Anda di halaman 1dari 70

BAB.

II
METODA TAKABEYA

2.1 PENDAHULUAN
Salah satu metoda yang sering digunakan dalam perhitungan konstruksi statis tak
tentu, khususnya pada konstruksi portal yang cukup dikenal adalah perhitungan konstruksi
dengan metoda TAKABEYA. Dibandingkan dengan metoda yang lain, seperti metoda
Cross dan metoda Kani, untuk penggunaan metoda ini terutama pada struktur portal
bertingkat banyak merupakan perhitungan yang paling sederhana dan lebih cepat serta lebih
mudah untuk dipelajari dan dimengerti dalam waktu yang relatif singkat.
Metoda perhitungan dengan cara Takabeya yang disajikan dalam bagian ini adalah
menyangkut materi perhitungan untuk portal dengan titik hubung yang tetap dan portal
dengan titik hubung yang bergerak ( pergoyangan). Mengenai hal tersebut, teks ini hanya
memberikan dasar-dasar pemahaman tentang metoda Takabeya yang berhubungan dengan
portal-portal yang sederhana dengan atau tanpa mengalami suatu pergoyangan. Diharapkan
dari dasar-dasar ini, kita sudah dapat menghitung besarnya gaya-gaya dalam berupa
momen-momen ujung ( momen akhir) dari suatu batang yang menyusun konstruksi portal
yang bentuknya sederhana.
Persamaan - persamaan yang digunakan dalam metoda perhitungan ini hanya
merupakan persamaan dasar dari Takabeya sendiri, dimana persamaan-persamaan tersebut
hanya dapat digunakan khusus untuk portal yang sederhana dan hal-hal yang berhubungan
dengan pergoyangan dalam satu arah saja yaitu pergoyangan dalam arah horizontal.
Mengenai pergoyangan dalam dua arah ( harizontal dan vertikal) persamaan-persamaan
dasar yang digunakan dalam teks ini masih perlu diturunkan lebih lanjut.
Untuk menganalisa struktur portal yang sederhana, bab ini memberikan contohcontoh perhitungan yang sudah disesuaikan dengan langkah-langkah perhitungan yang
sesuai dengan prosedur perhitungan dalam metoda Takabeya. Perhitungan-perhitungan

yang dimaksudkan di sini adalah hanya sampai pada bagaimana menentukan momenmomen ujung ( momen akhir ) dari suatu konstruksi. Mengenai reaksi perletakan tumpuan
dan atau gaya-gaya lintang dan normal yang terjadi dalam suatu penampang batang serta
penggambaran diagram dari gaya-gaya dalam tersebut, sudah dibahas dalam materi
perkuliahan pada Mekanika Rekayasa I dan Mekanika Rekayasa II semester sebelumnya.
PERSAMAAN DASAR METODA TAKABEYA
Dalam perhitungan konstruksi portal dengan metoda Takabeya, didasarkan pada
asumsi-asumsi Bahwa :
a. Deformasi akibat gaya aksial (Tarik dan Tekan) dan gaya geser dalam diabaikan (= 0 ).
b. Hubungan antara balok-balok dan kolom pada satu titik kumpul adalah kaku sempurna.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka pada titik kumpul akan terjadi
perputaran dan pergeseran sudut pada masing-masing batang yang bertemu yang
besarannya sebanding dengan momen-momen lentur dari masing-masing ujung batang
tersebut. Gambar 2.1 berikut ini, memperlihatkan dimana ujung batang ( titik b) pada
batang ab bergeser sejauh '' relatif terhadap titik a. Besarnya momen-momen akhir pada
kedua ujung batang ( M ab dan M ba) dapat dinyatakan sebagai fungsi dari perputaran dan
pergeseran sudut.

Gambar. 2.1

Kemudian keadaan pada gambar. 2.1 tersebut, selanjutnya diuraikan menjadi dua keadaan
seperti terlihat pada gambar. 2.2 di bawah ini :

Gambar. 2.2
Sehingga menghasilkan suatu persamaan :
M ab = m ab +

ab

M ba = m ba +

ba

Persamaan. 2.1

Dari prinsip persamaan Slope Deplection secara umum telah


diketahui bahwa :
a = a + ab
b = b + ab dan
a =

m ab . L
3 EI

m ba . L
6 EI

+ ab

x2

b =

m ab . L
6EI

m ba . L
3 EI

+ ab

x1

2a + 2b
Sehingga :

m ab . L
2EI

+ 3ab

m ab = 2 EI/L ( 2a + b - 3ab )
m ba = 2 EI/L ( 2b + a - 3ab )

Jika I/L = K untuk batang ab, maka :


m ab = 2 E Kab ( 2a + b - 3ab )
m ba = 2 E Kab ( 2b + a - 3ab )
Masukkan Persamaan 2. 2

Persamaan 2.2

ke dalam persamaan 2. 1 , diperoleh :

M ab = 2 E Kab ( 2a + b - 3ab ) + M ab Pers. 2.3


M ba = 2 E Kab ( 2b + a - 3ab ) + M ba
Oleh Takabeya, dari persamaan slope deplection ini disederhanakan
menjadi :
M ab = kab (2ma + mb +
M ba = kba (2mb + ma +
Dimana :
ma = 2EKa
mb = 2EKb
Keterangan :

)+
m ba ) +
m ab

M ab

M ba

= -6 EK ab
kab = Kab/K
m ab

Persamaan. 2.4

M ab, M ba
M ab, M ba

= Momen akhir batang ab dan batang ba (ton m).


= Momen Primer batang ab dan batang ba (ton m).

mab, mba

= Koreksi momen akibat adanya pergeseran pada titik b


sejauh

a, b

= Putaran sudut pada titik a dan titik b

kab
Kab
K
ma, mb

=
=
=
=

Angka kekakuan batang ab = K ab / K (m3)


Faktor kekauan batang ab = I/L (m3)
Konstanta
Momen parsiil masing-masing titik a dan b akibat
putaran sudut a dan b disebut momen rotasi di titik a

dan titik b (ton m).


= Momen parsiil akibat pergeseran titik b relatif terhadap

m ab

titik a sejauh disebut momen dispalcement dari


batang ab (ton m ).
Perjanjian Tanda
Momen ditinjau terhadap ujung batang dinyatakan positif ( + ) apabila berputar ke
kanan dan sebaliknya negatif (- ) apabila berputar ke kiri

Arah momen selalu dimisalkan berputar ke kanan pada tiap-tiap ujung batang dari
masing-masing free body. Apabila ternyata pada keadaan yang sebenarnya berlawanan
( berputar ke kiri ), diberikan tanda negatif ( - ) sesuai dengan perjanjian tanda.

2. 2 PORTAL DENGAN TITIK HUBUNG YANG TETAP

Yang dimaksud dengan portal dengan titik hubung yang tetap adalah suatu portal
dimana pada tiap-tiap titik kumpulnya ( titik hubungnya ) hanya terjadi perputaran sudut,
tanpa mengalami pergeseran titik kumpul. Sebagai contoh :

Portal dengan struktur dan pembebanan yang simetris

Portal dimana baik pada struktur balok maupun kolom-kolomnya disokong oleh suatu
perletakan.
Oleh karena portal dengan titik hubung yang tetap tidak terjadi pergeseran pada

titik-titik hubungnya, maka besarnya nilai momen parsiil akibat pergeseran titik ( m.. )
adalah = 0. Sehingga rumus dasar dari Takabeya (persamaan. 2. 4 ) akan menjadi :

M ab = kab (2ma + mb) +


M ba = kba (2mb + ma) +

ab
ba

Persamaan. 2.5

Sebagai contoh, penerapan persamaan untuk Takabeya, perhatikan gambar 2. 3 berikut ini :

Berdasarkan rumus dasar dari Takabeya, maka untuk struktur di atas, diperoleh persamaan :

M 12 = k 12 (2ml + m2) + M 12
M 1A = k 1A (2m1 + mA) + M 1A
M 1C = k 1C (2ml + mC) +
M 1E = k 1E (2m1 + mE) +

M 1C

M 1E

Persamaan. 2.6

Keseimbangan di titik 1 = 0 == M1 = 0, sehingga :


M12 + M1A + M1C + M1E = 0

Persamaan. 2. 7

Dari persamaan 2. 6 dan persamaan 2. 7 menghasilkan :

k12
k
1A
k1C

M12

k12 .m 2
k .m
1A A

k
2m1 1E
dimana :

M1C
M1E

k1E .m E

=0

Pers. 2.8

M12

k12
k
1A

M1A

12 k 12 / 1

M1C

1C k 1C / 1

1A k 1A / 1

k1C

M1A

k1C .m C

k1E

= 1 dan

M1E

1E k 1E / 1

= 1

dan

Persamaan 2. 8 di atas dpt ditulis sebagai pers. momen rotasi pada


titik kumpul 1 persamaan 2. 6 dan persamaan 2.7 menghasilkan :

k12 .m 2
k .m
1A A
k1C . m C

1.m1 = - 1 +

k1E . m E

m1 = - (1/1)

12 . m 2
.m
1A A

1C . m C

Persamaan. 2. 9

1E . m E

Untuk persamaan momen rotasi pada titik kumpul yang lainnya dapat dicari/
ditentukan seperti pada persamaan 2. 9 di atas, dimana indeks/angka pertama diganti
dengan titik kumpul yang akan dicari dan angka kedua diganti dengan titik kumpul yang
berada di seberangnya. Perlu diingat, bahwa pada suatu perletakan jepit tidak terjadi
putaran sudut sehingga besarnya mA = mB = mC = mD = mE = mF = 0
Untuk langkah awal pada suatu perhitungan momen rotasi titik kumpul, maka titik
kumpul yang lain yang berseberangan dengan titik kumpul yang dihitung, dianggap belum
terjadi rotasi. Sehingga :

m1 = m1(0) = -(1 / 1)
m2 = m2(0) = -(2 / 2)

12 . m 2(0)
m1

(1)

(0)

= -(1/1) +

(0)

1A . m A
1C . m C
. m ( 0)
1E E

12 .m 2(0)
m1

(1)

= m1

(0)

(0)

(0)

1A . m A
1C .m C
. m ( 0)
1E E

dan seterusnya dilakukan pada titik 2 sampai hasil yang konvergen ( hasil-hasil yang sama
secara berurutan pada masing-masing titik kumpul ) yang berarti pada masing-masing titik
kumpul sudah terjadi putaran sudut.
Setelah pemberesan momen-momen parsiil mencapai konvergen, maka untuk
mendapatkan momen akhir ( design moment ), hasil momen parsiil selanjutnya
disubtitusikan dalam persamaan 2. 6 sebagai persamaan dasar. Sebagai contoh :
pemberesan momen parsiil dicapai pada langkah ke-7 maka pada titik kumpul 1 adalah :

M12 = M12(7) = k12 (2m1(7) + m2(7)) + M


M1A = M1A(7) = k1A (2m1(7) + ma(7)) + M

12

M1C = M1C(7) = k1C (2m1(7) + m2(7)) +


M1D = M1E(7) = k1E (2m1(7) + ma(7)) +

1A

M 1C
M 1E

Keseimbangan di titik kumpul 1 = 0 == M1 = 0


M12 + M1A + M1C + M1E = 0
Apabila M1 0, maka momen-momen perlu dikoreksi.
Koreksi momen akhir :

M12 = M12 [( k12 / ( k12 + k1A + k1C + k1E )) x M]


Berikut ini diberikan beberapa contoh/kasus pada suatu konstruksi portal dengan titik
kumpul yang tetap.

