendir, tenesmus (nyeri sewaktu
BAB), anoreksia, anemia, dan penurunan BB
• Infeksi sangat berat : prolaps rekti

Pemeriksaan penunjang

• Mikroskopis feses : ditemukan telur

49
DIFUSI REVIEW
BIMBINGAN BELAJAR KEDOKTERAN PREKLINIK

Tatalaksana

• Edukasi
o Perilaku hidup bersih dan sehat (cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, jamban)
• Farmakologi
o Albendazole 1x400 mg (3 hari)
o Mebendazole 1x500 mg po (3 hari) ATAU 2x100
mg po (3 hari)

SELAMAT BELAJAR

50

Anda mungkin juga menyukai