Anda di halaman 1dari 10

MATERI

MENJADI ORANG TUA HEBAT


OLEH :
HABIBAH
DUTA ORANG TUA HEBAT
DISAMPAIKAN PADA PEMBINAAN POKTAN KETAHANAN KELUARGA
DI KAMPUNG KB DESA SEI NAGALAWAN
KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
18 APRIL 2018

Membangun Keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga sebagai


unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak moral
serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat. Calon ayah dan ibu perlu
menentukan keluarga seperti apa yang menjadi impian, pilihan dan harapannya serta perlu
memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak-anaknya.
Bagaimana membangun sebuah keluarga?? Untuk membangun sebuah keluarga harus
direncanakan misalnya : 1. Merencanakan usia pernikahan (20-30 thn), 2. Membina hubungan
antar pasangan dengan keluarga lain dan kelompok social, 3. Merencanakan kelahiran anak
pertama untuk persiapan menjadi orang tua, 4. Mengatur jarak kelahiran .
Penerapan pola asuh juga perlu memperhatikan keunikan anak. Anak memiliku kekhasan
sifat-sifat yang berbeda dari satu anak ke anak yang lain. Oleh karena itu pada kasusu tertentu,
orang tua dapat menerapkan beberapa pola asuh secara bergantian untuk menghadapi
anak. Bagaimana Pola Pengasuhan Efektif terhadap anak :

1. Dinamis : Orang tua harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan jaman dan
mampu mengubah cara-cara berinteraksi dengan anak pada saat yang tepat.
2. Sesuai kebutuhan dan kemampuan anak : Pada usia balita orang tua menerapkan pola
asuh yang tuntutan dan batasan yang tinggi dalam rangka membentuk kebiasaan positif
pada anak. Ketika anak sudah lebih besar orang tua dapat melonggarkan batasan karena
anak sudah mampu melakukannya sendiri.
3. Ayah dan Ibu Konsisten : Ayah Ibu harus memiliki kesamaan dalam penerapan nilai-
nilai, contoh : jika ibu mengajarkan sikap hemat, ayah juga melatih anak hemat dan tidak
memberi anak uang di luar pengetahuan ibu.
4. Menjadi teladan positif : Pola asuh harus disertai teladan perilaku positif dari orang tua.
Orang tua harus menjadi contoh tingkah laku yang ingin dibentuk.
5. Komunikasi yang baik : Orang tua membangun komunikasi yang baik dengan anak.
Ciptakan suasana nyaman ketika berkomunikasi agar anak berani mengungkapkan
perasaan dan permasalahan yang sedang dihadapinya.
6. Memberikan Pujian : Berikan pujian atau penghargaan kepada anak ketika mereka
melakukan suatu hal yang baik.
7. Mempunyai pemikiran ke depan : Membiasakan untuk membuat aturan bersama dengan
anak. Contoh : waktu tidur malam adalah jam 21.00
8. Melibatkan anak : Membuat aturan untuk disepakati bersama dengan anak anda tentang
kegiatan sehari-hari
9. Sabar : Menggunakan kata-kata yang baik ketika mengingatkan anak (jangan gampang
marah dan hindari kata-kata kasar)
10. Memberi Penjelasan :Perintahkan anak dengan kata-kata yang jelas
11. Realistis
12. Menjaga Kebersamaan :Buatlah aturan untuk disepakati bersama dengan anak anda
tentang kegiatan sehari-hari.

Selain itu ada faktor-faktor yang penting dalam pengasuhan anak yaitu : Orang tua perlu
menerapkan disiplin dalam membentuk tingkah laku positif dan kebiasan ibadah yang berkaitan
dengan hukum-hukum dalam agama, selain itu juga diperlukan untuk mengajari anak untuk
mengerti petunjuk, peraturan dan perintah orang dewasa. Disini orang tua diharapkan
mengulang-ulang peraturan, perintah, petunjuk dan harapan agar anak melakukan tingkah laku
yang diinginkan. Selain itu peraturan harus bersifat : masuk akal, positif, jelas dan adil.
Bagaimana cara berkomunikasi ketika anak sedang bermasalah dengan
perasaannya? Orang tua harus dapat memahami perasaaan anak ketika sedang marah, sedih atau
kesal menghadapi kejadian dirumah. Hal ini akan membuat anak nyaman dan mau meneruskan
berbicara. Pada saat anak sedang marah, kesal atau sedih lakukan mendengar aktif. Jika orang
tua menggunakan cara-cara berkomunikasi yang baik dan memahami perasaan anak, anak akan
tumbuh bahagia dengan konsep diri yang positif karena merasa dihargai dan diperhatikan.
Contoh kalimat positif yang dapat meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri anak adalah
: “Sarah hebat sudah bisa makan sendiri”, “Ibu bangga Ani dapat berkata baik”.

Nah bagaimana membentuk tingkah laku yang positif pada Anak :

1. Keteladanan : dengan keteladanan, orang tua menjadi contoh nyata bagi anak dalam
berbagai, contoh : berkata jujur, senang membaca, berkata yang baik, sikap dermawan,
menolong orang lain, tingkah laku yang baik
2. Pembiasaan : Tingkah laku yang sudah dicontohkan oleh orang tua akan menjadi tingkah
laku yang baik bila sering diulang-ulang secara terus-menerus. Orang tua membuatkan
jadwal bagi anak dari pagi hingga malam dan mengajarkan etika, moral dan kebiasaan
yang baik dirumah. Dengan membuatkan jadwal, orang tua dapat membiasakan anak
untuk mengikuti aturan dan anak akan terarah kegiatannya dan terhindar dari pengaruh
buruk lingkungan
3. Pemberian penghargaan dan Konsekuensi : Pemberian penghargaan dilakukan sebagai
konsekuensi atas tingkah laku anak. Jika orang tua ingin tingkah laku yang baik menjadi
kebiasaan anak, orang tua harus memberikan penghargaan dalam bentuk hadiah. Contoh :
diusap kepalanya, diberi sebuah jeruk atau sepotong kue.

Sebaliknya jika anak melakukan tingkah laku yang kurang baik, yang tidak diinginkan
orang tua, orang tua harus menunjukkan sikap tidak suka sehinggan anak tahu bahwa tingkah
lakunya tidak disukai atau tidak benar. Pembentukan Konsep Diri Anak juga sangat penting.
Orang tua diharapkan tidak memberi cap pada anak seperti : “ anak bodoh”, “anak nakal”, “Anak
pemalas”. Pemberian cap akan membekas dalam diri anak dan akan mempengaruhi pembentukan
konsep dirinya. Bagi anak cap tersebut adalah suatu gambaran diri bahwa “aku” seperti itu, jadi
lama kelamaan akan terbentuk dalam benaknya “Oh aku ini bodoh?” apalagi bila si pemberi cap
seperti itu adalah orang yang yang mempunyai kedekatan emosional dengan anak seperti orang
tua atau pengasuhnya. Oleh karena itu orang tua diharapkan memberi penghargaan kepada anak
atas tingkah laku positif seperti : “Ibu bangga adik sudah dapat makan sendiri”.
Melibatkan peran ayah juga sangat penting, ayah sama baiknya dengan ibu dalam
mengenali dan merespon kebutuhan-kebutuhan bayi dan anak yang lebih besar. Ayah juga
berperan sebagai guru, panutan atau penasehat. Ayah yang ikut serta mengasuh bayi dan anaknya
dapat membuat anak cerdas di sekolah dan mempunyai nilai-nilai akademis yang bagus.
Sebaliknya ayah yang tidak peduli dan tidak mau terlibat dapat membuat anak memiliki masalah
seperti kenakalan dan depresi di kemudian hari. Ayah memiliki peranan yang sangat penting
dalam keluarga. Keterlibatan ayah memiliki dampak positif terhadap : Anak lebih cerdas,
Memperbanyak kosakata anak, Anak lebih terampil, Prestasi di sekolah lebih baik, Perilaku
buruk berkurang, Anak lebih aktif, Peluang karir lebih baik, Resiko kenakalan remaja berkurang,
Anak tidak mudah stress, Anak mudah beradaptasi, Anak sehat secara mental, Anak Mudah
bergaul, Anak lebih sehat dll. Apa yang bisa dilakukan ayah agar terlibat dalam pengasuhan,
diantaranya adalah :

1. Mendampingi kehamilan : Ayah ikut mendampingi ibu dalam mendampingi ibu dalam
pemeriksaan kandungan dan persiapan kehamilan. Kehadiran ayah mempengaruhi
kondisi emosi ibu yang baik dan dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
janin
2. Turut merawat bayi dan melakukan aktivitas bersama anak : Ayah ikut mengganti popok,
memandikan, menggendong dan memberi makan. Interaksi yang dilakukan sejak awal
akan membantu anak merasakan kehadiran ayah. Hal ini dapat membantu pendekatan
emosi antara ayah dengan anak, selain itu ayah juga dapat mendukung ibu untuk
memberikan ASI.
3. menciptakan komunikasi yang baik. Hal itu semua tentunya perlu kerjasama dan
dukungan dari ibu, karena banyak ayah yang merasa kurang percaya diri dalam
menangani anak-anaknya .

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, para orang tua memiliki bekal yang cukup
untuk membantu anak-anaknya menjalani masa balitanya dengan benar, baik dan
menyenangkan. Sehingga bisa mengikuti tumbuh kembang anak dan pembentukan karakter
anak.

NARASUMBER

HABIBAH
MATERI

PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN

OLEH :

DIAN ARYA BUDI

DUTA ORANG TUA HEBAT

DISAMPAIKAN PADA PEMBINAAN POKTAN KETAHANAN KELUARGA

DI KAMPUNG KB DESA SEI NAGALAWAN

KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TANGGAL 18 APRIL 2018

Anak bukan hanya urusan ibu. Ayah pun berhak dan memiliki tanggung jawab dalam proses
pengasuhan anak.Pandangan yang menyatakan bahwa tugas ayah adalah bekerja dan mencari nafkah,
sementara tugas ibu adalah mengasuh anak hanya separoh benar. Dalam proses parenting, kehadiran
Ayah sama pentingnya dengan kehadiran Ibu dan masing-masing berperan penting dalam proses
tumbuh-kembang anak.

Apa yang bisa dikontribusikan ayah dalam proses parenting? Banyak sekali…

Berikut ini diantaranya peran dan kontribusi ayah dalam perkembangan anak:

Peran Ayah & Perkembangan sosial-emosional


 Keterlibatan ayah sejak dini pada masa-masa penting perkembangan anak adalah sumber
keamanan emosional bagi anak. Perlakuan ayah yang penuh cinta pada bayi sangat
berkontribusi pada rasa aman pada anak. (Rosenberg & Wilcox, 2006).
 Ketika ayah mengenali respon emosi anak dan membantu mereka menyelesaikannya dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem-solving approach), anak-anak akan memiliki nilai
tes Kecerdasan Emosi (EQ) yang tinggi (Civitas, 2001)
 Ayah yang mengisi waktu berkualitas bersama anak meningkatkan kenyamanan-diri,
kepercayaan diri, kompetensi sosial dan keterampilan sosial anak (Amato, 1994)
 Anak yang memiliki hubungan dekat bersama ayahnya memiliki kenyamanan-diri (self-
esteem) yang lebih tinggi dan memiliki kecenderungan lebih sedikit merasa depresi (Dubowitz
et al, 2001)
 Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak-anak sebelum usia 7 dapat memberikan perlindungan
psikologis terhadap ketidakmampuan menyesuaikan diri ketika mereka menjalani masa remaja
(Flouri & Buchanan, 2002).
Peran Ayah & Perkembangan Kecerdasan Anak
 Sejumlah studi menunjukkan bahwa ayah yang terlibat, mengasuh, dan bercanda dengan bayi-
bayi mereka memiliki anak-anak dengan IQ yang lebih tinggi, serta kapasitas bahasa dan
kognitif yang lebih baik (Pruett, 2000)
 Pengasuhan ayah lebih cenderung mempromosikan kemandirian dan eksplorasi anak
mereka dunia luar daripada ibu (Rosenberg & Wilcox, 2006).
 Ayah lebih sering menemukan cara-cara baru dan tak terduga untuk bermain dengan mainan
akrab, yang memperluas cakrawala kreatif anak mereka (Ladd, 2000).
Peran Ayah & Perkembangan Motorik Anak
 Bayi enam bulan yang memiliki ayah yang terlibat dalam pengasuhannya memiliki nilai lebih
baik dalam perkembangan motoriknya (Gestwicki, 2010).
 Ayah memiliki kecenderungan melakukan permainan one-on-one, keras dan “kasar” yang
dapat mendukung perkembangan motorik anak dan memberikan kesempatan pada anak
mengeksplorasi hal-hal yang bisa dilakukan tubuh mereka dan membantu mereka mengatur
emosi saat terlibat dalam interaksi fisik impulsif (Rosenberg & Wilcox, 2006).

NARASUMBER

DIAN ARYA BUDI


MATERI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
OLEH :
SRI ASTUTI
BIDAN DESA SEI NAGALAWAN
KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
TANGGAL : 25 JUNI 2018

Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta merta
terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang sehat serta
menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat
kepada masyarakat yang harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya sebagai satu investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Sementara itu, kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan pola hidp bersih sehat, khususnya masyarakat desa masih sangat rendah. Untuk itu
pemberian penyuluhan terkait Perilaku Hidup bersih sehat diharapkan dapat menjadi upaya
menyadarkan masyarakat akan pentingnya melakukan upaya Perilaku Hidup bersih sehat dalam
kehidupan sehari-hari sekaligus memberikan pengetahuan bagaimana cara merealisasikannya
sehingga bisa terwujud masyarakat yang peduli sehat.
A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat (Depkes RI 2011).
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena rumah
tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga,
ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa
rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh karena itu untuk mencegah
penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan PHBS.
B. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) memiliki tujuan yaitu meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta
masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
C. Tatanan Perilaku Hidup Bersih Sehat
PHBS berada di lima tatanan yakni:
1. Sepuluh Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga:
a. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan.
b. Memberi bayi ASI eksklusif.
c. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
d. Menggunakan air bersih.
e. Menggunakan jamban sehat.
f. Memberantas jentik di rumah.
g. Makan sayur dan buah setiap hari.
h. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
i. Tidak merokok di dalam rumah.
2. Indikator PHBS di Tatanan Sekolah :
a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
b. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
d. Olahraga yang teratur dan terukur.
e. Memberantas jentik nyamuk.
f. Tidak merokok.
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja :
a. Kawasan tanpa asap rokok.
b. Bebas jentik nyamuk.
c. Jamban sehat.
d. Kesehatan dan keselamatan kerja.
e. Olahraga teratur.
4. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum :
a. Menggunakan jamban sehat.
b. Memberantas jentik nyamuk.
c. Menggunakan air bersih.
5. Indikator PHBS di Tatanan Fasilitas Kesehatan :
a. Menggunakan air bersih.
b. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
c. Membuang sampah pada tempatnya.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meludah sembarangan.
f. Memberantas jentik nyamuk.
D. Kesehatan Masyarakat Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow dalam
Notoatmodjo: 2003, bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni :
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-
usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk :
1. Perbaikaan sanitasi lingkungan
2. Pemberantasan penyakitpenyakit menular
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup
yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Andriansyah, Rahmantari 49 Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dari
uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa kesehatan masyarakat merupakan hal yang
sangat penting, untuk itu pemerintahpun dalam Pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu ;
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.

NARASUMBER

SRI ASTUTI

Anda mungkin juga menyukai