Anda di halaman 1dari 38

Croup et Bronkopneumonia

Oleh :
Raysella Khaulla Miandi
201810401011089

Pembimbing :
dr. Monique Noorvitry, Sp.A

SMF Ilmu Kesehatan Anak


RSU HAJI Surabaya
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah MAlang
Pendahuluan
Pendahuluan
• Croup atau laringotrakeobronkitis  inflamasi pada laring (glotis
dan subglotis)  kegawatdaruratan di bidang respiratori, bahkan
pasien dapat mengalami gagal napas.
• Bronkopenumonia  radang dari saluran pernapasan pada bronkus
sampai dengan alveolus paru  Insiden penyakit ini pada negara
berkembang termasuk indonesia hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : An. ANP
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 10 bulan 8 hari
• BB/TB : 9 kg/69 cm
• Nama Ayah / Umur : Tn. P /22 tahun
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Nama Ibu / Umur : Ny. M /21 tahun
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Rungkut Lor 5 Blok I No.14, Surabaya
• MRS : 18 juni 2019, 15.00 WIB
• Tanggal Pemeriksaan : 19 juni 2019, 08.00 WIB
Anamnesis (alloanamnesis)

• Keluhan Utama : Sesak napas


• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Sesak napas seperti terengah – engah
• Demam 1 hari SMRS seperti sumer – sumer, menggigil (-)
• Batuk berdahak dan pilek 1 hari SMRS
• Tampak rewel
• Suara grok – grok saat tidur
• Suara serak
• muntah 1 x berisi dahak
• Kejang dan penurunan kesadaran (-)
• Riwayat BAK 4 jam sebelum MRS berwarna jernih, darah (-).
• Nafsu makan pasien sedikit menurun sejak sakit
• Belum BAB sejak MRS
• Pasien ganti popok sekitar 4-5 kali sehari.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
• Keluhan yang sama seperti saat ini (-)
• Batuk lama (-)
• Alergi (-)
• Sesak napas (-)
• Kejang (-)
• Riwayat Penyakit Keluarga :
• Saat ini tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
• Tidak ada keluarga yang batuk lama atau riwayat pengobatan
selama 6 bulan
• Alergi (-)
• Asma (-)
• Kejang (-)
• Riwayat Antenatal
▫ Selama hamil rutin kontrol ke bidan, tidak pernah sakit, dan tidak
pernah mengonsumsi obat - obatan selama hamil kecuali vitamin A
dari bidan.
• Riwayat Persalinan
▫ Laki-laki/spontan bawah/36 minggu/BB lahir 3300
gr/PB 47 cm/langsung menangis/ ditolong bidan
• Riwayat Imunisasi
▫ Imunisasi BCG; Hepatitis B I,II,III; DPT I,II,III; Polio
I,II,III,IV; dan Campak (belum lengkap)
• Riwayat Tumbuh Kembang
• Motorik kasar dalam batas normal
• Motorik halus dalam batas normal
• Bahasa dalam batas normal
• Personal sosial dalam batas normal
• Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
• Riwayat Gizi
 ASI eksklusif 6 bulan dan usia 7 – 10 bulan MPASI.
 Nafsu makan baik.
 Makan 2 – 3 kali sehari.
• Riwayat Sosial
• Pasien merupakan anak pertama
• Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya
• Ayah pasien merokok
• Rumah dengan ventilasi dan kebersihan yang cukup
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Sakit berat
• Kesadaran : Compos Mentis; GCS :4-5-6
• Vital Sign :
▫ Nadi : 150 x/min
▫ RR : 50 x/min
▫ Suhu Aksila : 37,2oC
▫ BB/TB : 9 kg/69 cm
Pemeriksaan Fisik
Kepala / Leher Thorax

• Anemis/Icterus/Cyanosis/Dyspneu : -/- • Pulmo


/-/+ ▫ Inspeksi : normochest, gerak dinding
• Kepala : normochepali dada simetris, retraksi +/+
• Mata : refleks cahaya (+/+), pupil bulat ▫ Palpasi : ekspansi dinding dada
isokor (+/+),konjungtiva anemis (-/-), simetris
sklera ikterik (-/-), mata cowong (-/-) ▫ Perkusi : sonor disemua lapang paru
• Hidung : sekret (-), pernafasan cuping ▫ Auskultasi : bronkial +/+, wh -/-
hidung (+) , rh +/-, stridor insp +, inspirasi
• Mulut : Mukosa bibir kemerahan, lidah memanjang
kotor (-), gusi berdarah (-), faring • Cor
hiperemi (+). tonsil hiperemi (-/-), tonsil
T1/T1 ▫ Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
▫ Palpasi: Ictus tidak kuat angkat, thrill (-)
• Telinga : cairan keluar dari telinga (-) ▫ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Leher : Pembesaran kelenjar getah ▫ Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-),
bening: -/-, deviasi trakea (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi • Flat, simetris, distensi (-)

Auskultasi • BU + normal

Palpasi • Supel, nyeri tekan (-),turgor normal

Perkusi • Timpani di seluruh lapang abdomen,


meteorismus (-)
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas Status Neurologis

• CRT <2 detik


• Akral hangat kering merah
(+)
• Oedema (-)

Genitalia
• Phimosis (-)
Status Gizi

BB/U : -2 SD sampai
dengan 2 SD
Kesimpulan :
BB normal
BMI/U : -2 SD sampai
dengan 2 SD
Kesimpulan : baik
TB/U : -2 SD sampai
dengan 2 SD
Kesimpulan : normal
Pemeriksaan Penunjang
18/06/2019 • Diff count
• Darah Lengkap – Eosinofil : 0,1%
▫ Hb : 10,5 g/dL – Basofil : 0,3%
▫ Leukosit : 15.700 /mm3 – Neutrofil : 59 %
▫ Hematokrit : 34,4 % – Limfosit : 28,7 %
▫ Trombosit : 418.000 /mm3 – Monosit : 11,9 %
• Kimia klinik • Immunoserologi
▫ GDA Stik : 150 mg/dl – CRP kuantitatif : 39,2 (duplo)
• K/Na/Cl mg/dl
▫ Kalium : 4,8 mmol/L
• Blood Gas
▫ Natrium : 144 mmol/L
– Pco2 : 43,7 mmHg
– Po2 : 198,1 mmHg
▫ Chlorida : 110 mmol/L
– Ph : 7,217
• Foto Thorax
– Kesimpulan : bronchopneumonia
Resume
• An.ANP, laki-laki usia 10 bulan 8 hari, BB 9 kg
• Anamnesis : demam, batuk disertai dahak namun tidak bisa keluar,
pilek 1 hari SMRS, kejang (-), sesak napas semakin memberat saat
demam, Muntah 1x berisi dahak, rewel, nafsu makan menurun,
suara serak, suara grok – grok, BAB dan BAK dalam batas normal.
RPD : batuk (-), alergi (-), sesak (-), kejang (-)
RPSos: ayah an. ANP perokok (+)
• Pemeriksaan fisik : tampak sakit berat , kesadaran compos mentis,
takipneu
• K/L : Dispneu (+)
• Thorax :
• Pulmo : napas cuping hidung (+), retraksi dinding dada (+), Stridor (+)
inspirasi, rh+/-, bronkial +/+
• Cor dbn
• Abdomen dbn Diff count
• Ekstremitas dbn Eosinofil : 0,1%
• Genitalia dbn Basofil : 0,3%
Neutrofil : 59 %
• Pemeriksaan neurologis dbn
Limfosit : 28,7 %
18/06/2019 Monosit : 11,9 %
• Darah Lengkap Immunoserologi
▫ Hb : 10,5 g/dL CRP kuantitatif : 39,2 (duplo) mg/dl
▫ Leukosit : 15.700 /mm3 Blood Gas
▫ Hematokrit : 34,4 % Pco2 : 43,7 mmHg
▫ Trombosit : 418.000 /mm3 Po2 : 198,1 mmHg
Ph : 7,217
• Kimia klinik
Foto Thorax
▫ GDA Stik : 150 mg/dl Kesimpulan : bronchopneumonia
• K/Na/Cl
▫ Kalium : 4,8 mmol/L
▫ Natrium : 144 mmol/L
▫ Chlorida : 110 mmol/L
Daftar Masalah
• Dispneu
• Demam, batuk, pilek
• Suara serak
• Takipneu
• Suara bronkial
• Retraksi dinding dada
• Stridor inspirasi dan ronki basah kasar
• Napas cuping hidung
• CRP meningkat
Diagnosis Kerja
• Croup et bronkopneumonia

