Pembahasan
2.1 Definisi Keperawatan Transkultural
Keperawatan Transkultural yaitu model yang mampu memperhatikan
secara akurat mengkaji kebutuhan individu dan menunjukkan perawatan yang
tepat oleh seorang perawat dari suatu kelompok etnik yang memberikan
perawatan pada pasien dari kelompok etnik yang lain.
Florence Nightingale (1894) menulis: “Adalah suatu kebenaran yang tidak
dapat di sangkal lagi bahwa wanita yang mengajar di india harus mengetahui
bahasa, agama, ketahayulan dan adat istiadat wanita untuk menjadi guru di india.
Sebaiknya hal tersebut juga sama untuk inggris”
Pada penelitian yang serius transkultural dalam keperawatan tidak di
mulai lagi hingga tahun 1950-an. Madalane Leininger mulai mengembangkan
konsep ini di amerika. Madalane Leininger mulai memandang transkultural
sebagai ikatan dua bidang ilmu,yaitu antropologi dan keperawatan. Sejak saat itu
Leininger mengembangkannya sebagai area belajar yang berlainan, penelitian
dan praktik yang unik yang releven pada bidang keperawatan(Leininger,1991).
Leininger (1978) mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai:
“Bidang kemanusiaan dan kemanusiaan pada studi formal dan praktik dalam
keperawatan yang di fokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat
adanya perbedaan perbedaan dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan dan
pola penyakit di dasari atas nilai-nilai budaya ,kepercayaan dan praktik budaya
yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan
pengaruh budaya yang spesifik dan/atau perawatan yang universal pada
masyarakat”.
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Tujuanya adalah mengubah norma-norma profesional dan praktik yang
bersifat tradisional monokultur ke arah multi melti budaya dan macam-macam
bentuk yang holistik dan kemanusiaan dalam perawatan kesehatan , sehingga
perawatan dapat di terima pasien sebagai hal yang sama dengan nilai-nilai
budaya pasien sendiri. Pendekatan ini dapat dilihat sebagai sebagian perubahan
yang terus menerus yang mengubah praktik yang rutin dalam keperawatan serta
berorientassi tugas ke arah penggunaan proses dan model keperawantan dalam
perawatan pasien.
2.2 Tujuan Keperawatan Transkultural
Tujuan penggunaan keperawatan tanskultural adalah pengembangan
sains dan keilmuan yang humains sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal (Leinier 1978).
Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti pada suku Osing, Tengger,
ataupun Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua
kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih
dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status
kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk
makan mkanan yang berbau amis seperti ikan, maka klien tersebut dapat
mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain.
Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan klien. Perawat berupaya melakukan strukturisasi
gaya hidup klien yang biasanya merkok menjadi tidak merokok. Seluruh
perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang
budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap
saat, pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.
2.3 Hubungan Model Leininger dengan Konsep Caring
Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan yang
selaras dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan nilai-
nilai. Pada tahun 1960-an diamenciptakan budaya kongruen perawatan jangka
panjang, yang merupakan tujuan utama transkultural keperawatan praktek.
Budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi dalam
hubungan perawat-klien (Leininger, 1981).
Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi
dan prinsip-prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah ini
adalah ringkasan dasar prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger :
1. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau
diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi
perhatian atau untuk menghadapi kematian.
2. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan.
3. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang
membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup.
4. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai,
pantas tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang
yang berbeda.
5. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti
serupa yang jelas di antara banyak budaya.
6. Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan
perawatan fenomena.
7. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau
alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
8. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan
dengan agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-
terns, penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence
tanggapan budaya manusia dalam konteks budaya.
9. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya
dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
10. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan
pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk
menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan
masalah kesehatan atau kondisi.
11. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan
masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan
yang optimal untuk klien dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja Theorists
Perawat
12. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang
diambil oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini
memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi
terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya klien.
Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk membimbing penilaian
asuhan keperawatan, keputusan, atau tindakan untuk memberikan perawatan
yang tepat, bermanfaat, dan bermakna yaitu :
a. pelestarian dan / atau pemeliharaan
b. akomodasi dan / atau negosiasi
c. re-pola dan / atau restrukturisasi
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi
oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan
dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal,
factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini
berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-
masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok
masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan
praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur
sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam model Sunrisenya Leininger
menampilkan visualisasi hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan.
Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan
dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan
asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan
sebagai prilaku yang mendukung.
Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika
latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan
dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.
Beberapa inti dari model teorinya :
1. Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang
atau kelompok yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan
hidup dan kondisinya.
2. Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok
tertentu.
3. Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-
norma dan nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan
bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu
mempertahankan tingkat kesejahteraanya.
2.4 Mitos yang Berkaitan dengan Kesehatan
Tidak dapat kita pungkiri bahwa di tengan-tengah masyarakat kita masih banyak
sekali mempercayai mitos-mitos yang berkembang, termasuk mitos yang
berhubungan dengan kesehatan. Banyak sekali mitos yang dipercayai padahal
mitos tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan fakta yang ada.
1. Jika Seseorang Terkena Demam Maka dia Tidak Boleh Mandi
Mitosnya : Jika Seseorang Terkena Demam Maka dia Tidak Boleh Mandi
Faktanya : Ternyata saat demam sebenarnya tidak masalah jika kita mandi
karena hal tesebut dapat menurunkan suhu tubuh yang sedang meningkat. Akan
tetapi jika demam yang dialami dibarengi dengan rasa menggigil maka
disarankan untuk mandi menggunakan air hangat atau juga dapat dikompres
dengan air hangat.
2. Mandi di Malam Hari dapat Menyebabkan Rematik
Mitosnya : Mandi di Malam Hari dapat Menyebabkan Rematik
Faktanya : Mandi dimalam hari tidak akan membuat kita terkena sakit rematik.
Apalagi kalau tubuh kita sedang dalam kondisi yang sehat maka mandi di malam
hari tidak akan membuat tubuh kita terkena rematik. Namun jika memang anda
adalah penderita rematik maka mandilah menggunakan air hangat.
3. Mengenakan Pakaian atau Selimut Tebal Saat Sedang Demam
Mitosnya : Mengenakan Pakaian atau Selimut Tebal Saat Sedang Demam
Faktanya : Pakaian maupun selimut yang tebal akan dapat menaikan suhu tubuh.
Suhu yang sangat tinggi (hingga 39 drajat lebih) sangat beresiko membuat anak-
anak kejang-kejang. Untuk itu walaupun sedang demam disarankan untuk
mengenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin.
4. Masuk Angin Harus Dikerok
Mitosnya : Masuk Angin Harus Dikerok
Faktanya : Saat dikerok dan tubuh menjadi merah sebenarnya bukanlah
pertanda angin keluar maupun pertanda kalau kita sedang masuk angin. Kulit
yang dikerok bisa berubah menjadi merah dikarenakan pecahnya pembuluh
kapiler tepi yang berada di kulit. Kerokan akan menimbulkan rasa sakit, akan
tetapi karena sudah ada rasa sakit atau pegal otot, maka dengan rangsangan
sakit yang baru akan menimbulkan rasa seolah-olah rasa sakit berkurang dan
tidak dirasakan lagi.
1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan
atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup
dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
1. Manusia
3. Lingkungan
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
1.Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada"Sunrise Model" yaitu :
a.Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini
.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat
.
f.Faktorekonomi(economicalfactors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
2.Diagnosakeperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
3.PerencanaandanPelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang
dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a.Culturalcarepreservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Daftar Pustaka
Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company
Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and
Case Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and
Application, USA, Appleton & Lange
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
http://wijj-lestari.blogspot.co.id/2013/10/teori-keperawatan-madeleine-
leininger.html
https://melisaoktalieta.wordpress.com/2012/11/13/5/
https://www.slideshare.net/rakye-psik/keperawatan-transkultural-2