KELUHAN UTAMA
Pasien datang dari IGD RSPAD dengan keluhan utama muntah berisi
makanan setiap setelah makan sejak 7 hari SMRS. Terdapat keluhan mual pada
pasien dan lemas sering kali dirasakan oleh pasien walaupun tanpa aktivitas fisik
Pasien mengatakan adanya keluhan batuk yang dialami 1 bulan yang lalu
dengan dahak berwarna kuning tanpa disertai darah. Selain itu, pasien juga
mengalami penurunan berat badan dengan berat 57 kg menjadi 46 kg saat ini. Nafsu
makan pasien mengalami penurunan dikarenakan pasien terkadang merasakan mual
dan menjadi muntah. Pasien mengeluhkan adanya terkadang demam naik turun.
Pasien mengatakan adanya keringat malam , sesak dirasakan saat batuk. BAK dan
BAB tidak ada keluhan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat di RS Tidar Magelang dengan keluhan demam, batuk. Didapatkan riwayat
tuberkulosis klinis dengan rontgen thorax didapatkan suspek Tb Pulmo pada tanggal
07/05/2023 namun pasien sempat cek TCM TB dengan hasil negatif. Riwayat hipertensi, gula
darah tinggi, penyakit jantung dan alergi disangkal oleh pasien.
• Pasien tinggal di kosan jakarta bersama teman-teman lainnya namun pasien tidak mengetahui apakah
• Pasien mengatakan tidak pernah merokok serta tidak memiliki riwayat konsumsi minuman keras
maupun obat-obatan terlarang. Pasien tidak memiliki riwayat hubungan intim. Pasien memiliki riwayat
sembuh keluhannya.
• Pasien diberikan 9 hari yang lalu obat OAT oleh puskesmas (29/05/2023)
PEMERIKSAAN FISIK
KESADARAN
KEADAAN UMUM
Compos Mentis
Tampak Sakit Sedang [GCS E4M6V5]
TANDA VITAL
STATUS ANTROPOMETRI q TD : 100/67 mmHg
q S : 37,3oC
q BB : 42 kg q N : 183x/menit
q TB : 172 cm
q IMT : 14,19 kg/m2 q RR : 20x/menit, reguler
q Status gizi : Underweight q SpO2 : 99% on room air
q Kepala : Normocephal
STATUS
q Rambut : Warna Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
GENERALIS
q Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor
q Telinga : Normotia
q Hidung : Tidak ada deviasi septum nasal, tidak ada sekret, tidak ada
napas cuping hidung
q Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
q Mulut : Mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat, tidak ada sianosis,
tampak plak putih pada mukosa rongga mulut dan lidah
q Leher : Leher simetris, Tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, JVP
normal.
STATUS GENERALIS
THORAKS
Normochest, Pectus Excavatum (-), Pectus Carinatum (-), Barrel Chest (-)
PULMO
▪ Inspeksi : Lesi (-) , benjolan (-), retraksi pernapasan (-), pergerakan dada simetris, tattoo (-)
▪ Palpasi : Terasa hangat dan getaran vokal fremitus normal pada kedua lapang paru
▪ Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
▪ Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
COR
▪ Inspeksi : Bentuk dada normal, ictus cordis terlihat
▪ Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
▪ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
▪ Auskultasi : BJ I&II murni regular, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALIS
ABDOMEN
▪ Inspeksi : Tidak ada distensi, tidak ada massa
▪ Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
▪ Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
▪ Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
• Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-), Sianosis (-), Clubbing finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI 31 MEI 2023]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI[06 JUNI 2023]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mikrobiologi dan
Imunoserologi
[31 Mei 2023 ]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DESKRIPSI :
▪ Jantung tidak membesar (CTR < 50%)
▪ Sinuses dan diafragma normal
▪ Pulmo :
FOTO THORAKS PA
▪ Corakan bronkovaskular normal [31 Mei 2023 ]
setiap setelah makan sejak 7 hari SMRS. Mual dan lemas sering kali dirasakan oleh pasien
walaupun tanpa aktivitas fisik berlebihan. Pasien mengatakan adanya keluhan batuk yang
dialami 1 bulan yang lalu dengan dahak berwarna kuning tanpa disertai darah. Penurunan berat
badan dengan berat 57 kg menjadi 46 kg saat ini. Nafsu makan pasien mengalami penurunan.
Demam naik turun 1 bulan terakhir. Keringat malam , sesak dirasakan saat batuk.
