Anda di halaman 1dari 21

DEMAM TYPHOID

PRECEPTOR DR.YASMAR
7 OKTOBER 2020
DISUSUN OLEH:
M. HamdanAbdurrohman 4151171001
Made Vira Dwipayanti 4151191427
Cut Para Naumira 4151191431
Syifa Hijriani Simamora 4151191433
Reza Fadhil Nugraha 4151191445
Lyla NuraAdista 4151191448
Dety Oktavia 4151191457
Alvita VaniaAryaputri 4151191463
Silmi Zhillan Nur Rahman 4151191468
Bagus Yuda Permana 4151191472
Silvia Septiane 4151191485
Dessy SuriAstutie 4151191487
ANAMNESIS KHUSUS
• Anak perempuan usia 6 th dibawa ke poli dengan keluhan panas badan sejak 5
hari yang lalu
• DIAGNOSIS BANDING:
- TIFOID

- DEMAM DENGUE

- DEMAM CHIKUNGUNYA

- TB

- ISK

- ISPA

- MALARIA

- OMA
ANAMNEIS UMUM
ANAMNESIS KETERANGAN
Demam dirasakan sejak 5 hari yang lalu, Dd/ Demam Tifoid
berlangsung terus menerus, demam dirasakan Demam Ddengue
lebih tinggi pada sore ke malam hari
Ada penurunan nafsu makan Khas pada Demam Tifoid
Demam tidak disertai dengan nyeri Menyingkirkan DD/ ISPA, Covid-19
tenggorokan, batuk , pilek
Demam disertai dengan Epistaksis, tetapi Epistaksis disebabkan karena tiga fakto (f.Trombosis,
epistaksis hanya terjadi pada saat demam saja f.Pembuluh darah, dan f,pembekuan)
Pd kasus kemungkinan  f.Pembuluh darah
Menyingkirkan dd/ Demam Dengue
Demam tidak disertai nyeri saat berkemih, Menyingkirkan dd/ ISK pasien wanita
frekuensi berkemih yang sering
Pasien sebelumnya tidak bepergian ke daerah Menyingkirkan DD/ Malaria
endemis malaria di jabar(pangandaran,
Pelabuhan ratu) tidak ada fase menggigil atau
berkeringat
ANAMNESIS KETERANGAN
Keluhan demam tidak disertai nyeri pada telinga Menyingkirkan DD/ OMA
Tidak disertai nyeri otot hebat spt lumpuh dan pada daerah Menyingkirkan dd/ demam chikungunya
tempat tinggal px tdk ada wabah chikungunya
Pasien tidak dari daerah banjir dan tidak mengeluh nyeri Menyingkirkan dd/ Leptospirosis
otot
Tidak ada kemerahan di pipi dan tidak ada Riwayat X dd/ SLE
keluarga SLE
Riwayat pengobatan: ke PKM diberi antipiretik tidak -Riwayat pengobatan simptomatik
membaik
Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk tidak di -Keadaan Lingkungan Pasien
lakukan fogging, Sumber minum dari galon
Dan jarak dengan MCK tidak terlalu jauh
Sudah sekolah, suka jajan, jarang mencuci tangan -factor risiko higienitas
PEMERIKSAAN FISIK
 KEADAAN UMUM  PEMERIKSAAN KHUSUS
• Kesadaran: Compos Mentis
• KEPALA:
• Kesan Sakit: Tampak Sakit Sedang
• -Mata : Konjungtiva Anaemis -/-
 ANTROPOMETRI
• BB 28 Kg Sklera Ikterik -/-  Tdk Ada Komplikasi
• TB Sesuai Usia
Hepatitis Tifosa

• Status Gizi : Cukup • -Hidung: Krusta Sanguinolenta Bekas


 TANDA VITAL Epistaksis
• TD : 110/80 mmHg • -Telinga : Dbn
• Nadi :88x/mnt
• -Lidah : Lidah Tampak Keabuan di tengah
• Respirasi: 28 X/mnt dengan tepi yang Hiperemis, dan Tremor
• Suhu: 39,4 C  Febris (Typhoid Tongue)
PEMERIKSAAN FISIK
 TENGGOROKAN:  ABDOMEN: NORMAL
• Tonsil : T1/T1 • Inspeksi : tdk ada kelainan
• Faring : Tidak Hiperemis • Palpasi : nyeri tekan ileocaecal tidak ada
 LEHER : H/L dbn
• KGB : Tidak ada pembesaran KGB • Perkusi: dbn
 THORAX: • Auskultasi: BU (+) normal tidak ada tanda
• Inspeksi: Simetris komplikaski perforasi usus
• Auskultasi: tidak ada rhonchi / wheezing Jantung  GENITALIA : DBN
• Inspeksi : dbn  EKSTREMITAS : Akral hangat, ptekie (-)
• Auskultasi: tidak ada bunyi jantung tambahan  UJI TORNIQUETE : (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 DARAH RUTIN:
- Hb : 12,8mg/dl  normal
- Ht : 38%  tidak ada hemokonsentrasi menyingkirkan DHF
- Leukosit :2800mm leukopenia  depresi sumsum tulang
- Trombosit : 73.000  trombositopenia karena adanya depresi sumsum tulang
- DC : belum dilakukan
DIAGNOSIS BANDING
• 1. DEMAM TIFOID
• 2. DEMAM DENGUE
USUL
PEMERIKSAAN
• Gall Kultur : BP Darah karena baru 5 hari
• Fungsi sumsum tulang : karena di sumsum tulang itu tersembunyi. Jarang dilakukan
• Uji Widal Identifikasi peningkatan titer antigen O > 1/160. membedakan Salmonella typhi dg s.
paratyphi
• Serologis Dengue: IgM IgG
DIAGNOSIS KERJA  DEMAM TYPHOID
• DASAR DIAGNOSIS : • Pemeriksaan fisik:

• Anamnesis: -Suhu 39 C
--Typhoid tongue (+)
- Demam <5 hari, demam meningkat
-uji torniquetr (+)  trombositopenia
pada sore dan malam hari
• Pemeriksaan penunjang:
- Gejala GIT : Penurunan nafsu makan
-Leukopenia
-Trombositopenia
TERAPI
• NONFARMAKOLOGI • FARMAKOLOGI

• Suportif:  ANTIBIOTIK
- Lini 1 : kloramfenikol
• Tifoid yang ringan dapat dirawat di rumah:
Dosis :50-100mg/kgbb/hr (max 2gr selama 10-14hr) dibagi
 tirah baring 4 dosis
 Kebutuhan cairan dan kalori tercukupi  Indikasi : leukosit >3000mm
makanan seperti biasa yang mudah dicerna KI: jika kadar leukosit < 3000mm
(karena ada konstipasi)
ESO : depresi sumsum tulang  anemia aplastic
 kompres  jika masih demam
(pada anak tidak diberikan golongan quinolone kecuali jika
terpaksa karena alergi kloramfenikol, karena ESO : gg
pertumbuhan tulang jika diberikana pada usia <18 tahun)
FARMAKOLOGI
• PADA KASUS :  Antipiretik : optional pemberiannya

- Cephalosporin : oral/ IV  PCT 10-15mg/kgbb/ kali

-Keuntungan : simptomatik menurunkan demam


Cefixime :
-Kerugian :
Dosis : 15-20mg/kgbb/hr dibagi 2 dosis selama
10 hari Pemberian antipiretik pada kasus demam dapat
membingungkan efek terapinya, karena jika demam
Pemberian peroral, aman untuk anak turun apakah tanda dari infeksi yang sudah sembuh
atau efek antipiretik, dan dapat mengubah pola
demam
- pemberian anitipiretik diberikan kecuali pada pasien
dengan riwayat kejang demam
PROGNOSIS

• QAV : AD BONAM
• QAF : AD BONAM
(Belum terdapat komplikasi pada pasien, bila terjadi komplikasi intestinal merupakan keadaan yang
mengancam jiwa. Dubia ad malam)
KOMPLIKASI
•INTRAINTESTINAL Tatalaksana akut abd: sebelum dirujuk (ABC)

