Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
membalas pengabdian ini dengan pahala yang setimpal. Amiin.
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
iii
iv
1
2
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
2. Aging population
Perubahan struktur umur penduduk Indonesia yang secara perlahan
semakin “menua” merupakan salah satu dampak pengendalian TFR dan
perbaikan status kesehatan. Jumlah dan proporsi lansia di Indonesia akan
mengalami peningkatan yang lebih cepat dibandingkan dengan negara-
negara yang telah mengalami aging sebelumnya. Saat ini pengelolaan
penduduk kelompok lansia masih sangat mengandalkan pada keluarga dan
komunitas. Keterbatasan kemampuan keluarga dalam mengelola kualitas
hidup lansia akan menjadikan lansia semakin rentan, dan potensi
permasalahan yang akan muncul akibat penduduk yang mulai menua
(aging population) ini akan berdampak pada berbagai sektor pembangunan
apabila kelompok usia lansia tidak mendapatkan perhatian dan intervensi
yang tepat.
3. Pendekatan siklus hidup berbasis perencanaan hidup berkeluarga
Kebijakan pembangunan manusia dilakukan berdasarkan pendekatan
siklus hidup dan inklusif, termasuk memperhatikan kebutuhan penduduk
usia lanjut maupun penduduk penyandang disabilitas. Narasi ini, bahkan
akan lebih komprehensif apabila dimulai dari gagasan perencanaan dari
tahap pra berkeluarga (perencanaan kehidupan berkeluarga),
merencanakan keinginan untuk memiliki anak termasuk jumlah anak yang
dikehendaki, proses kehamilan yang merupakan fase yang juga penting
dalam proses tumbuh kembang anak, 1.000 Hari Pertama Kehidupan
(periode yang dimulai sejak terbentuknya janin dalam kandungan hingga
anak berusia 2 tahun), pendidikan anak usia dini (pra sekolah) sampai
dengan usia sekolah, remaja dengan berbagai pendekatannya dalam
penyiapan generasi bangsa yang berkualitas menuju usia produktif/bekerja
serta perhatian terhadap kelanjutusiaan (seluruh tahapan kehidupan).
4. Satu Data Kependudukan
Kebijakan Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola data
pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir, terpadu dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di satu sisi, Pendataan
Keluarga (PK) yang menjadi tugas dan kewenangan BKKBN, harus dapat
diintegrasikan dengan data sektor lain, seperti Sensus Penduduk (SP), serta
6
Data Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), sehingga dapat terwujud
satu data yang lengkap baik guna mendukung perencanaan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian pembangunan nasional, maupun untuk
mendukung operasionalisasi program/kegiatan Bangga Kencana di lini
lapangan.
7
meningkatkan mCPR, diantaranya melalui peningkatan akses pelayanan
kontrasepsi, termasuk jaminan ketersediaan alat kontrasepsi dan perluasan
akses/jangkauan pelayanan KB (melalui penggerakan Penyuluh Keluarga
Berencana/PKB dan pelayanan KB bergerak), serta peningkatan
pemahaman kesehatan reproduksi dan pengetahuan tentang kontrasepsi
modern. Selain itu, untuk menyasar pasangan usia muda/pasangan
millenial, perlu peningkatan kesadaran generasi muda terkait kesehatan
reproduksi.
3. Rendahnya pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi dan
penyiapan kehidupan berkeluarga
Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan topik yang perlu diketahui oleh
masyarakat khususnya para remaja agar mereka memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki
sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kesehatan reproduksi dapat
memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan, diantaranya terkait penyakit
seksual menular, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang dapat
mengakibatkan morbiditas bahkan mortalitas ibu. Angka kelahiran umur
15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR) juga masih relative tinggi,
meskipun penurunannya cukup signifikan dari tahun ketahun. Kendala
yang masih ada yaitu rendahnya pemahaman remaja dan calon pengantin
terkait kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga.
Pemberian informasi yang disesuaikan dengan usia dan kesiapan
anak/remaja dapat meningkatkan pemahaman mereka atas sistem, proses,
fungsi alat reproduksi dan cara menjaga kesehatan reproduksinya, serta
meningkatkan pemahaman atas konsep perencanaan kehidupan
berkeluarga.
4. Kebutuhan ber-KB Pasangan Usia Subur yang belum terlayani (unmet need)
di Indonesia dikategorikan masih tinggi.
Dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya, diketahui bahwa unmet need
lebih tinggi di daerah perkotaan (11 persen) dibandingkan di daerah pedesaan (10
persen). Dua puluh tiga persen wanita tidak mau ber-KB Karena alasan
8
kekhawatiran terhadap efek samping, sedangkan pada kalangan pria, ada 32
persen pria yang dirinya ataupun isterinya tidak menggunakan alat kontrasepsi
dengan alasan tidak ingin ber-KB.
5. Prevalensi Stunting yang Masih Tinggi
Stunting (gagal tumbuh) merupakan ancaman utama terhadap kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, juga ancaman terhadap
kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak yang gagal
tumbuh ini, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya saja, melainkan
juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya akan sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan
kreativitas di usia-usia produktif. Pemerintah tetap harus memberikan
perhatian serius terhadap isu ini, terutama agar anak-anak Indonesia dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta
mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Kemudian salah satu
hal yang juga perlu mendapat perhatian diantaranya perlunya
edukasi/sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja
sebagai bekal memasuki kehidupan berkeluarga, agar para calon ibu
memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi
bagi janin, memeriksakan kandungan minimal empat kali selama kehamilan
(program 1.000 HPK), serta peningkatan pemahaman orangtua mengenai
pola asuh yang baik dan menjaga kesehatan lingkungan.
9
yang sangat penting dalam upaya pembentukan dan pengembangan
karakter manusia Indonesia yang positif. Perawatan orang tua yang penuh
kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama
maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang kondusif
untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
berkarakter. Lebih lanjut, untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang
maju, modern, unggul, dan berdaya saing dalam kompetisi dengan negara-
Negara lain maka peran kebudayaan dan karakter bangsa menjadi sangat
penting. Cita-cita untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang berbudaya
dan berkarakter dapat dilakukan melalui pendidikan, pengasuhan,
pembiasaan dan keteladanan dalam keluarga. Keluarga bertanggung jawab
untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat,
diantaranya terkait nilai toleransi dan saling menghargai, gotong royong,
sopan santun, kebersamaan dan kerukunan, kepedulian terhadap sesama,
serta cinta tanah air (nasionalisme). Hal ini dapat didukung oleh kegiatan
pembangunan keluarga yang mensosialisasikan serta membudayakan 8
fungsi keluarga sebagai upaya penanaman nilai-nilai moral dan karakter
yang bermartabat.
2. Pernikahan Usia Anak
Kasus pernikahan usia anak banyak terjadi di berbagai penjuru dunia dan
telah menjadi perhatian internasional mengingat risiko yang timbul akibat
pernikahan anak yang dipaksakan, hubungan seksual pada usia anak,
kehamilan pada usia yang sangat muda, gangguan perkembangan
kepribadian dan menempatkan anak yang dilahirkan berisiko terhadap
kejadian kekerasan dan keterlantaran, infeksi penyakit menular seksual,
serta risiko komplikasi yang terjadi di saat kehamilan dan saat persalinan
pada usia yang relatif sangat muda. Permasalahan lain, perkawinan anak
di bawah usia 15 tahun tidak mencerminkan prevalensi yang
sesungguhnya, karena banyak perkawinan disamarkan sebagai
perkawinan anak perempuan di atas 16 tahun. Perkawinan anak juga akan
berdampak besar pada generasi yang selanjutnya yang terjebak dalam
lingkaran kemiskinan. Keadaan ekonomi rendah akan mengakibatkan
sulitnya akses terhadap fasilitas penunjang keterampilan dan pendidikan,
10
akses terhadap pelayanan kesehatan, pangan dan gizi serta akses terhadap
lingkungan tempat tinggal yang kondusif. Langkah penanggulangan isu ini
diantaranya dapat melalui penanaman norma sosial dan budaya praktik
penundaan usia menikah melalui keluarga (orang tua), kelompok kegiatan,
pendidikan/sosialisasi kesehatan reproduksi melalui sekolah/guru, serta
tokoh agama/tokoh masyarakat.
11
12
13
14
BAB II
VISI, MISI, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROGRAM BANGGA KENCANA
15
3. Janji Presiden RI yang terkait Program Bangga Kencana
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji Presiden
2020-2024 Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan pemetaan atas
kesesuaian Program dan Kegiatan Prioritas (termasuk Sasaran Strategis,
Outcome, dan Output) seluruh K/L terhadap Janji Presiden yang harus
diimplementasikan selama periode 5 (lima) tahun kedepan. Terkait dengan
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana
(Bangga Kencana), secara umum BKKBN berkontribusi langsung terhadap
upaya pencapaian Janji Presiden dalam hal:
a) Pembangunan Keluarga
Kegiatan prioritas dalam penguatan peran keluarga dan masyarakat
dalam pembentukan karakter sejak usia dini, serta pengembangan
kegiatan terkait Revolusi BKKBN tetap dalam lingkup Misi Peningkatan
Kualitas Manusia Indonesia, mendukung sepenuhnya upaya
pencapaian Janji Presiden terkait “Meningkatkan keterlibatan
perempuan/ibu dalam menjaga tumbuh kembang anak serta
pendidikan karakter dalam keluarga” dan “Revolusi Mental dalam sistem
sosial dengan pembudayaan nilai-nilai luhur bangsa dalam institusi
keluarga dan interaksi antar warga”. Terutama dalam pengembangan
Mental dalam sistem sosial untuk penguatan ketahanan keluarga dan
masyarakat.
b) Kependudukan
Pembangunan Kependudukan terkait langsung dengan Misi
Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia dan dalam lingkup Janji
Presiden untuk “Memantapkan Reformasi Sistem Kependudukan
Nasional”. Dalam hal ini BKKBN mendukung sepenuhnya Arah
Kebijakan dan Strategi RPJMN 2020-2024 dalam Memperkuat
Pelaksanaan Perlindungan Sosial, terutama dalam upaya
“Mengendalikan pertumbuhan penduduk dan memperkuat tata kelola
kependudukan”.
c) Keluarga Berencana (KB)
Program Keluarga Berencana (KB) terkait langsung dengan Misi
Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia dan dalam lingkup Janji
16
Presiden untuk “Meningkatkan akses perempuan/ibu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan kesehatan reproduksi,
terutama untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). BKKBN
mendukung Arah Kebijakan dan Strategi pada Rancangan RPJMN 2020-
2024 dalam upaya “Peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga
berencana (KB) dan kesehatan reproduksi”.
17
dan struktur penduduk seimbang.
b) Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi secara
komprehensif.
c) Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistik integratif sesuai
siklus hidup.
d) Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan
kerjasama global.
e) Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan komunikasi.
f) Membangun kelembagaan, meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan
SDM aparatur.
3. Tujuan
Selama periode pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024,
BKKBN memiliki tujuan untuk:
a) Mewujudkan keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang tentram, mandiri
dan bahagia.
b) Mengendalikan struktur penduduk menuju Penduduk Tumbuh Seimbang
(PTS) dengan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga terwujud
bonus demografi yang bermanfaat bagi pembangunan.
C. Sasaran Strategis
Untuk menjamin dukungan BKKBN terhadap upaya pencapaian Visi, Misi
dan Janji Presiden 2020-2024 dan Prioritas Pembangunan Nasional yang
tertera dalam RPJMN 2020-2024. Untuk memastikan Visi, Misi dan Tujuan
BKKBN yang telah ditetapkan dapat tercapai, diperlukan suatu ukuran
keberhasilan atas seluruh Program dan Kegiatan Prioritas yang dilakukan
dalam bentuk Sasaran Strategis. Dalam Renstra BKKBN 2020-2024
ditetapkan Sasaran Strategis yang harus dicapai sebagai berikut:
1) Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dapat
mencapai 2,26 pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 2,1 pada 2024.
2) Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern
Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) 61,78 persen pada tahun 2020 dan
ditargetkan menjadi 63,41 persen pada tahun 2024.
18
3) Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/Unmet Need 8,6
persen pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4 persen pada 2024.
4) Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19
tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 25
per-1.000 kelahiran pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 18 per
1.000 kelahiran pada 2024.
5) Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) sebesar 53,57
pada tahun 2020 serta ditargetkan menjadi 61,00 pada tahun 2024.
6) Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dari 21,9 tahun pada
2020 dan menjadi 22,1 tahun pada 2024.
Sebagaimana tertera sebelumnya, seluruh Sasaran Strategis diatas
dirumuskan guna mencapai Visi, Misi dan Tujuan BKKBN. Agar upaya
pencapaian Visi, Misi dan Tujuan tersebut dapat tetap terukur, maka BKKBN
menggunakan Indikator Dampak “Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)”. LPP
merupakan indikator yang upaya pencapaiannya harus secara komprehensif
melibatkan lintas sektor/bidang serta harus dikoordinasikan dengan baik
oleh Pemerintah Indonesia.
19
20
21
22
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
23
Dari Program Prioritas tersebut, BKKBN memiliki kontribusi terhadap
KP Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi,
dengan fokus strategi untuk:
1) peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya
pengasuhan, tumbuh kembang anak dan gizi;
2) perluasan cakupan KB dan kesehatan reproduksi berkualitas
sesuai karakteristik wilayah melalui penguatan kemitraan dengan
pemerintah daerah;
3) peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan
reproduksi bagi remaja dan praremaja yang responsif gender;
4) peningkatan kompetensi PKB/PLKB;
5) penguatan jejaring dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
khususnya praktik mandiri bidan, dokter swasta dan organisasi
profesi; dan
6) penguatan advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
Program Bangga Kencana serta konseling KB dan Kesehatan
Reproduksi secara komprehensif.
2. Prioritas Nasional (PN) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
PP Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh
Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju,
Modern, dan Berkarakter, dengan KP Revolusi mental dalam sistem sosial
untuk memperkuat ketahanan, kualitas dan peran keluarga dan
masyarakat dalam pembentukan karakter sejak usia dini. Dari KP tersebut,
BKKBN berkontribusi melalui beberapa fokus strategi, diantaranya:
a. Peningkatan pemahaman peran keluarga yang memiliki anak remaja
dalam pengasuhan dan pembentukan karakter remaja.
b. Peningkatan penyampaian informasi dan edukasi pada remaja dalam
pembentukan karakter.
c. Peningkatan pemahaman keluarga dalam pola pengasuhan dan
pendampingan anak sejak usia dini.
d. Penguatan pemberdayaan ekonomi keluarga guna meningkatkan
kualitas keluarga.
24
B. Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN
Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah
kebijakan dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024,
terutama dalam menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas
(PP) dan Kegiatan Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus
penggarapan Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Adapun
arah kebijakan dan strategi BKKBN adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik
dan integratif sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan
karakter di keluarga melalui strategi:
a. Penguatan pemahaman 8 fungsi keluarga.
b. Optimalisasi pola asuh dan pendampingan balita dan anak, serta
pembentukan dan penguatan karakter sejak dini melalui keluarga.
c. Peningkatan pola asuh dan pendampingan remaja, peningkatan
kualitas dan karakter remaja, serta penyiapan kehidupan berkeluarga
bagi remaja.
d. Peningkatan kemandirian ekonomi keluarga, dengan sasaran khusus
keluarga-keluarga akseptor KB lestari, keluarga peserta MKJP
khususnya MOP dan MOW, serta peserta KB Mandiri di wilayah
Kampung KB.
e. Peningkatan ketahanan dan kemandirian keluarga rentan.
f. Penguatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh) dimensi lansia
tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia.
g. Peningkatan kemitraan pembangunan keluarga.
2. Menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian
penduduk melalui strategi:
a. Pengembangan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
b. Penguatan sinergitas kebijakan penyelenggaraan pengendalian
penduduk.
c. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan.
d. Peningkatan sinkronisasi dan pemanfaatan data/informasi
kependudukan.
25
3. Meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang
komprehensif berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi
sasaran melalui strategi:
26
Pengembangan Inovasi, serta Penguatan Kerjasama Global Program Bangga
Kencana, yang dapat diwujudkan melalui strategi:
a. peningkatan kualitas SDM Program Bangga Kencana melalui pendidikan
dan pelatihan yang terstandarisasi berbasis teknologi informasi
b. peningkatan kualitas, pemanfaatan hasil Penelitian dan Pengembangan
Inovasi Program Bangga Kencana sebagai input/masukan atas rumusan
kebijakan;
c. peningkatan kemitraan dan kerjasama global di bidang pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan untuk memperkuat kelembagaan.
2) Dari sisi Dukungan Manajemen, Sekretariat Utama memiliki arah kebijakan
untuk dukungan manajemen yang berkualitas dalam mendukung
Penyelenggaraan Program Bangga Kencana, yang dapat diwujudkan melalui
strategi:
a. penyediaan dan sinkronisasi landasan hukum Kependudukan dan KB,
serta Pengelolaan Organisasi dan Tatalaksana;
b. peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan BMN;
c. penguatan Perencanaan Program dan Anggaran;
d. peningkatan kualitas pengelolaan administrasi kepegawaian dan
Pengembangan SDM Aparatur;
e. penyediaan pelayanan administrasi perkantoran dan kerumahtanggaan
yang berkualitas.
27
c. mendorong seluruh kebijakan yang ditetapkan Kepala BKKBN dilaksanakan
secara konsisten oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Perwakilan BKKBN
Provinsi;
d. mendorong pencapaian sasaran strategis BKKBN secara efektif dan efisien.
C. Kerangka Regulasi
Untuk mengimplementasikan Program Bangga Kencana secara maksimal di
seluruh tingkatan wilayah, diperlukan dukungan kerangka regulasi selain dari
apa yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009. Upaya
implementasi Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah juga
telah didukung dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) No. 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang telah
memasukan kegiatan-kegiatan prioritas lapangan Program Bangga Kencana di
Tk. Provinsi dan Kabupaten/Kota. Akan tetapi, integrasi kerangka regulasi
dalam dokumen perencanaan tetap harus disusun guna mensinergikan
kerangka pendanaan dan kerangka pelayanan umum dan investasi sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi
Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional dan Peraturan
28
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara
Penyusunan Renstra K/L Tahun 2020-2024, yang menyatakan bahwa
Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka
memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan
penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Oleh
sebab itu, kerangka regulasi BKKBN diarahkan untuk menjamin terwujudnya
pencapaian target/sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra
BKKBN 2020-2024.
Secara umum, diperlukan dukungan regulasi yang dapat memperkuat
posisi dan pelaksanaan Program Bangga Kencana, diantaranya:
1. Harmonisasi UU No. 52 Tahun 2009 dengan UU No. 23 Tahun 2014
terkait dengan Kelembagaan Program Bangga Kencana di daerah Provinsi
dan Kab/Kota serta penguatan Program Bangga Kencana di Desa, sebagai
dukungan untuk:
a. Kelembagaan Program Bangga Kencana di Provinsi, dan
Kabupaten/Kota sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
b. Penyelenggaraan Program Bangga Kencana di Daerah, baik tingkat
Provinsi, Kabupaten /Kota, maupun Desa.
c. Penguatan implementasi Program Bangga Kencana oleh tenaga lini
lapangan.
Hasil harmonisasi ini juga dapat menjadi acuan dalam merumuskan
regulasi lain (baik baru, revisi, maupun regulasi turunan) dari UU No.52
Tahun 2009 dan UU No.23 Tahun 2014, yang sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah.
2. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN, Kementerian Dalam
Negeri, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
danTransmigrasi tentang Penguatan Program Bangga Kencana di Desa,
sebagai dukungan untuk:
a. UU No. 6 Tahun 2014 terkait sistem pemerintahan desa yang
menggambarkan posisi yang equal/setara antara pemerintah desa
dengan masyarakat desa dan pengelola desa sebagai organ pemerintah
dan organ kemasyarakatan. Dalam hal ini, model kelembagaan untuk
mendukung Program Bangga Kencana harus menyesuaikan dengan
29
desain pemerintahan desa. Kelembagaan yang masuk dalam lingkup local
self government agar keseluruhan program akan mendapatkan dukungan
politis dan operasional dari pemerintah desa.
b. Tenaga lini lapangan yang memiliki kualifikasi sebagai perencana,
pelaksana dan sekaligus penggerak. Tenaga lini lapangan harus dapat
bekerja selaku birokrasi Program Bangga Kencana dan sebagai role model
yang mampu menggerakkan potensi masyarakat agar dapat
berpartisipasi secara optimal. Kemampuan komunikasi dan negosiasi
dengan kepala Desa, perangkat Desa dan tokoh masyarakat akan menjadi
titik kekuatan keberhasilan program. Oleh karena itu, tenaga lini
lapangan harus diberikan dukungan terkait dengan posisi kelembagaan
program dalam perangkat desa sebagai kelembagaan pemerintahan desa
sehingga kinerja para tenaga lini lapangan dapat dijalankan secara
profesional, terencana, terukur serta memiliki dampak terhadap
kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk, keluarga
berencana dan pembangunan keluarga.
c. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Bangga Kencana lintas
sektor yang dilaksanakan di Kampung KB. Sinkronisasi kegiatan lintas
sektor dapat meningkatkan manfaat Kampung KB bagi masyarakat,
terlebih apabila dapat dilaksanakan dengan tepat sasaran (segmentasi
sasaran wilayah) atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat (segmentasi
kebutuhan masyarakat). Selain itu, koordinasi juga dapat dilakukan
untuk mewujudkan sinergitas data yang dimiliki oleh Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT),
terutama data terkait daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar
Indonesia) sebagai basis data penetapan segmentasi sasaran
wilayah/lokasi Kampung KB yang perlu segera mendapat perhatian
khusus.
3. Kebijakan yang sistematis dan strategis dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan pembangunan Program Bangga Kencana. Program Bangga
Kencana harus dapat diselenggarakan secara terpadu dengan
menggunakan pendekatan lintas sektoral dari seluruh potensi yang ada baik
dari pemerintah, swasta, maupun peran serta/inisiatif masyarakat.
30
Penguatan landasan hukum dalam bentuk Peraturan Presiden RI sebagai
dukungan regulasi terhadap Penyelenggaraan Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan Penyerasian kebijakan
pembangunan Program Bangga Kencana terhadap beberapa permasalahan
sangat diperlukan, antara lain:
a. Penerbitan landasan hukum dan penyerasian kebijakan yang saat ini
belum memadai, dimana masih terdapat beberapa peraturan pemerintah
dari UU nomor 52 tahun 2009 yang belum disusun dan ditetapkan, dan
masih banyak kebijakan pembangunan sektor lain yang belum sinergi
dengan pembangunan Program Bangga Kencana.
b. Penegasan komitmen dan dukungan pemerintah pusat dan daerah
terhadap kebijakan Program Bangga Kencana yang masih relatif
rendah. Diperlukan regulasi untuk meningkatkan pemahaman
pemerintah pusat dan daerah tentang Program Bangga Kencana,
sinergitas kebijakan perencanaan program dan penganggaran yang
terkait dengan Program Bangga Kencana di dalam perencanaan daerah,
dan peraturan perundangan yang mendukung penguatan kelembagaan.
c. Penguatan koordinasi pembangunan Program Bangga Kencana
dengan program pembangunan lainnya, antara lain koordinasi dengan
program bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan/PKH,
Jampersal dan SJSN Kesehatan, serta penanganan atas kebijakan
pembangunan Program Bangga Kencana yang selama ini masih bersifat
parsial.
d. Penerbitan Peraturan Presiden tentang Pedoman Penyelenggaraan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang
merupakan amanat/perintah dari Pasal 14 Peraturan Pemerintah 87
Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.
4. Standarisasi pelayanan KB yang mempertimbangkan aspek penggerakan,
pelayanan di fasilitas kesehatan yang merujuk pada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku di Sistem Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan
kepesertaan ber-KB. Program Bangga Kencana merupakan upaya pokok
dalam pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan
31
keluarga sebagai bagian integral pembangunan nasional. Peraturan Kepala
BKKBN Nomor: 55/HK- 010/B5/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota
perlu disesuaikan dengan perkembangan regulasi yang ada (termasuk
target/indikator kinerja 2020-2024). Selain itu, pengaturan mengenai
pelayanan KB juga perlu dilakukan pembaruan dan pengayaan materi yang
mempertimbangkan aspek penggerakan, pelayanan di fasilitas kesehatan,
Sistem Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan kesertaan ber-KB.
5. MoU antara BKKBN dengan Lembaga Administrasi Negara dalam rangka
akreditasi lembaga/balai pendidikan dan pelatihan (Diklat) BKKBN. Tenaga
Penyuluh KB/PLKB yang merupakan PNS/ASN memiliki fasilitas untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU No.
5/2014. Dari ketentuan Pasal 11 tersebut menunjukkan bahwa adanya
tuntutan bagi ASN untuk bekerja secara profesional dan berkualitas. Oleh
karena itu, diperlukan penilaian akreditasi terhadap lembaga pendidikan
dan pelatihan BKKBN yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas standar kualitas pendidikan dan pelatihan, termasuk pelatihan
kompetensi manajerial, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga Penyuluh KB/PLKB.
6. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN dengan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka
peningkatan profesionalisme tenaga lini lapangan KB di Desa. Sinkronisasi
UU No. 52 Tahun 2009 dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam
memperkuat basis program di tingkat lini lapangan sangat diperlukan
mengingat sasaran terdepan dan wujud keberhasilan Program Bangga
Kencana adalah pada tingkat lini lapangan yakni di perdesaan. Strategi
untuk meningkatkan partisipasi kelembagaan di desa juga harus
menyesuaikan kebijakan nasional di desa yang dituangkan dalam UU No. 6
Tahun 2014.
7. Peraturan Kepala BKKBN Tentang Sertifikasi tenaga Penyuluh KB/ petugas
lapangan KB (PKB/PLKB) yang memperhatikan penjenjangan/
pengembangan kompetensi sesuai tuntutan program dan memperhatikan
pemerataan distribusi tenaga PKB/PLKB di Desa.
32
8. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pendayagunaan
Tenaga Penyuluh Bangga Kencana BKKBN yang intinya sebagai acuan dan
pedoman kerja bagi OPD Bidang Dalduk dan KB yang menangani bidang
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten/Kota namun
belum mengatur secara teknis tentang bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Program Bangga Kencana di tingkat kecamatan. Untuk itu perlu disusun
regulasi dalam bentuk Peraturan Kepala BKKBN Tentang Balai Penyuluhan
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di Tingkat
Kecamatan agar program-program Bangga Kencana dapat terlaksana
dengan baik sesuai dengan rancangan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
9. Menteri Dalam Negeri sebagai kementerian yang membawahi organisasi
pelaksana kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu pada Dinas atau Badan Daerah, telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana
Teknis Daerah. Peraturan teknis tersebut dibentuk atas perintah Pasal 19
ayat (5), Pasal 22 ayat (8), Pasal 28 ayat (5), Pasal 41 ayat (5), dan Pasal 49
ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah. Oleh karena itu, dalam menyusun regulasi tentang Balai
Penyuluhan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana
di Tingkat Kecamatan diperlukan harmonisasi dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis
Daerah agar tidak ada kontradiksi antar peraturan.
D. Kerangka Kelembagaan
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji Presiden,
BKKBN harus didukung oleh perangkat organisasi, proses bisnis (tata
laksana), dan sumber daya aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang
dibebankan kepada BKKBN secara efektif dan efisien baik di tingkat Kantor
Pusat maupun di tingkat kantor perwakilan di wilayah. Dalam perspektif ini
33
kegiatan pengembangan dan penataan kelembagaan mutlak dilaksanakan
secara efektif, intensif, dan berkesinambungan. Dari sisi regulasi yang
berlaku, penataan kelembagaan BKKBN berangkat dari Undang-undang No.
52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga,
Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, Peraturan Presiden No.3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun
2013 Tentang Perubahan Kedelapan atas Keputuan Presiden No. 110 Tahun
2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non
Kementerian.
Memperhatikan bahwa permasalahan dan tantangan yang dihadapi
BKKBN dewasa ini dan dimasa mendatang semakin kompleks dan dinamis,
pengembangan dan penataan kelembagaan BKKBN perlu berorientasi pada
sekurang-kurangnya lima prioritas sebagai berikut:
1. Memperkuat budaya organisasi yang mengacu pada nilai-nilai good
corporate governance (tata kelola organisasi yang baik) dan berorientasi pada
outcome
2. Merevisi model operasional dengan prioritas penataan pada penyempurnaan
dan percepatan proses bisnis dengan mengoptimalisasikan penggunaan
teknologi informasi, digitalisasi dan big data
3. Menyempurnakan sistem birokrasi melalui penataan struktur organisasi
yang lebih “adaptif” terhadap lingkungan bisnis (adaptive organization), dan
dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara
efisien (“fit-for-purpose”)
4. Meningkatkan kontribusi dan prestasi kerja pegawai melalui pengembangan
manajemen talenta yang sekurang-kurang mencakup peningkatan kinerja,
kompetensi dan komitmen pegawai; dan
5. Menjadi lebih proaktif dalam mengedukasi dan bekerjasama dengan
stakeholders untuk menghasilkan berbagai terobosan dalam pembangunan
kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga, baik
ditingkat Nasional maupun Daerah.
34
Pengembangan dan penataan Kelembagaan BKKBN memerlukan
proses yang cukup panjang, selain harus mempertimbangkan arah kebijakan,
strategi, tujuan, sasaran strategis serta sasaran program dan Indikator Kinerja
Utama per-unit Eselon I yang akan dicapai dalam RPJMN dan Renstra BKKBN
periode 2020-2024, juga harus memperhatikan sinergitas lintas sektor/lintas
Kementerian/Lembaga (KL) serta memperhatikan arahan Presiden RI terkait
penyederhanaan struktur organisasi K/L, pemangkasan alur birokrasi
(pemangkasan Tk. Eselon III dan Eselon IV), serta penambahan Jabatan
Fungsional Aparatur Sipil Negara untuk mempercepat pelaksanaan pelayanan
fungsional sesuai dengan keahlian/keterampilannya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, E., & Irawati, E. (2017). Manejemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara RI.
Merdian. (n.d.). Kampung KB Sebagai Wahana. Retrieved from BKKBN web site:
https://kampungkb.bkkbn.go.id
Puspitawati, H. (2017). Pengasuhan anak umur 0-6 tahun bagi orang tua bekerja.
Jakarta: Direktorat Balita dan Anak, BKKBN.
Rahayu, L., & Hamzah, Z. (2006). Membentuk Karakter Anak Melalui Kelompok
BKB. Jakarta: BKKBN.
Susanti, I. C., Herwanto, T., Yudistira, M., Supiaty, S., Adibah, F., & Afrilda, Y.
(2019). Panduan Pengelolaan Kampung KB bagi Tenaga Lini Lapangan. Jakarta:
BKKBN.
Wahab. (2020, Oktober 14). Apa itu rumah data kampung KB. Retrieved from
Bantul kab: https://dppkbpmd.bantulkab.go.id
36
_______________,Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah dua kali diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 2015
37
38
RANGKUMAN MATERI
ADVOKASI KEBIJAKAN BANGGA KENCANA
39
40
41
42
BAB I
PENDAHULUAN
43
44
45
46
BAB II
KONSEP DASAR ADVOKASI
Advokasi berasal dari Bahasa Inggris advocacy, yang berarti suatu Tindakan
pembelaan, dukungan atau rekomendasi dukungan aktif. Pengertian Advokasi
secara umum adalah tindakan atau aksi strategis yang ditujukan untuk
menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah
munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.
1. Tujuan Advokasi
Tujuan advokasi adalah mendukung dan mempromosikan suatu
masalah/isu dan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain
dalam rangka perubahan. Advokasi untuk mendekatkan problem publik
kepada pembuat kebijakan. Sehingga pembuat keputusan dan kebijakan
publik membuat keputusan dan kebijakan yang mengutungkan bagi
masyarakat.
Dalam melaksanakan advokasi dilakukan dengan cara mempengaruhi
pembuat kebijakan, menggandeng kelompok pendukung, merangkul
kelompok penentang dan memberdayakan masyarakat.
2. Fungsi Advokasi, antara lain:
a. Mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau
peraturan.
b. Mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain, misalnya penciptaan
lingkungan yang kondusif.
3. Manfaat Advokasi
Beberapa manfaat advokasi adalah;
a. Melakukan komitmen dengan pembuat keputusan untuk mencpai
tujuan-tujuan program kependudukan dan keluarga berencana.
b. Memastikan program yang diarahkan kepada masalah-masalah
kependudukan, Kesehatan, reproduksi dan gender untuk mendapatkan
alokasi sumber daya manusia.
c. Menginformasikan tentang prioritas kependudukan dan tantangan
Kesehatan reproduksi kepada pembuat keputusan, serta dapat
47
mempengaruhi cara berfikir, bertindak bagi para pembuat keputusan
atas masalah-masalah tersebut.
d. Mendapatkan rintangan dan hambatan secara terus menerus dan dapat
memunculkan strategi baru untuk menjaga isu-isu program
Pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga
Kencana) agar tetap menjadi perhatian publik.
4. Isu-isu Advokasi
Isu advokasi yang berkaitan dengan program Bangga Kencana adalah;
a. Kelembagaan
b. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
c. Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
d. Kependudukan
e. Keadilan dan keseteraan gender dan pemberdayaan perempuan
f. Dukungan manajemen
Dalam menentukan isu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yaitu;
a. Isu tersebut mempengaruhi banyak orang
b. Besar pengaruh isu tersebut terhadap program Bangga Kencana
c. Isu tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan nasional
d. Isu tersebut sesuai dengan misi organisasi
e. Isu tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan intervensi advokasi
f. Isu tersebut dapat memobilisasi para stake holder
5. Sasaran Advokasi
Sasaran advokasi terdiri dari;
a. Key Stakeholder/pemegang kekuasaan
b. Primary Stakeholder
Stake holder primer/pemegang kekuasaan adalah individu atau kelompok
yang memperoleh manfaat secara langsung dari hasil suatu kegiatan
advokasi.
c. Secondary Stake holder/ mitra Kerja/penentang
1) Mitra/sekutu atau stakeholder sekunder, adalah individu atau
kelompok maupun organisasi yang mempunyai pandangan atau posisi
yang sama dan siap bergabung di dalam suatu koalisi untuk
mendukung isu tertentu.
48
2) Penentang
Penentang atau musuh adalah individu atau kelompok yang memiliki
sikap yang bertentangan atau berbeda dalam suatu masalah tertentu
dengan sikap dimana advokasi itu dilibatkan. Penentang jangan dilihat
sebagai lawan yang harus ditentang, melainkan sebagai seseorang
yang memiliki keyakinan dan sikap berbeda terhadap isu tertentu.
Pentingnya identifikasi musuh ini berguna untuk menentukan posisi
mereka tentang suatu masalah dan menentukan dasar untuk dialog.
Untuk melihat semuanya itu perlu adanya usaha untuk melakukan
identifikasi dan analisis terhadap stakeholder.
6. Jenis-jenis Advokasi
Jenis-jenis advokasi ada 3 (tiga) yaitu;
a. Advokasi diri/individu adalah advokasi yang dilakukan pada skala lokal
dan bahkan sangat pribadi, contohnya advokasi dilakukan dengan cara
mencari kejelasan atau klarifikasi kepada pihak sekolah.
b. Advokasi Kasus adalah advokasi yang dilakukan sebagai proses
pendampingan terhadap orang atau kelompok yang belum memiliki
kemampuan membela diri dari kelompoknya.
c. Advokasi Kelas adalah sebuah proses mendesak sebuah kebijakan publik
atau kelompok masyarakat dengan tujuan akhir terwujudnya perubahan
sistematik yang berujung pada lahirnya produk kebijakan yang melindungi
atau berubahnya kebijakan yang diangggap tidak adil. Advokasi jenis ini
melibatkan stakeholder yang lebih banyak dan proses yang lebih
sistematis.
7. Komponen Advokasi
Komponen Advokasi terdiri dari;
a. Data/ Research (untuk menentukan permasalahan publik)
b. Sumber Daya, Dana (pemberi Advokasi dan penyandang dana)
c. Tujuan (Hasil yang diinginkan)
d. Aliansi (Bersatunya beberapa pihak yang berkepentingan sama
sebagai pemberi Advokasi)
e. Audiensi (Tatap muka dengan penentu kebijakan/ penerima
Advokasi)
49
f. Pesan/ Media (Pesan dan media yang dipakai oleh pemberi
advokasi)
g. Presentasi (Proses penyampaian pesan)
h. Evaluasi (Mengevaluasi hasil dari advokasi)
8. Langkah-langkah Advokasi
Langkah-langkah pokok Advokasi meliputi hal-hal berikut :
1. Analisis; kegiatan analisis meliputi analisis khalayak, analisis kebutuhan
program, analisis isi pesan dan analisis potensi pendukung.
2. Penetapan strategi; penetapan strategi meliputi penetapan tahapan,
penetapan tujuan/sasaran/target, pemilihan media Advokasi, perumusan
isi pesan dan pengaturan pendayagunaan sumber dukungan (tenaga,
dana, sarana) termasuk penyiapan sumber daya manusia.
3. Penyusunan isi pesan; penyusunan isi pesan merupakan penjabaran dari
program yang ingin disampaikan dalam bentuk tulisan, suara atau gambar
yang dapat dimengerti khalayak.
4. Desain dan produksi media; Perancangan isi pesan dari program yang akan
disampaikan kepada khalayak dalam bentuk fisik yang meliputi format, lay
out maupun aspek artistik.
5. Pelaksanaan; isi pesan dan media yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan kondisi khalayak dan tujuan dari advokasi yang ingin dicapai.
6. Monitoring dan Evaluasi; Monitoring dilakukan mengacu kepada rencana
strategi yang telah disusun, sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala
untuk melihat proses, hasil ataupun dampak dari advokasi yang
dilakukan.
9. Teknik Advokasi
Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan non formal. Bentuk
formalnya negoisasi, sedangkan bentuk non formalnya disebut lobi. Proses
lobi tidak terikat tempat dan waktu, serta dapat dilakukan secara terus
menerus dalam jangka waktu yang Panjang sedangkan negoisasi tidak.
Negooisasi terikat oleh waktu dan tempat.
a. Lobi
Lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun
kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi lain maupun
50
orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan ada
pemerintahan sehingga memberikan keuntungan untuk diri sendiri
maupun organisasi dan perusahaan pelobi. Lobi melibatkan dua pihak,
yaitu pihak pelobi dan pihak yang dilobi.
b. Negoisasi
Negoisasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir
di setiap aspek kehidupan. Negoisasi dilakukan oleh semua orang yang
berinteraksi dengan orang lain. Baik di kalangan anak-anak sampai pada
kalangan dewasa bahkan lanjut usia.
Dalam buku Teach Yourself Negoitiating, karangan Phil baguley, dijelaskan
tentang definisi negoisasi yaitu yang diartikan sebagai suatu cara untuk
menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua belah
pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan
di masa mendatang.
c. Petisi
Petisi adalah permintaan secara tertulis yang ditandatangani oleh lebih
dari seorang pemegang otoritas (pemerintah, Lembaga atau petingginya)
untuk melakukan sesuatu. Petisi dalam seringkali juga disebut sebagai
sebuah tuntutan. Petisi berisi sesuau hal yang oleh beberapa orang perlu
mendapatkan perhatian dan juga dukungan dari masyarakat banyak
menyangkut suatu masalah.
d. Debat
Debat adalah kegiatan atau argumentasi anatara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok dalam mendiskusikan dan
mendiskusikan masalah dan perbedaan. Secara formal debat banyak
dilakukan dalam instituusi legislative seperti parlemen, terutama di
negara-negara yang menggunakan system oposisi. Dalam hal ini debat
dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat
dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
e. Metode Media
Metode media yaitu bagaimana pelaku advokasi melakukan hubungan
kemitraan dengan media atau media massa. Media yang dimaksudkan
adalah media publikasi massa seperti radio, televisi, surat kabar, majalah,
51
jurnal atau laporan berkala dari komunitas tertentu. Sedangkan format
yang diusulkan untuk media mencakup berita-berita dari siaran pers,
konferensi pers, isu-isu ringkas untuk para wartawan atau jurnalis, lembar
fakta, paket media, surat kepada redaksi, editorial tamu, gambar/ilustrasi
grafis/kartun, membeli waktu atau slot waktu dan tempat untuk
pembuatan isu tertentu, artinya PKB dapat memesan kapan dan halaman
beberapa isu yang dibuat dan ditayangkan.
f. Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.
Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau
informasi kepada orang lain. Tujuan dari presentasi bermacam-macam,
misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk
memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan
(biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat
tertentu).
52
53
54
BAB III
ADVOKASI DALAM PROGRAM BANGGA KENCANA
55
yang diperkirakan merugikan masyarakat. Secara garis besar sebuah
kampanye komunikasi suatu program pembangunan memiliki tiga komponen
yang saling berkait, saling mempengaruhi dan saling mendukung, yaitu
advokasi, mobilisasi dan komunikasi perubahan perilaku. Dalam strategi
komunikasi dan Advokasi BKKBN (2017), dijelaskan tujuan dari Advokasi,
Komunikasi Perubahan Perilaku dan Mobilisasi Sosial, yaitu:
a. Advokasi.
Tujuan advokasi yaitu mendapatkan. Komitmen politik dan perubahan
kebijakan, Alokasi sumber daya dan layanan, Percepatan implementasi
program, Regulasi/kebijakan, Fasilitas, Pendanaan dan Sumber daya
manusia
b. Komunikasi perubahan perilaku.
Upaya menggerakkan semua pihak yang dapat mendukung program untuk
melakukan satu atau lebih kegiatan/program(lembaga
pemerintah,masyarakat madani(LSM,Asosiasi,perkumpulan,dll
c. Mobilisasi sosial
yaitu Merubah/mengembangkan Cara berfikir, Sikap dan Perilaku
56
PERBEDAAN ADOVOKASI KIE
✓ mendukung program KB ✓ .Remaja menunda
✓ .Adanya koordinasi dan pernikahan dan
sinergi antar ✓ merencanakan hidup
✓ program ✓ .Lansia mendukung
PUS menjadi
✓ akseptor dan remaja
dapat
✓ merencanakan hidup
Metode ✓ .pembentukan kelompok ✓ .Penjangkauan dan
advokat lintas sektor penggerakan
✓ .menyampaikan lembar ✓ masyarakat
kebijakan ✓ .Promosi melalui
✓ .memberi masukan spesifik komunikasi tatap
terhadap keputusan yang ✓ muka, pertemuan
akan di ambil masyarakat,
✓ .advokasi melalui media ✓ pengajian dan kegiatan
pertemuan advokasi, keagamaan
✓ .pemberian penghargaan ✓ lainnya,pertemuan PKK
dan lain-lain
57
58
PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI
ISU LINTAS SEKTOR
59
60
BAB IV
PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI ISU LINTAS SEKTOR
61
maka Pemerintah daerah dapat menghemat dana untuk imunisasi bayi sekitar
Rp 30 M selama lima Tahun.
Dampak Positif dari adanya efesiensi anggaran tersebut antara lain:
1. Mengalihkan penambahan fasilitas sekolah menjadi peningkatan kualitas
pendidikan
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
3. Meningkatkan kualitas layanan kesehatan
4. Meningkatkan SDM dan IPM
5. Kemanan negara terjamin
6. Serta sektor-sektor lain
62
10. Melindungi, mengembalikan, mempromosikan pemanfaatan ekosistem
yang berkelanjutan. Manajemen hutan yang berkelanjutan. Memerangi
kekeringan, menghentikan dan mengembalikan degradasi lahan serta
menghentikan kehilangan keanekaragaman hayat
Hal-hal diatas hanya bisa terjadi, jika dilakukan upaya yang sistematis
dan terukur untuk mendapatkannya. Upaya itu berupa program advokasi
Bangga Kencana yang berdimensi lintas Hal-hal diatas hanya bisa terjadi, jika
dilakukan upaya yang sistematis dan terukur untuk sektoral. Hal ini
mengingat peran strategis program Bangga Kencana dimana keberhasilannya
akan memberi fundamen yang kuat bagi pencapaian tujuan program di sektor
lain, sebaliknya tujuan pembangunan di sektor lain ini akan sangat sulit
dicapai jika program Bangga Kencana tidak berjalan sebagaimana mestinya.
63
d. Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memadai
3. Lingkungan yang mendukung, meliputi aspek:
a. Peraturan/kebijakan yang mendukung
b. Nilai, norma di masyarakat
c. Pembiayaan kegiatan
d. Regulasi terkait peningkatan kapasitas SDM
e. Koordinasi dengan program lain
64
5. Apakah aktivitas tersebut SMART?
Selanjutnya tentukan indikator keberhasilan, terdiri dari:
1. Output (keluaran) - Apakah anda telah melaksanakan semua kegiatan
advokasi dalam rencana kerja anda?
2. Outcome (hasil) -- Apakah anda telah mencapai sasaran/tujuan yang
SMART? Untuk mencapai tujuan jangka panjang akan ditempuh melalui
beberapa saran/tujuan jangka pendek yang SMART
3. Impact (dampak)- Apakah tujuan jangka panjang telah tercapai? Tujuan
jangka panjang ini bisa dilihat dari Tujuan RPJMD Kabupaten/kota untuk
program Bangga Kencana
65
Monitoring adalah salah satu komponen pokok dalam manajemen yang
memantau, mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan program, proyek
dan kegiatan yang telah dirumuskan sebelumnya agar efisien dan efektif.
Evaluasi adalah salah satu komponen pokok dalam manajemen yang secara
sistematis mengumpulkan serta menganalisis data dan informasi untuk
menilai kelayakan, serta pencapaian sasaran dan tujuan program proyek dan
kegiatan baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun paska
kegiatan. Perbedaan Monitoring dan Evaluasi dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
66
BAB V
PROGRAM BANGGA KENCANA SEBAGAI
ISU LINTAS SEKTOR
67
68
BAB
BAB VVI
PPEENNUUTTUUPP
A. Kesimpulan
Advokasi adalah salah satu metode komunikasi yang digunakan sebagai
strategi untuk perubahan sosial. Advokasi sendiri dapat didefinisikan sebagai
upaya untuk melakukan pembentukan opini public melalui kampanye media
massa, upaya untuk mempengaruhi pengambil kebijakan dan upaya untuk
melakukan Pendidikan massa melalui aksi kelas atau kelas atau unjuk rasa.
Tujuan dari kegiatan advokasi adalah mencari dukungan orang lain. Fungsi
advokasi adalah memrpomosikan suatu perubahan dalam kebijakan,
program, peraturan perundangan-undangan. Manfaat dari kegiatan advokasi
adalah untuk mendapatkan komitmen dan perhatian dari pembuat
keputusan dalam program Bangga kencana
Program Bangga Kencana sebagai isu yang berdimensi lintas sektor, yaitu
kegagalan KB akan menarik kebawah capaian di sektor pembangunan lain,
keberhasilan KB akan memberikan fundamental kuat untuk mencapai target
pembangunan di sektor lain. Permasalahan dari sisi pengelolaan program
Bangga Kencana berdampak pada situasi dan capaian program Bangga
Kencana baik secara subnasional maupun nasional. Ini pada gilirannya, akan
memberi dampak pada sektor pembangunan lain. Sehinga diperlukan upaya
yang sistematis dan terukur agar program Bangga Kencana berhasil
mencapai target sesuai yang telah ditetapkan di dalam Renstra RPJMN
maupun RPJMD. Upaya itu berupa program advokasi program Bangga
Kencana yang berdimensi lintas sektoral.
Penyuluh KB harus memperhatikan langkah-langkah menyusun strategi
advokasi antara lain: merumuskan isu strategis, menentukan tujuan dan
sasaran yang SMART, identifikasi mitra advokasi dan pengambil
keputusan/kebijakan, kenali pengambil keputusan, merumuskan
permintaan advokasi, menyusun rencana kerja. Monitoring dan evaluasi
merupakan mata rantai dari suatu rangkaian atau siklus manajemen,
sehingga merupakan subsistem dari sebuah sistem yangmempunyai sifat dan
fungsi saling serta saling mendukung satu sama lain.
69
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 2004. Kebijakan Nasional Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Dalam
Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta
Sondang Ratna Utari, BKKBN, 2014, Modul Advokasi dan KIE, Pelatihan
Penjenjangan PKB, Jakarta
Sondang Ratna Utari, BKKBN, 2018, Modul Advokasi dan KIE, Pelatihan
Penyegaran PKB, Jakarta
Sondang Ratna Utari dan Pranowo Adi, BKKB, 2018, Modul Advokasi dan KIE,
Pelatihan Kampung KB, Kalimantan Barat
70
71
72
73
74
BAB I
PENDAHULUAN
75
rata-rata nasional. Tantangan program kependudukan ke depan adalah (1)
bagaimana memanfaatkan mobilitas nasional agar rasio ketergantungan
merata di seluruh Indonesia; (2) meningkatkan tingkat pendidikan generasi
muda sehingga berkompeten dan memiliki jiwa kompetitif; (3) meningkatkan
derajat kesehatan sehingga pada gilirannya usia tua tidak sepenuhnya menjadi
beban, karena ketika usia lanjut masih bisa berdaya.
76
Kepala BKKBN Nomor 2 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Penyuluh
KB yang diperkuat dengan Peraturan BKKBN Nomor 23 Tahun 2020 tentang
Kamus Kompetensi Teknis Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian
Penduduk dan Penyelenggaraan Keluarga Berencana, disebutkan bahwa
Penyuluh KB wajib menguasai kompetensi manajerial dimana salah satu
kompetensi manajerial yang harus dikuasai oleh Penyuluh KB adalah
kerjasama. Dengan penguasaan pada kompetensi tersebut, Penyuluh KB
memiliki kemampuan untuk secara efektif bekerja dan berkolaborasi dengan
orang lain ke arah sasaran bersama, dikaitkan dengan tingkat partisipasi dan
kontribusi terhadap kinerja tim. Kompetensi kerjasama sangat terkait dengan
cara Penyuluh KB membentuk jejaring kemitraan untuk mendukung
tercapainya Program Bangga Kencana. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan kompetensi yang dimiliki, Penyuluh KB harus melibatkan
semua unsur yang terkait di wilayah kerjanya seperti unsur pemerintah, swasta
dan masyarakat setempat dengan melakukan kerjasama dalam rangka
koordinasi dan kemitraan penyelenggaraan program Bangga Kencana di lini
lapangan.
50
77
78
79
80
BAB II
KONSEP KERJASAMA LINTAS PROGRAM
DAN LINTAS SEKTORAL
81
saling menguntungkan, tulus dan saling menghargai diantara pihak pengelola
program BANGGA KENCANA dengan pihak lainnya untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati.
82
kemitraan, pihak-pihak yang bermitra dapat:
1. Membentuk nilai kebersamaan sehingga dapat menyamakan
persepsi dalam menentukan tujuan.
2. Menggali potensi wilayah yang ada
3. Menambah pengetahuan dan pengalaman
4. Menyumbangkan ide/ gagasan dan sumber-sumber yang dimiliki
5. Menyusun program-program yang bermanfaat
6. Mengubah peran pribadi menjadi peran bersama
7. Menghasilkan keputusan bersama dengan baik
Dapat kita ketahui bahwa, hubungan kerjasama/kemitraan sangat
menentukan keberhasilan program Bangga Kencana dalam hal:
1. Meluasnya jejaring kerja program Bangga Kencana
Sasaran program Bangga Kencana adalah keluarga yang tersebar dimana
saja, sehingga dalam memberikan pelayanan diperlukan jaringan
pelayanan yang layak dan tersebar dibanyak tempat.
2. Meningkatnya kualitas tenaga
Dengan kemitraan, pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga pengelola
program Bangga Kencana dapat ditingkatkan.
3. Meningkatnya pemberdayaan tenaga pengelola program Bangga
Kencana
53 Kencana dengan sektor lain yang terkait. Tanpa sektor pembangunan lain,
mekanisme operasional tidak akan berjalan seperti yang diharapkan,
83
untuk itu diperlukan hubungan kemitraan yang dikembangkan secara
terus menerus dengan sektor lain.
6. Terpadunya program Bangga Kencana dengan program
pembangunan lainnya
54
84
85
86
BAB III
SIKAP-SIKAP DASAR MEMBANGUN HUBUNGAN KERJASAMA
LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL
87
Sebagai contoh, PKB bermitra dengan Dinas Pendidikan, maka
PKB yang mempunyai materi program Generasi Berencana (Genre)
dapat memberikan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dengan dibantu
oleh guru Bimbingan Konseling (BK) kepada para murid baik ditingkat
SLTP maupun SLTA. Materi Genre diantaranya materi Reproduksi
Sehat, Menghindari TRIAD KRR (Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS), 8
fungsi Keluarga dan Keterampilan Hidup (Life Skill). Diharapkan
generasi muda menyadari betapa pentingnya mempersiapkan diri dalam
merencanakan hidupnya dengan memahami program BANGGA
KENCANA melalui program Genre ini. Jadi PKB dan Dinas Pendidikan
saling menguatkan dalam melaksanakan program Genre yang
merupakan bagian dari program BANGGA KENCANA di wilayah binaan.
Contoh yang lain, PKB bermitra dan saling menguatkan dengan
PKK dalam mengelola kelompok BKB. PKB dan PKK sama-sama
mempunyai tujuan yang selaras karena PKB adalah pembina kelompok
BKB dan PPK pada Pokja II mempunyai kewajiban untuk mengelola dan
membina kelompok BKB. PKB mempunyai materi- materi BKB dan
keterampilan KIE/penyuluhan dan PKK mempunyai kader dari tingkat
kabupaten/kota, desa/kelurahan, hingga kader pada tingkat kelompok
kegiatan. Sehingga PKB dan PKK saling menguatkan, PKB dapat
membina kader dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kader dalam pengelolaan dan KIE/penyuluhan di kelompok BKB.
Sedangkan PKK dapat turut serta membina dan memotivasi secara
bersama-sama dan berkesinambungan pada kelompok BKB. Dengan
demikian diharapkan jumlah dan kualitas kelompok BKB di wilayah
binaan akan mengalami peningkatan.
Dalam usaha meningkatkan capaian peserta KB baru, maka PKB
akan bermitra dengan Tokoh Agama dan Dinas Kesehatan (Puskesmas,
dokter, bidan). Didalam KIE/Penyuluhan KB, PKB dibantu oleh Tokoh
Agama yang mempunyai wadah pertemuan (misalnya pengajian bagi
yang beragama Islam, persekutuan do’a yang beragama Kristen, dan
pertemuan-pertemuan keagamaan lainnya) dan dalam pelayananan
56
KBnya dibantu oleh petugas (dokter, bidan) dari Dinas Kesehatan.
88
Demikianlah pihak yang bermitra saling menguatkan untuk
keberhasilan program BANGGA KENCANA dan program pembangunan
lainnya.
Contoh kemitraan yang dikembangkan PKB, PKB bermitra dengan
LSOM, misalnya dengan Muslimat NU, bersama-sama memberikan
KIE/Penyuluhan dan membina pengelolaan pada kelompok PIK Remaja
yang sudah terbentuk. Sehingga tujuan program BANGGA KENCANA
tercapai, Kelompok PIK Remaja berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan strata kualifikasinya serta remaja yang dibina mampu
menjadi remaja yang tangguh yang sadar dalam merencanakan
hidupnya dan terhindar dari TRIAD KRR. Ada nilai-tambah (added value)
yang diperoleh para pihak yang bermitra baik secara ekonomi maupun
non ekonomi untuk saling menutupi kekurangan dan mengoptimalkan
kelebihan mereka.
3. Sikap saling menguntungkan
Dengan kekuatan yang berbeda antara para pihak yang bermitra
dapat dikembangkan sikap saling memberi yang menguntungkan
bersama dan tidak saling mengeksploitasi atau merugikan. PKB
bermitra dengan Lurah/Kepala Desa akan saling menguntungkan, kedua
belah pihak sama-sama mendapat manfaat dari hubungan kemitraan
yang dikembangkan, sehingga program BANGGA KENCANA dan
program pembangunan lainnya di tingkat kelurahan atau desa dapat
dijalankan dengan saling bersinergi dan terpadu sehingga mempercepat
pencapaian tujuan pembangunan. Selain sikap dasar yang harus
dimiliki dalam hubungan kerjasama/kemitraan juga harus menganut
prinsip-prinsip antara lain:
a. Kesetaraan
Masing-masing pihak berada dalam posisi dan peran yang sejajar,
yang satu tidak merasa lebih tinggi dari lainnya.
b. Kepercayaan
Mereka yang bermitra menanamkan dan menunjukkan sikap saling
terpercaya satu sama lain. Kepercayaan merupakan hal sangat
57
menentukan bagi keberhasilan kemitraan (hasil penelitian).
89
c. Keterbukaan
Para pihak yang bermitra dituntut untuk saling jujur dan tidak ada
sesuatu yang disembunyikan.
d. Kemanfaatan
Siapapun yang bermitra satu sama lain mengikat kesepakatan dalam
ikatan saling menguntungkan.
90
4. Memberikan kejujuran dan keterbukaan
Kejujuran dan keterbukaan menjadi dasar untuk bermitra
khususnya dalam menyampaikan pendapat dan mendengarkan
orang lain, karena dengan kejujuran dan keterbukaan, maka
tercipta situasi yang kondusif dalam melaksanakan program
BANGGA KENCANA dan program pembangunan lainnya.
5. Berorientasi pada tujuan bersama
Tujuan dalam pengembangan hubungan kemitraan hanya dapat
dicapai apabila masing-masing pihak merasa memiliki tujuan yang
sama.
6. Membantu
Semangat untuk saling bersedia untuk membantu dalam proses
pelaksanaan program BANGGA KENCANA dan program
pembangunan lainnya dan mencegah terjadinya konflik serta
dapat bersama-sama memecahkan masalah.
Dengan memahami sikap-sikap yang mendukung hubungan
kemitraan, PKB akan lebih mudah dalam mengembangkan hubungan
kemitraan diwilayah kerjanya, sehingga mempermudah pula dalam
pelaksanaan program BANGGA KENCANA serta mempercepat
pencapaian tujuan.
b. Sikap-sikap yang tidak mendukung hubungan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral
91
3. Mencurigai
Dalam melaksanakan pekerjaan mengedepankan rasa curiga
kepada pihak lain, sehingga situasi tidak nyaman dan selalu
merasa khawatir pihak lain akan menyebabkan kerugian.
4. Tidak jujur dan tertutup
Berbohong tidak hanya menyakiti pihak lain, namun suatu bentuk
pengingkaran hati nurani karena sudah berlaku tidak jujur.
Demikian juga apabila hubungan kemitraan didasari dengan sikap
tertutup pada masing-masing pihak, maka akan timbul saling
curiga yang menyebabkan situasi yang tidak kondusif dalam
melaksanakan suatu kesepakatan.
5. Mengabaikan tujuan bersama
Masing-masing pihak lupa akan tujuan bersama, sehingga
pekerjaan yang dilakukan tidak terdapat persamaan persepsi dan
akan mengalami permasalahan bahkan tujuan yang telah
disepakati cenderung sulit untuk tercapai.
6. Mementingkan diri sendiri (egois)
Masing-masing pihak merasa lebih penting dari yang lain, sehingga
merasa bahwa pekerjaan yang disepakati hanya untuk
menguntungkan salah satu pihak saja.
60
92
93
94
BAB IV
STRATEGI KOMUNIKASI KERJASAMA LINTAS
PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL
A. Strategi Komunikasi
Keberhasilan komunikasi tidak hanya tergantung pada proses
komunikasi yang jelas dan terfokus pada isu prioritas program BANGGA
KENCANA, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia, sarana dan
dana yang dimiliki pihak yang bermitra kerja serta pemilihan strategi
komunikasi yang tepat. Jadi marilah kita bahas hal-hal yang mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, seperti:
1. Identifikasi dan memilih isu prioritas program BANGGA KENCANA
Salah satu unsur utama dan penting dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi dan memilih isu strategis/isu prioritas. Dalam
mengidentifikasi dan memilih isu prioritas program BANGGA KENCANA
dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Isu yang berhubungan dengan masalah program BANGGA KENCANA
yang menjadi prioritas
b. Berpotensi untuk membangun kemitraan
c. Berisiko kecil, tapi mempunyai kemungkinan keberhasilan yang besar
d. Berpotensi untuk meningkatkan kredibilitas dan efektivitas terhadap
program BANGGA KENCANA
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Hampir seluruh instansi pemerintah memiliki SDM yang bisa
dimanfaatkan dan berpotensi dalam pelaksanaan program BANGGA
KENCANA. Mengenai jumlahnya mungkin tidak sama antar daerah
karena ada banyak terjadi perubahan strategis berkaitan dengan era
otonomi daerah. Untuk PKB, banyak yang beralih tugas dan fungsi
didaerahnya, jadi jumlah PKB memang di beberapa daerah mengalami
penurunan. Namun kualitas SDM pemerintah sudah relatif bagus dan
tersebar pula sampai ditingkat Desa. Diantaranya SDM tersebut ada yang
menjadi tokoh masyarakat dilingkungannya. Hal tersebut
61 memungkinkan dapat dikembangkan hubungan kemitraan sebagai
95
tenaga pengelola dan pelaksana program BANGGA KENCANA di tingkat
lini lapangan sesuai dengan perannya.
SDM Pemerintah sangat potensial makanya perlu dibekali dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap tentang program BANGGA
KENCANA melalui sosialisasi, orientasi dan pelatihan mengenai program
BANGGA KENCANA agar pengembangan hubungan kemitraan berjalan
efektif. Sama seperti pada lembaga pemerintah, potensi SDM swasta
(perusahaan farmasi, perusahaan perkebunan, televisi swasta, radio
swasta, dll) dalam pengembangan hubungan kemitraan juga diharapkan
dapat ditumbuhkan untuk memperlancar pelaksanaan program
BANGGA KENCANA.
Potensi yang tak kalah penting diperhatikan adalah potensi
masyarakat. Potensi masyarakat antara lain Tokoh Agama (Toga), Tokoh
Masyarakat (Toma), Tokoh Adat (Todat), Kader Poktan yang baik secara
individu maupun yang bergerak dalam organisasi kemasyarakatan/LSM
dan LSOM (seperti: Fatayat NU, Muslimat NU, Aisiyah, Koalisi
Kependudukan, IPeKB, IPADI, PKK, Pramuka, dll), dimana SDM
didalamnya sangat potensial untuk mendukung pelaksanaan program
BANGGA KENCANA.
3. Sarana
Pihak yang terlibat dalam pengembangan hubungan kemitraan
tentunya memiliki sarana dan fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk
pengelolaan dan pelaksanaan program pembangunan termasuk program
BANGGA KENCANA. Misalnya, kelurahan mempunyai ruang untuk
digunakan sebagai klinik puskesmas pembantu untuk pelayanan KB,
ditingkat RW, terdapat ruang pertemuan yang bisa digunakan untuk
pertemuan kelompok BKB. Jadi, sarana disini bisa berupa ruang kerja,
ruang pertemuan, sarana transportasi (mobil, kapal, perahu, dll) yang
dapat digunakan untuk kepentingan program pembangunan termasuk
program BANGGA KENCANA.
4. Dana
Lembaga Pemerintah yang terkait, memiliki peluang bermitra kerja
62
dalam pendanaan untuk sektor-sektor pembangunan masyarakat,
96
termasuk dalam penyelenggaraan program BANGGA KENCANA. Bahkan
beberapa lembaga pemerintah terkait ada juga yang memiliki program
atau kegiatan yang sinergi antara program BANGGA KENCANA dengan
program pembangunan lainnya. Sehingga sangat dimungkinkan untuk
melakukan hubungan kemitraan dalam melaksanakan program-program
pembangunan. Kemitraan dalam bidang pembiayaan pelaksanaan
program pembangunan termasuk program BANGGA KENCANA
dilakukan secara terpadu sejak proses perencanaan melalui forum
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) di
desa/kelurahan, sehingga dalam pelaksanaan dan monitoringnya bisa
dilakukan secara terintegrasi. Untuk itu PKB perlu menyusun
perencanaan program BANGGA KENCANA di desa/kelurahan sebagai
bahan masukan Musrenbangdes.
5. Strategi Komunikasi
63
97
B. Jenis Strategi Komunikasi
Dalam melakukan strategi komunikasi, PKB hendaknya mengetahui
jenis strategi komunikasi yang bisa digunakan dalam pengembangan
hubungan kemitraan. Jenis strategi komunikasi antara lain Lobi, Presentasi,
Negosiasi, Dialog, dan lain-lain.
1. Lobi
Lobi merupakan aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh individu
ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi
lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi
dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri
sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi. Lobi merupakan
bentuk informal dari advokasi.
2. Presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin
atau salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan suatu topik,
pendapat atau informasi kepada orang lain.
3. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian
yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan
dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya,
tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau
memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu.
4. Dialog
Dialog berasal dari bahasa latin "dialogus" ‘dia’ berarti antara ‘legein’
berarti bercakap, jadi dialog adalah pertukaran ide-ide, pemikiran,
pandangan dan lain-lain dari beberapa orang dengan tujuan
menyamakan pikiran untuk mencapai keadaan harmonis. PKB di lini
lapangan akan bertemu dengan mitra kerja yang dalam besarannya
dibagi menjadi 4 (empat) sasaran, meliputi:
a. Key Stakeholder
Adalah Pembuat kebijakan publik/Pengambil keputusan/Pembuat
Peraturan/Perundang-undangan/Pelaksana Kebijakan publik untuk
64 mendukung keberhasilan Program KKB Nasional.
98
b. Primary Stakeholder
Adalah masyarakat atau bagian dari masyarakat yang secara langsung
akan mendapat manfaat dari program KKB Nasional
c. Secondary Stakeholder
Adalah Mitra kerja atau aliansi seperti LSM atau LSOM atau
Organisasi Profesi atau Swasta.
d. Penentang
Yaitu mereka yang menentang segala upaya keberhasilan program
KKB Nasional.
Dari keempat sasaran diatas, pada sasaran Key Stakeholder dan
Primary Srakeholder PKB tidak akan mengalami banyak permasalahan
karena kedua sasaran tersebut biasanya sudah sejalan dengan program
BANGGA KENCANA. Sementara untuk menghadapi Secondary Stakeholder
dan Penentang, PKB akan sedikit harus berusaha lebih keras karena
biasanya ada perselisihan atau berbeda pendapat dengan tujuan program
BANGGA KENCANA. Untuk menghadapi Secondary Stakeholder dan
Penentang, PKB akan dibekali pengetahuan tentang jenis strategi
komunikasi yang sesuai yaitu strategi komunikasi Negosiasi.
5. Negosiasi
Definisi negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak-
pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang
berbeda dan bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah
suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.
Negosiasi adalah proses dari adanya dua atau lebih pihak-pihak yang
menggunakan tawar menawar untuk menyatukan perbedaan masing-
masing pihak yang bernegosiasi. Banyak orang yang telah mempunyai
pengalaman dalam bernegosiasi, misalnya negosiasi kenaikan gaji atau
negosiasi harga mobil, tanah, rumah, pesawat terbang atau kapal laut dll.
Negosiasi juga mempunyai peran penting dalam menjalin hubungan
antara serikat buruh dengan manajemen perusahaan, antara pemerintah
dengan masyarakat (misalnya dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan, peraturan perijinan, pemberian ganti rugi atas kepemilikan
65
tanah, dll) antara satu negara dengan negara lain (misalnya mengenai
99
sengketa batas negara antara lain: darat, laut atau barangkali juga
udara/dirgantara, pengungsi legal/ilegal, tenaga kerja asing, utang
piutang, ekspor/impor barang-barang tertentu). Dengan demikian
negosiasi tidak selalu dalam bidang bisnis murni, akan tetapi dapat terjadi
pada bidang apa saja, kapan saja antara dua orang atau lebih.
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai
perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang
berkepentingan dengan elemen-elemen dalam bermitra kerja. Termasuk di
dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi dan bermitra
kerja dengan tujuan tertentu. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga menjelaskan pengertian negosiasi sebagai berikut:
1. Proses tawar menawar dengan jalan berunding guna mencapai
kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan
pihak (kelompok atau organisasi) yang lain.
2. Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak
yang bersengketa.
Negosiasi berasal dari kata Latin "Negotior" yang arti sederhananya
adalah "melakukan bisnis" yakni menekuni pekerjaan dan berusaha
memenuhi kepentingan yang berarti hampir tak terelakkan untuk
berinteraksi dengan pekerjaan dan berbagai kepentingan orang lain.
Negosiasi tidak akan terlepas dari kegiatan diskusi yang bentuk-
bentuknya adalah sebagai berikut:
1. Diskusi yang bentuknya negosiasi seharusnya berakhir dengan
kesepakatan yang jelas, gamblang dan tidak diartikan lain.
2. Diskusi yang bentuknya penyelesaian masalah seharusnya berakhir
dengan solusi dan sebuah rencana tindakan apa yang akan
dilaksanakan, siapa pelaksananya, kapan dan di mana.
3. Diskusi yang bentuknya pengumuman berakhir dengan pertanyaan,
untuk mengetahui apakah semua orang sudah paham apa yang
diumumkan.
Negosiasi mempunyai empat elemen kunci yaitu:
100
2. Memahami konflik antara pihak-pihak. Serikat kerja dengan
manajemen perusahaan tidak sependapat tentang isi kontrak kerja;
3. Kesempatan berinteraksi antara pihak-pihak. Pada beberapa
negosiasi masing-masing pihak melihat adanya kesempatan untuk
saling mempengaruhi satu dengan lainnya;
4. Kemungkinan adanya kesepakatan. Kedua belah pihak
mengharapkan sampai pada puncak kesepakatan mengenai isi
perjanjian.
Pada saat melakukan strategi komunikasi negosiasi, maka perlu
diketahui tahapan-tahapannya, sebagai berikut:
1. Preparation (Persiapan)
Persiapan dimulai jauh-jauh hari sebelum negosiasi dilakukan dengan cara
mencari tahu keadaan mitra negosiasi, kehendak apa yang sesungguhnya
diinginkan oleh mitra kita. Masing-masing pihak memberikan berbagai
informasi, misalnya tentang sejarah, kebiasaan- kebiasaan, sebelum
berinteraksi dan sebelum kesepakatan dibuat oleh masing-masing pihak.
Masing-masing pihak menyatukan anggota- anggotanya untuk
menyamakan keinginan, pengharapan dan pilihan- pilihannya pada
kesepakatan yang baru. Masing-masing pihak juga mempelajari situasi
dari pesaing organisasi. Due Diliguent (penelitian mendalam merupakan
salah satu dari kegiatan persiapan negosiasi).
2. Evaluation of alternatives (Evaluasi berbagai kemungkinan)
Dua belah pihak berusaha mencoba mengidentifikasi tahap tawar menawar
yaitu tahap di mana dua pihak akan memperoleh kesepakatan yang dapat
diterima.
3. Identifying interests (Identifikasi berbagai kepentingan)
Ketentuan yang berlaku bagi negosiator adalah tercapainya kepentingan
yang sesungguhnya, hubungan personal atau organisasional.
4. Making Trade-off and Creating Joint Gains (Membuat pertukaran
dan menciptakan keuntungan bersama)
Penawar memanfaatkan pertukaran untuk memperoleh kepentingannya
dan kepentingan-kepentingan pihak lainnya. Oleh karena itu kalau akan
67
mengadakan negosiasi, kedua belah pihak harus berusaha sejak semula
101
mencapai beberapa keuntungan yang sama-sama dikehendaki.
Keuntungan didapat berupa materi/uang atau keuntungan dalam
hubungan atau relasi. Sehingga bila ada pertikaian akibat adanya perilaku
yang anti sosial, atau tidak jujur dari salah satu pihak, maka tak satu
pihakpun yang merasa menerima nasib lebih buruk daripada sebelum
mereka memulainya, kecuali karena salah duga atau ketidakmampuan
mereka sendiri.
102
4. Rasa takut gagal yang alamiah.
Hindari hambatan dan kesalahpahaman serta milikilah keterampilan
bernegosiasi.
Dalam bernegosiasi terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan, yaitu:
a. A Competitive Strategy
Mengutamakan pencapaian tujuan dirinya dengan mengorbankan
tujuan pihak lain. Kelompok atau individu dapat saja merahasiakan
sesuatu kekuatan, atau menggertak sebagai cara untuk memperoleh
tujuannya dan mengesampingkan tujuan pihak lain.
Tipe: Distributive Bargaining. Kata-kata kunci "I Win, You Lose".
b. A Collaborative Strategy
Menekankan pada pencapaian tujuan kedua belah pihak. Strategi ini
menghendaki adanya komunikasi yang akurat sesuai dengan keinginan
pihak lain. Pendekatan strategi ini lebih kepada pemecahan masalah,
dan mencari solusi untuk mendapatkan kepuasan dari kedua pihak.
Tipe: Integrative Bargaining. Kata-kata kunci: "Apa jalan terbaik
mencapai tujuan dari kedua pihak?"
c. A Subordinating Strategy
Menekankan satu pihak mencapai tujuan setelah pihak lain menghindari
konflik. Individu atau kelompok akan lebih mengutamakan tujuan pihak
lain tercapai daripada pencapaian tujuannya sendiri.
Tipe: Distributive Bargaining. Kata-kata kunci: "You Win, I Lose".
Pilihan pada salah satu strategi mungkin saja, tergantung pada
keinginan untuk mengadakan hubungan di antara pihak-pihak yang
bernegosiasi dan kepentingan substansi dari hasil yang dicapai oleh
pimpinan. Tujuan Negosiasi untuk mencapai perjanjian yang dapat
memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-
elemen bermitra kerja.
Sasaran Negosiasi biasanya adalah:
1. Secondary Stakeholder
yaitu: Mitra kerja atau aliansi seperti LSM/LSOM/Organisasi
profesi/Swasta
69
2. Penentang,
103
yaitu mereka yang menentang segala upaya keberhasilan program
BANGGA KENCANA
Diharapkan PKB dan pihak mitra kerja dapat meningkatkan
kualitas hubungan kemitraan. Sedangkan terhadap pihak penentang,
PKB dapat menyampaikan pesan dengan cara negosiasi dengan
harapan dapat merubah persepsi penentang menjadi mempunyai
pandangan yang sejalan sehingga yang tadinya berdiri sebagai pihak
penentang, akhirnya dapat dirangkul menjadi mitra kerja. Sehingga
pelaksanaan program BANGGA KENCANA dapat semakin berjalan
lancar dan mempercepat pencapaian tujuan
70
104
105
106
BAB V
MEMELIHARA HUBUNGAN
KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN
LINTAS SEKTORAL
107
sehingga kedua belah pihak merasa puas karena sama-sama mendapat
keuntungan.
108
a. Berdasar waktu, yaitu melakukan pemeliharaan pada periode secara
teratur, misalnya melakukan pertemuan rutin bulanan.
b. Berdasar pekerjaan, yaitu pemeliharaan setelah pekerjaan
terselesaikan perlu adanya pertemuan untuk mereview hasil
pekerjaan.
c. Berdasar kesempatan, yaitu pemeliharaan yang dilakukan apabila
ada kesempatan untuk itu, misalnya pada jam kerja istirahat, atau
hari libur.
Berdasar kondisi terencana, yaitu tergantung pada hasil
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kerjasama dalam bermitra,
misalnya pemberian pembekalan awal jika ada personal baru yang
terlibat dalam hubungan kemitraan. Prefentive Maintenance sangat
tepat dilakukan, karena kegiatan tersebut sangat efektif dalam
menghadapi permasalahan atau kesalahan, sehingga bisa segera diatasi
dan dapat menghindari kegagalan dalam pencapaian tujuan hubungan
kemitraan.
2. Corrective Maintenance/Break Down Maintenance
Corrective Maintenance disebut juga break down maintenance, yaitu
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam
proses pelaksanaan kemitraan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
dari kemitraan.
Jenis pemeliharaan ini biasanya dihindari, karena jika sudah
terjadi kesalahan proses kerjasama dalam bermitra, terlebih terjadi
kegagalan dalam pencapaian tujuan, maka kedua belah pihak akan
membutuhkan tenaga, pikiran, waktu dan biaya yang lebih banyak dan
mahal.
109
1. Mutual Trust
Kedua belah pihak dalam bermitra harus menumbuhkan rasa
saling percaya satu sama lainnya sehingga menciptakan situasi
yang kondusif dalam melaksanakan kerjasama sehingga tercapai
tujuan bersama.
2. Mutual Respect
Kedua belah pihak dalam bermitra harus menciptakan rasa saling
hormat menghormati dalam melaksanakan kerjasama, menerima
kekuatan dan kelemahan mitra kerja sehingga saling memperkuat
satu sama lain.
3. Mutual Benefit
Kedua belah pihak dapat merasakan keuntungan baik berupa:
1. Eksistensi, pengakuan keberadaan semua pihak dalam
bermitra dari para mitra kerja dan masyarakat terhadap
dedikasi kerjasama yang berhasil mencapai tujuan.
2. Peningkatan kompetensi karena saling belajar dan bertukar
pengalaman.
3. Semua pihak yang bermitra dapat mencapai tujuan bersama
dan tujuan internal program masing-masing yang bermitra.
4. Kemitraan yang berkelanjutan, dengan tercapainya tujuan
bersama dan terdapat kepuasan masing-masing pihak serta
kepuasan masyarakat, maka kemitraan dapat berulang atau
berlanjut pada program pembangunan berikutnya.
110
perubahan dan keunggulan.
4. Pemberdayaan: memberikan dukungan teknis dan dana untuk
mendorong implementasi program kerja yang baik secara terus menerus.
5. Pembelajaran terus menerus.
6. Kerjasama: menggunakan kerjasama, empati dan itikad baik dalam
semua program kerja.
7. Kesetaraan: mempromosikan kesetaraan, pelibatan dan akses bagi semua,
tanpa melihat faktor seperti ukuran organisasi, gender, kemampuan fisik
atau mental, ras, kemampuan, asal etnis atau kewarganegaraan, agama
dan dialek dalam bidang-bidang prioritas yang dipilih.
8. Kerja Tim: menggabungkan keberagaman pengalaman dan keahlian SDM
yang memiliki tujuan dan komitmen yang sama untuk sukses.
9. Profesionalisme: memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik secara
konsisten melalui pendekatan pelayanan berorientasi pada penerima
manfaat atau mitra yang berkepentingan.
111
pihak hendaknya saling terbuka dan saling menghormati untuk
mencapai kesepakatan kerjasama
2. Pelaksanaan kegiatan
Pemeliharaan hubungan kemitraan dalam pelaksanaan kegiatan
kemitraan, semua pihak yang bermitra haruslah dapat berkomunikasi
efektif melalui forum rapat resmi maupun bentuk komunikasi yang lain
misalnya saling menelepon, sms dan email. Sehingga dengan
membangun komunikasi yang efektif, masing-masing pihak dapat saling
mengingatkan sehingga hubungan kemitraan terpelihara kemitraan
yang telah dikembangkan pada program pembangunan selanjutnya
76
112
113
114
BAB VI
PRAKTIK PENGEMBANGAN HUBUNGAN
KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS
SEKTORAL
115
7. Sering terjadi pergantian personal.
C. Mengatasi Hambatan Hubungan Kemitraan
Untuk mengatasi hambatan hubungan kerjasama/kemitraan
hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menuangkan kesepakatan dalam lembar kesepakatan yang berisi hak
dan kewajiban masing-masing pihak serta ditandatangani bersama
diatas materai. Masing-masing pihak saling mengingatkan secara terus
menerus.
2. Semua pihak menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing,
sehingga bisa saling melengkapi. Kedua belah pihak mengembangkan
komunikasi yang efektif.
3. Sebaiknya membuat jadwal kerja sesuai dengan siapa mengerjakan apa,
dimana, bagaimana dan kapan terlaksana, biasanya dituangkan dalam
matriks jadwal mingguan selama setahun anggaran.
4. Selalu menjaga komunikasi dengan menjadwalkan rapat konsolidasi
atau meningkatkan frekuensi pertemuan melalui forum-forum
komunikasi.
5. Diawal kesepakatan hendaknya sudah dibagi tugas sesuai dengan
kemampuan masing-masing pihak yang bermitra yang dituang dalam
panduan pelaksanaan.
6. Masing-masing pihak yang bermitra harus selalu mempunyai persepsi
yang sama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama.
7. Selalu menjaga kesinambungan pekerjaan, meskipun berganti orang/
personal dalam hubungan kemitraan, namun pekerjaan yang
disepakatilah yang menjadi dasar untuk mencapai tujuan. Untuk orang/
personal yang baru hendaknya diberikan pembekalan ulang.
116
b. Menentukan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat yang akan
diajak bermitra kerja dalam penyelenggaraan program BANGGA
KENCANA.
c. Menghubungi personal dalam instansi pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk menjelaskan maksud dan tujuan mengembangkan
hubungan kemitraan.
d. Menyatukan pendapat untuk menggalang komitmen bermitra kerja
yang meliputi bentuk kegiatan, tim yang terlibat, pembiayaan, jadwal,
sarana dan fasilitas lain yang diperlukan.
2. Melaksanakan kegiatan
Pelaksanaan kemitraan dalam suatu kegiatan hendaknya dapat
dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan tersebut biasanya
merupakan hasil dari Murenbangdes yang dituangkan pada matriks
penjabaran jadwal kegiatan selama kurun waktu satu tahun.
3. Melakukan Evaluasi
Setelah kegiatan berlangsung, selanjutnya dilakukan evaluasi bersama-
sama tim yang sudah dibentuk, evaluasi meliputi:
a. Input
Evaluasi input diukur dari dukungan jumlah dana yang dipakai,
jumlah sarana yang digunakan, tenaga yang terlibat dan ketepatan
metode/ cara yang sudah disepakati sebelumnya.
b. Proses
Evaluasi proses secara langsung diukur dari keterlibatan langsung
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan
program BANGGA KENCANA. Sedangkan secara tidak langsung dapat
diukur dari dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
perencanaan sampai dengan pelaksanaan kehgiatan sesuai dengan
kesepakatan yang telah dibuat.
c. Output
Evaluasi output diukur dengan cara membandingkan antara sasaran
yang telah dicapai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Setelah
mengetahui tahapan pengembang hubungan kerjasama/kemitraan,
79
maka kelas akan dibagi menjadi 4 kelompok. Masing-masing
117
kelompok diberikan kesempatan mendiskusikan bagaimana
melaksanakan pengembangan hubungan kemitraan di wilayah
binaannya. Kemudian menyusun tahapan dan skenario simulasi,
dilanjutkan dengan melakukan simulasi didepan kelas.
Contoh:
Simulasi kegiatan sebelum, saat dan sesudah Musrenbangdes di desa
Sukasari. Dengan susunan pemeran: PKB, Kepala Desa, Kepala
Puskesmas, Bidan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, PKK, dan Kader.
PKB harus mempunyai strategi untuk mengatasi hambatan-hambatan
yang terjadi dan terus mengembangkan hubungan kemitraan yang
sedang dijalin mulai dari membuat perencanaan, melaksanakan
kegiatan dan melakukan evaluasi.
80
118
119
120
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerjasama lintas program dan lintas sektoral atau kemitraan berarti
melakukan hubungan jalinan kerjasama yang menunjukkan persamaan
hak dan tanggung jawab. Integrasi program BANGGA KENCANA dengan
program pembangunan lainnya yang didasarkan pada kesetaraan, saling
menguntungkan, tulus dan saling menghargai diantara pihak pengelola
program BANGGA KENCANA dengan pihak lainnya untuk mencapai tujuan
bersama yang telah disepakati.
Kemitraan (partnership) dapat dilakukan dengan berbagai pihak, bisa
dengan pemerintah, perusahaan, dan dengan organisasi-organisasi yang
sejenis. Pola kemitraan dapat dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk
bidang pendidikan, KB dan bidang program pembangunan lainnya. Konsep
kemitraan bertujuan mewujudkan kemampuan dan peranan semua
elemen secara optimal dalam mewujudkan program.
PKB merupakan perpanjangan tangan dari institusi pengelola
program BANGGA KENCANA Kabupaten/Kota yang memegang peranan
penting dalam keberhasilan program BANGGA KENCANA di
Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PKB harus
melibatkan semua unsur yang terkait di wilayah kerjanya seperti unsur
pemerintah, swasta dan masyarakat setempat. PKB harus mempunyai
sikap-sikap dasar untuk membangun hubungan kemitraan yaitu sikap
saling memerlukan, sikap saling memperkuat dan sikap saling
menguntungkan. Untuk memperkuat dan mendukung hubungan
kemitraan dengan pihak lain, kedua belah pihak harus mempunyai sikap
saling berpartisipasi, saling menghormati, saling mempercayai, saling
memberikan kejujuran dan keterbukaan, saling berorientasi pada tujuan
bersama, serta saling membantu. Sedangkan dalam bermitra dengan pihak
lain sikap yang harus dihindarkan karena sikap ini tidak mendukung
hubungan kemitraan yaitu apatis, meremehkan, mencurigai, tidak jujur dan
tertutup, mengabaikan tujuan bersama, serta mementingkan diri sendiri
(egois).
81
Keberhasilan komunikasi tergantung pada proses komunikasi yang
121
jelas dan terfokus, sumber daya manusia, sarana dan dana yang dimiliki
pihak yang bermitra kerja, serta pemilihan strategi komunikasi yang tepat.
Jenis strategi komunikasi yang bisa digunakan dalam pengembangan
hubungan kemitraan antara lain lobi, presentasi, negosiasi, dialog, dan
lain-lain.
122
DAFTAR PUSTAKA
83
123
124
125
126
127
128
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah Data dan informasi diperoleh, maka data yang ada tersebut perlu
di analisis dan diberikan pemaknaan setelah itu dapat dimanfaatkan sebagai
dasar penetapan prioritas dan sasaran program Bangga Kencana yang
dilaksanakan di suatu daerah, serta disebarluaskan kepada berbagai pihak
baik akademisi, praktisi maupun masyarakat luas melalui berbagai forum
dan media cetak, elektronik maupun daring. Hasil analisis, pemanfaatan
serta penyebarluasan data tersebut dapat digunakan oleh berbagai lintas
sektor sebagai dasar pemberian dukungan dan pelayanan kepada mayarakat
sehingga hasil akhirnya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
85
129
130
131
132
BAB II
KONSEP DASAR ANALISIS DATA DAN INFORMASI
Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara
keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu
pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Selanjutnya
dilakukan reduksi data yang dilaksanakan dengan cara membuat sebuah
abstraksi dan setelah itu menyusunnya ke dalam satuan-satuan. Dari
satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan. Kategori tersebut
dilakukan sambil membuat koding dan tahap terakhir dari analisis data yaitu
mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data. Apabila tahapan tersebut
telah selesai maka dilanjutkan tahap penafsiran data untuk menjadikannya
teori substansi dengan menggunakan metode-metode tertentu.
1. Pengertian
Pengertian analisis data adalah kegiatan mengkategorikan data untuk
mendapatkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna,
serta menyampaikan atau melaporkannya kepada pihak lain yang
berminat atau berkepentingan. Pada dasarnya data yang digunakan
untuk melakukan analisis data disini adalah data yang bersumber dari
pendataan keluarga, hasil pencatatan dan pelaporan Bangga Kencana,
dan hasil-hasil survei.
2. Tujuan
Secara umum, tujuan analisis data adalah untuk menjelaskan suatu data
agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat sebuah kesimpulan.
Suatu kesimpulan dari analisis data dan informasi didapatkan dari
sampel yang umumnya dibuat berdasarkan pengujian hipotesis atau
dugaan, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus
digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang
harus segera diperbaiki.
Dalam kaitannya dengan program Bangga Kencana, analisis data
yang dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran secara tepat dan
menyeluruh keadaan di lapangan sampai ke tingkat keluarga tentang
hasil pelaksanaan program pembangunan keluarga, kependudukan, dan
86
133
keluarga berencana, yang dapat digunakan untuk kepentingan
operasional langsung di lapangan, terutama di Kampung KB.
3. Ruang lingkup
1. Sasaran
Sasaran analisis data meliputi seluruh pelaksanaan kegiatan program
Bangga Kencana (pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga
berencana), yang bersumber pada hasil dari pendataan keluarga, pencatatan
dan pelaporan, serta hasil-hasil survei lainnya.
2. Jangkauan
Jangkauan analisis data dan informasi mencakup pelaksanaan operasional
dari program pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga
berencana di lini lapangan.
4. Definisi Informasi
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. Sumber informasi adalah
data. Data kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan
kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah kejadian yang terjadi
pada saat tertentu.
1) Siklus Informasi
Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, kemudian
penerima menerima informasi tersebut, yang berarti menghasilkan
keputusan dan melakukan tindakan yang lain akan membuat sejumlah
data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses
kembali lewat suatu model dan seterunya yang disebut dengan siklus
informasi (information cycle). Siklus ini juga disebut dengan siklus
pengolahan data (data processing cycles).
87
134
Gambar 1. Siklus Informasi
88dibutuhkan.
135
5) Konsep Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan
istilah blok bangunan (building block) yaitu :
a. Blok masukkan (input block)
Input disini termasuk metode-metode dan media yang digunakan
untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa
dokumen dasar.
b. Blok model (model block)
Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan metode
matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang
tersimpan di basis data dengan cara yang sudah tertentu untuk
menghasilkan keluaran yang sudah diinginkan.
c. Blok keluaran (output block)
Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan
informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk
semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
d. Blok teknologi (technology block)
Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model,
menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan
keluaran dan membantu pengendalian diri secara keseluruhan.
Unsur utama teknologi yaitu: Teknisi (human ware atau brain ware),
perangkat lunak (software) dan Perangkat keras (hardware)
e. Blok basis data (database block)
Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
f. Blok kendali (control block)
Banyak faktor yang dapat merusak sistem informasi, misalnya
bencana alam, api, temperatur tinggi, air, debu, kecurangan-
kecurangan, kejanggalan sistem itu sendiri, kesalahan-kesalahan
ketidakefisienan, sabotase dan sebagainya. Beberapa pengendalian
89 perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal
136
yang dapat merusak sistem dapat dicegah atau bila terlanjur terjadi
kesalahan dapat langsung diatasi.
90
137
138
139
140
BAB III
TEKNIK ANALISIS DATA
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat
untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan
penelitian.
A. Tahapan Persiapan Data
Tahap persiapan data sebelum melakukan analisis data, yaitu:
1. Pengeditan (Editing)
Pengeditan merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang
diperlukan terhadap data untuk memudahkan proses pemberian kode
dan pemrosesan data dengan teknik statistik. Data yang dikumpulkan
melalui survei atau observasi perlu diedit dari kemungkinan kekeliruan
dalam proses pencatatan, pengisian kuesioner yang tidak lengkap atau
tidak konsisten. Tujuan pengeditan data adalah untuk menjamin
kelengkapan, konsistensi dan kesiapan untuk proses analisis. Proses
pengeditan dapat dilakukan di lapangan (field editing) oleh peniliti,
pengumpul data atau staf yang bertindak sebagai supervisor sesaat
setelah melakukan pengecekan terhadap isian kuisioner. Pengeditan
dapat juga dilakukan di tempat peneliti (In- House editing) setelah
beberapa atau semua data terkumpul, karena field editing sulit
dilakukan jika peneliti menggunakan teknik pengiriman kuisioner
melalui pos.prosedur pengeditan akan memudahkan proses pemberian
kode dan data entry.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan klasifikasi data
penelitian ke dalam skor numerik atau karakter symbol. Proses ini
diperlukan terutama untuk data penelitian yang dapat diklasifikasi,
misal: jawaban dari tipe pertanyaan tertutup (closed-ended question)
yang tidak memberikan alternative kepada responden selain pilihan
jawaban yang tersedia. Pemberian kode pada jawaban dari tipe
pertanyaan terbuka (open-ended question) relative lebih sulit karena
91 memerlukan judgement dari pemberi kode dalam mengintepretasikan
141
jawaban responden. Tujuan pemberian kode pada tipe pertanyaan
terbuka adalah untuk mengurangi variasi jawaban responden menjadi
beberapa kategori umum sehingga dapat diberi skor numerik atau
symbol. Teknis pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau setelah
pengisian kuesioner. Proses pemberian kode akan memudahkan dan
mengingkatkan efisiensi proses data entry ke dalam computer.
3. Tahap tabulasi
Yaitu penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tujuan tabulasi adalah
agar data mudah disusun, dijumlah, ditata untuk disajikan serta
dilakukan analisis. Tabulasi data dapat dilakukan dengan metoda
tally, kartu, atau menggunakan komputer. Dengan menyajikan data
dalam bentuk tabel, kita akan lebih mudah membaca data, misalnya
dengan melihat nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, dan lain
sebagainya. Dari tabel tersebut juga dapat dibuat grafiknya sehingga
data tersaji secara visual dan lebih komprehensif, sehingga sudut
pandang menjadi lebih luas.
4. Tahap Pengujian Data
Yaitu proses pengujian kualitas data, baik dari sisi validitas dan
realibilitas instrumen dari pengumpulan data.
5. Tahap Mendeskripsikan Data
Yaitu proses membuat deskripsi data dengan menyajikannya dalam
bentuk tabel frekuensi atau diagram dengan beragam ukuran tendensi
sentral maupun ukuran dispersi. Tujuannya adalah agar memahami
karakteristik data sampel dari suatu penelitian.
6. Tahap Pengujian Hipotesis
Yaitu proses pengujian terhadap proposisi apakah bisa diterima atau
ditolak, apakah memiliki makna atau tidak. Berdasarkan tahap inilah
nantinya akan dibuat kesimpulan atau keputusan. Tahap tabulasi,
yaitu melakukan kegiatan mencatat ataupun entri data ke dalam tabel-
tabel induk dalam penelitian
7. Pemrosesan Data (Data Processing)
Banyak peneliti saat ini yang melakukan analisis data dengan bantuan
92 teknologi computer. Beberapa paket aplikasi statistic yang dapat
142
digunakan untuk analisi data dengan computer, antara lain : SPSS,
SAS, Stat-Easy dan Minitab. Diantara program aplikasi tersebut yang
sering digunakan dlam penelitian bisnis adalah Statisical Package for
the Social Sciences (SPSS) dan Statistical Analysis System (SAS). Proses
analisis data dengan menggunakan computer, tentu saja, relative lebih
cepat dan hasilnya lebih akurat.
93 atau generalisasi.
143
Dalam analisis deskriptif juga dapat dilakukan untuk mencari kuatnya
hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi
dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan
membandingkan rata-rata data sample atau populasi. Secara teknis
dapat diketahui bahwa dalam analisis deskriptif tidak ada uji
signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak
bermaksud membuat generalisasi. Analisis deskriptif terdiri dari mean,
median, modus, simpangan baku dan varian. Terdapat empat data
yang digunakan yaitu data nominal, data ordinal, data interval dan
data rasio.
144
Contoh: kita sering mendengar asumsi bahwa akseptor wanita cenderung
menentukan pilihan kontrasepsi yang lebih tinggi dari pada laki-laki.
Benarkah demikian? Untuk membuktikan hal tersebut, anda bisa
mengambil sebagian sampel yang representatif dan melakukan analisis
terhadap pemilihan kontrasepsi dari sampel yang diambil tersebut.
Dengan menggunakan uji hipotesis, anda bisa mengambil kesimpulan
bagaimana kondisi yang sebenarnya.
b. Confidence Interval
Confidence interval atau tingkat kepercayaan atau rentang kepercayaan
merupakan pengujian statistik yang digunakan untuk mengestimasi
populasi dengan menggunakan sampel. Saat menggunakan confidence
interval, kita akan menemukan batas atas dan batas bawah dari sebuah
uji statistik yang kita yakini di dalamnya terdapat nilai populasi yang kita
estimasi. Ketika kita menggunakan confidence interval 95 persen, artinya
kita mempercayai bahwa statistik uji yang kita gunakan berada dalam
rentang nilai yang sudah kita dapatkan dengan berdasarkan fomula.
Contoh: Sebagai contoh, kita ingin melakukan estimasi berapa rata-rata
pengeluaran setiap orang di kota X. Karena itu, dilakukanlah penelitian
dengan mengambil sejumlah sampel. Hasil dari penelitian ini tentunya
bervariasi.
Karena itu, kita harus menentukan rentang perkiraan berapa nilai
pengeluaran setiap orang yang sebenarnya. Harapannya, tentu nilai rata-
rata yang sebenarnya akan jatuh pada rentang nilai yang sudah kita
hitung sebelumnya.
➢ Prosedur penggunaan statistik inferensial
a. Tentukan data populasi yang ingin kita teliti
b. Tentukan jumlah sampel yang representatif terhadap
populasi tersebut
c. Pilih analisis yang cocok dengan tujuan dan jenis data yang
kita miliki
d. Buat kesimpulan atas hasil analisis tersebut
c. Perbedaan statistik inferensial dan statistik deskriptif
Statistik inferensial dan statistik deskriptif memiliki perbedaan yang
sangat mendasar dalam proses analisisnya. Secara umum, kedua jenis
95 statistik ini pun memiliki tujuan yang berbeda.
145
1) Statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik
data, tidak bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan pada
tingkat populasi. Karena itu, kita tidak bisa menggunakan apapun
alat analisis yang ada pada analisis deskriptif untuk menyimpulkan
data secara keseluruhan. Sedangkan statistik inferensia bertujuan
untuk mengambil kesimpulan untuk populasi dengan menganalisis
sampel, dan dapat memberikan analisis yang mendalam.
2) Statistik deskriptif biasanya hanya disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik. Statistik uji yang digunakan pun terbilang sederhana
seperti rata-rata, varians, dan lain-lain. Sedangkan statistik
inferensial, statistik yang digunakan sudah tergolong sangat rumit.
Tidak semua orang mampu menggunakan statistik inferensial
sehingga dibutuhkan keseriusan dan pembelajaran khusus
sebelum menggunakannya.
146
3) Menguraikan atau menggambarkan bagaimana suatu proses
terjadi atau berlangsung, tindakan apa yang terjadi, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
4) Menjelaskan alasan atau rasional, mengapa seseorang
melakukan sesuatu tindakan dengan cara tertentu.
5) Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelahnya.
6) Mrndapatkan data yang kredibel, aktivitas analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus hingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis
data meliputi data reduction, data display, dan conclusion
drawing/ verification.
147
2) Desain Analisis Konten
Pertama, bersifat deskriptif, yaitu deskripsi isi-isi komunikasi.
Dalam praktiknya, hal ini mudah dilakukan dengan cara
melakukan perbandingan.
Kedua, penelitian mengenai penyebab message yang berupa
pengaruh dua message yang dihasilkan dua sumber (A dan B)
terhadap variabel perilaku sehingga menimbulkan nilai, sikap,
motif, dan masalah pada sumber B.
Ketiga, penelitian mengenai efek message A terhadap penerima
B. Pertanyaan yang diajukan adalah apakah efek atau akibat
dari proses komunikasi yang telah berlangsung terhadap
penerima (with what effect)?
3) Tahapan Proses Penelitian Analisis Isi
1) Penetapan desain atau model..
2) Pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri.
3) Pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang
dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-
mengait dengan faktor-faktor lain.
4) Dasar-dasar Rancangan Penelitian Analisis Konten
Prosedur dasar pembuatan rancangan penelitian dan
pelaksanaan studi analisis konten terdiri atas 6 tahapan
langkah, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan
hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumber-sumber
data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang
dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel
dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5)
pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk
pengumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang
diperoleh. Urutan langkah tersebut harus tertib, tidak boleh
dilompati atau dibalik.
3. Analisis Naratif
Penelitian naratif adalah studi tentang cerita. Dalam beberapa hal
148
seperti dongeng, sebagai autobiographies, dan genre lainnya. Unsur
pokok yang ada disetiap bentuk naratif dalam sastra adalah plot (alur
erita), yang meliputi beginng (awal), middel (tenggah) dan ending
(akhir). Bagian awal yang memperkenalkan tokoh-tokoh, serta tempat
dan waktu terjadinya peristiwa, bagian tengah adalah perkembagan
lebih lanjut konflik awal sampai ke puncak konflik yaitu klimaks,
bagian akhir ditandai dengan penyelesaian konflik (resolution).
Penelitian naratif biasanya digunakan ketika peneliti ingin membuat
laporan naratif dari cerita individu. Penelitian ini berfokus pada
gambar mikroanalitik (cerita individu) daripada gambar yang lebih
luas tentang norma kebudayaan, seperti dalam etnografi, atau teori-
teori umum dan abstrak, seperti dalam grounded theory.
1) Jenis-Jenis Penelitian Naratif
Terdapat perbedaan antara analisis narasi dan naratif, yatitu:
a) Analisi narasi, adalah sebuah paradigma dengan cara berpikir
untuk membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau
taksonomi jenis.
b) Analisis naratif adalah sebuah paradigma dengan
mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian
menyusunya menjadi cerita dengan menggunakan alur cerita.
Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah
untukmenekankan berbagai bentuk yang ditemukan pada praktek
penelitian naratif. Misalnya: sebuh autobiografi, biografi, dokumen
pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi,
otoetnografi.
2) Karakteristik Penelitian Naratif
Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam penelitian
naratif adalah terdapat tujuh karakteristik utama penelitian naratif
yaitu:
1) Pengalaman individu.
2) Kronologi pengalaman.
3) Pengumpulan cerita
99 4) Restorying
149
Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita,
menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot
dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk
menempatkannya dalam urutan kronologis.
5) Coding tema.
6) Konteks atau latar.
7) Kolaborasi.
4. Analisis wacana
Analisis wacana adalah sebuah kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan terhadap para pengguna sebagai suatu
elemen masyarakat.
1) Manfaat Analisis wacana yaitu untuk memahami suatu bahasa
yang tentu bermanfaat dalam proses belajar bahasa dan perilaku
berbahasa serta meningkatkan pemerolehan kompetensi
komunikatif.
2) Jenis-Jenis Analisis Wacana
analisis wacana dalam kajian komunikasi terbagi menjadi 4 jenis,
yakni:
a) Wacana Respresentasi, Wacana Respresentasi (discourse of
representation) adalah jenis wacana ini bersifat positivistik
modernisme. Peneliti terpisah dari objek yang diteliti dan
mempersepsi objek serta membuat representasi realitas dalam
bentuk pengungkapan bahasa dan tidak bersifat kritikal.
b) Wacana pemahaman atau wacana interpretif (discourse of
postmodernism) adalah jenis wacana ini bersifat interpretive
modernism. Antara peneliti dengan objek atau realitas yang
diteliti tidak terpisah. Realitas didefiniskan oleh peneliti
melalui interaksi antara yang mengetahui subjek penelitian
atau informan dengan pengetahuan terutama dari sumber-
sumber literatur. Peneliti menstruktur observasi yang
diketahui atau realitas dan tidak bersifat kritikal.
100
150
c) keragu-raguan (discourse of suspicion) adalah jenis wacana
ini bersifat struktural dan critical modernism. Peneliti
mengkonstruksi realitas berdasarkan frame social
arrangement dan bersifat kritikal.
d) Wacana posmodernisme (discourse of posmodernisme)
adalah jenis wacana yang bersifat poststructural dengan
menolak segala social arrangement dan bersifat kritikal.
3) Cara Analisis Wacana
Analisis wacana berfokus pada ragam tulisan dan ragam tuturan
untuk memahami makna partisipan dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan.
101
151
152
153
154
BAB IV
ANALISIS DATA BANGGA KENCANA
155
keberhasilan dari program ini juga sangat dipengaruhi oleh persepsi atau
pemikiran masyarakat itu sendiri terutama bagi warga masyarakat yang
berlatarbelakang ilmu pengetahuan dan pendidikan yang rendah,
sehingga diperlukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai program
tersebut agar masyarakat dapat membuka pikiran.
Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa. Pada sensus tahun 2020,
jumlah penduduk Kota Surabaya tercatat sebanyak 2.765.908 jiwa yang
tersebar di 31 kecamatan. Untuk menanggapi isu kelangkaan sumber
daya alam dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Kota Surabaya,
dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan pemerataan jumlah
penduduk pada seluruh kecamatan. Selain itu, dapat dilakukan
penyuluhan program Keluarga Berencana sebagai upaya penekanan
jumlah penduduk. Dalam melakukan hal tersebut perlu diperhatikan
lokasi yang paling membutuhkan sosialisasi program Keluarga
Berencana dengan mempertimbangkan rata-rata jumlah anggota rumah
tangga dan kepadatan penduduk di suatu Kecamatan.
Analisis deskriptif ini bertujuan untuk menentukan daerah yang
diutamakan dalam pengendalian jumlah penduduk yang dilakukan
dengan penyuluhan mengenai program Keluarga Berencana. Data yang
digunakan dalam analisis ini adalah data dalam bentuk nominal dan
scale dengan tipe data string dan Numeric. Ketentuannya adalah dimana
suatu daerah memiliki tingkat kepadatan penduduk serta rata-rata
jumlah anggota rumah tangga yang tinggi. Berikut kategori pada
kepadatan penduduk dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga.
Kepadatan Penduduk: Rata-rata jumlah anggota rumah
– < 5000 : Rendah tangga:
– 5001-15000 : Sedang – < 3,50 : Rendah
– > 15000 : Tinggi – > 3,51 : Tinggi
Berikut tabel data jumlah penduduk, jumlah rumah tangga serta luas
wilayah.
103
156
Tabel Jumlah Penduduk, Jumlah Rumat Tangga dan Luas Wilayah Kota
Surabaya Per Kecamatan pada Tahun 2020
104
157
Tabel Hasil Perhitungan dan Pengkategorian Rata-rata Anggota Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk Tahun 2020
Nilai rata-rata anggota rumah tangga diperoleh dari jumlah penduduk total
yang dibagi dengan jumlah rumah tangga menggunakan menu Transform >
Compute Variable pada SPSS. Sedangkan nilai kepadatan penduduk
diperoleh dari perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Dari
data di atas, dapat diketahui bahwa di Kota Surabaya terdapat tujuh
kecamatan yang lebih diutamakan dalam pengendalian jumlah penduduk.
Kecamatan tersebut yaitu:
1. Bubutan
2. Simokerto
3. Semampir
4. Kenjeran
5. Tambaksari
6. Mulyoreo
7. Wonokromo
105
158
Ketujuh kecamatan tersebut perlu mendapatkan perhatian karena rata-rata
jumlah penduduknya yang tinggi pada kepadatan penduduk yang tinggi pula
yaitu memiliki nilai rata-rata anggota rumah tangga lebih dari 3,51 dan nilai
kepadatan penduduk yang lebih dari 15.001 jiwa/km2 sehingga perlu
diadakan sosialisasi atau penyuluhan yang lebih gencar mengenai program
Keluarga Berencana.
Berikut tabel hasil perhitungan menggunakan metode Analyze à Descriptive
Statistics à Frequencies (tabel 3.2) dan metode Analyze à Descriptive Statistics
à Descriptives.
Tabel Hasil Perhitungan Frequencies
Pada tabel Frequencies di atas diperoleh data Mean, Median, Mode, Standard
Deviation, Variance, Minimum, Maximum dan Sum. Menu Frequencies lebih
lengkap jika dibandingkan dengan menu Descriptives. Dari tabel di atas
dapat diketahui:
• Kevalidan data, yaitu jumlah data yang diproses sama dengan jumlah
data yang diinput yaitu 31 data.
• Nilai rata-rata untuk jumlah penduduk sebesar 89222.84, jumlah
rumah tangga 24804.26, luas wilayah 10.5445, kepadatan penduduk
11300.57 dan rata-rata anggota rumah tangga 3.6227
• Nilai tengah untuk jumlah penduduk sebesar 79179.00, jumlah rumah
tangga 22314.00, luas wilayah 8.7600, kepadatan penduduk 10222.35
dan rata-rata anggota rumah tangga 3.6963
• Modus untuk jumlah penduduk sebesar 37525a , jumlah rumah tangga
9544a, luas wilayah 9.23, kepadatan penduduk 2088a dan rata-rata
anggota rumah tangga 2.86a
106
159
• Standard deviation untuk jumlah penduduk sebesar 42839.582,
jumlah rumah tangga 11762.313, luas wilayah 6.11474, kepadatan
penduduk 089 dan rata-rata anggota rumah tangga 0.28654
• Nilai varian untuk jumlah penduduk sebesar 1.835E9 , jumlah rumah
tangga 1.384E8, luas wilayah 37.390, kepadatan penduduk 5.576E7
dan rata-rata anggota rumah tangga 0.082. Nilai E merupakan
kelipatan 10.
• Nilai terendah untuk jumlah penduduk sebesar 37525, jumlah rumah
tangga 9544, luas wilayah 2.59 , kepadatan penduduk 2088 dan rata-
rata anggota rumah tangga 2.86.
• Nilai tertinggi untuk jumlah penduduk sebesar 205381, jumlah rumah
tangga 55564, luas wilayah 23.72, kepadatan penduduk 30571 dan
rata-rata anggota rumah tangga 4.02.
• Jumlah total untuk jumlah penduduk sebesar 2765908 , jumlah
rumah tangga 768932, luas wilayah 326.88, kepadatan penduduk
350318 dan rata-rata anggota rumah tangga 112.30.
Pada Frequencies, tabel frekuensi juga ditampilkan. Tabel frekuensi
merupakan tabel yang menunjukkan berapa kali suatu nilai muncul. Selain
itu juga terdapat persentase kemunculan tersebut, serta kumulatif dari
persentase. Tabel frekuensi terlampir beserta diagram pie.
Pada dasarnya, muatan pada kedua tabel di atas hampir sama. Terdapat
Mean, Maximum, Minimum, Simpangan Baku dan Varian. Namun menu
yang terdapat pada Descriptives tidak selengkap Frequencies dan tidak
menunjukkan kevalidan data. Descriptives menyajikan hasil analisis dalam
satu tabel saja.
107
160
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
• Semua data yang diinput adalah valid, artinya semua data diproses
tanpa ada yang hilang yaitu sebanyak 31 data.
• Analisis deskriptif dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
frequencies dan analisis descriptive.
• Nilai rata-rata untuk jumlah penduduk sebesar 89222.84, jumlah
rumah tangga 24804.26, luas wilayah 10.5445, kepadatan penduduk
11300.57 dan rata-rata anggota rumah tangga 3.6227
• Nilai tertinggi untuk jumlah penduduk sebesar 205381 pada
Kecamatan Tambaksari , jumlah rumah tangga 55564 pada Kecamatan
Tambaksari, luas wilayah 23.72 pada Kecamatan Benowo, kepadatan
penduduk 30571 yang terdapat pada Kecamatan Simokerto dan rata-
rata anggota rumah tangga 4.02 di Kecamatan Kenjeran.
• Suatu kecamatan dikatakan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi
apabila bernilai lebih dari atau sama dengan 15.001 jiwa/km2.
• Suatu kecamatan dikatakan memiliki rata-rata jumlah anggota rumah
tangga yang tinggi apabila bernilai lebih dari atau sama dengan 3,51.
Daerah yang diutamakan dalam pengendalian jumlah penduduk sebagai
langkah dalam proses pembangunan berkelanjutan yaitu daerah yang
memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk
yang sama-sama tinggi.
Data yang sudah dianalisis, kemudian harus ditafsirkan. Ketika melakukan
penafsiran hasil analisis, kita wajib memaparkannya dengan bukti-bukti
hasil analisisnya.
Untuk itu, kita harus memiliki banyak referensi yang mendukung ketika
melakukan penafsiran ini. Tentunya, referensi yang dimaksud ialah
berdasarkan data dan juga kajian-kajian sebelumnya terkait dari penelitian
yang dilakukan.
Atas dasar itulah, bila kita membaca hasil penelitian seseorang maka banyak
buku referensi yang dirujuk. Hal itu dikarenakan ketika melakukan
penafsiran hasil analisis tersebut kita tidak bisa hanya mengandalkan intuisi
108
161
dan pengetahuan yang sudah dikuasai semata. Diperlukan sejumlah
referensi terkait yang bisa digunakan untuk menjelaskan secara jelas hasil
analisis. Apabila kita tidak bisa menjelaskan hasil analisis secara jelas maka
penelitian tersebut dianggap gagal.
Sekadar tips sederhana, ketika kita melakukan penafsiran hasil analisis,
posisikan diri kita sebagai pembaca awam. Dengan demikian, kita akan
memahami cara-cara efektif untuk menjelaskan kepada khalayak awam
terkait penelitan dimaksud.
109
162
163
164
BAB V
PEMANFAATAN HASIL ANALISIS
110
165
Secara eksternal, Lembaga pengguna data yang terdiri dari pemangku
kebijakan dan mitra kerja. Pemangku kebijakan yaitu Kementerian, lembaga
pemerintah pusat maupun daerah yang memberikan komitmen dan
dukungan untuk menjalankan dan membuat kebijakan strategis organisasi
untuk mencapai tujuan dan kemajuan program pembangunan baik secara
nasional maupun daerah. Mitra Kerja adalah organisasi swasta atau lembaga
swadaya organisasi masyarakat yang berperan serta dalam pengelolaan
program pembangunan baik secara nasional maupun daerah.
111
166
167
168
BAB VI
PENUTUP
112
169
DAFTAR PUSTAKA
Alwi Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
https://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/teknik-analisis-data-dalam-
penelitian/
Wiyono, Bambang Budi. 2001. Statistik Pendidikan: Buku Bahan Ajar Mata
Kuliah Statistik. Malang: FIP UM.
113
170
171
172
173
174
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) yang efektif merupakan
salah satu kunci keberhasilan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Agar KIE
dapat efektif, perlu pengelolaan dan pemilihan media yang tepat.
Dengan adanya perkembangan ini maka berbagai media dengan
sistem digital telah banyak digunakan masyarakat. Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB) dalam melakukan KIE diharapkan perlu inotatif kreatif
memanfaatkan media berbasis digital ini.
Sebagai dasar dalam memahami KIE berbasis digital, PKB perlu
mengenal jenis-jenis media digital, sasaran dan manfaat media digital,
serta publikasi media KIE digital. Pemahaman terhadap hal tersebut
diharapkan dapat membekali PKB dalam melakukan KIE melalui media
digital. PKB dalam menggunakan media digital ini diharapkan mampu
melakukan KIE secara lebih efisien dan efektif.
Modul KIE berbasis digital ini dimaksudkan sebagai sarana belajar
pada pelatihan penjenjangan bagi PKB ahli muda. Dengan kompetensi
ini, diharapkan PKB ahli muda sebagai pengelola KIE di lini lapangan
perannya dalam melakukan KIE di berbagai tingkatan dapat lebih
optimal.
115
175
176
177
178
BAB II
JENIS-JENIS MEDIA DIGITAL
A. Pengertian media
Dalam keseharian kita seringkali mendengar atau membaca
kata ‘media’. Kata media dapat dikaitkan pada beragam konteks,
seperti media komunikasi, media pembelajaran, media massa, media
sosial, media tanam dan sebagainya.
‘Media’ yang digunakan pada modul pembelajaran ini dimaknai
dalam konteks komunikasi penyuluhan. Komunikasi merupakan
suatu proses penyampaian isi pesan dari seseorang/komunikator
kepada pihak lain/komunikan melalui media untuk mendapatkan
tanggapan. Dalam konteks ini media berarti perantara komunikasi
antara sumber pesan dengan penerima pesan. Segala sarana
perantara dengan teknologi digital yang digunakan PKB dalam
menyampaikan pesan KIE kepada masyarakat sasaran merupakan
media yang dibahas dalam modul ini.
KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu Komunikasi,
Informasi dan Edukasi. Pengertian ketiga konsep tersebut memiliki
keterkaitan satu sama lain. KIE mengacu pada intervensi program
yang komprehensif, yakni merupakan bagian integral dari program
pembangunan yang bertujuan untuk mendapat perubahan. KIE
menggunakan kombinasi teknologi komunikasi, pendekatan dan
proses secara fleksibel dan partisipatif. Titik awal KIE adalah untuk
memberi kontribusi dalam pemecahan suatu masalah atau
membangun dukungan dari sasaran terhadap sebuah isu yang terkait
dengan sebuah program.
Dalam buku Pedoman KIE KKB Lini Lapangan (Noya et al.,
2013), dijelaskan bahwa komunikasi dalam KIE sebagai proses yang
direncanakan bertujuan untuk memotivasi orang untuk mengadopsi
sikap atau perilaku baru, atau untuk memanfatkan layanan yang
sudah ada. Hal ini didasarkan pada kekhawatiran masyarakat,
kebutuhan yang dirasakan, kepercayaan dan arus praktek,
179
Proses ini paling efektif jika melibatkan kombinasi strategis media
massa dan komunikasi antar pribadi yang didukung dengan media
lainnya.
Informasi dapat diartikan sebagai sekumpulan data atau fakta
yang telah diproses dan dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi
sesuatu yang mudah dimengerti dan bermanfaat bagi penerimanya.
Tidak semua data atau fakta dapat diolah menjadi sebuah informasi
bagi penerimanya. Jika suatu data yang diolah ternyata tidak
bermanfaat bagi penerimanya, maka hal tersebut belum bisa disebut
sebagai sebuah informasi.
Edukasi didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan atau proses
memfasilitasi pembelajaran yang memungkinkan sasaran untuk
mengembangkan potensi diri sehingga terjadi perubahan
(pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan) agar mampu
membuat keputusan dengan alasan rasional.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa media dalam kaitannya
dengan KIE program Bangga Kencana adalah segala sarana
perantara/penghubung dalam melakukan KIE kepada sasaran agar
terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku
sesuai tujuan program Bangga Kencana.
117
180
Kata digital menurut KKBI berhubungan dengan angka-angka
untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran.
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari
jemari.
Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai
basis datanya. Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya
memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit. Dapat diartikan
pula bahwa teknologi komunikasi digital adalah teknologi yang
berbasis sinyal elektrik komputer, sinyalnya bersifat terputus-putus
dan menggunakan sistem bilangan biner. Bilangan biner tersebut akan
membentuk kode-kode yang merepresentasikan suatu informasi
tertentu.
Lalu apa batasan media digital yang dibahas di modul ini? Media
digital adalah media yang kontennya berbentuk gabungan data, teks,
suara, dan berbagai jenis gambar yang disimpan dalam format digital
dan disebarluaskan melalui jaringan berbasis kabel optic broadband,
satelit dan sistem gelombang mikro (Flew, 2008). Kita dapat memaknai
media digital adalah media dengan teknologi terkini yang umum
digunakan masyarakat dan lebih umum dikenal sebagai ‘new media’
atau media baru.
Media digital ini bisa berupa website, media sosial, gambar dan
video digital, audio digital dan lain-lain. Memahami media baru ini tak
bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi komunikasi.
Perkembangan ini membawa perubahan pada cara berkomunikasi,
berinteraksi dan mengakses informasi. Proses tersebut secara singkat
akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
118
181
mengenal perkembangan media digital sebagai konsekuensi
perkembangan teknologi komunikasi.
Era komunikasi interaktif dimulai 1946 ketika komputer
mainframe pertama ditemukan di Philadelpia, Amerika Serikat. Dengan
perangkat tersebut orang bisa melakukan komunikasi perorangan dari
jarak yang sangat jauh dalam waktu singkat. Kemudian teknologi
makin berkembang hingga ditemukannya Personal Computer (PC).
Kemajuan teknologi digital yang dipadu dengan telekomunikasi
telah membawa komputer memasuki masa-masa “revolusi”-nya.
Pemakaian komputer di kalangan perusahaan semakin marak,
terutama didukung dengan alam kompetisi yang telah berubah dari
memonopoli menjadi pasar bebas. Secara tidak langsung, perusahaan
yang telah memanfaatkan teknologi komputer sangat efisien dan efektif
dibandingkan perusahaan yang sebagian prosesnya masih dikelola
secara manual.
Dengan adanya komputer, media komunikasi yang berbasis
analog banyak yang beralih menggunakan sistem digital. Frekuensi
televisi dan radio di rumah saat ini umumnya masih analog, namun
sebenarnya pemrosesan data yang akan disiarkan secara analog sudah
menggunakan digital. Apabila regulasi digitalisasi telah diberlakukan
secara menyeluruh, semua akan beralih
Mencermati perkembangan terkini, teknologi media digital telah
memberi peluang terbentuknya komunitas virtual. Istilah komunitas
virtual sering dipertukarkan dengan istilah cyberspace atau ruangan
maya. Dengan begitu, cyberspace menunjuk pada komunitas yang
terbentuk karena pemakaian komputer. Komunitas ini terbentuk
adanya multimedia.
Dari penjelasan tersebut intinya adalah perkembangan teknologi
digital saat ini telah sampai pada fungsi multimedia. Perangkat
multimedia kini perangkatnya sudah demikian canggih dengan harga
yang relatif terjangkau. Masyarakat Indonesia, terutama di perkotaan
saat ini dengan gawainya dapat mudah mengakses informasi dan
119
182
berkomunikasi. PKB perlu melihat ini sebagai peluang dalam
melakukan inovasi pada KIE.
120
183
b. Media Komunikasi Visual, yaitu alat komunikasi yang dapat
ditangkap, dilihat dan dipahami oleh alat penglihatan. Misalnya:
flyer/e-poster, e-mail, text di situs online, faksimili dan sejenisnya.
c. Media Komunikasi Audio-visual, yaitu alat komunikasi yang dapat
ditangkap, dilihat, didengar dan dipahami melalui alat
pendengaran dan penglihatan. Misalnya televisi, film, VCD dan
sejenisnya.
Dari ketiga jenis sifat media komunikasi tersebut, saat ini
umumnya semua telah diproses secara digital. Digitalisasi telah
berperan banyak mempermudah dan mempermurah proses KIE
sebagai sebuah aktivitas promosi, baik untuk media lini atas, lini
tengah, atau lini atas bawah. Sebagai pengingat ketiga lini media
tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Media lini atas (above the line media), yaitu media untuk aktifitas
marketing/promosi yang biasanya dilakukan oleh manajemen
pusat sebagai upaya membentuk brand image yang diinginkan atau
strategi promosi yang dilakukan secara terbuka melalui media
massa (Triadi & Bharata, 2010). Contoh; sosialisasi rebranding
BKKBN melalui stasiun televisi mainstream, siaran radio FM, surat
kabar/majalah/tabloid mainstream.
b. Media lini bawah (below the line media), yaitu media untuk aktifitas
marketing atau promosi yang dilakukan di tingkat retail/konsumen
dengan salah satu tujuannya adalah merangkul konsumen supaya
sadar dengan suatu produk atau strategi promosi yang dilakukan
dengan melakukan penjualan langsung ke konsumen (Triadi &
Bharata, 2010). Contoh e-flyer, audio atau video dari PKB yang
disebarkan melalui smart phone melalui aplikasi WhatsApp.
c. Media lini atas-lini bawah (through the line media), yaitu kombinasi
dari dua jenis media tersebut yaitu strategi promosi yang dilakukan
secara terbuka melalui media massa dilakukan di tingkat
retail/konsumen (Triadi dan Bharata, 2010). Contoh e-poster,
pemutaran film edukasi melalui Mobil Unit Penerangan.
121
184
Di era digital, lini media telah kurang dapat tegas bedakan karena
setiap konten dapat tersebar melalui beragam media, mulai dari yang
bersifat masal hingga personal. Setiap orang bisa menjadi konten
kreator, pengguna atau mediator yang menyebarkan dengan cepat
kepada siapapun yang dikendakinya. Dengan adanya fasilitasi
beragam media dari BKKBN seperti aplikasi-aplikasi pembantu
penyuluhan, PKB dapat melakukan banyak hal untuk digunakan
membantu KIE.
Setiap jenis media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Hal yang harus diperhatikan adalah tidak selamanya semua
media bisa digunakan pada semua wilayah atau daerah meskipun
media memiliki keunggulan dalam menembus batas wilayah, ruang
dan waktu. Agar penggunaan media yang tepat sasaran, tepat guna
dan tepat wilayah, yang kita diperlukan adalah kejelian, kecerdasan,
kreativitas, inovasi dan modifikasi. Oleh karena itu, pemahaman
tentang jenis media dan karakteristiknya sangat penting untuk
mengidentifikasi media mana yang tepat untuk sebuah program.
122
185
186
BAB III
SASARAN DAN MANFAAT MEDIA DIGITAL
187
188
BAB III
SASARAN DAN MANFAAT MEDIA DIGITAL
123
189
Dalam mempelajari sasaran KIE, maka ada aspek yang kita perlu
mengetahui pula komponen dari KIE/Penyuluhan, yaitu:
a. Pemberi KIE/Penyuluhan (Penyuluh KB, Toma, Toga, atau
Kader)
b. Penerima KIE/Penyuluhan (Individu, Keluarga, Masyarakat)
c. Isi KIE/Penyuluhan
d. Cara/ Metode menyampaikan KIE/Penyuluhan
e. Media penyampaian KIE/Penyuluhan
f. Hasil KIE/Penyuluhan
190
diajarkan di institusi pendidikan seperti sekolah atau kampus, kita dapat
mempelajari berbagai macam ilmu atau soft skill di luar itu. Beragam
cara melakukan keterampilan bisa kita dapat lakukan sendiri. Ini
membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkembang dan belajar
secara mudah dan murah.
Dengan memanfaatkan media digital, bisa bertukar pikiran dengan
orang lain dan mengasah pengetahuan, terutama melalui social media.
Social media memberi ruang untuk berinteraksi dengan berbagai macam
orang dari berbagai macam tempat. Melalui itu, siapapun dapat
berdiskusi langsung dengan orang-orang dan mendapatkan wawasan dari
mereka. Tentu hal ini juga dapat menarik minat masyarakat untuk tahu
lebih banyak yang dapat diupayakan untuk mendukung program Bangga
Kencana.
125
191
192
BAB IV
PUBLIKASI MEDIA KIE DIGITAL
193
194
BAB IV
PUBLIKASI MEDIA KIE DIGITAL
A. Pengertian publikasi
Publikasi dapat diartikan sebagai pengumuman atau penerbitan.
Mempublikasikan diartikan sebagai tindakan mengumumkan;
menerbitkan; menyiarkan atau menyebarkan (buku, majalah, dan
sebagainya).
126
195
196
BAB V
KIE MELALUI MEDIA KIE DIGITAL
197
198
BAB V
KIE MELALUI MEDIA DIGITAL
127
199
Kegiatan Teknologi Aplikasi Pilihan
digital
Pembuatan Picture editor canva, snapsheed, postermaker,
Konten gambar dsb
Pembuatan Video editor Kinemaster, VN, Videomaker,
Konten video Tiktok, dsb
publikasi Media sosial Instagram, facebook, telegram,
Tiktok, WhatsApp, Youtube, dsb
Evaluasi E-formulir dan Google form, Quizizz, mentimeter,
e-quizz dsb
200
tentunya dengan kemauan mencoba dan berlatih menggunakan. Tidak
banyak kesulitan apabila mempelajari contoh penggunaan/tutorialnya.
Beberapa aplikasi telah dilengkapi contoh-contoh design, misalnya canva.
Menggunakan yang versi gratis pun sudah cukup baik untuk mengemas
pesan. Hal penting yang perlu menjadi perhatian adalah cara
menempatkan pesan yang sesuai dengan target. Pesan dapat efektif apabila
sampai pada target sesuai segmen dan pesan kuncinya mudah diterima.
Pesan kunci ini sangat penting agar apa yang kita harapkan dapat
dilakukan oleh audiens.
129
201
d. Budaya yang berbeda antara sasaran dan PKB (pemberi KIE/
Penyuluhan).
e. Distorsi informasi pada media digital
f. Waktu publikasi dan pemilihan media digital yang kurang tepat
g. Penerima pesan acuh tak acuh
h. Cara akses yang sulit
i. Penerima pesan yang melecehkan
130
202
203
204
BAB VI
TEKNIK KOMUNIKASI PERSUASIF
205
munculnya kesadaran, kerelaan, perasaan senang, serta ada keinginan
untuk mengambil suatu tindakan setelah persuader atau yang melakukan
persuasi melakukan upaya mengubah sikap, pendapat dan perilaku
seseorang dengan cara yang luwes, manusiawi dan halus. Artinya bahwa
komunikasi persuasi adalah upaya yang dilakukan seseorang dengan sadar
untuk mengubah perilaku orang lain atau sekelompok orang dengan
menyampaikan beberapa pesan yang bisa menggugah kesadaran penerima
pesan tanpa ada unsur paksaan. Didalam komunikasi persuasif terdapat tiga
komponen atau elemen yaitu:
1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit)
maupun tersirat (implisit)
2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan
sehingga tersesan tidak memaksa misalnya “ayo”, “mari” dan lain
sebagainya
3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat
argumentasi keunggulan pesan dari komunikator.
206
b. Pesan (Message), isi dari pesan adalah tujuan dari komunikasi yang
mengacu pada gagasan yang diterjemakan secara simbolik melalui
gambaran fisik dan realitas sosial, yang disampaikan dalam bentuk
verbal, non verbal, musical atau bentuk lain. Pesan yang disampaikan
oleh sumber kepada penerima melalui serangkaian proses yang disebut
dengan transmitter, yakni pemancar yang mengubah pesan menjadi
signal sesuai media/saluran (medium) yang digunakan (elektronik,
cetak atau interpersonal).
c. Saluran (Medium) sebagai elemen ketiga dalam metode SMCR, adalah
media yang akan membawa pesan sampai ke penerima (destination).
Destination berakhir pada otak penerima (Receiver).
d. Penerima adalah elemen terakhir yang merupakan sasaran komunikasi,
penerima melakukan pengkodean ulang (decoding) dan menyaring informasi
melalui tahap interpretasi untuk menentukan apakah pesan yang
tersampaikan mempengaruhi sikapnya atau tidak.
2. Probabilogical Model
Ada dua prinsip pertimbangan dalam membahas model probabilogical
yaitu pertama, sikap terbentuk tidak hanya ditentukan oleh logika pola
hubungan antara premis dan konklusi seperti rumus diatas tetapi
dipengaruhi oleh cara atau presentasi dari premis tersebut. Kedua,
dipengaruhi oleh urutan penyajian informasi. Pada model Probabilogical
ini penyampaian pesan harus memiliki kompetensi dan kemampuan
mengemas pesan secara menarik dan meyakinkan untuk bisa mengubah
keyakinan dan sikap dari sasaran, atau berimplikasi terhadap metode dan
strategi komunikasi persuasif yang digunakan.
207
diperlukan persuadee untuk mengolah informasi atau pesan persuasi
yaitu motivasi, kesempatan dan kemampuan (motivation, opportunity and
ability).
D. Unsur-unsur Komunikasi Persuasif
Keberhasilan komunikasi persuasif, harus mempertimbangkan unsur-
unsur yang ada didalam komunikasi persuasif, yaitu Unsur Persuader
(pemberi pesan), Pesan, Saluran dan Persuadee (penerima pesan).
➢ Persuader (Pemberi pesan)
Dalam komunikasi persuasif, sumber atau komunikator sering
disebut persuader. Persuader atau sumber pesan atau komunikator
adalah seseorang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk
mempengaruhi sikap, pendapat, perilaku orang lain secara verbal
maupun non verbal.
➢ Message (Pesan)
Pesan adalah apa yang disampaikan oleh komunikator/ persuader
kepada komunikan/ persuadee, dan pesan ini harus bisa mengubah
sikap dan perilaku persuadee. Pesan dalam komunikasi persuasif
tujuannya adalah mengubah sikap dan perilaku sasaran.
134
208
209
210
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
KIE berbasis digital merupakan suatu kegiatan dimana terjadi proses
komunikasi informasi dan edukasi dengan memanfaatkan media digital.
KIE dengan media digital merupakan upaya memilih media terkini
berbasis digital yang bertujuan untuk mempercepat mencapai suatu
perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dapat diukur
diantara kelompok audiensi atau sasaran (individu, keluarga dan
masyarakat) yang jelas melalui berbagai saluran komunikasi.
Dalam pelaksanaan KIE, haruslah diperhatikan materi sesuai
dengan isu yang ada. Langkah-Langkah KIE, yaitu: Persiapan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Dalam pelaksanaan KIE tak
jarang Pelaksana mengalami hambatan. Hambatan yang ada tidak boleh
diabaikan, namun harus dipelajari dan dicari cara atau kiat untuk
mengatasinya. Dengan demikian diharapkan tujuan KIE dapat tercapai.
135
211
DAFTAR PUSTAKA
Noya, Y. P., Wahyono, A., Kusmana, Sugiyono, Sopari, A., Roswandi, D. A., …
Zaini, N. (2013). KIE KKB Lini Lapangan, Konsep, Staretgi Media Kreatif
dan Evaluasi. Jakarta: Direktorat Advokasi dan KIE BKKBN.
Triadi, D., & Bharata, A. S. (2010). Ayo Bikin Iklan: Memahami Teori & Praktek
Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
136
212