Oleh:
Cynthia M Indra
19014101023
Supervisor Pembimbing:
Residen Pembimbing:
MANADO
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Cynthia M Indra
1901410023
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
Residen Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang yang berlangsung lebih
dari 3 bulan. Keadaan ini terkait dengan berbagai faktor risiko yang kemudian
dengan gagal ginjal.1 Definisi CKD berdasarkan The Kidney Disease Outcomes
kerusakan ginjal secara struktural atau fungsional yang berlangsung dalam waktu
lebih dari 3 bulan atau penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60
mL/min/1.73 m2 dalam waktu 3 bulan atau lebih dengan atau tanpa kerusakan
2,3
struktur ginjal. Menurut panduan Kidney Disease Improving Global Outcomes
yang dapat terlihat dari penanda (marker) kerusakan ginjal dari darah, urin dan tes
memiliki risiko tinggi untuk mengalami penyakit komplikasi, salah satunya adalah
kematian peringkat ke-27 di dunia pada tahun 1990, peringkat ke-18 pada tahun
2010 dan terus meningkat menjadi peringkat ke-12 pada tahun 2015.
dari populasi dunia mengalami penyakit ginjal kronik (PGK).4 Data dari Riset
kemungkinan lebih besar lagi karena sifat PGK yang tidak segera bergejala,
terutama di tahap dini (9 dari 10 orang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami
PGK).5 Angka peningkatan kasus dialisis di negara barat meningkat 6-8% per
diperhatikan.1
Hasil Riskesdas tahun 2013 didapatkan bahwa populasi umur > 15 tahun
yang terdiagnosis gagal ginjal kronik sebesar 0,2%. Berdasarkan hasil peneltian
prevalensi PGK sebesar 12,5%. Data dari International Renal Registry (IRR) dari
249 renal unit, tercatat 30.554 pasien aktif menjalani dialisis pada tahun 2015,
sebagian besar adalah pasien dengan gagal ginjal kronik. Jumlah penderita CKD
di Indonesia sendiri pun makin meningkat. 6 Data IRR pada tahun 2014 mencatat
penderita baru CKD sebanyak 17.193. Berdasarkan etiologi, jumlah pasien tahun
2014 merupakan pasien dengan penyakit ginjal hipertensi yaitu sebanyak 4.699
yang tersisa sebagai kompensasi. Kandungan toksin dalam plasma seperti urea
dan kreatinin mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan hanya setelah LFG
total menurun hingga 50%, yaitu ketika ginjal sudah tidak mampu
mengkompensasi lagi.1
Fungsi ekskresi dan sekresi ginjal pada CKD menurun dan menyebakan
berbagai gejala secara sistemik. Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik
pada stadium IV - V. Manifestasi klinis CKD dapat sesuai dengan penyakit yang
ditimbulkan.1
akan jauh lebih baik dan intervensi dapat segera dilakukan untuk memperlambat
serta keluarga dan lingkungan karena melibatkan modifikasi gaya hidup. Edukasi
Berikut ini dilaporkan kasus seorang pasien perempuan usia 48 tahun dengan
Anemia Renal, Hipertensi dan Hiperkalemi tanpa perubahan EKG yang dirawat di
LAPORAN KASUS
Instalasi Rawat Inap Irina C4 RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Pasien
Juli 2021 dengan keluhan mual muntah yang dirasakan sejak ± 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit yang kemudian memberat sejak ± 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Muntah berisi cairan dan makanan, volume ± 1 gelas air kemasan (±
200 cc) tiap kali muntah, frekuensi muntah sebanyak ± 5 kali per hari. Pasien
mengeluhkan muntah tiap makan dan minum. Muntah tidak mengandung darah.
Pasien juga memiliki riwayat keluhan bengkak pada kedua tungkai sekitar 3
minggu sebelum masuk rumah sakit. Bengkak di tungkai bawah kiri dan kanan
timbul secara bersamaan. Tungkai dikatakan tidak terasa nyeri. Tetapi saat pasien
beraktivitas. Keluhan lain yaitu frekuensi buang air kecil yang menurun. Biasanya
pasien BAK sekitar ± 5 kali sehari, namun semenjak ± 1 bulan terakhir pasien
BAK hanya sekitar ± 2-3 kali dalam sehari dengan jumlah setiap kali BAK
sekitar ± ½ gelas air kemasan (±120 cc). Pasien mengatakan mampu minum
sehari sebanyak ±1 botol air kemasan besar (±1,5 liter). Pasien juga mengeluhkan
tidak BAB sejak ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. BAB berdarah
disangkal oleh pasien. Pasien juga memiliki keluhan nyeri ulu hati. Keluhan lain
yaitu terjadi penurunan berat badan sekitar ± 5 kg dalam 2 bulan terakhir serta
nafsu makan yang menurun semenjak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pada
anamnesis lebih lanjut, tidak terdapat riwayat demam. Keluhan sesak dan batuk
yang lalu. Pasien minum obat amlodipin 10 mg satu kali dalam sehari namun
tidak teratur dan hanya minum obat apabila pasien memiliki keluhan seperti nyeri
yang lalu dimana pasien di rawat di RS Bhayangkara Manado. Saat itu, pasien
Riwayat asam urat, diabetes mellitus, penyakit jantung dan paru disangkal pasien.
Riwayat penyakit keluarga, Ibu pasien memiliki riwayat hipertensi. Dikatakan dari
keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes
Pada riwayat sosial ekonomi, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan
berasal dari strata sosial ekonomi menengah ke bawah. Sebelum sakit, pasien
kesadaran compos mentis. Saat masuk didapatkan tekanan darah pasien 153/92
mmHg, nadi 102 kali per menit, reguler, kuat angkat, respirasi 20 kali per menit,
tinggi badan 155 cm; status gizi normal (IMT = 25 kg/m 2). Pemeriksaan kulit
diperoleh warna sawo matang, tidak ada perdarahan, tidak ada efloresensi, tidak
ada jaringan parut, tidak ada pigmentasi, tidak ada edema dan tidak ada iterik.
Pada pemeriksaan kepala dan leher diperoleh kepala bentuk bulat, rambut hitam
lurus, konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik, hidung bentuk normal, tidak
ada sekret, tidak ada trauma, telinga bentuk normal, tidak ada serumen, mukosa
mulut basah, tidak ada atrofi papil lidah, tidak ada karies gigi, tonsil T 1-T1 tidak
hiperemis, faring tidak hiperemis, trakea letak tengah dan tidak didapatkan
inspirasi dan ekspirasi simetris antara kiri dan kanan, pada palpasi didapatkan
taktil fremitus kiri dan kanan sama, perkusi didapatkan bunyi sonor pada regio
apeks, medial dan basal lapang paru kiri dan kanan, auskultasi terdengar suara
pernapasan vesikular, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan jantung
diperoleh iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, batas jantung kanan pada
ICS IV linea parasternalis dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea
midklavikularis sinistra, bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur dan gallop.
tidak teraba; shifting dullness dan undulasi tidak ditemukan; ginjal tidak terdapat
didapatkan akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema dan tidak ada
sianosis.
IGD pada tanggal 22 Juli 2021 dengan hasil leukosit 5.500/µL, eritrosit 2,04 x
28,9 pg, MCHC 34,7 g/dL, MCV 83,3 fL, SGOT 16 U/L, SGPT 6 U/L, ureum
330 mg/dL, kreatinin 30,2 mg/dL, klorida 95,9 mEq/L, kalium 5,77 mEq/L,
natrium darah 137 mEq/L, GDS 75. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto thoraks
Disease DD/ Anemia Renal, Hipertensi dan Hiperkalemi tanpa perubahan EKG.
Pasien diberikan terapi dengan kalitake 1 sachet per 8 jam diberikan secara oral,
amlodipin 10 mg per 24 jam diberikan secara oral, asam folat 0,4 mg per 12 jam
tiap 8 jam, monitoring urine output dan balans cairan tiap 24 jam. Pada pasien ini
direncanakan untuk diet non dialisis dengan pembatasan asupan protein pada
pasien ini 0,6-0,8 gr/kgBB/hari. Pada pasien ini asupan kalori per harinya
Perawatan hari pertama tanggal 23 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap C4,
keluhan mual masih ada dan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sakit
sedang dengan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 120/85 mmHg, nadi 74
kali per menit, respirasi 20 kali per menit, suhu badan 36,5oC. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan paru diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil
fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara
diperoleh iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam
batas normal, bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop.
Pemeriksaan abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi
hangat, tidak ada deformitas dan edema. Pasien didiagnosis dengan Chronic
untuk rencana hemodialisis dengan target Hb minimal 6,5. Terapi lain yang
diberikan yaitu kalitake 1 sachet per 8 jam diberikan secara oral, amlodipin 10 mg
per 24 jam diberikan secara oral dan asam folat 0,4 mg per 12 jam diberikan
C4, keluhan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 90 kali per menit,
laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,4 oC. Dari pemeriksaan fisik
diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil fremitus sama
kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara pernapasan
vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pemeriksaan jantung diperoleh iktus
kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam batas normal,
bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop. Pemeriksaan
abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi timpani, tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat, tidak ada
Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam. Pasien post transfusi PRC. Terapi sama
dengan hari sebelumnya ditambah dengan lactulosa 10 cc per 8 jam dan dulcolax
Perawatan hari ketiga tanggal 25 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap Irina
C4, keluhan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 95 kali per menit,
laju pernapasan 18 kali per menit dan suhu badan 36,5 oC. Dari pemeriksaan fisik
kepala tampak konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. Pada pemeriksaan paru
diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil fremitus sama
kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara pernapasan
vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pada pemeriksaan jantung diperoleh
iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam batas
normal, bunyi jantung s1-2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop.
Pemeriksaan abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi
timpani, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat,
tidak ada deformitas dan edema. Pasien didiagnosis dengan dengan Chronic
tiap 8 jam dan urine output tiap 24 jam. Pasien rencana dilakukan hemodialisis
Perawatan hari keempat tanggal 26 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap Irina
C4, keluhan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 136/94 mmHg, nadi 90 kali per menit,
laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,4 oC. Dari pemeriksaan fisik
diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil fremitus sama
kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara pernapasan
vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pemeriksaan jantung diperoleh iktus
kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam batas normal,
bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop. Pemeriksaan
abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi timpani, tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat, tidak ada
deformitas dan edema. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal
26 Juli 2021 dan didapatkan hasil leukosit 7.200µL, eritrosit 3,34 x 106µL,
hemogoblin 9,6 g/dL, hematokrit 27,2%, trombosit 113.000µL, MCH 28,7 pg,
MCHC 35,3 g/dL, MCV 81,4 fL. Pasien didiagnosis dengan dengan Chronic
Anemia on Chronic Disease DD/ Anemia Renal, Hipertensi dan Hiperkalemi dan
Trombositopenia pro evaluasi. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam dan urine
output tiap 24 jam. Terapi yang diberikan yaitu kalitake 1 sachet tiap 8 jam
diberikan secara oral, amlodipine 10 mg tiap 24 jam diberikan secara oral, asam
folat 0,4 mg tiap 12 jam diberikan secara oral dan laktuloksa 10 cc tiap 8 jam.
Perawatan hari kelima tanggal 27 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap Irina
C4, keluhan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 139/95 mmHg, nadi 90 kali per menit,
laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,5 oC. Dari pemeriksaan fisik
diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil fremitus sama
kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara pernapasan
vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pemeriksaan jantung diperoleh iktus
kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam batas normal,
bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop. Pemeriksaan
abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi timpani, tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat, tidak ada
mg/dL, fosfor 8,2 mg/dL, magnesium 2,78 mg/dL, kalsium 9,38 mg/dL. Pasien
post transfusi. Terapi yang diberikan sama dengan hari sebelumnya. Rencana
Perawatan hari keenam tanggal 28 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap Irina
C4, keluhan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 136/94 mmHg, nadi 90 kali per menit,
laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,4 oC. Dari pemeriksaan fisik
diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil fremitus sama
kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara pernapasan
vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pemeriksaan jantung diperoleh iktus
kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam batas normal,
bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop. Pemeriksaan
abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi timpani, tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat, tidak ada
Trombositopenia pro evaluasi. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam dan urine
output tiap 24 jam. Terapi yang diberikan kalitake 1 sachet tiap 8 jam diberikan
secara oral, amlodipine 10 mg tiap 24 jam diberikan secara oral dan asam folat 0,4
Perawatan hari ketujuh tanggal 29 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap Irina
C4, keluhan badan lemas. Keadaan umum pasien tampak sedang dengan
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 136/94 mmHg, nadi 80 kali per menit,
laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,6 oC. Dari pemeriksaan fisik
diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil fremitus sama
kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara pernapasan
vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing. Pemeriksaan jantung diperoleh iktus
kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam batas normal,
bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop. Pemeriksaan
abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi timpani, tidak
ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat, tidak ada
Trombositopenia pro evaluasi. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam dan urine
output tiap 24 jam. Terapi sama dengan hari sebelumnya. Pasien rencana akan
dilakukan hemodialisis.
Irina C4, pasien masih merasakan lemah badan. Keadaan umum pasien tampak
sedang dengan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 130/88 mmHg, nadi 85
kali per menit, laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,2 oC. Dari
Pemeriksaan paru diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil
fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara
diperoleh iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam
batas normal, bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan bising, murmur dan
gallop. Pemeriksaan abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal,
perkusi timpani, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral
hangat, tidak ada deformitas dan edema. Hasil pemeriksaan laboratorium pasien
mg/dL, kreatinin 14,2 mg/dL, fosfor 6,0 mg/dL, magnesium 3,26 mg/dL, albumin
3,63 g/dL, klorida 92,6 mEq/L, kalium 4,42 mEq/L, natrium 184 mEq/L dan
kalsium 8.99 mg/dL. Pasien didiagnosis dengan dengan Chronic Kidney Disease
Trombositopenia pro evaluasi. Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam dan urine
output tiap 24 jam. Terapi yang diberikan yaitu kalitake 1 sachet tiap 8 jam
diberikan secara oral, amlodipine 10 mg tiap 24 jam diberikan secara oral dan
Perawatan hari kesembilan tanggal 31 Juli 2021 di Instalasi Rawat Inap Irina
C4, pasien masih merasakan lemah badan. Keadaan umum pasien tampak sedang
dengan kesadaran kompos mentis. Tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80 kali per
menit, laju pernapasan 20 kali per menit dan suhu badan 36,5oC. Dari
Pemeriksaan paru diperoleh gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, taktil
fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor pada kedua lapangan paru, suara
diperoleh iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, jantung kanan dan kiri dalam
batas normal, bunyi jantung s1-s2 regular, tidak ditemukan murmur dan gallop.
Pemeriksaan abdomen diperoleh kesan datar, lemas, bising usus normal, perkusi
timpani, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan ekstremitas diperoleh akral hangat,
tidak ada deformitas dan edema. Pasien didiagnosis dengan dengan Chronic
diberikan secara oral dan asam folat 0,4 mg tiap 8 jam diberikan secara oral.
PEMBAHASAN
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible. Adapun kriteria CKD
menurut K/DOQI yaitu 1) Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari
3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional dengan atau tanpa penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan manifestasi: kelainan patologis dan terdapat
tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau
kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests). 2) Laju filtrasi glomerulus (LFG)
yang terjadi > 3 bulan: penanda kerusakan ginjal (1 atau lebih) yaitu albuminuria
Hipertensi, Penyakit Ginjal Polikistik Otosomal dominan dan Nefropati Sistik dan
Renal Registry (IRR) tahun 2017 didapatkan hasil penyebab terbanyak pasien
Asam Urat 1%, Ginjal Polikistik 1%, Nefropati Lupus 1%, lain-lain dan tidak
diketahui 9%.7
memiliki riwayat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol sejak ± 3 tahun yang
sistemik oleh proses yang disebut autoregulasi. Perubahan kaliber arteriol aferen
hipertensi, hiperurikemi, dan lain sebagainya, b) Sindrom uremia, yang terdiri dari
seperti lemah badan, mual, muntah. Sedangkan gejala komplikasi pada penderita
ini yaitu sudah terjadi anemia renal, dan gangguan keseimbangan cairan dan
Gejala komplikasi yang muncul pada pasien ini yakni anemia. Dibuktikan
didapatkan hemoglobin (Hb) 5,9 g/dL; hematokrit 17,0%; MCH 28,9pg; MCHC
34,7g/dL; MCV 83,3 fL. Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal
kronik. Pada PGK, prevalensi terjadinya anemia lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum dan meningkat sesuai dengan stadium dimana 8,4% pada stadium
Menurut data dari The National and Nutrition Examination Survey (NHANES),
anemia pada PGK dimulai dari awal perjalanan penyakit dan menjadi lebih berat
karena massa ginjal menyusut dan GFR semakin menurun. Hal ini menyebabkan
sumsum tulang dalam hal memproduksi sel darah merah (RBC). 11 Penyebab lain
anemia pada PGK yaitu terjadi disfungsi trombosit yang diinduksi uremia
dalam terjadinya anemia antara lain defisiensi besi, kehilangan darah (misal,
perdarahan saluran cerna, hematuria), masa hidup eritrosit yang pendek akibat
substansi uremik dan proses inflamasi akut maupun kronik. Evaluasi terhadap
anemia dimulai saat kadar hemoglobin <10g% atau hematokrit <30%, meliputi
evaluasi terhadap status besi. Sasaran hemoglobin menurut berbagai studi klinik
adalah 11-12 g/dl.1,13 CKD yang progresif biasanya berkaitan dengan anemia
stadium CKD. Pada pasien ini diberikan transfusi PRC serta asam folat 0,4 mg
tiap 8 jam. Asam folat diperlukan sebagai salah satu substrat mayor dan kofaktor
dalam produksi eritrosit.9 Asam folat juga bermanfaat untuk menurunkan kadar
homosistein yang biasanya meningkat pada pasien HD, karena asam folat
homosistein.14,15
Komplikasi lain yang terjadi pada pasien ini yaitu hiperkalemi. Hal ini
dibuktikan yaitu pada anamnesis didapatkan gejala mual muntah dan pada
kalium. Dalam keadaan sehat, 80-90% dari beban kalium yang difiltrasi akan
kalium urin ditentukan oleh sekresi luminal di nefron distal. Oleh karena itu,
pasien dengan CKD dapat mempertahankan fungsi ekskresi kalium yang normal
ginjal dibatasi oleh penurunan laju filtrasi glomerulus, aliran tubular, pengantaran
distal.18 Untuk terapi hiperkalemi, pasien diberikan kalitake 1 sachet tiap 8 jam per
oral yang mengandung calcium polystyrene sulfonat (CPS) yang berfungsi untuk
bekerja dengan cara menukar ion Ca+ dengan K+ yang disekresikan ke dalam
peningkatan kadar ureum, dan kreatinin serum, dan penurunan LFG yang dihitung
Dari hasil pemeriksaan darah lengkap pada kasus ini, dijumpai adanya
anemia normokrom normositer (Hb 5,9 g/dl, MCV 83,3 fL, MCH 28,9 pg). Pada
atau meningkat
II Kerusakan ginjal dengan penurunan 60 – 89
LFG ginjal
III Penurunan LFG sedang 30 – 59
IV Penurunan LFG berat 15 – 29
V Gagal ginjal < 15 atau dialisis
Hasil perhitungan LFG pada pasien ini menggunakan rumus Crockcroft Gault
1,4 ml/menit/1,72m2 dengan stadium 5 yaitu gagal ginjal yang memerlukan terapi
PGK meliputi (1) terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya, (2) pencegahan dan
terapi terhadap kondisi komorbid (faktor komorbid tersebut antara lain gangguan
protein dan terapi farmakologis) (4) pencegahan dan terapi terhadap penyakit
renal, pembatasan cairan dan elektrolit) dan (6) terapi pengganti ginjal berupa
transplantasi ginjal. Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang mulai perlu dialisis adalah
penyakit ginjal kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG < 15
mL/menit. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi
akumulasi toksin dalam tubuh yang disebut sebagai uremia. Secara ideal semua
pasien dengan LFG < 15ml/menit dapat mulai menjalani dialisis. Namun dalam
pelaksanaan klinis pedoman yang dipakai antara lain LFG < 10mL/menit dengan
gejala uremia/malnutrisi atau LFG < 5 mL/menit walaupun tanpa gejala. Indikasi
dapat mengeluarkan zat-zat toksin dari darah. Pada keadaan keracunan obat atau
zat toksin yang tidak terikat albumin darah maka dialisis dapat dilakukan dengan
Pada kasus ini, karena pasien menderita CKD V maka telah terjadi
Sehingga penatalaksanaan utama pada pasien ini ialah terapi pengganti ginjal
RSUP Prof. Dr. dr. R.D. Kandou Manado yaitu pada tanggal 26 Juli 2021 dan 29
Juli 2021.
kalitake 1 sachet tiap 8 jam per oral untuk hiperkalemi, obat anti hipertensi
golongan calcium channel blocker yaitu amlodipine 10 mg tiap 24 jam per oral,
asam folat 0,4 g tiap 12 jam per oral, dulcolax bisacodyl diberikan secara
suppositoria oleh karena pasien mengeluhkan konstipasi. Pada pasien ini
yang dapat melindungi ginjal terutama pada pasien dengan penurunan kapasitas
nefron dan fungsi ginjal. Terapi dialisis dapat menstimuasi katabolisme protein
otot rangka diseluruh tubuh juga meningkat yang menyebabkan hilangnya protein
otot saat terapi hemodialisis. Sehingga supan protein pada pasien penyakit ginjal
KESIMPULAN
didapatkan adanya gejala klinis mual, muntah, lemah badan dan riwayat bengkak
terkontrol sejak 3 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik diperoleh konjungtiva
anemis. Pemeriksaan paru, jantung, ekstremitas dalam batas normal. Foto thoraks
didapatkan eritrosit 2,04 x 106µL, hemogoblin 5,9 g/dL, hematokrit 17,0%, ureum
330 mg/dL, kreatinin 30,2 mg/dL, kalium 5,77 mEq/L. Pemeriksaan laboratorium
tanggal 30 Juli 2021 didapatkan perbaikan yakni eritrosit 3,03 x 10 6µL,
hemogoblin 8,7 g/dL, hematokrit 25,7%, ureum 162 mg/dL, kreatinin 14,2 mg/dL,
Pasien dirawat inap selama 9 hari dengan terapi hemodialisis. Terapi lain yang
diberikan yaitu amlodipine 10 mg per 8 jam diberikan secara oral, asam folat 0,4
per 12 jam diberikan secara oral, domperidon 10 mg per 8 jam diberikan secara
oral. Pasien pulang dengan perbaikan dan dianjurkan untuk kontrol ke poli ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
guideline for evaluation and management of CKD. Off J Int Soc Nephrol.
2013;3(1):4477–83.
6736(13)60687-X
5. RI KK. Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta;
2017;1–10.
https://www.indonesianrenalregistry.org/
2002.
Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw; 2015. 2504–
2600 p.
10. Ku E, Lee BJ, Wei J, Weir MR. Hypertension in CKD: Core Curriculum
https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2018.12.044
11. Stauffer ME, Fan T. Prevalence of anemia in chronic kidney disease in the
12. O’Connel S, Bare BG. Brunner & Suddarth Textbook of Medical Surgical
13. Babitt JL, Lin HY. Mechanisms of anemia in CKD. J Am Soc Nephrol.
2012;23(10):1631–4.
15. Segall L, Nistor I, Covic A. Heart failure in patients with chronic kidney
16. Seliger SL. Hyperkalemia in patients with chronic renal failure. Nephrol
18. Hunter RW, Bailey MA. Hyperkalemia: Pathophysiology, risk factors and
21. Gang Jee Ko, MD, PhD1,2, Yoshitsugu Obi, MD, PhD1, Amanda R.
2017;176(12):139–48.
LAMPIRAN