Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS BANGSAL

TUBERKULOSIS PADA HIV


Disusun Oleh : Pembimbing :
Hana Nur Hanifah
2210221015 dr. Yessi Haryanti, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSPAD GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
PERIODE 05 JUNI 2023 – 11 AGUSTUS 2023
IDENTITAS PASIEN

§ Jenis Kelamin : Laki-Laki


§ Tempat Tanggal Lahir : 07 Mei 2004
§ Agama : Islam
§ Alamat : Banjarnegoro
§ Pekerjaan : Mahasiswa
§ Nama : Tn. MIC § Suku : Jawa
§ Usia : 19 Tahun
§ Status Pernikahan : Belum Menikah
§ Tanggal Pemeriksaan : 07 Juni 2023
ANAMNESIS
anamnesis dilakukan menggunakan metode Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan
pasien pada tanggal 7 Juni 2023 di Bangsal PSK RSPAD Gatot Soebroto.

KELUHAN UTAMA

muntah berisi makanan setiap setelah makan sejak 7 hari SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang dari IGD RSPAD dengan keluhan utama muntah berisi

makanan setiap setelah makan sejak 7 hari SMRS. Terdapat keluhan mual pada

pasien dan lemas sering kali dirasakan oleh pasien walaupun tanpa aktivitas fisik

berlebihan. Keluhan semakin memberat saat berada di IGD dan Bangsal.


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan adanya keluhan batuk yang dialami 1 bulan yang lalu
dengan dahak berwarna kuning tanpa disertai darah. Selain itu, pasien juga
mengalami penurunan berat badan dengan berat 57 kg menjadi 46 kg saat ini. Nafsu
makan pasien mengalami penurunan dikarenakan pasien terkadang merasakan mual
dan menjadi muntah. Pasien mengeluhkan adanya terkadang demam naik turun.
Pasien mengatakan adanya keringat malam , sesak dirasakan saat batuk. BAK dan
BAB tidak ada keluhan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat di RS Tidar Magelang dengan keluhan demam, batuk. Didapatkan riwayat
tuberkulosis klinis dengan rontgen thorax didapatkan suspek Tb Pulmo pada tanggal
07/05/2023 namun pasien sempat cek TCM TB dengan hasil negatif. Riwayat hipertensi, gula
darah tinggi, penyakit jantung dan alergi disangkal oleh pasien.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


q Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
q Riwayat alergi dan penyakit lainnya dalam keluarga disangkal.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
• Pasien sehari-hari sebagai mahasiswa.

• Pasien tinggal di kosan jakarta bersama teman-teman lainnya namun pasien tidak mengetahui apakah

memiliki teman yang memiliki TB (+) sebelumnya.

• Tempat kosan pasien termasuk lingkungan padat penduduk.

• Pasien mengatakan tidak pernah merokok serta tidak memiliki riwayat konsumsi minuman keras

maupun obat-obatan terlarang. Pasien tidak memiliki riwayat hubungan intim. Pasien memiliki riwayat

transfusi darah (trombosit) sebanyak 2 kali saat SD dan tahun 2019.


RIWAYAT PENGOBATAN
• Diberikan ciprofloxacim, ambroxol, di RSUD Tindar Magelang (07/05/2023) namun tidak

sembuh keluhannya.

• Pasien diberikan 9 hari yang lalu obat OAT oleh puskesmas (29/05/2023)
PEMERIKSAAN FISIK
KESADARAN
KEADAAN UMUM
Compos Mentis
Tampak Sakit Sedang [GCS E4M6V5]

TANDA VITAL
STATUS ANTROPOMETRI q TD : 100/67 mmHg
q S : 37,3oC
q BB : 42 kg q N : 183x/menit
q TB : 172 cm
q IMT : 14,19 kg/m2 q RR : 20x/menit, reguler
q Status gizi : Underweight q SpO2 : 99% on room air
q Kepala : Normocephal
STATUS
q Rambut : Warna Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
GENERALIS
q Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor
q Telinga : Normotia
q Hidung : Tidak ada deviasi septum nasal, tidak ada sekret, tidak ada
napas cuping hidung
q Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
q Mulut : Mukosa bibir lembab, bibir tidak pucat, tidak ada sianosis,
tampak plak putih pada mukosa rongga mulut dan lidah
q Leher : Leher simetris, Tidak ada pembesaran KGB dan tiroid, JVP
normal.
STATUS GENERALIS
THORAKS
Normochest, Pectus Excavatum (-), Pectus Carinatum (-), Barrel Chest (-)

PULMO
▪ Inspeksi : Lesi (-) , benjolan (-), retraksi pernapasan (-), pergerakan dada simetris, tattoo (-)
▪ Palpasi : Terasa hangat dan getaran vokal fremitus normal pada kedua lapang paru
▪ Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
▪ Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)

COR
▪ Inspeksi : Bentuk dada normal, ictus cordis terlihat
▪ Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
▪ Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
▪ Auskultasi : BJ I&II murni regular, murmur (-), gallop (-)
STATUS GENERALIS
ABDOMEN
▪ Inspeksi : Tidak ada distensi, tidak ada massa
▪ Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
▪ Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
▪ Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

EKSTREMITAS SUPERIOR INFERIOR DEXTRA DAN SINISTRA

• Akral hangat, CRT < 2 detik, Edema (-), Sianosis (-), Clubbing finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI 31 MEI 2023]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI[06 JUNI 2023]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mikrobiologi dan
Imunoserologi
[31 Mei 2023 ]
PEMERIKSAAN PENUNJANG

DESKRIPSI :
▪ Jantung tidak membesar (CTR < 50%)
▪ Sinuses dan diafragma normal
▪ Pulmo :
FOTO THORAKS PA
▪ Corakan bronkovaskular normal [31 Mei 2023 ]

▪ Tidak tampak infiltrat / konsolidasi


▪ Tulang-tulang intak.
KESAN :
- Tidak tampak proses spesifik paru aktif
- Tidak tampak kardiomegali
RESUME
Pasien datang dari IGD RSPAD dengan keluhan utama muntah berisi makanan

setiap setelah makan sejak 7 hari SMRS. Mual dan lemas sering kali dirasakan oleh pasien

walaupun tanpa aktivitas fisik berlebihan. Pasien mengatakan adanya keluhan batuk yang

dialami 1 bulan yang lalu dengan dahak berwarna kuning tanpa disertai darah. Penurunan berat

badan dengan berat 57 kg menjadi 46 kg saat ini. Nafsu makan pasien mengalami penurunan.

Demam naik turun 1 bulan terakhir. Keringat malam , sesak dirasakan saat batuk.
RESUME

Pada RPD, Riwayat di RS Tidar Magelang dengan keluhan demam, batuk. Didapatkan riwayat

tuberkulosis klinis dengan rontgen thorax didapatkan suspek Tb Pulmo, cek TCM TB dengan

hasil negatif. RPO didapatkan pemberian ciprofloxacim, ambroxol di RSUD Tindar Magelang

namun tidak sembuh keluhannya. Pasien diberikan 9 hari yang lalu obat OAT oleh puskesmas.
RESUME
Pada pemeriksaan fisik didapatkan mulut didapatkan plak putih pada
mukosa rongga mulut dan lidah. Pada auskultasi paru terdapat ronkhi di kedua lapang
paru, dan status gizi dalam underweight.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan Imunoserologi
Anti-HIV didapatkan reaktif. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik SGOT, SGPT,
Bilirubin Direk Meningkat.
DAFTAR MASALAH

1) Tuberkulosis terdiagnosis secara klinis

2) HIV (namun belum mendapat tatalaksana)

3) Drug induced liver injury

4) Candidiasis Oral

5) Malnutrisi

6) Dypepsia
Tuberkulosis terdiagnosis
secara klinis

▪ Anamnesis : Pasien mengeluhkan batuk berdahak berwarna kuning 1 bulan yang lalu, penurunan berat

badan, demam, sesak dirasakan saat batuk, keringat malam, nafsu makan menurun, mudah lemas. Pada

riwayat penyakit dahulu, didapatkan di RS Tidar Magelang riwayat tuberkulosis klinis dengan rontgen

thorax didapatkan suspek Tb Pulmo pada tanggal 07/05/2023 namun cek TCM TB dengan hasil negatif.

Riwayat pengobatan pada pasien sudah meminum antibiotik non OAT dan tidak ada perbaikan. Pasien juga

memiliki faktor resiko TB yaitu HIV.


Tuberkulosis terdiagnosis
secara klinis

▪ Pemeriksaan fisik : pada auskultasi paru terdapat ronkhi di kedua lapang paru, status gizi dalam

underweight

▪ Pemeriksaan penunjang : -

▪ Rencana Tatalaksana :

a) Konsultasi dengan dokter spesialin penyakit dalam mengenai DILI

b) N-Acetylcysteine 3 x 200 mg PO

c) Curcuma Force 3 x 1 ml
Tuberkulosis terdiagnosis
secara klinis
▪ Rencana Diagnostik :

Pemeriksaan BTA Sputum dan Pemeriksaan Biakan Bakteri

▪ Rencana Edukasi :

a) Edukasi mengenai kepatuhan mengkonsumsi OAT kepada pasien dan juga keluarga pasien saat

pengobatan dimulai kembali

b) Menjaga higienitas dan sanitasi

c) Pemberian nutrisi dengan pemberian makanan dalam jumlah porsi kecil diberikan 6 kali perhari lebih

diindikasikan menggantikan porsi biasa tiga kali per hari, diet tinggi kalori tinggi protein.
SIDA

▪ Anamnesis : -

▪ Pemeriksaan fisik : Pada mulut didapatkan plak putih pada mukosa rongga mulut dan lidah.

▪ Pemeriksaan penunjang : Hasil pemeriksaan Imunoserologi Anti-HIV didapatkan reaktif.

▪ Rencana Tatalaksana :

a. obat ARV (Atripla) à Efavirenz 600 mg, Emtricitabine 200 mg dan Tenovir DF 300 mg

b. Nystatin 4x1ml peroral

c. Kotrimoksasol dengan dosis 960 mg/hari (dosis tunggal)


SIDA

▪ Rencana Diagnostik :

a. Cek CD4 pada pemeriksaan darah

▪ Rencana Edukasi :

a. Menjaga higienitas dan sanitasi terutama pada mulut


DILI (Drug induced liver injury)
▪ Anamnesis : -

▪ Pemeriksaan Fisik : -

▪ Pemeriksaan Penunjang :

a. Pemeriksaan Laboratorium Klinik :

SGOT, SGPT, Bilirubin Direk Meningkat.

▪ Rencana Tatalaksana :

a. Capsule Neo HP Pro Biolife 3x1

▪ Rencana Edukasi :

-
DYPEPSIA
▪ Anamnesis : mual dan muntah berisi makanan sejak masuk IGD hingga di Bangsal

▪ Pemeriksaan Fisik : -

▪ Pemeriksaan Penunjang : -

▪ Rencana Tatalaksana :

a. Domperidone 3x10 mg

▪ Rencana Edukasi :

- Hindari berbaring setelah makan

- Makan dengan porsi kecil dan mengunyah dengan perlahan

- Kelola stress
PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Dubia Ad Bonam


Quo Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Malam
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS PARU

DEFINISI
Tuberkulosis merupakan penyakit multisistemik dengan
berbagai presentasi dan manifestasi klinis yang menjadi
penyebab paling umum kematian terkait penyakit menular
diseluruh dunia.

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


Tuberculosis
TUBERKULOSIS PARU

EPIDEMIOLOGI
▪ Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian di dunia.
▪ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, pada tahun
2016, terdapat 10,4 juta kasus baru tuberkulosis serta pada tahun
yang sama tuberkulosis menyebabkan kematian 1,3 juta individu non-
HIV dan 374.000 individu terinfeksi HIV
▪ Di Indonesia sendiri diperkirakan pada tahun 2019 terdapat 845.000
(770.000 – 923.000) kasus baru TB Paru, sebanyak 19.000 kasus
baru di antaranya merupakan kasus TB-HIV positif. Diperkirakan
terdapat 92.000 kematian pada kasus TB-HIV negatif dan 4.700
kematian pada pasien TB-HIV positif.
ETIOLOGI

Mycobacterium Tuberculosis § Merupakan bakteri intraseluler non-spora, non-


motil, bersifat obligat aeorobik dan fakultatif
§ Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan
metode Ziehl Neelsen, berbentuk batang
berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah
mikroskop.
§ Organisme ini dapat resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik.
§ Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat
bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada
suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
§ Kuman sangat peka terhadap panas, sinar
matahari dan sinar ultraviolet.
FAKTOR RISIKO
INDIVIDU BARU TERINFEKSI BAKTERI TB
[KASUS BARU]
§ Kontak erat dengan individu yang memiliki penyakit TB menular
§ Individu yang berimigrasi dari wilayah dunia dengan tingkat TB yang tinggi
§ Anak-anak < 5 tahun yang memiliki tes TB positif
§ Kelompok dengan tingkat penularan TB yang tinggi (Gelandangan, Pengguna narkoba suntikan, dan pengidap HIV)
§ Individu yang bekerja atau tinggal dengan orang yang berisiko tinggi terhadap TB di fasilitas atau institusi seperti
rumah sakit, tempat penampungan tunawisma, lembaga pemasyarakatan, panti jompo dan panti jompo bagi
penderita HIV

INDIVIDU DENGAN IMMUNOKOMPROMAIS


§ Infeksi HIV (virus penyebab AIDS)
§ Penyalahgunaan zat
§ Silikosis
§ Diabetes mellitus
§ Penyakit ginjal yang parah
§ Berat badan rendah
§ Transplantasi organ
§ Kanker kepala dan leher
§ Perawatan medis (kortikosteroid atau transplantasi organ) dan Perawatan khusus (rheumatoid arthritis atau penyakit Crohn)
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA UTAMA GEJALA EKSTRAPARU

Batuk berdahak (> 2 minggu) § TB kelenjar : Terbanyak di regio colli,


multipel, tidak nyeri dan saling melekat,
GEJALA TAMBAHAN ukuran besar > 2x2 cm
§ Batuk darah § TB SSP : Meningitis TB dan tuberkuloma

§ Sesak napas otak (gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-


muntah dan kesadaran menurun)
§ Badan lemas
§ TB sistem skeletal : Pembengkakan sendi,
§ Penurunan nafsu makan
gibbus,pincang, lumpuh dan sulit
§ Penurunan berat badan yang tidak disengaja
membungkuk.
§ Malaise § TB kulit : Skrofuloderma.
§ Berkeringat di malam hari tanpa kegiatan § TB mata : Konjungtivitis fliktenularis dan
fisik tuberkel koroid (hanya terlihat dengan
§ Demam subfebris lebih dari satu bulan funduskopi).

§ Nyeri dada § TB organ-organ lainnya : Peritonitis TB,


TB ginjal dan sebagainya
TUBERKULOSIS PARU
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI UTAMA
§ Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis
a) Pasien TB paru BTA positif
b) Pasien TB paru hasil biakan MTB positif
c) Pasien TB paru hasil tes cepat MTB positif
d) Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi BTA dan TCM
e) TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis
§ Pasien TB terdiagnosis secara klinis
a) Pasien TB paru BTA negatif demgan hasil foto toraks mendukung TB
b) Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan setelah antibiotik non OAT dan mempunyai
faktor risiko TB
c) Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan histopatologis tanpa
konfirmasi bakteriologis.
d) TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
TUBERKULOSIS PARU
KLASIFIKASI
BERDASARKAN LOKASI INFEKSI
§ Tuberkulosis paru : TB yang berlokasi di parenkim paru. TB milier dianggap
sebagai TB paru karena adanya keterlibatan lesi pada jaringan paru.
Pasien TB yang menderita TB paru dan ekstraparu bersamaan
diklasifikasikan sebagai TB paru.
§ Tuberkulosis ekstra paru : TB yang terjadi pada organ selain paru, dapat
melibatkan organ pleura, kelenjar limfatik, abdomen, saluran kencing,
saluran cerna, kulit, meninges, dan tulang. Jika terdapat beberapa TB
ekstraparu di organ yang berbeda, klasifikasi dilakukan dengan
menyebutkan organ yang terdampak TB terberat.
TUBERKULOSIS PARU
KLASIFIKASI
BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA
§ Kasus baru TB : kasus yang belum pernah mendapatkan OAT atau sudah pernah
menelan OAT dengan total dosis kurang dari 28 hari.
§ Kasus yang pernah diobati TB :
a) Kasus kambuh : kasus yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis kembali dengan TB.
b) Kasus pengobatan gagal : kasus yang pernah diobati dengan OAT dan dinyatakan
gagal pada pengobatan terakhir.
c) Kasus putus obat : kasus yang terputus pengobatannya selama minimal 2 bulan
berturut- turut.
d) Lain-lain : kasus yang pernah diobati dengan OAT namun hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui.
TUBERKULOSIS PARU
KLASIFIKASI
BERDASARKAN HASIL UJI KEPEKAAN OBAT
§ TB Sensitif Obat (TB-SO)
§ TB Resistan Obat (TB-RO) :
a) Monoresistan : bakteri resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
b) Resistan Rifampisin (TB RR) : Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain.
c) Poliresistan : bakteri resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama, namun tidak Isoniazid (H)
dan Rifampisin (R) bersamaan.
d) Multi drug resistant (TB-MDR) : resistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan,
dengan atau tanpa diikuti resistensi terhadap OAT lini pertama lainnya.
e) Pre extensively drug resistant (TB Pre-XDR) : memenuhi kriteria TB MDR dan resistan terhadap minimal satu
florokuinolon
f) Extensively drug resistant (TB XDR) : TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT grup A (levofloksasin, moksifloksasin, bedakuilin,
atau linezolid).
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pada anamnesis dapat ditemukan gejala utama dan gejala tambahan dari tuberkulosis
beserta gejala-gejala yang dapat ditemukan pada TB ekstraparu jika memungkinkan.
Selain gejala tersebut, perlu digali riwayat lain untuk menentukan faktor risiko seperti kontak
erat dengan pasien TB, lingkungan tempat tinggal kumuh dan padat penduduk, dan orang
yang bekerja di lingkungan berisiko menimbulkan pajanan infeksi paru, misalnya tenaga
kesehatan atau aktivis TB.

PEMERIKSAAN FISIK
§ Kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
§ Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan.
§ Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen
posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6).
§ Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah kasar/halus, dan/atau tanda-tanda penarikan paru, diafragma, dan
mediastinum.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
§ Pemeriksaan Dahak (Sputum)
a) Mikroskopis (Ziehl-Neelsen)
b) Biakan (Lowenstein Jensen)
§ Tes Cepat Molekular à GeneXpert
§ Pemeriksaan Radiologi
§ Pemeriksaan Lainnya
a) Analisa Cairan Pleura
b) Pemeriksaan Tuberkulin
c) Pemeriksaan Histopatologi
Alur
diagnosis TB
TATA LAKSANA
TUJUAN
1) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup.
2) Mencegah kematian dan/atau kecacatan karena penyakit TB atau efek lanjutannya.
3) Mencegah kekambuhan.
4) Menurunkan risiko penularan TB
5) Mencegah terjadinya resistensi terhadap obat OAT serta penularannya.

PRINSIP
1) Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan obat yang meliputi minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT.
2) OAT diberikan dalam dosis yang tepat.
3) OAT ditelan secara teratur dan diawasi oleh pengawas menelan obat (PMO) hingga masa
pengobatan selesai.
4) OAT harus diberikan dalam jangka waktu yang cukup, meliputi tahap awal/ fase intensif
dan tahap lanjutan.
TATA LAKSANA

FASE INTENSIF
OAT Diberikan setiap hari dengan tujuan untuk menurunkan secara cepat kuman MTB
yang berada didalam tubuh penderita dan meminimalisasi risiko untuk terjadinya
penularan. Jika pada tahap awal OAT ditelan secara teratur dengan dosis yang tepat,
risiko penularan umumnya sudah berkurang setelah 2 minggu pertama tahap awal
pengobatan.

FASE LANJUTAN
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa MTB yang tidak mati pada
tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap lanjutan berkisar
antara 4 – 6 bulan.
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA

KDT
§ Satu tablet KDT RHZE untuk fase intensif : Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg,
Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg.
§ Satu tablet KDT RH untuk Fase lanjutan : Rifampisin 150 mg + Isoniazid 75 mg diberikan
setiap hari.
TATA LAKSANA

Keuntungan KDT
1) Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
minimal.
2) Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan
kesalahan pengobatan yang tidak disengaja.
3) Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap
penatalaksanaan yang benar dan standar.
4) Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit.
5) Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan terjadinya
resistensi obat akibat penurunan penggunaan monoterapi.
TATA LAKSANA
TUBERKULOSIS PARU

INDIKASI RAWAT INAP


TB paru disertai keadaan/komplikasi sebagai berikut :
§ Batuk darah masif
§ Keadaan umum buruk
§ Pneumotoraks
§ Empiema
§ Efusi pleura masif / bilateral
§ Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura).
TUBERKULOSIS PARU
PROGNOSIS
Sebagian besar pasien dengan diagnosis TB memiliki hasil yang baik. Ini terutama
karena pengobatan yang efektif. Tanpa pengobatan angka kematian untuk
tuberkulosis lebih dari 50%.
Kelompok pasien berikut lebih rentan terhadap hasil yang lebih buruk atau kematian
setelah infeksi TB :
§ Usia ekstrem, lanjut usia, bayi, dan anak kecil
§ Terlambat menerima pengobatan
§ Bukti radiologis penyebaran luas.
§ Kompromi pernapasan parah yang membutuhkan ventilasi mekanis
§ Imunosupresi
§ Multidrug Resistance (MDR) Tuberkulosis
● Gejala klinis tuberkulosis pada AIDS
tidak spesifik, berbeda dengan
tuberkulosis tanpa AIDS.

1. Gejala konstitusional (demam, keringat


malam, lemah, nafsu makan, dan berat
badan menurun)
2. Keadaan umum yang cepat memburuk,
TB DENGAN SIDA dan cepat berubah menjadi bentuk
milier.
3. Terdapat batuk, ekspektorasi, batuk
darah, nyeri dada, atau sesak napas.
4. Pada perjalanan awal HIV dengan
jumlah sel CD4 > 200 sel/ mm3.
5. Tampak gambaran khas yang
prodominan pada lobus atas paru ,
kaviti, serta uji tuberkulin positif.
● Pemeriksaan bakteriologis pada ODHA
sering memberikan hasil negatif pada
pemeriksaan mikroskopis dahak, maka
penegakan diagnosis TB diutamakan
menggunakan TCM
● Gambaran foto toraks pada ODHA
umumnya tidak spesifik terutama pada
TB DENGAN SIDA ●
stadium lanjut.
Pada pemeriksaan foto toraks infiltrat
umumnya terdapat di apeks, namun
pada pasien TB-HIV infiltrat seringkali
ditemukan di basal, terutama pada HIV
stadium lanjut.
● Gambaran TB milier cukup sering
ditemukan.
TB DENGAN SIDA
• Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS (TB-HIV) sering dijumpai dengan prevalensi 29-37 kali
lebih banyak dibandingkan dengan TB tanpa HIV.

• Pemeriksaan sputum BTA dan TCM TB: Penegakan diagnosis TB pada pasien HIV secara klinis
sulit dan pemeriksaan sputum BTA lebih sering negatif sehingga diperlukan pemeriksaan TCM
TB.

• Pemeriksaan biakan M. Tuberculosis dan uji kepekaan OAT

• Foto thoraks: Gambaran foto toraks TB pada pasien HIV stadium awal dapat menyerupai
gambaran foto toraks TB pada umumnya, namun pada HIV lanjut gambaran foto toraks sangat
tidak spesifik dan dapat ditemukan gambaran TB milier.

• Pada ODHA terduga TB, pemeriksaan foto toraks dilakukan sejak awal bersamaan dengan
pemeriksaan BTA dan atau TCM TB.
TB dengan SIDA

Prinsip tata laksana pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV sama seperti pasien TB tanpa
HIV. Obat TB pada pasien HIV sama efektifnya dengan pasien TB tanpa HIV. Pada koinfeksi TB
HIV sering ditemukan infeksi hepatitis sehingga mudah terjadi efek samping obat yang bersifat
hepatotoksik

• Rekomendasi WHO untuk pengobatan TB HIV pada fase intensif dan lanjutan diberikan setiap
hari, tidak direkomendasikan terapi intermiten

• Pasien dengan infeksi TB dan HIV harus diberikan kotrimoksazol untuk pencegahan infeksi lain.
TB dengan SIDA

• Pasien dengan koinfeksi TB-HIV, segera diberikan OAT dan pemberian ARV
dalam 8 minggu pemberian OAT tanpa mempertimbangkan kadar CD4.
Pertimbangan pemberian ART segera setelah diagnosis TB adalah bahwa angka
kematian pada pasien TB-HIV terjadi umumnya pada 2 bulan pertama pada
pemberian OAT.
• Pemberian secara bersamaan membuat pasien menelan obat dalam jumlah yang
banyak à ketidakpatuhan, komplikasi, efek samping, interaksi obat, dan IRIS
(Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai