Anda di halaman 1dari 75

KATA SAMBUTAN

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan


Keluarga Sejahtera adalah merupakan landasan yang kokoh dalam
penyelenggaraan pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga Indonesia
untuk menuju penduduk tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Akan tetapi kondisi saat ini, penyelenggaraan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana menempati posisi yang kurang
menguntungkan terutama dalam tataran penempatan kebijakan pembangunan di
daerah, banyak kontradiksi dan masalah dalam pembangunan Kependudukan dan
Keluarga Berencana yang belum berfokus pada keluarga.

Upaya penguatan koordinasi antara instansi pemerintah dan non pemerintah belum
mampu menjawab masalah yakni bagaimana seluruh keluarga di Indonesia mampu
menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dampak
pertumbuhan penduduk yang mengancam pembangunan. Untuk itu melalui upaya
pelayanan konseling langsung pada keluarga adalah merupakan implementasi
nyata, membangun kualitas penduduk karena penduduk sebagai modal dasar
pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan
berkelanjutan.Diharapkan melalui Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini mengacu
pada kondisi keluarga dengan pendekatan konseling keluarga meliputi; keluarga
balita, pasangan pranikah,keluarga remaja dan remaja,Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, keluarga lansia dan lansia.

Jakarta, Agustus 2012

SEKRETARIS UTAMA,

Drs. Subagyo, MA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, buku Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera sebagaimana dimaksud dapat diselesaikan sesuai harapan. Pedoman
Penyelenggaraan ini disusun sebagai dasar dalam penyelenggaraan kegiatan di
Provinsi.

Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini adalah


merupakan tindak lanjut dari Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Nomor : 259 /PER/F3/2012 tentang Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera dengan harapan agar Pedoman Penyelenggaraan ini dapat dijadikan
acuan dan rujukan bagi semua pihak untuk merealisasikan penyelenggaraan wadah
kegiatan dan atau rangkaian kegiatan pelayanan keluarga dalam satu tempat baik
dalam memberikan layanan informasi Kependudukan dan Keluarga, layanan
konseling maupun layanan pembinaan,bimbingan dan fasilitasi kepada kelompok-
kelompok Bina Keluarga dan pengurus kelompok UPPKS, serta pelayanan
kontrasepsi sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.Diharapkan berbagai
kebijakan teknis yang dilakukan oleh perwakilan BKKBN di provinsi dapat merujuk
Pedoman Penyelenggaraan ini terutama dalam upaya melakukan sinkronisasi dan
integrasi berbagai kegiatan internal dalam organisasi perwakilan BKKBN maupun
dalam upaya koordinasi dengan berbagai unsur terkait dalam pelaksanaan dan
pengembangan kegiatan ini.

Kepadasemua pihak yang telah membantu tersusunnyaPedoman Penyelenggaraan


ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

DEPUTI BIDANG KELUARGA SEJAHTERA

DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA,

Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

ii
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

NOMOR 259/PER/F3/2012
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 47 Undang-undang 52 tahun


2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, maka perlu ditetapkan Pedoman Penyelenggaraan
Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera dengan Peraturan Kepala
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009


tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5080);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang


Pengelolaan Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara

iii
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3559),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5053);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun


2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun


2007 tentang Organisasi perangkat daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010


tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional;

7. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional;

8. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi;

9. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang


Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL TENTANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PUSAT PELAYANAN KELUARGA
SEJAHTERA.

iv
PERTAMA : Pusat pelayanan keluarga sejahtera sebagaimana dimaksud
dalam lampiran Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional ini merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.

KEDUA : Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera


merupakan Pedoman Penyelenggaraan penetapan kebijakan,
pelaksanaan kegiatan, pembinaan kegiatan, kajian, analisis dan
pengembangan kegiatan di provinsi.
KETIGA : Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
dimaksudkan untuk mewujudkan terselenggaranya wadah
kegiatan dan atau rangkaian kegiatan pelayanan keluarga
melalui pemberian penyuluhan, konseling pada keluarga.
KEEMPAT : Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
digunakan sebagai dasar sinkronisasi kebijakan dan integrasi
antar kegiatan untuk melaksanakan fungsi sebagai tempat
rujukan Pusat pelayanan yang ada di Kecamatan dan Desa dan
Pelayanan langsung pada masyarakat.
KELIMA : Hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Pusat Pelayanan
Keluarga Sejahtera yang belum diatur dalam peraturan ini akan
diatur lebih lanjut dalam Pedoman Penyelenggaraan yang
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan.
KEENAM : Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan, apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Agustus 2012
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

Dr.dr. SUGIRI SYARIEF, MPA

v
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

LAMPIRAN

PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR : 259/PER/F3/2012

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA

vi
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN........................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN

DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL.............................................. iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................ 2
C. Ruang Lingkup .............................................................................. 3
D. Batasan Pengertian....................................................................... 3

II. KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN ................................................. 6


A. Arah Kebijakan .............................................................................. 6
B. Kebijakan Umum ........................................................................... 6
C. Kebijakan Khusus.......................................................................... 7
D. Kegiatan Prioritas .......................................................................... 8

III. STANDARISASI PELAYANAN.......................................................... 9


A. Standar Pelayanan Konseling Keluarga Sejahtera dan Indikator .. 9
B. Faktor Pendukung Pelayanan Konseling Keluarga Sejahtera ....... 12
1. Prosedur yang jelas ................................................................ 12
2. Tahapan Proses Layanan Konseling ...................................... 14
3. Jenis Konseling Keluarga Sejahtera ....................................... 15
4. Sertifikasi Konselor ................................................................ 16
5. Sarana dan Prasarana ............................................................ 17

vii
C. Standar Pengelolaan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ......... 19
1. Menetapkan Organisasi Pelaksana......................................... 19
2. Menyiapkan Tenaga Pengelola............................................... 19
3. Melatih Tenaga Pengelola ...................................................... 19
4. Menggerakan Peran Serta Masyarakat................................... 20
5. Menyiapkan Sarana dan Prasarana........................................ 20
6. Menyiapkan Tenaga Konselor................................................. 20
7. Menyiapkan Pola Pelayanan................................................... 20

IV. MEKANISME PENYELENGGARAAN ................................................ 21


A. Proses kegiatan............................................................................. 21
1. Pelayanan Informasi dan Dokumentasi Kependudukan
dan Keluarga Berencana ........................................................ 21
2. Konseling ............................................................................... 22
3. Pelayanan Teknis.................................................................... 26
4. Sasaran/Klien.......................................................................... 26

B. Ruang pelayanan konseling……………………….. ........................ 27

C. Materi Konseling Keluarga............................................................. 29


1. Konseling Keluarga Balita ....................................................... 29
2. Konseling Keluarga Remaja dan Remaja ............................... 33
3. Konseling Pranikah ................................................................. 41
4. Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi... 44
5. Konseling Keluarga Harmonis................................................. 53
6. Konseling Keluarga Lansia dan Lansia................................... 58
7. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga .................................... 61

D. Monitoring Dan Evaluasi................................................................ 64


1. Monitoring dan atau Bimbingan Teknis .................................... 64
2. Evaluasi ................................................................................... 65

PENUTUP .................................................................................................... 66

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan


dan Keluarga Sejahtera adalah merupakan landasan hukum yang kokoh dalam
penyelenggaraan pengendalian penduduk dan pembangunan keluarga
Indonesia untuk menuju penduduk tumbuh seimbang 2015 dan mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Keberhasilan dalam mewujudkan
pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan kualitas
penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek dan dimensi
pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat
berdampingan dengan bangsa lain, dan dapat mempercepat terwujudnya
pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut dalam pasal 47 dinyatakan bahwa;
Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Kebijakan
tersebut dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan
fungsi keluarga secara optimal.

Beberapa dimensi pembangunan keluarga akan berhubungan dengan upaya ;


pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui : a. peningkatan
kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan
pelayanan tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak;b.
peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan,
konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga; c. peningkatan
kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan
masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan
keluarga; d. pemberdayaan keluarga rentan dengan memberikan perlindungan
dan bantuan untuk mengembangkan diri agar setara dengan keluarga lainnya; e.
peningkatan kualitas lingkungan keluarga; dan f. peningkatan akses dan peluang
terhadap penerimaan informasi dan sumber daya ekonomi melalui usaha mikro
keluarga.

-1-
Mencermati kondisi tersebut dan kebijakan jangka panjang, maka
diselenggarakanlah pelayanan konseling keluarga untuk mendukung pembinaan
keluarga yang telah diselenggarakan oleh masyarakat. Keluarga adalah
merupakan kelompok/unit paling kecil dalam masyarakat, terdiri dari suami dan
isteri atau ibu bapa dan anak-anak, dan secara religius pembentukan keluarga
bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan keluarga
sangat tergantung kualitas setiap individu anggota keluarga yang dipengaruhi
beberapa aspek antara lain; kesiapan remaja dalam menuju jenjang rumah
tangga. Disinilah letak pentingnya konseling bagi remaja yang akan menikah.
Dis harmoni keluarga yang mengarah ke perceraian sering disebabkan karena
rapuhnya kesiapan lahir batin saat mau menikah, padahal jika telah terjadi
perceraian anggota keluarga lain juga ikut menanggung resiko. Keluarga
sebagai suatu institusi sudah saatnya sebagai pilar utama dalam pendekatan
pembangunan dan melalui Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini diharapkan
dapat dijadikan pemicu dan pembangkit semangat bagi berbagai pihak yang
terlibat dalam upaya pembangunan keluarga.

B. TUJUAN

Terlaksananya penyelenggaraan pelayanan konseling keluarga yang meliputi


pelayanan Komunikasi informasi dan Edukasi Kependudukan dan Keluarga,
layanan konseling terhadap Keluarga Balita, pasangan pranikah,keluarga remaja
dan remaja,Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, keluarga
harmonis,keluarga Lansia dan lansia, pembinaan usaha ekonomi keluarga, serta
pelayanan kontrasepsi yang memungkinkan sehingga dapat mempercepat
terwujudnya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

-2-
C. RUANG LINGKUP

1. Sasaran

a. Tersedianya wadah kegiatan dan atau rangkaian kegiatan pelayanan


keluarga dalam satu tempat;

b. Terselanggaranya layanan informasi Kependudukan dan Keluarga,


layanan konseling maupun layanan pembinaan, bimbingan dan fasilitasi
Keluarga Balita, pasangan pranikah,keluarga remaja dan remaja,Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi, keluarga harmonis ,keluarga
Lansia dan lansia serta pembinaan usaha ekonomi keluarga

c. Tersedianya tempat rujukan bagi pusat-pusat pelayanan Keluarga


Sejahtera yang berbasis masyarakat.

2. Jangkauan

a. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

b. Perwakilan BKKBN provinsi

c. SKPD-KB Provinsi

d. SKPD-KB Kabupaten dan Kota.

D. BATASAN PENGERTIAN

1. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di segala


bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan
kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi
kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang, sehingga menunjang
kehidupan bangsa.

2. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik
yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas,
tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar
untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai
manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan
hidup layak.

-3-
3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.

4. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas


yang hidup dalam lingkungan yang sehat.

5. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.

6. Akses Informasi adalah kemudahan yang diberikan kepada seseorang atau


masyarakat untuk memperoleh informasi publik yang dibutuhkan.

7. Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang


mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun
penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca, yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik atau non-elektronik.

8. Pelayanan Informasi adalah jasa yang diberikan oleh Badan Kependudukan


dan Keluarga Berencana Nasional kepada masyarakat pengguna informasi.

9. Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk membantu pasangan suami istri


untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur
jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat, dan obat
kontrasepsi.

10. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan


pernikahan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki
jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab,
harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

11. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang


memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-
materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk
hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan
batin.

-4-
12. Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera adalah merupakan wadah kegiatan
dan atau rangkaian kegiatan pelayanan keluarga melalui pemberian KIE,
konseling, bimbingan dan fasilitasi.

13. Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)


adalah sekumpulan keluarga yang saling berinteraksi dan terdiri dari
berbagai tahapan keluarga sejahtera, mulai dari keluarga Pra Sejahtera
sampai dengan Keluarga Sejahtera III Plus baik yang menjadi peserta KB,
PUS yang belum ber-KB, serta anggota masyarakat yang berminat dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, aktif melakukan
berbagai kegiatan usaha bersama dalam bidang usaha ekonomi produktif
(UEP).

14. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
masih berusia produktif (15-49 tahun).

15. Keluarga Pra Sejahtera (KPS) adalah keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan
ibadah, pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.

-5-
BAB II

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN

A. ARAH KEBIJAKAN

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 tahun 2010 tentang Badan


Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pasal 3 huruf e dan d, bahwa salah
satu fungsi BKKBN adalah melaksanakan advokasi dan koordinasi serta
menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam rangka
pelaksanaan kegiatan tersebut pembinaan yang berbasis masyarakat telah
dilaksanakan oleh seluruh pemerintah daerah Kabupaten dan Kota, sedangkan
yang berbasis instansi belum dilaksanakan.Untuk itu arah kebijakan
pembentukan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini adalah merupakan wadah
kegiatan Advokasi, KIE dan Konseling keluarga yang berbasis instansi BKKBN.

B. KEBIJAKAN UMUM

Pelayanan konseling keluarga ini dilakukan dalam satu tempat yang merupakan
satu kesatuan dengan instansi Perwakilan BKKBN provinsi yang merupakan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal agar lebih mandiri. Diharapkan melalui kegiatan ini keluarga akan
lebih mampu membina dan mengembangkan anggota keluarga dalam kegiatan
yang positif, baik berada di dalam keluarga maupun kegiatan di luar keluarga.
Adapun jenis kelayanan kegiatan meliputi :

1. Pelayanan Informasi dan dokumentasi Kependudukan dan Keluarga


Berencana;
2. Konseling Keluarga Balita;
3. Konseling Pranikah;
4. Konseling Keluarga Remaja dan Remaja;

-6-
5. Konseling Keluarga Lansia dan Lansia;
6. Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
7. Konseling Keluarga Harmonis;
8. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga.

C. KEBIJAKAN KHUSUS

1. Pada tahap awal seluruh provinsi membentuk Pusat Pelayanan Keluarga


Sejahtera;

2. Mengingat kegiatan ini langsung memberikan layanan pada keluarga,


maka perlu dibuat Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) tingkat
kabupaten/kota, diperlukan dukungan komitmen dari Bupati dan Walikota
setempat dengan mengikutsertakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Pengelola Program KB (SKPD-KB) pada setiap tahap kegiatan;

3. Lokasi tempat kegiatan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini hendaknya


dipilih lokasi yang mudah diakses dan dijangkau keluarga;

4. Sesuai dengan kesepakatan dengan Bupati dan Walikota, maka pada saat
implementasi kegiatan ini, perwakilan BKKBN provinsi dapat merubah atau
menyesuaikan kegiatan yang dibutuhkan dengan ketentuan masih dalam
lingkup kegiatan yang telah ditetapkan;

5. Dalam pengembangan sampai tingkat lini lapangan dapat dipadukan dengan


Balai Penyuluhan KB khususnya bagi kabupaten dan kota penerima Dana
Alokasi Bidang KB;

6. Apabila kegiatan tersebut dilaksanakan secara terpadu dengan SKPD KB


Kabupaten dan Kota setempat aset/barang dari perolehan DAK Bidang KB
sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku dan membuat Berita Acara
penyerahan Barang sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku;

7. Perwakilan BKKBN Provinsi melakukan advokasi, komunikasi dan fasilitasi


untuk pengembangan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera di tingkat
kabupaten dan kota.

8. Perwakilan BKKBN Provinsi memantau pelaksanaan kegiatan Pusat


Pelayanan Keluarga Sejahtera di wilayah Provinsi bersangkutan.

-7-
D. KEGIATAN PRIORITAS

Kegiatan pembentukan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera diprioritaskan pada


beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Penyediaan sarana bangunan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera adalah


bangunan yang terletak di wilayah provinsi, berfungsi sebagai tempat
pelayanan langsung pada keluarga;
2. Pemenuhan sarana dan prasarana pelayanan konseling :
a. Pelayanan Informasi dan dokumentasi Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
b. Konseling Keluarga Balita;
c. Konseling Pranikah;
d. Konseling Keluarga Remaja dan Remaja;
e. Konseling Keluarga Lansia dan Lansia;
f. Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
g. Konseling Keluarga Harmonis;
h. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga.
3. Pelatihan/orientasi bagi petugas;
4. Penyediaan sarana permainan edukasi, warung internet bagi remaja, BKB
Kit, peralatan konseling, dan Alat Teknologi Tepat Guna dalam usaha
ekonomi produktif;
5. Penyediaan Perlengkapan Kerja;

-8-
BAB III

STANDARISASI PELAYANAN

Standar Pelayanan Konseling Keluarga Sejahtera merupakan standar minimal yang


harus dipenuhi dalam pelayanan konseling sebagai upaya menjaga kualitas
pelayanan konseling maupun pelayanan pembinaan, bimbingan dan fasilitasi
pasangan pranikah; keluarga balita; Keluarga Remaja dan Remaja; Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi; Keluarga Harmonis; Keluarga Lansia dan
Lansia serta Pembinaan Ekonomi Keluarga, yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan klien serta aspek lain yaitu kualifikasi petugas, partisipasi klien serta
materi dari pusat pelayanan tersebut.Standar konseling ditetapkan berdasarkan
kebutuhan klien yang berorientasi untuk memenuhi hak-hak klien yang meliputi
prosedur pelayanan, materi konseling, sarana prasarana serta kualifikasi petugas
konseling.

A. STANDAR PELAYANAN KONSELING KELUARGA SEJAHTERA DAN


INDIKATOR

Standar pelayanan konseling Keluarga Sejahtera dilihat dari kepuasan klien


dengan terpenuhinya hak-hak klien yang meliputi :

1. Pemenuhan hak informasi


Terpenuhinya hak untuk mengetahui semua informasi yang dibutuhkan
antara lain mengenai : persiapan kehidupan berkeluarga khususnya bagi
remaja/pranikah; Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi seperti
mengatur kehamilan sesuai dengan hak reproduksi; mengatur jarak dan
jumlah anak ideal ; melahirkan pada usia yang tepat ; merawat, mengasuh
dan membina tumbuh kembang anak; Keluarga Harmonis; Keluarga Lansia
dan Lansia serta Pembinaan Ekonomi Keluarga dalam upaya
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup mandiri, ulet, tangguh,
dan mampu hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan batin.

-9-
Indikator hak informasi antara lain:
a. Klien merasa nyaman dan aman untuk bertanya/konsultasi
b. Klien dan petugas konseling bergantian mengambil inisiatif saat
konseling berlangsung
c. Klien menerima dan memahami informasi yang dibutuhkan

2. Pemenuhan hak akses


Terpenuhinya hak akses untuk memperoleh pelayanan tanpa membedakan
jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan dan lokasi. Indikator hak
akses antara lain :
a. Klien menerima informasi yang tepat bagi dirinya
b. Klien mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya
c. Klien dapat mengulangi informasi yang diperoleh dengan memakai
bahasa sendiri
d. Klien tidak mengulang-ulang informasi yang salah/rumor pada saat
konseling.

3. Pemenuhan hak memilih


Terpenuhinya hak untuk memilih konselor atau petugas yang akan melayani
konseling. Indikator hak memilih adalah klien diberi kesempatan untuk
memilih pelayanan konseling serta mendapatkan konselor/petugas sesuai
dengan permasalahan yang dihadapinya.

4. Pemenuhan hak keamanan dalam pelayanan


Terpenuhinya hak untuk memperoleh pelayanan yang aman. Indikator hak
keamanan antara lain :
a. Klien datang ke tempat pelayanan konseling dan mendapatkan
pelayanan secepatnya setelah permasalahannya di identifikasi
b. Klien mendapatkan informasi kemana harus dirujuk bila memerlukan
rujukan .

-10-
5. Pemenuhan hak Privasi
Terpenuhinya hak untuk mendapatkan privasi dalam konseling. Indikator hak
Privasi adalah klien merasa aman dan nyaman untuk bertanya dan
mengutarakan masalah, tanpa ada kekhawatiran.

6. Pemenuhan hak kerahasiaan


Terpenuhinya hak untuk mendapatkan jaminan bahwa informasi pribadi
yang diberikan akan dirahasiakan. Indikator hak kerahasiaan antara lain :
a. Klien merasa aman untuk menyampaikan informasi yang bersifat
pribadi
b. Klien dengan sukarela menjawab pertanyaan konselor/petugas dan
memberikan informasi yang tepat yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi
c. Klien merasa nyaman dalam mengajukan pertanyaan.

7. Pemenuhan hak harkat martabat


Terpenuhinya hak klien untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi
dan penuh perhatian. Indikator hak harkat martabat antara lain :
a. Klien merasa mampu mengungkapkan masalah dan mendiskusikan
dengan konselor/petugas
b. Klien merasa dihargai dan menerima respon emosional yang positif dari
Konselor/petugas
c. Klien merespon secara positif hal-hal yang disarankan oleh
konselor/petugas
d. Klien merasa puas dengan hasil konselingnya

8. Pemenuhan hak Kenyamanan


Terpenuhinya hak klien untuk memperoleh kenyamanan dalam pelayanan
konseling. Indikator hak kenyamanan :
a. Klien terlihat tenang serta merasa merasa nyaman pada saat konseling
b. Klien dapat memberikan informasi tentang permasalahan dengan
sukarela tanpa ragu-ragu
c. Klien merasa nyaman dan terbuka dalam mengajukan pertanyaan
kepada konselor/petugas.
-11-
9. Pemenuhan hak Kesinambungan
Terpenuhinya hak untuk mendapatkan pelayanan secara berkesinambungan
selama diperlukan. Indikator hak Kesinambungan antara lain :
a. Klien kembali datang ke tempat pelayanan bila dirasa permasalahan
yang dialaminya belum dapat diselesaikan
b. Klien dapat memperoleh pelayanan konseling setiap saat.

10. Pemenuhan hak berpendapat


Terpenuhinya hak untuk menyatakan pendapat secara bebas. Indikator hak
berpendapat :
a. Klien merasa bebas untuk menceritakan masalah-masalah yang sedang
dihadapi
b. Klien merasa bebas untuk mengemukakan pendapatnya

B. FAKTOR PENDUKUNG PELAYANAN KONSELING KELUARGA


SEJAHTERA

1. Prosedur yang jelas


Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan atau suatu layanan
profesional yang dilaksanakan oleh konselor yang berwenang. Konseling
disini dimaksudkan untuk meningkatkan diri, pembuatan keputusan,
pemecahan masalahpada klien dengan upaya mempengaruhi tingkah laku
secara sukarela. Dalam hal ini konselor dituntut mampu menciptakan
suasana yang kondusif bagi klien sehingga klien dapat melakukan
perubahan tingkah laku secara sukarela.. Adapun kondisi yang
memperlancar perubahan tingkah laku dilakukan melalui wawancara dalam
keadaan hubungan personal dan rahasia

-12-
Dalam konseling ada beberapa tahap yang harus dilalui jika menginginkan
hasil yang maksimal dalam konseling, ada 4 tahap yang harus dilalui :
a. Pra konseling/attending (keterampilan memperhatikan untuk
meningkatkan keterlibatan klien)
Konselor dituntut untuk bisa mempersiapkan diri dengan menciptakan
suasana yang nyaman dan kondusif bagi klien, mampu mengumpulkan
informasi,mamahami bahasa verbal dan bahasa tubuh klien serta
mampu menjadi pendengar yang baik/berempati.
b. Responding (keterampilan menanggapi untuk meningkatkan eksplorasi
klien)
Konselor harus mampu memahami dan mananggapi isi
pernyataan/permasalahan klien dan mampu meyakinkan klien akan rasa
aman selama proses konseling sedang berlangsung.
c. Personalizing (ketrampilan mempribadikan untuk meningkatkan
pemahaman klien)
Pada tahap ini konselor dituntut untuk bisa membuat klien memahami
makna dari ungkapan yang telah dieksplorasi oleh klien;konselor
mencoba membuat klien memahami permasalahanyang dialami dan
mulai berpikir bahwa perlu ada instropeksi agar bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapi; sehingga klien mampu menyusun penyelesaian
masalah yang dihadapi.
d. Initiating (keterampilan memulai untuk meningkatkan klien dalam
bertindak)
Dalam tahap ini, klien sudah bisa melihat permasalahan dan mulai
merubah tingkah laku, konselor hanya mengawal dari proses yang
sedang dilalui klien serta menumbuhkan kepercayaan diri klien. Dalam
hal ini konselor hanya perlu memberikan dorongan bahwa klien bisa
mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya.
e. Terminasi (ketrampilan untuk mengakhiri konseling)
Dalam tahap ini konselor dituntut mampu mengakhiri proses konseling,
menerima klien dengan sepenuhnya serta klien mampu mandiri dalam
menyelesaikan masalahnya.

-13-
2. Tahapan proses layanan konseling
Dalam prakteknya, strategi layanan konseling terlebih dulu harus
mengedepankan layanan-layanan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan, namun layanan yang bersifat pengentasan pun masih
tetap diperlukan.
Secara umum , proses pelayanan konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu :
(1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja);
dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan )
a. Tahap awal
Tahap ini dimulai sejak klien menemui konselor sampai konselor dan
klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan diantaranya :
1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien. Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya
asas konseling terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, dan
keterbukaan;
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling
sudah terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, maka
konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien;
3) Penjajagan. Konselor berusaha menjajagi kemungkinan masalah
dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan dengan
membangkitkan semua potensi klien dan menentukan berbagai
alternatif yang sesuai dengan antisipasi masalah;
4) Membangun perjanjian antara konselor dan klien tentang : (1) waktu,
yaituberapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan
konselor tidak berkeberatan; (2) tugas, yaitu : berbagi tugas antara
konselor dan klien; dan (3)kerjasama dalam proses konseling yaitu
terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan
klien dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.

b. Tahap Inti (tahap kerja)


Pada tahap inti, ada beberapa hal yang harus dilakukan , diantaranya :

-14-
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, penjelajahan masalah
dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru
terhadap masalah yang dialami;
2) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-
sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien
3) Menjaga hubungan dengan klien

c. Tahap akhir
Pada tahap ini , ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
1) Konselor bersama klien membuat kesimpulan dari hasil proses
konseling
2) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya
3) Mengevaluasi proses dan hasil konseling
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ini ditandai dengan ;(1) menurunnya kecemasan
klien; (2) perubahan perilaku klien ke arah yang positif, sehat dan
dinamis; (3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang
dihadapinya; dan(4)adanya rencana ke depan dengan program yang
jelas.

3. Jenis Konseling Keluarga Sejahtera


a. Pelayanan Informasi dan dokumentasi Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
b. Konseling Keluarga Balita;
c. Konseling Pranikah;
d. Konseling Keluarga Remaja dan Remaja;
e. Konseling Keluarga Lansia dan Lansia;
f. Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
g. Konseling Keluarga Harmonis;
h. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga.

-15-
4. Sertifikasi Konselor
Sertifikasi konselor adalah pengakuan terhadap seseorang yang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling, setelah
yang bersangkutan dinyatakan lulus uji kompetensi yang di selenggarakan
oleh lembaga pendidikan.
Kompetensi yang diakses adalah penguasaan kemampuan akademik
sebagai landasan keilmuan dari segi penyelenggaraan layanan ahli bidang
Konseling. Sertifikat Kompetensi konselor diberikan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan yang memiliki kapasitas dalam penguasaan
kompetensi yang dimaksud.
Sertifikasi diperlukan untuk dapat meningkatkan profesionalitas konselor
dan meningkatkan mutu hasil konseling.
Persyaratan sertifikasi konselor :
a. Memiliki ijazah sarjana (S1) diutamakan dalam bidang konseling atau
Sarjana Psikologi
b. Mengikuti program pelatihan profesi

Prosedur Pelaksanaan serifikasi :


a. Assessment awal kompetensi akdemik bawaan,
Assessment awal dilakukan melalui verifikasi ijasah bagi yang memiliki
ijasah S-1 Bimbingan Konseling, bila mempunyai ijasah tersebut,
peserta berhak langsung menempuh assessmen penguasaan
kompetensi profesional konselor
b. Pengembangan program pelatihan profesi
Program pelatihan dan profesi dikembangkan dengan tujuan :
1) Memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta penerapan
pengetahuan yang dilakukan melalui pengkajian dengan berbagai
konteks;
2) Menguasai ketrampilan baik kognitif,personal-sosial maupun
psikomotorik
c. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dilakukan dalam bentuk : pengkajian, berlatih,
menghayati yang relevan dan mengacu pada pencapaian kompetensi
d. Assessment ulang penguasaan kompetensi
-16-
Assessment ini diselenggarakan agar setelah peserta dinyatakan lulus,
maka diharapkan peserta sudah menguasai kompetensi akademik dan
kompetensi profesioanal

5. Sarana dan Prasarana


Dalam melaksanakan kegiatan konseling, tentunya harus didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai dan terstandar. Hal ini tentunya
menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi untuk tercapainya tujuan
konseling keluarga sejahtera .
Ketersediaan ruangan merupakan salah satu sarana penting yang turut
mempengaruhi keberhasilan pelayanan konseling. Pengadaan dan
pengaturan ruangan perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip konseling
termasuk letak dan lokasi, ukuran,jenis dan jumlah ruangan serta berbagai
fasilitas pendukung lainnya
Letak dan lokasi ruangan mudah diakses oleh klien tetapi tidak terlalu
terbuka, dengan demikian seluruh klien bisa dengan mudah mengunjungi
namun prinsip-prinsip confidential tetap terjaga.
Jumlah ruangan disesuaikan dengan kebutuhan jenis layanan, atar ruangan
sebaiknya tidak tembus pandang.
Jenis ruangan yang diperlukan meliputi :
a. Ruang tamu
Ruangan tamu hendaknya berisi kursi dan meja tamu dan atau ruang
pameran berisi informasi tentang poster, leaflet,buku saku,eks banner
serta berbagai informasi tentang data kependudukan, Keluarga
berencana dan Kesehatan Reproduksi serta keluarga sejahtera.
Ruangan ditata agar dapat memberikan rasa nyaman bagi tamu yang
datang. Kenyamanan menjadi modal utama bagi kesuksesan program
pelayanan yang disediakan.
b. Ruang Administrasi/data
Ruangan administrasi/data merupakan ruangan tempat menyimpan
data klien, perlu dilengkapi dengan fasilitas berupa : filling cabinet/
lemari penyimpan dokumen (buku pribadi, catatan-catatan
konseling,kartu,map pribadi,alat tulis menulis), perangkat elektronik

-17-
(komputer, tape recorder,,LCD, TV dll), bisa dilengkapi dengan poster,
lembar balik dll.
c. Ruang kerja
Ruangan kerja disiapkan agar dapat berfungsi mendukung produktivitas
kinerja konselor, dalam ruangan ini diperlukan fasilitas berupa
komputer, meja kerja,almari/filling cabinet
d. Ruang konseling Individual
Ruangan ini merupakan tempat interaksi antara konselor dan klien,( baik
Pasangan Usia Subur atau PUS, keluarga balita, keluarga
remaja,keluarga lansia), ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan
antara lain : meja kursi atau sofa , almari, perangkat elektronik (TV,
LCD, tape recorder,komputer), poster, dll.
e. Ruang konseling kelompok
Ruangan ini merupakan tempat interaksi antara konselor dengan klien
dalam bentuk kelompok keluarga (baik keluarga yang mempunyai balita,
remaja maupun lansia),ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan
antara lain : meja kursi atau sofa , almari,
perangkat elektronik (TV, LCD, tape recorder,komputer) poster dll.
Ruangan ini harus mampu menampung banyak orang, sehingga bisa
dipergunakan untuk ruang parenting bagi kelompok keluarga yang
punya balita, ruang tempat bermain bagi anak-anak usia dini; ruang
konsultasi bagi kelompok keluarga yang punya remaja serta kelompok
keluarga yang mempunyai lansia
f. Ruang terapi
Pada prinsipnya ruangan ini menjadi tempat bagi konselordalam
memberikan terapi bagi klien yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut.Ruangan ini dilengkapi dengan : daftar buku/referensi (katalog),
rak buku , buku bacaan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat
digunakan untuk memberikan terapi bagi klien.
g. Ruang relaksasi
Ruangan ini diperuntukkan bagi klien yang memerlukan relaksasi,
Diperlukan ruangan yang bersih, sehat, nyaman dan aman, jika
memungkinkan ruangan ini dilengkapi dengan karpet, tape recorder,
TV,VCD/DVD
-18-
h. Ruang peragaan/stimulasi/informasi
Ruangan ini berisi Alat Permainan Educatif (APE) khususnya APE bagi
keluarga dan anak-anak usia dini sebagai media stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak; bagi remaja ada beberapa sarana yang
diperlukan seperti audio visual, alat peraga kesehatan reproduksi, poster
dan lainnya; sedangkan bagi lasia bisa disiapkan alat kebugaran bagi
lansia .

C. STANDAR PENGELOLAAN PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA

1. Menetapkan Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana pusat pelayanan keluarga sejahtera bersifat


institusional yang menyelenggarakan pelayanan dan berpedoman pada
Pedoman Penyelenggaraan yang ditetapkan, serta tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pegawai
Negeri Sipil. Organisasi bersifat statis yang diwujudkan dalam bentuk bagian
dari struktur organisasi BKKBN. Struktur organisasi mewakili unsur/bidang
pelayanan untuk mendukung fungsi dan hubungan kewenangan dan
bagaimana orang bekerjasama dan menggunakan sumber daya yang ada
untuk mencapai tujuan.

2. Menyiapkan Tenaga Pengelola

a. Tenaga tetap (pegawai BKKBN)


b. Tenaga outsourcing (kontrak lepas)
c. Relawan (pengurus PIK K R/M, Pramuka, dll

3. Melatih Tenaga Pengelola

Melatih tenaga pengelola pelayanan konseling dan pembinaan dimaksudkan


untuk :

1) Memberikan informasi terkini tentang bidang-bidang pelayanan;

2) Memberikan Teori Dan Dasar-Dasar Komunikasi, Konseling dengan


metode yang sudah diterapkan di beberapa tempat;

-19-
3) Memberi dasar pengembangan mekanisme pelayanan pada Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera;

4) Memberikankesempatan untuk role play, studi banding ketempat


pelayanan lain, serta mengembangkan metode dan media yang dapat
digunakan untuk layanan keluarga sejahtera.

4. Menggerakan Peran Serta Masyarakat

a. Advokasi
b. KIE
c. Sosialisasi

5. Menyiapkan sarana dan prasarana

Menyiapkan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan mekanisme


pelayanan, yaitu:

a. Loket/ruang pengajuan permohonan pelayanan;

b. Tempat/ruang pelayanan konseling sesuai jenis pelayanan;

c. Alat bantu konseling/Media dan peralatan lain yang diperlukan;

6. Menyiapkan Tenaga Konselor

a. Konselor tetap
b. On Call Konselor (professional, TOGA, TOMA, staf lembaga terkait)

7. Menyiapkan Pola Pelayanan

a. Perorangan/kelompok
b. Rujukan
c. Home Visit

-20-
BAB IV

MEKANISME PENYELENGGARAAN

A. PROSES KEGIATAN

1. Pelayanan Informasi dan dokumentasi Kependudukan dan Keluarga


Berencana

Salah satu sasaran yang sangat berkaitan dengan penyediaan data dan
informasi pengelolaan program Kependudukan dan KB Nasional adalah
“menerapkan sistem informasi yang up to date”. melalui sistem informasi
manajemen (SIM) yang berbasis teknologi Informasi. Berdasarkan hal
tersebut maka Informasi yang disediakan dalam Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera ini harus dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan masyarakat
dengan prioritas informasi sebagai berikut:

a. Daftar informasi publik yang berada di bawah penguasaannya,


tidaktermasuk informasi yang dikecualikan;
b. Hasil keputusan Pimpinan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional dan latar belakang pertimbangannya;
c. Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. Rencana kerja program/kegiatan termasuk di dalamnya perkiraan
pengeluaran tahunan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional;
e. Perjanjian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
dengan pihak ketiga;
f. Informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam
pertemuan yang terbuka untuk umum;
g. Prosedur kerja pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan atau
h. Laporan mengenai pelayanan akses informasi publik sebagaimana
diatur dalam Undang-undang.

-21-
2. Konseling

Pada dasarnya konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah
antara klien dengan petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai
berbagai hal yang ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien
yang pada akhirnya klien mampu mengambil keputusan sendiri mengenai
pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan situasi dan kondisi dari
klien tersebut. Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan
komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan
tentang masalah yang dihadapi klien dengan tujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi
dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan klien.

Dengan demikian tujuan konseling adalah untuk membantu klien melihat


permasalahannya supaya lebih jelas, sehingga klien dapat memilih sendiri
jalan keluarnya,dengan melakukan konseling tatap muka maka klien dapat
menentukan pilihan kontrasepsinya dengan mantap sesuai dengan
keinginan mereka sendiri dan tidak akan menyesali keputusan yang telah
diambilnya di kemudian hari.

Pada umumnya konseling dilaksanakan melalui beberapa tahapan sebagai


berikut:

a. Konseling Awal atau Tahap Persiapan


Merupakan tahap dimana klien pertama kali menghubungi konselor
untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangannya. Pada
umumnya setelah klien menyampaikan maksudnya, maka konselor akan
memberikan penjelasan secara benar, terbuka, obyektif tentang materi
yang menjadi topik pembahasan konseling tersebut. Dalam tahap ini
apabila menyangkut penggunaan alat kontrasepsi maka konselor akan
menjelaskan sampai pada kekurangan dan kelebihan alat dan obat
kontrasepsi.

-22-
Apabila klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih
lanjut tentang alat kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan
kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.

b. Konseling Spesifik atau Tahap keterlibatan (the joining)


Pada tahap sudah terjadi keterlibatan antara konselor dengan klien baik
secara isyarat (nonverbal) maupun secara verbal, dimana klien akan
menceritakan permasalahan yang dihadapi kepada konselor, dalam
tahap ini konselor harus mendengarkan semua masukan dari klien tanpa
disela dengan pendapat atau penjelasan konselor. Setelah semua
informasi dari klien terkumpul, maka lakukan pengelompokan dan
penyaringan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk
menghilangkan keraguan, kesalahpahaman. Berbagai penjelasan
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional sangat membantu
klien mempercayai konselor, serta informasi yang disampaikan.Di
samping itu klien dapat mengambil keputusan tanpa tekanan dan
berdasarkan informasi yang benar.

c. Tahap menetapkan masalah, yaitu menetapkan masalah yang dihadapi


oleh klien. Oleh karena itu, harus jelas masalahnya, siapa yang
bermasalah, apa indikasinya, apa yang telah terjadi dan sebagainya.

d. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk


penyelesaian masalah. Pada tahap ini klien akan mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk memahami masalahnya dan konselor
dapat melatih anggota keluarga itu berinteraksi dengan cara-cara yang
dapat diikuti (misalnya pelan, sederhana, detail dan jelas) dalam
kehidupan mereka.

e. Tahap konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan hipotesis


dan memformulasi langkah-langkah pemecahan. Pada tahap ini
konselor mendesain langsung atau memberi pekerjaan rumah untuk
melakukan atau menerapkan pengubahan masalah yang terjadi pada
klien melalui kegiatan/upaya yang sebaiknya dilakukan dalam kehidupan
-23-
klien tersebut untuk mengatasi masalah yang dihadapi, misalnya ketidak
berfungsinya perkawinan.

f. Tahap penentuan tujuan, dalam tahap ini klien telah mengambil


keputusan untuk berperilaku yang telah didiskusikan dengan konselor
sebagai perilaku normal yang seharusnya dilakukan klien, sehingga
dapat terhindar dari masalah yang selama ini dibicarakan dengan
konselor misalnya dengan memperbaiki cara berkomunikasi, telah
menaikkan self-esteem dan membuat kehidupan keluarga lebih kohesif.
Pada konseling KB, konseling pra tindakan ini merupakan konseling yang
dilakukan pada saat akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi.
Pada konseling pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah
dokter, operator petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan
konseling ini untuk mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai
tingkat kemampuan klien untuk menghentikan infertilitas, evaluasi
proses konseling sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan
tindakan medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan.

g. Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri hubungan


konseling setelah tujuan untuk mengatasi masalah klien dapat tercapai.
Pada konseling KB tahap ini biasanya disebut dengan konseling Pasca
Tindakanyang dilakukan setelah tindakan selesai dilaksanakan.
Tujuannya untuk menanyakan kepada klien bila ada keluhan yang
mungkin dirasakan setelah tindakan, lalu berusaha menjelaskan
terjadinya keluhan tersebut, memberikan penjelasan kepada klien atau
mengingatkan klien tentang perlunya persyaratan tertentu yang harus
dipenuhi agar kontrasepsi efektif misalnya pada kontrasepsi vasektomi
perlu penggunaan kondom selama 20 kali ejakulasi setelah divasektomi.

-24-
Keberhasilan Konseling dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor Individual

Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang


dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :

1) Faktor Fisik

Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat


mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang
disampaikan konselor.

2) Sudut Pandang

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya


terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi
pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.

3) Kondisi Sosial

Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan


pengaruh dalam memahami materi.

4) Bahasa

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga


akan mempengaruhi pemahaman pasien.

b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi,


pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan,
perhatian, dukungan), serta sejarah hubungan antara konselor dan
pasien akan mempengaruhi kesuksesan proses konseling.

c. Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan


kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi
percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

-25-
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari


kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi
adalah :

1) Kegagalan menyampaikan informasi penting;

2) Perpindahan topik bicara yang tidak lancer;

3) Salah pengertian.

3. Pelayanan Teknis

Pada dasarnya, pelayanan yang disediakan dalam Pusat Pelayanan


Keluarga Sejahtera adalah pelayanan konseling dari berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh keluarga dalam mengembangkan dan melaksanakan
delapan fungsi keluarga.Namun demikian, dapat pula dikembangkan pada
pelayanan yang lebih teknis, khususnya untuk pelayanan sederhana bagi
calon peserta KB atau peserta KB.

4. Sasaran/Klien

1. Penggerak KB Tingkat Kabupaten dan Kota


2. Penggerak KB Tingkat Kecamatan
3. Penggerak KB Tingkat Desa
4. Keluarga
5. Remaja
6. PIK KRR
7. Kelompok Pembinaan Keluarga (BKB, BKR, BKL, UPPKS)
8. Masyarakat.

-26-
B. RUANG PELAYANAN KONSELING :

Keterangan :

1. Ruang informasi/pendaftaran
a. Ruang Informasi merupakan satu ruangan yang berisi informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan :
1) Kependudukan dan keluarga berencana dan berbagai alat
kontrasepsi yang dapat menjadi pertimbangan bagi keluarga dalam
mengatur jumlah anak yang dikehendaki ;
2) Kesehatan reproduksi;
3) Penyiapan kehidupan berkeluarga;
4) Perawatan dan pengasuhan anak;
5) Peningkatan kualitas hidup lansia;
6) Mewujudkan keluarga harmonis dan sejahtera;

Informasi tersebut dapat berbentuk leaflet, poster, booklet, ex banner


dan lainnya yang bisa diakses oleh klien yang datang di tempat
pelayanan

-27-
b. Ruang pendaftaran
Ruang pendaftaran merupakan ruang tempat untuk mendaftarkan diri
sebagai klien yang nantinya akan mendapatkan pelayanan konseling

c. Ruang tunggu
Ruang tunggu dipersiapkan sebagai tempat menunggu bagi klien
sebelum mendapatkan pelayanan

2. Ruang pelayanan konseling


Setelah klien mendaftar di tempat pendaftaran, selanjutnya petugas
pendaftar akan mengarahkan klien ke ruang pelayanan konseling sesuai
kebutuhan klien. Ada beberapa ruang yang diperlukan untuk pelayanan
konseling yaitu :
a. Ruang Konseling Keluarga Balita;
b. Ruang Konseling Pranikah;
c. Ruang Konseling Keluarga Remaja dan Remaja;
d. Ruang Konseling Keluarga Lansia dan Lansia;
e. Ruang Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
f. Ruang Konseling Keluarga Harmonis;
g. Ruang Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga.

Masing-masing pelayanan membutuhkan ruangan tersendiri agar klien


merasa aman dan nyaman untuk mendapatkan pelayanan

3. Ruang Pelayanan konseling khusus


Ruang pelayanan ini disediakan dengan tujuan memberikan pelayanan
kepada klien yang membutuhkan pelayanan khusus

4. Ruang pelayanan tindakan/kegiatan


Ruangan ini disediakan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada klien
yang membutuhkan tindakan lebih lanjut setelah mendapatkan konseling
dari ahlinya di ruang yang telah disediakan tadi,

-28-
C. MATERI KONSELING

1. Konseling Keluarga Balita

Penyiapan kualitas anak sebagai sumber daya manusia dimulai sejak dini
bahkan sejak dari terjadinya janin dalam kandungan sampai anak masuk
sekolah sangat memerlukan proses melalui pengasuhan yang benar.

Pengasuhan yang dilakukan seharusnya dimulai sejak dini, bahkan sejak


janin masih di dalam kandungan, karena pada saat itu proses pertumbuhan
dan perkembangan manusia sudah berlangsung secara cepat terutama
pada masa di bawah lima tahun (balita) yang disebut dengan “golden
periode”. Apabila pada masa tersebut anak tidak mendapat pengasuhan
dengan baik, maka dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik, emosi, sosial maupun kecerdasan. Untuk itu
diperlukan asuhan yang benar meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan,
gizi, kasih sayang serta stimulasi agar anak dapat tumbuh kembang optimal.

Pengasuhan merupakan proses hubungan yang unik antara orang tua dan
anak sebagai aksi dan interaksi dalam mendidik, agar kepribadian anak
dapat berkembang dengan baik sehingga menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab, tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan
yang buruk serta mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya kelak.

Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama mempunyai peranan sangat


penting dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
terrmasuk dalam pemenuhan hak-hak anak. Potensi yang dimiliki seseorang
akan mencapai kondisi optimal apabila mendapat pengasuhan yang tepat
sesuai dengan tahapan usianya..

Apabila anak tidak tumbuh dan berkembang sesuai usia nya, maka ia perlu
dikonsultasikan kepada para ahlinya seperti : dokter anak, ahli tumbuh
kembang anak atau psikolog perkembangan anak.Para ahli ini diharapkan
dapat memberikan layanan konseling berupa konsultasi kepada keluarga
yang mempunyai permasalahan dengan tumbuh kembang anaknya dan
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Layanan konseling yang diberikan kepada keluarga bertujuan membantu


keluarga dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam mengasuh
-29-
dan mebina tumbuh kembang anak. Oleh karena itu keberadaan Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera diharapkan dapat menjadi pusat rujukan bagi
keluarga baik yang anaknya mengalami permasalahan tumbuh kembang.

1) Pelaksanaan Konseling

Pelaksanaan Konseling Keluarga Balita dilaksanakan melalui langkah


sebagai berikut:

a. Konseling Preventif merupakan suatu proses pendampingan bagi


Keluarga Balita dalam menjalani proses pengasuhan dan
pembinaan tumbuh kembang anak, sehingga keluarga dapat
mengambil keputusan bijaksana atas berbagai pilihan dalam proses
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak.

-30-
b. Konseling Kuratif merupakan proses pemulihan dari situasi saat ini
dimana keluarga merasa secara pribadi sudah tidak mampu
mengatasi persoalan yang dihadapi dalam pengasuhan anak
balitanya, sehingga memerlukan bimbingan dari Konselor untuk
menuntun keluarga setahap demi setahap menguraikan persoalan
dan menuntun, sehingga mampu menemukan solusinya.

2) Tahapan konseling

a. Konseling awal merupakan proses konseling dimana konselor


membantu keluarga untuk memahami proses pengasuhan dan
pembinaan tumbuh kembang anak secara optimal. Konseling awal
dilakukan pada saat pertama kali orangtua datang untuk konsultasi
dan mengetahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak nya
tidak sesuai dengan tahapan usianya. Hal tersebut diketahui setelah
dilakukan deteksi dini terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak melalui pemantauan dengan menggunakan Kartu Kembang
Anak (KKA). Konseling awal biasanya dilakukan oleh kader yang
telah mendapatkan pelatihan tentang pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak.

b. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan terencana di


segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara
perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan, serta memenuhi kebutuhan generasi sekarang
tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi
mendatang, sehingga menunjang kehidupan bangsa. Konseling
lanjutan/rujukan. Dalam tahap ini konseling lebih ditekankan pada
tahap membantu keluarga mengatasi permasalahan yang muncul
dalam rangka pengasuhan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak baik dari aspek perkembangan fisik, sosial,
emosional maupun kecerdasan anak.melalui rujukan kepada para
ahli atau petugas konselor yaitu : dokter anak, ahli tumbuh kembang,
psikolog perkembangan anak.

-31-
3) Sasaran konseling
Sasaran konseling adalah keluarga yang mempunyai anak mulai lahir
sampai usia 10 tahun yang mempunyai permasalahan dalam
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

4) Materi Konseling

a. Pertumbuhan dan perkembangan anak

b. Peran orangtua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh


kembang anak

c. Komunikasi orangtua dan anak

5) Konselor

a. Psikolog tumbuh kembang anak

b. Ahli tumbuh kembang anak

c. Dokter spesialis anak

6) Sarana yang diperlukan ;


a. Tape recorder
b. BKB KIT
c. Poster, leaflet , booklet dll

-32-
2. Konseling Keluarga Remaja dan Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan, yaitu dalam aspek
jasmani, rohani, emosional, sosial dan personal (WHO, 2002). Sehingga
masa remaja dapat dikatakan sebagai periode kritis, karena pada masa
inilah remaja mencari identitas diri. Pada masa kritis, seorang remaja
kehilangan pegangan dan pedoman yang memadai dalam hidupnya. Masa
kritis biasanya diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis,
perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar
ia kerjakan, sehingga ia frustasi dan sebagainya.

Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa


membingungkan dalam dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan
bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya. Salah satunya
adalah orang tua atau keluarganya. Salah satu fungsi keluarga adalah
memberi pengayoman yang memberikan jaminan rasa aman. Pada masa
kritisnya, remaja sangat membutuhkan realisasi fungsi tersebut agar mereka
tidak terjebak dalam situasi kebingungan dalam mencari identitas dirinya,
yang seringkali menjadi masalah utama dalam melewati tahap kehidupan
remaja.

Suasana keakraban, saling menghormati dan saling menghargai harus


tercipta dalam suatu keluarga, sehingga keluarga akan diikat oleh tali batin
yang kuat dalam kehidupannya. Oleh karena itu, komunikasi efektif antara
orangtua dengan remaja dan dialog antar anggota keluarga akan menjadi
kekuatan dan dukungan bagi remaja yang sedang dalam proses pencarian
jati diri.

Komunikasi efektif antara orangtua dengan remaja merupakan salah satu


bentuk komunikasi interpersonal.Tujuan dilakukannya komunikasi efektif
antara orangtua dengan remaja, antara lain untuk: a) membangun hubungan
yang harmonis dengan remaja; b) membentuk suasana keterbukaan dan
mendengar; c) membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi
masalah; d) membuat remaja mau mendengar dan menghargai orangtua

-33-
dan orang dewasa saat mereka berbicara dan e) membantu remaja
menyelesaikan masalah.

Kurangnya komunikasi yang bersifat dialogis antara orangtua dengan


remaja mengenai berbagai masalah remaja, menyebabkan remaja mencari
informasi dari teman sebaya, media elektronik (televisi, VCD, internet) dan
media cetak. Permasalahan akan timbul jika remaja tidak mendapatkan
informasi yang benar dan sesuai dengan perkembangan usianya, padahal
informasi tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan yang diikuti dengan
sikap dan perilakunya.

Selain itu, tanpa komunikasi efektif antara orangtua dengan remaja yang
intens dan terbuka, dapat menyebabkan terjadinya penumpukkan rasa
frustasi dalam diri anak remajanya. Bila orangtua tidak memberikan
kesempatan dialog dan komunikasi terbuka dalam arti yang sesungguhnya,
maka remaja tidak akan membentuk kepercayaan dalam dirinya untuk
membuka diri. Mereka akan lebih tertutup kepada orangtuanya dan akan
lebih memilih bercerita dengan teman sebayanya.

-34-
1) Materi konseling pada keluarga remaja dan remaja minimal
berkaitan dengan subtansi :

a. Membangun komunikasi efektif antara orangtua dengan remaja

b. Membangun kepercayaan antara orang tua dengan remaja

c. Membangun keterbukaan antara orang tua dengan remaja

d. Cara mengatasi masalah remaja

e. TRIAD KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan Napza)

f. Pendewasaan Usia Kawin

g. Keterampilan Hidup

-35-
2) Langkah konseling

a. Konselor mampu mendorong setiap keluarga dan anggota keluarga


yang memiliki remaja dalam berperan serta menciptakan keluarga
yang harmonis, aman dan tentram, penuh cinta kasih dan saling
menghormati. Selain itu juga konselor mampu mendorong setiap
keluarga dan anggota keluarga yang memiliki remaja dalam
mengembangkan pribadi dan kemampuan antaralain: empati,
menjaga rahasia, hangat, hormat, menghargai tanpa syarat dan
percaya diri. Memiliki keterampilan: berkomunikasi, dinamika
kelompok, sugesti dan leadership.

b. Membangun hubungan yang komunikatif. Kunci sukses dalam


konseling adalah jalinan hubungan yang harmonis antara konselor
dengan klien. Konselor harus mampu menyapa klien dengan baik,
sehingga klien merasa dirinya diterima. Semua atribut yang dapat
mengganggu harus diminimalisir. Misalnya berkaitan dengan tempat,
status sosial, status ekonomi, latar belakang budaya dan persepsi
konselor.

c. Observasi terhadap posisi dan keberadaan klien. Dilakukan secara


hati-hati, sehingga klien tidak merasa dinilai. Beberapa hal yang
dapat diobservasi antara lain: penampilan fisik, motivasi, kecemasan
atau penolakan. Melalui tahapan ini diharapkan klien terlibat dalam
proses konseling, sehingga klien mampu mengekpresikan dan
menyatakan apa yang terjadi dalam pikiran maupun perasaannya.
Membangun relasi dalam konseling keluarga harus dilakukan
dengan keluarga secara keseluruhan maupun dengan orang
perorang anggota keluarga. Proses ini memerlukan waktu dan
kesabaran karena minat dan kepentingan individual masing-masing
anggota keluarga akan sangat beragam.

-36-
d. Mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan konseling. Klien
mengetahui hak, kewajiban dan perannya selama proses konseling.
Tujuan konseling harus ditetapkan bersama-sama dengan konselor,
sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan, mengubah perilaku dan berkeinginan untuk
mengembangkan diri. Durasi atau waktu konseling dilakukan dan
kapan konseling akan dilaksanakan perlu disepakati oleh seluruh
anggota keluarga. Pada tahap ini kesepakatan seluruh anggota
keluarga terhadap permasalahan yang akan dibahas merupakan
fokus kajian.

Menanamkan pemikiran dan perasaan bahwa permasalahan yang


dihadapi merupakan permasalahan bersama dan akan mengganggu
sistem keluarga jika tidak segera diselesaikan. Kesediaan dan
ketulusan anggota keluarga untuk terlibat, saling membantu
menyelesaikan permasalahan keluarga merupakan modal awal
untuk menggali permasalahan secara komprehensif.

e. Menggalipermasalahan. Pada tahapan ini konselor mengembangkan


berbagai pertanyaan maupun pernyataan yang akan mendorong
klien untuk menggali permasalahan yang dihadapi. Tujuan yang
ingin dicapai melalui tahapan ini adalah pemahaman konselor
tentang masalah yang dihadapi serta bagaimana hubungan atau
dampak masalah terhadap diri.

Pertanyaan maupun pernyataan dapat dikembangkan dari lima kata


kunci yaitu 5W1H : what (apa), why (mengapa), when (kapan),
where (dimana), who (siapa) dan how (bagaimana). Pernyataan
maupun pertanyaan sebagai respon terhadap konselor, serta umpan
balik dapat berupa sebab akibat, mengurutkan berdasarkan
kepentingan klien, mengurutkan berdasarkan waktu kejadian, serta
makna peristiwa bagi klien. Melalaui tahap ini, diharapkan klien
mampu menggambarkan secara nyata situasi yang dihadapi,
memberi makna terhadap situasi tersebut serta menggali perasaan
dalam peristiwa yang dialami.

-37-
Penggalian masalah diawali dengan bagaimana masing-masing
anggota keluarga memandang permasalahan dan dampak
permasalahan terhadap dirinya secara pribadi. Langkah yang kedua
adalah mengembangkan persepsi dan saling keterkaitan atau
hubungan permasalahan tehadap masing-masing anggota keluarga
dan langkah yang ketiga adalah menarik simpulan akar
permasalahan baik secara individual maupun keluarga sebagai
suatu sistem.

f. Personalisasi. Prinsip personalisasi adalah kien menyadari


permasalahan dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan. Besar
kecilnya permasalahan sangat tergantung pada persepsi klien
tentang masalah, sehingga kita dapat mengurangi kegelisahan,
frustasi ataupun stress dalam diri klien dengan menempatkan
permasalahan secara proporsional serta mendorong klien untuk
berfikir positif tentang dirinya.

g. Pada tahap ini, klien diharapkan memiliki pemahaman sehingga


mampu menterjemahkan kesadaran, perasaan dan penalaran
kedalam makna yang lebih pribadi. Dengan kata lain klien mampu
memahami keadaan lack of psychological strength serta
merumuskan tujuan untuk mengatasinya. Kesadaran akan
pentingnya keluarga dan keberfungsian keluarga bagi kelangsungan
kehidupan anggota keluarga merupakan hal yang harus dicapai
pada tahapan ini. Masing-masing anggota keluarga harus mampu
melihat dan menempatkan diri dalam posisi peran dan tanggung
jawab sebagai anggota keluarga dan sebagai pribadi. Sebagai
pribadi tidak boleh kehilangan integritas diri, dan sebagai anggota
keluarga harus memiliki konsep diri dan konsep anggota komunitas.

-38-
h. Menyusun rencana tindakan, monitoring dan evaluasi.Tugas
konselor pada tahap ini adalah mendukung klien dalam membuat
rencana tindakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Dimulai dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai,
tahapan kegiatan yang akan dilakukan, waktu pelaksanaan,
keterlibatan orang lain, penggunaan alat bantu serta peran konselor
dalam membantu memonitor atau memberikan umpan balik
terhadap usaha yang dilaksanakan oleh klien.

Konselor harus mampu memberikan dukungan agar klien memiliki


kekuatan mental untuk dapat melakukannya. Kemudian klien
menetapkan kapan kegiatan akan dimulai (jadwal kegiatan). Jika
memungkinkan, konselor dapat membantu tanpa sepengetahuan
klien, sehingga dapat menciptakan berbagai kondisi yang
mendukung terlaksananya kegiatan. Perencanan yang disusun
terdiri atas: 1) pembagian peran dan tanggung jawab sesuai
dengan pribadi masing-masing anggota keluarga; 2) perencanaan
keluarga untuk membangun fungsi konstelasi keluarga serta
memperbaharui budaya keluarga.

3) Sarana yang diperlukan

a. Alat perekam (misalnya : tape recorder, mp3, mp4, dll)

b. Bahan informasi (leaflet, booklet, lembar balik, poster, dll)

c. Alat Peraga Kesehatan Reproduksi

-39-
-40-
3. Konseling Pranikah

Konseling pranikah merupakan salah satu layanan konseling yang memiliki


urgensi seiring dengan kompleksitas masalah sosial ekonomi di era global
informasi saat ini. Beberapa aspek yang perlu disadari oleh kedua calon
pengantin adalah Perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan adalah ikatan
sakral yang terjalin di antara laki-laki dan perempuan yang telah memiliki
komitmen untuk saling menyayangi, mengasihi, dan melindungi.

Konseling pranikah akan lebih memberikan gambaran awal akan makna


pernikahan, yang pada dasarnya merupakan upaya pemenuhan kebutuhan
manusia (kebutuhan biologis, psikologis, sosial bahkan agama). Berbagai
kebutuhan tersebut seyogyanaya bisa terus dipenuhi dan dilengkapi sebagai
bagian dari tugas institusi keluarga. Kondisi tersebut perlu diketahui oleh
calon suami istri melalui konseling, jauh sebelum terjadi pernikahan. Proses
pemberian bantuan terhadap individu tersebut diharapkan agar mereka
kelak dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan berumah tangganya
dapat selaras dan mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat. Dalam
proses konseling pranikah, konselor perlu menanamkan beberapa faktor
penting yang menjadi prasyarat memasuki pernikahan dan berumah tangga.

-41-
1) Materi konseling meliputi faktor yang berpengaruh adalah :

a. Faktor Usia

Usia laki-laki 25 tahun dan wanita minimal 20 tahun termasuk dalam


kategori sehat, dan mampu melakukan proses reproduksi secara
sehat termasuk kualitas kesehatan anak yang akan dilahirkan.

b. Faktor psikologis

Kematangan emosional dan mental, sikap saling menerima dan


memberi cinta kasih, serta saling pengertian antara suami isteri.

c. Faktor etika dan agama

Faktor etika dan agama merupakan hal yang penting dalam


membangun keluarga.

d. Faktor komunikasi

Komunikasi menjadi hal utam yang harus diperhatikan oleh


pasangan suami isteri. Membangun komunikasi yang baik menjadi
pintu untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat memicu
timbulnya konflik yang lebih besar dalam keluarga.

e. Faktor sosial ekonomi

Kondisi keluarga menuntut tempat tinggal yang memadai,


pendidikan anak dan membangun kemasyarakatan dengan
lingkungan. Hal tersebut memerlukan penghasilan yang memadai
secara rutin bukan hanya untuk keluarganya tetapi juga untuk
kebutuhan sosial kemasyarakatan.

-42-
2) Cara penyelenggaraan konseling perkawinan

a. Konseling perkawinan lebih menekankan pada hubungan pasangan,


bukan pada kepribadian masing-masing pasangan.

b. Konselor tidak menekankan untuk mengetahui secara mendalam


kepribadian setiap klien yang akan datang. Konselor menekankan
tentang bagaimana hubungan yang terjadi selama ini di antara
pasangan tersebut.

c. Konselor diperbolehkan melihat ke belakang (aspek kepribadian,


termasuk riwayat-riwayat masa lalunya), namun yang ditekankan
adalah bagaimana sifat kesulitan yang dihadapi menyangkut
hubungan kedua belah pihak. Masalah yang dihadapi kedua belah
pihak adalah mendesak, sehingga konseling perkawinan
dilaksanakan dengan pendekatan langsung untuk memecahkan
masalah.

d. Masalah yang dihadapi pasangan adalah masalah-masalah normal,


bukan kasus yangsangat ekstrim yang bersifat patologis. Masalah
normal adalah masalah kehidupan pasanganyang umum dialami
oleh keluarga, hanya saja keduanya mengalami kesulitan dalam
mengatasi konflik-konfliknya.

3) Langkah-langkah Konseling

a. Persiapan, tahap yang dilakukan klien menghubungi konselor.

b. Tahap keterlibatan adalah tahap keterlibatan bersama klien. Pada


tahap ini konselor mulai menerima klien secara isyarat (nonverbal)
maupun secara verbal, merefleksi perasaan, melakukan klarifikasi
dan sebagainya.

c. Tahap menyatakan masalah, yaitu menetapkan masalah yang


dihadapi oleh pasangan. Oleh karena itu, harus jelas masalahnya,
siapa yang bermasalah, apa indikasinya, apa yang telah terjadi dan
sebagainya.

-43-
d. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk
penyelesaian masalah. Pada tahap ini anggota keluarga
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami
masalahnya dan konselor dapat melatih anggota keluarga itu
berinteraksidengan cara-cara yang dapat diikuti (misalnya pelan,
sederhana, detail dan jelas) dalam kehidupan mereka.

e. Tahap konferensi, yaitu tahap untuk meramalkan keakuratan


hipotesis dan memformulasi langkah-langkah pemecahan. Pada
tahap ini konselor mendesain langsung atau memberi pekerjaan
rumah untuk melakukan atau menerapkan pengubahan
ketidakberfungsinya perkawinan.

f. Tahap penentuan tujuan, tahap yang dicapai klien telah mencapai


perilaku yang normal, telah memperbaiki cara berkomunikasi, telah
menaikkan self-esteem dan membuatkeluarga lebih kohesif.

g. Tahap akhir dan penutup, merupakan kegiatan mengakhiri


hubungan konseling setelah tujuannya tercapai.

4. Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

1) Gambaran kegiatan pelayanan.


Dalam upaya peningkatan kualitas dan akses pelayanan KB dan KR
menuntut perubahan paradigma karena “pelayanan KB” harus
dilaksanakan atas dasar kesukarelaan, keterbukaan, dan kejujuran.
Konselor perlu memiliki kemampuan untuk menjelaskan setiap alat
kontrasepsi secara benar dan lengkap dengan segala kelebihan dan
kekurangannya,serta efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh alat
dan obat kontrasepsi tersebut, disamping harus mengikuti standar
pelayanan yang telah ditentukan. Dengan demikian, calon peserta KB
akan terbebas dari pengaruh petugas atau lingkungannya dalam
menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling
cocok untuk dirinya. Kondisi saat ini masyarakat dapat memperoleh
informasi dari berbagai sumber dan belum tentu benar , tugas konselor
adalah memberikan informasi yang benar, jujur, dan terbuka. Ketidak

-44-
tahuan klien tentang efek samping, kontra indikasi, kelebihan dan
kekurangannya akan menimbulkan droup out secara cepat. Masyarakat
khususnya PUS dalam hal ini juga bisa mendapatkan konseling
mengenai informasi berbagai tujuan dari kontrasepsi yaitu untuk
menunda, menjarangkan serta membatasi kelahiran. Padahal informasi
ini penting difahami sebelum memutuskan menggunakan alat
kontrasepsi tertentu.

Pada dasarnya konseling KB dan KR adalah kegiatan percakapan tatap


muka dua arah antara klien dengan petugas yang bertujuan memberikan
bantuan mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan pemilihan
kontrasepsi, sehingga akhirnya calon peserta KB mampu mengambil
keputusan sendiri untuk memilih alat/metode kontrasepsi apa yang
terbaik bagi dirinya. Ini merupakan proses komunikasi antara seseorang
(konselor) dengan klien . Konseling adalah proses pemberian informasi
obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan
ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan
jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Konseling adalah
proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat
suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman
terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan klien. Dengan
demikian tujuan konseling adalah untuk membantu klien melihat
permasalahannya supaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih
sendiri jalan keluarnya,dengan melakukan konseling tatap muka maka
klien dapat menentukan pilihan kontrasepsinya dengan mantap sesuai
dengan keinginan mereka sendiri dan tidak akan menyesali keputusan
yang telah diambilnya di kemudian hari.

Sebelum klien mengambil keputusan dalam memilih kontrasepsi, penting


dilakukan terlebih dahulu pemberian informed choice mengenai berbagai
pilihan kafetaria kontrasepsi yang ada dalam program BKKBN baik untuk
pengaturan kehamilan maupun untuk mengakhiri kehamilan. Adapun
-45-
pilihan kafetaria kontrasepsi yaitu : metode kontrasepsi mantap wanita
dan pria (MOW dan MOP), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), suntikan 3 bulanan, pil kombinasi serta
kondom.

Kesehatan Reproduksi dalam program Kependudukan dan KB adalah


kegiatan peningkatan kualitas Kesehatan Reproduksi yang didalamnya
menyangkut peningkatan Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak
(KHIBA), pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV dan AIDS,
pencegahan Kanker Alat Reproduksi (KAR) dan penanggulangan
infertilitas sekunder.

Kondisi saat ini tentang Kesehatan Reproduksi yaitu masih tingginya


angka kematian ibu dan bayi yaitu 228/100.000kh dan 34/1000kh,
sedangkan dalam masalah PMS, HIV dan AIDS yaitu masih rendahnya
pemakaian kondom (20%) terutama kondom dual protection, serta
semakin meningkatnya angka kejadian kanker alat reproduksi di
Indonesia terutama kanker leher rahim dan kanker payudara. Dalam
masalah penanggulangan infertilitas, masih banyak pasangan usia subur
(PUS) yang belum mendapatkan informasi tentang kembalinya
kesuburan pasca penggunaan kontrasepsi.

Dengan kondisi-kondisi seperti diatas serta masih rendahnya


pengetahuan masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur tentang
Kesehatan Reproduksi sehingga dibutuhkan konseling mengenai
Kesehatan Reproduksi.

-46-
2) Tahapan konseling.
Konseling yang dilakukan di Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini
hendaknya lengkap yakni meliputi :

a) Konseling Awal

Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama kali


sebelum dilakukan konseling spesifik. Biasanya dilakukan oleh
petugas KB lapangan (PLKB) yang telah mendapatkan pelatihan
tentang konseling kontap pria. Dalam konseling awal umumnya
diberikan gambaran umum tentang kontrasepsi. Walaupun secara
umum tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik keunggulan
maupun keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan
metode kontrasepsi lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta
komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi. Pastikan
klien mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda
atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai
risiko yang mungkin terjadi. Apabila klien dan pasangannya telah
tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat kontrasepsi,
dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling
spesifik.

-47-
b) Konseling Spesifik

Konseling spesifik dilakukan setelah konseling pendahuluan. Dalam


tahap ini konseling lebih ditekankan pada aspek individual dan
privasi. Pada konseling spesifik yang bertugas sebagai konselor
adalah petugas konselor, para dokter, perawat dan bidan. Konselor
harus mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela
dengan pendapat atau penjelasan konselor. Setelah semua
informasi dari klien terkumpul maka lakukan pengelompokan dan
penyaringan, kemudian berikan informasi yang tepat dan jelas untuk
menghilangkan keraguan dan kesalahpahaman. Berbagai
penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan rasional
sangat membantu klien mempercayai konselor serta informasi yang
disampaikan. Di samping itu klien dapat mengambil keputusan tanpa
tekanan dan berdasarkan informasi yang benar.

c) Konseling Pra Tindakan

Konseling pra tindakan adalah konseling yang dilakukan pada saat


akan dilakukan prosedur penggunaan kontrasepsi. Pada konseling
pra tindakan yang bertindak sebagai konselor adalah dokter,
operator petugas medis yang melakukan tindakan. Tujuan konseling
ini untuk mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat
kemampu an klien untuk menghentikan infertilitas, evaluasi proses
konseling sebelumnya, melihat tahapan dari persetujuan tindakan
medis dan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan.

d) Konseling Pasca Tindakan

Konseling pasca tindakan adalah konseling yang dilakukan setelah


tindakan selesai dilaksanakan. Tujuannya untuk menanyakan
kepada klien bila ada keluhan yang mungkin dirasakan setelah
tindakan, lalu berusaha menjelaskan terjadinya keluhan tersebut,
memberikan penjelasan kepada klien atau mengingatkan klien
tentang perlunya persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar
kontrasepsi efektif misalnya pada kontrasepsi vasektomi perlu
penggunaan kondom selama 20 kali ejakulasi, tidak boleh bekerja

-48-
berat selama 3 hari dan bekas luka tidak boleh kena air selama
seminggu setelah divasektomi.

e) Konseling Kesehatan Reproduksi

(1) Konseling Peningkatan Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak


Konseling dalam peningkatan kelangsungan hidup ibu memuat
hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Safe Motherhood
melalui 4 Terlalu. Materi konseling ini diberikan kepada
masyarakat luas terutama pada populasi kunci, selain itu juga
dapat diberikan melalui kelompok tribina keluarga. Sedangkan
dalam peningkatan kelangsungan hidup bayi dan anak berisi
tentang Metode Amenore Laktasi (MAL) melalui pemberian ASI
Eksklusif dapat dilakukan secara perorangan, kelompok dan
secara umum. Untuk konseling dilakukan pada saat Ante Natal
Care (ANC) dan Pasca Persalinan. Hal ini terintegrasi dengan
kegiatan pelayanan KB bagi calon Peserta KB di tempat
pelayanan pemerintah dan atau swasta, baik statis maupun
bergerak (mobile).
(2) Konseling Pencegahan PMS, HIV dan AIDS
Dalam konseling ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan
bagaimana kondom dual proteksi dan pemakaian jarum suntik
sekali pakai dapat dengan efektif mencegah penularan PMS,
HIV dan AIDS. Materi konseling ini diberikan kepada masyarakat
luas terutama pada populasi kunci.
(3) Konseling Deteksi Dini Kanker Alat Reproduksi
Konseling dilakukan sebelum dan sesudah pemeriksaan pap-
smear dan IVA serta mencakup juga SADARI yang terintegrasi
dengan pelayanan KB pemerintah dan swasta, baik statis
maupun bergerak (mobile).
(4) Konseling Pengembalian Kesuburan Pasca Penggunaan
Kontrasepsi
Konseling dilakukan bagi PUS yang telah memiliki satu orang
anak dan telah memakai kontrasepsi, namun PUS tersebut ingin

-49-
mempunyai anak kembali dalam jangka waktu 2 tahun atau lebih
setelah lepas pemakaian kontrasepsi.

3) Faktor –faktor keberhasilan Konseling adalah :

a) Faktor Individual

Keterikatan budaya merupakan factor individual yang dibawa


seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan
gabungan dari :

(1) Faktor Fisik


Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan
sangat mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi
yang disampaikan konselor.
(2) Sudut Pandang
Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya
terhadap budaya dan pendidikan akan mempengaruhi
pemahamannya tentang materi yang dikonselingkan.

-50-
(3) Kondisi Sosial
Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan
pengaruh dalam memahami materi.
(4) Bahasa
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga
akan mempengaruhi pemahaman pasien.

b) Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi,


pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti
kehangatan, perhatian, dukungan) serta sejarah hubungan antara
konselor dan asien akan mempengaruhi kesuksesan proses
konseling.

c) Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan


kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi
percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

d) Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten


dari kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya
komunikasi adalah :

(1) Kegagalan menyampaikan informasi penting.


(2) Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.
(3) Salah pengertian.

4) Sarana prasarana yang diperlukan


Informasi mengenai masalah Kesehatan Reproduksi yang disampaikan
oleh seorang petugas Konseling KB harus jelas, dapat dimengerti, serta
terkait dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien. Disamping
itu untuk memudahkan dalam hal penyampaian materi konseling, maka
petugas konseling disarankan dapat menggunakan alat bantu seperti
poster, leaflet, lembar balik, booklet dll.

-51-
Materi-materi KIE KB dan Kesehatan Reproduksi:

a) Buku:

(1) Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi

(2) Petunjuk Pelaksanaan Promosi dan Konseling Kesehatan


Reproduksi

(3) Materi Promosi KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran

(4) Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi


melalui Program KB Nasional

(5) Strategi Nasional KIE Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke


Bayi (PMTCT)

(6) Pencegahan Masalah Kesehatan Reproduksi

b) Leaflets:

(1) MAL (Metode Amenore Laktasi)

(2) Kesehatan dan Tumbuh Kembang Bayi-Anak

(3) HIV dan AIDS di Indonesia

(4) Penyakit Menular Sexual (PMS)

(5) Infertilitas Sekunder (Pengembalian Kesubura Pasca


Penggunaan Kontrasepsi)

c) Poster:

(1) Alur Pelayanan KB PascaPersalinan dan Pasca Keguguran

(2) MAL (Metode Amenore Laktasi)

(3) Pencegahan HIV dan AIDS

(4) Cegah Kanker Leher Rahim

d) Lembar Balik:

(1) Alat Bantu Pengambilan Keputusan KB

(2) Alat Bantu Konseling Ber-KB

-52-
5. Konseling Keluarga Harmonis

A. Fungsi Keluarga.
Pengamalan nilai-nilai moral menurut 8 fungsi keluarga dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak
dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak
mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan
serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi
manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan
orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan
sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan dapat
mempelajari budaya lain, namun mampu mempertahankan dan
mengembangkan sosial budaya setempat.
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Mendapatkan cinta dan kasih sayang adalah hak anak dan
kewajiban orangtua untuk memenuhinya. Dengan cinta dan kasih
sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi
juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi cinta dan kasih
sayang terdapat 8 (delapan) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, yaitu empati, akrab, adil, pemaaf, setia,
suka menolong, pengorbanan, dan tanggung jawab.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi
anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus
memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota
keluarganya, sehingga anggota keluarga merasa lebih nyaman jika
bersama orangtuanya.

-53-
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan
sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini
keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri
yang sah yang sesuai dengan kondisi dan situasi pasangan suami
isteri sehingga keluarga mampu meningkatkan kualitas anggota
keluarganya.
6. Fungsi Pendidikan
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai
pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak, baik
secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Mendidik anak adalah
kewajiban orang tua. Dalam fungsi pendidikan terdapat 7 (tujuh) nilai
dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu
percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung jawab, dan
kerjasama.
7. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah merupakan salah satu fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan bagi ekonomi keluarganya yang dilakukan
dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan. Keluarga
diharapkan dapat memberikan bekal pengalaman bagi anak-
anaknya untuk memahami fungsi ini.
8. Fungsi Lingkungan
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai
wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam
melestarikan dan menjaga lingkungan yang ada yang dapat diambil
dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

-54-
B. Faktor Penyebab Disharmoni Keluarga
1. Terjadi perpecahan antara keduanya atau masing-masing suami/istri
kawin lagi;
2. Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan terjadi karena berbagai hal
seperti kehilangan pekerjaan, perpisahan, atau perceraian yang
berulang kali;
3. Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang rukun, cocok dan
harmonis;
4. Kegagalan dalam bertanggung jawab perkawinan baik secara
psikologi,sosial, dan ekonomi;
5. Kesulitan untuk melepaskan diri dari keluarga asal atau keluarga
besar;
6. Perubahan peranan sebagai ayah atau sebagai ibu dan lainnya;
7. Konflik dalam pembagian peran, penyelesaian tugas, hubungan
emosional, dan lain sebagainya.

C. Langkah Konseling
1. Tujuan konseling Keluarga harmonis
Tujuan konseling Keluarga harmonis adalah untuk mengembangkan
interaksi emosional yang baik antar anggota keluarga melalui upaya
kenoseling agar terbebas beban anggota keluarga dalam suatu
keluarga,membebaskan beban konflik dalam keluarga dan
mengaktifkan hubungan emosi yang baik antar anggota keluarga.

Disadari atau tidak pada dasarnya setiap keluarga senantiasa


dihadapkan pada berbagai tantangan dan kendala dan dapat
menimbulkan kesenjangan hubungan antar anggota keluarga atau
permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota
keluarga dan atau antara suami dan istri . Tidak semua keluarga
suami atau istri mampu menghadapi berbagai masalah,atau
kesadaran dan kemampuaqn untuk mengatasi tidak memiliki bekal
yang memadai baik bekal mental psikologi maupun sosial ekonomi.

-55-
Untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai permasalahan internal dan ekksternal
dalam keluarga maka melalui wadah PPKS - BKKBN berinsiatif
untuk membantu keluarga-keluargayang kesulitan dalam
menghadapi permasalahan keluarga dengan menyediakan tempat,
tenaga terlatih dan bimbingan konseling para ahli.

Melalui konseling diharapkan dapat membantu keluarga mengatasi


permasalahan keluarga untuk menuju keluarga
harmonis.Perkawinan tidak selamanya berjalan lancar semua sangat
tergantung yang menjalani karena setelah keluarga terbentuk, akan
diikuti munculnya berbagaimasalah dalam keluarga yang pada
gilirannya akan menjadi benih keretakan keluarga atau bahkan
menuju perceraian.

2. Peran Konselor
Peran konselor Keluarga harmonis adalah untuk membantu keluarga
dalam mengatasi konflik, mendudukkan konflik atau permasalahan
pada tempat yang sebenarnya, dan meluruskan prasangka-
prasangka antar pihak.

-56-
3. Jenis Konseling Keluarga Harmonis
a. Konseling kelompok
Yang dimaksud konseling kelompok adalah dengan
memfungsikan hubungan dalam keluarga sebagai cara untuk
memperkuat hubungan sebagai suatu kelompok dengan
membantu memperluas dan memperbaiki hubungan antar
anggota keluarga.

b. Membantu memperbaiki perilaku/karakter/kebiasaan :


1) Penyesuaian perilaku/karakter/kebiasaan yang kurang bisa
diterima oleh pasangan atau anggota keluarga lain.
2) Memperkuat perilaku/karakter/kebiasaan yang sesuai
(adaptive behavior).
3) Membimbing keluarga untuk merubah
perilaku/karakter/kebiasaan yang tak sesuai dengan tingkah
laku yang sesuai.

4. Melibatkan jaringan sosial kemasyarakatan


Yang dimaksud konseling dengan melibatkan jaringan sosial
kemasyarakatan adalah agar seluruh saudara, teman-teman.
Tetangga dari keluarga yang mempunyai pengaruh berarti bagi
keluarga itu. Misalnya dengan caranya dengan mengadakan
pertemuan di rumah keluarga tersebut,

5. Penanganan krisis keluarga melalui :


a. Bantuan segera jika keadaan bersifat krisis seperti karena
perubahan keseimbangan dalam keluarga (mungkin karena
perubahan peranan yang harus dilakukan oleh beberapa
anggota keluarga atau perubahan keadaan dalam memperoleh
peranan baru dalam keluarga)

-57-
b. Bantuan memperbaiki sistem komunikasi dalam keluarga.
Komunikasi ini menyangkut komunikasi antara ibu dan bapak
(suami istri) meliputi:
1) Saling pengertian;
2) Saling menghargai;
3) Saling cinta mencintai;
4) Lemah lembut dalam berbicara;
5) Menunjukkan adanya perhatian kepada pasangan
(suami/istri);
6) Bijaksana dalam pergaulan;
7) Menjauhkan diri dari sifat egois;
8) Tidak mudah tersinggung;
9) Menentramkan bathin sendiri;
10) Menunjukkan rasa cinta kepada pasangan (suami/istri).

6. Konseling Keluarga Lansia dan Lansia

Lanjut Usia adalah merupakan proses alami yang disertai adanya


penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada
lansia.Keluarga yang memiliki lansia sangat penting dalam menjaga
kesehatan jiwa lansia termasuk kesehatan fisik yang menyangkut aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta psikososial yang menyertai
kehidupan lansia. Ada beberapa ciri umum yang dialami lansia yaitu :

a) Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin


meningkatnya usia;

b) Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative;

c) Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a)


Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang
lain); b) Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan
karena berbagai sebab, diantaranya setelah menjalani masa pensiun,

-58-
setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup
dan lain-lain.

d) Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan


(homeostasis), sehingga membawa lansia ke arah
kerusakan/kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama aspek
psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis
dan sebagainya. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor
psikososial yang paling berat, misalnya kematian pasangan hidup,
kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan penegak
hukum, atau trauma psikis.

e) Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun


tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua
atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga
diri.Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di
atas.

f) Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik


dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan
kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,
pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya,
sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang
bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau
diasingkan, karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,
mengumpulkan barang-barang tak berguna, serta merengek-rengek dan

-59-
menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil.

g) Jenis Pelayanan konseling meliputi :

(1) Konsultasi yakni pelayanan yang berfungsi untuk: memfasilitasi


penyelesaian masalah individu/keluarga/organisasi lansia,
memberikan saran/nasehat dan alternatif jalan keluar atas satu
masalah/kebutuhan lansia/keluarga/organisasi, dalam kedudukan
setara dengan konseling dan sebagai media penyaluran masalah
tanpa memberikan tanggapan yang bersifat nasehat/saran.
(2) Membantu Rehabilitasi mental psikologis dalam penanganan trauma
yang merupakan pendekatan pelayanan Psikologi Sosial dan
Konseling yang berfungsi membantu mengatasi terhadap trauma
keluarga termasuk lansia yang pernah dialami bersama psikiater dan
petugas agama terkait.

-60-
7. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga

Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PEK) yang dilaksanakan oleh


BKKBN melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) merupakan kegiatan usaha ekonomi produktif keluarga, terutama
Pasangan Usia Subur (PUS), Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga
Sejahtera I (KS I) baik peserta KB maupun bukan peserta KB, sedangkan
KS II ke atas diharapkan dapat menjadi motivator dalam pengelolaan
Kelompok UPPKS.

UPPKS diharapkan menjadi kegiatan yang inovatif, kreatif, sehingga dapat


berkembang dan berjalan secara berkesinambungan, serta memperoleh
hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk memantapkan dan
meningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga serta menyesua ikan
dengan tuntutan perkembangan otonomi daerah, maka perlu diterbitkan
Pedoman Pemberdayaan Ekonomi Keluarga melalui Kelompok UPPKS.

Pada dasarnya Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga


Sejahtera (UPPKS) adalah sekumpulan keluarga yang saling berinteraksi
dan terdiri dari berbagai tahapan keluarga sejahtera, mulai dari keluarga Pra
Sejahtera sampai dengan Keluarga Sejahtera III Plus baik yang menjadi
peserta KB, PUS yang belum ber-KB, serta anggota masyarakat yang
berminat dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, aktif
melakukan berbagai kegiatan usaha bersama dalam bidang usaha ekonomi
produktif (UEP).

-61-
1) Jenis pembinaan usaha

a) Pembekalan Kewirausahaan

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan wawasan bagi pemula yang


berminat berwirausaha. Selain itu juga untuk membekali mereka
sebagai calon wirausahawan dengan kiat-kiat memasuki dunia
wirausaha, strategi memulai wirausaha, manajemen wirausaha,
semangat dari wirausaha, manajemen keuangan, keterampilan yang
harus dimiliki, membangun teamwork yang baik, dan bagaimana
memulai bisnis di kalangan pemula, sehingga mereka memiliki
potensi wirausaha yang maksimal, tanpa harus merasa kurang
percaya diri dan takut dengan resiko kegagalan.

b) Pembinaan Pengetahuan Usaha

Anggota kelompok UPPKS yang berminat usaha biasanya belum


berpikir tentang kewirausahaan perlu mengembangkan beberapa
bidang pengetahuan yang berpengaruh pada bidang usaha seperti:

a. Belajar tentang lingkungan atau segmen pasar seperti apa


masyarakat yang tinggal didalamnya, usia, menikah atau lajang,
jumlah anggota keluarga mereka, dan tingkat pendapatan
mereka rata-rata kebutuhannya apa.

b. Mengetahui apa yang sedang terjadi sekarang, misalnya gaya


busana terkini, makanan, layanan yang banyak dicari, jenis
olahraga yang sedang populer. Pada dasarnya, seorang
wirausaha selalu ingin mengetahui apa yang baru dan berbeda.

c. Belajar sambil berusaha; pengetahuan praktis pengalaman


setiap hari. Tentu merupakan bekal yang penting untuk menjadi
seorang wirausaha. Kewirausahaan menggabungkan semua
pengetahuan dan pengetahuan seseorang dengan pengalaman
sambil berusaha akan menggabungkan pengalaman, minat, hobi
dan akan menemukan keterampilannya, cara mengatur dan
merencanakan usaha.

-62-
d. Keterampilan Usaha sebagai seorang wirausaha membutuhkan
banyak keterampilan untuk dapat menjalankan usaha dengan
sukses. Kemampuan yang diperoleh dibuktikan dalam
menjalankan usahanya, karena setiap usaha memang berbeda
dan akan membutuhkan beberapa pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperlukan untuk Usaha itu sendiri.
Meskipun demikian, terdapat keterampilan-keterampilan umum
dan pengetahuan yang bersifat umum bagi kebanyakan usaha.

2) Mengembangkan Usaha

Bagaimana mengembangkan usaha supaya sukses pada dasarnya


belum pernah ditemukan jawaban yang pasti, karena suksesnya suatu
usaha tergantung pada kemampuan untuk menemukan peluang usaha,
dan segera bertindak dengan mengelola kekuatan yang dimiliki untuk
menawarkan sesuatu produk yang menarik bagi pelanggan, dan
mengambil risiko yang ada. Yang berperan adalah wirausaha dan
mengambil inisiatif untuk menciptakan serta melakukan penawaran
menarik yang bernilai kepada calon pelanggan. Kemampuan pengusaha
untuk melakukan hal ini dengan berhasil tergantung pada empat 4
(empat) faktor, yaitu: (1) motivasi; (2) kemampuan; (3) ide produk yang
dijual; dan (4) sumber daya.

3) Memberikan Bantuan Teknis Produksi

Untuk memperoleh bantuan teknis ini dapat dilakukan kerja sama


dengan pengusaha atau pengrajin yang berpengalaman dan atau
lembaga-lembaga khusus dapat memberikan pengetahuan tambahan
dan keterampilan untuk mengambil keputusan bagi para wirausaha.
Termasuk bagaimana mengembangkan jaringan promosi dan
merencanakan strategi pemasaran. Hal ini merupakan alat usaha untuk
membantu merencanakan semua kegiatan yang terlibat dalam
pertukaran barang dan jasa antara produsen dan konsumen.

-63-
Penentuan Lokasi Usaha ini merupakan sebuah keputusan penting yang
dapat "membangun" atau "menghancurkan" sebuah usaha baru. Pemilik
usaha kecil harus memilih lokasi yang "tepat" untuk usahanya.

Modal menjadi pertimbangan dalam jenis usaha. Apabila modal terbatas


maka untuk mendapatkan tambahan modal usaha penting untuk
mengetahui ke mana harus meminjam uang yang dibutuhkan untuk
memulai usaha dan membuatnya tetap berjalan. Selain itu juga
memperkenalkan alat teknologi yang sederhana dalam pengembangan
produk guna meningkatkan kualitasnya.

Suatu usaha dapat terus berkembang apabila diperkuat dengan jaringan


kemitraan dengan mitra usaha, mulai dari modal, pembinaan produk,
dan pemasaran.

Mengenali dan memiliki pengetahuan tentang isu-isu hukum atau


peraturan perundangan yang berlaku di wilayah tersebut karena seorang
wirausaha akan berhadapan dengan berbagai pertanyaan hukum seperti
bagaimana memperoleh hak paten produk (halal, PIRT, dll). la perlu
mengetahui kapan harus mencari nasehat dan kemana harus mencari
nasehat hukum dan tetap menaati peraturan pemerintah.

D. MONITORING DAN EVALUASI

1. Monitoring dan atau Bimbingan Teknis

Monitoring secara teknis :

a. Pelaksanaan monitoring kegiatan pelayanan konseling secara rutinoleh


unit kerja terkait;

b. Bimbingan teknis kepada seluruh petugas pelaksana dilakukan secara


terus menerus baik bagi tenaga internal BKKBN maupun lainnya; dan

c. Mengatasi masalah sedini mungkin.

-64-
2. Evaluasi

Evaluasi dengan menggunakan ukuran yang meliputi :

a. Tersedianya kebijakan dan strategi tentang Pusat Pelayanan Keluarga


Sejahtera;

b. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan di Pusat Pelayanan


Keluarga Sejahtera;

c. Meningkatnya akses masyarakat dan antusias untuk datang dan


mendapatkan pelayanan di Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera;

d. Tersedianya Tenaga pengelola terlatih dalam pelayanan di Pusat


Pelayanan Keluarga Sejahtera;

e. Terselenggaranya kerjasama jejaring dengan mitra kerja dalam


pelayanan di Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera; dan

f. Terselenggaranya pembinaan peningkatan kualitas kegiatan pelayanan


di Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera.

-65-
BAB V

PENUTUP

Kegiatan pelayanan langsung pada masyarakat ini diarahkan untuk meningkatkan


kesejahteraan keluarga dan mengendalikan jumlah Penduduk yang langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat luas.Pedoman Penyelenggaraan ini dibuat untuk
dijadikan acuan oleh semua pihak terkait baik Instansi Pemerintah, Pemerintah
Daerah Kabupaten dan Kota dalam melakukan kegiatan pelayanan langsung pada
masyarakat.

Diharapkan Pedoman Penyelenggaraan ini merupakan instrumen bagi semua pihak


dan instansi teknis laindan Lembaga Sosial Kemasyarakatan, serta individu–individu
dari kalangan profesional. Diharapkan segala sesuatu yang secara teknis belum
tertuang dalam Pedoman ini, kiranya semua komponen pelaksana dapat merujuk
pada buku pedoman teknis subtantif yang telah ada sebelumnya.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Agustus 2012

KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN


DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

Dr. dr. SUGIRI SYARIEF, MPA

-66-

Anda mungkin juga menyukai