Upaya penguatan koordinasi antara instansi pemerintah dan non pemerintah belum
mampu menjawab masalah yakni bagaimana seluruh keluarga di Indonesia mampu
menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dampak
pertumbuhan penduduk yang mengancam pembangunan. Untuk itu melalui upaya
pelayanan konseling langsung pada keluarga adalah merupakan implementasi
nyata, membangun kualitas penduduk karena penduduk sebagai modal dasar
pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan
berkelanjutan.Diharapkan melalui Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini mengacu
pada kondisi keluarga dengan pendekatan konseling keluarga meliputi; keluarga
balita, pasangan pranikah,keluarga remaja dan remaja,Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, keluarga lansia dan lansia.
SEKRETARIS UTAMA,
Drs. Subagyo, MA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, buku Pedoman Penyelenggaraan Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera sebagaimana dimaksud dapat diselesaikan sesuai harapan. Pedoman
Penyelenggaraan ini disusun sebagai dasar dalam penyelenggaraan kegiatan di
Provinsi.
ii
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR 259/PER/F3/2012
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA
iii
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3559),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5053);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA
BERENCANA NASIONAL TENTANG PEDOMAN
PENYELENGGARAAN PUSAT PELAYANAN KELUARGA
SEJAHTERA.
iv
PERTAMA : Pusat pelayanan keluarga sejahtera sebagaimana dimaksud
dalam lampiran Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional ini merupakan satu kesatuan dan
bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan ini.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Agustus 2012
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,
v
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
LAMPIRAN
PERATURAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN
KELUARGA BERENCANA NASIONAL
NOMOR : 259/PER/F3/2012
TENTANG
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
vi
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................ 2
C. Ruang Lingkup .............................................................................. 3
D. Batasan Pengertian....................................................................... 3
vii
C. Standar Pengelolaan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ......... 19
1. Menetapkan Organisasi Pelaksana......................................... 19
2. Menyiapkan Tenaga Pengelola............................................... 19
3. Melatih Tenaga Pengelola ...................................................... 19
4. Menggerakan Peran Serta Masyarakat................................... 20
5. Menyiapkan Sarana dan Prasarana........................................ 20
6. Menyiapkan Tenaga Konselor................................................. 20
7. Menyiapkan Pola Pelayanan................................................... 20
PENUTUP .................................................................................................... 66
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
-1-
Mencermati kondisi tersebut dan kebijakan jangka panjang, maka
diselenggarakanlah pelayanan konseling keluarga untuk mendukung pembinaan
keluarga yang telah diselenggarakan oleh masyarakat. Keluarga adalah
merupakan kelompok/unit paling kecil dalam masyarakat, terdiri dari suami dan
isteri atau ibu bapa dan anak-anak, dan secara religius pembentukan keluarga
bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan kebahagiaan keluarga
sangat tergantung kualitas setiap individu anggota keluarga yang dipengaruhi
beberapa aspek antara lain; kesiapan remaja dalam menuju jenjang rumah
tangga. Disinilah letak pentingnya konseling bagi remaja yang akan menikah.
Dis harmoni keluarga yang mengarah ke perceraian sering disebabkan karena
rapuhnya kesiapan lahir batin saat mau menikah, padahal jika telah terjadi
perceraian anggota keluarga lain juga ikut menanggung resiko. Keluarga
sebagai suatu institusi sudah saatnya sebagai pilar utama dalam pendekatan
pembangunan dan melalui Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini diharapkan
dapat dijadikan pemicu dan pembangkit semangat bagi berbagai pihak yang
terlibat dalam upaya pembangunan keluarga.
B. TUJUAN
-2-
C. RUANG LINGKUP
1. Sasaran
2. Jangkauan
c. SKPD-KB Provinsi
D. BATASAN PENGERTIAN
2. Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik
yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas,
tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar
untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai
manusia yang bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan
hidup layak.
-3-
3. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.
5. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
-4-
12. Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera adalah merupakan wadah kegiatan
dan atau rangkaian kegiatan pelayanan keluarga melalui pemberian KIE,
konseling, bimbingan dan fasilitasi.
14. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya
masih berusia produktif (15-49 tahun).
15. Keluarga Pra Sejahtera (KPS) adalah keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan
ibadah, pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan.
-5-
BAB II
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN
A. ARAH KEBIJAKAN
B. KEBIJAKAN UMUM
Pelayanan konseling keluarga ini dilakukan dalam satu tempat yang merupakan
satu kesatuan dengan instansi Perwakilan BKKBN provinsi yang merupakan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal agar lebih mandiri. Diharapkan melalui kegiatan ini keluarga akan
lebih mampu membina dan mengembangkan anggota keluarga dalam kegiatan
yang positif, baik berada di dalam keluarga maupun kegiatan di luar keluarga.
Adapun jenis kelayanan kegiatan meliputi :
-6-
5. Konseling Keluarga Lansia dan Lansia;
6. Konseling Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi;
7. Konseling Keluarga Harmonis;
8. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga.
C. KEBIJAKAN KHUSUS
4. Sesuai dengan kesepakatan dengan Bupati dan Walikota, maka pada saat
implementasi kegiatan ini, perwakilan BKKBN provinsi dapat merubah atau
menyesuaikan kegiatan yang dibutuhkan dengan ketentuan masih dalam
lingkup kegiatan yang telah ditetapkan;
-7-
D. KEGIATAN PRIORITAS
-8-
BAB III
STANDARISASI PELAYANAN
-9-
Indikator hak informasi antara lain:
a. Klien merasa nyaman dan aman untuk bertanya/konsultasi
b. Klien dan petugas konseling bergantian mengambil inisiatif saat
konseling berlangsung
c. Klien menerima dan memahami informasi yang dibutuhkan
-10-
5. Pemenuhan hak Privasi
Terpenuhinya hak untuk mendapatkan privasi dalam konseling. Indikator hak
Privasi adalah klien merasa aman dan nyaman untuk bertanya dan
mengutarakan masalah, tanpa ada kekhawatiran.
-12-
Dalam konseling ada beberapa tahap yang harus dilalui jika menginginkan
hasil yang maksimal dalam konseling, ada 4 tahap yang harus dilalui :
a. Pra konseling/attending (keterampilan memperhatikan untuk
meningkatkan keterlibatan klien)
Konselor dituntut untuk bisa mempersiapkan diri dengan menciptakan
suasana yang nyaman dan kondusif bagi klien, mampu mengumpulkan
informasi,mamahami bahasa verbal dan bahasa tubuh klien serta
mampu menjadi pendengar yang baik/berempati.
b. Responding (keterampilan menanggapi untuk meningkatkan eksplorasi
klien)
Konselor harus mampu memahami dan mananggapi isi
pernyataan/permasalahan klien dan mampu meyakinkan klien akan rasa
aman selama proses konseling sedang berlangsung.
c. Personalizing (ketrampilan mempribadikan untuk meningkatkan
pemahaman klien)
Pada tahap ini konselor dituntut untuk bisa membuat klien memahami
makna dari ungkapan yang telah dieksplorasi oleh klien;konselor
mencoba membuat klien memahami permasalahanyang dialami dan
mulai berpikir bahwa perlu ada instropeksi agar bisa menyelesaikan
masalah yang dihadapi; sehingga klien mampu menyusun penyelesaian
masalah yang dihadapi.
d. Initiating (keterampilan memulai untuk meningkatkan klien dalam
bertindak)
Dalam tahap ini, klien sudah bisa melihat permasalahan dan mulai
merubah tingkah laku, konselor hanya mengawal dari proses yang
sedang dilalui klien serta menumbuhkan kepercayaan diri klien. Dalam
hal ini konselor hanya perlu memberikan dorongan bahwa klien bisa
mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya.
e. Terminasi (ketrampilan untuk mengakhiri konseling)
Dalam tahap ini konselor dituntut mampu mengakhiri proses konseling,
menerima klien dengan sepenuhnya serta klien mampu mandiri dalam
menyelesaikan masalahnya.
-13-
2. Tahapan proses layanan konseling
Dalam prakteknya, strategi layanan konseling terlebih dulu harus
mengedepankan layanan-layanan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan, namun layanan yang bersifat pengentasan pun masih
tetap diperlukan.
Secara umum , proses pelayanan konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu :
(1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja);
dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan )
a. Tahap awal
Tahap ini dimulai sejak klien menemui konselor sampai konselor dan
klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu
dilakukan diantaranya :
1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien. Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya
asas konseling terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, dan
keterbukaan;
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling
sudah terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, maka
konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien;
3) Penjajagan. Konselor berusaha menjajagi kemungkinan masalah
dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan dengan
membangkitkan semua potensi klien dan menentukan berbagai
alternatif yang sesuai dengan antisipasi masalah;
4) Membangun perjanjian antara konselor dan klien tentang : (1) waktu,
yaituberapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan
konselor tidak berkeberatan; (2) tugas, yaitu : berbagi tugas antara
konselor dan klien; dan (3)kerjasama dalam proses konseling yaitu
terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan
klien dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
-14-
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, penjelajahan masalah
dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru
terhadap masalah yang dialami;
2) Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-
sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien
3) Menjaga hubungan dengan klien
c. Tahap akhir
Pada tahap ini , ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
1) Konselor bersama klien membuat kesimpulan dari hasil proses
konseling
2) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya
3) Mengevaluasi proses dan hasil konseling
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ini ditandai dengan ;(1) menurunnya kecemasan
klien; (2) perubahan perilaku klien ke arah yang positif, sehat dan
dinamis; (3) pemahaman baru dari klien tentang masalah yang
dihadapinya; dan(4)adanya rencana ke depan dengan program yang
jelas.
-15-
4. Sertifikasi Konselor
Sertifikasi konselor adalah pengakuan terhadap seseorang yang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling, setelah
yang bersangkutan dinyatakan lulus uji kompetensi yang di selenggarakan
oleh lembaga pendidikan.
Kompetensi yang diakses adalah penguasaan kemampuan akademik
sebagai landasan keilmuan dari segi penyelenggaraan layanan ahli bidang
Konseling. Sertifikat Kompetensi konselor diberikan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan yang memiliki kapasitas dalam penguasaan
kompetensi yang dimaksud.
Sertifikasi diperlukan untuk dapat meningkatkan profesionalitas konselor
dan meningkatkan mutu hasil konseling.
Persyaratan sertifikasi konselor :
a. Memiliki ijazah sarjana (S1) diutamakan dalam bidang konseling atau
Sarjana Psikologi
b. Mengikuti program pelatihan profesi
-17-
(komputer, tape recorder,,LCD, TV dll), bisa dilengkapi dengan poster,
lembar balik dll.
c. Ruang kerja
Ruangan kerja disiapkan agar dapat berfungsi mendukung produktivitas
kinerja konselor, dalam ruangan ini diperlukan fasilitas berupa
komputer, meja kerja,almari/filling cabinet
d. Ruang konseling Individual
Ruangan ini merupakan tempat interaksi antara konselor dan klien,( baik
Pasangan Usia Subur atau PUS, keluarga balita, keluarga
remaja,keluarga lansia), ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan
antara lain : meja kursi atau sofa , almari, perangkat elektronik (TV,
LCD, tape recorder,komputer), poster, dll.
e. Ruang konseling kelompok
Ruangan ini merupakan tempat interaksi antara konselor dengan klien
dalam bentuk kelompok keluarga (baik keluarga yang mempunyai balita,
remaja maupun lansia),ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan
antara lain : meja kursi atau sofa , almari,
perangkat elektronik (TV, LCD, tape recorder,komputer) poster dll.
Ruangan ini harus mampu menampung banyak orang, sehingga bisa
dipergunakan untuk ruang parenting bagi kelompok keluarga yang
punya balita, ruang tempat bermain bagi anak-anak usia dini; ruang
konsultasi bagi kelompok keluarga yang punya remaja serta kelompok
keluarga yang mempunyai lansia
f. Ruang terapi
Pada prinsipnya ruangan ini menjadi tempat bagi konselordalam
memberikan terapi bagi klien yang membutuhkan penanganan lebih
lanjut.Ruangan ini dilengkapi dengan : daftar buku/referensi (katalog),
rak buku , buku bacaan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat
digunakan untuk memberikan terapi bagi klien.
g. Ruang relaksasi
Ruangan ini diperuntukkan bagi klien yang memerlukan relaksasi,
Diperlukan ruangan yang bersih, sehat, nyaman dan aman, jika
memungkinkan ruangan ini dilengkapi dengan karpet, tape recorder,
TV,VCD/DVD
-18-
h. Ruang peragaan/stimulasi/informasi
Ruangan ini berisi Alat Permainan Educatif (APE) khususnya APE bagi
keluarga dan anak-anak usia dini sebagai media stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak; bagi remaja ada beberapa sarana yang
diperlukan seperti audio visual, alat peraga kesehatan reproduksi, poster
dan lainnya; sedangkan bagi lasia bisa disiapkan alat kebugaran bagi
lansia .
-19-
3) Memberi dasar pengembangan mekanisme pelayanan pada Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera;
a. Advokasi
b. KIE
c. Sosialisasi
a. Konselor tetap
b. On Call Konselor (professional, TOGA, TOMA, staf lembaga terkait)
a. Perorangan/kelompok
b. Rujukan
c. Home Visit
-20-
BAB IV
MEKANISME PENYELENGGARAAN
A. PROSES KEGIATAN
Salah satu sasaran yang sangat berkaitan dengan penyediaan data dan
informasi pengelolaan program Kependudukan dan KB Nasional adalah
“menerapkan sistem informasi yang up to date”. melalui sistem informasi
manajemen (SIM) yang berbasis teknologi Informasi. Berdasarkan hal
tersebut maka Informasi yang disediakan dalam Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera ini harus dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan masyarakat
dengan prioritas informasi sebagai berikut:
-21-
2. Konseling
Pada dasarnya konseling adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah
antara klien dengan petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai
berbagai hal yang ada kaitannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien
yang pada akhirnya klien mampu mengambil keputusan sendiri mengenai
pemecahan masalah yang dihadapi sesuai dengan situasi dan kondisi dari
klien tersebut. Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan
komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan
tentang masalah yang dihadapi klien dengan tujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi
dan menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan klien.
-22-
Apabila klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih
lanjut tentang alat kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan
kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.
-24-
Keberhasilan Konseling dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Individual
1) Faktor Fisik
2) Sudut Pandang
3) Kondisi Sosial
4) Bahasa
c. Faktor Situasional
-25-
d. Kompetensi dalam melakukan percakapan
3) Salah pengertian.
3. Pelayanan Teknis
4. Sasaran/Klien
-26-
B. RUANG PELAYANAN KONSELING :
Keterangan :
1. Ruang informasi/pendaftaran
a. Ruang Informasi merupakan satu ruangan yang berisi informasi tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan :
1) Kependudukan dan keluarga berencana dan berbagai alat
kontrasepsi yang dapat menjadi pertimbangan bagi keluarga dalam
mengatur jumlah anak yang dikehendaki ;
2) Kesehatan reproduksi;
3) Penyiapan kehidupan berkeluarga;
4) Perawatan dan pengasuhan anak;
5) Peningkatan kualitas hidup lansia;
6) Mewujudkan keluarga harmonis dan sejahtera;
-27-
b. Ruang pendaftaran
Ruang pendaftaran merupakan ruang tempat untuk mendaftarkan diri
sebagai klien yang nantinya akan mendapatkan pelayanan konseling
c. Ruang tunggu
Ruang tunggu dipersiapkan sebagai tempat menunggu bagi klien
sebelum mendapatkan pelayanan
-28-
C. MATERI KONSELING
Penyiapan kualitas anak sebagai sumber daya manusia dimulai sejak dini
bahkan sejak dari terjadinya janin dalam kandungan sampai anak masuk
sekolah sangat memerlukan proses melalui pengasuhan yang benar.
Pengasuhan merupakan proses hubungan yang unik antara orang tua dan
anak sebagai aksi dan interaksi dalam mendidik, agar kepribadian anak
dapat berkembang dengan baik sehingga menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab, tangguh dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan
yang buruk serta mampu menghadapi tantangan dalam kehidupannya kelak.
Apabila anak tidak tumbuh dan berkembang sesuai usia nya, maka ia perlu
dikonsultasikan kepada para ahlinya seperti : dokter anak, ahli tumbuh
kembang anak atau psikolog perkembangan anak.Para ahli ini diharapkan
dapat memberikan layanan konseling berupa konsultasi kepada keluarga
yang mempunyai permasalahan dengan tumbuh kembang anaknya dan
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
1) Pelaksanaan Konseling
-30-
b. Konseling Kuratif merupakan proses pemulihan dari situasi saat ini
dimana keluarga merasa secara pribadi sudah tidak mampu
mengatasi persoalan yang dihadapi dalam pengasuhan anak
balitanya, sehingga memerlukan bimbingan dari Konselor untuk
menuntun keluarga setahap demi setahap menguraikan persoalan
dan menuntun, sehingga mampu menemukan solusinya.
2) Tahapan konseling
-31-
3) Sasaran konseling
Sasaran konseling adalah keluarga yang mempunyai anak mulai lahir
sampai usia 10 tahun yang mempunyai permasalahan dalam
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak
4) Materi Konseling
5) Konselor
-32-
2. Konseling Keluarga Remaja dan Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan, yaitu dalam aspek
jasmani, rohani, emosional, sosial dan personal (WHO, 2002). Sehingga
masa remaja dapat dikatakan sebagai periode kritis, karena pada masa
inilah remaja mencari identitas diri. Pada masa kritis, seorang remaja
kehilangan pegangan dan pedoman yang memadai dalam hidupnya. Masa
kritis biasanya diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis,
perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar
ia kerjakan, sehingga ia frustasi dan sebagainya.
-33-
dan orang dewasa saat mereka berbicara dan e) membantu remaja
menyelesaikan masalah.
Selain itu, tanpa komunikasi efektif antara orangtua dengan remaja yang
intens dan terbuka, dapat menyebabkan terjadinya penumpukkan rasa
frustasi dalam diri anak remajanya. Bila orangtua tidak memberikan
kesempatan dialog dan komunikasi terbuka dalam arti yang sesungguhnya,
maka remaja tidak akan membentuk kepercayaan dalam dirinya untuk
membuka diri. Mereka akan lebih tertutup kepada orangtuanya dan akan
lebih memilih bercerita dengan teman sebayanya.
-34-
1) Materi konseling pada keluarga remaja dan remaja minimal
berkaitan dengan subtansi :
g. Keterampilan Hidup
-35-
2) Langkah konseling
-36-
d. Mendiskusikan prinsip-prinsip dan tujuan konseling. Klien
mengetahui hak, kewajiban dan perannya selama proses konseling.
Tujuan konseling harus ditetapkan bersama-sama dengan konselor,
sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan, mengubah perilaku dan berkeinginan untuk
mengembangkan diri. Durasi atau waktu konseling dilakukan dan
kapan konseling akan dilaksanakan perlu disepakati oleh seluruh
anggota keluarga. Pada tahap ini kesepakatan seluruh anggota
keluarga terhadap permasalahan yang akan dibahas merupakan
fokus kajian.
-37-
Penggalian masalah diawali dengan bagaimana masing-masing
anggota keluarga memandang permasalahan dan dampak
permasalahan terhadap dirinya secara pribadi. Langkah yang kedua
adalah mengembangkan persepsi dan saling keterkaitan atau
hubungan permasalahan tehadap masing-masing anggota keluarga
dan langkah yang ketiga adalah menarik simpulan akar
permasalahan baik secara individual maupun keluarga sebagai
suatu sistem.
-38-
h. Menyusun rencana tindakan, monitoring dan evaluasi.Tugas
konselor pada tahap ini adalah mendukung klien dalam membuat
rencana tindakan untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Dimulai dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai,
tahapan kegiatan yang akan dilakukan, waktu pelaksanaan,
keterlibatan orang lain, penggunaan alat bantu serta peran konselor
dalam membantu memonitor atau memberikan umpan balik
terhadap usaha yang dilaksanakan oleh klien.
-39-
-40-
3. Konseling Pranikah
-41-
1) Materi konseling meliputi faktor yang berpengaruh adalah :
a. Faktor Usia
b. Faktor psikologis
d. Faktor komunikasi
-42-
2) Cara penyelenggaraan konseling perkawinan
3) Langkah-langkah Konseling
-43-
d. Tahap interaksi, yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk
penyelesaian masalah. Pada tahap ini anggota keluarga
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memahami
masalahnya dan konselor dapat melatih anggota keluarga itu
berinteraksidengan cara-cara yang dapat diikuti (misalnya pelan,
sederhana, detail dan jelas) dalam kehidupan mereka.
-44-
tahuan klien tentang efek samping, kontra indikasi, kelebihan dan
kekurangannya akan menimbulkan droup out secara cepat. Masyarakat
khususnya PUS dalam hal ini juga bisa mendapatkan konseling
mengenai informasi berbagai tujuan dari kontrasepsi yaitu untuk
menunda, menjarangkan serta membatasi kelahiran. Padahal informasi
ini penting difahami sebelum memutuskan menggunakan alat
kontrasepsi tertentu.
-46-
2) Tahapan konseling.
Konseling yang dilakukan di Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini
hendaknya lengkap yakni meliputi :
a) Konseling Awal
-47-
b) Konseling Spesifik
-48-
berat selama 3 hari dan bekas luka tidak boleh kena air selama
seminggu setelah divasektomi.
-49-
mempunyai anak kembali dalam jangka waktu 2 tahun atau lebih
setelah lepas pemakaian kontrasepsi.
a) Faktor Individual
-50-
(3) Kondisi Sosial
Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan
pengaruh dalam memahami materi.
(4) Bahasa
Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga
akan mempengaruhi pemahaman pasien.
c) Faktor Situasional
-51-
Materi-materi KIE KB dan Kesehatan Reproduksi:
a) Buku:
b) Leaflets:
c) Poster:
d) Lembar Balik:
-52-
5. Konseling Keluarga Harmonis
A. Fungsi Keluarga.
Pengamalan nilai-nilai moral menurut 8 fungsi keluarga dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak
dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak
mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan
serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi
manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa.
2. Fungsi Sosial Budaya
Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan
orang lain tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Setiap keluarga tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan
sendiri. Keluarga sebagai bagian dari masyarakat diharapkan dapat
mempelajari budaya lain, namun mampu mempertahankan dan
mengembangkan sosial budaya setempat.
3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Mendapatkan cinta dan kasih sayang adalah hak anak dan
kewajiban orangtua untuk memenuhinya. Dengan cinta dan kasih
sayang orangtuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi
juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi cinta dan kasih
sayang terdapat 8 (delapan) nilai dasar yang mesti dipahami dan
ditanamkan dalam keluarga, yaitu empati, akrab, adil, pemaaf, setia,
suka menolong, pengorbanan, dan tanggung jawab.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi
anggota keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus
memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota
keluarganya, sehingga anggota keluarga merasa lebih nyaman jika
bersama orangtuanya.
-53-
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan
sebagai pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini
keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri
yang sah yang sesuai dengan kondisi dan situasi pasangan suami
isteri sehingga keluarga mampu meningkatkan kualitas anggota
keluarganya.
6. Fungsi Pendidikan
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.
Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai
pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak, baik
secara fisik, mental, sosial, dan spiritual. Mendidik anak adalah
kewajiban orang tua. Dalam fungsi pendidikan terdapat 7 (tujuh) nilai
dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga yaitu
percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung jawab, dan
kerjasama.
7. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah merupakan salah satu fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan bagi ekonomi keluarganya yang dilakukan
dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan. Keluarga
diharapkan dapat memberikan bekal pengalaman bagi anak-
anaknya untuk memahami fungsi ini.
8. Fungsi Lingkungan
Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai
wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam
melestarikan dan menjaga lingkungan yang ada yang dapat diambil
dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
-54-
B. Faktor Penyebab Disharmoni Keluarga
1. Terjadi perpecahan antara keduanya atau masing-masing suami/istri
kawin lagi;
2. Keluarga tidak stabil yang berkelanjutan terjadi karena berbagai hal
seperti kehilangan pekerjaan, perpisahan, atau perceraian yang
berulang kali;
3. Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang rukun, cocok dan
harmonis;
4. Kegagalan dalam bertanggung jawab perkawinan baik secara
psikologi,sosial, dan ekonomi;
5. Kesulitan untuk melepaskan diri dari keluarga asal atau keluarga
besar;
6. Perubahan peranan sebagai ayah atau sebagai ibu dan lainnya;
7. Konflik dalam pembagian peran, penyelesaian tugas, hubungan
emosional, dan lain sebagainya.
C. Langkah Konseling
1. Tujuan konseling Keluarga harmonis
Tujuan konseling Keluarga harmonis adalah untuk mengembangkan
interaksi emosional yang baik antar anggota keluarga melalui upaya
kenoseling agar terbebas beban anggota keluarga dalam suatu
keluarga,membebaskan beban konflik dalam keluarga dan
mengaktifkan hubungan emosi yang baik antar anggota keluarga.
-55-
Untuk memperkuat kemampuan keluarga atau anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai permasalahan internal dan ekksternal
dalam keluarga maka melalui wadah PPKS - BKKBN berinsiatif
untuk membantu keluarga-keluargayang kesulitan dalam
menghadapi permasalahan keluarga dengan menyediakan tempat,
tenaga terlatih dan bimbingan konseling para ahli.
2. Peran Konselor
Peran konselor Keluarga harmonis adalah untuk membantu keluarga
dalam mengatasi konflik, mendudukkan konflik atau permasalahan
pada tempat yang sebenarnya, dan meluruskan prasangka-
prasangka antar pihak.
-56-
3. Jenis Konseling Keluarga Harmonis
a. Konseling kelompok
Yang dimaksud konseling kelompok adalah dengan
memfungsikan hubungan dalam keluarga sebagai cara untuk
memperkuat hubungan sebagai suatu kelompok dengan
membantu memperluas dan memperbaiki hubungan antar
anggota keluarga.
-57-
b. Bantuan memperbaiki sistem komunikasi dalam keluarga.
Komunikasi ini menyangkut komunikasi antara ibu dan bapak
(suami istri) meliputi:
1) Saling pengertian;
2) Saling menghargai;
3) Saling cinta mencintai;
4) Lemah lembut dalam berbicara;
5) Menunjukkan adanya perhatian kepada pasangan
(suami/istri);
6) Bijaksana dalam pergaulan;
7) Menjauhkan diri dari sifat egois;
8) Tidak mudah tersinggung;
9) Menentramkan bathin sendiri;
10) Menunjukkan rasa cinta kepada pasangan (suami/istri).
-58-
setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup
dan lain-lain.
-59-
menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak
kecil.
-60-
7. Pembinaan Usaha Ekonomi Keluarga
-61-
1) Jenis pembinaan usaha
a) Pembekalan Kewirausahaan
-62-
d. Keterampilan Usaha sebagai seorang wirausaha membutuhkan
banyak keterampilan untuk dapat menjalankan usaha dengan
sukses. Kemampuan yang diperoleh dibuktikan dalam
menjalankan usahanya, karena setiap usaha memang berbeda
dan akan membutuhkan beberapa pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperlukan untuk Usaha itu sendiri.
Meskipun demikian, terdapat keterampilan-keterampilan umum
dan pengetahuan yang bersifat umum bagi kebanyakan usaha.
2) Mengembangkan Usaha
-63-
Penentuan Lokasi Usaha ini merupakan sebuah keputusan penting yang
dapat "membangun" atau "menghancurkan" sebuah usaha baru. Pemilik
usaha kecil harus memilih lokasi yang "tepat" untuk usahanya.
-64-
2. Evaluasi
-65-
BAB V
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Agustus 2012
-66-