RESUME
Pada RPD, Riwayat di RS Tidar Magelang dengan keluhan demam, batuk. Didapatkan riwayat
tuberkulosis klinis dengan rontgen thorax didapatkan suspek Tb Pulmo, cek TCM TB dengan
hasil negatif. RPO didapatkan pemberian ciprofloxacim, ambroxol di RSUD Tindar Magelang
namun tidak sembuh keluhannya. Pasien diberikan 9 hari yang lalu obat OAT oleh puskesmas.
RESUME
Pada pemeriksaan fisik didapatkan mulut didapatkan plak putih pada
mukosa rongga mulut dan lidah. Pada auskultasi paru terdapat ronkhi di kedua lapang
paru, dan status gizi dalam underweight.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan Imunoserologi
Anti-HIV didapatkan reaktif. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik SGOT, SGPT,
Bilirubin Direk Meningkat.
DAFTAR MASALAH
4) Candidiasis Oral
5) Malnutrisi
6) Dypepsia
Tuberkulosis terdiagnosis
secara klinis
▪ Anamnesis : Pasien mengeluhkan batuk berdahak berwarna kuning 1 bulan yang lalu, penurunan berat
badan, demam, sesak dirasakan saat batuk, keringat malam, nafsu makan menurun, mudah lemas. Pada
riwayat penyakit dahulu, didapatkan di RS Tidar Magelang riwayat tuberkulosis klinis dengan rontgen
thorax didapatkan suspek Tb Pulmo pada tanggal 07/05/2023 namun cek TCM TB dengan hasil negatif.
Riwayat pengobatan pada pasien sudah meminum antibiotik non OAT dan tidak ada perbaikan. Pasien juga
▪ Pemeriksaan fisik : pada auskultasi paru terdapat ronkhi di kedua lapang paru, status gizi dalam
underweight
▪ Pemeriksaan penunjang : -
▪ Rencana Tatalaksana :
b) N-Acetylcysteine 3 x 200 mg PO
c) Curcuma Force 3 x 1 ml
Tuberkulosis terdiagnosis
secara klinis
▪ Rencana Diagnostik :
▪ Rencana Edukasi :
a) Edukasi mengenai kepatuhan mengkonsumsi OAT kepada pasien dan juga keluarga pasien saat
c) Pemberian nutrisi dengan pemberian makanan dalam jumlah porsi kecil diberikan 6 kali perhari lebih
diindikasikan menggantikan porsi biasa tiga kali per hari, diet tinggi kalori tinggi protein.
SIDA
▪ Anamnesis : -
▪ Pemeriksaan fisik : Pada mulut didapatkan plak putih pada mukosa rongga mulut dan lidah.
▪ Rencana Tatalaksana :
a. obat ARV (Atripla) à Efavirenz 600 mg, Emtricitabine 200 mg dan Tenovir DF 300 mg
▪ Rencana Diagnostik :
▪ Rencana Edukasi :
▪ Pemeriksaan Fisik : -
▪ Pemeriksaan Penunjang :
▪ Rencana Tatalaksana :
▪ Rencana Edukasi :
-
DYPEPSIA
▪ Anamnesis : mual dan muntah berisi makanan sejak masuk IGD hingga di Bangsal
▪ Pemeriksaan Fisik : -
▪ Pemeriksaan Penunjang : -
▪ Rencana Tatalaksana :
a. Domperidone 3x10 mg
▪ Rencana Edukasi :
- Kelola stress
PROGNOSIS
DEFINISI
Tuberkulosis merupakan penyakit multisistemik dengan
berbagai presentasi dan manifestasi klinis yang menjadi
penyebab paling umum kematian terkait penyakit menular
diseluruh dunia.
EPIDEMIOLOGI
▪ Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian di dunia.
▪ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, pada tahun
2016, terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis serta pada tahun
yang sama tuberkulosis menyebabkan kematian 1,3 juta individu non-
HIV dan 374.000 individu terinfeksi HIV
▪ Di Indonesia sendiri diperkirakan pada tahun 2019 terdapat 845.000
(770.000 – 923.000) kasus baru TB Paru, sebanyak 19.000 kasus
baru di antaranya merupakan kasus TB-HIV positif. Diperkirakan
terdapat 92.000 kematian pada kasus TB-HIV negatif dan 4.700
kematian pada pasien TB-HIV positif.
ETIOLOGI
PEMERIKSAAN FISIK
§ Kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
§ Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan.
§ Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen
posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6).
§ Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah kasar/halus, dan/atau tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan
mediastinum.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
§ Pemeriksaan Dahak (Sputum)
a) Mikroskopis (Ziehl-Neelsen)
b) Biakan (Lowenstein Jensen)
§ Tes Cepat Molekular à GeneXpert
§ Pemeriksaan Radiologi
§ Pemeriksaan Lainnya
a) Analisa Cairan Pleura
b) Pemeriksaan Tuberkulin
c) Pemeriksaan Histopatologi
Alur
diagnosis TB
TATA LAKSANA
TUJUAN
1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup.
2) Mencegah kematian dan/atau kecacatan karena penyakit TB atau efek lanjutannya.
3) Mencegah kekambuhan.
4) Menurunkan risiko penularan TB
5) Mencegah terjadinya resistensi terhadap obat OAT serta penularannya.
PRINSIP
1) Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan obat yang meliputi minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT.
2) OAT diberikan dalam dosis yang tepat.
3) OAT ditelan secara teratur dan diawasi oleh pengawas menelan obat (PMO) hingga masa
pengobatan selesai.
4) OAT harus diberikan dalam jangka waktu yang cukup, meliputi tahap awal/ fase intensif
dan tahap lanjutan.
TATA LAKSANA
FASE INTENSIF
OAT Diberikan setiap hari dengan tujuan untuk menurunkan secara cepat kuman MTB
yang berada didalam tubuh penderita dan meminimalisasi risiko untuk terjadinya
penularan. Jika pada tahap awal OAT ditelan secara teratur dengan dosis yang tepat,
risiko penularan umumnya sudah berkurang setelah 2 minggu pertama tahap awal
pengobatan.
FASE LANJUTAN
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa MTB yang tidak mati pada
tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap lanjutan berkisar
antara 4 – 6 bulan.
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
KDT
§ Satu tablet KDT RHZE untuk fase intensif : Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg,
Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg.
§ Satu tablet KDT RH untuk Fase lanjutan : Rifampisin 150 mg + Isoniazid 75 mg diberikan
setiap hari.
TATA LAKSANA
Keuntungan KDT
1) Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
minimal.
2) Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan
kesalahan pengobatan yang tidak disengaja.
3) Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap
penatalaksanaan yang benar dan standar.
4) Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.
5) Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan terjadinya
resistensi obat akibat penurunan penggunaan monoterapi.
TATA LAKSANA
TUBERKULOSIS PARU
• Pemeriksaan sputum BTA dan TCM TB: Penegakan diagnosis TB pada pasien HIV secara klinis
sulit dan pemeriksaan sputum BTA lebih sering negatif sehingga diperlukan pemeriksaan TCM
TB.
• Foto thoraks: Gambaran foto toraks TB pada pasien HIV stadium awal dapat menyerupai
gambaran foto toraks TB pada umumnya, namun pada HIV lanjut gambaran foto toraks sangat
tidak spesifik dan dapat ditemukan gambaran TB milier.
• Pada ODHA terduga TB, pemeriksaan foto toraks dilakukan sejak awal bersamaan dengan
pemeriksaan BTA dan atau TCM TB.
TB dengan SIDA
Prinsip tata laksana pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV sama seperti pasien TB tanpa
HIV. Obat TB pada pasien HIV sama efektifnya dengan pasien TB tanpa HIV. Pada koinfeksi TB
HIV sering ditemukan infeksi hepatitis sehingga mudah terjadi efek samping obat yang bersifat
hepatotoksik
• Rekomendasi WHO untuk pengobatan TB HIV pada fase intensif dan lanjutan diberikan setiap
hari, tidak direkomendasikan terapi intermiten
• Pasien dengan infeksi TB dan HIV harus diberikan kotrimoksazol untuk pencegahan infeksi lain.
TB dengan SIDA
• Pasien dengan koinfeksi TB-HIV, segera diberikan OAT dan pemberian ARV
dalam 8 minggu pemberian OAT tanpa mempertimbangkan kadar CD4.
Pertimbangan pemberian ART segera setelah diagnosis TB adalah bahwa angka
kematian pada pasien TB-HIV terjadi umumnya pada 2 bulan pertama pada
pemberian OAT.
• Pemberian secara bersamaan membuat pasien menelan obat dalam jumlah yang
banyak à ketidakpatuhan, komplikasi, efek samping, interaksi obat, dan IRIS
(Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome).
TERIMA KASIH