Diagnosis Banding
• Bronkiolitis
Pembahasan
Croup
Teori Pasien

- suara serak, batuk menggonggong dan stridor Pada pasien gejala yang muncul terdapat suara serak, stridor

inspiratoir, coryza, demam yang tidak begitu tinggi inspirasi, pernapasan cuping hidung, demam, batuk

selama 12-17 jam,hidung berair, nyeri menelan, dan berdahak, hidung berair. Namun pada pasien tidak temukan

batuk ringan dapat disertai malaise. nyeri menelan. Pasien hanya mengalami pernapasan cuping

- terjadi obstruksi napas yang makin berat, ditandai hidung dan ditemukan retraksi dinding dada. Hal ini sesuai

dengan takipneu, takikardia, sianosis dan dengan teori croup. Pemeriksaan penunjang foto leher belum

pernapasan cuping hidung. dilakukan untuk melihat terdapat steeple sign dan untuk

- Pemeriksaan thoraks ditemukan retraksi mendiagnosis banding gejala stridor pada anak seperti

supraklavikular, suprasternal, interkostal, epigastrial. epiglottitis. Pemberian terapi deksametason belum

- Pemeriksaan penunjang radiologi berupa


diberikan pada pasien ini.
penyempitan dari subglotis (seperti menara / steeple

sign) pada foto rontgen leher anterior-posterior (AP).


Bronkopneumonia
Teori Pasien
• Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama Pasien mengeluhkan diawal dengan demam,
beberapa hari, demam, dispneu, kadang batuk, pilek dan dispneu. Hal ini sesuai dengan
disertai muntah dan diare, Batuk kering teori. Tetapi pasien tidak mengalami muntah dan
kemudian menjadi produktif diare. Pasien juga ditemukan ronki basah kasar
• Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus pada lapang paru dextra, terdengar suara bronkial
nyaring, suara pernapasan menurun, suara dan terdapat retraksi dinding dada serta
bronkial, inspirasi memanjang pernapasan cuping hidung. Perkusi pada pasien
• Adanya retraksi epigastrik, interkostal, ini terdengar sonor sehingga dapat disimpulkan
suprasternal, Adanya pernapasan yang cepat tidak terdapat efusi pleura. Pada pemeriksaan
dan pernapasan cuping hidung, laboratorium tidak ditemukan adanya leukositosis
• pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya dengan predominan PMN. Secara teori
leukositosis dengan predominan PMN, bronkopneumonia akibat bakteri ditemukan
• pemeriksaan rontgen thorax ditemukan adanya adanya leukositosis dengan predominan PMN.
infiltrat interstitial dan infiltrat alveolar serta Pada pemeriksaan foto thorax berkesimpulan
gambaran bronkopneumonia. bronkopneumonia. Secara teori pemeriksaan
radiologis ditemukan infilitrat atau
bronkopneumonia.
Bronkiolitis
Teori Pasien
• Sering terjadi pada usia 2–24 bulan, puncaknya An. AKN mengalami gejala demam, batuk, pilek
pada usia 2–8 bulan dan sesak napas. Hal ini sesuai dengan teori gejala
• Gejala awal bronkiolitis berupa pilek ringan, awal bronkiolitis berupa gejala infeksi respiratori
batuk, dan demam, sesak napas. atas. An. AKN juga rewel dan mengalami
• Dapat ditemukan wheezing, sianosis, merintih penurunan nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik
(grunting), napas berbunyi, muntah setelah tidak ditemukan wheezing. Bila pada bronkiolitis
batuk, rewel, dan penurunan napsu makan. P ditemukan ekspirasi memanjang hingga wheezing.
• Adanya takipnea, takikardi, dan peningkatan An. AKN ditemukan pernapasan cuping hidung dan
suhu di atas 38,5 °C, konjungtivitis ringan dan retraksi dinding dada. Bronkiolitis ditemukan
faringitis, ekspirasi memanjang hingga pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding
wheezing. dada. Pada auskultasi juga ditemukan rhonki. Hal
• Obstruksi : napas cuping hidung dan retraksi ini sama dengan teori bronkiolitis. Pada
interkostal. pemeriksaan penunjang foto thoraks tampak
• Pemeriksaan darah rutin kurang bermakna hiperinfiltrat sedangkan pada pasien tampak
karena jumlah leukosit biasanya normal, gambaran bronkopneumonia.
demikian pula dengan elektrolit. Analisis gas
darah (AGD) diperlukan untuk anak dengan
sakit berat, khususnya yang membutuhkan
ventilator mekanik.
• Pada foto rontgen toraks didapatkan gambaran
hiperinflasi dan infiltrat (patchy infiltrates)
Terapi
• Infus D5 1/4 NS 900cc/24 jam
▫ Untuk kebutuhan cairan, sesuai dengan berat badan
yaitu 9 Kg, sehingga pasien diberikan cairan D5 1/4 NS
melalui infus dengan 14 tetes per menit. D5 1/4 NS
terdiri dari 100 cc D5% dengan 25 cc NaCl, dimana
kandungan dekstrosa 50 g (200 kkal), Na 38,5 mEq/L,
Cl 38,5 mEq/L, Ca 200 mg/dL, dan total Osm 353.
Sebagai pengganti kebutuhan kalori yang tidak bisa
didapatkan oleh pasien bronkopneumonia secara oral
dan anak dengan berat badan kurang dari 10 kg lebih
baik mendapat rumatan yang mengandung 1/4 NS
(38,5 mEq/L) karena kebutuhan air yang tinggi per
kilogram.
Terapi
• O2 nasal sebagai terapi suportif.
▫ Secara teori, oksigen diberikan untuk mengatasi
hipoksemia, menurunkan usaha untuk bernapas, dan
mengurangi kerja miokardium. Oksigen penting
diberikan kepada anak yang menunjukkan gejala adanya
tarikan dinding dada( retraksi) bagian bawah yang
dalam, SpO2 <90%; frekuensi napas 60 x/menit atau
lebih. Pemberian Oksigen melalui nasal pronge yaitu 1-
2 L/menit atau 0,5 L/menit. Hal ini sesuai dengan
kondisi gejala klinis pasien yang mengalami retraksi
dinding dada sehingga diberikan oksigen nasal.
Terapi
• Inj. Ampicillin 4 x 250 mg
▫ Secara teori injeksi ampicillin diberikan dengan dosis 100-400
mg/kgBB/hari setiap 6 jam. Sehingga pada pasien ini diperoleh
rentang dosis 900-3600 mg/hari. Jadi pemberian dosis injeksi
ampicillin pada pasien ini sesuai dengan teori karena masih dalam
rentang dosis terapi.
• Inj. Gentamicin 2 x 20 mg
▫ Secara teori injeksi ampicillin diberikan dengan dosis 1-2,5 mg/kgBB
setiap 8 jam. Sehingga pada pasien ini diperoleh rentang dosis 9-
22,5 mg/hari. Jadi pemberian dosis injeksi ampicillin pada pasien
ini sesuai dengan teori karena masih dalam rentang dosis terapi.
• Pemberian 2 macam antibiotic ampicillin dan gentamicin
didasari pada etiologi dari bronkopneumoni, di mana ampisilin
digunakan untuk mengatasi bakteri gram positif sedangkan
gentamisin digunakan untuk mengatasi bakteri gram negatif.
Terapi
• Inj Paracetamol 3x 100 mg prn
▫ Secara teori injeksi paracetamol diberikan dengan
dosis 10-15mg/kgBB/kali terbagi dalam 3 dosis.
Sehingga pada pasien ini diperoleh rentang dosis
90-135mg/kali. Jadi pemberian dosis injeksi
paracetamol pada pasien ini sesuai dengan teori
karena masih dalam rentang dosis terapi.
Paracetamol berfungsi sebagai antipiretik.
Terapi
• Nebul combivent 1 cc + 2 cc PZ  tiap 8 jam
▫ Combivent berisi salbutamol suphate dan ipratropium bromide.
Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak akibat
penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat hipersekresi
mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta-2 adrenegik
yang selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat
pelepasan mediator dari pulmonary mast cell. Sedangkan
ipratropium merupakan bronkodilator. Namun terapi nebulisasi
bukan menjadi gold standar pengobatan dari bronkopneumoni. Gold
standar pengobatan bronkopneumoni adalah penggunaan 2
antibiotik.
Follow up
Tanggal Kondisi pasien Pembahasan

20 juni 2019 Pada anamnesis pasien sesak (-), panas (-), batuk (+), Pemberian oksigen dihentikan karena dari anamnesis tidak terdapat

pilek (+) keluhan sesak dan kondisi pasien sudah menunjukkan perbaikan.

Pada pemeriksaan fisik rhonki +/+

21 juni 2019 Pada anamnesis pasien sesak (-), panas (-), batuk (+), Terapi tetap

pilek (+) Check lab ulang

Pada pemeriksaan fisik rhonki +/+ Antipiretik sudah tidak diberikan, karena pasien sudah tidak demam,

namun antibiotik masih dilanjutkan.

22 juni 2019 Pada anamnesis pasien sesak (-), panas (-), batuk (+), ACC KRS

pilek (+) Antibiotik intravena dihentikan. Diberikan antibiotik oral yaitu

Pada pemeriksaan fisik : cefixim 2 x 40 mg dan Ambroxol 3 x ½ cth sebagai mukolitik.

Taxilla 36 oC Penggunaan ambroxol tidak dianjurkan pada kasus bronkopneumoni

Pemeriksaan laboratorium: pada bayi karena bayi belum mempunyai reflek batuk yang baik sehingga

CRP 2,5 mg/dL bila tetap diberikan mucus akan mengalir ke alveoli dan memperberat

derajat penyakit.
Prognosis
• Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam.
Edukasi
• Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien
mengenai penyakit yang diderita pasien yaitu
bronkopneumonia dan croup.
• Memberikan penjelasan tentang terapi yang akan diberikan.
• Memberikan edukasi mengenai asupan kalori dan cairan
yang adekuat
• Memberikan edukasi pada orang tua pasien untuk menjaga
kesehatan anaknya agar daya tahan tubuh baik
• Edukasikan tentang komplikasi yang mungkin terjadi serta
prognosisnya.
Kesimpulan
• Pada kasus di atas, kecurigaan pertama penulis pasien
mengalami croup, karena pada pasien ini terdapat
gejala yang muncul antara lain suara parau, stridor
inspirasi dengan diawali sebelumnya pasien
mengalami demam, pilek dan batuk. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi dinding dada dan napas cuping
hidung. Untuk pemeriksaan foto rontgen leher belum
dilakukan. Croup biasanya tampak gambaran steeple
sign. Sebaiknya untuk menunjang diagnosis croup
pasien ini dilakukan pemeriksaan foto rontgen leher.
• Kecurigaan kedua, pasien mengalami bronkopneumonia karena
dari anamnesis didapatkan infeksi saluran napas atas. Kemudian
dari pemeriksaan fisik didapatkan rhonki, suara bronkial, retraksi
dinding dada dan pernapasan cuping hidung. Hal ini sangat
khas pada bronkopneumonia yaitu suara ronki basah halus yang
nyaring. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan normal.
Secara teori pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis
predominan PMN. Pemeriksaan foto thoraks ditemukan
bronkopneumonia. Hal ini sudah mendukung diagnosis dari
bronkopneumonia.
• Diagnosis banding pada pasien ini antara lain bronkiolitis.
Kecurigaan pada bronkiolitis dikarenakan pasien mengalami
keluhan yang sama yaitu diawali dengan infeksi saluran napas
atas. Terdapat suara mengi yang khas pada bronkiolitis.
Sedangkan pasien tidak terdapat mengi. Pada pemeriksaan tidak
tampak ekspirasi memanjang sampai wheezing. Bronkiolitis
biasanya ditemukan ekpirasi memanjang sampai wheezing.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai