Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


DENGAN FRAKTUR TIBIA TERTUTUP

Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah


Dosen Mata Ajar : Dian Hudiyawati, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Indah Susana J210191062


2. Henry Achmad Aditya J210191110
3. Bangkit Bayu Pamungkas J210191153
4. Windarti Dwi Putri J210191159
5. Nur Arsiska Kurniasanti J210191175
6. Mei Kumalawati J210191179
7. Hunain Suci Kamila J210191204
8. Dinar Novanza Pramono J210191212
9. Rani Noor Mahedha J210191216
10. Moch. Reviansyah YS J210191220
11. Novita Sari J210191226
12. Selly Viranda SL J210191230
13. Atika Nanda Hartanti J210191236
14. Ginanjar Fitriyani J210191053

PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, dalam Wahid A,
2013). Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas
dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu
sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi
apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada beberapa keadaan
trauma muskuluskeletal, fraktur dan dislokasi terjadi bersamaan. Hal
ini terjadi apabila disamping kehilangan hubungan yang normal antara
kedua permukaan tulang disertai pula fraktur persendian tersebut
(Helmi, 2012).
Fraktur Tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia
sebelah kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau jatuh yang
bertumpu pada kaki. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan
wanita lanjutusia dengan tulang osteoporosis dan tulang lemah yang
tak mampumenahan energi akibat jatuh atau benturan benda keras
(Handerson,1998).
Menurut Mansjoer (2005:356), fraktur tibia (bumper
fracture/fraktur tibia plateau) adalah fraktur yang terjadi akibat trauma
langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke
tanah.
Klasifikasi fraktur, antara lain:
a. Fraktur komplet: Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang
dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b. Fraktur tidak komplet: Fraktur / patah yang hanya terjadi pada
sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit,
jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d. Fraktur terbuka: Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat
fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari
luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi
oleh benda asing)
1) Grade I dengan luka bersih kurang dari l cm panjangnya.
2) Grade II luka lebih besar, luas tanpa kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif.
3) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling
kuat.
2. Etiologi
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian-demikian sering bersifat
fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vector
kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi..kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanann, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan(Wahid, 2013).
Penyebab fraktur yang paling sering adalah trauma, terutama
pada anak-anak dan dewasa muda, jatuh dan cedera olahraga adalah
penyebab utama fraktur traumati. Beberapa faktor terjadi setelah
trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang lemah. Hal ini
disebut fraktur patologis. Fraktur patologis terjadi pada lansia yang
mengalami osteoporosis atau individu yang mengalami tumor tulang,
infeksi atau penyakit lain.
Fraktur stress dapat terjadi pada tulang normal akibat stress
tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang, fraktur stress
yang juga disebut fraktur keletihan biasanya menyertai peningkatan
yang cepat tingkat latihan atlit atau pemulaan aktivitas fisik yang
baru. Karena kekuatan otot meningkat lebih cepat dari pada
kekuatan tulang, fraktur stress paling sering terjadi pada individu
yang melakukan olahraga daya tahan seperti pelari jarak jauh.
Fraktur stress dapat terjaadi pada tulang yang lemah sebagai respon
terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit(J.Corwin,
2009).
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang dimobilisasikan.
b. Krepitus yaitu saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang.
c. Deformitas (terlihat maupun teraba)
d. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
e. Tak mampu menggerakkan kaki karena adanya perubahan
bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan
normal.
4. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi odem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral
vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.
Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang
dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat
mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan imobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh
(Henderson, 1989).
5. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal:
- Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah
telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya,
membentuk sudut atau miring
- Delayed union, adalah proses penyembuhan yang berjalan
terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari
keadaan normal.
- Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang fraktur menurut Doenges (1999):
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi fraktur.
b. CT Scan tulang, tomogram MRI
Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami kerusakan.
c. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
d. Hitung darah kapiler lengkap
1) HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat
ataumenurun.
2) Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal
meningkat.
3) Kadar Ca kalsium, Hb
7. Fase Penyembuhan
Menurut Abdul Wahid (2013), menjelaskan ada lima stadium
penyembuhan tulang, yaitu :
a. Stadium satu-fase inflamasi
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam
jaringan yang cedera dan pembentukan hematoma di tepat patah
tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan inflamasi yang
mengiduksi ekspresi gen dan mempromosikan pembelahan sel dan
migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai penyembuhan.
Produksi atau pelepasan dari faktor pertumbuhan spesifik, sitokin,
dapat membuat kondisi mikro yang sesuai untuk :
1) Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi
intra membrane pada tempat fraktur
2) Menstimulasi pembedahan sel dan migrasi menuju tempat
fraktur
3) Menstimulasi kondrosit untuk berdeferensiasi pada kalus lunak
dan osifikasi endokondral yang mengiringinya.
Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga akibat
robekan pembuluh darah lokal yang berfokus pada suatu tempat
tertentu. Namum pada perkembangan selanjutnya hematom bukan
hanya disebabkan oleh robekan pembuluh darah tetapi juga
berperan faktor-faktor inflamasi yang menimbulkan kondisi
pembengkakan lokal. Waktu terjadi nya proses ini dimulai saat
fraktur terjadi sampai 2-3 minggu.
b. Stadium dua-fase poliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan
untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel,
dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan
sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrous dan tulang rawan (osteosit). Dari periosteum tampak
pertumbuhan melingkar. Kallus tulang rawan tersebut dirangsang
oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi
gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kallus. Tulang
yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2-3 setelah terjadinya fraktur
dan berahir pada minggu ke 4-8.
c. Stadium tiga-pembentukan kallus
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan profilerasi
mulai terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit
yang mulai tumbuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang
rawan.
Sebenarnya tulang rawan ini masih dibagi lagi menjadi tulang
lamellar dan wovenbone pertumbuhan jaringan berlanjut dan
lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrous tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk
kallus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan efek secara
langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran
tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen
tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous. Secara
klinis fragmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. Regulasi dari
pembentukan kallus selama masa perbaikan fraktur dimediasi oleh
ekspresi dari faktor-faktor pertumbuhan. Salah satu faktor yang
paling dominan dari sekian banyak factor pertumbuhan adalah
Transforming growth factor-beta 1 (TGF-B1) yang menunjukkan
keterlibatan dalam pengaturan diferensiasi dari osteoblast dan
produksi matriks ekstra seluler. Faktor lain yaitu vascular
endothelial growth factor (VEGF) yang berperan penting pada
proses angiogenesis selama penyembuhan fraktur.
Pusat dari kallus lunak adalah kartilogeneous yang kemudian
bersama osteoblast akan berdeferensiasi membentuk suatu jaringan
rantai osteosit, hal ini menandakan adanya sel tulang serta
kemampuan mengantisipasi tekanan mekanis.
Proses cepatnya pembentukan kallus lunak yang kemudian
berlanjut sampai fase remodeling adalah masa kritis untuk
keberhasilan penyembuhan fraktur.
d. Stadium empat-konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus,
tulang yang immature (woven bone) diubah menjadi mature
(lamellar bone). Keadaan tulang ini menjadi lebih kuat sehingga
osteoblast dapat menembus jaringan debris pada daerah fraktur
dan dikuti osteoblast yang akan mengisi celah diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama
beberapa bulan sebelum tulang cukup untuk menerima beban yang
normal.
e. Stadium lima-remodelling
Fraktur telah dihubungkan dengan tulang yang kuat dengan bentuk
yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan
tulang yang terus menerus lamella yang tebal akan terbentuk pada
sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan terbentuk
kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semula, terutama
pada anak-anak. Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara
klinis dan radiologi.
8. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi,
danpengembalian fungsi dan ketentuan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksifraktur (seting tulang) berarti mengembalikan fregmen
tulang padakesejajaran dan rotasi anatomis.
b. Imobilisasi fraktur: setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilasisi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang
benar sampai terjadi penyatuan.
c. Rehabilitasi: proses mengembalikan ke fungsi dan struktur
semuladengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan klien.

B. KASUS

Pada saat dikaji pada tanggal 2 Oktober 2019 pasien mengatakan


sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengalami kecelakaan pada
tanggal 1 Oktober 2019 dengan sepeda motor, pasien dibonceng suami
dengan posisi duduk miring ketika mau nyebrang dari pertigaan tidak jauh
dari rumah ada motor melaju kencang dari arah belakang dan menabrak
motor pasien sehingga kaki kiri pasien terbentur motor tersebut kemudian
pasien dan suami jatuh. Kemudian pasien dibawa ke IGD RS UNS pukul
07.00diantar oleh suami dan keluarga dengan kondisi luka lecet dikedua
lutut, lengan kanan dan tampak memar pada tibia sinistra pada saaat di
IGD pasien diberikan infus RL 20 tpm, inj ketorolac 30 mgkemudian
dipindahkan R.Mawar pukul 11.00 dengan keluhan nyeri pada tibia
sinistra dan sulit digerakkan karena nyeri. Pasien tampak lemah, kesadaran
composmentis, tampak bengkak pada bagian kaki yang patah dengan
Tanda-tanda Vital TD : 135/90 mmHg, N : 94x/menit, RR : 20x/menit,
S : 37,4 C.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Pabelan II Kartasura
Tanggal Masuk : 1 Oktober 2019
Diagnosa medis : Fraktur Tertutup Tibia
No. Register : 02057618
Tanggal Pengkajian : 2 Oktober 2019
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama Suami : Tn. S
Umur : 61 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Pabelan II Kartasura
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada daerah tibia kiri
P : Nyeri akibat fraktur tibia karena kecelakaan
Q : Terasa senud-senud
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T : Sering, seringnya bila kaki kiri digerakkan.
2) Keluhan Tambahan
Sebelum dilakukan pemasangan gips pada kaki kiri pasien, pasien
mengeluh nyeri dan tidak bisa digerakan pada kaki bagian tibia
sinistra akibat kecelakaan. Kaki pasien sebelah kiri tampak
bengkak. Dan setelah dilakukan pemasangan gips pada tanggal 3
Oktober 2019 pasien mengeluh nyeri pada kaki bagian yang
fraktur. Dan kaki sulit digerakkan karena nyeri.
P : Nyeri akibat post pemasangan gips
Q : Terasa senud-senud dan seperti ada yang narik
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T : Hilang timbul tapi sering, seringnya bila kaki kiri
digerakkan.
3) Riwayat Ke sehatan Sekarang
Pada saat dikaji pada tanggal 2 Oktober 2019 pasien mengatakan
sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengalami kecelakaan
pada tanggal 1 Oktober 2019 dengan sepeda motor, pasien
dibonceng suami dengan posisi duduk miring ketika mau
nyebrang dari pertigaan tidak jauh dari rumah ada motor melaju
kencang dari arah belakang dan menabrak motor pasien sehingga
kaki kiri pasien terbentur motor tersebut kemudian pasien dan
suami jatuh. Kemudian pasien dibawa ke IGD RS UNS pukul
07.00diantar oleh suami dan keluarga dengan kondisi luka lecet
dikedua lutut, lengan kanan dan tampak memar pada tibia sinistra
pada saaat di IGD pasien diberikan infus RL 20 tpm, inj ketorolac
30 mgkemudian dipindahkan R.Mawar pukul 11.00 dengan
keluhan nyeri pada tibia sinistra dan sulit digerakkan karena
nyeri. Pasien tampak lemah, kesadaran composmentis, tampak
bengkak pada bagian kaki yang patah dengan Tanda-tanda Vital
TD : 135/90 mmHg
N : 94x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,4 C.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami patah tulang
sebelumnya, pasien juga tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan dan menular lainnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit ketrunan ataupun menular lainnya.
6) Riwayat alergi (obat dan makanan)
Pasien mengatakan pasien tidak ada riwayat alergi pada makanan
dan obat-obatan.
c. Pola Fungsional
1) Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Ds : Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting sehingga kita
harus benar-benar menjaga kesehatan.
Do : Saat ini pasien dirawat di rumah sakit
2) Pola Nutrisi Dan Metabolik
- Sebelum Sakit
Ds : Pasien mengatakan makan dan minum pasien mau, sehari
3x dengan lauk pauk. Dan minum kurang lebih 7-8gelas/hari
- Selama Sakit
Ds : Ketika pengkajian pada tanggal 2 Oktober 2019 sore pukul
15.00 pasien mengatakan tidak ada masalah dalam makan,
makan 3x sehari dan mau menghabiskan makanan yang
disediakan rumah sakit. Minum juga biasa, tapi paling
hanya 5gelas /hari
Do : Pasien terlihat mau mengemil dan menghabiskan makanan
yang disediakan rumah sakit
3) Pola Eliminasi
- Sebelum Sakit
Ds : Keluarga pasien mengatakan BAK pasien kurang lebih 4-
5x/hari. Dan BAB pasien kurang lebih 1-2x/hari
- Selama Sakit
Ds : Keluarga pasien mengatakan selama dirumah sakit BAK pasien
lancar tidak ada keluhan, tetapi selama dirumah sakit pasien
belum BAB
Do : Pasien terpasang kateter, warna urin kuning jernih
4) Pola Istirahat Dan Tidur
- Sebelum Sakit
Ds : Keluarga pasien mengatakan pasien dirumah tidak mengalami
gangguan tidur. Pasien tidur kurang lebih 7-8 jam/hari
- Selama Sakit
Ds : Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur, tidak insomnia.
Hanya kalu pas terasa nyeri sekali baru bangun tapi bisa tidur
lagi. Tidur kurang lebih 6-7jam /hari.
Do : Kantung mata pasien tidak terlihat hitam, pasien sedikit
terlihat lemah.
5) Pola Aktivitas dan Latihan
- Sebelum Sakit
Ds : Pasien mengatakan selama dirumah pasien dapat melakukan
aktivitas sendiri, pasien juga aktif didesanya. Ikut Pkk, arisan
dan kegiatan desa lainnya
- Selama Sakit
Ds : Pasien mengatakan segala aktivitas dan kebutuhannya dibantu
keluarga.

No Pola Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan/Minum 
2 Mandi/Toileting 
3 Berpakaian 
4 Mobilitas ditempat tidur 
5 Ambulasi/ROM 
6 Berpindah 
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : Ketergantungan
Do : Pasien tampak selalu dibantu oleh keluarga dalam
melakukan aktivitas baik sebelum pemasangan gips
maupun setelah.
6) Pola Persepsi dan Kognitif
Ds : Pasien mengatakan panca inderanya tidak mengalami
gangguan,penglihatan dan pendengaran normal.
Do : Pasien merespon dengan baik apa yang orang lain sampaikan
dan tidak tampak alat bantu untuk panca indera.
7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Ds : Pasien khawatir dengan keadaan saat ini, tetapi pasien tetap
yakin bahwa Allah akan memberikan kesembuhan.
Do : Pasien tampak sedikit cemas.
8) Pola Peran dan Hubungan
Ds : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik
Do : Suami dan anak pasien selalu menunggu pasien, dan banyak
keluarga yang datang untuk menjenguk.
9) Pola Seksual Dan Reproduksi
Ds : Keluarga Pasien mengatakan pasien memiliki 1 anak laki-laki
dan 2anak perempuan.
10) Pola Koping Dan Stress
Ds : Keluarga pasien mengatakan jika pasien merasa sakit pasien
selalu bercerita dan berkeluh kesah terhadap suaminya.
Do : Pasien terlihat terbuka dengan suaminya
11) Pola Nilai Dan Keyakinan
Ds : Pasien beragama islam dan menjawab ketika salam.
Do : Pasien terlihat selalu menyebut nama Allah baik saat terasa
nyeri ataupun tidak.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
TD : 135/90 mmHg
N : 94x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,4 C.
4) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : Bentuk kepala mesochepal, tidak ada luka atau
jejas, rambut hitam tidak ada oedema.
b) Wajah : Simetris tidak ada oedema
c) Mata : Mata simetris, sclera tidak ikterik, kedua
pupil miosis.
d) Telinga : Kedua telinga simetris, tidak ada luka, bersih tidak
ada serumen.
e) Hidung : Tidak ada polip, pernafasan pasien normal.
f) Mulut : Lembab tidak ada karies gigi
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h) Thorax :
- Jantung :
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal tidak ada bunyi
tambahan
- Paru-paru
Inspeksi : Paru kiri dan kanan simetris, tidak ada
oedema
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada oedema pulmonal
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada lesi maupun oedema
- Auskultasi : Bising usus normal 8x/menit
- Palpasi : Tidak ada benjolan
- Perkusi : Tidak ada asites
j) Ekstremitas : Terpasang infus RL ditangan kiri pasien,
Sebelum pemasangan gips, tampak bengkak pada bagian kaki
yang patah (tibia sinistra) dan kaki kiri bagian tibia pasien
tidak bisa digerakkan karena nyeri. Dan setelah pemasangan
gips, pasien juga sulit untuk menggerakkan kakinya
k) Genetalia : Pasien terpasang kateter, pasien berjenis
kelamin perempuan.
l) Neurologi
i Kesadaran : Compos mentis
ii. Glow Coma Scale : E4M5V6
iii. Nervus
 I (Olvakturius) : klien dapat membedakan bau-bauan
 II (Optikus) : klien mampu mengenali
keluarganya
 III,IV,VI (Okulomotoris) : reaksi pupil isokor kiri dan
kanan, kelopak mata dapat tertutup dengan baik.
 V (Trigeminus) : klien dapat menutup dan
mengatupkan mulutnya
 VII (Fasialis) : gerakan normal, pengecap lidah
normal
 VIII (Akustikus) : tidak ada gangguan pendengaran
 IX (Glosofaringeus) : tidak ada masalah
 X (Vagus) : refleks menelan klien baik
 XI (Akisesonus) : klien mampu menggerakkan kepala
 XII (Hipoglossus) : tidak ada masalah dengan lidah

e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
*Darah Lengkap
Hemoglobin 15.3 g/dL 11.2 – 17.3
Leukosit 4620 U/L 3800 – 10600
Hematokrit 48 % 40 – 52
Eritrosit 5.6 10^6/uL 4.4 – 5.9
Trombosit 156.000 /uL 150.000 –
440.000
MCV 84.7 fL 80 – 100
MCH 27.2 Pg/cell 26 – 34
MCHC 32.1 % 32 – 36
RDW 13.3 % 11.5 – 14.5
MPV 9.7 fL 9.4 – 12.4
*Hitung Jenis
Basofil 0.2 % 0–1
Eosinofil L1 % 2–4
Batang 3,7 % 3–5
Segmen 58.1 % 50 – 70
Limfosit 24 % 25 – 40
Monosit 4 % 2–8
*Kimia Klinik
Ureum Darah H 44.8 mg/dL 14.98 – 38.52
Kreatinin Darah 0.93 mg/dL 0.70 – 1.30
Glukosa Sewaktu 130 mg/dL <= 200
Natrium 135 mmol/L 134 – 146
Kalium 3.6 mmol/L 3.4 – 4.5
Klorida L 95 mmol/L 96 – 108
f. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran hasil ronten tampak fraktur pada tulang tibia sinistra.

g. Terapi
1) Cairan RL 20 tts/menit
2) Citicolin 2x250mg/ml
3) Ketorolac 3x10mg
4) Dexamethasone 2x1 ampul
5) Rannitidin 2x1 ampul
6) Proalges supp

2. Analisa Data
Pre Pemasangan Gips
No Simtom Etiologi Problem Paraf
1 Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah tibia Agen Cidera Nyeri Akut
kiri Fisik (fraktur)
P : Nyeri akibat fraktur tibia karena kecelakaan
Q : Terasa senud-senud
P : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T: sering, seringnya bila kaki kiri digerakkan.
Do : KU pasien baik, kesadaran composmentis.
Dan terlihat bengkak pada kaki yang patah.
2 Ds : Pasien mengeluh nyeri dan tidak bisa Gangguan Hambatan
digerakan pada kaki bagian tibia sinistra Muskuloskelet Mobilitas
akibat kecelakaan. Keluarga pasien al Fisik
mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga.
No Pola Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan/Minum 
2 Mandi/Toileting 
3 Berpakaian 
4 Mobilitas 
ditempat tidur
5 Ambulasi/ROM 
6 Berpindah 
Do : Kaki pasien sebelah kiri tampak bengkak
dan pasien tampak selalu dibantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas.
3. DS : Ancaman pada Ansietas
Pasien mengatakan merasa takut saat akan status terkini
dilakukan pemasangan gips, karena ini (pemasangan
merupakan yang pertama kali. Dan pasien gips)
mengatakan takut nyeri yang dirasakan nanti
setelah pemasangan gips.
DO :
- Pasien gelisah dan mengungkapkan rasa
takut akan nyeri nanti setelah pemasangan
gips.
- Skala kecemasan 1 : mengungkapkan
kerisauan

Post Pemasangan Gips


No Simtom Etiologi Problem Paraf
1 Ds : Pasien mengeluh nyeri pada kaki Agen Cidera Nyeri Akut
bagian yang fraktur yang saat ini terpasang Fisik (post
gips. Dan kaki sulit digerakkan karena pemasangan
nyeri. gips)
P : Nyeri akibat post pemasangan gips
Q: Terasa senud-senud dan seperti ada
yang narik
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T: Hilang timbul tapi sering, seringnya
bila kaki kiri digerakkan.
Do : KU pasien baik, kesadaran
composmentis.
2 Ds : Pasien mengatakan segala aktivitas Gangguan Hambatan
dan kebutuhannya dibantu keluarga Muskuloskeletal Mobilitas
karena kaki kiri bagian tibia terasa Fisik
nyeri setelah dipasang gips.
N Pola 0 1 2 3 4
o Aktivitas
1 Makan/Min 
um
2 Mandi/Toil 
eting
3 Berpakaian 
4 Mobilitas 
ditempat
tidur
5 Ambulasi/ 
ROM
6 Berpindah 

Do : Kaki kiri pasien terpasang gips,


kekuatan otot lemah.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre Pemasangan Gips
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
Muskuloskeletal
3. Ansietas berhubungan denga ancaman pada status terkini
Post Pemasangan Gips
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan
Muskuloskeletal

4. Intervensi Keperawatan
Pre Pemasangan Gips
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor Tanda-
berhubungan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri tanda Vital
dengan Agen berkurang atau hilang. - Lakukan pengkajian
Cidera Fisik Kriteria hasil : nyeri secara
(fraktur) Keparahan Awal Target komprehensif
Cidera Fisik termasuk lokasi,
Nyeri 2 4 karakteristik,
Memar 3 4 durasi, frekwensi,
Fraktur 2 4
kualitas, dan faktor
Ekstremitas
presipitasi.
Keterangan :
- Observasi reaksi
1 : Berat
nonverbal dari
2 : Cukup Berat
ketidaknyamanan.
3 : Sedang
- Kontrol lingkungan
4 : Ringan
yang dapat
5 : Tidak Ada
mempengaruhi
nyeri.
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
- Ajarkan tekhnik
relaksasi nafas
dalam.
- Tingkatkan
istirahat.
- Kolaborasi dalam
pemberian
analgesik.
2 Hambatan Setelah dilakukan tidakan keperawatan - Monitor tanda
Mobilitas Fisik dalam 3 x 24 jam diharapkan mobilitas tanda vital
berhubungan fisik pasien tidak terganggu. - Kaji kemampuan
dengan Gangguan Kriteria Hasil : pasien dalam
Muskuloskeletal Daya Tahan Awal Target mobilisasi
- Berikan posisi yang
Kekuatan Fisik 2 4 terapeutik

Ketahanan Otot 2 4 - Posisikan


kesejajaran tubuh
Fleksibilitas Sendi 3 5
yang tepat.
Kinerja Aktifitas 2 4 - Imobilisasi atau
Fisik sokong bagian
tubuhyang terkena
Kinerja Latihan 2 4
dampak dengan
Rutin
tepat.
Keterangan : - Jangan
1 : Sangat Terganggu menempatkan
2 : Banyak Terganggu pasien pada posisi
3 : Cukup Terganggu yang yang bisa
4 : Sedikit Tertganggu meningkatkan nyeri
5 : Tidak Terganggu - Meminimalisir
gesekan dan cidera
ketika
memposisikan
tubuh pasien.

3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan asuhan Pengurangan


berhubungan keperawatan selama 1 x 30 Kecemasan (5820)
denga ancaman menitdiharapkan masalahansietas b/d - Gunakan
pada status terkini krisis situasi teratasi dengan skala pendekatan yang
indikator : menenangkan
NOC : Tingkat Kecemasan (1211) - Dorong pasien
Indikator Awal Tujuan untuk
Rasa takut yang 4 5 mengungkapakan
disampaikan secara perasaannya
lisan - Bantu pasien
Perasaan gelisah 4 5 mengenal situasi
1 : Berat yang menimbulkan
2 : Cukup Berat kecemasan
3 : Sedang - Identifikasi tingkat
4 : Ringan kecemasan
5 : Tidak ada - Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
- Dengarkan dengan
penuh perhatian.

Post Pemasangan Gips

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan - Monitor Tanda-tanda
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Vital
dengan Agen jam diharapkan nyeri - Lakukan pengkajian
Cidera Fisik berkurang atau hilang. nyeri secara
(post Kriteria hasil : komprehensif
pemasangan Tingkat Awal Target termasuk lokasi,
gips) Nyeri karakteristik, durasi,
Nyeri yang 2 4 frekwensi, kualitas,
dilaporkan dan faktor
Panjangnya 3 4
presipitasi.
episode
- Observasi reaksi
nyeri
nonverbal dari
Ekspresi 2 4
ketidaknyamanan.
nyeri wajah
- Kontrol lingkungan
Tidak bisa 4 5
beristirahat yang dapat
Keterangan : mempengaruhi nyeri.
1 : Berat - Kurangi faktor
2 : Cukup Berat presipitasi nyeri.
3 : Sedang - Tingkatkan istirahat.
4 : Ringan - Kolaborasi dalam
5 : Tidak Ada pemberian analgesik.
2 Hambatan Setelah dilakukan tidakan - Monitor tanda tanda
Mobilitas Fisik keperawatan dalam 3 x 24 vital
berhubungan jam diharapkan mobilitas - Kaji kemampuan
dengan fisik pasien tidak terganggu. pasien dalam
Gangguan Kriteria Hasil : mobilisasi
Muskuloskeletal Daya Awal Target - Berikan posisi yang
Tahan
terapeutik
Kekuatan 2 4 - Monitor tanda-tanda
Fisik
infeksi (berbau,
Ketahanan 2 4
Otot kemerahan, demam)

Fleksibilitas 3 5
- Monitor tanda-tanda
Sendi gangguan akibat gips
Kinerja 2 4 pada fungsi sirkulasi
Aktifitas
Fisik dan neurologis (mis:
nyeri, pucat, denyut
Kinerja 2 4
Latihan nadi lemah, mati
Rutin
rasa, kelumpuhan,
Keterangan : dan tekanan) pada
1 : Sangat Terganggu ekstremitas yang
2 : Banyak Terganggu terpasang gips.
3 : Cukup Terganggu - Monitor fungsi
4 : Sedikit Tertganggu sirkulasi dan
5 : Tidak Terganggu neurologi pada
jaringan diatas da
dibawah gips.
- Atasi gangguan
sirkulasi dan nyeri
sesegera mungkin (
mereposisi gips,
melatih ROM,
kurangi tekanan
gips).
- Inspeksi ada
tidaknyanya cairan
dari luka dibawah
gips.
- Jangan biarkan gips
basah.
- Kompres dengan es
selama 24-36jam
pertama untuk
mengurangi
pembengkakan dan
kemerahan.
- Cek apakah ada retak
atau patah pada gips
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
perawatan gips.
5. Implementasi Keperawatan
Pre Pemasangan Gips
Hari/tanggal Jam No.Dx Implementasi dan Respon Paraf
Rabu, 02 15.00 I, II, III - Monitor KU pasien
Oktober 2019 Do : KU pasien composmentis

15.00 I, II, III - Melakukan pengkajian pada pasien


Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah
tibia kiri
P : Nyeri akibat fraktur tibia karena
kecelakaan
Q : Terasa senud-senud
P : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T: Sering, seringnya bila kaki kiri
digerakkan.
Pasien mengeluh nyeri dan tidak bisa
digerakan pada kaki bagian tibia sinistra
akibat kecelakaan. Keluarga pasien
mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga.
Do : KU pasien baik, kesadaran
composmentis. Dan terlihat bengkak pada
kaki yang patah.
Pasien tampak selalu dibantu oleh keluarga
dalam melakukan aktivitas.
15.10
I, II, III - Memonitor TTV pasien
TD : 135/90 mmHg
N : 94x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,4 C.
15.15 I Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
Do : Pasien terlihat meringis kesakitan.

15.20 I - Menenangkan pasien dengan mengobrol


dan memberikan dukungan positif bahwa
Allah akan memberikan kesembuhan.
Ds : Pasien mengatakan memang akan
terasa lebih tenang bila selalu menyebut
nama Allah dan berperasangka baik sama
Allah.
Do : Pasien tampak lebih tenang

15.30 I - Menganjurkan pasien untuk tetap tenang


danperbanyak istirahat.
Ds : Pasien mengatakan sudah lebih tenang
dengan mengingat Allah
Do : Pasien berdzikir.
15.35 II - Mengkaji kemampuan pasien dalam -
mobilisasi
Ds : Pasien mengeluh nyeri dan tidak bisa
digerakan pada kaki bagian tibia sinistra
akibat kecelakaan. Keluarga pasien
mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga.

15.40 II - Memberikan posisi yang terapeutik


Do : Kaki pasien sudah sedikit lebih tinggi
dari jantung
15.45 II - Posisikan kesejajaran tubuh yang tepat.
Do : Posisi kaki pasien yang fraktur sudah
sejajar, tidak ada tekanan atau
ketidaksejajaran matras.
II - Menganjurkan keluarga untuk memposisikan
15.55
pasien terapeutik dengan meminimalisir
gesekan dan cidera saat akan memindahkan
pasien.
Ds : Keluarga pasien kooperatif
16.00 III - Mengkaji pasien untuk mengungkapakan -
perasaannya
Ds : Pasien mengatakan takut akan
dilakukannya pemasangan gips karena
pengalaman pertamanya.
Do : Pada saat komunikasi, pasien cemas
etrlihat pasien terus menanyakan apakah
tidak akan terjadi apa apa setelah
pemasangan gips.

16.10 III - Membantu pasien mengenal situasi yang


menimbulkan kecemasan, Identifikasi
tingkat kecemasan, Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi
takut dan Dengarkan dengan penuh
perhatian.
Ds : Pasien mengatakan takut apakah
pilihan dalam pemasangan gips itu pilihan
yang terbaik atau bukan dan pasien
mengatakan takut kalua frakturnya akan
lebih parah apabila dilakukan pemasangan
gips.
Do : Pasien tampak berdoa dan bersholawat
untuk meminta kelancaran pemasangan
gips.
Skala kecemasan 1 : mengungkapkan
kerisauan.

Post Pemasangan Gips


Hari/tanggal Jam No.Dx Implementasi
Kamis, 3 07.30 I, II - Memonitor KU pasien
Oktober 2019 Do : KU pasien composmentis

07.30 I, II - Melakukan pengkajian pada pasien


Ds : Pasien mengeluh nyeri pada kaki bagian
yang fraktur yang saat ini terpasang pen. Dan
kaki sulit digerakkan karena nyeri.
P : Nyeri akibat post pemasangan gips
Q: Terasa senud-senud dan seperti ada yang
narik
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T: Hilang timbul tapi sering, seringnya bila kaki
kiri digerakkan.
Pasien mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga karena kaki kiri
bagian tibia terasa sakit setelah dipasang gips.
Do : KU pasien baik, kesadaran composmentis.
Kaki kiri pasien terpasang gips, kekuatan otot
lemah. Pasien tampak selalu dibantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas.
07.45 I, II - Memonitor TTV pasien
TD : 130/80 mmHg
N : 79x/menit
RR : 20x/menit
S : 37,4˚C

08.00
I - Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
Do : Pasien kooperatif dan terlihat rileks dan
sedikit meringis kesakitan menahan sakit.
08.05
I - Menenangkan pasien dengan mengobrol dan
memberikan dukungan motivasi agar pasien
tidak fokus pada nyeri.
Ds : Pasien mengatakan memang terasa lebih
tenang bila dibawa ngobrol, nyerinya tidak
begitu terasa. Tapi ketika sudah diam tidak ada
percakapan kadang nyeri timbul.
Do : Pasien mau bercerita dan terlihat tenang.

08.30
I - Menganjurkan pasien untuk tetap tenang dan
perbanyak istirahat.

Ds : Pasien mengatakan degan memegangi


tangan suami akan terasa lebih tenang

Do : Pasien memegangi tangan suami sambil


berdzikir.
08.30
- Menganjurkan pasien untuk sering melakukan
I
relaksasi nafas dalam

Do : Pasien kooperatif

09.00 - Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


II Ds : Pasien mengatakan kaki kiri sulit digerakkan
karena masih sedikit terasa sakit setelah dipasang
gips dan belum berani bergerak.
Do : Kekuatan otot kaki kiri lemah, kaki kiri
terpasang gips.
09.10 II - Mengompres kaki dengan es.
Do : Pasien kooperatif

- memberikan posisi yang terapeutik dengan


09.10 II menyejajarkan kaki diatas bed.
Ds : Pasien mengatakan sudah nyaman dengan
posisinya saat ini.
Do : Tidak ada halangan dikaki krii pasien,
permukaan bed rata.

09.15 II - Memonitor tanda-tanda infeksi dikaki yang


terpasang gips
Do : Kaki kiri yang terpasang gips tidak terlihat
ada kemerahan, bengkak maupun berair.

09.15 II - Monitor tanda-tanda gangguan akibat gips


Do : Pasien tidak terlihat pucat, Nadi normal :
80x/menit

II - Inspeksi ada tidaknyanya cairan dari luka dibawah


09.20
gips.
Do : Tidak ada cairan yang keluar dari gips

09.20 II - Memberikan penkes pada keluarga untuk jangan


membiarkan gips basah.
Ds : keluarga pasien kooperatif
09.30 II - Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
perawatan gips.
Ds : keluarga pasien mengatakan sudah
mengetahui cara perawatan pada gipsnya
Do : Keluarga terlihat memperhatikan apa yg
dijelaskan perawat.
Jumat, 04 07.00 I, II, III - Monitor KU pasien
Oktober 2019 Do : KU pasien composmentis

07.00 I, II, III - Melakukan pengkajian pada pasien


Ds : Pasien mengatakan nyerinya tidak terlalu
seperti kemaren pada kaki bagian yang fraktur
yang saat ini terpasang gips. Dan kaki
masihsedikit sulit digerakkan .
P : Nyeri akibat post pemasangan gips
Q: Terasa senud-senud dan seperti ada yang
narik
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 6
T: Hilang timbul tapi sering, seringnya bila kaki
kiri digerakkan.
Pasien mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga karena kaki kiri
bagian tibia masih sedikit terasa sakit.
Do : KU pasien baik, kesadaran composmentis.
Kaki kiri pasien terpasang gips, kekuatan otot
lemah. Pasien tampak selalu dibantu oleh
keluarga dalam melakukan aktivitas.
07.10 I, II, III - Memonitor TTV pasien
TD : 120/85 mmHg
N : 75x/menit
RR : 21x/menit
S : 37,3˚C

07.15 I - Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam


Do : Pasien kooperatif dan terlihat rileks dan
sedikit meringis kesakitan menahan sakit.

07.30 I - Menenangkan pasien dengan mengobrol dan


memberikan dukungan motivasi agar pasien
tidak fokus pada nyeri.
Ds : Pasien mengatakan memang terasa lebih
tenang bila dibawa ngobrol, nyerinya tidak
begitu terasa. Tapi ketika sudah diam tidak ada
percakapan kadang nyeri timbul.
Do : Pasien mau bercerita dan terlihat tenang.

07.40 I - Menganjurkan pasien untuk tetap tenang dan


perbanyak istirahat.

Ds : Pasien mengatakan degan memegangi


tangan suami akan terasa lebih tenang

Do : Pasien memegangi tangan suami sambil


berdzikir.

- Menganjurkan pasien untuk sering melakukan


08.00 I
relaksasi nafas dalam

Do : Pasien kooperatif

08.30 II - Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi


Ds : Pasien mengatakan kaki kiri sulit digerakkan
karena masih sedikit terasa sakit setelah dipasang
08.40 gips dan belum berani bergerak.
Do : Kekuatan otot kaki kiri lemah, kaki kiri
terpasang gips.
II - memberikan posisi yang terapeutik dengan
menyejajarkan kaki diatas bed.
Ds : Pasien mengatakan sudah nyaman dengan
09.00 posisinya saat ini.
Do : Tidak ada halangan dikaki krii pasien,
permukaan bed rata.

II - Memonitor tanda-tanda infeksi dikaki yang


terpasang gips
Do : Kaki kiri yang terpasang gips tidak terlihat
09.15 ada kemerahan, bengkak maupun berair.

II - Monitor tanda-tanda gangguan akibat gips


Do : Pasien tidak terlihat pucat, Nadi normal :
80x/menit
09.15

II - Inspeksi ada tidaknyanya cairan dari luka dibawah


gips.
Do : Tidak ada cairan yang keluar dari gips

09.20
II - Memberikan penkes pada keluarga untuk jangan
membiarkan gips basah.
Ds : keluarga pasien kooperatif

10.20
II - Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
perawatan gips.
Ds : keluarga pasien mengatakan sudah
mengetahui cara perawatan pada gipsnya
Do : Keluarga terlihat memperhatikan apa yg
dijelaskan perawat.

6. Evaluasi Keperawatan
Pre Pemasangan Gips
Hari/Tanggal No.Dx Catatan Perkembangan Paraf
Rabu, 02 I S : Klien mengeluh nyeri pada daerah tibia kiri
Oktober 2019 P : Nyeri akibat fraktur tibia karena kecelakaan
Q : Terasa senud-senud
P : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 7
T: Hilang timbul tapi sering, seringnya bila kaki kiri
digerakkan.
O : KU pasien baik, kesadaran composmentis. Dan
terlihat bengkak pada kaki yang patah.
A : Masalah belum teratasi
Keparahan Awal Target Akhir
Cidera Fisik
Nyeri 2 4 2
Memar 3 4 3
Fraktur 2 4 2
Ekstremitas

Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup Berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
P : Lanjutkan Intervensi
- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
- Tingkatkan istirahat.
II S : Pasien mengeluh nyeri dan tidak bisa digerakan
pada kaki bagian tibia sinistra akibat kecelakaan.
Keluarga pasien mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga.
No Pola Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan/Minum 
2 Mandi/Toileting 
3 Berpakaian 
4 Mobilitas ditempat tidur 
5 Ambulasi/ROM 
6 Berpindah 

O : Kaki pasien sebelah kiri tampak bengkak dan pasien


tampak selalu dibantu oleh keluarga dalam
melakukan aktivitas.
A : Masalah belum teratasi
Daya Tahan Awal Target Akhir

Kekuatan Fisik 2 4 2

Ketahanan Otot 2 4 2

Fleksibilitas Sendi 3 5 3

Kinerja Aktifitas Fisik 2 4 2

Kinerja Latihan Rutin 2 4 2

Keterangan :
1 : Sangat Terganggu
2 : Banyak Terganggu
3 : Cukup Terganggu
4 : Sedikit Tertganggu
5 : Tidak Terganggu
P : Lanjutkan intervensi.
- Anjurkan keluarga untuk jangan menempatkan
pasien pada posisi yang yang bisa meningkatkan
nyeri
- Meminimalisir gesekan dan cidera ketika
memposisikan tubuh pasien.

III S: Pasien mengatakan merasa takut saat akan dilakukan


pemasangan gips, karena ini merupakan yang
pertama kali. Dan pasien mengatakan takut nyeri
yang dirasakan nanti setelah pemasangan gips.
O :Pasien gelisah dan mengungkapkan rasa takut akan
nyeri nanti setelah pemasangan gips.
Skala kecemasan 1 : mengungkapkan kerisauanA:
masalah belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Rasa takut yang 4 5 4
disampaikan secara
lisan
Perasaan gelisah 4 5 4
P: Tingkatkan intervensi
- Dorong pasien untuk mengungkapakan
perasaannya
- Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Post Pemasangan Gips

Kamis, 03 I S : Pasien mengeluh nyeri pada kaki bagian yang fraktur


Oktober 2019 yang saat ini terpasang pen. Dan kaki sulit
digerakkan karena nyeri.
P : Nyeri akibat post pemasangan gips
Q: Terasa senud-senud dan seperti ada yang narik
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 6
T: sering, seringnya bila kaki kiri digerakkan.
O : KU pasien baik, kesadaran composmentis.
A : Masalah belum teratasi
Tingkat Nyeri Awal Target Awal
Nyeri yang dilaporkan 2 4 2
Panjangnya episode nyeri 3 4 3
Ekspresi nyeri wajah 2 4 2
Tidak bisa beristirahat 4 5 4
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup Berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak Ada
P : lanjutkan Intervensi
- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
- Tingkatkan istirahat.
II S : Pasien mengatakan segala aktivitas dan kebutuhannya
dibantu keluarga karena kaki kiri bagian tibia terasa
sakit setelah dipasang gips.
No Pola Aktivitas 0 1 2 3 4
1 Makan/Minum 
2 Mandi/Toileting 
3 Berpakaian 
4 Mobilitas 
ditempat tidur
5 Ambulasi/ROM 
6 Berpindah 

O: Kaki kiri pasien terpasang gips, kekuatan otot lemah.


A : Masalah belum teratasi
Daya Tahan Awal Target Akhir

Kekuatan Fisik 2 4 2

Ketahanan Otot 2 4 2

Fleksibilitas Sendi 3 5 3

Kinerja Aktifitas Fisik 2 4 2

Kinerja Latihan Rutin 2 4 2

Keterangan :
1 : Sangat Terganggu
2 : Banyak Terganggu
3 : Cukup Terganggu
4 : Sedikit Tertganggu
5 : Tidak Terganggu
P : Lanjutkan Intervensi
- Berikan posisi yang terapeutik
- Jangan biarkan gips basah
Jumat, 04 I S : Pasien mengatakan nyerinya tidak terlalu seperti
Oktober kemaren pada kaki bagian yang fraktur yang saat
ini terpasang pen. Dan kaki masihsedikit sulit
digerakkan .
P : Nyeri akibat post pemasangan gips
Q: Terasa senud-senud dan seperti ada yang narik
R : Nyeri dibagian tibia sinistra
S : Skala 6
T: Hilang timbul tapi sering, seringnya bila kaki
kiri digerakkan.
O : KU pasien baik, kesadaran composmentis.
A : Masalah belum teratasi
Tingkat Nyeri Awal Target Awal
Nyeri yang dilaporkan 2 4 2
Panjangnya episode nyeri 3 4 3
Ekspresi nyeri wajah 2 4 2
Tidak bisa beristirahat 4 5 4
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup Berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak Ada
P : Lanjutkan Intervensi
- Kurangi faktor presipitasi nyeri.
- Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
- Tingkatkan istirahat.
II S : Pasien mengatakan segala aktivitas dan
kebutuhannya dibantu keluarga karena kaki kiri
bagian tibia masih sedikit terasa sakit.
O : Kaki kiri pasien terpasang gips, kekuatan otot
lemah. Pasien tampak selalu dibantu oleh keluarga
dalam melakukan aktivitas.
A : Masalah belum teratasi
Daya Tahan Awal Target Akhir

Kekuatan Fisik 2 4 2

Ketahanan Otot 2 4 2

Fleksibilitas Sendi 3 5 3

Kinerja Aktifitas Fisik 2 4 2

Kinerja Latihan Rutin 2 4 2

Keterangan :
1 : Sangat Terganggu
2 : Banyak Terganggu
3 : Cukup Terganggu
4 : Sedikit Tertganggu
5 : Tidak Terganggu
P : Lanjutkan Intervensi
- Berikan posisi yang terapeutik
- Jangan biarkan gips basah

Anda mungkin juga menyukai