-Perdarahan usus 1. Hentikan pemberian oral apapun

-Perforasi usus peritonitis : 2. Oksigen

Gejala : demam tinggi, nyeri abdomen, muntah, 3. NGT


kembung, 4. Cairan IV
PF: defance muscular (+), BU menurun(ileus 5. Antibiotik  untuk mencegah infeksi sekunder
pemberian sebelum dilakukan laparatomi
paralitik),
- Cephalosporin :
PP: leukositosis, foto abdomen (distribusi udara
tidak merata, airfluid level, bayangan radiolusen ceftriaxon 80mg/kgbb/hr dosis tunggal IV

di daerah hepar, udara bebas pada abdomen) - Metronidazole 7mg/kgbb dibagi 4 dosis (efek
terhadap flora normal anaerob di dalam usus)
Rujuk ke bedah  laparatomi
KOMPLIKASI
• EKSTRAINTESTINAL
- CVS : miokarditis

- Darah : trombositopenia, thrombosis


- Paru : pneumonia
- Hepatobilier : hepatitis tifosa

(tidak ada marker untuk pemeriksaannya, tanda ikterus, sebelumnya (+) typhoid, peningkatan SGOT/SGPT,
tanyakan konsumsi obat OAT atau tidaak, untuk membedakan dengan hepatitis periksa hbsag, anti HCV, anti
HAV (-) )
- Ginjal : glomerulonefritis
- Neuropsikoatri : tifoid toksik/ tifoid ensefalopati terjadi karena enterotoksin yang menembur BBB
ensefalopati, ditandai dengan gejala : panas yang tinggi  delirium (ngaso ngomongnya), penurunan
kesadaran, tidak ada terapi karena sembuh sendiri
TIFOID CARIER
• BAGAIMANA TERJADINYA CARIER? • BAGAIMANA CARA IDENTIFIKASI TIFOID
CARIER :
Berdasarkan pathogenesis demam tifoid, terjadi
Dilakukan pemeriksaan gall kultur (BP feses)
bakteriemia II, bakteri salmonella typhi dapat hidup Bakteri yang terdapat dalam gall bladder akan mengikuti
pada gall bladder yang memiliki struktur anatomi dan aliran empedu melalui ductus koledoktus sampai di usus
dan akan terdapat pada feses kultur tinja (+)
histologi yang sulit dicapai saat pemberian antibiotic.
• Mengapa perlu tahu tifoid carier berbahaya bisa
Karena antibiotic tidak mencapai gall bladder menjadi sumber penularan
sehingga bakterinya masih tetap terdapat dalam tubuh • Terapi apa yang diberikan  perlu dilakukan kultur
namun tidak bergejala karena tidak tdk menyebabkan supaya dapat di tentukan antibiotic yang tepat 
pemberiannya diberikan sampai kultur tinja (-) sebagai
bakteriemia disebut typhoid carirer tanda dari cariernya hilang
PENCEGAHAN

• Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu

1. Identifikasi dan eradikasi S. Tjphi pada pasien tifoid asimtomatik, karier, dan akut.
Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman baik tingkat usaha rumah
tangga. Restoran, hotel sampai pabrik beserta distributornya.
2. Pencegahan transmisi langsung dari penderita terinfeksi S. Typhi akut maupun karier.

Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap
kuman s. Typhi.
3. Proteksi pada orang yang berisiko tinggi tertular dan terinfeksi.

Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik.
PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi dapat menginfeksi
jika kadarnya 105
EPIDEMIOLOGI

• Demam tifoid merupakan penyakit endemis di indonesia yang disebabkan oleh infeksi
salmonella typhi. Prevalensi 91% kasusa demam tifoid terjadi pada usia 3-9 tahun, kejadian
meningkat setelah usia 5 tahun.
• 96% kasus demam tifoid disebabkan oleh s.Typhi sisanya oleh S.Paratyphi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai