II
METODA TAKABEYA
2.1 PENDAHULUAN
Salah satu metoda yang sering digunakan dalam perhitungan konstruksi statis tak
tentu, khususnya pada konstruksi portal yang cukup dikenal adalah perhitungan konstruksi
dengan metoda TAKABEYA. Dibandingkan dengan metoda yang lain, seperti metoda
Cross dan metoda Kani, untuk penggunaan metoda ini terutama pada struktur portal
bertingkat banyak merupakan perhitungan yang paling sederhana dan lebih cepat serta lebih
mudah untuk dipelajari dan dimengerti dalam waktu yang relatif singkat.
Metoda perhitungan dengan cara Takabeya yang disajikan dalam bagian ini adalah
menyangkut materi perhitungan untuk portal dengan titik hubung yang tetap dan portal
dengan titik hubung yang bergerak ( pergoyangan). Mengenai hal tersebut, teks ini hanya
memberikan dasar-dasar pemahaman tentang metoda Takabeya yang berhubungan dengan
portal-portal yang sederhana dengan atau tanpa mengalami suatu pergoyangan. Diharapkan
dari dasar-dasar ini, kita sudah dapat menghitung besarnya gaya-gaya dalam berupa
momen-momen ujung ( momen akhir) dari suatu batang yang menyusun konstruksi portal
yang bentuknya sederhana.
Persamaan - persamaan yang digunakan dalam metoda perhitungan ini hanya
merupakan persamaan dasar dari Takabeya sendiri, dimana persamaan-persamaan tersebut
hanya dapat digunakan khusus untuk portal yang sederhana dan hal-hal yang berhubungan
dengan pergoyangan dalam satu arah saja yaitu pergoyangan dalam arah horizontal.
Mengenai pergoyangan dalam dua arah ( harizontal dan vertikal) persamaan-persamaan
dasar yang digunakan dalam teks ini masih perlu diturunkan lebih lanjut.
Untuk menganalisa struktur portal yang sederhana, bab ini memberikan contohcontoh perhitungan yang sudah disesuaikan dengan langkah-langkah perhitungan yang
sesuai dengan prosedur perhitungan dalam metoda Takabeya. Perhitungan-perhitungan
yang dimaksudkan di sini adalah hanya sampai pada bagaimana menentukan momenmomen ujung ( momen akhir ) dari suatu konstruksi. Mengenai reaksi perletakan tumpuan
dan atau gaya-gaya lintang dan normal yang terjadi dalam suatu penampang batang serta
penggambaran diagram dari gaya-gaya dalam tersebut, sudah dibahas dalam materi
perkuliahan pada Mekanika Rekayasa I dan Mekanika Rekayasa II semester sebelumnya.
PERSAMAAN DASAR METODA TAKABEYA
Dalam perhitungan konstruksi portal dengan metoda Takabeya, didasarkan pada
asumsi-asumsi Bahwa :
a. Deformasi akibat gaya aksial (Tarik dan Tekan) dan gaya geser dalam diabaikan (= 0 ).
b. Hubungan antara balok-balok dan kolom pada satu titik kumpul adalah kaku sempurna.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka pada titik kumpul akan terjadi
perputaran dan pergeseran sudut pada masing-masing batang yang bertemu yang
besarannya sebanding dengan momen-momen lentur dari masing-masing ujung batang
tersebut. Gambar 2.1 berikut ini, memperlihatkan dimana ujung batang ( titik b) pada
batang ab bergeser sejauh '' relatif terhadap titik a. Besarnya momen-momen akhir pada
kedua ujung batang ( M ab dan M ba) dapat dinyatakan sebagai fungsi dari perputaran dan
pergeseran sudut.
Gambar. 2.1
Kemudian keadaan pada gambar. 2.1 tersebut, selanjutnya diuraikan menjadi dua keadaan
seperti terlihat pada gambar. 2.2 di bawah ini :
Gambar. 2.2
Sehingga menghasilkan suatu persamaan :
M ab = m ab +
ab
M ba = m ba +
ba
Persamaan. 2.1
m ab . L
3 EI
m ba . L
6 EI
+ ab
x2
b =
m ab . L
6EI
m ba . L
3 EI
+ ab
x1
2a + 2b
Sehingga :
m ab . L
2EI
+ 3ab
m ab = 2 EI/L ( 2a + b - 3ab )
m ba = 2 EI/L ( 2b + a - 3ab )
Persamaan 2.2
)+
m ba ) +
m ab
M ab
M ba
= -6 EK ab
kab = Kab/K
m ab
Persamaan. 2.4
M ab, M ba
M ab, M ba
mab, mba
a, b
kab
Kab
K
ma, mb
=
=
=
=
m ab
Arah momen selalu dimisalkan berputar ke kanan pada tiap-tiap ujung batang dari
masing-masing free body. Apabila ternyata pada keadaan yang sebenarnya berlawanan
( berputar ke kiri ), diberikan tanda negatif ( - ) sesuai dengan perjanjian tanda.
Yang dimaksud dengan portal dengan titik hubung yang tetap adalah suatu portal
dimana pada tiap-tiap titik kumpulnya ( titik hubungnya ) hanya terjadi perputaran sudut,
tanpa mengalami pergeseran titik kumpul. Sebagai contoh :
Portal dimana baik pada struktur balok maupun kolom-kolomnya disokong oleh suatu
perletakan.
Oleh karena portal dengan titik hubung yang tetap tidak terjadi pergeseran pada
titik-titik hubungnya, maka besarnya nilai momen parsiil akibat pergeseran titik ( m.. )
adalah = 0. Sehingga rumus dasar dari Takabeya (persamaan. 2. 4 ) akan menjadi :
ab
ba
Persamaan. 2.5
Sebagai contoh, penerapan persamaan untuk Takabeya, perhatikan gambar 2. 3 berikut ini :
Berdasarkan rumus dasar dari Takabeya, maka untuk struktur di atas, diperoleh persamaan :
M 12 = k 12 (2ml + m2) + M 12
M 1A = k 1A (2m1 + mA) + M 1A
M 1C = k 1C (2ml + mC) +
M 1E = k 1E (2m1 + mE) +
M 1C
M 1E
Persamaan. 2.6
Persamaan. 2. 7
k12
k
1A
k1C
M12
k12 .m 2
k .m
1A A
k
2m1 1E
dimana :
M1C
M1E
k1E .m E
=0
Pers. 2.8
M12
k12
k
1A
M1A
12 k 12 / 1
M1C
1C k 1C / 1
1A k 1A / 1
k1C
M1A
k1C .m C
k1E
= 1 dan
M1E
1E k 1E / 1
= 1
dan
k12 .m 2
k .m
1A A
k1C . m C
1.m1 = - 1 +
k1E . m E
m1 = - (1/1)
12 . m 2
.m
1A A
1C . m C
Persamaan. 2. 9
1E . m E
Untuk persamaan momen rotasi pada titik kumpul yang lainnya dapat dicari/
ditentukan seperti pada persamaan 2. 9 di atas, dimana indeks/angka pertama diganti
dengan titik kumpul yang akan dicari dan angka kedua diganti dengan titik kumpul yang
berada di seberangnya. Perlu diingat, bahwa pada suatu perletakan jepit tidak terjadi
putaran sudut sehingga besarnya mA = mB = mC = mD = mE = mF = 0
Untuk langkah awal pada suatu perhitungan momen rotasi titik kumpul, maka titik
kumpul yang lain yang berseberangan dengan titik kumpul yang dihitung, dianggap belum
terjadi rotasi. Sehingga :
m1 = m1(0) = -(1 / 1)
m2 = m2(0) = -(2 / 2)
12 . m 2(0)
m1
(1)
(0)
= -(1/1) +
(0)
1A . m A
1C . m C
. m ( 0)
1E E
12 .m 2(0)
m1
(1)
= m1
(0)
(0)
(0)
1A . m A
1C .m C
. m ( 0)
1E E
dan seterusnya dilakukan pada titik 2 sampai hasil yang konvergen ( hasil-hasil yang sama
secara berurutan pada masing-masing titik kumpul ) yang berarti pada masing-masing titik
kumpul sudah terjadi putaran sudut.
Setelah pemberesan momen-momen parsiil mencapai konvergen, maka untuk
mendapatkan momen akhir ( design moment ), hasil momen parsiil selanjutnya
disubtitusikan dalam persamaan 2. 6 sebagai persamaan dasar. Sebagai contoh :
pemberesan momen parsiil dicapai pada langkah ke-7 maka pada titik kumpul 1 adalah :
12
1A
M 1C
M 1E
Penyelesaian:
A.Menghitung Momen-momen Parsiil.
1. Hitung Angka Kekakuan Batang (k)
K1A = I/H = 1/4 = 0,2500 m3
K12 = I/L = 1/6 = 0,1667 m3
K2B = I/H = 1/4 = 0,2500 m3
==Konstanta K diambil =1 m3
Jadi :
k1A = K1A/K = 0,2500
k12 = K12/K = 0,1667
k2B = K2B/K = 0,2500
M 21
= 12 tm
M12
M1A
= -12 + 0 = -12 tm
2 =
M 21
M 2B
= 12 + 0 = 12 tm
Langkah 1
m11 = m10 + (-12 . m20) = 14,40 + (-0,2 . 14,400) = 11,520
m21 = m20 + (-21 . m21) = -14,40 + (-0,2 . 11,520) = -16,704
Langkah 2
m12 = m10 + (-12 . m21) = 14,40 + (-0,2 . -16,704) = 17,741
m22 = m20 + (-21 . m12) = -14,40 +(- 0,2 . 17,741 ) = -17,948
Langkah 3
m13 = m10 + (-12 . m22) = 14,40 + (-0,2 . -17,948) = 17,990
m23 = m20 + (-21 . m13) = -14,40 + (-0,2 . 17,990) = -17,998
Langkah 4
m14 = m10 + (-12 . m23) = 14,40 + (-0,2 . - 17,998)= 18,000
m24 = m20 + (-21 . m14) = -14,40 + (-0,2 . - 17,998)= -18,000
Langkah 5
m15 = m10 + (-12 . m24) = 14,40 + (-0,2 . -18,000) = 18,000
m25 = m20 + (-21 . m15) = -14,40 + (- 0,2 . 18,000 )= - 18,000
(-12)
= -9,000 tm
= 9,000 tm
) +
= 9,000 tm
) +
= -9,000 tm
( 2.0 + 18,000)
+ (0)
= 4,5000 tm
= -4,5000 tm
Catatan : Oleh karena pada suatu perletakan jepit tidak terjadi perputaran sudut,
maka besarnya nilai mA = mB = 0.
Diagram Fase Body Momen Struktur.
Reaksi Perletakan :
M1 = 0 ( tinjau batang 1 A )
HA = HA1 = (MA1 + M1A) / 4 = ( 4,500 + 9,00 ) / 4 = 3,375 ton ( arah ==)
M2 = 0 ( tinjau batang 2 B )
HB =HB2 = (MB2 + M2B) / 4 = ( 4,500 + 9,00 ) / 4 = 3,375 ton ( arah == )
M2 = 0 ( tinjau batang 1 2 )
V12 . 6 - P . 3 q L2 + M21 M12 = 0
V12 = (P . 3 + q L2 - M21 M12) / 6
V12 = (4 . 3 + . 3 . 62 - 9,000 + 9,000 ) / 6 = 11,000 ton
VA = VA1 = V12 = 11,000 ton
M1 = 0 ( tinjau batang 1 2 )
-V21 . 6 + P . 3 + q L2 + M21 M12 = 0
V21 = ( P . 3 + l/2 q L2 + M21 M12 ) / 6
V21 = ( 4 . 3 + . 3 . 62 + 9,000 - 9,000 ) / 6 = 11,000 ton
VB = VB2 = V21 = 11,000 ton
Catatan : Arah momen pada diagram freebody di atas sudah merupakan arah yang
sebenarnya, sehingga nilai momen yang digunakan dalam perhitungan sudah merupakan
nilai positif (+).
Contoh 2 :
Suatu
portal
dengan
struktur
dan
pembebanan yang simetris, seperti gambar
disamping, dengan masing-masing nilai /
angka-angka kekakuan batang (k) langsung
diberikan ( setelah faktor kekakuan Kab
dibagi dengan konstanta K )
k1A = k16 = k3C = k34 = 1
k12 = k23 = k65 = k54 = 0,75
k2B = k25 = 1,5
Hitunglah momen-momen ujung batang
dengan metoda takabeya.
Penyelesaian :
A. Menghitung momen-momen parsiil.
= 5,5
=9
= 5,5
= 3,5
=6
= 3,5
2B= 1,5/9
= 0,1818
= 0,1818
= 0,1364
= 0,1364
= 0,1818
= 0,2857
= 0,2500
= 0,1667
21 = 0,75 / 9 = 0,0833
23 = 0,75 / 9 = 0,0833
61 = 1/3,5 = 0,2857
34 = 1/5,5 = 0,1818
25 = 1,5 / 9 = 0,1667
45 = 0,75/3,5 = 0,2143
65 = 0,75/3,5 = 0,2143
54 = 0,75 /6 = 0,1250
56 = 0,75 /6 = 0,1250
M 23
M 32
M 54
M 45
m11 = + m10
= + (-12) (m20)
= + (-16) (m60)
= 2,2727
(-0,1364) ( 0 )
= 0
(-0,1818) ( 1,7857 ) = -0,3246
m11 = 1,9481
m21 = + m20
= + (-21) (m11)
= + (-23) (m30)
= + (-25) (m50)
= 0
(-0,0833) ( 1,9481 ) = -0,1623
(-0,0833) ( -2,2727 ) = 0,1893
(-0,1667) ( 0 )
= 0
1
m2 = 0,027
m31 = + m30
= + (-32) (m21)
= + (-34) (m40)
= -2,2727
(-0,1364) ( 0,027 ) = -0,0037
(-0,1818) ( -1,7857 ) = 0,3246
m31 = -1,9517
m41 = + m40
= + (-43) (m31)
= + (-45) (m50)
= -1,7857
(-0,2857) ( -1,9517 ) = 0,5576
(-0,2143) ( 0 )
= 0
1
m4 = -1,2281
m51 = + m50
= + (-54) (m41)
= + (-52) (m21)
= + (-56) (m60)
= 0
= 0,1535
= -0,0068
= -0,2232
= -0,0765
(-0,1250) ( -1,2281 )
(-0,2500) ( 0,0270 )
(-0,1250) ( 1,7857 )
m51
m61 = + m60
= + (-65) (m51)
= + (-61) (m11)
= 1,7857
(-0,2143) ( -0,0765 ) = 0,0164
(-0,2857) ( 1,9481 ) = -0,5566
m61 = 1,2455
=
=
=
=
=
=
=
=
=
m1
m11
m12
m13
m14
m15
m16
m17
m18
=
=
=
=
=
=
=
=
=
2.2727
1.9481
2.0426
2.0531
2.0545
2.0547
2.0548
2.0548
2.0548
0.0000
-0.0765
-0.0090
-0.0013
-0.0003
-0.0001
0.0000
0.0000
0.0000
m2
m21
m22
m23
m24
m25
m26
m27
m28
=
=
=
=
=
=
=
=
=
-0.1818
-0.2143 4
m40
m41
m42
m43
m44
m45
m46
m47
m48
=
=
=
=
=
=
=
=
=
-1.7857
-1.2281
-1.1836
-1.1959
-1.1982
-1.1986
-1.1986
-1.1986
-1.1986
m30
m31
m32
m33
m34
m35
m36
m37
m38
=
=
=
=
=
=
=
=
=
-2.2727
-1.9517
-2.0501
-2.0577
-2.0554
-2.0549
-2.0548
-2.0548
-2.0548
-0.1818
-0.0833 2 -0.0833
1 -0.1364
-0.1667
-0.1667
m50
m51
m52
m53
m54
m55
m56
m57
m58
-0.1818
1.7857
1.2455
1.2041
1.1994
1.1988
1.1987
1.1987
1.1986
1.1986
-0.1818
=
=
=
=
=
=
=
=
=
-0.2857
-0.1250 5 -0.1250
6 -0.2143
m60
m61
m62
m63
m64
m65
m66
m67
m68
-0.2500
-0.2857
-0.1364 3
0.0000
0.0270
0.0052
0.0013
0.0005
0.0001
0.0000
0.0000
0.0000
m28 = 0,0000
m58 = 0,0000
m38 = -2,0548
m68 = 1,1986
= 4,1096 tm
= -9,4178 tm
= 5,3082 tm
=
0 tm
=
0
tm
= 14,0411 tm
=-14,0411 tm
=
0
tm
=
0
tm
M2B
M21
M23
M25
= -4,1096 tm
= 9,4178 tm
=-5,3082 tm
=
0
tm
= -4,4520 tm
= 4,4520 tm
=
0
tm
=
0 tm
= -7,1490 tm
= 0
Titik. C
MC3 = kC3 (2mC(8) + m3(8)) + M C3 = 1 (2 . 0 + (-2,0548)) + 0
= -2,0548 tm
tm
Suatu struktur dengan pembebanan yang simetris dapat dianalisa sebagian dari
struktur tersebut berdasarkan sumbu simetrinya. Untuk analisa seperti ini, tergantung
apakah sumbu simetri dari struktur tersebut tepat berada pada tumpuan / kolom tengah
(bentangan genap) atau sumbu simetri berada pada bentangan tengah (bentangan ganjil).
Untuk struktur dengan bentang genap, persamaan-persamaan yang ada pada
halaman depan dapat digunakan sedangkan untuk struktur dengan bentangan ganjil,
persamaan yang ada tersebut, haruslah dikoreksi terutama pada hal-hal yang berhubungan
dengan bentangan tengah tersebut.
Berikut ini diperlihatkan satu contoh struktur dengan bentangan ganjil, angkaangka kekakuan batang langsung pada masing-masing batang pada gambar di bawah ini.
Untuk dapat memahami analisa seperti ini, coba perhatikan langkah-langkah penyelesaian
yang akan diuraikan sebagai berikut :
Contoh. 3 :
= -1/12 . q . L2 = -1/12 . 3 . 42 = -4 tm
M 21
=4
tm
M 23
= -1/8 P. L
= -1/8 . 4 . 3 = -1,5 tm
M 321
=1,5
tm
5. Hitung Jumlah momen primer tiap titik hubung
( )
1 =
M12
2 =
M 21
M1A
M 2B
= -4 + 0 = -4 tm
+
M 23
= 4 + 0+ (-1,5) = 2,5 tm
= -0,3846 tm
Langkah 1
m11 = m10 + (-12 . m20) = 0,800 + (-0,3 .(-0,3846)) = 0,91538
m21 = m20 + (-21 . m11) =-0,3846 + (-0,231 .0,91538)
= -0,59605
Langkah 2
m12 = m10 + (-12 . m21) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,59605))
= 0,97882
= -0,61071
Langkah 3
m13 = m10 + (-12 . m22) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61071))
m23 = m20 + (-21 . m13) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98321)
Langkah 4
m14 = m10 + (-12 . m23) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61071))
m24 = m20 + (-21 . m14) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98351)
Langkah 5
m15 = m10 + (-12 . m24) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61179))
m25 = m20 + (-21 . m15) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98354)
Langkah 6
m16 = m10 + (-12 . m25) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61180))
m26 = m20 + (-21 . m16) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98354)
Langkah 7
m17 = m10 + (-12 . m26) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61180))
m27 = m20 + (-21 . m17) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98354)
C. Perhitungan Momen Akhir (design moment)
= 0,98321
= -0,61172
= 0,98321
= -0,61179
= 0,98354
= -0,61180
= 0,98354
= -0,61180
= 0,98354
= -0,61180
Titik. 1
M1A = k1A (2m1(7) + mA(7) + M1A = 1 (2 . 0,98354 + 0) + 0
= 1,96708tm
(7)
(7)
M12 = k12(2m1 + m2 + M12 =1,5(2 .0,98354+(-0,61180)+(-4) = -1,96708 tm
M = 0
tm
Titik. 2
M21 = k21(2m2(7) + m1(7) + M 21 = 1,5 (2 .(0,6118)+ 098354) + 4 = 3,63991 tm
M2B = k2B (2m2(7) + mB(7) + M 2 B = 1 (2 . (-0,6118) + 0) + 0
= -1,22360 tm
(7)
M23 = k23 (m2 + M 23
= 1,5 (-0,6118) + (-1,5)
= -2,41770 tm
M
= -0,00139 tm
Pada titik 2 perlu koreksi momen sebagai berikut:
M21 = 3,63991 (1,5 / 4) . (-0,00139) = 3,64043
M2B =-1,22360 (1 / 4) . (-0,00139) = -1,22325
M23 =-2,41770 (1,5 / 4) . (-0,00139) = -2,41718
=0
tm
m..
Coba perhatikan portal (gambar.2.4), dengan freebody tingkat atas dan bawah pada gambar
2.4a dan 2.4b berikut ini :
Gambar. 2.4
Dari freebody pada gbr 2.4a dan 2.4b, diperoleh persamaan sebagai
berikut :
Freebody 4-5-6 H=0 W1 = H4+ H5+ H6 ----- Pers. 2.11
M 61
+ h1 . H6 = 0 ----- Pers. 2.12
M
16
Freebody 1-6 M6 = 0
M 52
+ h1 . H5 = 0 ----- Pers. 2.13
M 25
Freebody 2-5 M5 = 0
M 43
Freebody 3-4 M4 = 0
+ h1 . H4 = 0 ----- Pers. 2.14
M 34
+
+
+ h1 . (W1) = 0
M
M
M
16 25 34
M 61
M 43
k 16
2 m I k 25
k
34
= -h1 (W1)
(3k16){m1 m6
+
--- (3k25){m2 m5
(3k ){m m
34 3 4
Pers. 2.17
Jika :
k 16
2 k 25
k
34
TI
3k 16
TI
= t16
dan
3k 25
TI
3k 34
TI
= t25
= t34
h 1{W1}
TI
( t 16 ) {m1 m 6 }
( t 25 ) {m 2 m 5 }
( t 34 ) {m 3 m 4 }
mI
(0)
h 1{W1}
TI
Dengan cara yang sama ( lihat gambar 2.4c ), maka persamaan momen displacement untuk
tingkat bawah akan diperoleh :
k 1A
2 m II k 2 B
k
3C
Jika :
(3k1A ){m1 mA
= -h (W +W )+ (3k ) {m m
2B 2 B
(3k ){m m
3C 3 C
2
-----
Pers. 2.21
3k 1A
TII
k 1A
2 k 2B
k
3C
= TII
dan
= t1A
3k 2 B
TII
3k 3C
TII
= t2B
--------
Pers. 2.22
= t3C
( t
m II =
) {m m }
1A
1
A
h 2 {W1 W2 }
( t 2 B ) {m 2 m B } ------ Persamaan
TII
( t 3C ) {m 3 m C }
2.23
m II
(0)
h 2 {W1 W2 }
TII
3 = 5,5
4 = 3,5
5 = 6
6 = 3,5
-12,5 tm
M 21 = 12,5 tm
M 23 =
-12,5 tm
M 32 = 12,5 tm
1 = -12,5
2 = 0
3 = 12,5
4 = 6,25
m10 = 2,2727
m20 = 0
m30 = -2,2727
m40 = -1,7857
3C = 0,1818
32 = 0,1364
34 = 0,1818
M 65 =
-6,25 tm
M 56 = 6,25 tm
5 = 0
6 = -6,25
m50 = 0
m60 = 1,7857
M 54 =
-6,25 tm
M 45 = 6,25 tm
B. Momen Displacement.
= + (-12) ( m 2 )
(-0,1818) (-1,8286)
= 2,27270
= 0,33244
(-0,1364) (0)
= 0
= + (-16) ( m 6 + m I )
m21 = + m20
1
= + (-21) ( m1 )
0
= + (-2B) ( m II )
= + (-23) ( m 3
0
0
= + (-25) ( m 5 + m I )
m31 = + m30
1
= + (-32) ( m 2 )
0
= + (-3C) ( m II )
0
= + (-34) ( m 4 + m I )
= 0
= -0,20035
(-0,1667) (-1,8286)
= 0,30482
(-0,0833) (-2,2727)
= 0,18932
(-0,1667) {0 +(-0,6857)}
m21
(-0,1364) (0,40810)
(-0,1818) (-1,8286)
= 0,33244
m4 = + m4
1
0
= + (-43) ( m 3 + m I )
0
= + (-45) ( m 5 )
m41
= + (-52) ( m 2 + m I )
0
= + (-56) ( m 6 )
(-0,1250) (-1,14792)
(-0,2500) {(0,40810) + (-0,6857)}
= 0,06940
(-0,1250) (1,7857)
m5
m6 = + m6
1
= + (-65) ( m 5 )
1
= -0,22321
= -0,01032
= 1,78570
= 0,00221
(-0,2143) (-0,01032)
= + (-61) ( m1 + m I )
= 0
= -1,14792
= 0
= -0,14349
= 0,44930
= -1,54662
= -1,78570
= 0,63777
m51 = + m50
1
= + (-54) ( m 4 )
= -0,11431
= 0,40810
= 2,27270
= -0,05566
m3
1
= -0,19998
= 2,40516
= -0,49125
= 1,29666
= -0,68570
+(-t16) ( m + m ) = (-0,4286)(2,40516 +1,29666) = -1,58660
+(-t25) ( m + m51 ) = (-0,6429)(0,40810 - 0,01032) = -0,25573
+(-t34) ( m31 + m 41 ) = (-0,4286) -1,54662 - 1,14792) = 1,15488
= -1,37315
1
1
1
2
1
6
= -0,82860
= -1,03085
= -0,26237
= 0,66288
= -2,45894
Setelah pemberesan momen displacement pada langkah ke-l selesai, maka dilanjutkan
kembali dengan rotasi momen parsiil pada langkah ke-2. Seperti pada langkah-1 yang
dimulai dari titik 1 ke titik 2, 3, 4, 5 dan titik 6 kemudian pemberesan momen displacement
kembali dilakukan untuk langkah ke-2 . Demikian seterusnya sampai dicapai hasil yang
konvergen, seperti yang diperlihatkan pada skema perhitungan pada halaman berikut ini.
Catatan :
Sebenarnya, pemberesan rotasi momen parsiil dan rotasi momen displacemen
tingkat, tidak perlu dilakukan sampai hasil yang betul-betul konvergen, akan tetapi apabila
sudah mendekati tingkat konvergensi, maka rotasi momen sudah dapat dihentikan. Adapun
mengenai tidak tercapainya keseimbangan momen pada suatu titik kumpul, kita akan
lakukan koreksi momen dan mendistribusikannya ke batang-batang bersangkutan.
Perhitungan secara skematis dilakukan sesuai dengan rumusan yang telah dijelaskan/ diuraikan
m41 = -1.14792
m53 = 0.24751
m43 = -0.90842
m64 = 1.51782
m54 = 0.28398
m44 = -0.86901
m65 = 1.54446
m55 = 0.30162
m45 = -0.84774
m66 = 1.55802
m56 = 0.31036
m46 = -0.83674
m67 = 1.56488
m57 = 0.31472
-0.4286
m63 = 1.46663
-0.6429
m42 = -0.97924
m47 = -0.83115
m58 = 0.31689
m69 = 1.57005
m59 = 0.31799
m49 = -0.82692
m610 = 1.57092
m510 = 0.31853
m410 = -0.82621
m611 = 1.57136
m511 = 0.31880
m411 = -0.82586
m612 = 1.57157
m512 = 0.31894
m412 = -0.82568
m614 = 1.57174
m513 = 0.31901
m514 = 0.31904
m515 = 0.31906
-0.1667
m48 = -0.82834
m413 = -0.82559
m414 = -0.82555
m415 = -0.82553
-0.1818
m613 = 1.57168
-0.1818
m68 = 1.56832
m416 = -0.82551
3 m417 = -0.82551
m518 = 0.31908
m418 = -0.82551
m619 = 1.57179
m519 = 0.31908
m419 = -0.82550
m620 = 1.57179
m520 = 0.31908
m420 = -0.82550
m10 = 2.27270
m20 = 0.00000
m30 = -2.27270
m11 = 2.40516
m21 = 0.40810
m31 = -1.54662
m12 = 2.67797
m13 = 2.77579
m22 = 0.54629
m23 = 0.62023
-0.4286
m618 = 1.57179
-0.6429
-0.4286
m40 = -1.78570
m52 = 0.16704
m616 = 1.57178
m516 = 0.31907
1 -0.1364
-0.136
m617 = 1.57179 -0.0833 2 -0.0833m517 = 0.31907
-0.2857
-0.2500
m51 =-0.01032
m62 = 1.37711
m615 = 1.57176
m II = -1.82860
1
m II = -2.45894
2
m II = -2.70961
3
m II = -2.83788
4
m II = -2.90224
5
m II = -2.93432
6
m II = -2.95033
7
m II = -2.95834
8
m II = -2.96235
9
m II = -2.96435
m61 = 1.29666
-0.1667
-0.1818
-0.4286
-0.1818
m I = -0.68570
1
m I = -1.37315
2
m I = -1.84463
3
m I = -2.09335
4
m I = -2.21999
5
m I = -2.28394
6
m I = -2.31610
7
m I = -2.33225
8
m I = -2.34034
9
m I = -2.34439
10
m I = -2.34642
11
m I = -2.34744
12
m I = -2.34795
13
m I = -2.34821
14
m I = -2.34833
15
m I = -2.34840
16
m I = -2.34843
17
m I = -2.34845
18
m I = -2.34845
19
m I = -2.34846
20
m I = -2.34846
-0.2857
m32 = -1.44185
m33 = -1.35131
m14 = 2.81797
m24 = 0.65860
m34 = -1.30089
m15 = 2.83815
m25 = 0.67848
m35 = -1.27604
m16 = 2.84805
m26 = 0.68865
m36 = -1.26383
m17 = 2.85296
m27 = 0.69380
m37 = -1.25778
m18 = 2.85540
m28 = 0.69640
m38 = -1.25476
m19 = 2.85662
m29 = 0.67770
m39 = -1.25325
m10II
m3
10
11
m12II
12
m II
13
m14II
14
m15II
15
m II
16
m17II
17
m18II
18
m II
19
m20II
20
m3
m313
m3
m3
m316
m3
m3
m319
m3
m110 = 2.85723
m210 = 0.69835
= -2.96586
m111 = 2.85753
m211 = 0.69867
= -2.96611
m112 = 2.85769
m212 = 0.69884
= -2.96624
m113 = 2.85776
m213 = 0.69892
= -2.96630
m114 = 2.85780
m214 = 0.69896
= -2.99634
m115 = 2.85782
m215 = 0.69898
= -2.96635
m116 = 2.85783
m216 = 0.69899
= -2.96636
m117 = 2.85784
m217 = 0.69900
= -2.96636
m118 = 2.85784
m218 = 0.69900
= -2.96637
m119 = 2.85784
m219 = 0.69900
= -2.96637
m120 = 2.85784
m220 =
= -1.25249
m11II
m3
= -2.96536
= -1.25211
= -1.25192
= -1.25183
= -1.25178
= -1.25176
= -1.25174
= -1.25174
= -1.25173
= -1.25173
= -1.25173
0.69900
m220 = 0,69900
m320 = -1,25173
m420 = -0,82550
m520 = 0,31908
m620 = 1,57179
m I = -2,34846
1
m II = -2,96637
Titik. 1
M1A = k1A (2m1(20) + m II ( 20) ) + M1A
= 1 {(2 . 2,85784 + (-2,96637)} + 0
= 2,74931 tm
(20)
(20)
M12 = k12 (2m1 + m2 ) + M12
= 0,75 (2 . 2,85784 +0,699) + (12,50)
= -7,68899 tm
( 20 )
(20)
(20)
M16 = k16 (2m1 + m6 ) + m I + M16
= 1 {(2 .+ 2,85784 + 1,57179+(-2,348646)}0 = 4,93901 tm
M= 0,00067 tm
Titik. 2
M21 = k21 (2m2(20) + m1( 20) ) + M 21
= 0,75 {2 . 0,699+2,85784}+ 12,50
= 15,69188 tm
( 20 )
(20)
M2B = k2B (2m2 + m II ) + M 2 B
= 1,5 {2 . 0,699+(-2,96637)} + 0
= -2,35256 tm
(20)
(20)
M23 = k23 (2m2 + m3 ) + M 23
= 0,75 {2 . 0,699+(-1,25173)}+(-12,50)
= -12,39030 tm
( 20 )
(20)
(20)
M25 = k25 (2m2 + m5 ) + m1 )+ M 25
= 1,5 {2 . 0,699+0,31908+(-2,34846)}+0
= -0,94707 tm
M = 0,00195 tm
Titik. 3
M3C = k3C (2m3(20) + m II ( 20) ) + M 3C
= 1 {2(-1,25173)+(- 2,96637)} + 0
= -5,46983 tm
(20)
(20
M32 = k32 (2m3 +m2 ) + M 32
= 0,75 {2 (-1,25173)+0,699} + 12,50
= 11,14666 tm
( 20 )
(20)
(20)
M34 = k34 (2m3 + m4 + m I )+ M 34
= 1{2(-1,25173)+(-0,82550)+(-2,34846)}+0 = -5,67742 tm
M = -0,00059 tm
Titik. 4
M43 = k43 (2m4(20) + m3(20) + m1( 20) )+ M 43
= 1 {2(-0,8255)+(- 1,25173) +(-2,34846)}+0 = -5,25119 tm
M45 = k45 (2m4(20)+m5(20) + M 45
= 0,75 {2 (-0,8255)+0,31908} + 6,25
= 5,25106 tm
M = -0,00013 tm
Titik. 5
M52 = k52(2m5(20) + m2(20) + m I ( 20) )+ M 52
= 1,5{2.0,31908+0,699+(-2,34846)}+ 0
= -1,51695 tm
(20)
(20
M54 = k54 (2m5 +m4 ) + M 54
= 0,75 {2 .0,31908)+(-0,8255)}+(-6,25)
= -6,39051 tm
(20)
(20
M56 = k56 (2m5 +m6 ) + M 56
= 0,75 {2 .0,31908)+1,57179) + 6,25
= 7,90746 tm
M = 0,00000 tm
Titik. 6
M61 = k61(2m6(20) + m1(20) + m I ( 20) )+ M 61
= 1{2.1,57179+2,85784+(-2,34846)}+ 0
= 3,65296 tm
(20)
(20
M65 = k65 (2m6 +m5 ) + M 65
= 0,75 {2 .1,57179 +0,31908)+(-6,25)
= -3,65300 tm
M = -0,00004 tm
Dengan M yang relatif kecil sekali, maka pada dasarnya momen-momen ujung tersebut di
atas tidak perlu dikoreksi ======= M 0
Titik. A
MA1 = kA1 (2mA(20) + m1(20) +
m II
( 20 )
tm
Titik. B
MB2 = kB2 (2mB(20) + m2(20) +
m II
( 20 )
Titik. C
MC3 = kC3 (2mC(20) +m3(20) + m II ( 20 ) + M C 3 = 1{2.0 +(-1,25173)+(-2,96637)}+0 = -4,21810
tm
Gambar diagram freebody moment
Kontrol H = 0
-1/h2
M 1A M 2 B M 3C
M A1 MB2 MC3
- (W1 + W2)
=0
-1/4
- (1,2 + 2)
=0
=0
0,00019
0 Ok
Disamping itu, untuk batang yang ujungnya berupa sendi, dimana ada momen primer, maka
pada perletakan sendi tersebut dianggap sebagai perletakan jepit dan momen-momen
primernya disebut M '
Sebagai contoh:
Sehingga
M A1 =
-1/12 . q . L2
M 1A
= 1/12 . q . L2
M '1A = M 1A - M A1
M '1A
M 1X
+ M1Y +
M 1Z
M '1A
untuk balok
: faktor sendi.
Sebagai contoh analisa, pada halaman berikut ini diberikan suatu contoh struktur portal
dengan sokongan sendi dengan penyelesaiannya.
Contoh. 5
diketahui :
W1 = W2 = 1,2 t
kA1 = k14 = kB2 = k23 = 1
k12 = k34 = 0,75
h1 = h2 = 4 m
L =5m
Penyelesaian:
A. Menghitung momen-momen parsiil.
43=k43/4 0,751/3,5=0,2143
41= k41/4 = 1/3,5 = 0,2857
M 21 =
12,5 tm
M 34 = 6,25 tm
B. Momen Displacement.
Tingkat atas
TI = 2 (k14 + k23) = 2 (1+1) = 4
0
t14 = 3 k14 / TI = 3 . 1/4 = 0,75
m I = -(W1.h1) / TI
t23 = 3 k23 / TI = 3 . 1/4 = 0,75
= -(1,2 . 4) / 4
= -1,2
Tingkat bawah
Pemberesan momen parsiil langkah 1 dimulai dari titik (1) ke titik (2), (3), (4) dan
dilanjutkan dengan pemberesan momen displacement langkah 1. Berikut ini
pemberesan momen parsiil langkah 1.
m11
m21
m31
m31
= + m10
= + (-1A) (mII0)
= + (-12) (m20)
= + (-14) (m40 +mI0)
(-0,1818) (-3,84)
(-0,1364) (-2,5)
(-0,1818) {1,7857 + (-1,2)}
m11
= + m20
= + (-21) (m11)
= + (-2B) (mII0)
= + (-23) (m30 +mI0)
m21
= -2,5000
= -0,4808
= 0,3840
= 0,5971
= -1,9997
= -1,7857
= 0,9142
= -0,3827
= -1,2542
(-0,2143) (-1,2542)
(-0,2857) (3,2053 + (-1,2))
m41
= 1,7857
= 0,2688
= -0,5729
= 1,4816
(-0,15) (3,2053)
(-0,10) (-3,84)
(-0,20) (-1,7857 + (-1,2))
= + m30
= + (-32) (m21 + mI0)
= + (-34) (m40)
= + m40
= + (-43) (m31)
= + (-41) (m11) + (mI0)
= 2,2727
= 0,6981
= 0,3410
= -0,1065
= 3,2053
= -1,2
= -3,5151
= 2,4404
mI1
= -2,2747
= -3,84
+ (-t1A) (m11)
(-1,2) (3,2053)
= -3,8464
+ (-t2B) (m21)
(-0,6) (-1,9997)
= 1,1998
mI1
= -6,4866
m4
m4
m4
m4
m4
m4
m4
11
m4
12
m4
13
m4
14
m4
-0.1818
15
m4
16
m4
17
m4
18
-0.1818
m4
19
m4
1 -0.1364 20
m4
21
11
m4
10
m II = -3.8400
1
m II = -6.4866
2
m II = -7.4472
3
m II = -7.9213
4
m II = -8.1664
5
m II = -8.2953
6
m II = -8.3634
7
m II = -8.3995
8
m II = -8.4186
9
m II = -8.4287
10
m II
10
m II
-0.2857
= -0.6306
= -0.5678
= -0.5346
= -0.5170
= -0.5077
= -0.5028
10
= -0.5002
11
= -0.4988
12
= -0.4981
13
= -0.4977
14
= -0.4975
15
= -0.4973
16
= -0.4973
17
= -0.4973
18
= -0.4972
19
= -0.4972
20
= -0.4972
21
m3
= 1.8619
m3
= 1.9017
m3
= 1.9237
m3
= 1.9356
= 1.9420
= 1.9454
m3
m3
m3
= 1.9472
m3
= 1.9482
m3
= 1.9487
m3
= 1.9490
m3
= 1.9491
m3
= 1.9492
= 1.9492
m3
m3
= 1.9493
m3
-0.15
m3
m3
= -0.4972
m10
= 2.2727
m20
= -2.5000
= 3.2053
= -1.9997
= -1.7259
= -1.5412
= -1.4321
= -1.3692
= -1.3341
= -1.3148
= -1.3045
= -1.2989
m1
10
4.4764
m111
4.4780
m1
m1
m1
m1
m1
m1
m1
m1
m2
= 3.8689
m2
= 4.1716
m2
= 4.3213
= 4.3973
= 4.4366
m2
m2
m2
= 4.4570
m2
= 4.4677
m2
= 4.4734
m2
= -8.4341
= -1.2960
= -8.4369
= -1.2944
= -0.7491
m3
m211
= -0.9602
m3
= 1.7921
= 1.9493
= -1.2542
m3
m3
= 1.6798
= 1.9493
= -1.7857
= 1.9493
m1
-1.2
= 1.5360
m30
m4
m2
-0.6
-0.75
m4
= 1.4816
-0.214
-0.75
= 1.7857
-0.2
m40
4 -0.2143 1
m4
-0.1
-0.2857
m I = -1.2000
1
m I = -2.2747
2
m I = -3.2391
3
m I = -3.8709
4
m I = -4.2381
5
m I = -4.4417
6
m I = -4.5522
7
m I = -4.6116
8
m I = -4.6434
9
m I = -4.6603
10
m I = -4.6692
11
m I = -4.6740
12
m I = -4.6765
13
m I = -4.6779
14
m I = -4.6786
15
m I = -4.6790
16
m I = -4.6792
17
m I = -4.6793
18
m I = -4.6793
19
m I = -4.6794
20
m I = -4.6794
21
m I = -4.6794
m II
12
m II
13
m II
14
m II
15
m II
16
m II
17
m II
18
m II
19
m II
20
m II
21
m212
m213
14
m2
15
m2
16
m2
m217
m218
m219
20
m2
m2
21
= -8.4384
= -1.2936
= -8.4392
= -1.2931
= -8.4397
= -1.2929
= -8.4399
= -1.2928
= -8.4400
= -1.2927
= -8.4401
= -1.2927
= -8.4401
= -1.2926
= -8.4401
= -1.2926
= -8.4401
= -1.2926
= -8.4401
= -1.2926
m112
4.4788
m113
4.4793
m114
4.4795
m115
4.4796
m116
4.4797
m117
4.4797
m118
4.4797
m119
4.4798
m120
4.4798
m121
4.4798
m120 = 4,4798
m320 = -0,4972
m220 = -1,2926
m420 = 1,9493
mI20 = -4,6794
mII20 = -8,4401
Titik. 1
M1A= k1A (2m1(20)) + m II ( 20) = 1{2.4,4798+(-8,4401)} = 0,5195 tm
( 20 )
M12 = k12 (2m1(20)) + m 2 ) + M12
= 0,75 {2. 4,4798+(-l,2926)}+(-12,50)
= -6,7498 tm
( 20 )
( 20 )
(20)
M14 = k14 (2m1 ) + m 4 ) + M I
= 1{2. 4,4798+l,9493+(-4,6794)}
= 6,2295 tm
M
= -0,0008 tm
Titik. 2
M2B= k2B (3/2m2(20)) + m II ( 20 ) = 1 {3/2(-1,2926) + (1/2.-8,4401)}
= -6,1590 tm
( 20 )
(20)
M21= k21 (2m2 ) + m1 ) + M 21
= 0,75 {2.(-1,2926) + 4,4798} + 12,50
= -6,7498 tm
( 20 )
( 20 )
(20)
M23 = k23 (2m2 ) + m 3 ) + M I
= 1{2.(-1,2926) +(-0,4972)+(-4,6794)}
= -7,7618 tm
M = 0,0002 tm
Titik. 3
M32 = k3 (2m3(20)) + m2(20) + m I ( 20)
= 1 (2.-0,4972 + -1,2926 + -4,6794
( 20 )
M3 4= k3 (2m2(20)) + m 4 ) + M 34
= 0,75 {2.-0,4972 + 1,9493) + 6,25
Titik. 4
M41 = k41 (2m4(20)) + m1(20) + m I ( 20)
= 1 (2.1,9493 + 4,4798 + -4,6794
( 20 )
M43 = k43 (2m4(20)) + m 3 ) + M 43
= 0,75 {2. 1,9493 + -0,4972) + -6,25
= -6,9664 tm
= 6,9662 tm
M = -0,0002 tm
= 3,6990 tm
= -3,6990 tm
M = 0,0000 tm
Dengan AM yang relatif kecil sekali, maka pada dasarnya momen momen ujung tersebut di
atas tidak perlu dikoreksi =======M 0
Titik A
MA1 = kA1 (m1(20)+ m II ( 20) ) = 1{4,4798+(-8,4401)}= -3,9604 tm
MB2 = 0 ( perletakan sendi)
Kontrol H = 0
-1/h2
-1/4
M1A M2B
M A1 MB2
0,5195 6,1590
3,9604 0
- (-W1 + W2) = 0
- (1,2 + 1,2) = 0
-0,25{(-3,4409+(-6,1590}- (2,4) = 0
Gambar diagram freebody
0,00019
0 Ok
2.4 RANGKUMAN
Dari pembahasan rumusan - rumusan dasar berikut contoh - contoh soal dan
penyelesaiannya, baik untuk konstruksi portal dengan titik hubung yang tetap maupun
konstruksi portal dengan titik hubung yang bergerak ( pergoyangan ), dapat diambil suatu
kesimpulan mengenai langkah-langkah perhitungan penyelesaian suatu portal sebagai
berikut:
2.4.1 Portal dengan titik hubung yang tetap
Langkah-langkah perhitungan / penyelesaian
A. Menentukan Momen Parsiil.
1. Menghitung angka kekakuan batang ( k).
2. Menghitung nilai p masing - masing titik hubung.
3. Menghitung nilai koefisien untuk rotasi momen parsiil () masing - masing batang.
4. Menghitung momen-momen primer ( M ) masing - masing batang.
5. Menghitung jumlah momen primer ( ) pada masing - masing titik hubung.
6. Menghitung momen rotasi awal ( m0 ) pada masing - masing titik hubung.
B. Pemberesan Momen Parsiil.
Pemberesan momen parsiil dilakukan secara berurutan pada setiap langkah demi
langkah pemberesan dan dihentikan setelah mencapai hasil yang konvergen.
C. Menghitung Momen Akhir (Design Moment).
2. 4. 2 Portal dengan titik hubung yang bergerak (pergoyangan)
Langkah-langkah perhitungan / penyelesaian
A. Menentukan Momen parsiil.
1. Menghitung angka kekakuan batang (k).
2. Menghitung nilai p masing - masing titik hubung.
3. Menghitung nilai koefisien untuk rotasi momen parsiil ( ) masing - masing batang.
4. Menghitung momen-momen primer ( M ) masing - masing batang.
5. Menghitung jumlah momen primer ( ) pada masing - masing titik hubung.
6. Menghitung momen rotasi awal (m0) pada masing - masing titik hubung.
B. Menghitung Momen Displacement ( m ..).
1. Menghitung kekakuan tingkat (T...).
2. Menghitung koefisien rotasi tingkat (t...) pada masing - masing kolom.
3. Menghitung Momen Displacement awal tingkat ( m ...0).
C. Pemberesan Momen Parsiil dan Momen Displacement.
Pemberesan momen parsiil dilakukan secara berurutan pada setiap langkah demi
langkah pemberesan dan dihentikan setelah mencapai hasil yang konvergen. Pemberesan
momen displacement dilakukan setiap selesai satu langkah pemberesan momen parsiil.
D. Menghitung Momen Akhir (Design Moment).
E. Kontrol gaya - gaya horizontal ======H = 0
BAB. Ill
PERSAMAAN TIGA MOMEN
3.1 PENDAHULUAN.
Persamaan tiga momen ditemukan oleh Clapeyron pada tahun 1857. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara momen lentur pada tiga perletakan yang berurutan dari suatu
konstruksi balok menerus yang menerima beban luar tertentu pada masing-masing
bentangnya, dengan atau tanpa terjadinya sattlement yang tidak merata pada masingmasing tumpuan atau perletakan.
Persamaan tiga momen ini dapat berlaku untuk semua kemungkinan-kemungkinan
pada struktur seperti : momen lembam dari suatu struktur yang tidak merata (berbeda-beda)
pada masing-masing bentang, beban luar yang berbeda-beda serta ukuran panjang dari
bentangan yang bervariasi.
3.2 KONDISI UJUNG SENDI
Penurunan Rumus.
Persamaan tiga momen dari suatu struktur balok menerus dapat diturunkan dengan
dasar asumsi bahwa pada masing-masing bentang dari suatu struktur balok menerus
dianggap struktur balok sederhana yang terletak di atas dua tumpuan atau perletakan sendi,
sehingga besarnya momen pada bentang tersebut dapat ditentukan dan besarnya luasan
momen yang terjadi pada masing-masing bentang dapat diketahui.
Gambar, 3. la
Gambar. 3. 1b
Gambar. 3. 1c
Gambar 3.1 pada halaman depan memperlihatkan saiah satu contoh struktur balok
menerus dengan beban terbagi rata q , terletak di atas tiga tumpuan sendi. Gambar bidang
momen Al dan A2 pada masing-masing bentang dengan asumsi tiap bentang terletak di alas
dua tumpuan sendi dengan jarak luasan bidang momen ke titik peninjauan (tumpuan tepi)
sebesar al dan a2 diperlihatkan pada gambar 3.1b. Gambar 3.1c memperlihatkan terjadinya
suatu sattlement yang tidak merata dari struktur balok menerus ABC sehingga tumpuan /
perletakan A dan C terletak lebih tinggi di atas tumpuan / perletakan B.
Jika MA, MB dan MC masing-masing merupakan momen yang terjadi pada tumpuan
A, B dan C, maka dapat diturunkan dari suatu kondisi bahwa balok menerus tersebut adalah
menerus di tumpuan / titik B. Atau garis singgung di titik B pada garis elastika BA
terletak segaris lurus dengan garis singgung garis singgung di titik B pada garis
elastika BC (gambar. 3.1c). Berdasarkan kondisi kontinuitas tersebut, diperoleh persamaan
bahwa :
A ' A"
L1
C ' C"
L 2
.. Persamaan 3.1
Dimana:
A A : hA - A A
: hA - Defleksi di titik A dari garis singgung di titik B
: hA - (1/EI1)[A1.a1 + MA.Ll (l/3L1) + MB. L1 (2/3L1)]
dan
C C : C C hC
: Defleksi di titik C dari garis singgung di titik B hC
: (1/EI2) [ A2.a2 + MC.L2 (1/3 L2) + MB. L2 (2/3 L2) ] - hC
subtitusi persamaan 3.2 dan 3.3 ke dalam persamaan 3.1 sehingga diperoleh :
A1 .a 1
M A .L1 M B .L1 A 2 .a 2 M C .L 2 M B .L 2 H A
H
C
EI1 L1
6EI1
3EI1
EI1L1
6EI 2
3EI 2
L1
L2
. Persamaan 3.4
Jika ke-dua ruas dikalikan dengan 6E, maka :
I1 L1
I1
I1
I2L2
I2
I2
L1
L2
MA
L1
L L
+2MB 1 2 +MC
I1
I1 I 2
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2 6H A 6H C
=+
+
I2
I1 L1
I2L2
L1
L2
Persamaan 3.5
Jika struktur tersebut hanya menerima beban luar saja dan tanpa mengalami sattlement pada
salah satu perletakannya, maka persamaan tiga momen akan menjadi :
MA
L1
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2
L L
+2MB 1 2 +MC
=I1
I2
I1 L1
I2L2
I1 I 2
... Persamaan
3.6
Dimana :
MA, MB, MC
L1, L2
I1, I2
A1, A2
A1, a2
6A 1a 1 6A 2 a 2
L1
L2
.. Persamaan 3.7
Untuk suatu struktur balok menerus dengan pola pembebanan yang tidak umum
dijumpai atau pola pembanan yang sedemikian hingga luas bidang momen (A) dan jarak
titik pusat bidang momen (a) sangat sukar untuk ditentukan. Untuk hal tersebut, Persamaan
tiga momen dari Clapeyron dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
MA.L1 + 2MB (L1+L2) + M3 . L2 = - . L1 - . L2
.. Persamaan 3.8
Dimana:
dan
Gambar. 3.2a
Gambar. 3.2 b
Persamaan tiga momen pada kasus yang diperlihatkan pada gambar. 3.2a adalah
sebagai berikut:
Untuk bentang A0 A dan A B :
MA0
L0
L
6A 0 a 0 6A 1a 1
L 0 L1
+ME 1 =+2MA
I0
I1
I0L0
I1 L 1
I 0 I1
.. Persamaan 3.9
L1
L1
6A 1a 1
+ MB
=I1
I1
I1 L 1
.. Persamaan 3.10
L1
L2
6 A 1a 1 6A 2 a 2
L L
+2MB 1 2 +MC
=I1
I2
I1 L 1
I2L2
I1 I 2
.. Persamaan 3.11
Nilai MC = 0
Sehingga Persamaan 3. 11 menjadi:
MA
L1
6 A 1a 1 6A 2 a 2
L L
+2MB 1 2 = I1
I1 L 1
I2L2
I1 I 2
.. Persamaan 3.12
Subtitusi persamaan 3.10 dengan persamaan 3.12, akan diperoleh besarnya nilai MA dan MB
Contoh. 1
Gambar.3.3a pada halaman berikut ini, diperlihatkan suatu struktur balok sederhana
statis tak tentu. Balok tersebut dibebani dengan beban q sebesar 6 t/m, bentang imajiner
A0 A dan B B0 diperlihatkan pada gambar.3. 3b. dan besarnya momen lapangan dan luas
bidang momen yang timbul dengan asumsi struktur tersebut merupakan struktur balok
sederhana statis tertentu yang terletak di atas dua perletakan sendi ( A dan B ) diperlihatkan
pada gambar.3.3c.
Untuk analisa besarnya momen ujung yang timbul berdasarkan persamaan tiga
momen dikerjakan sebagai berikut :
Gambar. 3. 3a
Gambar. 3. 3b
Gambar. 3. 3c
Momen lapangan AB = 1/8 q L12 = 1/8 . 6 . 62 = 27,00 tm
Luas bidang momen (A1) = 2/3 . L1 . M = 2/3 . 6 . 27 = 108 tm2
Jarak luas bidang momen ke titik tumpuan (a1) = L1 = 6 = 3 m
Persamaan tiga momen untuk bentang A0 A dan A B adalah :
MA0
L0
L
6A 0 a 0 6A 1a 1
L 0 L1
+MB 1 =+2MA
I0
I1
I0L0
I1 L 1
I 0 I1
+ MB . 6 = - 6. 108. 3 / 6
2MA + MB = - 54
L1
L0
6 A 1a 1 6 A 0 a 0
L L0
+2MB 1 +MB0
=I1
I0
I1 L 1
I0 L0
I1 I 0
+ 2MB . 6 = - 6. 108. 3 / 6
MA + 2MB = - 54
MA + 2MB = - 54
3M
= -54
==== MA = -18 tm
dan ==== MB = -18 tm
Persamaan tiga momen dari Clapeyron untuk soal di atas, dapat juga dihitung
dengan menggunakan tabel pada lampiran 3a s/d 3c. Sebagai berikut:
Persamaan tiga momen untuk bentang A0 A dan A B adalah :
MA0.L0 + 2MA (L0+L1) + MB . L1 = - . L0 - . L1 === MA0 dan L0 = 0
Sehingga:
2MA . L1 + MB . L1 = - . L1 ===== Tabel : = qL2 / 4 = 6 . 62 / 4 = 54
2MA . 6 + MB . 6 = - 54 . 6
2MA + MB = - 54
................................ Pers. Bentang A0A dan AB
Persamaan tiga momen untuk bentang AB dan BB0 adalah :
MA.L1 + 2MB (L1+L0) + MB0 . L0 = - . L1 - . L0 === MB0 dan L0 = 0
Sehingga :
MA . L1 + 2MB . L1 = - . L1 ===== Tabel : = qL2 / 4 = 6 . 62 / 4 = 54
MA . 6 + 2MB . 6 = - 54 . 6
MA + 2MB = - 54
MA + 2MB = - 54
3M
= -54
==== MA = -18 tm
dan ==== MB = -18 tm
Contoh. 2
Coba anda lihat kembali contoh soal 1 pada bagian Metode Cross, kita akan menentukan
besarnya momen-momen ujung dari struktur - struktur tersebut dengan analisa persamaan
tiga momen. Momen Lapangan Maksimum masing-masing bentang diperlihatkan pada
gambar 3.4b dan 3 Ac dengan asumsi bahwa struktur terletak di atas dua tumpuan sendi.
Bentang AB
M Lap1a. = 1/8 qL2 =1/8 .3 . 42 = 6 tm
M Lap1b = P.a.b/L = 4.3 .1 / 4 = 3 tm
Bentang BC
M.lap2 = 1/8 qL2 = 1/8 . 3 . 52 = 9,375 tm
Bentang CD
M Lap3a. = 1/8 qL2 =1/8 .3 . 42 = 6 tm
M Lap3b = P.a.b/L = 5.3 .1 / 4 = 3,75 tm
Luas Bidang momen (A )
A1a = 2/3.L1. M1a = 2/3 . 4 . 6 = 16 tm2
A1b = 1/2.L1. M1b = 1/2 . 4 . 3 = 6 tm2
A2 = 2/3.L1. M2 = 2/3 . 5 . 9,375 - 31,25 tm2
A3a = 2/3.L3. M3a = 2/3 . 4 . 6 = 16 tm2
A3b = l/2.L3. M3b =1/2.4. 3,75 = 7,5 tm2
Jarak Luasan Bidang momen ke titik yang ditinjau (a)
a1a = L1/2 = 4/2 = 2 m
a2 = L2/2 = 5/2 = 2,5 m
a1b =
43
= 7/3 m
3
a3a = L3/2 = 4 / 2 = 2 m
a3b =
43
= 7/3 m
3
Bentang AB dan BC
MA . L1 + 2MB (L1 + L2) + MC . L2 = MA . 4 + 2MB (4+5) + Mc.5 = -
6A 1a 1 6A 2 a 2
L1
L2
6(16 . 2 6 . 7 / 3)
6 . 31,25 . 2,5
5
4
Bentang BC dan CD
MB . L2+ 2MC (L2 + L3) + MD . L3 = MB. 5 + 2MC (5+4)+MD.4 = -
6A 2 a 2 6 A 3 a 3
L2
L3
6(16 . 2 6 . 7 / 3)
6 . 31,25 . 2,5
5
4
==== MC = -7,3921 tm
Dari gambar diagram freebody struktur tersebut di atas, kita dapat menghitung besarnya
reaksi perletakan, gaya-gaya dalam serta gambar diagram bidang M, D, N.
Besarnya reaksi perletakan, gaya-gaya dalam dan gambar diagram bidang M, D, N, dapat
kita lihat pada contoh soal 1 bagian/Materi Metode Distribusi Momen ( Cara Cross ) pada
halaman depan.
Perhitungan momen akhir dengan menggunakan tabel pada lampiran 3 a s/d 3C, untuk
contoh soal 2 tersebut akan dilakukan sebagai berikut:
===== MB = -6,9883 tm
===== MC = -7, 3921tm
Catatan : Metoda luasan kali jarak maupun dengan penggunaan rumusan pada tabel yang
ada pada halaman lampiran, akan menghasilkan suatu hasil perhitungan yang sama.
1. 4 Rangkuman
1 Persamaan Tiga Momen dari Clapeyron :
Persamaan tiga momen selalu dibentuk dari tiga tumpuan pertama atau dua bentang
pertama dari suatu struktur balok menerus.
Untuk struktur balok menerus, kondisi perletakan pada tumpuan ujung berupa sendi:
MA
L1
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2 6h A 6h C
L L
+2MB 1 2 +MC
=+
+
I1
I2
I1 L1
I2L2
L1
L2
I1 I 2
.(Pers.
Jika struktur tersebut hanya menerima beban luar saja dan tanpa mengalami sattlement
pada salah satu perletakannya, maka persamaan tiga momen akan menjadi:
MA
L1
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2
L L
+2MB 1 2 +MC
=I1
I2
I1 L 1
I2L2
I1 I 2
Pers. (3.6)
L1
L2
L L
+ 2MB 1 2 + MC .
= - . L1 - . L2
I1
I2
I1 I 2
.. Pers. (3.8)
Dimana:
MA, MB, MC : Momen pada masing-masing titik A, B dan C ( kg m )
L1, L2
I1, I2
A1, A2
a1, a2
dan
Untuk struktur balok menerus, kondisi perletakan pada tumpuan ujung berupa Jepit:
Pada balok menerus dengan kondisi perletakan bagian ujung struktur berupa jepit,
diperlukan suatu bentang imajiner, dengan panjang bentang L0 = 0 dan momen lembam
L1
6A 1a 1
+ MB =
I1
I1 L 1
.. Pers. (3.10)
dapat menggunakan
Gambar. 3.4d
DAFTAR PUSTAKA
Chu-Kia Wang, Ph.D, Mekanika Teknik Statically Indeterminate Structure
Terjemahan
Heinz Frick, Ir, Mekanika Teknik 2 (Statika dan Kegunaannya), Jilid IL Yogyakarta,
Kanisius, 1979.
Soetomo. HM, Ir, Perhitungan Portal Bertingkat Dengan Cara Takabeya. Jilid I.
Jakarta, Soetomo HM, 1981
_______, Perhitungan Portal Bertingkat Dengan Cara Takabeya. Jilid II. Jakarta,
Soetomo HM, 1981
V. Sunggono. KH, Ir, Buku Teknik Sipil. Bandung, Nova, 1984.