Contoh 1 : Hitung momen akhir dan reaksi perletakan dengan


metode Takabeya

Penyelesaian:
A.Menghitung Momen-momen Parsiil.
1. Hitung Angka Kekakuan Batang (k)
K1A = I/H = 1/4 = 0,2500 m3
K12 = I/L = 1/6 = 0,1667 m3
K2B = I/H = 1/4 = 0,2500 m3
==Konstanta K diambil =1 m3
Jadi :
k1A = K1A/K = 0,2500
k12 = K12/K = 0,1667
k2B = K2B/K = 0,2500

2. Hitung Nilai p tiap titik hubung :


1 = 2 (k1A+ k12 ) = 2 ( 0,2500 + 0,1667) = 0,8333
2 = 2 ( k12 + k2B ) = 2 ( 0,1667 + 0,2500 ) = 0,8333
3. Hitung Nilai (Koefisien Rotasi) batang :
1A = k1A / 1 = 0,2500 / 0,8333 = 0,3
12 = k12 / 1 = 0,1667 / 0,8333 = 0,2
21 = k21 / 2 = 0,1667 / 0,8333 = 0,2
2B = k2B / 2 = 0,2500 / 0,8333 = 0,3
4. Hitung Momen Primer ( M ) :
M12

= - (1/12.q .L2 + /8 . P.L) = -(1/12.3.62+1/8.4.6) = -12 tm

M 21

= 12 tm

5. Hitung Jumlah momen primer tiap titik hubung () :


1 =

M12

M1A

= -12 + 0 = -12 tm

2 =

M 21

M 2B

= 12 + 0 = 12 tm

6. Hitung Momen rotasi Awal (m0)


m10 = - (1 / 1) = - (- 12 / 0,8333 ) = 14,40 tm
m20 = - (2 / 2) = - (12 / 0,8333) = -14,40 tm

B. Pemberesan Momen-momen Parsiil


Pemberesan momen parsiil dimulai dari titik 1 ke titik 2 dan kembali ke titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya, secara beraturan.

Langkah 1
m11 = m10 + (-12 . m20) = 14,40 + (-0,2 . 14,400) = 11,520
m21 = m20 + (-21 . m21) = -14,40 + (-0,2 . 11,520) = -16,704
Langkah 2
m12 = m10 + (-12 . m21) = 14,40 + (-0,2 . -16,704) = 17,741
m22 = m20 + (-21 . m12) = -14,40 +(- 0,2 . 17,741 ) = -17,948
Langkah 3
m13 = m10 + (-12 . m22) = 14,40 + (-0,2 . -17,948) = 17,990
m23 = m20 + (-21 . m13) = -14,40 + (-0,2 . 17,990) = -17,998
Langkah 4
m14 = m10 + (-12 . m23) = 14,40 + (-0,2 . - 17,998)= 18,000
m24 = m20 + (-21 . m14) = -14,40 + (-0,2 . - 17,998)= -18,000
Langkah 5
m15 = m10 + (-12 . m24) = 14,40 + (-0,2 . -18,000) = 18,000
m25 = m20 + (-21 . m15) = -14,40 + (- 0,2 . 18,000 )= - 18,000

C. Perhitungan Momen Akhir (design moment).


M12 = M12(5) = k12 (2m1(5) + m2(5)) + M12
= 0,16667 (2. 18,000 + -18,000) +

(-12)

= -9,000 tm

= 9,000 tm

M1A = M1A(5) = k1A (2m1(5) + mA(5)) + M1A


= 0,2500 (2. 18,000

) +

M21 = M21(5) = k21 (2m2(5) + m1(5)) + M 21


= 0,16667 (2.-18,000 + 18,000) + (12)

= 9,000 tm

M2B = M2B(5) = k2B (2m2(5) + mB(5)) + M 2 B


= 0,2500 (2.-18,000 +

) +

= -9,000 tm

MA1 = MA1(5) = kA1 (2mA(5) + m1(5)) + M A1


= 0,2500

( 2.0 + 18,000)

+ (0)

= 4,5000 tm

MB2 = M B2(5) = kB2 (2mB(5) + m2(5) ) + M B 2


= 0,2500

( 2.0 + -18,000) + (0)

= -4,5000 tm

Catatan : Oleh karena pada suatu perletakan jepit tidak terjadi perputaran sudut,
maka besarnya nilai mA = mB = 0.
Diagram Fase Body Momen Struktur.

Reaksi Perletakan :
M1 = 0 ( tinjau batang 1 A )
HA = HA1 = (MA1 + M1A) / 4 = ( 4,500 + 9,00 ) / 4 = 3,375 ton ( arah ==)
M2 = 0 ( tinjau batang 2 B )
HB =HB2 = (MB2 + M2B) / 4 = ( 4,500 + 9,00 ) / 4 = 3,375 ton ( arah == )
M2 = 0 ( tinjau batang 1 2 )
V12 . 6 - P . 3 q L2 + M21 M12 = 0
V12 = (P . 3 + q L2 - M21 M12) / 6
V12 = (4 . 3 + . 3 . 62 - 9,000 + 9,000 ) / 6 = 11,000 ton
VA = VA1 = V12 = 11,000 ton

M1 = 0 ( tinjau batang 1 2 )
-V21 . 6 + P . 3 + q L2 + M21 M12 = 0
V21 = ( P . 3 + l/2 q L2 + M21 M12 ) / 6
V21 = ( 4 . 3 + . 3 . 62 + 9,000 - 9,000 ) / 6 = 11,000 ton
VB = VB2 = V21 = 11,000 ton
Catatan : Arah momen pada diagram freebody di atas sudah merupakan arah yang
sebenarnya, sehingga nilai momen yang digunakan dalam perhitungan sudah merupakan
nilai positif (+).
Contoh 2 :
Suatu
portal
dengan
struktur
dan
pembebanan yang simetris, seperti gambar
disamping, dengan masing-masing nilai /
angka-angka kekakuan batang (k) langsung
diberikan ( setelah faktor kekakuan Kab
dibagi dengan konstanta K )
k1A = k16 = k3C = k34 = 1
k12 = k23 = k65 = k54 = 0,75
k2B = k25 = 1,5
Hitunglah momen-momen ujung batang
dengan metoda takabeya.

Penyelesaian :
A. Menghitung momen-momen parsiil.

1. Angka kekakuan batang (diketahui)


2. Nilai tiap titik hubung
1 = 2 ( 1+0,75+ 1)
2 = 2 (1,5 + 0,75 + 1,5 + 0,75)
3 = 2 (l + 0,75 + l)
4 = 2 (l+0,75)
5 = 2 (1,5 + 0,75 + 0,75 )
6 = 2 (l+0,75)

= 5,5
=9
= 5,5
= 3,5
=6
= 3,5

3. Nilai (koefisien rotasi) batang pada titik hubung


1A =1/5,5
3C = 1/5,5
12 = 0,75/5,5
32 = 0,75/5,5
16 = 1/5,5
43 = 1/3,5
52 = 1,5 /6

2B= 1,5/9

= 0,1818
= 0,1818
= 0,1364
= 0,1364
= 0,1818
= 0,2857
= 0,2500

= 0,1667

21 = 0,75 / 9 = 0,0833
23 = 0,75 / 9 = 0,0833
61 = 1/3,5 = 0,2857
34 = 1/5,5 = 0,1818
25 = 1,5 / 9 = 0,1667

45 = 0,75/3,5 = 0,2143
65 = 0,75/3,5 = 0,2143

54 = 0,75 /6 = 0,1250
56 = 0,75 /6 = 0,1250

4. Momen primer batang ( M... )


2
M12 = -l/12 .6 .5 = -12,5 tm
M 21 = 12,5 tm
2
M 65 = -1/12 . 3.5 = - 6,25 tm
M 56 = 6,25 tm

M 23
M 32

M 54
M 45

= -l/12 . 6.52 = -12,5 tm


= 12,5 tm
= -1/12 . 3.52 = - 6,25 tm
= 6,25 tm

5. Jumlah momen primer tiap titik hubung ()


1 = 0 + (-12,5) + 0 = -12,5
4 = 0 +6,25
= 6,25
2 = 0 + 12,5 + (-12,5) + 0 = 0 5 = 0 +(-6,25) +6,25 = 0
3 = 0 + 12,5 + 0 = 12,5
6. Momen rotasi awal (m
m10 = -(-12,5/5,5) = 2,2727
m20 = - (0 / 9 )
=0
0
m3 = -(12,5/5,5) = -2,2727

m40 = -(6,25/3,5) = -1,7857


m50 = - ( 0 / 5,5) = 0
m60 = -(-6,25/3,5) =1,7857

B. Pemberesan Momen Parsiil.


Pemberesan momen parsiil dimulai secara berurutan mulai dari titik (1) ke titik (2),
(3), (4), (5), (6) dan kembali ke titik (1), (2), (3), (4), (5) dan seterusnya.

m11 = + m10
= + (-12) (m20)
= + (-16) (m60)

= 2,2727
(-0,1364) ( 0 )
= 0
(-0,1818) ( 1,7857 ) = -0,3246
m11 = 1,9481

m21 = + m20
= + (-21) (m11)
= + (-23) (m30)
= + (-25) (m50)

= 0
(-0,0833) ( 1,9481 ) = -0,1623
(-0,0833) ( -2,2727 ) = 0,1893
(-0,1667) ( 0 )
= 0
1
m2 = 0,027

m31 = + m30
= + (-32) (m21)
= + (-34) (m40)

= -2,2727
(-0,1364) ( 0,027 ) = -0,0037
(-0,1818) ( -1,7857 ) = 0,3246
m31 = -1,9517

m41 = + m40
= + (-43) (m31)
= + (-45) (m50)

= -1,7857
(-0,2857) ( -1,9517 ) = 0,5576
(-0,2143) ( 0 )
= 0
1
m4 = -1,2281

m51 = + m50
= + (-54) (m41)
= + (-52) (m21)
= + (-56) (m60)

= 0
= 0,1535
= -0,0068
= -0,2232
= -0,0765

(-0,1250) ( -1,2281 )
(-0,2500) ( 0,0270 )
(-0,1250) ( 1,7857 )
m51

m61 = + m60
= + (-65) (m51)
= + (-61) (m11)

= 1,7857
(-0,2143) ( -0,0765 ) = 0,0164
(-0,2857) ( 1,9481 ) = -0,5566
m61 = 1,2455

=
=
=
=
=
=
=
=
=

m1
m11
m12
m13
m14
m15
m16
m17
m18

=
=
=
=
=
=
=
=
=

2.2727
1.9481
2.0426
2.0531
2.0545
2.0547
2.0548
2.0548
2.0548

0.0000
-0.0765
-0.0090
-0.0013
-0.0003
-0.0001
0.0000
0.0000
0.0000

m2
m21
m22
m23
m24
m25
m26
m27
m28

=
=
=
=
=
=
=
=
=

-0.1818

-0.2143 4

m40
m41
m42
m43
m44
m45
m46
m47
m48

=
=
=
=
=
=
=
=
=

-1.7857
-1.2281
-1.1836
-1.1959
-1.1982
-1.1986
-1.1986
-1.1986
-1.1986

m30
m31
m32
m33
m34
m35
m36
m37
m38

=
=
=
=
=
=
=
=
=

-2.2727
-1.9517
-2.0501
-2.0577
-2.0554
-2.0549
-2.0548
-2.0548
-2.0548

-0.1818

-0.0833 2 -0.0833

1 -0.1364

-0.1667

-0.1667

m50
m51
m52
m53
m54
m55
m56
m57
m58

-0.1818

1.7857
1.2455
1.2041
1.1994
1.1988
1.1987
1.1987
1.1986
1.1986

-0.1818

=
=
=
=
=
=
=
=
=

-0.2857

-0.1250 5 -0.1250

6 -0.2143
m60
m61
m62
m63
m64
m65
m66
m67
m68

-0.2500

-0.2857

Untuk selanjutnya berikut ini diperlihatkan perhitungan secara skematis:

-0.1364 3
0.0000
0.0270
0.0052
0.0013
0.0005
0.0001
0.0000
0.0000
0.0000

C. Perhitungan Momen Akhir (design moment).


Dari hasil perhitungan pemberesan momen parsiil secara skematis pada halaman
depan, dicapai hasil konvergensi pada langkah ke - 8 , dengan nilai-nilai sebagai berikut:
m18 = 2,0548
m48 = -1,1986

m28 = 0,0000
m58 = 0,0000

m38 = -2,0548
m68 = 1,1986

Untuk perhitungan besarnya momen-momen akhir dari struktur, selanjutnya


dilakukan sebagai berikut:
Titik. 1
M1A = k1A (2m1(8) + mA(8)) + M1A = 1 (2 . 2,0548 + 0 ) + 0
M12 = k12 (2m1(8) + m2(8)) + M12 = 0,75 (2 . 2,0548 + 0 ) + (-12,50)
M16 = k16 (2m1(8) + m6(8)) + M16 = 1 (2 . 2,0548 + 1,1986 ) + 0
M
Titik. 2

= 4,1096 tm
= -9,4178 tm
= 5,3082 tm
=
0 tm

= k2B (2m2(8) + mB(8)) + M 2 B = 1,5 (2 .0 + 0 ) + 0


= k21 (2m2(8) + m1(8)) + M 21 = 0,75 (2 . 0 + 2,0548) + 12,50
= k23 (2m2(8) + m3(8)) + M 23 = 0,75 (2 . 0 + 2,0548) + (-12,50)
= k25 (2m2(8) + m5(8)) + M 25 = 1,5 (2 .0 + 0 ) + 0
M
Titik. 3
M3C = k3C (2m3(8) + mC(8)) + M 3C = 1 (2 .(-2,0548) + 0)) + 0
M32 = k32 (2m3(8) + m2(8)) + M 32 = 0,75 (2 .(-2,0548) + 0) + 12,50
M34 = k34 (2m3(8) + m4(8)) + M 34 = 1 (2 .(-2,0548) + (-1,1986)) + 0
M
Titik. 4
M43 = k43 (2m4(8) + m3(8)) + M 43 = 1 (2 .(-1,1986) + (-2,0548)) + 0
M45 = k45 (2m4(8) + m5(8)) + M 45 = 0,75 (2 .(-1,1986) + 0) + 6,25
M
Titik. 5
M52 = k52 (2m5(8) + m2(8)) + M 52 = 1,5 (2 .0 + 0 ) + 0
M54 = k54 (2m5(8) + m4(8)) + M 54 = 0,75 (2 .0 + (-1,1986)) + (-6,250)

=
0
tm
= 14,0411 tm
=-14,0411 tm
=
0
tm
=
0
tm

M2B
M21
M23
M25

= -4,1096 tm
= 9,4178 tm
=-5,3082 tm
=
0
tm
= -4,4520 tm
= 4,4520 tm
=
0
tm
=
0 tm
= -7,1490 tm

M56 = k56 (2m5(8) + m6(8)) + M 56 = 0,75 (2 .0 + 1,1986) + 6,250


= 7,1490 tm
M
=
0
tm
Titik. 6
M61 = k61 (2m6(8) + m1(8)) + M 61 = 1 (2 . 1,1986 + 2,0548) + 0
= 4,4520 tm
(8)
(8)
M65 = k65 (2m6 + m5 ) + M 65 = 0,75 (2 . 1,1986 + 0) + (-6,25)
= -4,4520 tm
M
=
0
tm
Titik. A
MA1 = kA1 (2mA(8) + m1(8)) + M A1 = 1 (2 . 0 + 2,0548 ) + 0
= 2,0548 tm
Titik. B
MB2 = kB2 (2mB(8) + m2(8)) + M B 2 = 1,5 (2 . 0 + 0 ) + 0

= 0

Titik. C
MC3 = kC3 (2mC(8) + m3(8)) + M C3 = 1 (2 . 0 + (-2,0548)) + 0

= -2,0548 tm

tm

Gambar diagram freebody moment

Catatan : Nilai Momen disesuaikan dengan arahnya


Analisa sumbu simetri dari suatu struktur dan pembebanan yang simetris.

Suatu struktur dengan pembebanan yang simetris dapat dianalisa sebagian dari
struktur tersebut berdasarkan sumbu simetrinya. Untuk analisa seperti ini, tergantung
apakah sumbu simetri dari struktur tersebut tepat berada pada tumpuan / kolom tengah
(bentangan genap) atau sumbu simetri berada pada bentangan tengah (bentangan ganjil).
Untuk struktur dengan bentang genap, persamaan-persamaan yang ada pada
halaman depan dapat digunakan sedangkan untuk struktur dengan bentangan ganjil,
persamaan yang ada tersebut, haruslah dikoreksi terutama pada hal-hal yang berhubungan
dengan bentangan tengah tersebut.
Berikut ini diperlihatkan satu contoh struktur dengan bentangan ganjil, angkaangka kekakuan batang langsung pada masing-masing batang pada gambar di bawah ini.
Untuk dapat memahami analisa seperti ini, coba perhatikan langkah-langkah penyelesaian
yang akan diuraikan sebagai berikut :
Contoh. 3 :

A. Menghitung Momen Parsiil.

1. Angka Kekakuan (k) = diketahui (lihat gambar)

2. Hitung Nilai tiap titik hubung.


1 = 2 (k1A + k12) = 2 (1 + 1,5) = 5
2 = 2(k21+k2B+k23) = 2(1,5 +1+1,5) = 8 p2 = 2 k23 = 6,5
3. Hitung Nilai (Koefisien rotasi) batang.
1A = k1A/1 = 1/5 = 0,200
12 = kl2/1 = 1,5/5 = 0,300
21 = k21/2 = 1,5/6,5 = 0,231
2B = k2B/2 = 1/6,5 = 0,154
23 = k23/2 = 1,5/6,5 = 0,231
4. Hitung Momen Primer ( M )
M12

= -1/12 . q . L2 = -1/12 . 3 . 42 = -4 tm

M 21

=4

tm
M 23

= -1/8 P. L

= -1/8 . 4 . 3 = -1,5 tm

M 321

=1,5

tm
5. Hitung Jumlah momen primer tiap titik hubung

( )
1 =

M12

2 =

M 21

M1A
M 2B

= -4 + 0 = -4 tm
+

M 23

= 4 + 0+ (-1,5) = 2,5 tm

6. Hitung Momen rotasi Awal ( m0)

m10 = -(1 / 1) = - (-4 / 5) = 0,8000 tm

m20 = -(2 / 2) = - (2,5 / 6,50)

= -0,3846 tm

B. Pemberesan Momen-momen Parsiil


Pemberesan momen parsiil dimulai dari titik 1 ke titik 2 dan kembali ke titik 1
kemudian ke titik 2 dan seterusnya, secara beraturan.

Langkah 1
m11 = m10 + (-12 . m20) = 0,800 + (-0,3 .(-0,3846)) = 0,91538
m21 = m20 + (-21 . m11) =-0,3846 + (-0,231 .0,91538)

= -0,59605

Langkah 2
m12 = m10 + (-12 . m21) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,59605))

= 0,97882

m22 = m20 + (-21 . m12) =-0,3846 + (-0,231 . 0,97882)

= -0,61071

Langkah 3
m13 = m10 + (-12 . m22) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61071))
m23 = m20 + (-21 . m13) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98321)
Langkah 4
m14 = m10 + (-12 . m23) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61071))
m24 = m20 + (-21 . m14) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98351)
Langkah 5
m15 = m10 + (-12 . m24) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61179))
m25 = m20 + (-21 . m15) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98354)
Langkah 6
m16 = m10 + (-12 . m25) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61180))
m26 = m20 + (-21 . m16) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98354)
Langkah 7
m17 = m10 + (-12 . m26) = 0,800 + (-0,3 .(- 0,61180))
m27 = m20 + (-21 . m17) =-0,3846 + (-0,231 . 0,98354)
C. Perhitungan Momen Akhir (design moment)

= 0,98321
= -0,61172
= 0,98321
= -0,61179
= 0,98354
= -0,61180
= 0,98354
= -0,61180
= 0,98354
= -0,61180

Titik. 1
M1A = k1A (2m1(7) + mA(7) + M1A = 1 (2 . 0,98354 + 0) + 0
= 1,96708tm
(7)
(7)
M12 = k12(2m1 + m2 + M12 =1,5(2 .0,98354+(-0,61180)+(-4) = -1,96708 tm
M = 0
tm
Titik. 2
M21 = k21(2m2(7) + m1(7) + M 21 = 1,5 (2 .(0,6118)+ 098354) + 4 = 3,63991 tm
M2B = k2B (2m2(7) + mB(7) + M 2 B = 1 (2 . (-0,6118) + 0) + 0
= -1,22360 tm
(7)
M23 = k23 (m2 + M 23
= 1,5 (-0,6118) + (-1,5)
= -2,41770 tm
M
= -0,00139 tm
Pada titik 2 perlu koreksi momen sebagai berikut:
M21 = 3,63991 (1,5 / 4) . (-0,00139) = 3,64043
M2B =-1,22360 (1 / 4) . (-0,00139) = -1,22325
M23 =-2,41770 (1,5 / 4) . (-0,00139) = -2,41718

=0

tm

MA1 = kA1 (2mA(7) + m1(7) + M A1 = 1 (2 . 0 + 0,98354) + 0


= 0,98354tm
(7)
(7)
MB2 = kB2 (2mB + m2 + M B 2 = 1 (2 . 0 + (-0,61180)) + 0 = -0,61180 tm
Catatan:
Harga-harga momen akhir ( design moment ) pada bagian kanan sumbu simetri hasilnya
sama simetris dengan sebelah kiri sumbu simetri ( sama besar tetapi mempunyai arah yang
berlawanan).

Perhatikan diagram free body pada halaman berikut ini:


Gambar diagram freebody moment

Catatan : Nilai Momen disesuaikan dengan arahnya

2.3 PORTAL DENGAN TITIK HUBUNG YANG BERGERAK


Yang dimaksud dengan portal dengan titik hubung yang bergerak adalah portal
dimana pada masing-masing titik hubungnya terjadi perputaran sudut dan pergeseran
(pergoyangan). Umumnya suatu konstruksi portal bertingkat mempunyai pergoyangan
dalam arah horizontal saja. Beban-beban horizontal yang bekerja pada konstruksi, dianggap
bekerja pada regel-regel (pertemuan balok dengan kolom tepi) yang ada pada konstruksi
tersebut. Untuk menganalisa konstruksi portal dengan titik hubung yang bergerak,
persamaan-persamaan 2.1 sampai dengan persamaan 2.4 pada halaman depan tetap
digunakan. Disamping persamaan-persamaan tersebut, persamaan-persamaan yang
berhubungan dengan pengaruh pergoyangan berikut ini juga akan sangat membantu dalam
penyelesaian dari struktur portal bergoyang tersebut.
Momen Displacement ( m.. ).
Besarnya nilai

m..

dipengaruhi oleh jumlah tingkat yang ada pada struktur portal.

Coba perhatikan portal (gambar.2.4), dengan freebody tingkat atas dan bawah pada gambar
2.4a dan 2.4b berikut ini :

Gambar. 2.4

Dari freebody pada gbr 2.4a dan 2.4b, diperoleh persamaan sebagai
berikut :
Freebody 4-5-6 H=0 W1 = H4+ H5+ H6 ----- Pers. 2.11
M 61
+ h1 . H6 = 0 ----- Pers. 2.12
M
16

Freebody 1-6 M6 = 0

M 52
+ h1 . H5 = 0 ----- Pers. 2.13
M 25

Freebody 2-5 M5 = 0

M 43
Freebody 3-4 M4 = 0
+ h1 . H4 = 0 ----- Pers. 2.14
M 34

Dari persamaan 2.11 s/d 2.14, diperoleh :


M 61 M 52 M 43

+
+
+ h1 . (W1) = 0
M
M
M
16 25 34

----- Pers. 2.15

Bila dimasukkan harga-harga pada persamaan 2.4, maka :


M61 = k16 (2m6 + m1 + m 61 )
M16 = k16 (2m1 + m6 + m16 )

M 61

= 3 k16 { m1 + m6 } + 2 k16. m I -------- Persamaan 2.16a


M
16
M 52

= 3 k25 { m2 + m5 } + 2 k25. m I -------- Persamaan 2.16b


M
25

M 43

= 3 k34 { m3 + m4 } + 2 k34. m I -------- Persamaan 2.16c


M
34
Catatan : m I = m16 = m25 = m34
Dari persamaan 2.16a, 2.16b, 2.16c, maka persamaan 2.15 dapat dituliskan menjadi:

k 16

2 m I k 25
k
34

= -h1 (W1)

(3k16){m1 m6
+
--- (3k25){m2 m5
(3k ){m m
34 3 4

Pers. 2.17

Jika :
k 16

2 k 25
k
34

TI

3k 16
TI

= t16

dan

3k 25
TI

3k 34
TI

= t25

= t34

------- Pers. 2.18

Maka Persamaan 2.17 dapat dituliskan menjadi:


mI

h 1{W1}
TI

( t 16 ) {m1 m 6 }
( t 25 ) {m 2 m 5 }
( t 34 ) {m 3 m 4 }

------- Persamaan 2.19

Persamaan 2. 19 disebut persamaan momen displacement pada tingkat atas.


Langkah perhitungan untuk momen displacement dilakukan pertama-tama dengan
anggapan bahwa pada titik-titik kumpul belum terjadi perputaran sudut (m4 = m5 = m6 = 0)
sehingga persamaan tersebut ( persamaan 2.19 ) menjadi :

mI

(0)

h 1{W1}
TI

-------- Persamaan 2.20

Dengan cara yang sama ( lihat gambar 2.4c ), maka persamaan momen displacement untuk
tingkat bawah akan diperoleh :

k 1A

2 m II k 2 B
k
3C

Jika :

(3k1A ){m1 mA

= -h (W +W )+ (3k ) {m m
2B 2 B
(3k ){m m
3C 3 C
2

-----

Pers. 2.21

3k 1A
TII

k 1A

2 k 2B
k
3C

= TII

dan

= t1A

3k 2 B
TII

3k 3C
TII

= t2B

--------

Pers. 2.22

= t3C

Maka Persamaan 2.17 dapat dituliskan menjadi:

( t

m II =

) {m m }

1A
1
A
h 2 {W1 W2 }
( t 2 B ) {m 2 m B } ------ Persamaan
TII

( t 3C ) {m 3 m C }

2.23

Persamaan 2. 23 tersebut di atas disebut persamaan momen displacement pada tingkat


bawah. Langkah perhitungan untuk momen displacement ini dilakukan pertama-tama
dengan anggapan bahwa pada titik-titik kumpul belum terjadi perputaran sudut (m1= m2 =
m3 = 0) dan pada titik A, B, C dengan m A, mB dan mC sama dengan 0 ( nol ) sehingga
persamaan tersebut ( persamaan 2. 23 ) menjadi:

m II

(0)

h 2 {W1 W2 }
TII

-------- Persamaan 2.24

Berikut ini diperlihatkan contoh penerapan persamaan-persamaan dari takabeya serta


analisa / penyelesaian contoh soal yang ada.
Contoh. 4 :
Suatu portal dengan struktur dan
pembebanan seperti gambar di
samping, dengan masing-masing
nilai / angka-angka kekakuan batang
(k) langsung diberikan (setelah

faktor kekakuan Kab dibagi dengan


konstanta K )
k1A= k16 = k30 = k34 = 1
k12 = k23 = k65 = k54 = 0,75
k2B = k25 = 1,5
Hitunglah momen momen ujung
batang dengan metoda takabeya.
Penyelesaian:
A. Menghitung momen-momen parsiil.

1. Angka kekakuan batang (diketahui pada gambar struktur)


2. Nilai , , M primer, dan momen rotasi awal (m0)
perhitungan dapat anda lihat pada contoh. 2 halaman II-10.
1 = 5,5
2 = 9

3 = 5,5
4 = 3,5

5 = 6
6 = 3,5

1A = 0,1818 2B = 0,1667 23 = 0,0833


12 = 0,1364 21 = 0,0833 25 = 0,1667
16 = 0,1818
M12 =

-12,5 tm
M 21 = 12,5 tm

M 23 =

-12,5 tm
M 32 = 12,5 tm

1 = -12,5
2 = 0

3 = 12,5
4 = 6,25

m10 = 2,2727
m20 = 0

m30 = -2,2727
m40 = -1,7857

3C = 0,1818
32 = 0,1364
34 = 0,1818

M 65 =

-6,25 tm
M 56 = 6,25 tm

5 = 0
6 = -6,25
m50 = 0
m60 = 1,7857

M 54 =

-6,25 tm
M 45 = 6,25 tm

B. Momen Displacement.

Tingkat atas TI = 2 (k16 + k25 + k34) = 2 (1+1,5 + 1) = 7


t16 = 3 k16 / TI = 3.1/7 = 0,4286
t25 = 3 k25 / TI = 3.1,5/7 = 0,6429
t34 = 3 k34 / TI = 3.1/7 = 0,4286
0

m II = -(W1 . h1) / TI = -(1,2 . 4) / 7 = -0,6857

Tingkat atas TI = 2 (k16 + k25 + k34) = 2 (1+1,5 + 1) = 7


t1A = 3 k1A / TII = 3.1/7 = 0,4286
t2B = 3 k2B / TII = 3.1,5/7 = 0,6429
t3C = 3 k3C / TII = 3.1/7 = 0,4286
0

m II = -{h2 (W1 + W2)} / TII = -{4 (1,2 + 2)} / 7 = -1,8286

C. Pemberesan momen parsiil, Momen displacement


Perbesaran momen parsiil langkah 1 dimulai dari titik (1) ke titik (2), (3), (4), (5),
(6)dan dilanjutkan dengan pemberesan momen displacement langkah 1.
m11 = + m10
0
= + (-1A) ( m II )
0

= + (-12) ( m 2 )

(-0,1818) (-1,8286)

= 2,27270
= 0,33244

(-0,1364) (0)

= 0

= + (-16) ( m 6 + m I )
m21 = + m20
1
= + (-21) ( m1 )
0

= + (-2B) ( m II )
= + (-23) ( m 3

0
0

= + (-25) ( m 5 + m I )
m31 = + m30
1
= + (-32) ( m 2 )
0

= + (-3C) ( m II )
0

= + (-34) ( m 4 + m I )

(-0,1818) {1,7857 +(-0,6857)}


m11
(-0,0833) (2,40516)

= 0
= -0,20035

(-0,1667) (-1,8286)

= 0,30482

(-0,0833) (-2,2727)

= 0,18932

(-0,1667) {0 +(-0,6857)}
m21
(-0,1364) (0,40810)
(-0,1818) (-1,8286)

= 0,33244

(-0,1818) {(-1,7857) +(-0,6857)}


1

m4 = + m4
1
0
= + (-43) ( m 3 + m I )
0

= + (-45) ( m 5 )

m41

= + (-52) ( m 2 + m I )
0

= + (-56) ( m 6 )

(-0,1250) (-1,14792)
(-0,2500) {(0,40810) + (-0,6857)}

= 0,06940

(-0,1250) (1,7857)
m5

m6 = + m6
1
= + (-65) ( m 5 )
1

= -0,22321
= -0,01032
= 1,78570
= 0,00221

(-0,2143) (-0,01032)

= + (-61) ( m1 + m I )

= 0
= -1,14792
= 0
= -0,14349

= 0,44930
= -1,54662
= -1,78570
= 0,63777

(-0,2857) {(-1,54662) +(-0,6857)}


(-0,2143) (0)

m51 = + m50
1
= + (-54) ( m 4 )

= -0,11431
= 0,40810
= 2,27270
= -0,05566

m3
1

= -0,19998
= 2,40516

(-0,2857) {(2,40516) + (-0,6857)}


m6

= -0,49125
= 1,29666

Untuk pemberesan momen displacement langkah 1, sebaiknya digunakan nilai-nilai


dari hasil pemberesan momen parsiil langkah 1. Seperti yang dilakukan sebagai berikut :
Tingkat atas : Langkah. 1
1
0
mI = + mI

= -0,68570
+(-t16) ( m + m ) = (-0,4286)(2,40516 +1,29666) = -1,58660
+(-t25) ( m + m51 ) = (-0,6429)(0,40810 - 0,01032) = -0,25573
+(-t34) ( m31 + m 41 ) = (-0,4286) -1,54662 - 1,14792) = 1,15488
= -1,37315
1
1
1
2

1
6

Tingkat bawah : Langkah. I


1
0
m II = + m II

+ (-t1A) ( m ) = (-0,4286) (2,40516)


+ (-t2B) ( m ) = (-0,6429) (0,40810)
+ (-t3C) ( m31 ) = (-0,4286) (-1,54662)
1
1
1
2

= -0,82860
= -1,03085
= -0,26237
= 0,66288
= -2,45894

Setelah pemberesan momen displacement pada langkah ke-l selesai, maka dilanjutkan
kembali dengan rotasi momen parsiil pada langkah ke-2. Seperti pada langkah-1 yang
dimulai dari titik 1 ke titik 2, 3, 4, 5 dan titik 6 kemudian pemberesan momen displacement
kembali dilakukan untuk langkah ke-2 . Demikian seterusnya sampai dicapai hasil yang
konvergen, seperti yang diperlihatkan pada skema perhitungan pada halaman berikut ini.
Catatan :
Sebenarnya, pemberesan rotasi momen parsiil dan rotasi momen displacemen
tingkat, tidak perlu dilakukan sampai hasil yang betul-betul konvergen, akan tetapi apabila
sudah mendekati tingkat konvergensi, maka rotasi momen sudah dapat dihentikan. Adapun
mengenai tidak tercapainya keseimbangan momen pada suatu titik kumpul, kita akan
lakukan koreksi momen dan mendistribusikannya ke batang-batang bersangkutan.

Perhitungan secara skematis dilakukan sesuai dengan rumusan yang telah dijelaskan/ diuraikan

m41 = -1.14792

m53 = 0.24751

m43 = -0.90842

m64 = 1.51782

m54 = 0.28398

m44 = -0.86901

m65 = 1.54446

m55 = 0.30162

m45 = -0.84774

m66 = 1.55802

m56 = 0.31036

m46 = -0.83674

m67 = 1.56488

m57 = 0.31472

-0.4286

m63 = 1.46663

-0.6429

m42 = -0.97924

m47 = -0.83115

m58 = 0.31689

m69 = 1.57005

m59 = 0.31799

m49 = -0.82692

m610 = 1.57092

m510 = 0.31853

m410 = -0.82621

m611 = 1.57136

m511 = 0.31880

m411 = -0.82586

m612 = 1.57157

m512 = 0.31894

m412 = -0.82568

m614 = 1.57174

m513 = 0.31901
m514 = 0.31904
m515 = 0.31906

-0.1667

m48 = -0.82834

m413 = -0.82559
m414 = -0.82555
m415 = -0.82553

-0.1818

m613 = 1.57168

-0.1818

m68 = 1.56832

m416 = -0.82551

3 m417 = -0.82551

m518 = 0.31908

m418 = -0.82551

m619 = 1.57179

m519 = 0.31908

m419 = -0.82550

m620 = 1.57179

m520 = 0.31908

m420 = -0.82550

m10 = 2.27270

m20 = 0.00000

m30 = -2.27270

m11 = 2.40516

m21 = 0.40810

m31 = -1.54662

m12 = 2.67797
m13 = 2.77579

m22 = 0.54629
m23 = 0.62023

-0.4286

m618 = 1.57179

-0.6429

-0.4286

m40 = -1.78570

m52 = 0.16704

m616 = 1.57178
m516 = 0.31907
1 -0.1364
-0.136
m617 = 1.57179 -0.0833 2 -0.0833m517 = 0.31907

-0.2857

-0.2500

m51 =-0.01032

m62 = 1.37711

m615 = 1.57176

m II = -1.82860
1
m II = -2.45894
2
m II = -2.70961
3
m II = -2.83788
4
m II = -2.90224
5
m II = -2.93432
6
m II = -2.95033
7
m II = -2.95834
8
m II = -2.96235
9
m II = -2.96435

m61 = 1.29666

-0.1667

-0.1818

-0.4286

m60 = 1.78570-0.1250 5 -0.1250m50 = 0.00000


-0.214
6 -0.2143

-0.1818

m I = -0.68570
1
m I = -1.37315
2
m I = -1.84463
3
m I = -2.09335
4
m I = -2.21999
5
m I = -2.28394
6
m I = -2.31610
7
m I = -2.33225
8
m I = -2.34034
9
m I = -2.34439
10
m I = -2.34642
11
m I = -2.34744
12
m I = -2.34795
13
m I = -2.34821
14
m I = -2.34833
15
m I = -2.34840
16
m I = -2.34843
17
m I = -2.34845
18
m I = -2.34845
19
m I = -2.34846
20
m I = -2.34846

-0.2857

sebelumnya, seperti berikut ini:

m32 = -1.44185
m33 = -1.35131

m14 = 2.81797

m24 = 0.65860

m34 = -1.30089

m15 = 2.83815

m25 = 0.67848

m35 = -1.27604

m16 = 2.84805

m26 = 0.68865

m36 = -1.26383

m17 = 2.85296

m27 = 0.69380

m37 = -1.25778

m18 = 2.85540

m28 = 0.69640

m38 = -1.25476

m19 = 2.85662

m29 = 0.67770

m39 = -1.25325

m10II

m3

10

11

m12II

12

m II

13

m14II

14

m15II

15

m II

16

m17II

17

m18II

18

m II

19

m20II

20

m3

m313
m3
m3

m316
m3
m3

m319
m3

m110 = 2.85723

m210 = 0.69835

= -2.96586

m111 = 2.85753

m211 = 0.69867

= -2.96611

m112 = 2.85769

m212 = 0.69884

= -2.96624

m113 = 2.85776

m213 = 0.69892

= -2.96630

m114 = 2.85780

m214 = 0.69896

= -2.99634

m115 = 2.85782

m215 = 0.69898

= -2.96635

m116 = 2.85783

m216 = 0.69899

= -2.96636

m117 = 2.85784

m217 = 0.69900

= -2.96636

m118 = 2.85784

m218 = 0.69900

= -2.96637

m119 = 2.85784

m219 = 0.69900

= -2.96637

m120 = 2.85784

m220 =

= -1.25249

m11II

m3

= -2.96536

= -1.25211
= -1.25192
= -1.25183
= -1.25178
= -1.25176
= -1.25174
= -1.25174
= -1.25173
= -1.25173
= -1.25173

0.69900

D. Perhitungan Momen Akhir (design moment).


Dari hasil perhitungan pemberesan momen parsiil dan momen displacement secara
skematis pada halaman depan, dicapai hasil konvergensi pada langkah ke - 20, dengan
nilai-nilai sebagai berikut:
m120 = 2,85784

m220 = 0,69900

m320 = -1,25173

m420 = -0,82550

m520 = 0,31908

m620 = 1,57179

m I = -2,34846
1
m II = -2,96637

Untuk perhitungan besarnya momen-momen akhir dari struktur, selanjutnya


dilakukan sebagai berikut: ( Lihat Persamaan 2. 4 pada halaman depan)

Titik. 1
M1A = k1A (2m1(20) + m II ( 20) ) + M1A
= 1 {(2 . 2,85784 + (-2,96637)} + 0
= 2,74931 tm
(20)
(20)
M12 = k12 (2m1 + m2 ) + M12
= 0,75 (2 . 2,85784 +0,699) + (12,50)
= -7,68899 tm
( 20 )
(20)
(20)
M16 = k16 (2m1 + m6 ) + m I + M16
= 1 {(2 .+ 2,85784 + 1,57179+(-2,348646)}0 = 4,93901 tm
M= 0,00067 tm
Titik. 2
M21 = k21 (2m2(20) + m1( 20) ) + M 21
= 0,75 {2 . 0,699+2,85784}+ 12,50
= 15,69188 tm
( 20 )
(20)
M2B = k2B (2m2 + m II ) + M 2 B
= 1,5 {2 . 0,699+(-2,96637)} + 0
= -2,35256 tm
(20)
(20)
M23 = k23 (2m2 + m3 ) + M 23
= 0,75 {2 . 0,699+(-1,25173)}+(-12,50)
= -12,39030 tm
( 20 )
(20)
(20)
M25 = k25 (2m2 + m5 ) + m1 )+ M 25
= 1,5 {2 . 0,699+0,31908+(-2,34846)}+0
= -0,94707 tm

M = 0,00195 tm

Titik. 3
M3C = k3C (2m3(20) + m II ( 20) ) + M 3C
= 1 {2(-1,25173)+(- 2,96637)} + 0
= -5,46983 tm
(20)
(20
M32 = k32 (2m3 +m2 ) + M 32
= 0,75 {2 (-1,25173)+0,699} + 12,50
= 11,14666 tm
( 20 )
(20)
(20)
M34 = k34 (2m3 + m4 + m I )+ M 34
= 1{2(-1,25173)+(-0,82550)+(-2,34846)}+0 = -5,67742 tm
M = -0,00059 tm
Titik. 4
M43 = k43 (2m4(20) + m3(20) + m1( 20) )+ M 43
= 1 {2(-0,8255)+(- 1,25173) +(-2,34846)}+0 = -5,25119 tm
M45 = k45 (2m4(20)+m5(20) + M 45
= 0,75 {2 (-0,8255)+0,31908} + 6,25
= 5,25106 tm
M = -0,00013 tm
Titik. 5
M52 = k52(2m5(20) + m2(20) + m I ( 20) )+ M 52
= 1,5{2.0,31908+0,699+(-2,34846)}+ 0
= -1,51695 tm
(20)
(20
M54 = k54 (2m5 +m4 ) + M 54
= 0,75 {2 .0,31908)+(-0,8255)}+(-6,25)
= -6,39051 tm
(20)
(20
M56 = k56 (2m5 +m6 ) + M 56
= 0,75 {2 .0,31908)+1,57179) + 6,25
= 7,90746 tm
M = 0,00000 tm
Titik. 6
M61 = k61(2m6(20) + m1(20) + m I ( 20) )+ M 61
= 1{2.1,57179+2,85784+(-2,34846)}+ 0
= 3,65296 tm
(20)
(20
M65 = k65 (2m6 +m5 ) + M 65
= 0,75 {2 .1,57179 +0,31908)+(-6,25)
= -3,65300 tm
M = -0,00004 tm

Dengan M yang relatif kecil sekali, maka pada dasarnya momen-momen ujung tersebut di
atas tidak perlu dikoreksi ======= M 0

Titik. A
MA1 = kA1 (2mA(20) + m1(20) +

m II

( 20 )

+ M A1 = 1 {2.0 + 2,85784+(-2,96637)}+0 = -0,10853

tm
Titik. B
MB2 = kB2 (2mB(20) + m2(20) +

m II

( 20 )

+ M B 2 = 1,5 (2.0 + 0,699 +(-2,96637)}+0 = -3,40106 tm

Titik. C
MC3 = kC3 (2mC(20) +m3(20) + m II ( 20 ) + M C 3 = 1{2.0 +(-1,25173)+(-2,96637)}+0 = -4,21810
tm
Gambar diagram freebody moment

Kontrol H = 0

-1/h2

M 1A M 2 B M 3C

M A1 MB2 MC3

- (W1 + W2)

=0

-1/4

2,74931 2,35 6 5,46983



0,1853 3,4016 4,2180

- (1,2 + 2)

=0

-0,25 { 2,64078 + (-5,75362 + (-9,68793)} - (3,2)

=0

0,00019

0 Ok

Konstruksi dengan sokongan sendi.


Untuk konstruksi dengan sokongan sendi pada salah satu titik perletakannya, maka batangbatang yang berkumpul atau bertemu pada salah satu titik kumpul yang berhubungan
dengan perletakan sendi tersebut, maka nilai p digunakan adalah dimana :
= - 1/2 k batang yang ujungnya sendi.
Dan

batang yang ujungnya sendi = k batang yang ujungnya sendi /

Disamping itu, untuk batang yang ujungnya berupa sendi, dimana ada momen primer, maka
pada perletakan sendi tersebut dianggap sebagai perletakan jepit dan momen-momen
primernya disebut M '
Sebagai contoh:

Sehingga

M A1 =

-1/12 . q . L2

M 1A

= 1/12 . q . L2

M '1A = M 1A - M A1

dan yang digunakan adalah , dimana 1

M '1A

M 1X

+ M1Y +

M 1Z

sehingga Momen rotasi awal m(0) = -1/1


dan design moment adalah M1A = k1A (3/2 m1(X)) +

M '1A

untuk balok

1A dan sendi di titik A serta M1A= k1A(3/2m1(X)+ + m I ( X ) ) + M' utk


1A

kolom1A sendi di titik A. jika diperlukan koreksi momen akibat


adanya M, maka
M1A=M1A(X)-(3/4 k1A / 1)M dititik 1

: faktor sendi.

Sebagai contoh analisa, pada halaman berikut ini diberikan suatu contoh struktur portal
dengan sokongan sendi dengan penyelesaiannya.

Contoh. 5
diketahui :
W1 = W2 = 1,2 t
kA1 = k14 = kB2 = k23 = 1
k12 = k34 = 0,75
h1 = h2 = 4 m
L =5m

Penyelesaian:
A. Menghitung momen-momen parsiil.

1. Angka kekakuan batang ( diketahui )


2. Nilai , , M primer, dan momen rotasi awal (m0)
1 = 2(k1A + k12 + k14) = 5,5
2 = 2(k21+k2B+k23) = 5,5 2 = 2 k2B = 5,5 .1 = 5
3 = 2(k23 + k34) = 3,5
4 = 2(k43 + k41) = 3,5
1A = k1A/1 = 1/5,5 = 0,1818
12 = k12/1 = 0,75/5,5 = 0,1364
14 = k14/1 = 1/5,5 = 0,1818

2B= k2B/2= .1/5=0,1


21=k21/2= 0,75/5 = 0,15
23 = k23/2 = 1/5 = 0,2

32 = k32/3 = 1/3,5 = 0,2857


12 = k12/1 = 0,75/5,5 = 0,1364

43=k43/4 0,751/3,5=0,2143
41= k41/4 = 1/3,5 = 0,2857

-1/12 q L2 = -1/12 . 6 . 52 = -12,5 tm


2
2
M 43 = -1/12 q L = -1/12 . 3 . 5 = -6,25 tm
M12 =

M 21 =

12,5 tm
M 34 = 6,25 tm

1 = M12 + M1A + M14 = -12,5 tm 2 = M 21 + M 2 B + M 23 = 12,5


tm
3 = M 32 + M 34 = 6,25 tm
4 = M 41 + M 43 = -6,25 tm
m10 = - (1/1) = -(-12,5 / 5,5) = 2,2727
m20 = - (2/2) = -(12,5 / 5) = -2,5000
m30 = - (3/3) = -(6,25 / 3,5) = -1,7857
m40 = - (4/4) = -(-6,25 / 3,5) = 1,7857

B. Momen Displacement.

Tingkat atas
TI = 2 (k14 + k23) = 2 (1+1) = 4
0
t14 = 3 k14 / TI = 3 . 1/4 = 0,75
m I = -(W1.h1) / TI
t23 = 3 k23 / TI = 3 . 1/4 = 0,75
= -(1,2 . 4) / 4
= -1,2
Tingkat bawah

TII = 2 (k1A + k2B) = 2 (1 + 1) = 4


TII = TII 3/2 . k2B = 4 3/2 . 1 = 2,5

t'1A = 3 k1A / TII = 3.1 / 2,5 = 1,2 m II 0


t'2B = 3/2 k2B / TII = 3/2 . 1 / 2,5 = 0,6
C. Pemberesan momen parsiil Momen displacement

= -{h2 (W1+W2)} / TII


= -{4 (1,2 + 1,2)} / 2,5
= -3,84

Pemberesan momen parsiil langkah 1 dimulai dari titik (1) ke titik (2), (3), (4) dan
dilanjutkan dengan pemberesan momen displacement langkah 1. Berikut ini
pemberesan momen parsiil langkah 1.
m11

m21

m31

m31

= + m10
= + (-1A) (mII0)
= + (-12) (m20)
= + (-14) (m40 +mI0)

(-0,1818) (-3,84)
(-0,1364) (-2,5)
(-0,1818) {1,7857 + (-1,2)}
m11

= + m20
= + (-21) (m11)
= + (-2B) (mII0)
= + (-23) (m30 +mI0)

m21

= -2,5000
= -0,4808
= 0,3840
= 0,5971
= -1,9997

(-0,2857) (-1,9997 + (-1,2))


(-0,2143) (1,7857)
m31

= -1,7857
= 0,9142
= -0,3827
= -1,2542

(-0,2143) (-1,2542)
(-0,2857) (3,2053 + (-1,2))
m41

= 1,7857
= 0,2688
= -0,5729
= 1,4816

(-0,15) (3,2053)
(-0,10) (-3,84)
(-0,20) (-1,7857 + (-1,2))

= + m30
= + (-32) (m21 + mI0)
= + (-34) (m40)
= + m40
= + (-43) (m31)
= + (-41) (m11) + (mI0)

= 2,2727
= 0,6981
= 0,3410
= -0,1065
= 3,2053

Setelah pemberesan momen parsiil langkah 1 selesai, selanjutnya pemberesan


momen displacement langkah 1 dilaksanakan. Sebaiknya digunakan nilai-nilai dari hasil
pemberesan momen parsiil pada langkah 1.
Untuk tingkat atas: Langkah. 1
1
0
mI = + mI

= -1,2

+ (-t14) (m11 + m41)

(-0,75) (3,2053 + 1,4816)

= -3,5151

+ (-t23) (m21 + m31)

(-0,75) (-1,9997 + (-1,2542))

= 2,4404

mI1

= -2,2747

Untuk tingkat bawah: Langkah. 1


1
0
m II = + m II

= -3,84

+ (-t1A) (m11)

(-1,2) (3,2053)

= -3,8464

+ (-t2B) (m21)

(-0,6) (-1,9997)

= 1,1998
mI1

= -6,4866

Setelah pemberesan momen displacement pada langkah ke-1 selesai, maka


dilanjutkan kembali dengan rotasi momen parsiil pada langkah ke-2. Seperti pada langkah1 yang dimulai dari titik 1 ke titik 2, 3 dan 4 kemudian pemberesan momen displacement
kembali dilakukan untuk langkah ke-2 . Demikian seterusnya sampai dicapai hasil yang
konvergen, seperti yang diperlihatkan pada skema perhitungan pada halaman berikut ini.
Catalan:
Sebenarnya, rotasi momen parsiil dan rotasi momen displacemen tingkat tidak perlu
dilakukan sampai hasil yang betul-betul konvergen, akan tetapi apabila sudah mendekati
tingkat konvergensi, maka rotasi momen sudah dapat dihentikan. Adapun mengenai tidak
tercapainya keseimbangan momen pada suatu titik kumpul, kita akan lakukan koreksi
momen dan mendistribusikannya ke batang-batang bersangkutan sebanding dengan
kekakuannya.

m4

m4

m4

m4

m4

m4
m4

11

m4

12

m4

13

m4

14

m4
-0.1818

15

m4

16

m4

17

m4

18

-0.1818

m4

19

m4
1 -0.1364 20
m4
21

11

m4

10

m II = -3.8400
1
m II = -6.4866
2
m II = -7.4472
3
m II = -7.9213
4
m II = -8.1664
5
m II = -8.2953
6
m II = -8.3634
7
m II = -8.3995
8
m II = -8.4186
9
m II = -8.4287
10
m II
10
m II

-0.2857

= -0.6306

= -0.5678

= -0.5346

= -0.5170

= -0.5077

= -0.5028

10

= -0.5002

11

= -0.4988

12

= -0.4981

13

= -0.4977

14

= -0.4975

15

= -0.4973

16

= -0.4973

17

= -0.4973

18

= -0.4972

19

= -0.4972

20

= -0.4972

21

m3

= 1.8619

m3

= 1.9017

m3

= 1.9237

m3

= 1.9356
= 1.9420
= 1.9454

m3
m3
m3

= 1.9472

m3

= 1.9482

m3

= 1.9487

m3

= 1.9490

m3

= 1.9491

m3

= 1.9492
= 1.9492

m3
m3

= 1.9493

m3
-0.15

m3
m3

= -0.4972

m10

= 2.2727

m20

= -2.5000

= 3.2053

= -1.9997

= -1.7259

= -1.5412

= -1.4321

= -1.3692

= -1.3341

= -1.3148

= -1.3045

= -1.2989

m1

10

4.4764

m111

4.4780

m1

m1

m1

m1

m1

m1

m1

m1

m2

= 3.8689

m2

= 4.1716

m2

= 4.3213
= 4.3973
= 4.4366

m2
m2
m2

= 4.4570

m2

= 4.4677

m2

= 4.4734

m2

= -8.4341
= -1.2960
= -8.4369
= -1.2944

= -0.7491

m3

m211

= -0.9602

m3

= 1.7921

= 1.9493

= -1.2542

m3
m3

= 1.6798

= 1.9493

= -1.7857

= 1.9493

m1

-1.2

= 1.5360

m30

m4

m2

-0.6

-0.75

m4

= 1.4816

-0.214

-0.75

= 1.7857

-0.2

m40
4 -0.2143 1
m4

-0.1

-0.2857

m I = -1.2000
1
m I = -2.2747
2
m I = -3.2391
3
m I = -3.8709
4
m I = -4.2381
5
m I = -4.4417
6
m I = -4.5522
7
m I = -4.6116
8
m I = -4.6434
9
m I = -4.6603
10
m I = -4.6692
11
m I = -4.6740
12
m I = -4.6765
13
m I = -4.6779
14
m I = -4.6786
15
m I = -4.6790
16
m I = -4.6792
17
m I = -4.6793
18
m I = -4.6793
19
m I = -4.6794
20
m I = -4.6794
21
m I = -4.6794

m II

12

m II

13

m II

14

m II

15

m II

16

m II

17

m II

18

m II

19

m II

20

m II

21

m212
m213
14

m2

15

m2

16

m2

m217
m218
m219
20

m2
m2

21

= -8.4384
= -1.2936
= -8.4392
= -1.2931
= -8.4397
= -1.2929
= -8.4399
= -1.2928
= -8.4400
= -1.2927
= -8.4401
= -1.2927
= -8.4401
= -1.2926
= -8.4401
= -1.2926
= -8.4401
= -1.2926
= -8.4401
= -1.2926

m112

4.4788

m113

4.4793

m114

4.4795

m115

4.4796

m116

4.4797

m117

4.4797

m118

4.4797

m119

4.4798

m120

4.4798

m121

4.4798

D. Perhitungan Momen Akhir (design moment).


Dari hasil perhitungan pemberesan momen parsiil dan momen displacement secara
skematis pada halaman depan, dicapai hasil konvergensi pada langkah ke - 20 , dengan
nilai-nilai sebagai berikut:

m120 = 4,4798
m320 = -0,4972

m220 = -1,2926
m420 = 1,9493

mI20 = -4,6794
mII20 = -8,4401

Untuk perhitungan besarnya momen momen akhir dari struktur, selanjutnya


dilakukan sebagai berikut: ( Lihat Persamaan 2. 4 pada halaman depan )

Titik. 1
M1A= k1A (2m1(20)) + m II ( 20) = 1{2.4,4798+(-8,4401)} = 0,5195 tm
( 20 )
M12 = k12 (2m1(20)) + m 2 ) + M12
= 0,75 {2. 4,4798+(-l,2926)}+(-12,50)
= -6,7498 tm
( 20 )
( 20 )
(20)
M14 = k14 (2m1 ) + m 4 ) + M I
= 1{2. 4,4798+l,9493+(-4,6794)}
= 6,2295 tm
M
= -0,0008 tm
Titik. 2
M2B= k2B (3/2m2(20)) + m II ( 20 ) = 1 {3/2(-1,2926) + (1/2.-8,4401)}
= -6,1590 tm
( 20 )
(20)
M21= k21 (2m2 ) + m1 ) + M 21
= 0,75 {2.(-1,2926) + 4,4798} + 12,50
= -6,7498 tm
( 20 )
( 20 )
(20)
M23 = k23 (2m2 ) + m 3 ) + M I
= 1{2.(-1,2926) +(-0,4972)+(-4,6794)}
= -7,7618 tm
M = 0,0002 tm

Titik. 3
M32 = k3 (2m3(20)) + m2(20) + m I ( 20)
= 1 (2.-0,4972 + -1,2926 + -4,6794
( 20 )
M3 4= k3 (2m2(20)) + m 4 ) + M 34
= 0,75 {2.-0,4972 + 1,9493) + 6,25
Titik. 4
M41 = k41 (2m4(20)) + m1(20) + m I ( 20)
= 1 (2.1,9493 + 4,4798 + -4,6794
( 20 )
M43 = k43 (2m4(20)) + m 3 ) + M 43
= 0,75 {2. 1,9493 + -0,4972) + -6,25

= -6,9664 tm
= 6,9662 tm
M = -0,0002 tm
= 3,6990 tm
= -3,6990 tm
M = 0,0000 tm

Dengan AM yang relatif kecil sekali, maka pada dasarnya momen momen ujung tersebut di
atas tidak perlu dikoreksi =======M 0

Titik A
MA1 = kA1 (m1(20)+ m II ( 20) ) = 1{4,4798+(-8,4401)}= -3,9604 tm
MB2 = 0 ( perletakan sendi)

Kontrol H = 0

-1/h2

-1/4

M1A M2B

M A1 MB2
0,5195 6,1590

3,9604 0

- (-W1 + W2) = 0

- (1,2 + 1,2) = 0

-0,25{(-3,4409+(-6,1590}- (2,4) = 0
Gambar diagram freebody

0,00019

0 Ok

2.4 RANGKUMAN
Dari pembahasan rumusan - rumusan dasar berikut contoh - contoh soal dan
penyelesaiannya, baik untuk konstruksi portal dengan titik hubung yang tetap maupun
konstruksi portal dengan titik hubung yang bergerak ( pergoyangan ), dapat diambil suatu
kesimpulan mengenai langkah-langkah perhitungan penyelesaian suatu portal sebagai
berikut:
2.4.1 Portal dengan titik hubung yang tetap
Langkah-langkah perhitungan / penyelesaian
A. Menentukan Momen Parsiil.
1. Menghitung angka kekakuan batang ( k).
2. Menghitung nilai p masing - masing titik hubung.
3. Menghitung nilai koefisien untuk rotasi momen parsiil () masing - masing batang.
4. Menghitung momen-momen primer ( M ) masing - masing batang.
5. Menghitung jumlah momen primer ( ) pada masing - masing titik hubung.
6. Menghitung momen rotasi awal ( m0 ) pada masing - masing titik hubung.
B. Pemberesan Momen Parsiil.
Pemberesan momen parsiil dilakukan secara berurutan pada setiap langkah demi
langkah pemberesan dan dihentikan setelah mencapai hasil yang konvergen.
C. Menghitung Momen Akhir (Design Moment).
2. 4. 2 Portal dengan titik hubung yang bergerak (pergoyangan)
Langkah-langkah perhitungan / penyelesaian
A. Menentukan Momen parsiil.
1. Menghitung angka kekakuan batang (k).
2. Menghitung nilai p masing - masing titik hubung.

3. Menghitung nilai koefisien untuk rotasi momen parsiil ( ) masing - masing batang.
4. Menghitung momen-momen primer ( M ) masing - masing batang.
5. Menghitung jumlah momen primer ( ) pada masing - masing titik hubung.
6. Menghitung momen rotasi awal (m0) pada masing - masing titik hubung.
B. Menghitung Momen Displacement ( m ..).
1. Menghitung kekakuan tingkat (T...).
2. Menghitung koefisien rotasi tingkat (t...) pada masing - masing kolom.
3. Menghitung Momen Displacement awal tingkat ( m ...0).
C. Pemberesan Momen Parsiil dan Momen Displacement.
Pemberesan momen parsiil dilakukan secara berurutan pada setiap langkah demi
langkah pemberesan dan dihentikan setelah mencapai hasil yang konvergen. Pemberesan
momen displacement dilakukan setiap selesai satu langkah pemberesan momen parsiil.
D. Menghitung Momen Akhir (Design Moment).
E. Kontrol gaya - gaya horizontal ======H = 0

2.5 SOAL-SOAL LATIHAN


Soal - soal berikut ini ( lihat gambar ), dapat anda kerjakan di rumah sebagai latihan.
Besarnya nilai dari ukuran yang ada, beban terpusat P dan W maupun beban terbagi rata q
dapat ditentukan sendiri.

BAB. Ill
PERSAMAAN TIGA MOMEN
3.1 PENDAHULUAN.
Persamaan tiga momen ditemukan oleh Clapeyron pada tahun 1857. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara momen lentur pada tiga perletakan yang berurutan dari suatu
konstruksi balok menerus yang menerima beban luar tertentu pada masing-masing
bentangnya, dengan atau tanpa terjadinya sattlement yang tidak merata pada masingmasing tumpuan atau perletakan.
Persamaan tiga momen ini dapat berlaku untuk semua kemungkinan-kemungkinan
pada struktur seperti : momen lembam dari suatu struktur yang tidak merata (berbeda-beda)
pada masing-masing bentang, beban luar yang berbeda-beda serta ukuran panjang dari
bentangan yang bervariasi.
3.2 KONDISI UJUNG SENDI
Penurunan Rumus.
Persamaan tiga momen dari suatu struktur balok menerus dapat diturunkan dengan
dasar asumsi bahwa pada masing-masing bentang dari suatu struktur balok menerus
dianggap struktur balok sederhana yang terletak di atas dua tumpuan atau perletakan sendi,
sehingga besarnya momen pada bentang tersebut dapat ditentukan dan besarnya luasan
momen yang terjadi pada masing-masing bentang dapat diketahui.

Gambar, 3. la

Gambar. 3. 1b

Gambar. 3. 1c

Gambar 3.1 pada halaman depan memperlihatkan saiah satu contoh struktur balok
menerus dengan beban terbagi rata q , terletak di atas tiga tumpuan sendi. Gambar bidang
momen Al dan A2 pada masing-masing bentang dengan asumsi tiap bentang terletak di alas
dua tumpuan sendi dengan jarak luasan bidang momen ke titik peninjauan (tumpuan tepi)
sebesar al dan a2 diperlihatkan pada gambar 3.1b. Gambar 3.1c memperlihatkan terjadinya
suatu sattlement yang tidak merata dari struktur balok menerus ABC sehingga tumpuan /
perletakan A dan C terletak lebih tinggi di atas tumpuan / perletakan B.
Jika MA, MB dan MC masing-masing merupakan momen yang terjadi pada tumpuan
A, B dan C, maka dapat diturunkan dari suatu kondisi bahwa balok menerus tersebut adalah
menerus di tumpuan / titik B. Atau garis singgung di titik B pada garis elastika BA
terletak segaris lurus dengan garis singgung garis singgung di titik B pada garis
elastika BC (gambar. 3.1c). Berdasarkan kondisi kontinuitas tersebut, diperoleh persamaan
bahwa :

A ' A"
L1
C ' C"
L 2

.. Persamaan 3.1

Dimana:
A A : hA - A A
: hA - Defleksi di titik A dari garis singgung di titik B
: hA - (1/EI1)[A1.a1 + MA.Ll (l/3L1) + MB. L1 (2/3L1)]

..... Persamaan 3.2

dan
C C : C C hC
: Defleksi di titik C dari garis singgung di titik B hC
: (1/EI2) [ A2.a2 + MC.L2 (1/3 L2) + MB. L2 (2/3 L2) ] - hC

..... Persamaan 3.3

subtitusi persamaan 3.2 dan 3.3 ke dalam persamaan 3.1 sehingga diperoleh :

A1 .a 1
M A .L1 M B .L1 A 2 .a 2 M C .L 2 M B .L 2 H A
H

C
EI1 L1
6EI1
3EI1
EI1L1
6EI 2
3EI 2
L1
L2

. Persamaan 3.4
Jika ke-dua ruas dikalikan dengan 6E, maka :

6A1 .a 1 M A .L1 2M B .L1 6A 2 .a 2 M C .L 2 2M B .L 2 6H A


6H C

I1 L1
I1
I1
I2L2
I2
I2
L1
L2

Sehingga persamaan tiga momen akan menjadi:

MA

L1
L L
+2MB 1 2 +MC
I1
I1 I 2

L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2 6H A 6H C
=+
+

I2
I1 L1
I2L2
L1
L2

Persamaan 3.5
Jika struktur tersebut hanya menerima beban luar saja dan tanpa mengalami sattlement pada
salah satu perletakannya, maka persamaan tiga momen akan menjadi :

MA

L1
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2
L L
+2MB 1 2 +MC
=I1
I2
I1 L1
I2L2
I1 I 2

... Persamaan

3.6
Dimana :
MA, MB, MC

: Momen pada masing-masing titik A, B dan C ( kg m )

L1, L2

: Panjang masing-masing dari bentang 1 dan 2 ( m )

I1, I2

: Momen lembam dari masing-masing batang / bentang ( cm4, m4 )

A1, A2

: Luas bidang momen masing-masing bentang ( kg m2 )

A1, a2

: Jarak titik pusat luasan bidang momen ke perletakan / tumpuan ( m )


Persamaan tiga momen di alas akan menjadi lebih sederhana apabila sepanjang

struktur mempunyai momen lembam I yang tetap (konstan).

MA.L1 + 2MB (L1+L2) + MC . L2 =-

6A 1a 1 6A 2 a 2
L1
L2

.. Persamaan 3.7

Untuk suatu struktur balok menerus dengan pola pembebanan yang tidak umum
dijumpai atau pola pembanan yang sedemikian hingga luas bidang momen (A) dan jarak
titik pusat bidang momen (a) sangat sukar untuk ditentukan. Untuk hal tersebut, Persamaan
tiga momen dari Clapeyron dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
MA.L1 + 2MB (L1+L2) + M3 . L2 = - . L1 - . L2

.. Persamaan 3.8

Dimana:
dan

merupakan bagian beban yang dapat ditentukan berdasarkan persamaan yang

terdapat dalam tabel

pada halaman lampiran.

3.3 Kondisi Ujung Terjepit.


Jika suatu balok menerus dimana perletakan bagian ujung dari balok tersebut
merupakan perletakan jepit, maka momen lentur pada perletakan jepit tersebut merupakan
suatu redundant, sehingga pada perletakan jepit tersebut diperlukan suatu bentang yang
disebut bentang imajiner Ao A dengan panjang bentang Lo dan momen lembam bentang
I0 =
Kasus seperti ini diperlihatkan pada gambar. 3.2. sebagai berikut:

Gambar. 3.2a

Gambar. 3.2 b
Persamaan tiga momen pada kasus yang diperlihatkan pada gambar. 3.2a adalah
sebagai berikut:
Untuk bentang A0 A dan A B :
MA0

L0
L
6A 0 a 0 6A 1a 1
L 0 L1
+ME 1 =+2MA
I0
I1
I0L0
I1 L 1
I 0 I1

.. Persamaan 3.9

Perlu diingat bahwa nilai M0 = 0, L0/I0 = 0 dan A0 = 0


Sehingga persamaan tiga momen menjadi:
2MA

L1
L1
6A 1a 1
+ MB
=I1
I1
I1 L 1

.. Persamaan 3.10

Untuk bentang AB dan BC :


MA

L1
L2
6 A 1a 1 6A 2 a 2
L L
+2MB 1 2 +MC
=I1
I2
I1 L 1
I2L2
I1 I 2

.. Persamaan 3.11

Nilai MC = 0
Sehingga Persamaan 3. 11 menjadi:
MA

L1
6 A 1a 1 6A 2 a 2
L L
+2MB 1 2 = I1
I1 L 1
I2L2
I1 I 2

.. Persamaan 3.12

Subtitusi persamaan 3.10 dengan persamaan 3.12, akan diperoleh besarnya nilai MA dan MB
Contoh. 1
Gambar.3.3a pada halaman berikut ini, diperlihatkan suatu struktur balok sederhana
statis tak tentu. Balok tersebut dibebani dengan beban q sebesar 6 t/m, bentang imajiner
A0 A dan B B0 diperlihatkan pada gambar.3. 3b. dan besarnya momen lapangan dan luas
bidang momen yang timbul dengan asumsi struktur tersebut merupakan struktur balok

sederhana statis tertentu yang terletak di atas dua perletakan sendi ( A dan B ) diperlihatkan
pada gambar.3.3c.
Untuk analisa besarnya momen ujung yang timbul berdasarkan persamaan tiga
momen dikerjakan sebagai berikut :

Gambar. 3. 3a

Gambar. 3. 3b

Gambar. 3. 3c
Momen lapangan AB = 1/8 q L12 = 1/8 . 6 . 62 = 27,00 tm
Luas bidang momen (A1) = 2/3 . L1 . M = 2/3 . 6 . 27 = 108 tm2
Jarak luas bidang momen ke titik tumpuan (a1) = L1 = 6 = 3 m
Persamaan tiga momen untuk bentang A0 A dan A B adalah :
MA0

L0
L
6A 0 a 0 6A 1a 1
L 0 L1
+MB 1 =+2MA
I0
I1
I0L0
I1 L 1
I 0 I1

Disini MA0, L0 dan A0 = 0, dan I1 konstan sehingga:


2MA . L1 + MB . L1 = - 6A1.a1/L1
2MA . 6

+ MB . 6 = - 6. 108. 3 / 6

2MA + MB = - 54

...................................... Pers. Bentang A0A dan AB

Persamaan tiga momen untuk bentang AB dan BB0 adalah :


MA

L1
L0
6 A 1a 1 6 A 0 a 0
L L0
+2MB 1 +MB0
=I1
I0
I1 L 1
I0 L0
I1 I 0

Disini MB0, L0 dan A0 = 0, dan I1 konstan sehingga :


