Anda di halaman 1dari 32

RESPONSI UMUM

SEORANG
PASIEN DENGAN
DISPEPSIA
OLEH:
Gabriela Tampatty
19014101017
SUPERVISOR RESIDEN
PEMBIMBING: PEMBIMBING:
dr. Luciana Rotty Sp.PD dr. Fujiyanto
1
PENDAHULUAN
1

◉ Dispepsia merupakan rasa tidak
nyaman yang berasal dari daerah
abdomen bagian atas. Rasa tidak
nyaman tersebut dapat berupa
salah satu atau beberapa gejala

3
“Mayoritas pasien Asia dengan dispepsia yang belum
diinvestigasi dan tanpa tanda bahaya merupakan
dispepsia fungsional. Berdasarkan hasil penelitian di
negara-negara Asia (Cina, Hong Kong, Indonesia,
Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan
Vietnam) didapatkan 43-79,5% pasien dengan
dispepsia adalah dispepsia fungsiona. Dari hasil
endoskopi yang dilakukan pada 550 pasien dispepsia
dalam beberapa senter di Indonesia pada Januari 2003
sampai April 2004, didapatkan 44,7 % kasus kelainan
minimal pada gastritis dan duodenitis; 6,5% kasus
dengan ulkus gaster; dan normal pada 8,2% kasus

4
LAPORAN KASUS 2
IDENTITAS PASIEN
◉ Nama : Ny. BJK
◉ No RM : 00733880
◉ Tanggal lahir : 14 – 12 - 1962
◉ Umur : 58 tahun
◉ Suku : Minahasa
◉ Alamat : Tuminting
◉ Status perkawinan : Menikah
◉ Pekerjaan : Pegawai negeri

6
KELUHAN UTAMA

◉ Nyeri ulu hati

7
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
◉ Pasien dibawah keluarga ke rumah sakit denga keluhan pasien merasakan nyeri ulu hati yang
sudah dirasakan sejak 1 minggu terakhir sebelum kemudian di bawah ke rumah sakit. Nyeri
ulu hati disertai mual telah dirasakan sudah 1 minggu lalu. Pasien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul dan nyeri berkurang dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri.
Adanya penurunan napsu makan dan sedikitnya makanan yang dimakan pasien karena cepat
merasa kenyang. Demam, batuk dan sesak napas disangkal. BAK dan BAK seperti biasa.
Riwayat penyakit keluarga serupa tidak ada. Riwayat TB paru on treatment OAT bulan ke 3.
Riwayat hipertensi konsumsi Amlodipine 10 mg po. Riwayat dirawat di RS, baru keluar 1
minggu yang lalu. Riwayat merokok sejak masih muda. Riwayat minum alkohol disangkal
pasien.

8
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

◉ TB paru sejak 3 bulan lalu


◉ Hipertensi terkontrol

Pasien tidak ada:


DM, Kolestrol, Penyakit jantung, Penyakit ginjal, dan alergi

9
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

◉ Pada pasien tidak ada keluhan penyakit seperti pasien, tidak


ada keluhan penyakit batuk lama dan tidak ada riwayat
konsumsi obat 6 bulan

10
RIWAYAT KEBIASAAN DAN SOSIAL

◉ Riwayat merokok sejak masih berumur 20 an


◉ Saat ini pasien sedang mengonsumsi OAT bulan ke 3, konsumsi obat
Amlodipin 10 ml
◉ Pasien tidak meminum alcohol
◉ Pasien dengan keluarga, tetangga dan masyarakat baik.

11
PEMERIKSAAN FISIK
◉ Keadaan umum : Tampak sakit sedang
◉ Kesadaran : Compos mentis
◉ TTV
◉ Tensi : 130/70
◉ Nadi : 88x/menit
◉ Respirasi : 20x/m
◉ Suhu : 36.5°c
◉ Status antopometri : BB 75 kg, TB 160 cm , Status gizi obese I (IMT 29,7)

12
PEMERIKSAAN FISIK
◉ Kepala : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
◉ Leher : Trakea letak tengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tekanan vena
jugularis 5+2 cm mmH2O
◉ Thoraks :
◉ Pulmo
■ Inspeksi :Simetris, pergerakan hemithorax kanan = kiri
■ Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
■ Perkusi : sonor pada lapang paru kiri
■ Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi -/- ,wheezing -/-.

13
◉ Cor:
◉ Inspeksi :iktus cordis tidak tampak
◉ Palpasi :iktus kordis tidak teraba
◉ Perkusi :batas jantung kanan pada linea sternalis ICS 4, batas jantung kiri pada linea axilaris
anterior ICS 6.
◉ Auskultasi : BJ I, II regular, gallop (-) murmur (-).
◉ Abdomen:
◉ Inspeksi : datar
◉ Auskultasi : bising usus (+) normal,
◉ Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+) , hepar dan lien tidak teraba
◉ Perkusi : timpani.
◉ Ekstremitas : CRT < 2detik, akral hangat, tidak ada edema

14
HASIL LABORATORIUM
Hasil Nilai rujukan Satuan

Leukosit 23.8 4.0-10.0 10^3/uL

Eritrosit 3.07 4.70 – 6.10 10^6/uL

Hemoglobin 9.1 12.0 - 16.0 g/dL

Hematokrit 25.8 37.0 – 47.0 %

Trombosit 215 150 – 450 10^3/uL

MCH 29.7 27.0 – 35.0 Pg

MCHC 35.4 30.0 – 40.0 g/dL

MCV 84.0 80.0 – 100.0 fl

15
HASIL RADIOLOGI

◉ Kesan : TB paru lama aktif lesi minimal

16
DIAGNOSIS

◉ Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang berupa laboratorium dan radiologi, maka diagnosis kerja pasien
ini adalah
Dyspepsia dan TB paru on treatment.

17
TATALAKSANA

◉ IVFD NaCl 0,9% 500 cc 14 tpm,


◉ Ranitidine 50 mg/ 12 jam iv,
◉ Sulcralfat syrup 10 mg/8 jam,
◉ Vitamin B kompleks /12 jam po,
◉ OAT FDC lanjut.

18
FOLLOW UP HARI KE - 2
◉ S: Nyeri di epigastrium masih dirasakan.
◉ O: Keadaan umum: sakit sedang, Kesadaran: compos mentis
TTV: TD 120/70 mmHg,
HR: 80 x/menit,
RR: 20 x/menit,
SB 36,5 °C
SpO2 : 98%
◉ Kepala: Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
◉ Cor: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-),
◉ Pulmo: SP vesikuler, rh-/-, wh -/-
◉ Abdomen: Bising Usus (+) normal, Nyeri tekan epigastrium(+)
◉ Ekstermitas: Akral hangat, CRT <2 DTK
◉ A: Dispepsia dan TB paru on treatment
◉ P: IVFD NaCl 0,9% 500 cc 14 tpm,
Ranitidine 50 mg/ 12 jam iv,
Sulcralfat syrup 10 mg/8 jam,
Vitamin B kompleks /12 jam po,
OAT FDC

19
FOLLOW UP HARI KE - 3
◉ S: Nyeri di epigastrium semakin membaik.
◉ O: Keadaan umum: sakit sedang, Kesadaran: compos mentis
TTV: TD 105/60 mmHg,
HR: 90 x/menit,
RR: 22 x/menit,
SB 36,5 °C
SpO2 : 98%
◉ Kepala: Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
◉ Cor: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-),
◉ Pulmo: SP vesikuler, rh-/-, wh -/-
◉ Abdomen: Bising Usus (+) normal, Nyeri tekan epigastrium(+)
◉ Ekstermitas: Akral hangat, CRT <2 DTK
◉ A: Dispepsia dan TB paru on treatment
◉ P: IVFD NaCl 0,9% 500 cc 14 tpm,
Ranitidine 50 mg/ 12 jam iv,
Sulcralfat syrup 10 mg/8 jam,
Vitamin B kompleks /12 jam po,
OAT FDC

20
FOLLOW UP HARI KE – 4

◉ Pada hari ke 4 pasien dirawat jalan.


◉ Pasien dipulangkan dengan pemberian obat Ranitidine 150
mg/ 12 jam oral, Sulcralfat syrup 10 mg/8 jam dan OAT FDC.
◉ Prognosis pasien quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad
functionam dubia ad bonam, dan quo ad sanationam dubia.

21
PEMBAHASAN 3
PEMBAHASAN
◉ Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari
daerah abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut
dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut yaitu:
nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh
setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran
cerna atas, mual, muntah, dan sendawa. Untuk dispepsia
fungsional, keluhan tersebut di atas harus berlangsung
setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala
enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan

23
PEMBAHASAN

◉ TEORI ◉ KASUS
Faktor risiko dispepsia termasuk Pada pasien salah satu faktor
komorbiditas psikologis, resiko yaitu berjenis kelamin
gastroenteritis akut, jenis perempuan.
kelamin perempuan, merokok,
penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid, dan infeksi
Helicobacter pylori.

24
PEMBAHASAN
◉ TEORI ◉ KASUS
Pada sejumlah penelitian telah Pada pasien ditemukan riwayat
dieksplorasi jika ada hubungan merokok yang lama sejak umur
dengan merokok. Merokok sigaret pertengahan 20 an.
mempengaruhi mukosa usus melalui
efek negatif pada homeostasis,
modifikasi epigenetik dan komposisi
mikrobiota usus. Efek epigenetik asap
rokok pada sel imun dan sel epitel
serta neuron dapat menyebabkan
gejala

25
PEMBAHASAN
◉ TEORI ◉ KASUS
Dispepsia menurut kriteria Roma III Pada pasien dikeluhkan adanya
adalah suatu penyakit dengan satu nyeri di ulu hati. Nyeri ulu hati
atau lebih gejala yang berhubungan disertai mual telah dirasakan sudah
dengan gangguan di gastroduodenal: sejak 1 minggu lalu. Pasien
◉ Nyeri epigastrium mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul dan nyeri berkurang dengan
◉ Rasa terbakar di epigastrium
mengkonsumsi obat penghilang
◉ Rasa penuh atau tidak nyaman nyeri. Adanya penurunan napsu
setelah makan makan dan sedikitnya makanan
◉ Rasa cepat kenyang yang dimakan pasien karena cepat
merasa kenyang.

26
PEMBAHASAN
◉ TEORI ◉ KASUS
Pada dasarnya pemeriksaan penunjang diagnostic adalah
untuk mengeksklusi gangguan organic atau biokimiawi.
Pada pasien ini berumur 58 tahun dan dari keluhan yang
Kriteria oleh American Society of Gastrointestinal dirasakan pasien tidak ada gejala bahaya. Berdasarkan teori
Endoscopy (ASGE) dapat membantu menentukan kepatutan yang sudah di paparkan pasien ini belum perlu untuk
rujukan endoskopi pada pasien yang dicurigai gastritis. Oleh dilakukan pemeriksaan endoskopi.
karena itu, usia pasien dan tanda bahaya telah digunakan
untuk mengkategorikan pasien dengan dyspepsia yang
mungkin menyimpan patologi sejati yang dapat ditemukan
dengan endoskopi atau pemeriksaan lainnya.

27
PEMBAHASAN
◉ TEORI ◉ KASUS
Penatalaksanaan pada dyspepsia Obat Selama perawatan pasien diberikan
yang dipergunakan dapat berupa pemberian cairan IVFD NaCl 0,9% 500
antasida, antisekresi asam lambung (PPI cc/6 jam, Ranitidine 50 mg/ 12 jam iv,
dan/atau H2-Receptor Antagonist Sulcralfat syrup 10 mg/8 jam, Vitamin B
[H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor kompleks /12 jam po, OAT FDC lanjut.
(misalnya rebamipide), di mana pilihan
ditentukan berdasarkan dominasi keluhan
dan riwayat pengobatan pasien
sebelumnya.

28
PEMBAHASAN
◉ Ranitidine merupakan golongan obat Antagonis reseptor H2
yang berkerja menghambat sekresi asam lambung. Ranitidine
menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible.
Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi asam
lambung, sehingga pada pemberian ranitidin sekresi asam
lambung dihambat. Walaupun tidak sebaik penekan sekresi
asam lambuny pada keadaan basal ranitidine dapat
menghambat sekresi asam lambung akibst perangsangan obat
muskarinik, stimulasi vagus dan gastrin.ranitidin efektif untuk
mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak
lambung.

29
PEMBAHASAN

◉ Sulkafrat merupakan obat yang meningkatkan pertahanan


mukosa lambung. Sulkrafat sama efektifnya dengan ranitidine
untuk pengobatan tukak lambung dan tukak duodenum.

30
KESIMPULAN

◉ Sebuah kasus Dispepsia , Tb paru on treatmen telah dilaporkan pada


seorang perempuan 58 tahun. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis adanya gejala dan tanda klinis nyeri epigastrium, mual, rasa
penuh saat makan sedikit sejak 1 minggu. Pemeriksaan fisik ditemukan
konjungtiva anemis dan nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, EKG dan pemeriksaan
foto roentgen thorax. Pasien dirawat inap selama 3 di RSUP. Prof Dr. R. D.
Kandou. Pasien dipulangkan dengan pemberian obat Ranitidine 150 mg/ 12
jam oral, Sulcralfat syrup 10 mg/8 jam dan OAT FDC. Prognosis pada
pasien ini ialah dubia ad bonam. Pasien dipulangkan dengan perbaikan dan
direncanakan untuk kontrol ke poli.

31
TERIMA
KASIH
32

Anda mungkin juga menyukai