Anda di halaman 1dari 217

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat


Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-NYA,
Rangkuman Materi terkait program Bangga
Kencana telah dapat diselesaikan. Penyusunan
rangkuman materi ini merupakan salah satu
pelayanan dari Direktorat Bina Penggerakan
Lini Lapangan sebagai unit Pembina Jabatan
Fungsional Penyuluh KB dan Petugas
Lapangan KB dalam pelaksanaan Uji
Kompetensi. Rangkuman Materi ini disusun
berdasarkan modul pembelajaran yang telah
disusun oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB.

Pada tahun 2017-2022, Direktorat Bina Penggerakan Lini Lapangan telah


melaksanakan uji kompetensi bagi Penyuluh KB dan Petugas Lapangan
KB, baik yang ditujukan untuk mengetahui level kompetensi yang dimiliki
oleh Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB ataupun sebagai syarat
kelulusan bagi Jabatan Fungsional Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB
untuk naik jenjang jabatan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan
kepada Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB, maka kami menyiapkan
rangkuman materi yang dapat menjadi materi pembelajaran bagi
Bapak/Ibu Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB yang akan mengikuti uji
kompetensi.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih, apresiasi dan penghargaan


sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang bersama-sama
berkolaborasi dengan Direktorat Bina Penggerakan Lini Lapangan dalam
menyusun materi ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
membalas pengabdian ini dengan pahala yang setimpal. Amiin.

Jakarta, Maret 2023


Direktur Bina Penggerakan Lini
Lapangan,

I Made Yudhistira D, M.Psi

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

RANGKUMAN MATERI PENYUSUNAN KEBIJAKAN BANGGA KENCANA ..... 1


BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 3
BAB II. VISI, MISI, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM BANGGA
KENCANA ................................................................................... 13
BAB III. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN ...................................................... 21

RANGKUMAN MATERI ADVOKASI KEBIJAKAN BANGGA KENCANA ......... 39


BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 41
BAB II. KONSEP DASAR ADVOKASI ....................................................... 45
BAB III. ADVOKASI DALAM PROGRAM BANGGA KENCANA .................... 53
BAB IV. PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI ISU LINTAS SEKTOR .. 59
BAB V. PENUTUP ................................................................................... 67

RANGKUMAN MATERI FASILITAS KEMITRAAN ....................................... 71


BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 73
BAB II. KONSEP KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS
SEKTORAL ................................................................................. 79
BAB III. SIKAP-SIKAP DASAR MEMBANGUN HUBUNGAN KERJASAMA
LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL ............................... 85
BAB IV. STRATEGI KOMUNIKASI KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN
LINTAS SEKTORAL ..................................................................... 93
BAB V. MEMELIHARA HUBUNGAN KERJASAMA LINTAS PROGRAM
DAN LINTAS SEKTORAL ............................................................. 105
BAB VI. PRAKTIK PENGEMBANGAN HUBUNGAN KERJASAMA LINTAS
PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL ........................................... 113
BAB VII. PENUTUP ................................................................................... 119

ANALISIS DATA DAN INFORMASI ............................................................ 125


BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 127
BAB II. KONSEP DASAR ANALISIS DATA DAN INFORMASI .................... 131
BAB III. TEKNIK ANALISIS DATA ............................................................. 139
BAB IV. ANALISIS DATA BANGGA KENCANA .......................................... 153
BAB V. PEMANFAATAN HASIL ANALISIS ................................................ 163
BAB VI. PENUTUP ................................................................................... 167

RANGKUMAN MATERI KIE BANGGA KENCANA ........................................ 171


BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 173
BAB II. JENIS-JENIS MEDIA DIGITAL .................................................... 177
BAB III. SASARAN DAN MANFAAT MEDIA DIGITAL ................................. 187
BAB IV. PUBLIKASI MEDIA KIE DIGITAL ................................................. 193
BAB V. KIE MELALUI MEDIA DIGITAL ................................................... 197
BAB VI. TEKNIK KOMUNIKASI PERSUASIF ............................................. 203
BAB VII. PENUTUP ................................................................................... 209

iii
iv
1
2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BKKBN mengemas dan memperkenalkan istilah Program KKBPK menjadi


Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana
atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana. Perubahan nama dari KKBPK
menjadi Bangga Kencana tersebut bertujuan untuk memudahkan penyebutan
program, yang seringkali agak sulit untuk diucapkan.

B. Isu Strategis Pengendalian Penduduk dan Penguatan Tata Kelola


Kependudukan
Berbagai isu strategis pengendalian penduduk dan penguatan tata kelola
kependudukan, antara lain:
1. Bonus Demografi Pembangunan Indonesia
Bonus Demografi Pembangunan Indonesia ditujukan untuk membentuk
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, yaitu
SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan pembangunan diarahkan
diantaranya melalui peningkatan produktivitas angkatan kerja, serta
peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda. Salah satu faktor
penentu terciptanya struktur penduduk yang diinginkan adalah
pengendalian angka kelahiran total/total fertility rate (TFR). Dalam jangka
waktu yang relatif panjang, angka kelahiran ini menjadi salah satu penentu
struktur penduduk. Struktur penduduk Indonesia saat ini ditandai
meningkatnya proporsi penduduk usia produktif. Kondisi ini membuka
peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan bonus demografi (demographic
dividend) dengan salah satu prasyarat yang harus terpenuhi, yakni
tersedianya SDM yang berkualitas dan berdaya saing dengan tetap menjaga
TFR pada level tertentu, dan bonus demografi juga merupakan salah satu
situasi yang harus dimanfaatkan lintas sektor pembangunan.

5
2. Aging population
Perubahan struktur umur penduduk Indonesia yang secara perlahan
semakin “menua” merupakan salah satu dampak pengendalian TFR dan
perbaikan status kesehatan. Jumlah dan proporsi lansia di Indonesia akan
mengalami peningkatan yang lebih cepat dibandingkan dengan negara-
negara yang telah mengalami aging sebelumnya. Saat ini pengelolaan
penduduk kelompok lansia masih sangat mengandalkan pada keluarga dan
komunitas. Keterbatasan kemampuan keluarga dalam mengelola kualitas
hidup lansia akan menjadikan lansia semakin rentan, dan potensi
permasalahan yang akan muncul akibat penduduk yang mulai menua
(aging population) ini akan berdampak pada berbagai sektor pembangunan
apabila kelompok usia lansia tidak mendapatkan perhatian dan intervensi
yang tepat.
3. Pendekatan siklus hidup berbasis perencanaan hidup berkeluarga
Kebijakan pembangunan manusia dilakukan berdasarkan pendekatan
siklus hidup dan inklusif, termasuk memperhatikan kebutuhan penduduk
usia lanjut maupun penduduk penyandang disabilitas. Narasi ini, bahkan
akan lebih komprehensif apabila dimulai dari gagasan perencanaan dari
tahap pra berkeluarga (perencanaan kehidupan berkeluarga),
merencanakan keinginan untuk memiliki anak termasuk jumlah anak yang
dikehendaki, proses kehamilan yang merupakan fase yang juga penting
dalam proses tumbuh kembang anak, 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(periode yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan hingga
anak berusia 2 tahun), pendidikan anak usia dini (pra sekolah) sampai
dengan usia sekolah, remaja dengan berbagai pendekatannya dalam
penyiapan generasi bangsa yang berkualitas menuju usia produktif/bekerja
serta perhatian terhadap kelanjutusiaan (seluruh tahapan kehidupan).
4. Satu Data Kependudukan
Kebijakan Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola data
pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di satu sisi, Pendataan
Keluarga (PK) yang menjadi tugas dan kewenangan BKKBN, harus dapat
diintegrasikan dengan data sektor lain, seperti Sensus Penduduk (SP), serta

6
Data Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), sehingga dapat terwujud
satu data yang lengkap baik guna mendukung perencanaan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian pembangunan nasional, maupun untuk
mendukung operasionalisasi program/kegiatan Bangga Kencana di lini
lapangan.

C. Isu Strategis Pemenuhan Layanan Dasar


Isu Strategis Pemenuhan Layanan Dasar, antara lain:
1. Angka kematian ibu dan bayi masih tinggi
Situasi ini harus mendapat perhatian khusus serta membutuhkan kerja
keras bersama (lintas sektor dan pelibatan pihak swasta dan masyarakat)
untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals
(SDGs). BKKBN berkontribusi dalam Kegiatan Prioritas Nasional (KP)
Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi tentu
perlu merumuskan strategi program/kegiatan yang spesifik dalam
penanganan AKI dan AKB ini. Salah satu penyebab tingginya AKI adalah 4
(empat) terlalu, yakni terlalu muda, terlalu banyak, terlalu dekat dan terlalu
tua. Kehamilan yang tidak diinginkan di usia muda akan sangat berisiko
pada kematian atau dapat berdampak buruk pada bayi yang dikandungnya.
Risiko tersebut dapat diminimalkan dengan operasionalisasi Program
Bangga Kencana yang tepat. Salah satunya dengan memastikan individu
maupun pasangan memiliki akses terhadap informasi KB dan Kesehatan
Reproduksi (Kespro), dan layanan KB untuk merencanakan waktu dan jarak
kehamilan serta jumlah anak yang ideal
2. Penurunan Penggunaan Kontrasepsi Modern
Penggunaan kontrasepsi modern (modern Contraceptive Prevalence
Rate/mCPR). Diperkirakan 2 (dua) penyebab utama menurunnya jumlah
pengguna kontrasepsi modern, khususnya di kalangan kelompok usia
produktif/pasangan usia muda adalah masih rendahnya pengetahuan
pasangan muda terhadap kesehatan reproduksi dan kurangnya akses
terhadap informasi yang akurat dan terpercaya mengenai alat kontrasepsi
(khususnya alat kontrasepsi modern). Diperlukan strategi yang tepat untuk

7
meningkatkan mCPR, diantaranya melalui peningkatan akses pelayanan
kontrasepsi, termasuk jaminan ketersediaan alat kontrasepsi dan perluasan
akses/jangkauan pelayanan KB (melalui penggerakan Penyuluh Keluarga
Berencana/PKB dan pelayanan KB bergerak), serta peningkatan
pemahaman kesehatan reproduksi dan pengetahuan tentang kontrasepsi
modern. Selain itu, untuk menyasar pasangan usia muda/pasangan
millenial, perlu peningkatan kesadaran generasi muda terkait kesehatan
reproduksi.
3. Rendahnya pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan
penyiapan kehidupan berkeluarga
Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan topik yang perlu diketahui oleh
masyarakat khususnya para remaja agar mereka memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki
sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kesehatan reproduksi dapat
memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan, diantaranya terkait penyakit
seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang dapat
mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas ibu. Angka kelahiran umur
15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR) juga masih relative tinggi,
meskipun penurunannya cukup signifikan dari tahun ketahun. Kendala
yang masih ada yaitu rendahnya pemahaman remaja dan calon pengantin
terkait kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga.
Pemberian informasi yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan
anak/remaja dapat meningkatkan pemahaman mereka atas sistem, proses,
fungsi alat reproduksi dan cara menjaga kesehatan reproduksinya, serta
meningkatkan pemahaman atas konsep perencanaan kehidupan
berkeluarga.
4. Kebutuhan ber-KB Pasangan Usia Subur yang belum terlayani (unmet need)
di Indonesia dikategorikan masih tinggi.
Dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya, diketahui bahwa unmet need
lebih tinggi di daerah perkotaan (11 persen) dibandingkan di daerah pedesaan (10
persen). Dua puluh tiga persen wanita tidak mau ber-KB Karena alasan

8
kekhawatiran terhadap efek samping, sedangkan pada kalangan pria, ada 32
persen pria yang dirinya ataupun isterinya tidak menggunakan alat kontrasepsi
dengan alasan tidak ingin ber-KB.
5. Prevalensi Stunting yang Masih Tinggi
Stunting (gagal tumbuh) merupakan ancaman utama terhadap kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, juga ancaman terhadap
kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak yang gagal
tumbuh ini, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya saja, melainkan
juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya akan sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan
kreativitas di usia-usia produktif. Pemerintah tetap harus memberikan
perhatian serius terhadap isu ini, terutama agar anak-anak Indonesia dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta
mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Kemudian salah satu
hal yang juga perlu mendapat perhatian diantaranya perlunya
edukasi/sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
sebagai bekal memasuki kehidupan berkeluarga, agar para calon ibu
memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi
bagi janin, memeriksakan kandungan minimal empat kali selama kehamilan
(program 1.000 HPK), serta peningkatan pemahaman orangtua mengenai
pola asuh yang baik dan menjaga kesehatan lingkungan.

D. Isu Strategis Membangun Kebudayaan dan Karakter Bangsa;


Isu Strategis Pemenuhan Layanan Dasar, antara lain:
1. Rendahnya keluarga yang mengetahui fungsi keluarga; Peran keluarga
dalam pembangunan karakter bangsa belum menggembirakan, hal ini
terlihat dari jumlah keluarga yang memiliki pemahaman dan kesadaran
tentang 8 fungsi keluarga baru mencapai 38 persen (SKAP 2018). Adapun
8 fungsi keluarga tersebut adalah: (1) Fungsi Agama; (2) Fungsi Sosial
Budaya; (3) Fungsi Cinta dan Kasih Sayang; (4) Fungsi Perlindungan; (5)

Fungsi Reproduksi; (6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan; (7) Fungsi


Ekonomi, dan (8) Fungsi Pembinaan Lingkungan Keluarga memiliki peranan

9
yang sangat penting dalam upaya pembentukan dan pengembangan
karakter manusia Indonesia yang positif. Perawatan orang tua yang penuh
kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama
maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif
untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
berkarakter. Lebih lanjut, untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang
maju, modern, unggul, dan berdaya saing dalam kompetisi dengan negara-
Negara lain maka peran kebudayaan dan karakter bangsa menjadi sangat
penting. Cita-cita untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berbudaya
dan berkarakter dapat dilakukan melalui pendidikan, pengasuhan,
pembiasaan dan keteladanan dalam keluarga. Keluarga bertanggung jawab
untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat,
diantaranya terkait nilai toleransi dan saling menghargai, gotong royong,
sopan santun, kebersamaan dan kerukunan, kepedulian terhadap sesama,
serta cinta tanah air (nasionalisme). Hal ini dapat didukung oleh kegiatan
pembangunan keluarga yang mensosialisasikan serta membudayakan 8
fungsi keluarga sebagai upaya penanaman nilai-nilai moral dan karakter
yang bermartabat.
2. Pernikahan Usia Anak
Kasus pernikahan usia anak banyak terjadi di berbagai penjuru dunia dan
telah menjadi perhatian internasional mengingat risiko yang timbul akibat
pernikahan anak yang dipaksakan, hubungan seksual pada usia anak,
kehamilan pada usia yang sangat muda, gangguan perkembangan
kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap
kejadian kekerasan dan keterlantaran, infeksi penyakit menular seksual,
serta risiko komplikasi yang terjadi di saat kehamilan dan saat persalinan
pada usia yang relatif sangat muda. Permasalahan lain, perkawinan anak
di bawah usia 15 tahun tidak mencerminkan prevalensi yang
sesungguhnya, karena banyak perkawinan disamarkan sebagai
perkawinan anak perempuan di atas 16 tahun. Perkawinan anak juga akan
berdampak besar pada generasi yang selanjutnya yang terjebak dalam
lingkaran kemiskinan. Keadaan ekonomi rendah akan mengakibatkan
sulitnya akses terhadap fasilitas penunjang keterampilan dan pendidikan,

10
akses terhadap pelayanan kesehatan, pangan dan gizi serta akses terhadap
lingkungan tempat tinggal yang kondusif. Langkah penanggulangan isu ini
diantaranya dapat melalui penanaman norma sosial dan budaya praktik
penundaan usia menikah melalui keluarga (orang tua), kelompok kegiatan,
pendidikan/sosialisasi kesehatan reproduksi melalui sekolah/guru, serta
tokoh agama/tokoh masyarakat.

11
12
13
14
BAB II
VISI, MISI, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROGRAM BANGGA KENCANA

A. Visi, Misi dan Janji Presiden RI


1. Visi
Visi Pemerintah yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden adalah “Terwujudnya
Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong-Royong”, yang mengandung harapan kinerja Pemerintah untuk periode 5
(lima) tahun ke depan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, akhlakul
karimah, dan semangat gotong royong dapat membawa Indonesia menjadi negara
yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, sesuai amanat Pancasila dan UUD
1945.
2. Misi
Kemudian dalam upaya meneruskan jalan perubahan untuk mewujudkan
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong, Bapak Presiden telah menetapkan 9
(sembilan) Misi, yaitu:
1) Peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2) Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
3) Pembangunan yang merata dan berkeadilan.
4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
5) Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
6) Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya.
7) Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga.
8) Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
9) Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
Sembilan misi ini merupakan pengembangan, percepatan dan pemajuan
Nawacita I dengan tetap konsisten menerapkan Trisakti sebagai pijakan
strategis operasional dengan senantiasa mengutamakan pembangunan
manusia (berpusat pada manusia).

15
3. Janji Presiden RI yang terkait Program Bangga Kencana
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji Presiden
2020-2024 Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan pemetaan atas
kesesuaian Program dan Kegiatan Prioritas (termasuk Sasaran Strategis,
Outcome, dan Output) seluruh K/L terhadap Janji Presiden yang harus
diimplementasikan selama periode 5 (lima) tahun kedepan. Terkait dengan
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Bangga Kencana), secara umum BKKBN berkontribusi langsung terhadap
upaya pencapaian Janji Presiden dalam hal:
a) Pembangunan Keluarga
Kegiatan prioritas dalam penguatan peran keluarga dan masyarakat
dalam pembentukan karakter sejak usia dini, serta pengembangan
kegiatan terkait Revolusi BKKBN tetap dalam lingkup Misi Peningkatan
Kualitas Manusia Indonesia, mendukung sepenuhnya upaya
pencapaian Janji Presiden terkait “Meningkatkan keterlibatan
perempuan/ibu dalam menjaga tumbuh kembang anak serta
pendidikan karakter dalam keluarga” dan “Revolusi Mental dalam sistem
sosial dengan pembudayaan nilai-nilai luhur bangsa dalam institusi
keluarga dan interaksi antar warga”. Terutama dalam pengembangan
Mental dalam sistem sosial untuk penguatan ketahanan keluarga dan
masyarakat.
b) Kependudukan
Pembangunan Kependudukan terkait langsung dengan Misi
Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia dan dalam lingkup Janji
Presiden untuk “Memantapkan Reformasi Sistem Kependudukan
Nasional”. Dalam hal ini BKKBN mendukung sepenuhnya Arah
Kebijakan dan Strategi RPJMN 2020-2024 dalam Memperkuat
Pelaksanaan Perlindungan Sosial, terutama dalam upaya
“Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memperkuat tata kelola
kependudukan”.
c) Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) terkait langsung dengan Misi
Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia dan dalam lingkup Janji

16
Presiden untuk “Meningkatkan akses perempuan/ibu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan kesehatan reproduksi,
terutama untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). BKKBN
mendukung Arah Kebijakan dan Strategi pada Rancangan RPJMN 2020-
2024 dalam upaya “Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga
berencana (KB) dan kesehatan reproduksi”.

B. Penyelarasan Visi, Misi dan Tujuan BKKBN


Dalam mendukung Visi, Misi dan Janji Presiden RI 2020-2024 sebagaimana
tertera diatas, maka Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) berkomitmen atas Visi, Misi dan Tujuan sebagai berikut:
1. Penyelarasan Visi
“Mewujudkan Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang
Seimbang guna mendukung tercapainya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”. Visi BKKBN
tersebut mengandung pengertian:
a) Keluarga berkualitas, yaitu tentram, mandiri dan bahagia.
b) Kebijakan pengendalian penduduk dilaksanakan untuk mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan menghasilkan Bonus Demografi.
Pengendalian penduduk berkontribusi pada pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.
c) Pengaturan kelahiran melalui berbagai kegiatan prioritas Bidang
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) yang
komprehensif dan pendewasaan usia perkawinan (PUP) yang merupakan
salah satu upaya pokok dalam menurunkan TFR.
d) Pembangunan keluarga yang holistic integrative sesuai siklus hidup
sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas keluarga yang
berketahanan dan berkarakter.
2. Penyelasaran Misi
Dalam penjabaran upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi BKKBN tersebut diatas, maka dirumuskan Misi sebagai
berikut:
a) Mengendalikan pertumbuhan penduduk dalam rangka menjaga kualitas

17
dan struktur penduduk seimbang.
b) Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi secara
komprehensif.
c) Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistik integratif sesuai
siklus hidup.
d) Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan
kerjasama global.
e) Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan komunikasi.
f) Membangun kelembagaan, meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan
SDM aparatur.
3. Tujuan
Selama periode pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024,
BKKBN memiliki tujuan untuk:
a) Mewujudkan keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang tentram, mandiri
dan bahagia.
b) Mengendalikan struktur penduduk menuju Penduduk Tumbuh Seimbang
(PTS) dengan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga terwujud
bonus demografi yang bermanfaat bagi pembangunan.

C. Sasaran Strategis
Untuk menjamin dukungan BKKBN terhadap upaya pencapaian Visi, Misi
dan Janji Presiden 2020-2024 dan Prioritas Pembangunan Nasional yang
tertera dalam RPJMN 2020-2024. Untuk memastikan Visi, Misi dan Tujuan
BKKBN yang telah ditetapkan dapat tercapai, diperlukan suatu ukuran
keberhasilan atas seluruh Program dan Kegiatan Prioritas yang dilakukan
dalam bentuk Sasaran Strategis. Dalam Renstra BKKBN 2020-2024
ditetapkan Sasaran Strategis yang harus dicapai sebagai berikut:
1) Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dapat
mencapai 2,26 pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 2,1 pada 2024.
2) Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern
Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) 61,78 persen pada tahun 2020 dan
ditargetkan menjadi 63,41 persen pada tahun 2024.

18
3) Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/Unmet Need 8,6
persen pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4 persen pada 2024.
4) Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19
tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 25
per-1.000 kelahiran pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 18 per
1.000 kelahiran pada 2024.
5) Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) sebesar 53,57
pada tahun 2020 serta ditargetkan menjadi 61,00 pada tahun 2024.
6) Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dari 21,9 tahun pada
2020 dan menjadi 22,1 tahun pada 2024.
Sebagaimana tertera sebelumnya, seluruh Sasaran Strategis diatas
dirumuskan guna mencapai Visi, Misi dan Tujuan BKKBN. Agar upaya
pencapaian Visi, Misi dan Tujuan tersebut dapat tetap terukur, maka BKKBN
menggunakan Indikator Dampak “Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)”. LPP
merupakan indikator yang upaya pencapaiannya harus secara komprehensif
melibatkan lintas sektor/bidang serta harus dikoordinasikan dengan baik
oleh Pemerintah Indonesia.

19
20
21
22
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Agenda pembangunan nasional selama 20 tahun telah di tuangkan di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025, yang
merupakan acuan, arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang
dilakukan secara bertahap dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional dan keberlanjutan dari pembangunan sebelumnya. Saat ini Indonesia
memasuki periode terakhir RPJMN IV tahun 2020-2024, dimana visi dan misi
pembangunan dalam RPJPN menjadi landasan sasaran pembangunan jangka
menengah 2020-2024 untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian
yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
BKKBN diberi mandat untuk turut berkontribusi secara langsung pada PN
“Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”,
dan PN “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”, dengan penjabaran
sebagai berikut:
1. Prioritas Nasional (PN) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
Berkualitas dan Berdaya Saing
a. Program Prioritas (PP) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola
Kependudukan, dengan KP; 1) Integrasi Sistem Administrasi
Kependudukan, dan 2) Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan
Pengendalian Penduduk.
b. PP Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP;
Kesejahteraan Sosial.
c. PP Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan KP; 1)

Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga Berencana (KB) dan


Kesehatan Reproduksi, dan 2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat.

23
Dari Program Prioritas tersebut, BKKBN memiliki kontribusi terhadap
KP Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi,
dengan fokus strategi untuk:
1) peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya
pengasuhan, tumbuh kembang anak dan gizi;
2) perluasan cakupan KB dan kesehatan reproduksi berkualitas
sesuai karakteristik wilayah melalui penguatan kemitraan dengan
pemerintah daerah;
3) peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan
reproduksi bagi remaja dan praremaja yang responsif gender;
4) peningkatan kompetensi PKB/PLKB;
5) penguatan jejaring dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
khususnya praktik mandiri bidan, dokter swasta dan organisasi
profesi; dan
6) penguatan advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
Program Bangga Kencana serta konseling KB dan Kesehatan
Reproduksi secara komprehensif.
2. Prioritas Nasional (PN) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
PP Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh
Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju,
Modern, dan Berkarakter, dengan KP Revolusi mental dalam sistem sosial
untuk memperkuat ketahanan, kualitas dan peran keluarga dan
masyarakat dalam pembentukan karakter sejak usia dini. Dari KP tersebut,
BKKBN berkontribusi melalui beberapa fokus strategi, diantaranya:
a. Peningkatan pemahaman peran keluarga yang memiliki anak remaja
dalam pengasuhan dan pembentukan karakter remaja.
b. Peningkatan penyampaian informasi dan edukasi pada remaja dalam
pembentukan karakter.
c. Peningkatan pemahaman keluarga dalam pola pengasuhan dan
pendampingan anak sejak usia dini.
d. Penguatan pemberdayaan ekonomi keluarga guna meningkatkan
kualitas keluarga.

24
B. Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN
Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah
kebijakan dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024,
terutama dalam menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas
(PP) dan Kegiatan Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus
penggarapan Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Adapun
arah kebijakan dan strategi BKKBN adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik
dan integratif sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan
karakter di keluarga melalui strategi:
a. Penguatan pemahaman 8 fungsi keluarga.
b. Optimalisasi pola asuh dan pendampingan balita dan anak, serta
pembentukan dan penguatan karakter sejak dini melalui keluarga.
c. Peningkatan pola asuh dan pendampingan remaja, peningkatan
kualitas dan karakter remaja, serta penyiapan kehidupan berkeluarga
bagi remaja.
d. Peningkatan kemandirian ekonomi keluarga, dengan sasaran khusus
keluarga-keluarga akseptor KB lestari, keluarga peserta MKJP
khususnya MOP dan MOW, serta peserta KB Mandiri di wilayah
Kampung KB.
e. Peningkatan ketahanan dan kemandirian keluarga rentan.
f. Penguatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh) dimensi lansia
tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia.
g. Peningkatan kemitraan pembangunan keluarga.
2. Menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian
penduduk melalui strategi:
a. Pengembangan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
b. Penguatan sinergitas kebijakan penyelenggaraan pengendalian
penduduk.
c. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan.
d. Peningkatan sinkronisasi dan pemanfaatan data/informasi
kependudukan.

25
3. Meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang
komprehensif berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi
sasaran melalui strategi:

a. Penguatan kapasitas faskes dan jaringan/jejaring yang melayani


KBKR.
b. Penguatan kemitraan kualitas pelayanan KBKR.
c. Peningkatan jangkauan pelayanan KBKR di wilayah dan sasarank
husus.
d. Peningkatan KB Pria.
e. Penguatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi berdasarkan
siklus hidup, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan
peningkatan pelayanan KB Pasca Persalinan (KB PP).
f. Peningkatan kemandirian PUS dalamber-KB.
4. Meningkatkan Advokasi dan Penggerakan Program Bangga Kencana
sesuai dengan karakteristik wilayah dan segmentasi sasaran, yang
dapat diwujudkan melalui strategi:

a. Peningkatan penyebarluasan materi KIE Program Bangga Kencana


sesuai segmentasi sasaran dan wilayah.
b. Peningkatan kinerja tenaga Penyuluh KB/PLKB dan pemberdayaan
masyarakat melalui penggerakan kader PPKBD/Sub PPKBD.
5. Memperkuat sistem informasi keluarga yang terintegrasi, dengan
strategi:

a. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan data/informasi Program


Bangga Kencana berbasis teknologi informasi di seluruh tingkatan
Wilayah.
b. Pengembangan Smart Technology/Smart Program untuk memperkuat
pengelolaan Program Bangga Kencana.

Berbagai arah kebijakan dan strategi BKKBN sebagaimana tersebut diatas


tentunya memerlukan dukungan untuk membantu agar operasionalisasi
Program Bangga Kencana dapat berjalan dengan baik, diantaranya:
1) Dari sisi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Program BanggaKencana,
arah kebijakan yang diambil diantaranya untuk meningkatkan Kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), Pemanfaatan Hasil Penelitian dan

26
Pengembangan Inovasi, serta Penguatan Kerjasama Global Program Bangga
Kencana, yang dapat diwujudkan melalui strategi:
a. peningkatan kualitas SDM Program Bangga Kencana melalui pendidikan
dan pelatihan yang terstandarisasi berbasis teknologi informasi
b. peningkatan kualitas, pemanfaatan hasil Penelitian dan Pengembangan
Inovasi Program Bangga Kencana sebagai input/masukan atas rumusan
kebijakan;
c. peningkatan kemitraan dan kerjasama global di bidang pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan untuk memperkuat kelembagaan.
2) Dari sisi Dukungan Manajemen, Sekretariat Utama memiliki arah kebijakan
untuk dukungan manajemen yang berkualitas dalam mendukung
Penyelenggaraan Program Bangga Kencana, yang dapat diwujudkan melalui
strategi:
a. penyediaan dan sinkronisasi landasan hukum Kependudukan dan KB,
serta Pengelolaan Organisasi dan Tatalaksana;
b. peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan BMN;
c. penguatan Perencanaan Program dan Anggaran;
d. peningkatan kualitas pengelolaan administrasi kepegawaian dan
Pengembangan SDM Aparatur;
e. penyediaan pelayanan administrasi perkantoran dan kerumahtanggaan
yang berkualitas.

3) Dari sisi pengawasan dan peningkatan akuntabilitas, Inspektorat Utama


memiliki arah kebijakan untuk meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan
Program Bangga Kencana guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik, yang akan diwujudkan melalui strategi:
a. mendorong pengelolaan keuangan BKKBN secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, dan efektif;
b. mendorong pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
Reformasi Birokrasi dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seluruh
Unit Kerja Eselon I dan Perwakilan BKKBN Provinsi;

27
c. mendorong seluruh kebijakan yang ditetapkan Kepala BKKBN dilaksanakan
secara konsisten oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Perwakilan BKKBN
Provinsi;
d. mendorong pencapaian sasaran strategis BKKBN secara efektif dan efisien.

Dalam menjabarkan arah kebijakan dan strategi BKKBN sebagaimana tertera


diatas, terutama dalam implementasinya, BKKBN akan terus memperhatikan
perkembangan situasi/kondisi dan isu strategis nasional serta prioritas strategi
pembangunan nasional. Salah satu strategi pembangunan nasional yang perlu
mendapat perhatian adalah Pengarusutamaan Gender yang telah diamanatkan
dalam Instruksi Presiden (Inpres) No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional. Pengarusutamaan Gender merupakan
isu lintas sektor yang tanggung jawab implementasinya harus didukung baik
oleh Pemerintah Pusat (lintas K/L) maupun oleh Pemerintah Daerah. BKKBN
berkomitmen untuk memastikan setiap orang (laki-laki dan perempuan)
mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan Program Bangga Kencana serta
memperhatikan konsep Pengarusutamaan Gender dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi Program/Kegiatan
Bangga Kencana yang inklusif gender.

C. Kerangka Regulasi
Untuk mengimplementasikan Program Bangga Kencana secara maksimal di
seluruh tingkatan wilayah, diperlukan dukungan kerangka regulasi selain dari
apa yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009. Upaya
implementasi Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah juga
telah didukung dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No. 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang telah
memasukan kegiatan-kegiatan prioritas lapangan Program Bangga Kencana di
Tk. Provinsi dan Kabupaten/Kota. Akan tetapi, integrasi kerangka regulasi
dalam dokumen perencanaan tetap harus disusun guna mensinergikan
kerangka pendanaan dan kerangka pelayanan umum dan investasi sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi
Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional dan Peraturan

28
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara
Penyusunan Renstra K/L Tahun 2020-2024, yang menyatakan bahwa
Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan
penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Oleh
sebab itu, kerangka regulasi BKKBN diarahkan untuk menjamin terwujudnya
pencapaian target/sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra
BKKBN 2020-2024.
Secara umum, diperlukan dukungan regulasi yang dapat memperkuat
posisi dan pelaksanaan Program Bangga Kencana, diantaranya:
1. Harmonisasi UU No. 52 Tahun 2009 dengan UU No. 23 Tahun 2014
terkait dengan Kelembagaan Program Bangga Kencana di daerah Provinsi
dan Kab/Kota serta penguatan Program Bangga Kencana di Desa, sebagai
dukungan untuk:
a. Kelembagaan Program Bangga Kencana di Provinsi, dan
Kabupaten/Kota sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
b. Penyelenggaraan Program Bangga Kencana di Daerah, baik tingkat
Provinsi, Kabupaten /Kota, maupun Desa.
c. Penguatan implementasi Program Bangga Kencana oleh tenaga lini
lapangan.
Hasil harmonisasi ini juga dapat menjadi acuan dalam merumuskan
regulasi lain (baik baru, revisi, maupun regulasi turunan) dari UU No.52
Tahun 2009 dan UU No.23 Tahun 2014, yang sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah.
2. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN, Kementerian Dalam
Negeri, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
danTransmigrasi tentang Penguatan Program Bangga Kencana di Desa,
sebagai dukungan untuk:
a. UU No. 6 Tahun 2014 terkait sistem pemerintahan desa yang
menggambarkan posisi yang equal/setara antara pemerintah desa
dengan masyarakat desa dan pengelola desa sebagai organ pemerintah
dan organ kemasyarakatan. Dalam hal ini, model kelembagaan untuk
mendukung Program Bangga Kencana harus menyesuaikan dengan

29
desain pemerintahan desa. Kelembagaan yang masuk dalam lingkup local
self government agar keseluruhan program akan mendapatkan dukungan
politis dan operasional dari pemerintah desa.
b. Tenaga lini lapangan yang memiliki kualifikasi sebagai perencana,
pelaksana dan sekaligus penggerak. Tenaga lini lapangan harus dapat
bekerja selaku birokrasi Program Bangga Kencana dan sebagai role model
yang mampu menggerakkan potensi masyarakat agar dapat
berpartisipasi secara optimal. Kemampuan komunikasi dan negosiasi
dengan kepala Desa, perangkat Desa dan tokoh masyarakat akan menjadi
titik kekuatan keberhasilan program. Oleh karena itu, tenaga lini
lapangan harus diberikan dukungan terkait dengan posisi kelembagaan
program dalam perangkat desa sebagai kelembagaan pemerintahan desa
sehingga kinerja para tenaga lini lapangan dapat dijalankan secara
profesional, terencana, terukur serta memiliki dampak terhadap
kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk, keluarga
berencana dan pembangunan keluarga.
c. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Bangga Kencana lintas
sektor yang dilaksanakan di Kampung KB. Sinkronisasi kegiatan lintas
sektor dapat meningkatkan manfaat Kampung KB bagi masyarakat,
terlebih apabila dapat dilaksanakan dengan tepat sasaran (segmentasi
sasaran wilayah) atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat (segmentasi
kebutuhan masyarakat). Selain itu, koordinasi juga dapat dilakukan
untuk mewujudkan sinergitas data yang dimiliki oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT),
terutama data terkait daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar
Indonesia) sebagai basis data penetapan segmentasi sasaran
wilayah/lokasi Kampung KB yang perlu segera mendapat perhatian
khusus.
3. Kebijakan yang sistematis dan strategis dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan pembangunan Program Bangga Kencana. Program Bangga
Kencana harus dapat diselenggarakan secara terpadu dengan
menggunakan pendekatan lintas sektoral dari seluruh potensi yang ada baik
dari pemerintah, swasta, maupun peran serta/inisiatif masyarakat.

30
Penguatan landasan hukum dalam bentuk Peraturan Presiden RI sebagai
dukungan regulasi terhadap Penyelenggaraan Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan Penyerasian kebijakan
pembangunan Program Bangga Kencana terhadap beberapa permasalahan
sangat diperlukan, antara lain:
a. Penerbitan landasan hukum dan penyerasian kebijakan yang saat ini
belum memadai, dimana masih terdapat beberapa peraturan pemerintah
dari UU nomor 52 tahun 2009 yang belum disusun dan ditetapkan, dan
masih banyak kebijakan pembangunan sektor lain yang belum sinergi
dengan pembangunan Program Bangga Kencana.
b. Penegasan komitmen dan dukungan pemerintah pusat dan daerah
terhadap kebijakan Program Bangga Kencana yang masih relatif
rendah. Diperlukan regulasi untuk meningkatkan pemahaman
pemerintah pusat dan daerah tentang Program Bangga Kencana,
sinergitas kebijakan perencanaan program dan penganggaran yang
terkait dengan Program Bangga Kencana di dalam perencanaan daerah,
dan peraturan perundangan yang mendukung penguatan kelembagaan.
c. Penguatan koordinasi pembangunan Program Bangga Kencana
dengan program pembangunan lainnya, antara lain koordinasi dengan
program bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan/PKH,
Jampersal dan SJSN Kesehatan, serta penanganan atas kebijakan
pembangunan Program Bangga Kencana yang selama ini masih bersifat
parsial.
d. Penerbitan Peraturan Presiden tentang Pedoman Penyelenggaraan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang
merupakan amanat/perintah dari Pasal 14 Peraturan Pemerintah 87
Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.
4. Standarisasi pelayanan KB yang mempertimbangkan aspek penggerakan,
pelayanan di fasilitas kesehatan yang merujuk pada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku di Sistem Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan
kepesertaan ber-KB. Program Bangga Kencana merupakan upaya pokok
dalam pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan

31
keluarga sebagai bagian integral pembangunan nasional. Peraturan Kepala
BKKBN Nomor: 55/HK- 010/B5/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota
perlu disesuaikan dengan perkembangan regulasi yang ada (termasuk
target/indikator kinerja 2020-2024). Selain itu, pengaturan mengenai
pelayanan KB juga perlu dilakukan pembaruan dan pengayaan materi yang
mempertimbangkan aspek penggerakan, pelayanan di fasilitas kesehatan,
Sistem Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan kesertaan ber-KB.
5. MoU antara BKKBN dengan Lembaga Administrasi Negara dalam rangka
akreditasi lembaga/balai pendidikan dan pelatihan (Diklat) BKKBN. Tenaga
Penyuluh KB/PLKB yang merupakan PNS/ASN memiliki fasilitas untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU No.
5/2014. Dari ketentuan Pasal 11 tersebut menunjukkan bahwa adanya
tuntutan bagi ASN untuk bekerja secara profesional dan berkualitas. Oleh
karena itu, diperlukan penilaian akreditasi terhadap lembaga pendidikan
dan pelatihan BKKBN yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas standar kualitas pendidikan dan pelatihan, termasuk pelatihan
kompetensi manajerial, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga Penyuluh KB/PLKB.
6. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN dengan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka
peningkatan profesionalisme tenaga lini lapangan KB di Desa. Sinkronisasi
UU No. 52 Tahun 2009 dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam
memperkuat basis program di tingkat lini lapangan sangat diperlukan
mengingat sasaran terdepan dan wujud keberhasilan Program Bangga
Kencana adalah pada tingkat lini lapangan yakni di perdesaan. Strategi
untuk meningkatkan partisipasi kelembagaan di desa juga harus
menyesuaikan kebijakan nasional di desa yang dituangkan dalam UU No. 6
Tahun 2014.
7. Peraturan Kepala BKKBN Tentang Sertifikasi tenaga Penyuluh KB/ petugas
lapangan KB (PKB/PLKB) yang memperhatikan penjenjangan/
pengembangan kompetensi sesuai tuntutan program dan memperhatikan
pemerataan distribusi tenaga PKB/PLKB di Desa.

32
8. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pendayagunaan
Tenaga Penyuluh Bangga Kencana BKKBN yang intinya sebagai acuan dan
pedoman kerja bagi OPD Bidang Dalduk dan KB yang menangani bidang
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten/Kota namun
belum mengatur secara teknis tentang bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Program Bangga Kencana di tingkat kecamatan. Untuk itu perlu disusun
regulasi dalam bentuk Peraturan Kepala BKKBN Tentang Balai Penyuluhan
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di Tingkat
Kecamatan agar program-program Bangga Kencana dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan rancangan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
9. Menteri Dalam Negeri sebagai kementerian yang membawahi organisasi
pelaksana kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu pada Dinas atau Badan Daerah, telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana
Teknis Daerah. Peraturan teknis tersebut dibentuk atas perintah Pasal 19
ayat (5), Pasal 22 ayat (8), Pasal 28 ayat (5), Pasal 41 ayat (5), dan Pasal 49
ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah. Oleh karena itu, dalam menyusun regulasi tentang Balai
Penyuluhan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana
di Tingkat Kecamatan diperlukan harmonisasi dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis
Daerah agar tidak ada kontradiksi antar peraturan.

D. Kerangka Kelembagaan
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji Presiden,
BKKBN harus didukung oleh perangkat organisasi, proses bisnis (tata
laksana), dan sumber daya aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang
dibebankan kepada BKKBN secara efektif dan efisien baik di tingkat Kantor
Pusat maupun di tingkat kantor perwakilan di wilayah. Dalam perspektif ini

33
kegiatan pengembangan dan penataan kelembagaan mutlak dilaksanakan
secara efektif, intensif, dan berkesinambungan. Dari sisi regulasi yang
berlaku, penataan kelembagaan BKKBN berangkat dari Undang-undang No.
52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga,
Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, Peraturan Presiden No.3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun
2013 Tentang Perubahan Kedelapan atas Keputuan Presiden No. 110 Tahun
2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Kementerian.
Memperhatikan bahwa permasalahan dan tantangan yang dihadapi
BKKBN dewasa ini dan dimasa mendatang semakin kompleks dan dinamis,
pengembangan dan penataan kelembagaan BKKBN perlu berorientasi pada
sekurang-kurangnya lima prioritas sebagai berikut:
1. Memperkuat budaya organisasi yang mengacu pada nilai-nilai good
corporate governance (tata kelola organisasi yang baik) dan berorientasi pada
outcome
2. Merevisi model operasional dengan prioritas penataan pada penyempurnaan
dan percepatan proses bisnis dengan mengoptimalisasikan penggunaan
teknologi informasi, digitalisasi dan big data
3. Menyempurnakan sistem birokrasi melalui penataan struktur organisasi
yang lebih “adaptif” terhadap lingkungan bisnis (adaptive organization), dan
dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara
efisien (“fit-for-purpose”)
4. Meningkatkan kontribusi dan prestasi kerja pegawai melalui pengembangan
manajemen talenta yang sekurang-kurang mencakup peningkatan kinerja,
kompetensi dan komitmen pegawai; dan
5. Menjadi lebih proaktif dalam mengedukasi dan bekerjasama dengan
stakeholders untuk menghasilkan berbagai terobosan dalam pembangunan
kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga, baik
ditingkat Nasional maupun Daerah.

34
Pengembangan dan penataan Kelembagaan BKKBN memerlukan
proses yang cukup panjang, selain harus mempertimbangkan arah kebijakan,
strategi, tujuan, sasaran strategis serta sasaran program dan Indikator Kinerja
Utama per-unit Eselon I yang akan dicapai dalam RPJMN dan Renstra BKKBN
periode 2020-2024, juga harus memperhatikan sinergitas lintas sektor/lintas
Kementerian/Lembaga (KL) serta memperhatikan arahan Presiden RI terkait
penyederhanaan struktur organisasi K/L, pemangkasan alur birokrasi
(pemangkasan Tk. Eselon III dan Eselon IV), serta penambahan Jabatan
Fungsional Aparatur Sipil Negara untuk mempercepat pelaksanaan pelayanan
fungsional sesuai dengan keahlian/keterampilannya.

35
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2020). Renstra 2020-2024. Jakarta: BKKBN.

Direktorat Analisis Dampak Kependudukan. (2019). leaflet pelaporan rumah


dataku 2019. Retrieved from Ditdamduk: https://cis.bkkbn.go.id/dalduk

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, BKKBN. (2018).


Panduan PPKS. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan.

Direktorat Bina Ketahanan Remaja, BKKBN. (2018). PELAKSANAAN SOSIALISASI


PROGRAM PEMBANGUNAN KELUARGA BERSAMA MITRA KERJA. Jakarta:
Direktorat Bina Ketahanan Remaja.

Direktorat Pemberdayaan Ekonomi Keluarga BKKBN. (2015). Pemberdayaan


Ekonomi Keluarga. Jakarta: DIREKTORAT PEMBERDAYAAN EKONOMI
KELUARGA.

Fatimah, E., & Irawati, E. (2017). Manejemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.

Generasi-X-Y-Z. (2018, November). Retrieved 12 21, 2020, from


parent.binus.ac.id: https://parent.binus.ac.id

Komisi Pemberantasan Korupsi. (2020, Januari 24). Retrieved Desember 28,


2020, from Indeks Korupsi Indonesia: https://www.kpk.go.id

Merdian. (n.d.). Kampung KB Sebagai Wahana. Retrieved from BKKBN web site:
https://kampungkb.bkkbn.go.id

Puspitawati, H. (2017). Pengasuhan anak umur 0-6 tahun bagi orang tua bekerja.
Jakarta: Direktorat Balita dan Anak, BKKBN.

Rahayu, L., & Hamzah, Z. (2006). Membentuk Karakter Anak Melalui Kelompok
BKB. Jakarta: BKKBN.

Rakhmawanto, A. (2018, Mei). DIKOTOMI SISTEM MERIT DAN POLITISASI


BIROKRASI. Retrieved Desember 22, 2020, from Cipvil apperatur policy brief:
https://www.bkn.go.id

Susanti, I. C., Herwanto, T., Yudistira, M., Supiaty, S., Adibah, F., & Afrilda, Y.
(2019). Panduan Pengelolaan Kampung KB bagi Tenaga Lini Lapangan. Jakarta:
BKKBN.

Wahab. (2020, Oktober 14). Apa itu rumah data kampung KB. Retrieved from
Bantul kab: https://dppkbpmd.bantulkab.go.id

36
_______________,Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah dua kali diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 2015

_______________, Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian


Dalam Negeri

_______________, Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor
273/PER/B4/2014

_______________, Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pendayagunaan Penyuluh
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga

_______________, Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana

_______________, Evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


(RPJMN) 2010 - 2014

37
38
RANGKUMAN MATERI
ADVOKASI KEBIJAKAN BANGGA KENCANA

39
40
41
42
BAB I
PENDAHULUAN

Advokasi diartikan ebagai upaya-upaya untuk mempengaruhi kebijakan


Pemerintah agar selaras dengan tujuan-tujuan dari kelompok masyarakat yang
diperjuangankan. Dalam hubungannya dengan program Pembangunan Keluarga
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), advokasi digunakan
untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang berpengaruh langsung pada
pemegang kebijakan, tokoh kunci, masyarakat dan keluarga. Kondisi yang
diharapkan adalah program Bangga Kencana menjadi bagian penting pada
Pembangunan nasional. Oleh karenanya dukungan politis dan operasional dari
pemangku kebijakan dan stake holder sangat diperlukan untuk memperlancar
kegiatan operasional program Bangga Kencana di semua lini.
Advokasi adalah salah satu metode komunikasi yang digunakan sebagai strategi
untuk perubahan sosial. Penyuluh KB perlu mengetahui beberapa hal terkait
advokasi, antara lain:
1. Konsep Dasar Advokasi yang terdiri dari Konsep Advokasi, Tujuan, Fungsi dan
Manfaat Advokasi, Isu-isu Advokasi, Sasaran Advokasi, Jenis-jenis Advokasi,
Komponen Advokasi, Langkah-langkah Advokasi dan Teknik Advokasi
2. Advokasi program Bangga Kencana, yang terdiri dari Advokasi dalam Program
Bangga Kencana, Perbedaan Advokasi, Komunikasi Perubahan Perilaku dan
Mobilisasi Sosial, dan Perbedaan Advokasi dan KIE
3. Program Bangga Kencana sebagai Isu Lintas Sektor, terdiri dari Dampak
Program Bangga Kencana terhadap sektor lain dan kaitan antara Target
Program Bangga Kencana dengan Pencapaian dengan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan
4. Langkah-Langkah Menyusun Strategi Advokasi, yaitu Merumuskan isu
stratergis, Menentukan tujuan dan Sasaran yang SMART, Menyusun Rencana
Kerja, serta Monitoring dan Evaluasi

43
44
45
46
BAB II
KONSEP DASAR ADVOKASI

Advokasi berasal dari Bahasa Inggris advocacy, yang berarti suatu Tindakan
pembelaan, dukungan atau rekomendasi dukungan aktif. Pengertian Advokasi
secara umum adalah tindakan atau aksi strategis yang ditujukan untuk
menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah
munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.
1. Tujuan Advokasi
Tujuan advokasi adalah mendukung dan mempromosikan suatu
masalah/isu dan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain
dalam rangka perubahan. Advokasi untuk mendekatkan problem publik
kepada pembuat kebijakan. Sehingga pembuat keputusan dan kebijakan
publik membuat keputusan dan kebijakan yang mengutungkan bagi
masyarakat.
Dalam melaksanakan advokasi dilakukan dengan cara mempengaruhi
pembuat kebijakan, menggandeng kelompok pendukung, merangkul
kelompok penentang dan memberdayakan masyarakat.
2. Fungsi Advokasi, antara lain:
a. Mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau
peraturan.
b. Mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain, misalnya penciptaan
lingkungan yang kondusif.
3. Manfaat Advokasi
Beberapa manfaat advokasi adalah;
a. Melakukan komitmen dengan pembuat keputusan untuk mencpai
tujuan-tujuan program kependudukan dan keluarga berencana.
b. Memastikan program yang diarahkan kepada masalah-masalah
kependudukan, Kesehatan, reproduksi dan gender untuk mendapatkan
alokasi sumber daya manusia.
c. Menginformasikan tentang prioritas kependudukan dan tantangan
Kesehatan reproduksi kepada pembuat keputusan, serta dapat

47
mempengaruhi cara berfikir, bertindak bagi para pembuat keputusan
atas masalah-masalah tersebut.
d. Mendapatkan rintangan dan hambatan secara terus menerus dan dapat
memunculkan strategi baru untuk menjaga isu-isu program
Pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga
Kencana) agar tetap menjadi perhatian publik.
4. Isu-isu Advokasi
Isu advokasi yang berkaitan dengan program Bangga Kencana adalah;
a. Kelembagaan
b. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
c. Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
d. Kependudukan
e. Keadilan dan keseteraan gender dan pemberdayaan perempuan
f. Dukungan manajemen
Dalam menentukan isu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yaitu;
a. Isu tersebut mempengaruhi banyak orang
b. Besar pengaruh isu tersebut terhadap program Bangga Kencana
c. Isu tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan nasional
d. Isu tersebut sesuai dengan misi organisasi
e. Isu tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan intervensi advokasi
f. Isu tersebut dapat memobilisasi para stake holder
5. Sasaran Advokasi
Sasaran advokasi terdiri dari;
a. Key Stakeholder/pemegang kekuasaan
b. Primary Stakeholder
Stake holder primer/pemegang kekuasaan adalah individu atau kelompok
yang memperoleh manfaat secara langsung dari hasil suatu kegiatan
advokasi.
c. Secondary Stake holder/ mitra Kerja/penentang
1) Mitra/sekutu atau stakeholder sekunder, adalah individu atau
kelompok maupun organisasi yang mempunyai pandangan atau posisi
yang sama dan siap bergabung di dalam suatu koalisi untuk
mendukung isu tertentu.

48
2) Penentang
Penentang atau musuh adalah individu atau kelompok yang memiliki
sikap yang bertentangan atau berbeda dalam suatu masalah tertentu
dengan sikap dimana advokasi itu dilibatkan. Penentang jangan dilihat
sebagai lawan yang harus ditentang, melainkan sebagai seseorang
yang memiliki keyakinan dan sikap berbeda terhadap isu tertentu.
Pentingnya identifikasi musuh ini berguna untuk menentukan posisi
mereka tentang suatu masalah dan menentukan dasar untuk dialog.
Untuk melihat semuanya itu perlu adanya usaha untuk melakukan
identifikasi dan analisis terhadap stakeholder.
6. Jenis-jenis Advokasi
Jenis-jenis advokasi ada 3 (tiga) yaitu;
a. Advokasi diri/individu adalah advokasi yang dilakukan pada skala lokal
dan bahkan sangat pribadi, contohnya advokasi dilakukan dengan cara
mencari kejelasan atau klarifikasi kepada pihak sekolah.
b. Advokasi Kasus adalah advokasi yang dilakukan sebagai proses
pendampingan terhadap orang atau kelompok yang belum memiliki
kemampuan membela diri dari kelompoknya.
c. Advokasi Kelas adalah sebuah proses mendesak sebuah kebijakan publik
atau kelompok masyarakat dengan tujuan akhir terwujudnya perubahan
sistematik yang berujung pada lahirnya produk kebijakan yang melindungi
atau berubahnya kebijakan yang diangggap tidak adil. Advokasi jenis ini
melibatkan stakeholder yang lebih banyak dan proses yang lebih
sistematis.
7. Komponen Advokasi
Komponen Advokasi terdiri dari;
a. Data/ Research (untuk menentukan permasalahan publik)
b. Sumber Daya, Dana (pemberi Advokasi dan penyandang dana)
c. Tujuan (Hasil yang diinginkan)
d. Aliansi (Bersatunya beberapa pihak yang berkepentingan sama
sebagai pemberi Advokasi)
e. Audiensi (Tatap muka dengan penentu kebijakan/ penerima
Advokasi)

49
f. Pesan/ Media (Pesan dan media yang dipakai oleh pemberi
advokasi)
g. Presentasi (Proses penyampaian pesan)
h. Evaluasi (Mengevaluasi hasil dari advokasi)
8. Langkah-langkah Advokasi
Langkah-langkah pokok Advokasi meliputi hal-hal berikut :
1. Analisis; kegiatan analisis meliputi analisis khalayak, analisis kebutuhan
program, analisis isi pesan dan analisis potensi pendukung.
2. Penetapan strategi; penetapan strategi meliputi penetapan tahapan,
penetapan tujuan/sasaran/target, pemilihan media Advokasi, perumusan
isi pesan dan pengaturan pendayagunaan sumber dukungan (tenaga,
dana, sarana) termasuk penyiapan sumber daya manusia.
3. Penyusunan isi pesan; penyusunan isi pesan merupakan penjabaran dari
program yang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan, suara atau gambar
yang dapat dimengerti khalayak.
4. Desain dan produksi media; Perancangan isi pesan dari program yang akan
disampaikan kepada khalayak dalam bentuk fisik yang meliputi format, lay
out maupun aspek artistik.
5. Pelaksanaan; isi pesan dan media yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan kondisi khalayak dan tujuan dari advokasi yang ingin dicapai.
6. Monitoring dan Evaluasi; Monitoring dilakukan mengacu kepada rencana
strategi yang telah disusun, sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala
untuk melihat proses, hasil ataupun dampak dari advokasi yang
dilakukan.
9. Teknik Advokasi
Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan non formal. Bentuk
formalnya negoisasi, sedangkan bentuk non formalnya disebut lobi. Proses
lobi tidak terikat tempat dan waktu, serta dapat dilakukan secara terus
menerus dalam jangka waktu yang Panjang sedangkan negoisasi tidak.
Negooisasi terikat oleh waktu dan tempat.
a. Lobi
Lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun
kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi lain maupun

50
orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan ada
pemerintahan sehingga memberikan keuntungan untuk diri sendiri
maupun organisasi dan perusahaan pelobi. Lobi melibatkan dua pihak,
yaitu pihak pelobi dan pihak yang dilobi.
b. Negoisasi
Negoisasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir
di setiap aspek kehidupan. Negoisasi dilakukan oleh semua orang yang
berinteraksi dengan orang lain. Baik di kalangan anak-anak sampai pada
kalangan dewasa bahkan lanjut usia.
Dalam buku Teach Yourself Negoitiating, karangan Phil baguley, dijelaskan
tentang definisi negoisasi yaitu yang diartikan sebagai suatu cara untuk
menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua belah
pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan
di masa mendatang.
c. Petisi
Petisi adalah permintaan secara tertulis yang ditandatangani oleh lebih
dari seorang pemegang otoritas (pemerintah, Lembaga atau petingginya)
untuk melakukan sesuatu. Petisi dalam seringkali juga disebut sebagai
sebuah tuntutan. Petisi berisi sesuau hal yang oleh beberapa orang perlu
mendapatkan perhatian dan juga dukungan dari masyarakat banyak
menyangkut suatu masalah.
d. Debat
Debat adalah kegiatan atau argumentasi anatara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok dalam mendiskusikan dan
mendiskusikan masalah dan perbedaan. Secara formal debat banyak
dilakukan dalam instituusi legislative seperti parlemen, terutama di
negara-negara yang menggunakan system oposisi. Dalam hal ini debat
dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat
dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
e. Metode Media
Metode media yaitu bagaimana pelaku advokasi melakukan hubungan
kemitraan dengan media atau media massa. Media yang dimaksudkan
adalah media publikasi massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah,

51
jurnal atau laporan berkala dari komunitas tertentu. Sedangkan format
yang diusulkan untuk media mencakup berita-berita dari siaran pers,
konferensi pers, isu-isu ringkas untuk para wartawan atau jurnalis, lembar
fakta, paket media, surat kepada redaksi, editorial tamu, gambar/ilustrasi
grafis/kartun, membeli waktu atau slot waktu dan tempat untuk
pembuatan isu tertentu, artinya PKB dapat memesan kapan dan halaman
beberapa isu yang dibuat dan ditayangkan.
f. Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.
Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau
informasi kepada orang lain. Tujuan dari presentasi bermacam-macam,
misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk
memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan
(biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat
tertentu).

52
53
54
BAB III
ADVOKASI DALAM PROGRAM BANGGA KENCANA

1. Advokasi dalam Program Bangga Kencana


Salah satu tugas Penyuluh KB yaitu melaksanakan advokasi kepada
organisasi formal dan informal, hal-hal yang harus dipersiapkan Penyuluh KB
saat melakukan advokasi kepada organisasi formal dan informal tersebut
antara lain harus memastikan:
a. Tidak adanya hambatan dari sisi kebijakan dan peraturan yang dapat
menghambat pelaksanaan program KKBPK secara efektif dan maksimal
b. Tersedianya kebijakan dan peraturan yang mendukung program Bangga
Kencana
c. Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan, baik dari segi anggaran,
kecakapan, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang mendukung
pelaksanaan program
d. Terselenggaranya kerja sama dan koordinasi dengan baik dari segi
kebijakan maupun program/aktivitas di tingkat lapangan
Awal Tahun 2016 Pemerintah Indonesia meluncurkan Kampung KB yang
dicanangkan oleh Bapak Presiden pada tanggal 14 Januari 2016. Tujuan dari
pelaksanaan Kampung KB adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pada lokasi yang terpilih melalui percepatan kegiatan program Bangga
Kencana yang inovatif di tingkat lapangan yang diintegrasikan dengan
kegiatan sektor pembangunan lainnya. Kondisi ini akan sulit tercapai karena
jumlah penyuluh KB di Indonesia saat ini sangat terbatas. Dengan kondisi
tersebut penyuluh KB perlu berjejaring dengan mitra potensial yang ada di
lapangan agar dapat melaksanakan program dan kegiatannya untuk sama-
sama meningkatkan kualitas hidup manusia.

2. Perbedaan Advokasi, Komunikasi Perubahan Perilaku dan Mobilisasi


Sosial
Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan
publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan

55
yang diperkirakan merugikan masyarakat. Secara garis besar sebuah
kampanye komunikasi suatu program pembangunan memiliki tiga komponen
yang saling berkait, saling mempengaruhi dan saling mendukung, yaitu
advokasi, mobilisasi dan komunikasi perubahan perilaku. Dalam strategi
komunikasi dan Advokasi BKKBN (2017), dijelaskan tujuan dari Advokasi,
Komunikasi Perubahan Perilaku dan Mobilisasi Sosial, yaitu:
a. Advokasi.
Tujuan advokasi yaitu mendapatkan. Komitmen politik dan perubahan
kebijakan, Alokasi sumber daya dan layanan, Percepatan implementasi
program, Regulasi/kebijakan, Fasilitas, Pendanaan dan Sumber daya
manusia
b. Komunikasi perubahan perilaku.
Upaya menggerakkan semua pihak yang dapat mendukung program untuk
melakukan satu atau lebih kegiatan/program(lembaga
pemerintah,masyarakat madani(LSM,Asosiasi,perkumpulan,dll
c. Mobilisasi sosial
yaitu Merubah/mengembangkan Cara berfikir, Sikap dan Perilaku

3. Perbedaan Advokasi dan KIE


Advokasi dan KIE atau komunikasi perubahan perilaku adalah dua hal yang
berbeda namun di lapangan kedua hal tersebut masih sering dilihat sebagai
sesuatu yang sama. Perbedaan Advokasi dan KIE berdasarkan sasaran,
dampak, metode dan pelakunya, yaitu:
PERBEDAAN ADOVOKASI KIE
Sasaran Pimpinan daerah,pengambil Pasangan usia
keputusan,tokoh subur(PUS),remaja,lansia,
agama,pimpinan lembaga dan dll
organisasi
Dampak ✓ Disetujuinya alokasi ✓ PUS menjadi akseptor,
aggaran untuk memiliki
✓ program Bangga Kencana ✓ jumlah dua anak ideal
✓ .Membuat peraturan yang ✓ .Menggunakan metoda
mendukung kontasepsi
✓ program Bangga Kencana ✓ yang paling sesuai
✓ .Tersedianya sumber daya untuk dirinya
yang

56
PERBEDAAN ADOVOKASI KIE
✓ mendukung program KB ✓ .Remaja menunda
✓ .Adanya koordinasi dan pernikahan dan
sinergi antar ✓ merencanakan hidup
✓ program ✓ .Lansia mendukung
PUS menjadi
✓ akseptor dan remaja
dapat
✓ merencanakan hidup
Metode ✓ .pembentukan kelompok ✓ .Penjangkauan dan
advokat lintas sektor penggerakan
✓ .menyampaikan lembar ✓ masyarakat
kebijakan ✓ .Promosi melalui
✓ .memberi masukan spesifik komunikasi tatap
terhadap keputusan yang ✓ muka, pertemuan
akan di ambil masyarakat,
✓ .advokasi melalui media ✓ pengajian dan kegiatan
pertemuan advokasi, keagamaan
✓ .pemberian penghargaan ✓ lainnya,pertemuan PKK
dan lain-lain

Alat bantu Lembar kebijakan,paparan Leaflet,poster,iklan


singkat layanan
masyarakat,APBK,Aplikasi
Smartphone/tablet

57
58
PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI
ISU LINTAS SEKTOR

59
60
BAB IV
PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI ISU LINTAS SEKTOR

A. Dampak program Bangga Kencana terhadap Sektor Lain


Keberhasilan dan kegagalan program Bangga Kencana akan memengaruhi
capaian dan target sektor lainnya. Sebagai Ilustrasi keadaan suatu wilayah,
maka kita dapat memperhatikan contoh kasus sebagai berikut:
➢ Kondisi Kependudukan Kabupaten ABC
➢ Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten ABC sebesar 2,56 %
➢ Jumlah penduduk pada Tahun 2010 adalah 3.111.602
➢ Proyeksi penduduk dibuat dengan asumsi tidak ada perubahan yang
berarti dalam program Bangga Kencana
➢ Selama 5 Tahun akan ada 419.206 kelahiran bayi di Kabupaten ABC
➢ Konsekuensi dari kelahiran bayi tersebut antara lain:
1. Dari segi kesehatan, pemerintah kabupaten / kota harus
mengeluarkan biaya kesehatan anak selama lima tahun sekitar Rp. 244
M (Biaya imunisasi per anak hingga usia 5 Tahun adalah Rp.
581.855,83, Kementerian Kesehatan RI)
b. Penyediaan lapangan kerja harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
penduduk.
c. Anak yang putus sekolah akan masuk bursa tenaga kerja lebih awal
(tanpa keterampilan dan kompetensi)
1. Semakin sering seorang ibu melahirkan akan menyebabkan:
meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi, Menurunkan kesempatan
perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
d. Potensi permasalahan sosial semakin tinggi yang mengakibatkan
terganggunya stabilitas keamanan
e. Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan menjadi sulit tercapai.
f. Kualitas layanan umum, tingkat kemakmuran, indeks kebahagiaan, dan
lain-lain
Seandainya program Bangga Kencana berhasil dan kelahiran bayi yang
dapat dicegah sebanyak selama 51.339 selama lima Tahun di Kabupaten ABC,

61
maka Pemerintah daerah dapat menghemat dana untuk imunisasi bayi sekitar
Rp 30 M selama lima Tahun.
Dampak Positif dari adanya efesiensi anggaran tersebut antara lain:
1. Mengalihkan penambahan fasilitas sekolah menjadi peningkatan kualitas
pendidikan
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
3. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan
4. Meningkatkan SDM dan IPM
5. Kemanan negara terjamin
6. Serta sektor-sektor lain

B. Kaitan antara Target Pogram Bangga Kencana dengan Pencapaian Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan

Terdapat 10 dari 18 keterkaitan pembangunan berkelanjutan dengan program


Bangga Kencana, antara lain:
1. Mengentaskan segala bentuk kemiskinan
2. Menghentikan kelaparan, meningkatkan ketahanan pangan dan
nutrisi serta mempromosikan pertanian yang berkelanjutan
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan mempromosikan
Kesejahteraan bagi semua penduduk dalam segala usia
4. Menjamin pendidikan inklusif dan merata serta mempromosikan
kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan
6. Menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih serta sanitasi
yang berkelanjutan untuk semua
7. Mempromosikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan
menyeluruh serta pekerjaan yang layak bagi semua.
8. Membangun infrastruktur yang tangguh, mempromosikan
industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong inovasi
9. Mengambil aksi nyata untuk menghadapi perubahan iklim dan
dampaknya

62
10. Melindungi, mengembalikan, mempromosikan pemanfaatan ekosistem
yang berkelanjutan. Manajemen hutan yang berkelanjutan. Memerangi
kekeringan, menghentikan dan mengembalikan degradasi lahan serta
menghentikan kehilangan keanekaragaman hayat

Hal-hal diatas hanya bisa terjadi, jika dilakukan upaya yang sistematis
dan terukur untuk mendapatkannya. Upaya itu berupa program advokasi
Bangga Kencana yang berdimensi lintas Hal-hal diatas hanya bisa terjadi, jika
dilakukan upaya yang sistematis dan terukur untuk sektoral. Hal ini
mengingat peran strategis program Bangga Kencana dimana keberhasilannya
akan memberi fundamen yang kuat bagi pencapaian tujuan program di sektor
lain, sebaliknya tujuan pembangunan di sektor lain ini akan sangat sulit
dicapai jika program Bangga Kencana tidak berjalan sebagaimana mestinya.

C. Merumuskan Isu Strategis


Dalam merumuskan isu strategis, kita perlu mengenali masalah yang ada
dalam KKBPK dan apa yang menyebabkan masalah itu terjadi. Masalah bisa
dilihat dari pencapaian program KKBPK dibandingkan target berdasarkan
RPJMD. Misalnya capaian CPR Kabupaten ABC 55% dibandingkan target
RPJMD Kabupaten ABC sebesar 60%. Berdasarkan kondisi yang ada, dicari
apa yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi, mengapa masalah itu terjadi
dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Untuk mencari penyebab
masalah di dalam setiap program apapun termasuk program KKBPK area
intervensinya tidak terlepas dari 3 hal antara lain:
1. Perubahan perilaku terdiri dari:
a. Pengetahuan, sikap dan perilaku
b. Materi KIE nya, apakah efektif atau tidak
c. Jumlah tenaga penyuluh lapangan dan tenaga penggerak di lapangan
2. Akses pada layanan yang berkualitas, terdiri dari:
a. Kualitas konseling mengenai metoda KB yang tepat untuk klien
b. Kecakapan petugas kesehatan dalam memberikan layanan KB? metode
kontrasepsi jangka panjang, KB pasca persalinan
c. Ketersediaan alokon yang memadai

63
d. Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memadai
3. Lingkungan yang mendukung, meliputi aspek:
a. Peraturan/kebijakan yang mendukung
b. Nilai, norma di masyarakat
c. Pembiayaan kegiatan
d. Regulasi terkait peningkatan kapasitas SDM
e. Koordinasi dengan program lain

D. Menentukan Tujuan dan Sasaran yang SMART


Dalam menyusun strategi advokasi terlebih dahulu perlu menentukan tujuan
jangka panjang, sasaran jangka pendek yang SMART. Tujuan Jangka Panjang:
Sebuah hasil jangka panjang untuk menggambarkan keseluruhan misi atau
tujuan suatu program, biasanya didukung oleh beberapa tujuan jangka
pendek/sasaran yang SMART. Tujuan jangka panjang ini mengacu kepada
target RPJMD program KB.

E. Menyusun Rencana Kegiatan


Sebelum menyusun rencana kegiatan advokasi perlu dilakukan analisa SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, and Threats). Analisis SWOT adalah
analisis kondisi internal maupun eksternal yang digunakan sebagai dasar
untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi
penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)
kelompok/tim kerja antara lain meliputi sumber daya keuangan, waktu, data
yang diperlukan, sumber daya manusia. Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats) yang ada di
luar tim/kelompok kerja meliputi sumber daya anggaran, waktu, jejaring,
peraturan/kebijakan, sumber daya manusia.
Dalam menentukan kegiatan perlu diperhatikan beberapa pertanyaan berikut:
1. Bagaimana aktivitas tersebut akan mendukung tujuan kita?
2. Apa hubungannya dengan hal yang dianggap penting oleh pengambil
keputusan?
3. Apakah aktivitas itu sepadan dengan waktu dan uang yang dibutuhkan?
4. Apakah kegiatan tersebut diperlukan untuk mencapai keberhasilan kecil
dalam waktu dekat?

64
5. Apakah aktivitas tersebut SMART?
Selanjutnya tentukan indikator keberhasilan, terdiri dari:
1. Output (keluaran) - Apakah anda telah melaksanakan semua kegiatan
advokasi dalam rencana kerja anda?
2. Outcome (hasil) -- Apakah anda telah mencapai sasaran/tujuan yang
SMART? Untuk mencapai tujuan jangka panjang akan ditempuh melalui
beberapa saran/tujuan jangka pendek yang SMART
3. Impact (dampak)- Apakah tujuan jangka panjang telah tercapai? Tujuan
jangka panjang ini bisa dilihat dari Tujuan RPJMD Kabupaten/kota untuk
program Bangga Kencana

Contoh kegiatan advokasi pemanfaatan dana di desa


untuk program KKBPK di Desa

Persiapan Advokasi Pasca mendapatkan hasil


Mempelajari UU terkait Pertemuan dengan Pembentukan tim KB desa
kewenangan desa MOU despermandes dan
antara BKKBN dan APDESI,serta pihak
Kemendes terkait lain
Mengembangkan menu Penyusunan Pelatihan Tim KB Desa
program KKBPK yang RAPBDes
dapat didanai oleh dana
di desa
Mengembangkan lembar Proses legal formal Pengembangan rencana kerja
kebijakan untuk Pokja advokasi tim KB desa
advokasi KKBPK
Membentuk pokja - Memantau alokasi dana
advokasi KKBPK Memantau implementasi
rencana kerja tim KB desa
Recording&reporting

A. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi merupakan dua kata yang berbeda namun memiliki
kaitan yang erat, dan tidak bisa dipisahkan. Hal ini dikarenakan dalam
pelaksanaannya seringkali fungsi dan tugas keduanya saling berdampingan
dan berurutan. Karena itu setiap pembahasannya dijasikan satu rangkaian
kalimat dan kegiatan yakni monitoring dan evauasi (monev).

65
Monitoring adalah salah satu komponen pokok dalam manajemen yang
memantau, mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan program, proyek
dan kegiatan yang telah dirumuskan sebelumnya agar efisien dan efektif.
Evaluasi adalah salah satu komponen pokok dalam manajemen yang secara
sistematis mengumpulkan serta menganalisis data dan informasi untuk
menilai kelayakan, serta pencapaian sasaran dan tujuan program proyek dan
kegiatan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun paska
kegiatan. Perbedaan Monitoring dan Evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Perbedaan Monitoring dan Evaluasi


No Aspek Monitoring Evaluasi
1 Waktu Terus menerus Periodeik/berkala

2 Fokus Perkembangan system / Analisis dan penilaian


kegiatan tentang rencana
dibandingkan dengan
pencapaian/ realitas

3 Kegiatan Mengamati kegiatan apa Mencari tahu bagaimana


saja yang dilaksanakan dan mengapa hasil-hasil
dan apa hasilnya tersebut dapat dicapai untuk
pedoman atau rancangan
masa depan
4 Kegunaan Memberikan peringatan Memberikan informasi dan
dini bagi manajer pedoman bagi manager
terhadap adanya untuk pilihan strategis dan
masalah kebijakan program

5 Pelaku Penilaian dilakukan oleh Penilaian dilakukan oleh


manajemen proyek pihak internal

66
BAB V
PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI
ISU LINTAS SEKTOR

67
68
BAB
BAB VVI
PPEENNUUTTUUPP

A. Kesimpulan
Advokasi adalah salah satu metode komunikasi yang digunakan sebagai
strategi untuk perubahan sosial. Advokasi sendiri dapat didefinisikan sebagai
upaya untuk melakukan pembentukan opini public melalui kampanye media
massa, upaya untuk mempengaruhi pengambil kebijakan dan upaya untuk
melakukan Pendidikan massa melalui aksi kelas atau kelas atau unjuk rasa.
Tujuan dari kegiatan advokasi adalah mencari dukungan orang lain. Fungsi
advokasi adalah memrpomosikan suatu perubahan dalam kebijakan,
program, peraturan perundangan-undangan. Manfaat dari kegiatan advokasi
adalah untuk mendapatkan komitmen dan perhatian dari pembuat
keputusan dalam program Bangga kencana
Program Bangga Kencana sebagai isu yang berdimensi lintas sektor, yaitu
kegagalan KB akan menarik kebawah capaian di sektor pembangunan lain,
keberhasilan KB akan memberikan fundamental kuat untuk mencapai target
pembangunan di sektor lain. Permasalahan dari sisi pengelolaan program
Bangga Kencana berdampak pada situasi dan capaian program Bangga
Kencana baik secara subnasional maupun nasional. Ini pada gilirannya, akan
memberi dampak pada sektor pembangunan lain. Sehinga diperlukan upaya
yang sistematis dan terukur agar program Bangga Kencana berhasil
mencapai target sesuai yang telah ditetapkan di dalam Renstra RPJMN
maupun RPJMD. Upaya itu berupa program advokasi program Bangga
Kencana yang berdimensi lintas sektoral.
Penyuluh KB harus memperhatikan langkah-langkah menyusun strategi
advokasi antara lain: merumuskan isu strategis, menentukan tujuan dan
sasaran yang SMART, identifikasi mitra advokasi dan pengambil
keputusan/kebijakan, kenali pengambil keputusan, merumuskan
permintaan advokasi, menyusun rencana kerja. Monitoring dan evaluasi
merupakan mata rantai dari suatu rangkaian atau siklus manajemen,
sehingga merupakan subsistem dari sebuah sistem yangmempunyai sifat dan
fungsi saling serta saling mendukung satu sama lain.

69
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2010. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Keluarga Berencana


dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota. Jakarta

BKKBN, 2009. Pedoman KIE Program KB Nasional. Jakarta

BKKBN, UU RI No.52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga. Jakarta

BKKBN, 2006. Advokasi dan KIE Program KB Nasional. Jakarta

BKKBN, Prototype Produksi Media Advokasi dan KIE Program Pembangunan


Kependudukan dan KB. Jakarta

BKKBN, 2004. Kebijakan Nasional Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Dalam
Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta

BKKBN, UU RI No.10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta

BKKBN, 1986, Sistem Informasi Manajemen Program KB Nasional.

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, 2009,


Panduan Pengelolaan Pusat Informasi & Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja (PIK – KRR). Jakarta.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010. Dasar-Dasar


Demografi, Salemba Empat, Jakarta.

Sondang Ratna Utari, BKKBN, 2014, Modul Advokasi dan KIE, Pelatihan
Penjenjangan PKB, Jakarta

Sondang Ratna Utari, BKKBN, 2018, Modul Advokasi dan KIE, Pelatihan
Penyegaran PKB, Jakarta

Sondang Ratna Utari dan Pranowo Adi, BKKB, 2018, Modul Advokasi dan KIE,
Pelatihan Kampung KB, Kalimantan Barat

70
71
72
73
74
BAB I
PENDAHULUAN

Akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan istilah


Program KKBPK menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana atau yang disingkat menjadi BANGGA KENCANA,
sehingga tagline BKKBN bukan lagi hanya mengenai Keluarga Berencana. Hal
ini merupakan sebuah upaya komprehensif pemerintah untuk membangun
kualitas SDM Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan yang sangat
penting. BKKBN harus dapat mewujudkan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dan
lingkungan hidup, serta meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul
rasa tenteram dan harapan masa depan yang lebih baik atau mandiri dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Hal tersebut
menjadikan BKKBN wajib memiliki kontribusi untuk mewujudkannya dalam
rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional melaksanakan program dalam rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang dituangkan dalam Rencana
Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yaitu
Peraturan BKKBN Nomor 6 Tahun 2020, diuraikan dalam peraturan tersebut
isu-isu strategis yang berkembang di Indonesia yang perlu mendapat perhatian
dalam menentukan arah kebijakan, strategi dan kebijakan program BKKBN
dimana Indonesia akan menghadapi Bonus Demografi sehingga pembentukan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing sangat
menjadi prioritas. Hal tersebut menjadi sebuah rantai ketergantungan BKKBN
di lini lapangan yang dilakukan oleh Penyuluh KB terhadap para mitra yang
dapat mendukung kondisi tersebut saat tantangan dan kendala program
Bangga Kencana saat pengembangan program maupun pencapaian program
Bangga Kencana sesuai Rencana Strategis. Rasio ketergantungan antar
provinsi ternyata menunjukkan fenomena yang berbeda, karena hampir lebih
48
dari setengah provinsi di Indonesia memiliki angka ketergantungan di atas

75
rata-rata nasional. Tantangan program kependudukan ke depan adalah (1)
bagaimana memanfaatkan mobilitas nasional agar rasio ketergantungan
merata di seluruh Indonesia; (2) meningkatkan tingkat pendidikan generasi
muda sehingga berkompeten dan memiliki jiwa kompetitif; (3) meningkatkan
derajat kesehatan sehingga pada gilirannya usia tua tidak sepenuhnya menjadi
beban, karena ketika usia lanjut masih bisa berdaya.

Dalam pengembangan program pembangunan keluarga, BKKBN harus


memperhatikan pelaksanaan program Bangga Kencana di lini lapangan yang
selama ini bertumpu pada kinerja Penyuluh Keluarga Berencana (PKB).
Penyuluh KB diharapkan mampu mengembangkan hubungan kemitraan
untuk mempermudah dalam pelaksanaan program Bangga Kencana di lini
lapangan. Telah banyak yang dilakukan oleh para mitra kerja terhadap
keberhasilan program KB, melalui kemitraan yang berkelanjutan baik dari segi
advokasi dan penggerakkan, pelayanan serta penelitian dan pengembangan
program. Ke depannya, BKKBN mengharapkan agar para mitra lebih
meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Secara khusus BKKBN
mengharapkan kepada mitra lembaga penyiaran publik khususnya di daerah
terpencil, agar menyiapkan konsep promosi program KB yang disesuaikan
dengan kearifan lokal agar lebih dapat diterima masyarakat. Peran mitra
BKKBN untuk pengembangan program kependudukan pun telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah melakukan kajian-kajian dan melakukan
usaha-usaha persuasif kepada para pemangku kepentingan untuk
mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan. BKKBN
mengharapkan agar usaha-usaha tersebut dapat dilakukan secara massive
terutama kepada Pemda kab/kota dan DPRD sehingga pembangunan
berwawasan kependudukan semakin melembaga. Oleh karena itu, peran
mitra merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan di lini lapangan
dalam mencapai visi dan misi BKKBN.

Penyuluh KB merupakan perpanjangan tangan dari institusi pengelola


program Bangga Kencana di Kabupaten/Kota yang memegang peranan
penting dalam meningkatkan peran mitra pada keberhasilan program Bangga
49
Kencana di kabupaten/kota sebagaimana telah diurai di atas. Dalam Peraturan

76
Kepala BKKBN Nomor 2 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Penyuluh
KB yang diperkuat dengan Peraturan BKKBN Nomor 23 Tahun 2020 tentang
Kamus Kompetensi Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian
Penduduk dan Penyelenggaraan Keluarga Berencana, disebutkan bahwa
Penyuluh KB wajib menguasai kompetensi manajerial dimana salah satu
kompetensi manajerial yang harus dikuasai oleh Penyuluh KB adalah
kerjasama. Dengan penguasaan pada kompetensi tersebut, Penyuluh KB
memiliki kemampuan untuk secara efektif bekerja dan berkolaborasi dengan
orang lain ke arah sasaran bersama, dikaitkan dengan tingkat partisipasi dan
kontribusi terhadap kinerja tim. Kompetensi kerjasama sangat terkait dengan
cara Penyuluh KB membentuk jejaring kemitraan untuk mendukung
tercapainya Program Bangga Kencana. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan kompetensi yang dimiliki, Penyuluh KB harus melibatkan
semua unsur yang terkait di wilayah kerjanya seperti unsur pemerintah, swasta
dan masyarakat setempat dengan melakukan kerjasama dalam rangka
koordinasi dan kemitraan penyelenggaraan program Bangga Kencana di lini
lapangan.

50

77
78
79
80
BAB II
KONSEP KERJASAMA LINTAS PROGRAM
DAN LINTAS SEKTORAL

A. Pengertian Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral

Kerjasama lintas program dan lintas sektoral sering disebut dengan


kemitraan. Kemitraan biasanya didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan
bersifat kerja sama antara beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta,
yang semua orang didalamnya setuju untuk bekerja sama dalam meraih
tujuan bersama dan menunaikan kewajiban tertentu serta menanggung
resiko, tanggung jawab, sumber daya, kemampuan dan keuntungan secara
bersama sama. Kunci utama terlaksananya kemitraan adalah dengan
menerapkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi seluruh program-program
dengan lembaga-lembaga terkait yang berpartisipasi dalam kemitraan
tersebut. Bisa dengan pemerintah, perusahaan, dan tentunya dengan
organisasi- organisasi yang sejenis. Bagi setiap organisasi kepedulian dan
pemberdayaan, implementasi kemitraan juga dapat dilakukan dengan
jejaring-jejaring organisasi yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam kemitraan, semua pihak yang diajak kerjasama harus dipandang
sebagai pihak yang memiliki harkat, martabat, dan kedudukan yang setara,
yang mesti dihargai dengan sepantasnya.

Untuk membangun dan memperluas akses pendidikan masyarakat dan


menjawab tantangan pengembangan kemitraan, perlu diterapkan koordinasi,
integrasi, dan singkronisasi seluruh program, baik secara internal maupun
lintas sektoral. Penggalangan kemitraan dan kerja sama yang baik dilakukan
dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga seluruh
program sampai ke masyarakat dan dapat dilaksanakan tanpa hambatan yang
berarti. Kita dapat melihat bahwa konsep kemitraan bertujuan mewujudkan
kemampuan dan peranan semua elemen secara optimal dalam mewujudkan
program. Dalam hal ini, semua unsur diharapkan mampu menghadapi
berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun
internal, dalam berbagai bidang. Integrasi program BANGGA KENCANA
51
dengan program pembangunan lainnya yang didasarkan pada kesetaraan,

81
saling menguntungkan, tulus dan saling menghargai diantara pihak pengelola
program BANGGA KENCANA dengan pihak lainnya untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati.

B. Pentingnya Hubungan Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral

PKB dalam membina wilayah kelurahan/desa diharapkan mampu


bekerjasama dan bermitra dengan Lurah, Tokoh Agama (Toga), Tokoh
Masyarakat (Toma), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), instansi
terkait ( seperti dinas kesehatan, pendidikan, agama, pertanian, perdagangan,
industri, perikanan, kelautan, dll), LSM dan LSOM. Hubungan kerjasama atau
kemitraan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan program
BANGGA KENCANA di lini lapangan. PKB tidak mungkin bekerja sendirian,
namun harus melibatkan orang atau pihak lain untuk melaksanakan program
BANGGA KENCANA dan juga menangani permasalahan yang ada di lini
lapangan.

Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) yang membina wilayah yang agamis,


maka harus bisa mengembangkan hubungan kemitraan selain dengan kepala
wilayah/kepala desa, juga harus bisa membina kemitraan dengan tokoh
agama setempat. Sehingga diharapkan, saat melaksanakan program BANGGA
KENCANA, PKB dapat lebih mudah menyampaikan pesan-pesan program
kepada masyarakat, karena biasanya pada karakteristik wilayah yang
demikian rupa, masyarakatnya akan mudah menerima pesan yang
disampaikan oleh tokoh agamanya. Jadi PKB hendaknya mengembangkan
hubungan kemitraan dengan Bupati/Walikota, Lurah/Kepala Desa, PKK dan
Tokoh Masyarakat sehingga diharapkan tujuan dari pelaksanaan program
BANGGA KENCANA dapat dicapai dengan baik. PKB dapat meraih pencapaian
sasaran dengan baik, dan masyarakat pun puas dengan pelayanan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan pelayanan program BANGGA
KENCANA yang diterima. Jika PKB sudah bisa menentukan sasaran yang
tepat dalam mengembangkan hubungan kemitraan, maka bisa dipastikan
PKB akan lebih mudah mencapai tujuan dalam melaksanakan program
52
BANGGA KENCANA. Jadi manfaat dari mengembangkan hubungan

82
kemitraan, pihak-pihak yang bermitra dapat:
1. Membentuk nilai kebersamaan sehingga dapat menyamakan
persepsi dalam menentukan tujuan.
2. Menggali potensi wilayah yang ada
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman
4. Menyumbangkan ide/ gagasan dan sumber-sumber yang dimiliki
5. Menyusun program-program yang bermanfaat
6. Mengubah peran pribadi menjadi peran bersama
7. Menghasilkan keputusan bersama dengan baik
Dapat kita ketahui bahwa, hubungan kerjasama/kemitraan sangat
menentukan keberhasilan program Bangga Kencana dalam hal:
1. Meluasnya jejaring kerja program Bangga Kencana
Sasaran program Bangga Kencana adalah keluarga yang tersebar dimana
saja, sehingga dalam memberikan pelayanan diperlukan jaringan
pelayanan yang layak dan tersebar dibanyak tempat.
2. Meningkatnya kualitas tenaga
Dengan kemitraan, pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga pengelola
program Bangga Kencana dapat ditingkatkan.
3. Meningkatnya pemberdayaan tenaga pengelola program Bangga
Kencana

PKB jumlahnya terbatas, sehingga dengan kemitraan jumlah PKB yang


terbatas dapat bekerjasama dengan mitra kerja untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati sehingga PKB diberdayakan secara optimal.
4. Optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana
Tidak semua wilayah kerja PKB mempunyai sarana dan prasarana
program Bangga Kencana yang mencukupi jumlahnya dan mempunyai
kualitas yang baik, sehingga dengan kemitraan, sarana dan prasarana yang
ada pada mitra kerja, dapat dimanfaatkan bersama dalam pelaksanaan
program Bangga Kencana.
5. Optimalnya pelaksanaan mekanisme operasional
Mekanisme operasional dapat dilakukan oleh pengelola program Bangga

53 Kencana dengan sektor lain yang terkait. Tanpa sektor pembangunan lain,
mekanisme operasional tidak akan berjalan seperti yang diharapkan,

83
untuk itu diperlukan hubungan kemitraan yang dikembangkan secara
terus menerus dengan sektor lain.
6. Terpadunya program Bangga Kencana dengan program
pembangunan lainnya

Dengan terpadunya pelaksanaan pelaksanaan program Bangga Kencana


dengan program pembangunan lainnya diharapkan dapat memberikan
hasil yang optimal karena:
a. Mampu menjangkau wilayah dan sasaran yang lebih luas
b. Lebih mudah meyakinkan masyarakat/keluarga/PUS bahwa program
Bangga Kencana bermanfaat bagi mereka.
c. Mampu mengoptimalkan sumberdaya yang terbatas.
d. Mampu mencapai hasil yang lebih banyak dan lebih cepat.

54

84
85
86
BAB III
SIKAP-SIKAP DASAR MEMBANGUN HUBUNGAN KERJASAMA
LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL

A. Sikap-Sikap Dasar Membangun Kerjasama Lintas Program dan


Lintas Sektoral

Dalam mengembangkan hubungan kerjasama lintas program dan lintas


sektoral atau kemitraan, PKB harus menyadari betapa pentingnya
kesetiakawanan, komitmen dan merasa saling membutuhkan satu sama
lainnya untuk mencapai tujuan yang sama. Adapun prinsip-prinsip yang
terdapat didalam UU No. 9 Tahun 1995 dan PP No. 44 Tahun 1997 tersebut
merupakan sikap-sikap dasar membangun hubungan kemitraan, yaitu
sebagai berikut:
1. Sikap saling memerlukan
Keberadaan PKB diperlukan oleh Kepala Daerah (Bupati/Walikota,
Camat, Kepala Desa/Lurah) dalam usaha menjalankan program
pembangunan secara umum untuk mencapai tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Demikian pula PKB sangat memerlukan
dukungan dari Bupati/Walikota, Camat, Kepala Desa/Lurah dalam
melaksanakan program pembangunan khususnya program BANGGA
KENCANA, sehingga PKB dapat membina PPKBD, Sub PPKBD dan kader
Poktan dengan lebih mudah. Ada saling ketergantungan para pihak yang
bermitra untuk membangun kerjasama yang dikehendaki secara
mutuality of interest (kepentingan yang sama).
2. Sikap Saling Memperkuat
PKB dalam pelaksanaan program BANGGA KENCANA harus melibatkan
pihak lain terkait. Hal ini dikarenakan PKB juga manusia yang
mempunyai potensi namun terbatas. Jika kekuatan atau kelebihan PKB
digabungkan dengan kekuatan atau kelebihan pihak lain, maka roda
mekanisme operasional di lini lapangan akan berjalan dengan lebih
lancar dan baik. Hal ini akan sama-sama dirasakan PKB dan mitra kerja
sebagai hubungan kemitraan yang saling memperkuat proses
pencapaian tujuan program BANGGA KENCANA dan program
55 pembangunan lainnya.

87
Sebagai contoh, PKB bermitra dengan Dinas Pendidikan, maka
PKB yang mempunyai materi program Generasi Berencana (Genre)
dapat memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan dibantu
oleh guru Bimbingan Konseling (BK) kepada para murid baik ditingkat
SLTP maupun SLTA. Materi Genre diantaranya materi Reproduksi
Sehat, Menghindari TRIAD KRR (Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), 8
fungsi Keluarga dan Keterampilan Hidup (Life Skill). Diharapkan
generasi muda menyadari betapa pentingnya mempersiapkan diri dalam
merencanakan hidupnya dengan memahami program BANGGA
KENCANA melalui program Genre ini. Jadi PKB dan Dinas Pendidikan
saling menguatkan dalam melaksanakan program Genre yang
merupakan bagian dari program BANGGA KENCANA di wilayah binaan.
Contoh yang lain, PKB bermitra dan saling menguatkan dengan
PKK dalam mengelola kelompok BKB. PKB dan PKK sama-sama
mempunyai tujuan yang selaras karena PKB adalah pembina kelompok
BKB dan PPK pada Pokja II mempunyai kewajiban untuk mengelola dan
membina kelompok BKB. PKB mempunyai materi- materi BKB dan
keterampilan KIE/penyuluhan dan PKK mempunyai kader dari tingkat
kabupaten/kota, desa/kelurahan, hingga kader pada tingkat kelompok
kegiatan. Sehingga PKB dan PKK saling menguatkan, PKB dapat
membina kader dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kader dalam pengelolaan dan KIE/penyuluhan di kelompok BKB.
Sedangkan PKK dapat turut serta membina dan memotivasi secara
bersama-sama dan berkesinambungan pada kelompok BKB. Dengan
demikian diharapkan jumlah dan kualitas kelompok BKB di wilayah
binaan akan mengalami peningkatan.
Dalam usaha meningkatkan capaian peserta KB baru, maka PKB
akan bermitra dengan Tokoh Agama dan Dinas Kesehatan (Puskesmas,
dokter, bidan). Didalam KIE/Penyuluhan KB, PKB dibantu oleh Tokoh
Agama yang mempunyai wadah pertemuan (misalnya pengajian bagi
yang beragama Islam, persekutuan do’a yang beragama Kristen, dan
pertemuan-pertemuan keagamaan lainnya) dan dalam pelayananan
56
KBnya dibantu oleh petugas (dokter, bidan) dari Dinas Kesehatan.

88
Demikianlah pihak yang bermitra saling menguatkan untuk
keberhasilan program BANGGA KENCANA dan program pembangunan
lainnya.
Contoh kemitraan yang dikembangkan PKB, PKB bermitra dengan
LSOM, misalnya dengan Muslimat NU, bersama-sama memberikan
KIE/Penyuluhan dan membina pengelolaan pada kelompok PIK Remaja
yang sudah terbentuk. Sehingga tujuan program BANGGA KENCANA
tercapai, Kelompok PIK Remaja berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan strata kualifikasinya serta remaja yang dibina mampu
menjadi remaja yang tangguh yang sadar dalam merencanakan
hidupnya dan terhindar dari TRIAD KRR. Ada nilai-tambah (added value)
yang diperoleh para pihak yang bermitra baik secara ekonomi maupun
non ekonomi untuk saling menutupi kekurangan dan mengoptimalkan
kelebihan mereka.
3. Sikap saling menguntungkan
Dengan kekuatan yang berbeda antara para pihak yang bermitra
dapat dikembangkan sikap saling memberi yang menguntungkan
bersama dan tidak saling mengeksploitasi atau merugikan. PKB
bermitra dengan Lurah/Kepala Desa akan saling menguntungkan, kedua
belah pihak sama-sama mendapat manfaat dari hubungan kemitraan
yang dikembangkan, sehingga program BANGGA KENCANA dan
program pembangunan lainnya di tingkat kelurahan atau desa dapat
dijalankan dengan saling bersinergi dan terpadu sehingga mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan. Selain sikap dasar yang harus
dimiliki dalam hubungan kerjasama/kemitraan juga harus menganut
prinsip-prinsip antara lain:
a. Kesetaraan
Masing-masing pihak berada dalam posisi dan peran yang sejajar,
yang satu tidak merasa lebih tinggi dari lainnya.
b. Kepercayaan
Mereka yang bermitra menanamkan dan menunjukkan sikap saling
terpercaya satu sama lain. Kepercayaan merupakan hal sangat
57
menentukan bagi keberhasilan kemitraan (hasil penelitian).

89
c. Keterbukaan
Para pihak yang bermitra dituntut untuk saling jujur dan tidak ada
sesuatu yang disembunyikan.
d. Kemanfaatan
Siapapun yang bermitra satu sama lain mengikat kesepakatan dalam
ikatan saling menguntungkan.

4. Sikap-sikap yang Mendukung dan Tidak Mendukung Hubungan


Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral
a. Sikap-sikap yang Mendukung Hubungan Kerjasama Lintas
Program dan Lintas Sektoral

Sikap-sikap yang mendukung hubungan kerjasama lintas program


dan lintas sektoral adalah sikap saling:
1. Berpartisipasi
Masing-masing pihak berperan serta aktif dalam memberikan
pendapat demikian juga dalam melaksanakan program BANGGA
KENCANA dan program pembangunan lainnya, serta menemukan
alternatif jalan keluar sebagai pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Menghormati
Masing-masing pihak yang terlibat dalam pengembangan
hubungan kemitraan mempunyai kedudukan yang sama dan
setara, maka hendaknya saling menghormati. Saling menghormati
disini merupakan pengakuan diantara anggota yang terlibat dalam
hubungan kemitraan baik berupa kekuatan/kelebihan maupun
kelemahan/kekurangan masing-masing pihak serta menghargai
keberadaan tersebut.
3. Mempercayai
Pihak yang terlibat dalam hubungan kemitraan harus dapat
menanamkan rasa percaya pada kemampuan diri sendiri dan
kemampuan orang lain. Dalam hal ini masing-masing pihak
58 mempunyai potensi yang mungkin berbeda satu dengan lainnya.

90
4. Memberikan kejujuran dan keterbukaan
Kejujuran dan keterbukaan menjadi dasar untuk bermitra
khususnya dalam menyampaikan pendapat dan mendengarkan
orang lain, karena dengan kejujuran dan keterbukaan, maka
tercipta situasi yang kondusif dalam melaksanakan program
BANGGA KENCANA dan program pembangunan lainnya.
5. Berorientasi pada tujuan bersama
Tujuan dalam pengembangan hubungan kemitraan hanya dapat
dicapai apabila masing-masing pihak merasa memiliki tujuan yang
sama.
6. Membantu
Semangat untuk saling bersedia untuk membantu dalam proses
pelaksanaan program BANGGA KENCANA dan program
pembangunan lainnya dan mencegah terjadinya konflik serta
dapat bersama-sama memecahkan masalah.
Dengan memahami sikap-sikap yang mendukung hubungan
kemitraan, PKB akan lebih mudah dalam mengembangkan hubungan
kemitraan diwilayah kerjanya, sehingga mempermudah pula dalam
pelaksanaan program BANGGA KENCANA serta mempercepat
pencapaian tujuan.
b. Sikap-sikap yang tidak mendukung hubungan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral

Sikap-sikap yang tidak mendukung hubungan kerjasama lintas


program dan lintas sektoral adalah sikap yang saling:
1. Apatis
Merupakan sikap yang tidak peduli dengan pihak lain. Sikap ini
bisa terjadi jika tidak adanya kesadaran untuk saling berperan
akftif pada masing-masing pihak yang melakukan hubungan
kemitraan.
2. Meremehkan
Adalah sikap dimana diri sendiri merasa lebih mampu
dibandingkan dengan pihak lain dalam melaksanakan suatu
59
pekerjaan.

91
3. Mencurigai
Dalam melaksanakan pekerjaan mengedepankan rasa curiga
kepada pihak lain, sehingga situasi tidak nyaman dan selalu
merasa khawatir pihak lain akan menyebabkan kerugian.
4. Tidak jujur dan tertutup
Berbohong tidak hanya menyakiti pihak lain, namun suatu bentuk
pengingkaran hati nurani karena sudah berlaku tidak jujur.
Demikian juga apabila hubungan kemitraan didasari dengan sikap
tertutup pada masing-masing pihak, maka akan timbul saling
curiga yang menyebabkan situasi yang tidak kondusif dalam
melaksanakan suatu kesepakatan.
5. Mengabaikan tujuan bersama
Masing-masing pihak lupa akan tujuan bersama, sehingga
pekerjaan yang dilakukan tidak terdapat persamaan persepsi dan
akan mengalami permasalahan bahkan tujuan yang telah
disepakati cenderung sulit untuk tercapai.
6. Mementingkan diri sendiri (egois)
Masing-masing pihak merasa lebih penting dari yang lain, sehingga
merasa bahwa pekerjaan yang disepakati hanya untuk
menguntungkan salah satu pihak saja.

60

92
93
94
BAB IV
STRATEGI KOMUNIKASI KERJASAMA LINTAS
PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL

A. Strategi Komunikasi
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada proses
komunikasi yang jelas dan terfokus pada isu prioritas program BANGGA
KENCANA, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia, sarana dan
dana yang dimiliki pihak yang bermitra kerja serta pemilihan strategi
komunikasi yang tepat. Jadi marilah kita bahas hal-hal yang mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, seperti:
1. Identifikasi dan memilih isu prioritas program BANGGA KENCANA
Salah satu unsur utama dan penting dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi dan memilih isu strategis/isu prioritas. Dalam
mengidentifikasi dan memilih isu prioritas program BANGGA KENCANA
dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Isu yang berhubungan dengan masalah program BANGGA KENCANA
yang menjadi prioritas
b. Berpotensi untuk membangun kemitraan
c. Berisiko kecil, tapi mempunyai kemungkinan keberhasilan yang besar
d. Berpotensi untuk meningkatkan kredibilitas dan efektivitas terhadap
program BANGGA KENCANA
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Hampir seluruh instansi pemerintah memiliki SDM yang bisa
dimanfaatkan dan berpotensi dalam pelaksanaan program BANGGA
KENCANA. Mengenai jumlahnya mungkin tidak sama antar daerah
karena ada banyak terjadi perubahan strategis berkaitan dengan era
otonomi daerah. Untuk PKB, banyak yang beralih tugas dan fungsi
didaerahnya, jadi jumlah PKB memang di beberapa daerah mengalami
penurunan. Namun kualitas SDM pemerintah sudah relatif bagus dan
tersebar pula sampai ditingkat Desa. Diantaranya SDM tersebut ada yang
menjadi tokoh masyarakat dilingkungannya. Hal tersebut
61 memungkinkan dapat dikembangkan hubungan kemitraan sebagai

95
tenaga pengelola dan pelaksana program BANGGA KENCANA di tingkat
lini lapangan sesuai dengan perannya.
SDM Pemerintah sangat potensial makanya perlu dibekali dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang program BANGGA
KENCANA melalui sosialisasi, orientasi dan pelatihan mengenai program
BANGGA KENCANA agar pengembangan hubungan kemitraan berjalan
efektif. Sama seperti pada lembaga pemerintah, potensi SDM swasta
(perusahaan farmasi, perusahaan perkebunan, televisi swasta, radio
swasta, dll) dalam pengembangan hubungan kemitraan juga diharapkan
dapat ditumbuhkan untuk memperlancar pelaksanaan program
BANGGA KENCANA.
Potensi yang tak kalah penting diperhatikan adalah potensi
masyarakat. Potensi masyarakat antara lain Tokoh Agama (Toga), Tokoh
Masyarakat (Toma), Tokoh Adat (Todat), Kader Poktan yang baik secara
individu maupun yang bergerak dalam organisasi kemasyarakatan/LSM
dan LSOM (seperti: Fatayat NU, Muslimat NU, Aisiyah, Koalisi
Kependudukan, IPeKB, IPADI, PKK, Pramuka, dll), dimana SDM
didalamnya sangat potensial untuk mendukung pelaksanaan program
BANGGA KENCANA.
3. Sarana
Pihak yang terlibat dalam pengembangan hubungan kemitraan
tentunya memiliki sarana dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk
pengelolaan dan pelaksanaan program pembangunan termasuk program
BANGGA KENCANA. Misalnya, kelurahan mempunyai ruang untuk
digunakan sebagai klinik puskesmas pembantu untuk pelayanan KB,
ditingkat RW, terdapat ruang pertemuan yang bisa digunakan untuk
pertemuan kelompok BKB. Jadi, sarana disini bisa berupa ruang kerja,
ruang pertemuan, sarana transportasi (mobil, kapal, perahu, dll) yang
dapat digunakan untuk kepentingan program pembangunan termasuk
program BANGGA KENCANA.
4. Dana
Lembaga Pemerintah yang terkait, memiliki peluang bermitra kerja
62
dalam pendanaan untuk sektor-sektor pembangunan masyarakat,

96
termasuk dalam penyelenggaraan program BANGGA KENCANA. Bahkan
beberapa lembaga pemerintah terkait ada juga yang memiliki program
atau kegiatan yang sinergi antara program BANGGA KENCANA dengan
program pembangunan lainnya. Sehingga sangat dimungkinkan untuk
melakukan hubungan kemitraan dalam melaksanakan program-program
pembangunan. Kemitraan dalam bidang pembiayaan pelaksanaan
program pembangunan termasuk program BANGGA KENCANA
dilakukan secara terpadu sejak proses perencanaan melalui forum
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) di
desa/kelurahan, sehingga dalam pelaksanaan dan monitoringnya bisa
dilakukan secara terintegrasi. Untuk itu PKB perlu menyusun
perencanaan program BANGGA KENCANA di desa/kelurahan sebagai
bahan masukan Musrenbangdes.
5. Strategi Komunikasi

PKB diharapkan bisa memilih dengan tepat, strategi


komunikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
kemitraan dalam pelaksanaan program BANGGA KENCAN. Seperti,
pada saat Musrenbangdes, PKB dapat menggunakan metoda
komunikasi secara presentasi, sehingga PKB bisa menyampaikan
rencana kerjanya dengan jelas. Strategi komunikasi dalam
mengembangkan hubungan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral/kemitraan merupakan perpaduan antara pendekatan dan
teknik komunikasi serta pesan yang diinginkan oleh PKB untuk
mencapai tujuan komunikasi. Strategi Komunikasi yang dipilih
menjadi hal yang sangat menentukan dalam mengembangkan
hubungan kemitraan

63

97
B. Jenis Strategi Komunikasi
Dalam melakukan strategi komunikasi, PKB hendaknya mengetahui
jenis strategi komunikasi yang bisa digunakan dalam pengembangan
hubungan kemitraan. Jenis strategi komunikasi antara lain Lobi, Presentasi,
Negosiasi, Dialog, dan lain-lain.
1. Lobi
Lobi merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu
ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi
lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi
dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri
sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi. Lobi merupakan
bentuk informal dari advokasi.
2. Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin
atau salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan suatu topik,
pendapat atau informasi kepada orang lain.
3. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian
yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan
dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya,
tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau
memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.
4. Dialog
Dialog berasal dari bahasa latin "dialogus" ‘dia’ berarti antara ‘legein’
berarti bercakap, jadi dialog adalah pertukaran ide-ide, pemikiran,
pandangan dan lain-lain dari beberapa orang dengan tujuan
menyamakan pikiran untuk mencapai keadaan harmonis. PKB di lini
lapangan akan bertemu dengan mitra kerja yang dalam besarannya
dibagi menjadi 4 (empat) sasaran, meliputi:
a. Key Stakeholder
Adalah Pembuat kebijakan publik/Pengambil keputusan/Pembuat
Peraturan/Perundang-undangan/Pelaksana Kebijakan publik untuk
64 mendukung keberhasilan Program KKB Nasional.

98
b. Primary Stakeholder
Adalah masyarakat atau bagian dari masyarakat yang secara langsung
akan mendapat manfaat dari program KKB Nasional
c. Secondary Stakeholder
Adalah Mitra kerja atau aliansi seperti LSM atau LSOM atau
Organisasi Profesi atau Swasta.
d. Penentang
Yaitu mereka yang menentang segala upaya keberhasilan program
KKB Nasional.
Dari keempat sasaran diatas, pada sasaran Key Stakeholder dan
Primary Srakeholder PKB tidak akan mengalami banyak permasalahan
karena kedua sasaran tersebut biasanya sudah sejalan dengan program
BANGGA KENCANA. Sementara untuk menghadapi Secondary Stakeholder
dan Penentang, PKB akan sedikit harus berusaha lebih keras karena
biasanya ada perselisihan atau berbeda pendapat dengan tujuan program
BANGGA KENCANA. Untuk menghadapi Secondary Stakeholder dan
Penentang, PKB akan dibekali pengetahuan tentang jenis strategi
komunikasi yang sesuai yaitu strategi komunikasi Negosiasi.
5. Negosiasi
Definisi negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-
pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang
berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah
suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Negosiasi adalah proses dari adanya dua atau lebih pihak-pihak yang
menggunakan tawar menawar untuk menyatukan perbedaan masing-
masing pihak yang bernegosiasi. Banyak orang yang telah mempunyai
pengalaman dalam bernegosiasi, misalnya negosiasi kenaikan gaji atau
negosiasi harga mobil, tanah, rumah, pesawat terbang atau kapal laut dll.
Negosiasi juga mempunyai peran penting dalam menjalin hubungan
antara serikat buruh dengan manajemen perusahaan, antara pemerintah
dengan masyarakat (misalnya dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan, peraturan perijinan, pemberian ganti rugi atas kepemilikan
65
tanah, dll) antara satu negara dengan negara lain (misalnya mengenai

99
sengketa batas negara antara lain: darat, laut atau barangkali juga
udara/dirgantara, pengungsi legal/ilegal, tenaga kerja asing, utang
piutang, ekspor/impor barang-barang tertentu). Dengan demikian
negosiasi tidak selalu dalam bidang bisnis murni, akan tetapi dapat terjadi
pada bidang apa saja, kapan saja antara dua orang atau lebih.
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai
perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang
berkepentingan dengan elemen-elemen dalam bermitra kerja. Termasuk di
dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi dan bermitra
kerja dengan tujuan tertentu. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga menjelaskan pengertian negosiasi sebagai berikut:
1. Proses tawar menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan
pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.
2. Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak
yang bersengketa.
Negosiasi berasal dari kata Latin "Negotior" yang arti sederhananya
adalah "melakukan bisnis" yakni menekuni pekerjaan dan berusaha
memenuhi kepentingan yang berarti hampir tak terelakkan untuk
berinteraksi dengan pekerjaan dan berbagai kepentingan orang lain.
Negosiasi tidak akan terlepas dari kegiatan diskusi yang bentuk-
bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Diskusi yang bentuknya negosiasi seharusnya berakhir dengan
kesepakatan yang jelas, gamblang dan tidak diartikan lain.
2. Diskusi yang bentuknya penyelesaian masalah seharusnya berakhir
dengan solusi dan sebuah rencana tindakan apa yang akan
dilaksanakan, siapa pelaksananya, kapan dan di mana.
3. Diskusi yang bentuknya pengumuman berakhir dengan pertanyaan,
untuk mengetahui apakah semua orang sudah paham apa yang
diumumkan.
Negosiasi mempunyai empat elemen kunci yaitu:

1. Peningkatan ketergantungan antara pihak-pihak. Serikat kerja


dengan manajemen perusahaan saling tergantung dalam
66 menentukan/membentuk tugas-tugas dalam perusahaan;

100
2. Memahami konflik antara pihak-pihak. Serikat kerja dengan
manajemen perusahaan tidak sependapat tentang isi kontrak kerja;
3. Kesempatan berinteraksi antara pihak-pihak. Pada beberapa
negosiasi masing-masing pihak melihat adanya kesempatan untuk
saling mempengaruhi satu dengan lainnya;
4. Kemungkinan adanya kesepakatan. Kedua belah pihak
mengharapkan sampai pada puncak kesepakatan mengenai isi
perjanjian.
Pada saat melakukan strategi komunikasi negosiasi, maka perlu
diketahui tahapan-tahapannya, sebagai berikut:
1. Preparation (Persiapan)
Persiapan dimulai jauh-jauh hari sebelum negosiasi dilakukan dengan cara
mencari tahu keadaan mitra negosiasi, kehendak apa yang sesungguhnya
diinginkan oleh mitra kita. Masing-masing pihak memberikan berbagai
informasi, misalnya tentang sejarah, kebiasaan- kebiasaan, sebelum
berinteraksi dan sebelum kesepakatan dibuat oleh masing-masing pihak.
Masing-masing pihak menyatukan anggota- anggotanya untuk
menyamakan keinginan, pengharapan dan pilihan- pilihannya pada
kesepakatan yang baru. Masing-masing pihak juga mempelajari situasi
dari pesaing organisasi. Due Diliguent (penelitian mendalam merupakan
salah satu dari kegiatan persiapan negosiasi).
2. Evaluation of alternatives (Evaluasi berbagai kemungkinan)
Dua belah pihak berusaha mencoba mengidentifikasi tahap tawar menawar
yaitu tahap di mana dua pihak akan memperoleh kesepakatan yang dapat
diterima.
3. Identifying interests (Identifikasi berbagai kepentingan)
Ketentuan yang berlaku bagi negosiator adalah tercapainya kepentingan
yang sesungguhnya, hubungan personal atau organisasional.
4. Making Trade-off and Creating Joint Gains (Membuat pertukaran
dan menciptakan keuntungan bersama)
Penawar memanfaatkan pertukaran untuk memperoleh kepentingannya
dan kepentingan-kepentingan pihak lainnya. Oleh karena itu kalau akan
67
mengadakan negosiasi, kedua belah pihak harus berusaha sejak semula

101
mencapai beberapa keuntungan yang sama-sama dikehendaki.
Keuntungan didapat berupa materi/uang atau keuntungan dalam
hubungan atau relasi. Sehingga bila ada pertikaian akibat adanya perilaku
yang anti sosial, atau tidak jujur dari salah satu pihak, maka tak satu
pihakpun yang merasa menerima nasib lebih buruk daripada sebelum
mereka memulainya, kecuali karena salah duga atau ketidakmampuan
mereka sendiri.

Dalam bernegosiasi terkadang terdapat hambatan-hambatan, antara lain:

1. Rasa takut terhadap penolakan pribadi


Pribadi kita tidak suka meminta sesuatu dan menanggung resiko ditolak
sehingga kehilangan muka, karena kita telah mengatakan "tidak”, hal
tersebut tidak bisa kita terima. Akibatnya lebih suka menyerah saja atau
pura-pura tidak tahu atau buta akan hal tersebut.
2. Rasa takut tidak disukai
Seharusnya hal seperti ini diabaikan saja, sebab sering terjadi para
negosiator dari dua pihak mempunyai hubungan pribadi yang sangat
erat di luar meja perundingan. Masalahnya adalah bagaimana kita
memilih gaya bernegosiasi. Yang penting, harus ada perjuangan
melindungi kepentingan dan dengan menetapkan hari secara cerdas
dan matang. Dari sini akan diperoleh nilai tambah dan rasa hormat yang
tinggi.
3. Perasaan bahwa mencoba menegosiasikan suatu perjanjian yang lebih
baik adalah perbuatan yang tidak baik.
Hambatan disebabkan adanya keengganan menaikkan "suhu" dalam
bernegosiasi karena kita "tidak ingin bertengkar". Padahal ini sah-sah
saja dan kadang-kadang perlu, tetapi tidak berarti harus konfrontasi.
Perasaan bahwa kalau kita terbuka mengenai posisi kita, murah hati,
dan kooperatif, kita akan diperlakukan dengan cara yang sama. Jangan
bersikap demikian sebab akan terlihat lemah dan mudah ditundukkan.
Pada kenyataannya, orang jarang melakukan penawaran pertama
68 dengan baik.

102
4. Rasa takut gagal yang alamiah.
Hindari hambatan dan kesalahpahaman serta milikilah keterampilan
bernegosiasi.
Dalam bernegosiasi terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan, yaitu:
a. A Competitive Strategy
Mengutamakan pencapaian tujuan dirinya dengan mengorbankan
tujuan pihak lain. Kelompok atau individu dapat saja merahasiakan
sesuatu kekuatan, atau menggertak sebagai cara untuk memperoleh
tujuannya dan mengesampingkan tujuan pihak lain.
Tipe: Distributive Bargaining. Kata-kata kunci "I Win, You Lose".
b. A Collaborative Strategy
Menekankan pada pencapaian tujuan kedua belah pihak. Strategi ini
menghendaki adanya komunikasi yang akurat sesuai dengan keinginan
pihak lain. Pendekatan strategi ini lebih kepada pemecahan masalah,
dan mencari solusi untuk mendapatkan kepuasan dari kedua pihak.
Tipe: Integrative Bargaining. Kata-kata kunci: "Apa jalan terbaik
mencapai tujuan dari kedua pihak?"
c. A Subordinating Strategy
Menekankan satu pihak mencapai tujuan setelah pihak lain menghindari
konflik. Individu atau kelompok akan lebih mengutamakan tujuan pihak
lain tercapai daripada pencapaian tujuannya sendiri.
Tipe: Distributive Bargaining. Kata-kata kunci: "You Win, I Lose".
Pilihan pada salah satu strategi mungkin saja, tergantung pada
keinginan untuk mengadakan hubungan di antara pihak-pihak yang
bernegosiasi dan kepentingan substansi dari hasil yang dicapai oleh
pimpinan. Tujuan Negosiasi untuk mencapai perjanjian yang dapat
memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-
elemen bermitra kerja.
Sasaran Negosiasi biasanya adalah:
1. Secondary Stakeholder
yaitu: Mitra kerja atau aliansi seperti LSM/LSOM/Organisasi
profesi/Swasta
69
2. Penentang,

103
yaitu mereka yang menentang segala upaya keberhasilan program
BANGGA KENCANA
Diharapkan PKB dan pihak mitra kerja dapat meningkatkan
kualitas hubungan kemitraan. Sedangkan terhadap pihak penentang,
PKB dapat menyampaikan pesan dengan cara negosiasi dengan
harapan dapat merubah persepsi penentang menjadi mempunyai
pandangan yang sejalan sehingga yang tadinya berdiri sebagai pihak
penentang, akhirnya dapat dirangkul menjadi mitra kerja. Sehingga
pelaksanaan program BANGGA KENCANA dapat semakin berjalan
lancar dan mempercepat pencapaian tujuan

70

104
105
106
BAB V
MEMELIHARA HUBUNGAN
KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN
LINTAS SEKTORAL

PKB di lini lapangan, dalam melaksanakan program BANGGA KENCANA


memang memerlukan hubungan kemitraan agar tujuan program dapat
tercapai sesuai dengan perencanaannya. Jika PKB sudah mengembangkan
hubungan kerjasama/kemitraan, maka sangat perlu memeliharanya agar
hubungan tersebut dapat berlangsung secara berkesinambungan mengingat
bahwa hubungan kemitraan sangat bermanfaat bagi kelangsungan program
BANGGA KENCANA dan program pembangunan lainnya.

A. Menjaga Kepuasan Hubungan Kerjasama Lintas Program dan Lintas


Sektoral
Di dalam pengembangan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
sangatlah perlu menjaga kepuasan hubungan kerjasama/kemitraan. Hal
ini berhubungan dengan semua hal yang telah disepakati bersama, yaitu
mengenai tujuan, siapa berbuat apa, kapan, dimana dan bagaimana cara
pelaksanaannya yang tertuang dalam lembar kesepakatan dan jadwal
pelaksanaan kerjasama. Untuk menjaga kepuasan hubungan kemitraan,
maka masing-masing pihak harus menerapkan prinsip-prinsip hubungan
kemitraan yang merupakan sikap- sikap dasar dalam menjalankan
hubungan kemitraan, yaitu sikap saling memerlukan, memperkuat dan
menguntungkan.
Masing-masing pihak harus bertanggung jawab atas hak dan
kewajiban dalam kesepakatan yang telah ditandatangani bersama. Jika
semua pihak menyadari akan hak dan kewajibannya serta berkomunikasi
dengan baik, bersama-sama melakukan monitoring dan evaluasi (monev)
melalui forum-forum pertemuan maupun melakukan komunikasi dalam
bentuk saling menelepon, mengirim pesan singkat, mengirim e-mail.
Dengan dibangunnya komunikasi yang efektif dan berkesinambungan
serta melaksanakan monev, maka jika ada permasalahan bisa segera
71bersama-sama diatasi, dengan demikian tujuan bersama dapat tercapai

107
sehingga kedua belah pihak merasa puas karena sama-sama mendapat
keuntungan.

B. Jenis-Jenis Pemeliharaan Hubungan Kerjasama Lintas Program dan


Lintas Sektoral
Dalam bekerjasama/bermitra, hendaknya pihak yang terkait tidak
melupakan upaya pemeliharaan hubungan kemitraan yang telah
dikembangkan. Pemeliharaan hubungan kemitraan dimaksudkan untuk
menjaga ketertiban dalam menjalankan tugas masing-masing pihak dan
menjaga keberlangsungan hubungan kemitraan, sehingga tujuan yang
telah disepakati tercapai. Adapun tujuan dari pemeliharaan hubungan
kemitraan antara lain:
1. Memungkinkan tercapainya tujuan kemitraan secara tepat.
2. Memaksimalkan penggunaan potensi yang ada dalam proses
pencapaian tujuan.
3. Memaksimalkan kualitas hasil kerjasama dari hubungan kemitraan.
4. Meminimalkan frekuensi dan jumlah kesalahan yang mungkin timbul
selama proses kerjasama dalam bermitra.
5. Menjaga keberlangsungan hubungan kemitraan.

Setelah mengetahui tujuan pemeliharaan hubungan


kerjasama/kemitraan, maka kita perlu memahami jenis-jenis
pemeliharaan hubungan kerjasama/kemitraan. Adapun jenis-jenis
pemeliharaan hubungan kerjasama/kemitraan adalah sebagai berikut:
1. Prefentive Maintenance
Prefentive Maintenance disebut juga tindakan pencegahan atau
overhaul, yaitu kegitaan pemeliharaan dan perawatan untuk mencegah
timbulnya kesalahan yang tak terduga dan menemukan kondisi atau
keadaan yang menyebabkan kerjasama yang lebih tepat dalam
bermitra. Pemeliharaan prefentif apabila direncanakan dengan baik
dapat mencegah terjadinya kegagalan, sebab apabila terjadi kesalahan
dapat berakibat tertundanya pekerjaan dan tidak tercapainya tujuan.
72
Alternatif dalam Prefentive Maintenance adalah:

108
a. Berdasar waktu, yaitu melakukan pemeliharaan pada periode secara
teratur, misalnya melakukan pertemuan rutin bulanan.
b. Berdasar pekerjaan, yaitu pemeliharaan setelah pekerjaan
terselesaikan perlu adanya pertemuan untuk mereview hasil
pekerjaan.
c. Berdasar kesempatan, yaitu pemeliharaan yang dilakukan apabila
ada kesempatan untuk itu, misalnya pada jam kerja istirahat, atau
hari libur.
Berdasar kondisi terencana, yaitu tergantung pada hasil
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama dalam bermitra,
misalnya pemberian pembekalan awal jika ada personal baru yang
terlibat dalam hubungan kemitraan. Prefentive Maintenance sangat
tepat dilakukan, karena kegiatan tersebut sangat efektif dalam
menghadapi permasalahan atau kesalahan, sehingga bisa segera diatasi
dan dapat menghindari kegagalan dalam pencapaian tujuan hubungan
kemitraan.
2. Corrective Maintenance/Break Down Maintenance
Corrective Maintenance disebut juga break down maintenance, yaitu
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam
proses pelaksanaan kemitraan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
dari kemitraan.
Jenis pemeliharaan ini biasanya dihindari, karena jika sudah
terjadi kesalahan proses kerjasama dalam bermitra, terlebih terjadi
kegagalan dalam pencapaian tujuan, maka kedua belah pihak akan
membutuhkan tenaga, pikiran, waktu dan biaya yang lebih banyak dan
mahal.

C. Nilai Pemeliharaan Hubungan Kerjasama Lintas Program


dan Lintas Sektoral
Nilai pemeliharaan hubungan kemitraan merupakan nilai yang
diciptakan oleh semua pihak yang bermitra pada saat sekarang untuk
mencapai nilai yang diharapkan akan didapat dimasa yang akan datang.
73
Nilai pemeliharaan hubungan kemitraan berupa:

109
1. Mutual Trust
Kedua belah pihak dalam bermitra harus menumbuhkan rasa
saling percaya satu sama lainnya sehingga menciptakan situasi
yang kondusif dalam melaksanakan kerjasama sehingga tercapai
tujuan bersama.
2. Mutual Respect
Kedua belah pihak dalam bermitra harus menciptakan rasa saling
hormat menghormati dalam melaksanakan kerjasama, menerima
kekuatan dan kelemahan mitra kerja sehingga saling memperkuat
satu sama lain.
3. Mutual Benefit
Kedua belah pihak dapat merasakan keuntungan baik berupa:
1. Eksistensi, pengakuan keberadaan semua pihak dalam
bermitra dari para mitra kerja dan masyarakat terhadap
dedikasi kerjasama yang berhasil mencapai tujuan.
2. Peningkatan kompetensi karena saling belajar dan bertukar
pengalaman.
3. Semua pihak yang bermitra dapat mencapai tujuan bersama
dan tujuan internal program masing-masing yang bermitra.
4. Kemitraan yang berkelanjutan, dengan tercapainya tujuan
bersama dan terdapat kepuasan masing-masing pihak serta
kepuasan masyarakat, maka kemitraan dapat berulang atau
berlanjut pada program pembangunan berikutnya.

Menurut The Partnership for Governance Reform in Indonesia, dalam upaya


memelihara hubungan kemitraan, maka pihak yang bermitra dalam
pelaksanaannya dipandu oleh nilai-nilai utama sebagai berikut:
1. Integritas: menjadi mandiri, tidak memihak dan jujur.
2. Menaruh rasa hormat: memperlakukan semua orang dengan sopan,
bermartabat dan hormat.
3. Kepemimpinan: menjadi contoh dan mempromosikan keadilan,
74 kesetaraan, kejelasan, inovasi dan konsistensi dan menjadi agen

110
perubahan dan keunggulan.
4. Pemberdayaan: memberikan dukungan teknis dan dana untuk
mendorong implementasi program kerja yang baik secara terus menerus.
5. Pembelajaran terus menerus.
6. Kerjasama: menggunakan kerjasama, empati dan itikad baik dalam
semua program kerja.
7. Kesetaraan: mempromosikan kesetaraan, pelibatan dan akses bagi semua,
tanpa melihat faktor seperti ukuran organisasi, gender, kemampuan fisik
atau mental, ras, kemampuan, asal etnis atau kewarganegaraan, agama
dan dialek dalam bidang-bidang prioritas yang dipilih.
8. Kerja Tim: menggabungkan keberagaman pengalaman dan keahlian SDM
yang memiliki tujuan dan komitmen yang sama untuk sukses.
9. Profesionalisme: memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik secara
konsisten melalui pendekatan pelayanan berorientasi pada penerima
manfaat atau mitra yang berkepentingan.

D. Dinamika Pemeliharaan Hubungan Kemitraan


Dalam menjalin suatu hubungan kemitraan tidak hanya cukup bisa
merangkul dan menggandeng saja, tetapi perlu adanya pemeliharaan dan
optimalisasi hubungan kemitraan dengan cara:
1. Penguatan misi dalam kemitraan
2. Pentingnya tindak lanjut MoU kemitraan sampai di tingkat Daerah
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas program kemitraan
4. Pengembangan sumber daya
5. Peningkatan kualitas manajemen program
Dinamika yang harus dipahami oleh semua pihak yang menjalin
hubungan kemitraan dapat dilihat dari tahapan:
1. Persiapan
Pemeliharaan hubungan kemitraan sudah harus dimulai pada tahap
persiapan. Dalam persiapan perlu adanya persamaan persepsi semua
pihak yang bermitra dalam hal tujuan kerjasama. Demikian pula harus
saling memahami kekuatan dan kelemahan sehingga dapat
75 mengoptimalkan kekuatan untuk mencapai tujuan. Masing-masing

111
pihak hendaknya saling terbuka dan saling menghormati untuk
mencapai kesepakatan kerjasama
2. Pelaksanaan kegiatan
Pemeliharaan hubungan kemitraan dalam pelaksanaan kegiatan
kemitraan, semua pihak yang bermitra haruslah dapat berkomunikasi
efektif melalui forum rapat resmi maupun bentuk komunikasi yang lain
misalnya saling menelepon, sms dan email. Sehingga dengan
membangun komunikasi yang efektif, masing-masing pihak dapat saling
mengingatkan sehingga hubungan kemitraan terpelihara kemitraan
yang telah dikembangkan pada program pembangunan selanjutnya

76

112
113
114
BAB VI
PRAKTIK PENGEMBANGAN HUBUNGAN
KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS
SEKTORAL

A. Tipe Hubungan Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral


Dalam pengembangan hubungan kerjasama/kemitraan, menurut
Levingen & Mulroy (2004) terdapat tipe-tipe hubungan kemitraan, antara
lain:
1. Potential Partnership
Pada tipe hubungan kemitraan Potential Partnership, pelaku
kemitraan sudah saling peduli, namun belum terjadi kerjasama.
2. Nascent Partnership
Pada tipe hubungan kemitraan Nascent Partnership, pelaku
kemitraan adalah rekan kerja, sudah bermitra kerja, namun
efisiensi kemitraan belum maksimal.
3. Complimentary Partnership
Pada tipe hubungan kemitraan Complimentary Partnership, mitra
kerja mendapat kemungkinan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas.
4. Synergistic Partnership
Pada tipe Synergistic Partnership, memberikan mitra keuntungan
dan pengaruh dengan masalah pengembangan sistemik melalui
penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan
penelitian.

B. Hambatan Hubungan Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral


Hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan hubungan
kerjasama/kemitraan, antara lain:
1. Kurangnya kesepakatan.
2. Kurangnya saling menghargai.
3. Tidak konsisten.
4. Kurang komunikasi.

77 5. Kurang jelasnya pembagian tugas.


6. Lamban dalam mengambil keputusan.

115
7. Sering terjadi pergantian personal.
C. Mengatasi Hambatan Hubungan Kemitraan
Untuk mengatasi hambatan hubungan kerjasama/kemitraan
hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menuangkan kesepakatan dalam lembar kesepakatan yang berisi hak
dan kewajiban masing-masing pihak serta ditandatangani bersama
diatas materai. Masing-masing pihak saling mengingatkan secara terus
menerus.
2. Semua pihak menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing,
sehingga bisa saling melengkapi. Kedua belah pihak mengembangkan
komunikasi yang efektif.
3. Sebaiknya membuat jadwal kerja sesuai dengan siapa mengerjakan apa,
dimana, bagaimana dan kapan terlaksana, biasanya dituangkan dalam
matriks jadwal mingguan selama setahun anggaran.
4. Selalu menjaga komunikasi dengan menjadwalkan rapat konsolidasi
atau meningkatkan frekuensi pertemuan melalui forum-forum
komunikasi.
5. Diawal kesepakatan hendaknya sudah dibagi tugas sesuai dengan
kemampuan masing-masing pihak yang bermitra yang dituang dalam
panduan pelaksanaan.
6. Masing-masing pihak yang bermitra harus selalu mempunyai persepsi
yang sama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.
7. Selalu menjaga kesinambungan pekerjaan, meskipun berganti orang/
personal dalam hubungan kemitraan, namun pekerjaan yang
disepakatilah yang menjadi dasar untuk mencapai tujuan. Untuk orang/
personal yang baru hendaknya diberikan pembekalan ulang.

D. Praktik Pengembangan Hubungan Kemitraan


Dalam pengembangan hubungan kemitraan perlu diketahui tahapan-
tahapannya, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat Perencanaan
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan program KB yang dapat dipadukan
78 dengan kegiatan pembangunan lainnya.

116
b. Menentukan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat yang akan
diajak bermitra kerja dalam penyelenggaraan program BANGGA
KENCANA.
c. Menghubungi personal dalam instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk menjelaskan maksud dan tujuan mengembangkan
hubungan kemitraan.
d. Menyatukan pendapat untuk menggalang komitmen bermitra kerja
yang meliputi bentuk kegiatan, tim yang terlibat, pembiayaan, jadwal,
sarana dan fasilitas lain yang diperlukan.
2. Melaksanakan kegiatan
Pelaksanaan kemitraan dalam suatu kegiatan hendaknya dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan tersebut biasanya
merupakan hasil dari Murenbangdes yang dituangkan pada matriks
penjabaran jadwal kegiatan selama kurun waktu satu tahun.
3. Melakukan Evaluasi
Setelah kegiatan berlangsung, selanjutnya dilakukan evaluasi bersama-
sama tim yang sudah dibentuk, evaluasi meliputi:
a. Input
Evaluasi input diukur dari dukungan jumlah dana yang dipakai,
jumlah sarana yang digunakan, tenaga yang terlibat dan ketepatan
metode/ cara yang sudah disepakati sebelumnya.
b. Proses
Evaluasi proses secara langsung diukur dari keterlibatan langsung
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan
program BANGGA KENCANA. Sedangkan secara tidak langsung dapat
diukur dari dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
perencanaan sampai dengan pelaksanaan kehgiatan sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat.
c. Output
Evaluasi output diukur dengan cara membandingkan antara sasaran
yang telah dicapai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Setelah
mengetahui tahapan pengembang hubungan kerjasama/kemitraan,
79
maka kelas akan dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing

117
kelompok diberikan kesempatan mendiskusikan bagaimana
melaksanakan pengembangan hubungan kemitraan di wilayah
binaannya. Kemudian menyusun tahapan dan skenario simulasi,
dilanjutkan dengan melakukan simulasi didepan kelas.
Contoh:
Simulasi kegiatan sebelum, saat dan sesudah Musrenbangdes di desa
Sukasari. Dengan susunan pemeran: PKB, Kepala Desa, Kepala
Puskesmas, Bidan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, PKK, dan Kader.
PKB harus mempunyai strategi untuk mengatasi hambatan-hambatan
yang terjadi dan terus mengembangkan hubungan kemitraan yang
sedang dijalin mulai dari membuat perencanaan, melaksanakan
kegiatan dan melakukan evaluasi.

80

118
119
120
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerjasama lintas program dan lintas sektoral atau kemitraan berarti
melakukan hubungan jalinan kerjasama yang menunjukkan persamaan
hak dan tanggung jawab. Integrasi program BANGGA KENCANA dengan
program pembangunan lainnya yang didasarkan pada kesetaraan, saling
menguntungkan, tulus dan saling menghargai diantara pihak pengelola
program BANGGA KENCANA dengan pihak lainnya untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati.
Kemitraan (partnership) dapat dilakukan dengan berbagai pihak, bisa
dengan pemerintah, perusahaan, dan dengan organisasi-organisasi yang
sejenis. Pola kemitraan dapat dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk
bidang pendidikan, KB dan bidang program pembangunan lainnya. Konsep
kemitraan bertujuan mewujudkan kemampuan dan peranan semua
elemen secara optimal dalam mewujudkan program.
PKB merupakan perpanjangan tangan dari institusi pengelola
program BANGGA KENCANA Kabupaten/Kota yang memegang peranan
penting dalam keberhasilan program BANGGA KENCANA di
Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PKB harus
melibatkan semua unsur yang terkait di wilayah kerjanya seperti unsur
pemerintah, swasta dan masyarakat setempat. PKB harus mempunyai
sikap-sikap dasar untuk membangun hubungan kemitraan yaitu sikap
saling memerlukan, sikap saling memperkuat dan sikap saling
menguntungkan. Untuk memperkuat dan mendukung hubungan
kemitraan dengan pihak lain, kedua belah pihak harus mempunyai sikap
saling berpartisipasi, saling menghormati, saling mempercayai, saling
memberikan kejujuran dan keterbukaan, saling berorientasi pada tujuan
bersama, serta saling membantu. Sedangkan dalam bermitra dengan pihak
lain sikap yang harus dihindarkan karena sikap ini tidak mendukung
hubungan kemitraan yaitu apatis, meremehkan, mencurigai, tidak jujur dan
tertutup, mengabaikan tujuan bersama, serta mementingkan diri sendiri
(egois).
81
Keberhasilan komunikasi tergantung pada proses komunikasi yang

121
jelas dan terfokus, sumber daya manusia, sarana dan dana yang dimiliki
pihak yang bermitra kerja, serta pemilihan strategi komunikasi yang tepat.
Jenis strategi komunikasi yang bisa digunakan dalam pengembangan
hubungan kemitraan antara lain lobi, presentasi, negosiasi, dialog, dan
lain-lain.

Untuk menjaga kepuasan hubungan kemitraan, maka masing-


masing pihak harus menerapkan prinsip-prinsip hubungan kemitraan yang
merupakan sikap-sikap dasar dalam menjalankan hubungan kemitraan,
yaitu sikap saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Dengan
komunikasi yang efektif dan berkesinambungan, melaksanakan
monitoring evaluasi, maka jika ada permasalahan bisa segera bersama-
sama diatasi, dengan demikian tujuan bersama dapat tercapai sehingga
kedua belah pihak merasa puas karena sama-sama mendapat
keuntungan.

Pemeliharaan dan optimalisasi hubungan kemitraan tetap harus


dijaga antara lain dengan cara: penguatan misi dalam kemitraan,
pentingnya tindak lanjut MoU kemitraan sampai di tingkat daerah,
peningkatan kualitas dan kuantitas program kemitraan, pengembangan
sumber daya serta peningkatan kualitas manajemen program. Nilai
pemeliharaan hubungan kemitraan berupa Mutual Trust, Mutual
Respect, Mutual Benefit harus tetap dijunjung tinggi.
Dalam hubungan kemitraan tak jarang juga ada hambatan-
hambatan baik bersifat eksternal dan internal yang mempengaruhi
hubungan kemitraan menjadi tidak efektif seperti kurangnya kesepakatan,
kurangnya saling menghargai, tidak konsisten, kurang komunikasi, kurang
jelasnya pembagian tugas, lamban dalam mengambil keputusan dan sering
terjadi pergantian personal. Sebagai PKB harus mempunyai strategi untuk
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dan terus mengembangkan
hubungan kemitraan yang sedang dijalin mulai dari membuat

82 perencanaan, melaksanakan kegiatan dan melakukan evaluasi.

122
DAFTAR PUSTAKA

Hensi Margaretta MBA. Handout Pola-Pola Kemitraan dalam Bisnis.


Pembiayaan UKM. STI MDP

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

Sambutan Kepala BKKBN pada Pembukaan Rapat Koordinasi


Nasional Kemitraan Porgram BANGGA KENCANA. Jakarta.
BKKBN. 2014

Dr. Syahrir Husin Lubis dan Kartono Donousodo, SH. M.Pd.


Koordinasi dan Kemitraan. Jakarta. BKKBN. 2008

Sondang Ratna Utari. Modul Teknik Lobi, Presentasi, Negosiasi,


Dialog. Jakarta. BKKBN. 2013

S o n d a n g Ratna Utari dan Retnoningsih Suharno. Modul


Advokasi, KIE/Penyuluhan. Diklat Fungsional Dasar Bidang
BANGGA KENCANA bagi PKB. Jakarta. BKKBN. 2014

Sondang R a t n a Utari dan Retnoningsih Suharno. Modul Advokasi


dan KIE. Diklat Teknis Kependudukan dan KB Penyegaran bagi
PKB/PLKB. Jakarta. BKKBN. 2014

Sondang Ratna Utari dan Retnoningsih Suharno. Modul Advokasi dan


KIE. Diklat Fungsional Penjenjangan PKB dari Terampil ke Ahli.
Jakarta. BKKBN. 2014

Tim Penulis LAN RI. Negosiasi, Kolaborasi dan Jejaring Kerja.


Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2008

Undang Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

Wiwik Dwi Pratiwi. http://www.ar.itb.ac.id.wdp/. Handout Kemitraan


dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata
Budaya. Diunduh tanggal 2 Maret 2015

www.kemitraan.or.id. The Partnership for Governance Reform in


Indonesia.

83

123
124
125
126
127
128
BAB I
PENDAHULUAN

kegiatan analisis program merupakan salah satu bagian integral dari


manajemen pengelolaan Program Bangga Kencana, kegiatan analisis program
diharapkan dapat menyajikan informasi secara cepat, tepat, dan akurat
sesuai dengan tuntutan perkembangan program. Kegiatan analisis program
memerlukan data dan informasi individu dan keluarga yang bersumber pada
data internal dan external yaitu hasil-hasil survei terkait. Data internal
dikelola dalam suatu Sistem Informasi Keluarga (SIGA), sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Sementara itu data external
dapat bersumber pada hasil-hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), dan
survei-survei lain terkait program Bangga Kencana..

Setelah Data dan informasi diperoleh, maka data yang ada tersebut perlu
di analisis dan diberikan pemaknaan setelah itu dapat dimanfaatkan sebagai
dasar penetapan prioritas dan sasaran program Bangga Kencana yang
dilaksanakan di suatu daerah, serta disebarluaskan kepada berbagai pihak
baik akademisi, praktisi maupun masyarakat luas melalui berbagai forum
dan media cetak, elektronik maupun daring. Hasil analisis, pemanfaatan
serta penyebarluasan data tersebut dapat digunakan oleh berbagai lintas
sektor sebagai dasar pemberian dukungan dan pelayanan kepada mayarakat
sehingga hasil akhirnya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat.

85

129
130
131
132
BAB II
KONSEP DASAR ANALISIS DATA DAN INFORMASI

Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara
keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu
pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Selanjutnya
dilakukan reduksi data yang dilaksanakan dengan cara membuat sebuah
abstraksi dan setelah itu menyusunnya ke dalam satuan-satuan. Dari
satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan. Kategori tersebut
dilakukan sambil membuat koding dan tahap terakhir dari analisis data yaitu
mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data. Apabila tahapan tersebut
telah selesai maka dilanjutkan tahap penafsiran data untuk menjadikannya
teori substansi dengan menggunakan metode-metode tertentu.
1. Pengertian
Pengertian analisis data adalah kegiatan mengkategorikan data untuk
mendapatkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna,
serta menyampaikan atau melaporkannya kepada pihak lain yang
berminat atau berkepentingan. Pada dasarnya data yang digunakan
untuk melakukan analisis data disini adalah data yang bersumber dari
pendataan keluarga, hasil pencatatan dan pelaporan Bangga Kencana,
dan hasil-hasil survei.
2. Tujuan
Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data
agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan.
Suatu kesimpulan dari analisis data dan informasi didapatkan dari
sampel yang umumnya dibuat berdasarkan pengujian hipotesis atau
dugaan, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus
digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang
harus segera diperbaiki.
Dalam kaitannya dengan program Bangga Kencana, analisis data
yang dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran secara tepat dan
menyeluruh keadaan di lapangan sampai ke tingkat keluarga tentang
hasil pelaksanaan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan
86

133
keluarga berencana, yang dapat digunakan untuk kepentingan
operasional langsung di lapangan, terutama di Kampung KB.
3. Ruang lingkup
1. Sasaran
Sasaran analisis data meliputi seluruh pelaksanaan kegiatan program
Bangga Kencana (pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga
berencana), yang bersumber pada hasil dari pendataan keluarga, pencatatan
dan pelaporan, serta hasil-hasil survei lainnya.
2. Jangkauan
Jangkauan analisis data dan informasi mencakup pelaksanaan operasional
dari program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga
berencana di lini lapangan.

4. Definisi Informasi
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. Sumber informasi adalah
data. Data kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah kejadian yang terjadi
pada saat tertentu.
1) Siklus Informasi
Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, kemudian
penerima menerima informasi tersebut, yang berarti menghasilkan
keputusan dan melakukan tindakan yang lain akan membuat sejumlah
data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses
kembali lewat suatu model dan seterunya yang disebut dengan siklus
informasi (information cycle). Siklus ini juga disebut dengan siklus
pengolahan data (data processing cycles).

87

134
Gambar 1. Siklus Informasi

2) Kualitas informasi terdiri atas 3 hal yaitu:


a. Informasi harus akurat (accurate)
Informasi harus akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-
kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.
b. Tepat pada waktunya (time lines)
Tepat pada waktunya berarti informasi yang datang pada pemerima
tidak boleh terlambat. informasi yang sudah usang tidak akan
mempunyai nilai lagi.
c. Relevan (relevance)
Relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan
yang lainnya berbeda.
3) Nilai Informasi (value of information)
Nilai informasi ditentukan oleh dua hal yaitu manfaat dan biaya
mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan lebih bernilai jika
manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.
4) Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung
operasi, bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi
dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang

88dibutuhkan.

135
5) Konsep Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan
istilah blok bangunan (building block) yaitu :
a. Blok masukkan (input block)
Input disini termasuk metode-metode dan media yang digunakan
untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa
dokumen dasar.
b. Blok model (model block)
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan metode
matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang
tersimpan di basis data dengan cara yang sudah tertentu untuk
menghasilkan keluaran yang sudah diinginkan.
c. Blok keluaran (output block)
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan
informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk
semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
d. Blok teknologi (technology block)
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model,
menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan
keluaran dan membantu pengendalian diri secara keseluruhan.
Unsur utama teknologi yaitu: Teknisi (human ware atau brain ware),
perangkat lunak (software) dan Perangkat keras (hardware)
e. Blok basis data (database block)
Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
f. Blok kendali (control block)
Banyak faktor yang dapat merusak sistem informasi, misalnya
bencana alam, api, temperatur tinggi, air, debu, kecurangan-
kecurangan, kejanggalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan
ketidakefisienan, sabotase dan sebagainya. Beberapa pengendalian
89 perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal

136
yang dapat merusak sistem dapat dicegah atau bila terlanjur terjadi
kesalahan dapat langsung diatasi.

Gambar 2. Blok Sistem Informasi

Dari konsep informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa data-data Bangga


Kencana dapat diolah menjadi sebuah informasi yang memberikan nilai
manfaat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
data tersebut.

90

137
138
139
140
BAB III
TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat
untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan
penelitian.
A. Tahapan Persiapan Data
Tahap persiapan data sebelum melakukan analisis data, yaitu:
1. Pengeditan (Editing)
Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang
diperlukan terhadap data untuk memudahkan proses pemberian kode
dan pemrosesan data dengan teknik statistik. Data yang dikumpulkan
melalui survei atau observasi perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan
dalam proses pencatatan, pengisian kuesioner yang tidak lengkap atau
tidak konsisten. Tujuan pengeditan data adalah untuk menjamin
kelengkapan, konsistensi dan kesiapan untuk proses analisis. Proses
pengeditan dapat dilakukan di lapangan (field editing) oleh peniliti,
pengumpul data atau staf yang bertindak sebagai supervisor sesaat
setelah melakukan pengecekan terhadap isian kuisioner. Pengeditan
dapat juga dilakukan di tempat peneliti (In- House editing) setelah
beberapa atau semua data terkumpul, karena field editing sulit
dilakukan jika peneliti menggunakan teknik pengiriman kuisioner
melalui pos.prosedur pengeditan akan memudahkan proses pemberian
kode dan data entry.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data
penelitian ke dalam skor numerik atau karakter symbol. Proses ini
diperlukan terutama untuk data penelitian yang dapat diklasifikasi,
misal: jawaban dari tipe pertanyaan tertutup (closed-ended question)
yang tidak memberikan alternative kepada responden selain pilihan
jawaban yang tersedia. Pemberian kode pada jawaban dari tipe
pertanyaan terbuka (open-ended question) relative lebih sulit karena
91 memerlukan judgement dari pemberi kode dalam mengintepretasikan

141
jawaban responden. Tujuan pemberian kode pada tipe pertanyaan
terbuka adalah untuk mengurangi variasi jawaban responden menjadi
beberapa kategori umum sehingga dapat diberi skor numerik atau
symbol. Teknis pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau setelah
pengisian kuesioner. Proses pemberian kode akan memudahkan dan
mengingkatkan efisiensi proses data entry ke dalam computer.
3. Tahap tabulasi
Yaitu penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tujuan tabulasi adalah
agar data mudah disusun, dijumlah, ditata untuk disajikan serta
dilakukan analisis. Tabulasi data dapat dilakukan dengan metoda
tally, kartu, atau menggunakan komputer. Dengan menyajikan data
dalam bentuk tabel, kita akan lebih mudah membaca data, misalnya
dengan melihat nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan lain
sebagainya. Dari tabel tersebut juga dapat dibuat grafiknya sehingga
data tersaji secara visual dan lebih komprehensif, sehingga sudut
pandang menjadi lebih luas.
4. Tahap Pengujian Data
Yaitu proses pengujian kualitas data, baik dari sisi validitas dan
realibilitas instrumen dari pengumpulan data.
5. Tahap Mendeskripsikan Data
Yaitu proses membuat deskripsi data dengan menyajikannya dalam
bentuk tabel frekuensi atau diagram dengan beragam ukuran tendensi
sentral maupun ukuran dispersi. Tujuannya adalah agar memahami
karakteristik data sampel dari suatu penelitian.
6. Tahap Pengujian Hipotesis
Yaitu proses pengujian terhadap proposisi apakah bisa diterima atau
ditolak, apakah memiliki makna atau tidak. Berdasarkan tahap inilah
nantinya akan dibuat kesimpulan atau keputusan. Tahap tabulasi,
yaitu melakukan kegiatan mencatat ataupun entri data ke dalam tabel-
tabel induk dalam penelitian
7. Pemrosesan Data (Data Processing)
Banyak peneliti saat ini yang melakukan analisis data dengan bantuan
92 teknologi computer. Beberapa paket aplikasi statistic yang dapat

142
digunakan untuk analisi data dengan computer, antara lain : SPSS,
SAS, Stat-Easy dan Minitab. Diantara program aplikasi tersebut yang
sering digunakan dlam penelitian bisnis adalah Statisical Package for
the Social Sciences (SPSS) dan Statistical Analysis System (SAS). Proses
analisis data dengan menggunakan computer, tentu saja, relative lebih
cepat dan hasilnya lebih akurat.

B. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data secara umum dibagi menjadi dua ragam jenisnya,
yakni teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Masing-masing jenis
teknik analisis data tentu punya kelebihan dan kekurangan, yaitu
sebagai berikut:
1. Analisis Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif yaitu analisis yang menggunakan model-model,
seperti model matematika (misalnya fungsi multivariat), model
statistik, dan ekonometrik. Hasil analisis disajikan dalam bentuk
angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diintrespretasikan dalam
suatu uraian. Kegiatan analisis data kuantitatif meliputi.
a) mengelompokkan data berdasarkan variabel dari jenis responden,
b) mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
c) menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
d) melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
e) melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

Teknik analisis data dalam analisis kuantitatif menggunakan statistik.


Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam
penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.

a. Teknik Analisis Data Secara Deskriptif


Teknik analisis data secara deskriptif adalah analisis yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

93 atau generalisasi.

143
Dalam analisis deskriptif juga dapat dilakukan untuk mencari kuatnya
hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi
dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan
membandingkan rata-rata data sample atau populasi. Secara teknis
dapat diketahui bahwa dalam analisis deskriptif tidak ada uji
signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak
bermaksud membuat generalisasi. Analisis deskriptif terdiri dari mean,
median, modus, simpangan baku dan varian. Terdapat empat data
yang digunakan yaitu data nominal, data ordinal, data interval dan
data rasio.

b. Teknik Analisis Data Secara Inferensial


Pengertian analisis data secara inferensial adalah teknik analisis data
dengan menggunakan statistik dengan cara membuat kesimpulan yang
berlaku secara umum. Analisis inferensial menggunakan rumus
statistik tertentu. Hasil perhitungan rumus tersebut akan menjadi
dasar dalam generalisasi yang sampel bagi populasi. Dengan kata lain,
analisis inferensial ini berfungsi membuat generalisasi hasil suatu
penelitian sampel untuk populasi.
Tujuan utama dari penggunaan statistik inferensial adalah untuk
menduga nilai populasi. Secara umum, statistik inferensia yang sering
digunakan adalah analisis Regresi. Analisis regresi digunakan untuk
memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Dengan menggunakan analisis ini, kita bisa menentukan
variabel mana saja yang memiliki pengaruh siginifikan dalam sebuah
penelitian.
a. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan pengujian statistik dimana kita ingin mengetahui
kebenaran dari sebuah asumsi atau pendapat yang biasa terjadi di
masyarakt. Biasanya, uji ini digunakan untuk mengetahui tentang
kebenaran sebuah klaim yang beredar di masyarakat. Uji hipotesis juga
membantu kita dalam membuktikan apakah pendapat atau hal yang kita
percayai benar atau salah.
94

144
Contoh: kita sering mendengar asumsi bahwa akseptor wanita cenderung
menentukan pilihan kontrasepsi yang lebih tinggi dari pada laki-laki.
Benarkah demikian? Untuk membuktikan hal tersebut, anda bisa
mengambil sebagian sampel yang representatif dan melakukan analisis
terhadap pemilihan kontrasepsi dari sampel yang diambil tersebut.
Dengan menggunakan uji hipotesis, anda bisa mengambil kesimpulan
bagaimana kondisi yang sebenarnya.
b. Confidence Interval
Confidence interval atau tingkat kepercayaan atau rentang kepercayaan
merupakan pengujian statistik yang digunakan untuk mengestimasi
populasi dengan menggunakan sampel. Saat menggunakan confidence
interval, kita akan menemukan batas atas dan batas bawah dari sebuah
uji statistik yang kita yakini di dalamnya terdapat nilai populasi yang kita
estimasi. Ketika kita menggunakan confidence interval 95 persen, artinya
kita mempercayai bahwa statistik uji yang kita gunakan berada dalam
rentang nilai yang sudah kita dapatkan dengan berdasarkan fomula.
Contoh: Sebagai contoh, kita ingin melakukan estimasi berapa rata-rata
pengeluaran setiap orang di kota X. Karena itu, dilakukanlah penelitian
dengan mengambil sejumlah sampel. Hasil dari penelitian ini tentunya
bervariasi.
Karena itu, kita harus menentukan rentang perkiraan berapa nilai
pengeluaran setiap orang yang sebenarnya. Harapannya, tentu nilai rata-
rata yang sebenarnya akan jatuh pada rentang nilai yang sudah kita
hitung sebelumnya.
➢ Prosedur penggunaan statistik inferensial
a. Tentukan data populasi yang ingin kita teliti
b. Tentukan jumlah sampel yang representatif terhadap
populasi tersebut
c. Pilih analisis yang cocok dengan tujuan dan jenis data yang
kita miliki
d. Buat kesimpulan atas hasil analisis tersebut
c. Perbedaan statistik inferensial dan statistik deskriptif
Statistik inferensial dan statistik deskriptif memiliki perbedaan yang
sangat mendasar dalam proses analisisnya. Secara umum, kedua jenis
95 statistik ini pun memiliki tujuan yang berbeda.

145
1) Statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
data, tidak bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan pada
tingkat populasi. Karena itu, kita tidak bisa menggunakan apapun
alat analisis yang ada pada analisis deskriptif untuk menyimpulkan
data secara keseluruhan. Sedangkan statistik inferensia bertujuan
untuk mengambil kesimpulan untuk populasi dengan menganalisis
sampel, dan dapat memberikan analisis yang mendalam.
2) Statistik deskriptif biasanya hanya disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik. Statistik uji yang digunakan pun terbilang sederhana
seperti rata-rata, varians, dan lain-lain. Sedangkan statistik
inferensial, statistik yang digunakan sudah tergolong sangat rumit.
Tidak semua orang mampu menggunakan statistik inferensial
sehingga dibutuhkan keseriusan dan pembelajaran khusus
sebelum menggunakannya.

2. Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif adalah proses secara sistematis mencari dan
mengolah berbagai data yang bersumber dari wawancara, pengamatan
lapangan, dan kajian dokumen (pustaka) untuk menghasilkan suatu
laporan temuan penelitian. Analisis data pada penelitian kualitatif
merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
a. Tujuan Analisa Data Kualitatif
1) Menemukan makna, bagaimana seseorang memberikan makna
atas sesuatu, baik berupa aktivitas, konsep, pernyataan, atau
yang lain.
2) Menguraikan dan menjelaskan konteks yang melingkupi suatu
kondisi atau peristiwa, untuk menjelaskan bahwa suatu
tindakan itu tidak bisa dipisahkan dari kondisi lingkungan yang
96 ada.

146
3) Menguraikan atau menggambarkan bagaimana suatu proses
terjadi atau berlangsung, tindakan apa yang terjadi, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
4) Menjelaskan alasan atau rasional, mengapa seseorang
melakukan sesuatu tindakan dengan cara tertentu.
5) Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelahnya.
6) Mrndapatkan data yang kredibel, aktivitas analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus hingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis
data meliputi data reduction, data display, dan conclusion
drawing/ verification.

b. Teknik Analisis Kualitatif


1) Teknik Analisis Konten (Isi)
Analisis Konten/Isi (content analysis) adalah penelitian yang
bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi
tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis isi dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi.
Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua
bahan-bahan dokumentasi yang lain. Analisis konten tidak
dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial, dan.analisis
konten dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut:
a) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan
yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman,
naskah/ manuscript).
b) Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang
menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap
data tersebut.
c) Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan-
bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian
dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
97

147
2) Desain Analisis Konten
Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi.
Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara
melakukan perbandingan.
Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa
pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B)
terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap,
motif, dan masalah pada sumber B.
Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima
B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat
dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap
penerima (with what effect)?
3) Tahapan Proses Penelitian Analisis Isi
1) Penetapan desain atau model..
2) Pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri.
3) Pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang
dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-
mengait dengan faktor-faktor lain.
4) Dasar-dasar Rancangan Penelitian Analisis Konten
Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan
pelaksanaan studi analisis konten terdiri atas 6 tahapan
langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan
hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber
data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang
dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel
dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5)
pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk
pengumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang
diperoleh. Urutan langkah tersebut harus tertib, tidak boleh
dilompati atau dibalik.
3. Analisis Naratif
Penelitian naratif adalah studi tentang cerita. Dalam beberapa hal

98 cerita dapat muncul sebagai catatan sejarah, sebagai novel fiksi,

148
seperti dongeng, sebagai autobiographies, dan genre lainnya. Unsur
pokok yang ada disetiap bentuk naratif dalam sastra adalah plot (alur
erita), yang meliputi beginng (awal), middel (tenggah) dan ending
(akhir). Bagian awal yang memperkenalkan tokoh-tokoh, serta tempat
dan waktu terjadinya peristiwa, bagian tengah adalah perkembagan
lebih lanjut konflik awal sampai ke puncak konflik yaitu klimaks,
bagian akhir ditandai dengan penyelesaian konflik (resolution).
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat
laporan naratif dari cerita individu. Penelitian ini berfokus pada
gambar mikroanalitik (cerita individu) daripada gambar yang lebih
luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau teori-
teori umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.
1) Jenis-Jenis Penelitian Naratif
Terdapat perbedaan antara analisis narasi dan naratif, yatitu:
a) Analisi narasi, adalah sebuah paradigma dengan cara berpikir
untuk membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau
taksonomi jenis.
b) Analisis naratif adalah sebuah paradigma dengan
mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian
menyusunya menjadi cerita dengan menggunakan alur cerita.
Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah
untukmenekankan berbagai bentuk yang ditemukan pada praktek
penelitian naratif. Misalnya: sebuh autobiografi, biografi, dokumen
pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi,
otoetnografi.
2) Karakteristik Penelitian Naratif
Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam penelitian
naratif adalah terdapat tujuh karakteristik utama penelitian naratif
yaitu:
1) Pengalaman individu.
2) Kronologi pengalaman.
3) Pengumpulan cerita
99 4) Restorying

149
Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita,
menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot
dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk
menempatkannya dalam urutan kronologis.
5) Coding tema.
6) Konteks atau latar.
7) Kolaborasi.
4. Analisis wacana
Analisis wacana adalah sebuah kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan terhadap para pengguna sebagai suatu
elemen masyarakat.
1) Manfaat Analisis wacana yaitu untuk memahami suatu bahasa
yang tentu bermanfaat dalam proses belajar bahasa dan perilaku
berbahasa serta meningkatkan pemerolehan kompetensi
komunikatif.
2) Jenis-Jenis Analisis Wacana
analisis wacana dalam kajian komunikasi terbagi menjadi 4 jenis,
yakni:
a) Wacana Respresentasi, Wacana Respresentasi (discourse of
representation) adalah jenis wacana ini bersifat positivistik
modernisme. Peneliti terpisah dari objek yang diteliti dan
mempersepsi objek serta membuat representasi realitas dalam
bentuk pengungkapan bahasa dan tidak bersifat kritikal.
b) Wacana pemahaman atau wacana interpretif (discourse of
postmodernism) adalah jenis wacana ini bersifat interpretive
modernism. Antara peneliti dengan objek atau realitas yang
diteliti tidak terpisah. Realitas didefiniskan oleh peneliti
melalui interaksi antara yang mengetahui subjek penelitian
atau informan dengan pengetahuan terutama dari sumber-
sumber literatur. Peneliti menstruktur observasi yang
diketahui atau realitas dan tidak bersifat kritikal.

100

150
c) keragu-raguan (discourse of suspicion) adalah jenis wacana
ini bersifat struktural dan critical modernism. Peneliti
mengkonstruksi realitas berdasarkan frame social
arrangement dan bersifat kritikal.
d) Wacana posmodernisme (discourse of posmodernisme)
adalah jenis wacana yang bersifat poststructural dengan
menolak segala social arrangement dan bersifat kritikal.
3) Cara Analisis Wacana
Analisis wacana berfokus pada ragam tulisan dan ragam tuturan
untuk memahami makna partisipan dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan.

101

151
152
153
154
BAB IV
ANALISIS DATA BANGGA KENCANA

Tujuan analisis data program Bangga Kencana adalah untuk mengetahui


perkembangan program, apakah target-target yang ditetapkan sesuai dengan
ukuran keberhasilan dapat dicapai secara efektif dan efisien? Apakah ada
permasalahan, faktor penghambat/pendukung, dan bagaimana cara
menyikapi permasalah serta memanfaatkan faktor pendukung untuk
percepatan capaian dampak program Bangga Kencana.
A. Contoh Analisis Data Program Bangga Kencana
Berikut akan disajikan contoh kasus kependudukan dan keluarga
berencana di Kota Surabaya pada tahun 2020:
Pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan yang
secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam
dan manusia dengan menyeimbangkan antara aktivitas manusia dan
kemampuan alam. Dengan kata lain, pembangunan berlangsung secara
berlanjut dan didukung oleh sumber alam dengan kualitas lingkungan
dan manusia semakin berkembang. Pembangunan berkelanjutan dalam
kaitannya dengan kependudukan terlihat pada ketersediaan sumber daya
alam yang nantinya dikonsumsi oleh manusia.
Jumlah penduduk yang tidak terkendali dalam jangka waktu yang
panjang akan menimbulkan dampak kelangkaan sumber daya alam
sebagai isu utama dalam perekonomian. Sumber alam terutama udara,
air dan tanah, memiliki ambang batas dimana pemanfaatan yang
berlebihan akan menyebabkan berkurangnya kuantitas dan kualitas
sumberdaya alam sehingga mengurangi kemampuannya mendukung
kehidupan umat manusia. Penggunaan bahan baku dari alam seperti
kayu, bahan pangan, logam yang digunakan dalam perindustrian akan
meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan penduduk. Oleh
karena itu dibutuhkan upaya pengendalian jumlah penduduk agar alam
mampu mendukung kehidupan manusia hingga masa yang akan datang.
Untuk mengatasi masalah kependudukan, pemerintah mencanangkan
program Keluarga Berencana di seluruh penjuru Indonesia. Namun,
102

155
keberhasilan dari program ini juga sangat dipengaruhi oleh persepsi atau
pemikiran masyarakat itu sendiri terutama bagi warga masyarakat yang
berlatarbelakang ilmu pengetahuan dan pendidikan yang rendah,
sehingga diperlukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai program
tersebut agar masyarakat dapat membuka pikiran.
Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa. Pada sensus tahun 2020,
jumlah penduduk Kota Surabaya tercatat sebanyak 2.765.908 jiwa yang
tersebar di 31 kecamatan. Untuk menanggapi isu kelangkaan sumber
daya alam dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Kota Surabaya,
dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan pemerataan jumlah
penduduk pada seluruh kecamatan. Selain itu, dapat dilakukan
penyuluhan program Keluarga Berencana sebagai upaya penekanan
jumlah penduduk. Dalam melakukan hal tersebut perlu diperhatikan
lokasi yang paling membutuhkan sosialisasi program Keluarga
Berencana dengan mempertimbangkan rata-rata jumlah anggota rumah
tangga dan kepadatan penduduk di suatu Kecamatan.
Analisis deskriptif ini bertujuan untuk menentukan daerah yang
diutamakan dalam pengendalian jumlah penduduk yang dilakukan
dengan penyuluhan mengenai program Keluarga Berencana. Data yang
digunakan dalam analisis ini adalah data dalam bentuk nominal dan
scale dengan tipe data string dan Numeric. Ketentuannya adalah dimana
suatu daerah memiliki tingkat kepadatan penduduk serta rata-rata
jumlah anggota rumah tangga yang tinggi. Berikut kategori pada
kepadatan penduduk dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga.
Kepadatan Penduduk: Rata-rata jumlah anggota rumah
– < 5000 : Rendah tangga:
– 5001-15000 : Sedang – < 3,50 : Rendah
– > 15000 : Tinggi – > 3,51 : Tinggi

Berikut tabel data jumlah penduduk, jumlah rumah tangga serta luas
wilayah.

103

156
Tabel Jumlah Penduduk, Jumlah Rumat Tangga dan Luas Wilayah Kota
Surabaya Per Kecamatan pada Tahun 2020

Output dan Analisis


Berikut hasil perhitungan menggunakan SPSS.

104

157
Tabel Hasil Perhitungan dan Pengkategorian Rata-rata Anggota Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk Tahun 2020

Nilai rata-rata anggota rumah tangga diperoleh dari jumlah penduduk total
yang dibagi dengan jumlah rumah tangga menggunakan menu Transform >
Compute Variable pada SPSS. Sedangkan nilai kepadatan penduduk
diperoleh dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Dari
data di atas, dapat diketahui bahwa di Kota Surabaya terdapat tujuh
kecamatan yang lebih diutamakan dalam pengendalian jumlah penduduk.
Kecamatan tersebut yaitu:
1. Bubutan
2. Simokerto
3. Semampir
4. Kenjeran
5. Tambaksari
6. Mulyoreo
7. Wonokromo
105

158
Ketujuh kecamatan tersebut perlu mendapatkan perhatian karena rata-rata
jumlah penduduknya yang tinggi pada kepadatan penduduk yang tinggi pula
yaitu memiliki nilai rata-rata anggota rumah tangga lebih dari 3,51 dan nilai
kepadatan penduduk yang lebih dari 15.001 jiwa/km2 sehingga perlu
diadakan sosialisasi atau penyuluhan yang lebih gencar mengenai program
Keluarga Berencana.
Berikut tabel hasil perhitungan menggunakan metode Analyze à Descriptive
Statistics à Frequencies (tabel 3.2) dan metode Analyze à Descriptive Statistics
à Descriptives.
Tabel Hasil Perhitungan Frequencies

Pada tabel Frequencies di atas diperoleh data Mean, Median, Mode, Standard
Deviation, Variance, Minimum, Maximum dan Sum. Menu Frequencies lebih
lengkap jika dibandingkan dengan menu Descriptives. Dari tabel di atas
dapat diketahui:
• Kevalidan data, yaitu jumlah data yang diproses sama dengan jumlah
data yang diinput yaitu 31 data.
• Nilai rata-rata untuk jumlah penduduk sebesar 89222.84, jumlah
rumah tangga 24804.26, luas wilayah 10.5445, kepadatan penduduk
11300.57 dan rata-rata anggota rumah tangga 3.6227
• Nilai tengah untuk jumlah penduduk sebesar 79179.00, jumlah rumah
tangga 22314.00, luas wilayah 8.7600, kepadatan penduduk 10222.35
dan rata-rata anggota rumah tangga 3.6963
• Modus untuk jumlah penduduk sebesar 37525a , jumlah rumah tangga
9544a, luas wilayah 9.23, kepadatan penduduk 2088a dan rata-rata
anggota rumah tangga 2.86a
106

159
• Standard deviation untuk jumlah penduduk sebesar 42839.582,
jumlah rumah tangga 11762.313, luas wilayah 6.11474, kepadatan
penduduk 089 dan rata-rata anggota rumah tangga 0.28654
• Nilai varian untuk jumlah penduduk sebesar 1.835E9 , jumlah rumah
tangga 1.384E8, luas wilayah 37.390, kepadatan penduduk 5.576E7
dan rata-rata anggota rumah tangga 0.082. Nilai E merupakan
kelipatan 10.
• Nilai terendah untuk jumlah penduduk sebesar 37525, jumlah rumah
tangga 9544, luas wilayah 2.59 , kepadatan penduduk 2088 dan rata-
rata anggota rumah tangga 2.86.
• Nilai tertinggi untuk jumlah penduduk sebesar 205381, jumlah rumah
tangga 55564, luas wilayah 23.72, kepadatan penduduk 30571 dan
rata-rata anggota rumah tangga 4.02.
• Jumlah total untuk jumlah penduduk sebesar 2765908 , jumlah
rumah tangga 768932, luas wilayah 326.88, kepadatan penduduk
350318 dan rata-rata anggota rumah tangga 112.30.
Pada Frequencies, tabel frekuensi juga ditampilkan. Tabel frekuensi
merupakan tabel yang menunjukkan berapa kali suatu nilai muncul. Selain
itu juga terdapat persentase kemunculan tersebut, serta kumulatif dari
persentase. Tabel frekuensi terlampir beserta diagram pie.

Tabel Hasil Perhitungan Descriptive

Pada dasarnya, muatan pada kedua tabel di atas hampir sama. Terdapat
Mean, Maximum, Minimum, Simpangan Baku dan Varian. Namun menu
yang terdapat pada Descriptives tidak selengkap Frequencies dan tidak
menunjukkan kevalidan data. Descriptives menyajikan hasil analisis dalam
satu tabel saja.
107

160
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
• Semua data yang diinput adalah valid, artinya semua data diproses
tanpa ada yang hilang yaitu sebanyak 31 data.
• Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
frequencies dan analisis descriptive.
• Nilai rata-rata untuk jumlah penduduk sebesar 89222.84, jumlah
rumah tangga 24804.26, luas wilayah 10.5445, kepadatan penduduk
11300.57 dan rata-rata anggota rumah tangga 3.6227
• Nilai tertinggi untuk jumlah penduduk sebesar 205381 pada
Kecamatan Tambaksari , jumlah rumah tangga 55564 pada Kecamatan
Tambaksari, luas wilayah 23.72 pada Kecamatan Benowo, kepadatan
penduduk 30571 yang terdapat pada Kecamatan Simokerto dan rata-
rata anggota rumah tangga 4.02 di Kecamatan Kenjeran.
• Suatu kecamatan dikatakan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
apabila bernilai lebih dari atau sama dengan 15.001 jiwa/km2.
• Suatu kecamatan dikatakan memiliki rata-rata jumlah anggota rumah
tangga yang tinggi apabila bernilai lebih dari atau sama dengan 3,51.
Daerah yang diutamakan dalam pengendalian jumlah penduduk sebagai
langkah dalam proses pembangunan berkelanjutan yaitu daerah yang
memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk
yang sama-sama tinggi.
Data yang sudah dianalisis, kemudian harus ditafsirkan. Ketika melakukan
penafsiran hasil analisis, kita wajib memaparkannya dengan bukti-bukti
hasil analisisnya.
Untuk itu, kita harus memiliki banyak referensi yang mendukung ketika
melakukan penafsiran ini. Tentunya, referensi yang dimaksud ialah
berdasarkan data dan juga kajian-kajian sebelumnya terkait dari penelitian
yang dilakukan.
Atas dasar itulah, bila kita membaca hasil penelitian seseorang maka banyak
buku referensi yang dirujuk. Hal itu dikarenakan ketika melakukan
penafsiran hasil analisis tersebut kita tidak bisa hanya mengandalkan intuisi
108

161
dan pengetahuan yang sudah dikuasai semata. Diperlukan sejumlah
referensi terkait yang bisa digunakan untuk menjelaskan secara jelas hasil
analisis. Apabila kita tidak bisa menjelaskan hasil analisis secara jelas maka
penelitian tersebut dianggap gagal.
Sekadar tips sederhana, ketika kita melakukan penafsiran hasil analisis,
posisikan diri kita sebagai pembaca awam. Dengan demikian, kita akan
memahami cara-cara efektif untuk menjelaskan kepada khalayak awam
terkait penelitan dimaksud.

109

162
163
164
BAB V
PEMANFAATAN HASIL ANALISIS

Pemanfaatan Hasil Analisis Bangga Kencana adalah penggunaan data


sebagai hasil analisis perencanaan dan evaluasi untuk program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan serta program pembangunan
pemerintah lainnya. Data yang telah di analisis dapat dimanfaatkan untuk
tujuan sebagai berikut:
1. Penentuan Kebijakan
2. Dasar perencanaan
sebagai dasar penetapan prioritas, sasaran, dan program yang akan
dilaksanakan di suatu wilayah.
3. Pengukuran kinerja
mengukur kinerja pencapaian program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana.
4. Program Pembangunan
Pemanfaatan hasil analisis data untuk kepentingan pembangunan keluarga
melalui keterlibatan sektor lain, antara lain seperti :
1. Bidang Pendidikan;
2. Bidang Kesehatan Dasar;
3. Bidang Perumahan Rakyat;
4. Bidang Penyuluhan Agama;
5. Bidang Ekonomi;
6. Bidang Administrasi Kependudukan;
7. Bidang Sosial Kemasyarakatan;
8. Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
9. Bidang Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
A. Mekanisme Kerjasama Pemanfaatan data dan informasi
Hasil analisis data dan informasi Bangga Kencana dapat dimanfaatkan
baik secara internal maupun eksternal BKKBN. Secara internal, hasil analisis
seyogyanya dikomunikasikan melalui berbagai forum secara rutin, seperti
pada forum Rapat Pengendalian Program. Sebagaimana telah diuraikan pada
tujuan di atas, hasil analisis mendapat tanggapan dan masukan guna
penyempurnaan program Bangga Kencana.

110

165
Secara eksternal, Lembaga pengguna data yang terdiri dari pemangku
kebijakan dan mitra kerja. Pemangku kebijakan yaitu Kementerian, lembaga
pemerintah pusat maupun daerah yang memberikan komitmen dan
dukungan untuk menjalankan dan membuat kebijakan strategis organisasi
untuk mencapai tujuan dan kemajuan program pembangunan baik secara
nasional maupun daerah. Mitra Kerja adalah organisasi swasta atau lembaga
swadaya organisasi masyarakat yang berperan serta dalam pengelolaan
program pembangunan baik secara nasional maupun daerah.

111

166
167
168
BAB VI
PENUTUP

Kegiatan analisis dan pengolahan data Pembangunan Keluarga,


Kependudukan, dan Keluarga Berencana dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai sumber data yang ada. Hasil pengolahan data
tersebut harus dapat digunakan oleh internal BKKBN maupun berbagai
lintas sektor sebagai dasar pemberian dukungan dan pelayanan kepada
mayarakat sehingga hasil akhirnya diharapkan dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pengolahan data dan informasi di


daerah, modul ini dapat dikembangkan dan di modifikasi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Data yang yang dapat diolah sebaiknya adalah data
yang dapat dipertanggungjawabkan dan terbukti validitasnya.

112

169
DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

BKKBN, Analisis dan Penilaian Operasional Program KKBPK Triwulan I Tahun


2016, Jakarta: 2016.

BKKBN, Petunjuk Teknis Kampung KB, Jakarta: 2015.

BKKBN, Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pendataan


Keluarga Program KKBPK, Jakarta: 2014.

BKKBN, Petunjuk Teknis Analsis dan Evaluasi Program Keluarga Berencana


Nasional Terhadap Fertilitas, Jakarta: 2003.

https://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-analisis-data-dalam-
penelitian/

Lampiran Kep menteri pertahanan no. : KEP/880M/X/2012 tanggal 25


oktober 2015 tentang Tata cara penyebarluasan informasi
pertahanan di lingkungan kementerian pertahanan.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistika.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wiyono, Bambang Budi. 2001. Statistik Pendidikan: Buku Bahan Ajar Mata
Kuliah Statistik. Malang: FIP UM.

Eko Riswanto. (2007). Analisa dan Perancangan Sistem. STMIK El Rahma,


Yogyakarta.

113

170
171
172
173
174
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif merupakan
salah satu kunci keberhasilan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Agar KIE
dapat efektif, perlu pengelolaan dan pemilihan media yang tepat.
Dengan adanya perkembangan ini maka berbagai media dengan
sistem digital telah banyak digunakan masyarakat. Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB) dalam melakukan KIE diharapkan perlu inotatif kreatif
memanfaatkan media berbasis digital ini.
Sebagai dasar dalam memahami KIE berbasis digital, PKB perlu
mengenal jenis-jenis media digital, sasaran dan manfaat media digital,
serta publikasi media KIE digital. Pemahaman terhadap hal tersebut
diharapkan dapat membekali PKB dalam melakukan KIE melalui media
digital. PKB dalam menggunakan media digital ini diharapkan mampu
melakukan KIE secara lebih efisien dan efektif.
Modul KIE berbasis digital ini dimaksudkan sebagai sarana belajar
pada pelatihan penjenjangan bagi PKB ahli muda. Dengan kompetensi
ini, diharapkan PKB ahli muda sebagai pengelola KIE di lini lapangan
perannya dalam melakukan KIE di berbagai tingkatan dapat lebih
optimal.

115

175
176
177
178
BAB II
JENIS-JENIS MEDIA DIGITAL

A. Pengertian media
Dalam keseharian kita seringkali mendengar atau membaca
kata ‘media’. Kata media dapat dikaitkan pada beragam konteks,
seperti media komunikasi, media pembelajaran, media massa, media
sosial, media tanam dan sebagainya.
‘Media’ yang digunakan pada modul pembelajaran ini dimaknai
dalam konteks komunikasi penyuluhan. Komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang/komunikator
kepada pihak lain/komunikan melalui media untuk mendapatkan
tanggapan. Dalam konteks ini media berarti perantara komunikasi
antara sumber pesan dengan penerima pesan. Segala sarana
perantara dengan teknologi digital yang digunakan PKB dalam
menyampaikan pesan KIE kepada masyarakat sasaran merupakan
media yang dibahas dalam modul ini.
KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu Komunikasi,
Informasi dan Edukasi. Pengertian ketiga konsep tersebut memiliki
keterkaitan satu sama lain. KIE mengacu pada intervensi program
yang komprehensif, yakni merupakan bagian integral dari program
pembangunan yang bertujuan untuk mendapat perubahan. KIE
menggunakan kombinasi teknologi komunikasi, pendekatan dan
proses secara fleksibel dan partisipatif. Titik awal KIE adalah untuk
memberi kontribusi dalam pemecahan suatu masalah atau
membangun dukungan dari sasaran terhadap sebuah isu yang terkait
dengan sebuah program.
Dalam buku Pedoman KIE KKB Lini Lapangan (Noya et al.,
2013), dijelaskan bahwa komunikasi dalam KIE sebagai proses yang
direncanakan bertujuan untuk memotivasi orang untuk mengadopsi
sikap atau perilaku baru, atau untuk memanfatkan layanan yang
sudah ada. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran masyarakat,
kebutuhan yang dirasakan, kepercayaan dan arus praktek,

116 mempromosikan dialog, umpan balik dan meningkatkan pemahaman.

179
Proses ini paling efektif jika melibatkan kombinasi strategis media
massa dan komunikasi antar pribadi yang didukung dengan media
lainnya.
Informasi dapat diartikan sebagai sekumpulan data atau fakta
yang telah diproses dan dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi
sesuatu yang mudah dimengerti dan bermanfaat bagi penerimanya.
Tidak semua data atau fakta dapat diolah menjadi sebuah informasi
bagi penerimanya. Jika suatu data yang diolah ternyata tidak
bermanfaat bagi penerimanya, maka hal tersebut belum bisa disebut
sebagai sebuah informasi.
Edukasi didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan atau proses
memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan sasaran untuk
mengembangkan potensi diri sehingga terjadi perubahan
(pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan) agar mampu
membuat keputusan dengan alasan rasional.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa media dalam kaitannya
dengan KIE program Bangga Kencana adalah segala sarana
perantara/penghubung dalam melakukan KIE kepada sasaran agar
terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku
sesuai tujuan program Bangga Kencana.

B. Pengertian Media Digital


Kata ‘digital’ sebenarnya sudah cukup lama sering kita dengar.
Sebelum sistem digital, kita mengenal teknologi analog. Teknologi
analog yang dulu kita gunakan yaitu pada TV CRT/tabung atau radio
transistor. Seiring perkembangan teknologi, sistem analog makin
tergeser oleh digital. Awalnya kita hanya familiar dengan istilah “jam
digital” atau “kamera digital”. Namun saat ini kita berada di era digital.
Era ini ditandai oleh dominasi teknologi digital pada berbagai alat,
terutama pada teknologi informasi komunikasi (TIK). Kemudian semua
terasa begitu cepatnya sehingga kini semua seakan serba digital, serba
online. Lalu, apa sebenarnya pengertian digital?

117

180
Kata digital menurut KKBI berhubungan dengan angka-angka
untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran.
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari
jemari.
Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai
basis datanya. Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya
memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit. Dapat diartikan
pula bahwa teknologi komunikasi digital adalah teknologi yang
berbasis sinyal elektrik komputer, sinyalnya bersifat terputus-putus
dan menggunakan sistem bilangan biner. Bilangan biner tersebut akan
membentuk kode-kode yang merepresentasikan suatu informasi
tertentu.
Lalu apa batasan media digital yang dibahas di modul ini? Media
digital adalah media yang kontennya berbentuk gabungan data, teks,
suara, dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital
dan disebarluaskan melalui jaringan berbasis kabel optic broadband,
satelit dan sistem gelombang mikro (Flew, 2008). Kita dapat memaknai
media digital adalah media dengan teknologi terkini yang umum
digunakan masyarakat dan lebih umum dikenal sebagai ‘new media’
atau media baru.
Media digital ini bisa berupa website, media sosial, gambar dan
video digital, audio digital dan lain-lain. Memahami media baru ini tak
bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi komunikasi.
Perkembangan ini membawa perubahan pada cara berkomunikasi,
berinteraksi dan mengakses informasi. Proses tersebut secara singkat
akan dijelaskan di bagian selanjutnya.

C. Perkembangan Media Digital


PKB perlu mengetahui perkembangan media sebagai cara
melihat perubahan kebiasaan mengakses pesan dan berkomunikasi di
masyarakat. Perubahan kebiasaan itu perlu disikapi dengan inovasi
kreatif penggunaan media penyuluhan. Pada bagian ini, lebih pada

118

181
mengenal perkembangan media digital sebagai konsekuensi
perkembangan teknologi komunikasi.
Era komunikasi interaktif dimulai 1946 ketika komputer
mainframe pertama ditemukan di Philadelpia, Amerika Serikat. Dengan
perangkat tersebut orang bisa melakukan komunikasi perorangan dari
jarak yang sangat jauh dalam waktu singkat. Kemudian teknologi
makin berkembang hingga ditemukannya Personal Computer (PC).
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi
telah membawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya.
Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak,
terutama didukung dengan alam kompetisi yang telah berubah dari
memonopoli menjadi pasar bebas. Secara tidak langsung, perusahaan
yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan efektif
dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola
secara manual.
Dengan adanya komputer, media komunikasi yang berbasis
analog banyak yang beralih menggunakan sistem digital. Frekuensi
televisi dan radio di rumah saat ini umumnya masih analog, namun
sebenarnya pemrosesan data yang akan disiarkan secara analog sudah
menggunakan digital. Apabila regulasi digitalisasi telah diberlakukan
secara menyeluruh, semua akan beralih
Mencermati perkembangan terkini, teknologi media digital telah
memberi peluang terbentuknya komunitas virtual. Istilah komunitas
virtual sering dipertukarkan dengan istilah cyberspace atau ruangan
maya. Dengan begitu, cyberspace menunjuk pada komunitas yang
terbentuk karena pemakaian komputer. Komunitas ini terbentuk
adanya multimedia.
Dari penjelasan tersebut intinya adalah perkembangan teknologi
digital saat ini telah sampai pada fungsi multimedia. Perangkat
multimedia kini perangkatnya sudah demikian canggih dengan harga
yang relatif terjangkau. Masyarakat Indonesia, terutama di perkotaan
saat ini dengan gawainya dapat mudah mengakses informasi dan

119

182
berkomunikasi. PKB perlu melihat ini sebagai peluang dalam
melakukan inovasi pada KIE.

D. Jenis-jenis media digital


Semua teknologi komunikasi, apapun bentuk dan namanya,
bisa digolongkan ke dalam: (i) Penyimpan informasi; (ii) pengirim
informasi; (iii) pemroses dan pengolah informasi; dan (iv) penyiar
informasi (Abrar, 2003). Dengan perkembangan teknologi, maka jenis
media digital yang dapat digunakan membantu
menyampaikan/mengirim informasi makin beragam dan multifungsi.
Teknologi telah melahirkan sesuatu yang kemudian disebut
media baru/new media yang sebenarnya merujuk pada sebuah
perubahan dalam proses produksi, distribusi, dan penggunaan media
(Lindawati, 2014). ‘Media baru’ merupakan media yang pada saat ini
sedang berkembang dan akan terus berkembang mengikuti
perkembangan jaman. Contoh media baru ialah internet, komputer,
telepon genggam dan situs internet. Media baru tidak dapat
dipisahkan dengan dunia digital karena sebagian besar media baru di
dominasi oleh produk berteknologi digital. Dengan internet kita
mampu melakukan beragam cara penyampaian isi pesan. Dari
penggunaan internet kemudian berkembang sistem yang lagi tren saat
ini yakni jejaring sosial semacam Instagram, Facebook, Twitter atau
aplikasi messenger seperti WhatsApp, Line, Telegram, Signal dan lain
sebagainya.
Berdasarkan sifatnya, terdapat tiga jenis media komunikasi,
yaitu: media komunikasi audial, media komunikasi visual, dan media
komunikasi audio-visual. Ketiga jenis media komunikasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Media Komunikasi Audial, yaitu alat komunikasi yang dapat
ditangkap, didengar dan dipahami oleh alat pendengaran. Misalnya
telepon dan radio.

120

183
b. Media Komunikasi Visual, yaitu alat komunikasi yang dapat
ditangkap, dilihat dan dipahami oleh alat penglihatan. Misalnya:
flyer/e-poster, e-mail, text di situs online, faksimili dan sejenisnya.
c. Media Komunikasi Audio-visual, yaitu alat komunikasi yang dapat
ditangkap, dilihat, didengar dan dipahami melalui alat
pendengaran dan penglihatan. Misalnya televisi, film, VCD dan
sejenisnya.
Dari ketiga jenis sifat media komunikasi tersebut, saat ini
umumnya semua telah diproses secara digital. Digitalisasi telah
berperan banyak mempermudah dan mempermurah proses KIE
sebagai sebuah aktivitas promosi, baik untuk media lini atas, lini
tengah, atau lini atas bawah. Sebagai pengingat ketiga lini media
tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Media lini atas (above the line media), yaitu media untuk aktifitas
marketing/promosi yang biasanya dilakukan oleh manajemen
pusat sebagai upaya membentuk brand image yang diinginkan atau
strategi promosi yang dilakukan secara terbuka melalui media
massa (Triadi & Bharata, 2010). Contoh; sosialisasi rebranding
BKKBN melalui stasiun televisi mainstream, siaran radio FM, surat
kabar/majalah/tabloid mainstream.
b. Media lini bawah (below the line media), yaitu media untuk aktifitas
marketing atau promosi yang dilakukan di tingkat retail/konsumen
dengan salah satu tujuannya adalah merangkul konsumen supaya
sadar dengan suatu produk atau strategi promosi yang dilakukan
dengan melakukan penjualan langsung ke konsumen (Triadi &
Bharata, 2010). Contoh e-flyer, audio atau video dari PKB yang
disebarkan melalui smart phone melalui aplikasi WhatsApp.
c. Media lini atas-lini bawah (through the line media), yaitu kombinasi
dari dua jenis media tersebut yaitu strategi promosi yang dilakukan
secara terbuka melalui media massa dilakukan di tingkat
retail/konsumen (Triadi dan Bharata, 2010). Contoh e-poster,
pemutaran film edukasi melalui Mobil Unit Penerangan.

121

184
Di era digital, lini media telah kurang dapat tegas bedakan karena
setiap konten dapat tersebar melalui beragam media, mulai dari yang
bersifat masal hingga personal. Setiap orang bisa menjadi konten
kreator, pengguna atau mediator yang menyebarkan dengan cepat
kepada siapapun yang dikendakinya. Dengan adanya fasilitasi
beragam media dari BKKBN seperti aplikasi-aplikasi pembantu
penyuluhan, PKB dapat melakukan banyak hal untuk digunakan
membantu KIE.
Setiap jenis media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Hal yang harus diperhatikan adalah tidak selamanya semua
media bisa digunakan pada semua wilayah atau daerah meskipun
media memiliki keunggulan dalam menembus batas wilayah, ruang
dan waktu. Agar penggunaan media yang tepat sasaran, tepat guna
dan tepat wilayah, yang kita diperlukan adalah kejelian, kecerdasan,
kreativitas, inovasi dan modifikasi. Oleh karena itu, pemahaman
tentang jenis media dan karakteristiknya sangat penting untuk
mengidentifikasi media mana yang tepat untuk sebuah program.

122

185
186
BAB III
SASARAN DAN MANFAAT MEDIA DIGITAL

187
188
BAB III
SASARAN DAN MANFAAT MEDIA DIGITAL

A. Sasaran media digital


Dalam komunikasi, ketepatan pemilihan media dan sasaran
komunikan sangat penting agar menimbulkan respon sesuai harapan
komunikan. Apabila media yang digunakan pesan tepat namun sasaran
salah maka kemungkinan besar tidak menimbulkan respon. Agar
komunikasi efektif maka dalam penggunaan media digital penting untuk
menyesuaikan sasaran.
Sasaran KIE Bangga Kencana melalui media digital tidak jauh
berbeda dengan KIE pada umumnya. Media digital hanya merupakan
pengembangan proses KIE agar mampu memberi keragaman dan
kebaruan media. Melalui media baru, diharapkan KIE dapat memberi
nuansa berbeda, lebih modern, lebih luas jangkauannya, lebih efektif dan
efisien. PKB yang mahir dalam penggunaan beragam media baru akan
lebih mudah, cepat dan murah dalam melakukan KIE.
KIE dapat dilaksanakan kepada sasaran perseorangan (individu),
keluarga dan masyarakat umum, dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan
khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
b. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
c. Masyarakat
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan
untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu
komunitas yang teratur.

123

189
Dalam mempelajari sasaran KIE, maka ada aspek yang kita perlu
mengetahui pula komponen dari KIE/Penyuluhan, yaitu:
a. Pemberi KIE/Penyuluhan (Penyuluh KB, Toma, Toga, atau
Kader)
b. Penerima KIE/Penyuluhan (Individu, Keluarga, Masyarakat)
c. Isi KIE/Penyuluhan
d. Cara/ Metode menyampaikan KIE/Penyuluhan
e. Media penyampaian KIE/Penyuluhan
f. Hasil KIE/Penyuluhan

B. Manfaat Media Digital


Manfaat media secara substantif adalah perantara yang dalam
kaitannya dengan media digital maka manfaatnya tentu saja
menyampaikan pesan. Pesan yang tersampaikan melalui media
digital diharapkan akan berdampak pada komunikan, yaitu
audience yang menggunakan media digital.
Secara umum, manfaat media digital adalah menambah informasi.
Media digital dapat dikatakan bermanfaat untuk menyampaikan
pesan KIE untuk memahamkan dan mengajak khalayak penerima
pesan melakukan perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini
yaitu aktivitas maupun keputusan yang sesuai/mendukung
program Bangga Kencana.
Media digital dapat bermanfaat untuk berbisnis. Walaupun
secara prinsip tetap menyampaikan pesan, namun media digital dapat
menyediakan beragam fitur yang menunjang pesan itu, misalnya
merancang media promosi dan publikasi puduk/iklan secara murah,
menyediakan sarana transaksi jual beli dan sebagainya. Manfaat ini
dapat diupayakan untuk mendukung UPPKA dalam proses mencari ide,
promosi, distribusi dan teknis jual belinya.
Media digital dapat bermanfaat untuk mendukung penyampaian
pesan KIE dalam konteks penyampaian edukasi/pembelajaran. Dengan
menggunakan media digital, kegiatan belajar tidak sebatas hanya bersifat
akademis, namun juga non-akademis. Artinya, selain ilmu-ilmu yang
124

190
diajarkan di institusi pendidikan seperti sekolah atau kampus, kita dapat
mempelajari berbagai macam ilmu atau soft skill di luar itu. Beragam
cara melakukan keterampilan bisa kita dapat lakukan sendiri. Ini
membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkembang dan belajar
secara mudah dan murah.
Dengan memanfaatkan media digital, bisa bertukar pikiran dengan
orang lain dan mengasah pengetahuan, terutama melalui social media.
Social media memberi ruang untuk berinteraksi dengan berbagai macam
orang dari berbagai macam tempat. Melalui itu, siapapun dapat
berdiskusi langsung dengan orang-orang dan mendapatkan wawasan dari
mereka. Tentu hal ini juga dapat menarik minat masyarakat untuk tahu
lebih banyak yang dapat diupayakan untuk mendukung program Bangga
Kencana.

125

191
192
BAB IV
PUBLIKASI MEDIA KIE DIGITAL

193
194
BAB IV
PUBLIKASI MEDIA KIE DIGITAL

A. Pengertian publikasi
Publikasi dapat diartikan sebagai pengumuman atau penerbitan.
Mempublikasikan diartikan sebagai tindakan mengumumkan;
menerbitkan; menyiarkan atau menyebarkan (buku, majalah, dan
sebagainya).

B. Publikasi media KIE digital


Publikasi media KIE digital merupakan upaya untuk lebih
memperluas daya jangkau media KIE. Mengumumkan dan menerbitkan
suatu media KIE perlu melihat segmen khalayak yang juga harus mudah
dan familier dengan media digital tersebut. Media digital yang
dipublikasikan tidak harus menggunakan media digital. Beragam media
dapat digunakan untuk mempublikasikan media digital, misalnya ketika
penyuluh membuat suatu blog atau media sosial maka bisa
menggunakan media poster atau penyuluhan secara face to face untuk
mensosialisasikan produk media digital tersebut.
Publikasi merupakan upaya membuat khalayak tahu dan terbiasa
menggunakan media tersebut. Upaya ini perlu ditunjang dengan
keterlibatan berbagai pihak dan penggunakan KIE kreatif. Kreatifitas
saat ini tanpa batas yang dapat sesuai dengan daya inovasi PKB. PKB
perlu memetakan sarana apa saja yang dapat digunakan untuk dapat
mempublikasikan media digital yang digunakan.
Media digital yang digunakan tidak hanya dari hasil karya PKB
namun dapat juga media digital yang dikembangkan oleh BKKBN atau
pihak lain. Tujuan dari upaya mempublikasikan media tersebut yaitu
agar manfaatnya dapat diakses secara lebih luas dan memiliki daya
ungkit terhadap capaian program.

126

195
196
BAB V
KIE MELALUI MEDIA KIE DIGITAL

197
198
BAB V
KIE MELALUI MEDIA DIGITAL

A. Langkah-langkah melakukan KIE melalui media digital


Dalam melakukan KIE melalui media digital haruslah mengetahui
langkah-langkah teknisnya agar tujuan dari KIE tercapai secara efektif dan
efisien. Adapun Pokok-pokok pengelolaan KIE, meliputi hal-hal berikut:
1. Analisis; kegiatan analisis meliputi analisis khalayak, analisis kebutuhan
program, analisis isi pesan dan analisis potensi pendukung.
2. Penetapan strategi; penetapan strategi meliputi penetapan tahapan,
penetapan tujuan/sasaran/target, pemilihan media digital,
KIE/Penyuluhan, perumusan isi pesan dan pengaturan pendayagunaan
sumber dukungan (tenaga, dana, sarana) termasuk penyiapan sumber
daya manusia yang mendukung persiapan KIE.
3. Penyusunan isi pesan; penyusunan isi pesan merupakan penjabaran dari
program yang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan, suara atau
gambar yang dapat dimengerti khalayak.
4. Desain dan produksi media digital; Perancangan isi pesan dari program
yang akan disampaikan kepada khalayak dalam bentuk fisik yang
meliputi format, lay out maupun aspek artistik.
5. Pelaksanaan; isi pesan dan media yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan kondisi khalayak dan tujuan dari KIE yang ingin
dicapai.
6. Monitoring dan Evaluasi; Monitoring dilakukan mengacu kepada rencana
strategi yang telah disusun, sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala
untuk melihat proses, hasil ataupun dampak dari KIE yang dilakukan
melalui media digital.

B. Pilihan aplikasi untuk membantu KIE


Pilihan aplikasi dalam memproses konten KIE menggunakan teknologi
digital sangat beragam. Banyak sekali aplikasi/platform digital yang bisa
dimanfaatkan. Berikut dapat dibedakan berbagai pilihan aplikasi sesuai
dengan kegiatan KIE, antara lain sebagai berikut:

127

199
Kegiatan Teknologi Aplikasi Pilihan
digital
Pembuatan Picture editor canva, snapsheed, postermaker,
Konten gambar dsb
Pembuatan Video editor Kinemaster, VN, Videomaker,
Konten video Tiktok, dsb
publikasi Media sosial Instagram, facebook, telegram,
Tiktok, WhatsApp, Youtube, dsb
Evaluasi E-formulir dan Google form, Quizizz, mentimeter,
e-quizz dsb

Pilihan aplikasi dalam memproses konten KIE menggunakan teknologi


digital sangat beragam. Banyak sekali aplikasi/platform digital yang bisa
dimanfaatkan. Pada tahap mendesign konten, Penyuluh perlu menentukan
jenis konten yang akan dipublikasikan. Apabila gambar maka dapat
menggunakan aplikasi pengedit gambar dan apabila menggunakan audio
video maka bisa menggunakan aplikasi pengedit video. Gabungkan text
dengan gambar ilustrasi yang relevan untuk memperkuat pesan/data.
Manfaatkan informasi tutorial untuk mempermudah penggunaan. Audiens
akan tertarik dengan penggunaan media visual yang indah, simple dan
pesan mudah dipahami. Jangan terlalu paksakan untuk mencantumkan
text terlalau banyak. Setiap design harus sesuai dengan selera umum
segmen, misanya untuk anak muda harus dengan design yang khas selera
tren remaja masa kini. Manfaatkan contoh-contoh di internet sebagai
referensi rancangan.
Media publikasi perlu dipilih yang sesuai target sasaran pesan. Pilih
komunitas-komunitas lokal yang membutuhkan informasi tersebut.
Semakin spesifik dan persoalan suatu informasi maka pesan lebih efektif.
Upayakan informasi yang dikemas dalam media adalah yang menjawab
permasalahan yang sedang trend, misalnya pada target orangtua yang
memiliki anak remaja maka dapat mengedukasi tentang parenting remaja.
Media digital menawarkan banyak sekali kegunaan dan pilihan aplikasi
yang dapat kita pilih sesuai yang kita anggap mudah. Kemudahan itu
128

200
tentunya dengan kemauan mencoba dan berlatih menggunakan. Tidak
banyak kesulitan apabila mempelajari contoh penggunaan/tutorialnya.
Beberapa aplikasi telah dilengkapi contoh-contoh design, misalnya canva.
Menggunakan yang versi gratis pun sudah cukup baik untuk mengemas
pesan. Hal penting yang perlu menjadi perhatian adalah cara
menempatkan pesan yang sesuai dengan target. Pesan dapat efektif apabila
sampai pada target sesuai segmen dan pesan kuncinya mudah diterima.
Pesan kunci ini sangat penting agar apa yang kita harapkan dapat
dilakukan oleh audiens.

C. Kiat Mengoptimalkan KIE Melalui Media Digital


Pada dasarnya kegiatan KIE adalah untuk melakukan perubahan, maka
akan selalu ada resistensi, oposisi, dan konflik. Tidak ada faktor tunggal
yang menjamin keberhasilan KIE. Beberapa prinsip di bawah ini dapat
dijadikan pedoman dalam melakukan KIE yang sukses :
a. Realistis. KIE yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang spesifik,
jelas, dan terukur.
b. Sistematis. KIE adalah seni tetapi bukan asal-asalan sehingga diperlukan
perencanaan yang akurat.
c. Taktis. KIE tidak mungkin dilakukan secara sendiri sehingga harus
membangun koalisi, aliansi, mitra kerja atau pihak lain untuk membantu
mulai dari konsep hingga evaluasinya.
d. Strategis. KIE mengarah pada target yang spesifik dengan pesan yang
spesifik pula.
e. Berani. KIE menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara bertahap.
Jangan tergesa-gesa. Tidak perlu menakut-nakuti pihak lawan, tetapi
tidak perlu juga menjadi penakut.
Dalam pelaksanaan KIE, tidak jarang PKB mengalami kesulitan atau
hambatan, maka perlu diketahui beberapa hambatan dalam KIE, yaitu:
a. Pengetahuan tentang teknologi digital yang kurang
b. Penguasaan materi kurang
c. Waktu terbatas

129

201
d. Budaya yang berbeda antara sasaran dan PKB (pemberi KIE/
Penyuluhan).
e. Distorsi informasi pada media digital
f. Waktu publikasi dan pemilihan media digital yang kurang tepat
g. Penerima pesan acuh tak acuh
h. Cara akses yang sulit
i. Penerima pesan yang melecehkan

D. Kiat Memperbaiki Diri Dalam KIE/Penyuluhan


Untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB, maka PKB diharapkan
mampu untuk selalu memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan. Berikut
adalah poin-poin kiat memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan, yaitu:
a. Belajar dan berlatih terus menerus.
b. Bekerja sesuai perencanaan.
c. Mengoptimalkan media KIE/Penyuluhan.
d. Mencatat semua yang akan dikerjakan (bisa dijadikan Angka Kredit)
e. Mengevaluasi program dan diri sendiri
f. Meningkatkan kreativitas dan inovasi
g. Meningkatkan Koordinasi dan kerjasama dengan Instansi lain, Kepala
Desa, PKK, LOSM, TOMA dan TOGA.
h. Membuang penyakit gaptek dan enggan mencoba teknologi digital.

130

202
203
204
BAB VI
TEKNIK KOMUNIKASI PERSUASIF

Penyuluh KB diberikan kewenangan untuk melaksanakan kegiatan


Penyuluhan dengan menyampaikan informasi terkait Program Bangga
Kencana, dengan harapan terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap,
pengambilan keputusan dan perubahan perilaku pada keluarga dan
masyarakat terkait Program Kependudukan, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga. Penyuluh KB juga telah dilengkapi dengan berbagai
pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kompetensi dalam
mendukung setiap kinerjanya dilapangan.
Pencapaian program yang menurun, keterpaparan informasi program
pada masyarakat yang sangat rendah serta peran Penyuluh KB yang belum
optimal, yang menjadi penyebab salah satunya adalah Komunikasi dalam
upaya perubahan perilaku masyarakat. Pesan kunci yang disampaikan lewat
komunikasi oleh PKB belum bisa diterima secara baik oleh masyarakat.
bagaimana meningkatkan pencapaian program dengan mengembangkan
suatu bentuk komunikasi yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan,
dengan membujuk atau mengarahkan orang lain, bentuk komunikasi ini
disebut dengan Komunikasi Persuasif. Penerapan Teknik dan strategi
komunikasi persuasif yang tepat akan mampu mengubah sikap maupun
perilaku masyarakat, khususnya dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan program Bangga Kencana.

A. Konsep Komunikasi Persuasif

Komunikasi berasal dari Bahasa latin “communication” bersumber dari


kata communist yang berarti “sama” yaitu “sama makna” jadi komunikasi
secara umum dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan dengan
tujuan terbentuknya suatu kesamaan pengertian atau pemahaman antara
pemberi pesan dan penerima pesan, terlepas dari isi pesan dan media yang
digunakan dalam berkomunikasi. Persuasi berasal dari Bahasa latin
“persuasio”, kata kerjanya adalah “persuader” berarti membujuk, mengajak
atau merayu. Dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir dari persuasi adalah
131

205
munculnya kesadaran, kerelaan, perasaan senang, serta ada keinginan
untuk mengambil suatu tindakan setelah persuader atau yang melakukan
persuasi melakukan upaya mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang dengan cara yang luwes, manusiawi dan halus. Artinya bahwa
komunikasi persuasi adalah upaya yang dilakukan seseorang dengan sadar
untuk mengubah perilaku orang lain atau sekelompok orang dengan
menyampaikan beberapa pesan yang bisa menggugah kesadaran penerima
pesan tanpa ada unsur paksaan. Didalam komunikasi persuasif terdapat tiga
komponen atau elemen yaitu:
1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit)
maupun tersirat (implisit)
2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan
sehingga tersesan tidak memaksa misalnya “ayo”, “mari” dan lain
sebagainya
3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat
argumentasi keunggulan pesan dari komunikator.

C. Model Komunikasi Persuasif


Untuk memudahkan kita memahami fenomena persuasi &
Menyusun suatu strategi dalam upaya pembentukan dan perubahan
sikap secara sukarela dari seseorang. eberapa model dalam komunikasi
persuasif yaitu:
1. Model SMCR
Model SMCR adalah salah satu model komunikasi paling sederhana, paling
tua dan banyak sekali direkomendasikan. Model Source, Message, Channel
and Receiver (SMCR) dari Shannon dan weaver ini menekankan bahwa
komunikasi sebagai transmisi pesan, lewat komunikasi terjadi proses
pengolahan informasi. Model SMCR terdiri dari empat elemen, yaitu:
a. Sumber adalah elemen pertama dalam Model SMCR. Sumber
(persuader) yang disebut dengan information source atau pihak yang
akan melakukan encoder pesan dengan melibatkan otak sehingga
memudahkan orang untuk mengerti dan memahami maksud dari
pesan yang disampaikan.
132

206
b. Pesan (Message), isi dari pesan adalah tujuan dari komunikasi yang
mengacu pada gagasan yang diterjemakan secara simbolik melalui
gambaran fisik dan realitas sosial, yang disampaikan dalam bentuk
verbal, non verbal, musical atau bentuk lain. Pesan yang disampaikan
oleh sumber kepada penerima melalui serangkaian proses yang disebut
dengan transmitter, yakni pemancar yang mengubah pesan menjadi
signal sesuai media/saluran (medium) yang digunakan (elektronik,
cetak atau interpersonal).
c. Saluran (Medium) sebagai elemen ketiga dalam metode SMCR, adalah
media yang akan membawa pesan sampai ke penerima (destination).
Destination berakhir pada otak penerima (Receiver).
d. Penerima adalah elemen terakhir yang merupakan sasaran komunikasi,
penerima melakukan pengkodean ulang (decoding) dan menyaring informasi
melalui tahap interpretasi untuk menentukan apakah pesan yang
tersampaikan mempengaruhi sikapnya atau tidak.

2. Probabilogical Model
Ada dua prinsip pertimbangan dalam membahas model probabilogical
yaitu pertama, sikap terbentuk tidak hanya ditentukan oleh logika pola
hubungan antara premis dan konklusi seperti rumus diatas tetapi
dipengaruhi oleh cara atau presentasi dari premis tersebut. Kedua,
dipengaruhi oleh urutan penyajian informasi. Pada model Probabilogical
ini penyampaian pesan harus memiliki kompetensi dan kemampuan
mengemas pesan secara menarik dan meyakinkan untuk bisa mengubah
keyakinan dan sikap dari sasaran, atau berimplikasi terhadap metode dan
strategi komunikasi persuasif yang digunakan.

3. Elaboration Likelihood Model


Model ini berfokus pada proses kognitif penerima pesan (persuadee) saat
mengevaluasi pesan yang diterimanya, karena asumsinya tidak semua
persuadee akan memproses pesan/ informasi dengan baik. Pencapaian
dari tujuan komunikasi persuasif tergantung dari kemampuan persuadee
dalam mengelaborasi pesan persuasi. Ada tiga unsur penting yang
133

207
diperlukan persuadee untuk mengolah informasi atau pesan persuasi
yaitu motivasi, kesempatan dan kemampuan (motivation, opportunity and
ability).
D. Unsur-unsur Komunikasi Persuasif
Keberhasilan komunikasi persuasif, harus mempertimbangkan unsur-
unsur yang ada didalam komunikasi persuasif, yaitu Unsur Persuader
(pemberi pesan), Pesan, Saluran dan Persuadee (penerima pesan).
➢ Persuader (Pemberi pesan)
Dalam komunikasi persuasif, sumber atau komunikator sering
disebut persuader. Persuader atau sumber pesan atau komunikator
adalah seseorang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk
mempengaruhi sikap, pendapat, perilaku orang lain secara verbal
maupun non verbal.
➢ Message (Pesan)
Pesan adalah apa yang disampaikan oleh komunikator/ persuader
kepada komunikan/ persuadee, dan pesan ini harus bisa mengubah
sikap dan perilaku persuadee. Pesan dalam komunikasi persuasif
tujuannya adalah mengubah sikap dan perilaku sasaran.

134

208
209
210
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
KIE berbasis digital merupakan suatu kegiatan dimana terjadi proses
komunikasi informasi dan edukasi dengan memanfaatkan media digital.
KIE dengan media digital merupakan upaya memilih media terkini
berbasis digital yang bertujuan untuk mempercepat mencapai suatu
perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dapat diukur
diantara kelompok audiensi atau sasaran (individu, keluarga dan
masyarakat) yang jelas melalui berbagai saluran komunikasi.
Dalam pelaksanaan KIE, haruslah diperhatikan materi sesuai
dengan isu yang ada. Langkah-Langkah KIE, yaitu: Persiapan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dalam pelaksanaan KIE tak
jarang Pelaksana mengalami hambatan. Hambatan yang ada tidak boleh
diabaikan, namun harus dipelajari dan dicari cara atau kiat untuk
mengatasinya. Dengan demikian diharapkan tujuan KIE dapat tercapai.

135

211
DAFTAR PUSTAKA

Abrar, A. N. (2003). Teknologi Komunikasi : Perspektif Ilmu Komunikasi.


Yogyakarta: Lesfi.

Ardianto, E. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbosa


Rekatama Media.

Flew, T. (2008). New Media: An introduction (3rd Editio). Oxford University


Press, Australia.

KBBI. (2021). Retrieved from https://kbbi.web.id/media

KKBI, arti digital. (2021). Retrieved from https://kbbi.web.id/digital

Lindawati, L. (2014). Public Sphere dan New Media. In N. Prajanto (Ed.),


Bianglala Pemikiran Komunikasi. Konteks, Teori dan Aplikasi (1st ed., p.
374). Yogyakarta: Fisipol UGM.

Mc Luhan, M. (1964). Understanding Media: The Extensions of Man. New York:


McGraw-Hill.

Noya, Y. P., Wahyono, A., Kusmana, Sugiyono, Sopari, A., Roswandi, D. A., …
Zaini, N. (2013). KIE KKB Lini Lapangan, Konsep, Staretgi Media Kreatif
dan Evaluasi. Jakarta: Direktorat Advokasi dan KIE BKKBN.

Rogers, E. M. (1986). Communicaton Technology : The New Media in Society.


London: The Free Press.

Triadi, D., & Bharata, A. S. (2010). Ayo Bikin Iklan: Memahami Teori & Praktek
Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Weiner, R. (1996). Webster’s New World Dictionary of Media and


Communications. New York: Macmillan.

Wikipedia/digital.(2021).Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Digital

136

212

Anda mungkin juga menyukai