Drs. Subagyo, MA
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, buku Pedoman Penyelenggaraan Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera sebagaimana dimaksud dapat
diselesaikan sesuai harapan. Pedoman Penyelenggaraan ini disusun
sebagai dasar dalam penyelenggaraan kegiatan di Provinsi.
iii
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Pedoman
Penyelenggaraan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
iv
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR 259/PER/F3/2012
TENTANG
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Agustus 2012
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL,
I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................... 2
C. Ruang Lingkup.................................................................. 3
D. Batasan Pengertian .......................................................... 3
v
C. Standar Pengelolaan Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera .......................................................................... 22
1. Menetapkan Organisasi Pelaksana .......................... 22
2. Menyiapkan Tenaga Pengelola................................. 23
3. Melatih Tenaga Pengelola......................................... 23
4. Menggerakan Peran Serta Masyarakat .................... 23
5. Menyiapkan Sarana dan Prasarana.......................... 23
6. Menyiapkan Tenaga Konselor................................... 24
7. Menyiapkan Pola Pelayanan .................................... 24
V. PENUTUP................................................................................. 75
vi
BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
LAMPIRAN
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR : 259/PER/F3/2012
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
Kependudukan dan Keluarga Sejahtera adalah merupakan landasan
hukum yang kokoh dalam penyelenggaraan pengendalian penduduk
dan pembangunan keluarga Indonesia untuk menuju penduduk
tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk
yang seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta
keluarga akan memperbaiki segala aspek dan dimensi pembangunan
dan kehidupan masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat
berdampingan dengan bangsa lain, dan dapat mempercepat
terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut dalam pasal 47
dinyatakan bahwa; Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan
kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk
mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal.
B. TUJUAN
Terlaksananya penyelenggaraan pelayanan data dan informasi
kependudukan dan keluarga berencana; konsultasi dan konseling
keluarga balita dan anak; konsultasi dan konseling keluarga remaja
dan remaja; konsultasi dan konseling pra nikah; konsultasi dan
C. RUANG LINGKUP
1. Sasaran
2. Jangkauan
D. BATASAN PENGERTIAN
A. ARAH KEBIJAKAN
B. KEBIJAKAN UMUM
C. KEBIJAKAN KHUSUS
D. KEGIATAN PRIORITAS
4. Sertifikasi Konselor
Sertifikasi konselor adalah pengakuan terhadap seseorang yang
telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
konseling, setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus uji
kompetensi yang di selenggarakan oleh lembaga pendidikan.
Letak dan lokasi ruangan mudah diakses oleh klien tetapi tidak
terlalu terbuka, dengan demikian seluruh klien bisa dengan mudah
mengunjungi namun prinsip-prinsip konfidensial tetap terjaga.
g. Ruang relaksasi
Ruangan ini diperuntukkan bagi klien yang memerlukan
relaksasi. Diperlukan ruangan yang bersih, sehat, nyaman
dan aman, jika memungkinkan ruangan ini dilengkapi dengan
karpet, tape recorder, TV, VCD/DVD
h. Ruang peragaan/stimulasi/informasi
Ruangan ini berisi Alat Permainan Edukatif (APE) khususnya
APE bagi keluarga dan anak-anak usia dini sebagai media
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak; bagi remaja
ada beberapa sarana yang diperlukan seperti audio visual,
alat peraga kesehatan reproduksi, poster dan lainnya;
sedangkan bagi lasia bisa disiapkan alat kebugaran bagi
lansia .
A. PROSES KEGIATAN
2. Konseling
c. Faktor Situasional
Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi
percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda
dengan situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar
lalu lintas.
4. Sasaran/Klien
1. Penggerak KB Tingkat Kabupaten dan Kota
2. Penggerak KB Tingkat Kecamatan
3. Penggerak KB Tingkat Desa
4. Keluarga
5. Remaja
6. PIK R/M
7. Kelompok Pembinaan Keluarga (BKB, BKR, BKL, UPPKS)
8. Masyarakat.
Keterangan :
1. Ruang informasi/pendaftaran
a. Ruang Informasi merupakan satu ruangan yang berisi
informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan :
1) Kependudukan dan Keluarga Berencana dan berbagai
alat kontrasepsi yang dapat menjadi pertimbangan bagi
keluarga dalam mengatur jumlah anak yang dikehendaki ;
2) Kesehatan reproduksi;
3) Penyiapan kehidupan berkeluarga;
4) Perawatan dan pengasuhan anak;
5) Peningkatan kualitas hidup lansia;
6) Mewujudkan keluarga harmonis dan sejahtera;
Informasi tersebut dapat berbentuk leaflet, poster, booklet, ex
banner dan lainnya yang bisa diakses oleh klien yang datang
di tempat pelayanan.
C. MATERI KONSELING
3) Sasaran konseling
Sasaran konseling adalah keluarga yang mempunyai anak
mulai lahir sampai usia 10 tahun yang mempunyai
permasalahan dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak
5) Konselor
a. Psikolog tumbuh kembang anak
b. Ahli tumbuh kembang anak
c. Dokter spesialis anak
2) Langkah konseling
a. Konselor mampu mendorong setiap keluarga dan
anggota keluarga yang memiliki remaja dalam berperan
serta menciptakan keluarga yang harmonis, aman dan
tentram, penuh cinta kasih dan saling menghormati.
Selain itu juga konselor mampu mendorong setiap
keluarga dan anggota keluarga yang memiliki remaja
dalam mengembangkan pribadi dan kemampuan antara
lain: empati, menjaga rahasia, hangat, hormat,
menghargai tanpa syarat dan percaya diri. Memiliki
keterampilan: berkomunikasi, dinamika kelompok,
sugesti dan leadership.
3) Langkah-langkah Konseling
a. Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi
konselor.
b. Tahap keterlibatan adalah tahap keterlibatan bersama
klien. Pada tahap ini konselor mulai menerima klien
secara isyarat (nonverbal) maupun secara verbal,
merefleksi perasaan, melakukan klarifikasi dan
sebagainya.
c. Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah
yang dihadapi oleh pasangan. Oleh karena itu, harus jelas
masalahnya, siapa yang bermasalah, apa indikasinya,
apa yang telah terjadi dan sebagainya.
d. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi
untuk penyelesaian masalah. Pada tahap ini anggota
keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
memahami masalahnya dan konselor dapat melatih
anggota keluarga itu berinteraksi dengan cara-cara yang
dapat diikuti (misalnya pelan, sederhana, detail dan jelas)
dalam kehidupan mereka.
2) Tahapan konseling.
Konseling yang dilakukan di Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera ini hendaknya lengkap yakni meliputi :
a) Konseling Awal
Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama
kali sebelum dilakukan konseling spesifik. Biasanya
dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang telah
mendapatkan pelatihan tentang konseling kontap pria.
Dalam konseling awal umumnya diberikan gambaran
umum tentang kontrasepsi. Walaupun secara umum
tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik
keunggulan maupun keterbatasan sebuah alat
kontrasepsi dibandingkan dengan metode kontrasepsi
lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta
b) Konseling Spesifik
Konseling spesifik dilakukan setelah konseling
pendahuluan. Dalam tahap ini konseling lebih ditekankan
pada aspek individual dan privasi. Pada konseling spesifik
yang bertugas sebagai konselor adalah petugas konselor,
para dokter, perawat dan bidan. Konselor harus
mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela
dengan pendapat atau penjelasan konselor. Setelah
semua informasi dari klien terkumpul maka lakukan
pengelompokan dan penyaringan, kemudian berikan
informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan
keraguan dan kesalahpahaman. Berbagai penjelasan
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional
sangat membantu klien mempercayai konselor serta
informasi yang disampaikan. Di samping itu klien dapat
mengambil keputusan tanpa tekanan dan berdasarkan
informasi yang benar.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung
bagi anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa
keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh
keturunan sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah
manusia. Dalam hal ini keturunan diperoleh dengan
bereproduksi oleh pasangan suami istri yang sah yang
sesuai dengan kondisi dan situasi pasangan suami isteri
sehingga keluarga mampu meningkatkan kualitas
anggota keluarganya.
6. Fungsi Pendidikan
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga
sebagai pembimbing dan pendamping dalam tumbuh
kembang anak, baik secara fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua.
Dalam fungsi pendidikan terdapat 7 (tujuh) nilai dasar
yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga
yaitu percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung
jawab, dan kerjasama.
7. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah merupakan salah satu fungsi
keluarga untuk memenuhi kebutuhan bagi ekonomi
keluarganya yang dilakukan dengan cara mencari
sumber-sumber penghasilan. Keluarga diharapkan dapat
memberikan bekal pengalaman bagi anak-anaknya untuk
memahami fungsi ini.
8. Fungsi Lingkungan
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud
sebagai wahana bagi keluarga agar dapat
C. Langkah Konseling
1. Tujuan konseling Keluarga harmonis
Tujuan konseling Keluarga harmonis adalah untuk
mengembangkan interaksi emosional yang baik antar
anggota keluarga melalui upaya kenoseling agar
terbebas beban anggota keluarga dalam suatu
keluarga,membebaskan beban konflik dalam keluarga
dan mengaktifkan hubungan emosi yang baik antar
anggota keluarga.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Agustus 2012
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,