MA . L1 + 2MB . L1 = - 6A1.a1/L1
MA . 6

+ 2MB . 6 = - 6. 108. 3 / 6

MA + 2MB = - 54

...................................... Pers. Bentang AB dan BB0

Subtitusi kedua persamaan, akan menghasilkan :


2MA + MB = - 54 x 2 4MA + 2MB = - 108
MA + 2MB = - 54

MA + 2MB = - 54
3M

= -54

==== MA = -18 tm
dan ==== MB = -18 tm

Persamaan tiga momen dari Clapeyron untuk soal di atas, dapat juga dihitung
dengan menggunakan tabel pada lampiran 3a s/d 3c. Sebagai berikut:
Persamaan tiga momen untuk bentang A0 A dan A B adalah :
MA0.L0 + 2MA (L0+L1) + MB . L1 = - . L0 - . L1 === MA0 dan L0 = 0
Sehingga:
2MA . L1 + MB . L1 = - . L1 ===== Tabel : = qL2 / 4 = 6 . 62 / 4 = 54
2MA . 6 + MB . 6 = - 54 . 6
2MA + MB = - 54
................................ Pers. Bentang A0A dan AB
Persamaan tiga momen untuk bentang AB dan BB0 adalah :
MA.L1 + 2MB (L1+L0) + MB0 . L0 = - . L1 - . L0 === MB0 dan L0 = 0
Sehingga :
MA . L1 + 2MB . L1 = - . L1 ===== Tabel : = qL2 / 4 = 6 . 62 / 4 = 54
MA . 6 + 2MB . 6 = - 54 . 6
MA + 2MB = - 54

................................ Pers. Bentang AB dan BB0

Subtitusi kedua persamaan di atas, akan menghasilkan :


2MA + MB = - 54 x 2 4MA + 2MB = - 108
MA + 2MB = - 54

MA + 2MB = - 54
3M

= -54

==== MA = -18 tm
dan ==== MB = -18 tm

Contoh. 2
Coba anda lihat kembali contoh soal 1 pada bagian Metode Cross, kita akan menentukan
besarnya momen-momen ujung dari struktur - struktur tersebut dengan analisa persamaan
tiga momen. Momen Lapangan Maksimum masing-masing bentang diperlihatkan pada
gambar 3.4b dan 3 Ac dengan asumsi bahwa struktur terletak di atas dua tumpuan sendi.
Bentang AB
M Lap1a. = 1/8 qL2 =1/8 .3 . 42 = 6 tm
M Lap1b = P.a.b/L = 4.3 .1 / 4 = 3 tm
Bentang BC
M.lap2 = 1/8 qL2 = 1/8 . 3 . 52 = 9,375 tm
Bentang CD
M Lap3a. = 1/8 qL2 =1/8 .3 . 42 = 6 tm
M Lap3b = P.a.b/L = 5.3 .1 / 4 = 3,75 tm
Luas Bidang momen (A )
A1a = 2/3.L1. M1a = 2/3 . 4 . 6 = 16 tm2
A1b = 1/2.L1. M1b = 1/2 . 4 . 3 = 6 tm2
A2 = 2/3.L1. M2 = 2/3 . 5 . 9,375 - 31,25 tm2
A3a = 2/3.L3. M3a = 2/3 . 4 . 6 = 16 tm2
A3b = l/2.L3. M3b =1/2.4. 3,75 = 7,5 tm2
Jarak Luasan Bidang momen ke titik yang ditinjau (a)
a1a = L1/2 = 4/2 = 2 m
a2 = L2/2 = 5/2 = 2,5 m
a1b =

43
= 7/3 m
3

a3a = L3/2 = 4 / 2 = 2 m
a3b =

Persamaan Tiga Momen :

43
= 7/3 m
3

Bentang AB dan BC
MA . L1 + 2MB (L1 + L2) + MC . L2 = MA . 4 + 2MB (4+5) + Mc.5 = -

6A 1a 1 6A 2 a 2
L1
L2

6(16 . 2 6 . 7 / 3)
6 . 31,25 . 2,5
5
4

4MA+18MB + 5MC = -69 - 93,75 = -162,75 ======= MA = 0


18 MB + 5 MC = -162,75

.................(Persamaan bentang AB dan BC)

Bentang BC dan CD
MB . L2+ 2MC (L2 + L3) + MD . L3 = MB. 5 + 2MC (5+4)+MD.4 = -

6A 2 a 2 6 A 3 a 3
L2
L3

6(16 . 2 6 . 7 / 3)
6 . 31,25 . 2,5
5
4

5MB+18MC + 4MD = - 93,75 74,25 = -168 ======= MD = 0


5MB + 18 MC = -168

.................(Persamaan bentang BC dan CD)

Subtitusi kedua persamaan di atas :


18MB + 5 MC = - 162,75 18 324 MB + 90 MC = - 2929,5
5MB + 18 MC = -168
5 25MB + 90 MC = - 840,0
299 MB
= -2089,5
==== MB = -6,9883 tm
dan nilai dari MC adalah

==== MC = -7,3921 tm

Gambar diagram Free Body

Dari gambar diagram freebody struktur tersebut di atas, kita dapat menghitung besarnya
reaksi perletakan, gaya-gaya dalam serta gambar diagram bidang M, D, N.

Besarnya reaksi perletakan, gaya-gaya dalam dan gambar diagram bidang M, D, N, dapat
kita lihat pada contoh soal 1 bagian/Materi Metode Distribusi Momen ( Cara Cross ) pada
halaman depan.
Perhitungan momen akhir dengan menggunakan tabel pada lampiran 3 a s/d 3C, untuk
contoh soal 2 tersebut akan dilakukan sebagai berikut:

Persamaan Bentang AB dan BC


MA . L1 + 2MB ( L1 + L2) + MC . L2 = - . L1 - . L2
Lihat Tabel : Lampiran 3a s/d 3c, maka:
= {qL12/4 } + {P1. a. b(a + L1/L12}
= {3 . 42 / 4 } + { 4 . 3 . 1 ( 3 + 4 )/42 }= 17,25 tm
= {q L22/ 4 } = 3 . 52 / 4 = 18,75 tm
sehingga:
MA . L1 + 2MB ( L1 + L2) + MC . L2 = - . L1 - . L2
MA . 4 + 2MB ( 9 ) + MC . 5 = - 17,25 . 4 - 18,75 . 5
4MA +18MB+ 5Mc = - 162,75 ======= MA = 0
18MB + 5MC = - 162,75
............ Persamaan Bentang AB dan BC
Persamaan Bentang BC dan CD
MB . L2 + 2Mc ( L2 + L1 ) + MD . L3 = - . L2 - . L3
Lihat Tabel: Lampiran 3a s/d 3 c, maka:
= {q L22 / 4} = 3 . 52 / 4 = 18,75 tm
= {q L32 / 4} + {P2 . a . b (b + L3) / L32}
= {3 . 42 / 4} + {5 . 1 . 3 (3 + 4) / 42} = 18,5625 tm
sehingga :
MB . L2 + 2MC ( L2 + L3 ) + MD . L3 = - . L2 - . L3
MB . 5 + 2MC ( 5 + 4 ) + MD . 4 = - 18,75 . 5 - 18,5625 . 4
5MB+ 18MC + 4MD= - 168 ======= MD = 0
5MB+ 18MC = - 168
.......... Persamaan Bentang BC dan CD
Subtitusi kedua persamaan di atas :
18MB + 5MC = - 162,75 18 324 MB+ 90 MC = -2929,5
5MB + 18MC =-168
5
25 MB+ 90 MC =- 840.0
299 MB
= - 2089,5

dan nilai dari MC adalah

===== MB = -6,9883 tm
===== MC = -7, 3921tm

Catatan : Metoda luasan kali jarak maupun dengan penggunaan rumusan pada tabel yang
ada pada halaman lampiran, akan menghasilkan suatu hasil perhitungan yang sama.
1. 4 Rangkuman
1 Persamaan Tiga Momen dari Clapeyron :
Persamaan tiga momen selalu dibentuk dari tiga tumpuan pertama atau dua bentang
pertama dari suatu struktur balok menerus.
Untuk struktur balok menerus, kondisi perletakan pada tumpuan ujung berupa sendi:
MA

L1
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2 6h A 6h C
L L
+2MB 1 2 +MC
=+
+
I1
I2
I1 L1
I2L2
L1
L2
I1 I 2

.(Pers.

Jika struktur tersebut hanya menerima beban luar saja dan tanpa mengalami sattlement
pada salah satu perletakannya, maka persamaan tiga momen akan menjadi:
MA

L1
L2
6A1 .a 1 6A 2 .a 2
L L
+2MB 1 2 +MC
=I1
I2
I1 L 1
I2L2
I1 I 2

Pers. (3.6)

persamaan tiga momen untuk penggunaan tabel-tabel rumus dari Clapeyron :


MA.

L1
L2
L L
+ 2MB 1 2 + MC .
= - . L1 - . L2
I1
I2
I1 I 2

.. Pers. (3.8)

Dimana:
MA, MB, MC : Momen pada masing-masing titik A, B dan C ( kg m )
L1, L2

: Panjang masing-masing dari bentang 1 dan 2 ( m )

I1, I2

: Momen lembam dari masing-masing batang / bentang ( cm4, m4 )

A1, A2

: Luas bidang momen masing-masing bentang ( kg m2 )

a1, a2

: Jarak titik pusat luasan bidang momen ke perletakan / tumpuan ( m )

dan

: Bagian dari beban, ditentukan dari tabel.3.1 pada halaman lampiran

Untuk struktur balok menerus, kondisi perletakan pada tumpuan ujung berupa Jepit:
Pada balok menerus dengan kondisi perletakan bagian ujung struktur berupa jepit,
diperlukan suatu bentang imajiner, dengan panjang bentang L0 = 0 dan momen lembam

I0 = 0. Bentang ini merupakan bentang pertama dengan luasan bidang momen A0 = 0


dari suatu struktur balok menerus. Sehingga persamaan tiga momen akan menjadi:
2MA.

L1
6A 1a 1
+ MB =
I1
I1 L 1

Dan untuk persamaan tiga momen pada bentang berikutnya

.. Pers. (3.10)
dapat menggunakan

persamaan tiga momen pada persamaan.3.6 pada halaman terdahulu.


2 Langkah penyelesaian struktur balok menerus dengan menggunakan persamaan
Tiga Momen dari Clapeyron :
1. Hitung momen lapangan dan luas bidang momen pada masing-masing bentang yang
ada dengan asumsi bahwa tiap bentang terletak di atas dua tumpuan sendi.
2. Tentukan jarak luas bidang momen tersebut (a) ke titik tumpuan yang akan ditinjau.
3. Bentuk persamaan tiga momen dari tiga tumpuan pertama atau dari dua bentang
pertama dari suatu struktur balok menerus.
4. Jika masih terdapat tumpuan yang belum termasuk dalam persamaan tiga momen
pada point.3 di atas, bentuk kembali persamaan tiga momen untuk tiga perletakan
atau dua bentang berikutnya.
5. Selesaikan persamaan-persamaan tiga momen yang sudah terbentuk di atas, sampai
momen-momen pada semua tumpuan yang pada balok menerus diperoleh.

1.5 SOAL SOAL LATIHAN


Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan menggunakan metoda Dalil Tiga Momen

Gambar. 3.4d

DAFTAR PUSTAKA
Chu-Kia Wang, Ph.D, Mekanika Teknik Statically Indeterminate Structure
Terjemahan
Heinz Frick, Ir, Mekanika Teknik 2 (Statika dan Kegunaannya), Jilid IL Yogyakarta,
Kanisius, 1979.
Soetomo. HM, Ir, Perhitungan Portal Bertingkat Dengan Cara Takabeya. Jilid I.
Jakarta, Soetomo HM, 1981
_______, