Anda di halaman 1dari 29

SOAL PERINA

CO-ASS PEDIATRI
1. A. BALLARD SCORE
 Definisi
Teknik penilaian yang digunakan untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir
melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi
Postur, Square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign, dan heel to ear
maneuver. Penliaian fisik yang dimatai adalah kulit, Lanugo, Permukaan plantar,
payudara, mata/telinga, dan genitalia.
 Penilaian Maturitas Neuromuskular
o Postur = ketika pematangan berlangsung, janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitias
bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas.
 Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa
menunggu bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi
ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari
eksremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini
akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya.

o Square Window = Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap


peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan.
 Pemeriksaan dilakukan dengan meluruskan jari-jari bayi dan menekan
punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut
antara telapak tangan dan lengan bawah yang dihitung.

o Arm Recoil = Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot
biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan
ekstensikan.
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang.
Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.
Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan.

o Popliteal angle = manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi
lutut dengan menguji resistensi ekstrimitas bawah terhadap ekstensi.
 Pemeriksaan dilakukan dengan bayi berbaring terlentang, dan tanpa
popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk
penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki
satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi
paha dengan tangan yang lain (jangan memberikan tekanan pada paha
belakang). Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap
ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah
popliteal.
 Pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara
aktif sebelum melakukan eksistensi kaki.

o Scarf Sign = Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu
 Pemeriksaan dilakukan dengan bayi terlentang, pemeriksa
mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan
bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari
tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin
perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu bayi harus tetap
menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus. Amati posisi siku
pada dada bayi.

o Heel to Ear = Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang
panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior
fleksor pinggul.
 Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari
dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa,
pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak
antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan
angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi
signifikan dirasakan.

 Penilaian Maturitas Fisik


o Kulit = Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung,
yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi
keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin.
pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam
cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,
menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, seperti sebuah perkamen.

o Lanugo = Rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Lanugo mulai


tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak,
terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo
mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi
lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat
di daerah lumbosakral.

o Permukaan Plantar= Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian
anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan.
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak
kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan
permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit

o Payudara = Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh


akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi
yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau
tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery. Dan kemudian
dilakukan palpasi di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur
diameternya.
o Mata/ Telinga = Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago
seiring perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas
palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah
wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun
telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya.

o Genital Pria = Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di
dalam zona berugae. Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke
dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun
mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya
sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke
33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal
dan membentuk rugae

o Genital Wanita = Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka


neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o
dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora
dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya
tertutupi oleh labia majora. dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris
menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.
Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan
cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar.
1. B. FINSTORM SCORE
 Definisi
Teknik penilaian yang digunakan untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui
pemeriksaan pembuluh darah pada kulit abdomen, plantar crease (lipatan plantar), Tulang
rawan telinga, jaringan mamae, papilla dan areola mamae, kuku jari tangan, dan rambut
kepala.
2. SKOR APGAR

Skor APGAR adalah suatu metode yang digunakan untuk memeriksa keadaan bayi yang baru
lahir. Skor APGAR terdiri dari warna kulit (appereance), denyut jantung (pulse), reflex
terhadap stimulus taktil (grimace), tonus otot (activity), dan usaha nafas (respiration). Skor
APGAR dihitung pada menit ke-1 dan ke-5 untuk semua bayi, kemudian dilanjutkan setiap 5
menit sampai menit ke-20 untuk bayi dengan skor APGAR kurang dari 7.(1)
Skor APGAR menghitung kuantitas dari tanda -tanda klinis depresi neonatal, seperti sianosis
atau muka pucat, bradikardia, depresi reflex respon terhadap stimulus, hipotonus, dan apnu
atau respirasi terganggu.
Cara penilaian Skor APGAR
1. Warna kulit (Appereance)
 2 poin = warna kulit pink pada tubuh dan ekstrimitas
 1 poin = warna kulit biru pada ekstrimitas, warna kulit pink pada tubuh
 0 poin = warna seluruh tubuh dan ekstrimitas biru
2. Denyut jantung (Pulse) -> Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop
atau dengan menggunakan 2 jari. Denyut jantung dihitung selama 15 detik, kemudian
dikalikan 4 sehingga didapat denyut jantung selama 60 detik (1 menit).
 2 poin = >100 kali/menit
 1 poin = <100 kali/menit
 0 poin = tidak ada denyut jantung
3. Refleks terhadap stimulus taktil (Grimace)
 2 poin = bayi menangis, batuk, atau bersin
 1 poin = meringis atau menangis lemah saat distimulasi
 0 poin = tidak ada respon terhadap stimulasi
4. Tonus otot (Activity)
 2 poin = bergerak aktif
 1 poin = sedikit gerakan
 0 poin = lemah atau tidak ada gerakan
5. Pernapasan (Respiration)
 2 poin = pernapasan baik dan teratur, menangis kuat
 1 poin = pernapasan lemah, tidak teratur
 0 poin = tidak ada napas
Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen.
 Nilai terbaik adalah 10. Skor 7,8, dan 9 adalah normal, bayi dapat dikatakan sehat.
 Skor 10 sangat jarang didapatkan karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit.
 Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan pada
tangan dan kaki (2)

Skor APGAR rendah biasanya disebabkan oleh :


 Proses kelahiran yang sulit
 Operasi Caesar
 Cairan pada jalur pernapasan bayi
Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru lahir pada suatu waktu
tertentu dan memiliki beberapa komponen yang bersifat subjektif. Faktor yang
mempengaruhi penilaian skor APGAR, seperti:
 Sedasi maternal atau anastesi
 Malformasi kongenital
 Usia gestasi
 Trauma
 Variasi antar penilai (3)
Komponen seperti tonus otot, warna kulit, dan reflex bersifat subjektif dan sebagian
bergantung pada maturitas fisiologis dari bayi tersebut. Bayi pre-term yang sehat tanpa tanda-
tanda asfiksia bisa memiliki skor APGAR yang rendah karena usia kelahiran yang belum
cukup. (2,4)
Skor APGAR tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk menentukan keadaan asfiksia
pada bayi baru lahir. Ketika bayi yang baru lahir memiliki skor APGAR kurang dari atau
sama dengan 5 pada menit ke-5 maka sampel dari umbilical arterial blood gas sebaiknya
diambil. Uji patologi untuk plasenta juga sebaiknya dilakukan. (3)

Source :
1. American College of Obstetrics and Gynecology, Task Force on Neonatal
Encephalopaty, American Academy of Pediatrics. Neonatal Encephalopathy and
Neurologic Outcome. 2nd ed. Washington, DC: American College of Obstetricians
and Gynecologists; 2014.
2. Apgar Score
3. L. Jain, C. Ferre, D. Vidyasagar, S. Nath, D. Sheftel, J Pediats, 1991; 118(5):778-782.
4. Neonatal Resuscitation
3. Skor Downe

 Skor Downe (Downe’s Respiratory Distress Syndrome Scoring System) adalah


sebuah system scoring/grading untuk menilai derajat gangguan pernapasan
(respiratory distress) / kegawatan napas pada pasien neonatus.
 Gangguan pernapasan atau respiratory distress dapat didiagnosis saat satu atau lebih
dari kriteria ini terpenuhi :
o Takipneu / rr lebih dari 60x/menit
o Terdapat retraksi pada saat inhalasi di either subcostal, intercostal, sternal,
ataupun suprasternal
o Ada bunyi tambahan saat pernapasan yang bisa berbentuk grunt/merintih,
stridor, atau wheezing.
 Beberapa penyebab umum respiratory distress adalah hyaline membrane disease,
meconium aspiration syndrome, dan congenital / acquired pneumonia.

Kriteria 0 1 2
Frekuensi <60 x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Pernapasan
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis menetap
sianosis dengan pemberian walaupun dengan
oksigen pemberian oksigen
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
bilateral dengan udara masuk masuk (sulit
baik (delayed) didengar dengan
stetoskop)
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
(grunting) dengan stetoskop tanpa alat bantu
 Diagnosis :
o < 4 : Gangguan pernapasan ringan
o 4 -5 : Gangguan pernapasan sedang.
o ≥ 6 : Gangguan pernapasan berat, diperlukan pemeriksaan gas darah.
Merupakan indikasi untuk pemberian ventilatory assistance
 Untuk menilai air entry menggunakan auskultasi
 Selain skor downe, skor yang biasa digunakan untuk menilai derajat respiratory
distress adalah Silverman-Anderson score. Silverman-Anderson score lebih sering
digunakan pada bayi preterm dengan gangguan HMD, sedangkan skor downe lebih
dapat digunakan pada kondisi dan umur kehamilan manapun secara umum.
4. MANAJEMEN NUTRISI PADA BAYI BARU LAHIR
Nutrisi Enteral
Rekomendasi asupan nutrisi
 Energi: 105-130 kkal/kg/hari (pada bayi prematur: 110~135 kkal/kg/hari; pada bayi
BLSR (150 kkal/kg/hari).
 Protein: 2-3 g/kg/d dengan rasio protein/energi 1.8-2.7 g/100 kkal untuk bayi cukup
bulan. 3.5-4.5 g/kg/d dengan dengan rasio protein/energi 3.2-4.1 g/100 kkal untuk
bayi prematur.
 Lemak: 5-7 g/kg/hari (40-50% dari energi total).
 Karbohidrat: 10-14 g/kg/d (40-50% dari energi total).
Cara pemberian nutrisi
 ASI

 Artificial feeding
 Oral feeding: untuk bayi baru lahir dengan usia kehamilan 32-34 minggu dan
memiliki fungsi suckling, menelan dan bernafas yang baik.
 Tube feeding: pada bayi yang tidak bisa diberikan nutrisi secara oral. Rute
administrasi: OGT/NGT. Metode feeding: bolus/intermittent/continuous.

Indikasi nutrisi enteral


Dapat diberikan secepat mungkin pada bayi dengan saluran gastrointestinal yang
normal dan kondisi hemodinamik yang stabil. Dimulai dalam 12 jam sejak waktu kelahiran
pada bayi dengan berat lebih dari 1000 g. dapat ditunda hingga 24-48 jam sejak waktu
kelahiran pada bayi dengan perinatal asfiksia berat (skor APGAR <4) dan bayi dengan berat
kurang dari 1000 g.
Kontraindikasi nutrisi enteral
Adanya obstruksi gastrointestinal akibat malformasi kongenital, suspek atau tegak
diagnosis necrotizing enterocolitis. Nutrisi enteral harus ditunda pada bayi dengan
ketidakstabilan hemodinamik meliputi situasi yang memerlukan resusitasi cairan atau adanya
disfungsi organ multipel.
Nutrisi Parenteral (PN)
Indikasi
Adanya malformasi saluran pencernaan kongenital seperti atresia esophagus, atresia
intestinal, necrotizing enterocolitis dan bayi prematur.
Metode akses vena
 Vena perifer: jangka pendek (<2 minggu) dan osmolaritas PN tidak melebihi 900
mOsm/L.
 Vena sentral: jangka panjang dan osmolaritas tinggi. Terdiri dari peripherally inserted
central venous catheter (PICC), central venous catheter (CVC) and the umbilical vein
catheter.
Komposisi PN dan kebutuhan harian
 Kalori: 70-90 kkal/kg/hari (pada bayi prematur: 80-100 kkal/kg/hari).
 Asam amino: 1,5-2,0 g/kg/d pada 24 jam pertama lalu ditingkatkan menjadi 3,0
g/kg/d pada bayi cukup bulan dan 3,5-4,0 g/kg/d untuk bayi prematur.
 Lemak emulsi: 1,0 g/kg/d pada 24 jam pertama lalu ditingkatkan hingga menjadi 3,0
g/kg/d
 Glukosa: 4-8 mg/kg/menit lalu ditingkatkan sebanyak 1-2 mg/kg/menit hingga 11-14
mg/kg/menit. Rekomendasi gula darah tidak melebihi 150 mg/dL.
 Elektrolit
 Vitamin

 Trace elements
5. TATALAKSANA BAYI BARU LAHIR (RESUSITASI NEONATUS)
1. Pastikan bayi bernafas atau menangis atau tonus otot baik -> jika tidak
2. Airway =
- Pastikan bayi tetap hangat (suhu ruangan 26oC, pakai topi, pakai kain hangat atau
kering, pakai infant warmer, bayi < 28 minggu atau berat badan <1500 gram
dibungkus plastic sampai pada daerah leher.
- Posisikan bayi dengan benar
- Bersihkan jalan nafas (menggunakan penghisap balon atau kateter penghisap -> di
mulut terlebih dahulu baru kemudian di hidung bagian kanan dan kiri. Bisa
dilakukan aspirator meconium jika curiga bayi mengalami aspirasi dari
meconium)
- Keringkan menggunakan kain
- Stimulasi dari dada, perut, dan telapak kaki
- Posisikan kembali
3. Observasi usaha nafas, laju denyut jantung, tonus otot -> tidak bernafas, megap-
megap, LDJ < 100x/menit, nafas tidak adekuat, sianosis
4. Breathing =
- Pemberian ventilasi tekanan positif selama 30 detik dengan cara pilih sungkup
dengan ukuran yang sesuai, pastikan jalan nafas terbuka, posisikan kepala bayi,
penolong berada di sisi meja resusitasi, posisikan sungkup tepat dan melekat pada
wajah.
“pompa” “lepas” “lepas” “pompa”
VTP dihentikan bila frekuensi jantung meningkat, perbaikan warna kulit, adanya
nafas spontan
5. Bila LDJ > 60x/menit – 100x/menit -> VTP kembali
6. Bila LDJ < 60x/menit dengan pengembangan dada yang adekuat -> VTP + kompresi
dada (maksimal dilakukan selama 2 menit, setiap 60 detik sekali nilai LDJ, usaha
nafas, tonusnya
Kompresi dada -> posisi jari 1/3 bawah tulang dada atau sternum. Penekanan kurang
lebih diameter anterior posterior dada, 1 siklus terdiri dari 3 kompresi + 1 ventilasi. 15
siklus/30 detik. Ingat ada recoil.
Kompresi dihentikan bila FJ > 60x/menit.
7. Bila VTP dan kompresi dada telah dilakukan selama 2 menit namun tidak berhasil ->
intubasi
8. Lakukan intubasi, fiksasi pipa endotrakeal -> evaluasi dengan stetoskop
9. Lakukan kembali VTP dan kompresi dada, dan evaluasi setiap 60 detik
10. Jika LDJ < 60x/menit -> pertimbangkan pemberian obat dan cairan IV
11. Circulation => epinefrin , NaCl 0,9%.
6. IKTERUS NEONATORUM

Ikterus neonatorum  keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada
kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara
klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin indirek serum >5mg/dL

Hiperbilirubinemia  adalah terjadinya peningkatan plasma bilirubin 2 standar deviasi atau


lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90 atau
ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau
ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.

Penilaian klinis untuk keparahan ikterus


• Laju Cephalocaudal
Derajat Ikterus Menurut Kramer

– Cara melakukan pemeriksaan : menekankan jari telunjuk pada tempat-tempat


yang tulangnya menonjol seperti dahi, dada, lutut

Ikterus Fisiologis
 Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjungasi pada minggu
pertama > 2 mg/dL.
 Perhatikan riwayat penyakit ikterus fisiologis pada neonatus cukup bulan
o onset setelah 24 jam
o Memuncak pada 3 sampai 5 hari
o Menurun setelah 7 hari.
 Bayi cukup bulan rata-rata memiliki kadar bilirubin serum tertinggi 5 sampai 6 mg/
dl.
 Ikterus fisiologis berlebihan – ketika bilirubin serum puncak adalah 7 sampai 15 mg/
dl pada bayi cukup bulan.
 Selalu pertimbangkan usia bayi dan kadar bilirubin
 Pada bayi kurang bulan akan mengalami ikterus awitan lebih dini, peningkatan
dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih lama dan memerlukan lebih banyak waktu
untuk menghilang – sampai dengan 2 minggu. Peningkatan sampai 10-12 mg/dL
masih dalam kisaran fisiologis, bahkan hingga 15 mg/dL tanpa disertai kelainan
metabolism bilirubin.
 Kadar normal bilirubin tali pusat kurang dari 2 mg/dL dan bekisar dari 1,4 sampai 1,9
mg/dL.

Ikterus non Fisiologis


Dulu disebut sebagai ikterus patologis tidak mudah dibedakan dengan ikterus fisiologis.
Keadaan dibawah ini merupakan petunjuk untuk tindakan lanjut.
1. Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
2. Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan fototerapi
3. Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0,5 mg/dL/jam
4. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah, letargis,
malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea atau suhu yang
tidak stabil).
5. Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.

16
14
12
10 Cukup bulan
normal
8
Prematur
6
4
2
0
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7

20
18
16
14
12
fisiologis
10
non- fisiologis
8
6
4
2
0
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7

Bilirubin ensefalopati dan Kernikterus


Bilirubin ensefalopati  manifestasi klinis yang timbul akibat efek toksis bilirubin pada
sistem saraf pusat yaitu basal ganglia dan pada berbagai nuclei batang otak
Manifestasi klinis
Fase awal  Letargi, hipotonia, refleks hisap buruk
Fase intermediate  moderate stupor, iritabilitas, dan hipertoni (retrocollis dan opistotonus)
Fase lanjut  demam, high pitched cry, drowsiness, dan hipotoni

Kern ikterus  perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada
beberapa daerah di otak terutama di ganglia basalis, pons, dan serebelum. Kern ikterus
digunakan untuk keadaan klinis yang kronik dengan sekuele yang permanen karena toksik
bilirubin
Manifestasi klinis  Kehilangan pendengaran sensorineural, Serebral palsi koreoatetoid,
dysplasia dental-enamel, paralisis upward gaze

Patofisiologi

Bayi baru lahir akan memproduksi bilirubin 8-10 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa sekitar 3-
4 mg/kgBB/hari. Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan?
 Meningkatnya produksi bilirubin
– Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
– Umur sel darah merah lebih singkat (bayi prematur) (70-90 hari)
• Penurunan metabolisme bilirubin (hepar belum matur)
- Penurunan uptake dalam hati
- Penurunan konyugasi di dalam hati
• Penurunan ekskresi bilirubin
– Peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin
Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu
Gambaran klinis
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Di samping itu dapat pula
disertai dengan gejala-gejala:
 dehidrasi
asupan kalorinya tidak adekuat (misalnya, kurang minum, muntah-muntah)
 pucat
sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. ketidakcocokan golongan darah ABO,
rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular
 trauma lahir
bruising, sefalhematoma, perdarahan tertutup lainnya
 pletorik
polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi
KMK
 letargik dan gejala klinis sepsis lainnya
 petekie
sering berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis, atau eritroblastosis
 mikrosefali, koriorenitis
sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
 hepatosplenomegali
 omfalitis
 hipotiroidisme
 massa abdominal kanan atas
sering berkaitan dengan duktus koledokus
 feses dempul disertai urine warna coklat tua
pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi

Pemeriksaan penunjang
Sejumlah pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada hiperbilirubinemia patologik
adalah:
 Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa,
bila dijumpai bayi kuning dengan usia > 10 hari dan atau dicurigai adanya suatu
kolestasis.
 Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit
dan hitung retikulosit.
 Penentuan golongan darah dan faktor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang berasal dari ibu
dengan Rh negatif harus dilakukan pemeriksaan golongan darah, faktor Rh, uji Coombs
pada saat bayi dilahirkan, kadar hemoglobin dan bilirubin tali pusat juga diperiksa
(Normal bila Hb >14mg/dl dan bilirubin tali pusat < 4mg/dl).
 Pemeriksaan kadar enzim G6PD
 Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati (dapat dilanjutkan dengan USG hati,
sintigrafi sistem hepatobiliar), uji fungsi tiroid, uji urine terhadap galaktosemia.
 Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urine , IT ratio dan
pemeriksaan C reaktif protein (CRP)
Dalam merencanakan pemeriksaan penunjang, dianjurkan untuk memprioritaskan
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dengan mengarah kepada diagnosis hiperbilirubinemia
yang paling mungkin. Sebagai patokan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tata laksana
Mengingat keterbatasan sarana laboratorium dan sumber daya manusia, Divisi Perinatologi
Departemen IKA FKUI/RSCM pernah memberlakukan tata laksana bayi kuning sbb:
 Pertimbangkan terapi sinar pada:
o NCB – SMK sehat : kadar bilirubin total ≥ 12 mg/dl
o NKB – sehat : kadar bilirubin total > 10 mg/dl
 Pertimbangkan transfusi tukar bila kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg/dl

Keterangan:
Pada keadaan ikterus patologis, angka-angka di atas harus dimodifikasi dan pada
umumnya tata laksana bersifat lebih agresif. Yang dimaksud dengan ikterus patologik
adalah ikterus klinis yang terjadi pada bayi usia kurang dari 24 jam, dengan/atau
peningkatan kadar bilirubin lebih besar dari 5 mg/dL/hari, dengan/atau hemolisis, dan lain-
lain.
Terapi Sinar Intensif
Sistem yang menyediakan peningkatan radiasi pada 26 -40uw/cm2/nm, bila dibandingkan
dengan radiasi yang dihasilkan oleh fototerapi konvensional 7-16 uw/cm2/nm.
Terapi sinar intensif dianggap berhasil, bila setelah ujian penyinaran kadar bilirubin
minimal turun 1mg/dL.
Keterangan:
BL= berat lahir
RT= bayi prematur risiko tinggi, dengan batas paling rendah dari BL dan
kadar bilirubin, batas paling rendah berikutnya dari BL, dan batas usia
paling rendah berikutnya.
HIPERBILIRUBIN

Diagnosis
• Laboratorium
– Kadar bilirubin: total dan terkonyugasi
– Golongan darah ibu dan tipe Rh-nya
– Golongan darah bayi dan tipeRh-nya
– Hemoglobin
– Sediaan hapus darah
– Hitung retikulosit
– Uji Coomb terkonyugasi pada bayi

Penatalaksanaan
• Hidrasi – pemberian minum
• Fototerapi
• Transfusi tukar
Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia pada Neonatus Usia Kehamilan 35 Minggu
atau Lebih
• Mempromosikan dan mendukung keberhasilan pemberian ASI
• Ibu harus menyusui bayinya setidaknya 8 sampai 12 kali setiap hari untuk
beberapa hari pertama
•  asupan kalori/dehidrasi   Ikterus
• Melakukan suatu penilaian sistematik sebelum bayi pulang untuk menilai risiko
hiperbilirubinemia yang berat
• Ibu hamil – periksa golongan darah dan jenis Rh
• Jika ibu Rh negatif atau memiliki golongan darah O: periksa golongan
darah/jenis Rh tali pusat bayi
• Memantau ikterus pada bayi setidaknya setiap 8 sampai 12 jam
• Jika tingkat ikterus kelihatannya terlalu tinggi untuk usia bayi, lakukan
pengukuran bilirubin secara transkutan atau bilirubin serum total
• Bilirubinometer transkutan (Berguna sebagai alat penapisan/ skrinning,
Pengukuran TcB cukup akurat, pada sebagian besar bayi dengan TSB
< 15mg/ dL, Tidak bergantung pada usia, ras, dan berat badan
neonatus
• Melakukan tindak lanjut dini terfokus berdasarkan risiko
• Ketika diindikasikan, beri terapi pada neonatus dengan fototerapi atau transfusi tukar
untuk mencegah perkembangan ikterus yang berat dan mungkin, kernikterus.

Fototerapi
• Panjang gelombang cahaya 450 sampai 460 nm
• Gelombang sinar biru: 425 sampai 475 nm
• Gelombang sinar putih: 380 sampai 700 nm
• Iradiansi spektrum: 30 W / cm2 / nm

Fototerapi intensif (merubah bilirubin indirek menjadi larut dalam air)


• Sumber cahaya: cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon fluoresen
biru khusus, lampu halogen tungten, selimut serabut optik, dioda yang memancarkan
cahaya galium nitrida.
• Jarak dari cahaya: cahaya fluoresen harus berada sedekat mungkin 9 sampai 10 cm
dari bayi, sinar halogen dapat menyebabkan panas berlebihan
• Daerah permukaan: maksimal, lepas semua pakaian kecuali popok, popok juga dapat
dilepas
• Berkala versus terus menerus
• Hidrasi

Penurunan bilirubin serum yang bagaimana yang diharapkan terjadi dengan


fototerapi?
• Kecepatan penurunan bergantung pada efektivitas fototerapi dan penyebab yang
mendasari ikterus.
• Dengan fototerapi intensif, penurunan awal dapat mencapai 0,5 sampai 1,0 mg/ dl/
jam pada 4 sampai 8 jam pertama, kemudian menjadi lebih lambat.
• Dengan fototerapi standard, penurunan yang diharapkan adalah 6% sampai 20% dari
kadar bilirubin awal pada 24 jam pertama.

Kapan fototerapi dihentikan


• Bergantung pada usia bayi dan kadar bilirubin tak terkonyugasi
• Penyebab hiperbilirubinemia

Breastfeeding Jaundice Breastmilk Jaundice


Onset hari ke 3-5 Minggu ke 2-3, bertahan hingga 3 bulan
Riwayat ASI tidak keluar, bayi tidak dapat Riwayat ASI baik
kolostrum, bayi tidak banyak minum ASI
Karena kekurangan ASI, bowel movement Karena ada 3∝ - 2O𝛽- pregnanediol
menurun  ekskresi bilirubin terganggu  metabolit progesterone yang menghambat
banyak yang diserap kembali ke sirkulasi enzim UDGPA (uridine diphosphoglukoronic
enterohepatik acid glucoronyl transferase) yang berperan
mengkatalisasi konjugasi bilirubin dengan
glucoronic acid  unconjugated bil
meningkat
Mengandung banyak 𝛽 glucoronidase,
dekonjugasi bilirubin di usus  sirkulasi
enterohepatik meningkat
KIE : lebih sering diberikan ASI, min 8x/hari Dx : puasa ASI 6 jam  cek bilirubin
(asupan meningkat  ikterus menurun) Bayi bisa tahan 72 jam tanpa asupan krn ada
brown fat, glikogen, dan air
7. KMK SIMETRIS VS ASIMETRIS

Istilah KMK bukan merujuk pada pertumbuhan janin, melainkan ukuran bayi saat lahir, yaitu
berat lahir < -2 SD atau < persentil 10 terhadap usia gestasi. KMK berhubungan dengan :
1. Faktor maternal (penyakit kronis, malnutrisi, kehamilan multipel, hipertensi,
merokok)
2. Faktor plasenta (infark, previa, abrupsi, malformasi anatomi)
3. Faktor janin (biasanya simetris --> berat lahir, panjang, dan lingkar kepala semuanya
kurang)
4. Infeksi kongenital seperti TORCH
5. Abnormalitas kromosom
6. Malformasi kongenital (sindrom dismorfik, fetal diabetes mellitus, dan anomali
kongenital lainnya).

Pertumbuhan intrauterin dapat dinilai dengan menggunakan rasio berat terhadap panjang
badan yang disebut dengan indeks Ponderal, yaitu 100xberat(gram)/panjang(cm)
Berdasarkan indeks Ponderal dapat ditentukan apakah bayi termasuk KMK simetris atau
asimetris.

Indeks Ponderal normal jika berat, panjang, dan lingkar kepala dalam proporsi seimbang tapi
masih dibawah gestasi sebenarnya. Kondisi tersebut terjadi pada KMK simetris yang sering
disebabkan oleh faktor genetik atau infeksi selama kehamilan pada kehamilan trimester
pertama.

Indeks Ponderal meningkat bila panjang dan lingkar kepala normal namun berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Akibatnya pertumbuhan bayi asimetris dan hal tersebut umumnya
disebabkan oleh faktor maternal atau plasenta.

Indeks-indeks Ponderal yang paling banyak dan sudah lama dipakai adalah indeks ponderal
dari Quatelet dan indeks ponderal Rohrer. Dalam hal bayi saat lahir, Georgiff menyarankan
penggunaan dari Rohrer untuk mengkategorikan bayi dengan berat badan KMK ke dalam :
1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan dalam uterus (IUGR = Intra Uterine Growth
Retardation) akut / asimetris --> IUGR LPI (low ponderal index)
--> Apabila ≤ 10% pada kurva indeks ponderal
2. Bayi dengan retardasi pertumbuhan dalam uterus kronis / simetris --> IUGR API (adequate
ponderal index)
--> Apabila > 10 % kurva indeks ponderal

IUGR LPI disebut juga kurang gizi akut


IUGR API disebut juga kurang gizi kronis

FOAD (Fetal Origins of Adult Disease)


Banyak studi yang telah mengatakan bahwa beberapa penyakit yang timbul saat usia dewasa
adalah akibat dari pembentukam pada masa janin, mulai dari masa perkembangan janin di
dalam kandungan, kehidupan di dalam intrauterin, bisa mengubah metabolisme dan fisiologi
seseorang sehingga berakibat padda meningkatnya risiko penyakit saat dewasa.

Penyakit kronis yang berhubungan dengan FOAD :

1. Diabetes Mellitus
2. Obesitas
3. Dislipidemia
4. Hipertensi
5. Penyakit jantung koroner
6. Stroke
7. Gagal ginjal - glomerulosklerosis
8. Gagal fungsi hati - kolestasis, steatosis
9. Abnormalitas paru - BPD, reactive airway disease
10. Disfungsi imun
8. HYALIN MEMBRAN DESEASE (HMD)
HMD disebut juga respiratory distress syndrome muncul paling sering pada bayi
prematur.

Anda mungkin juga menyukai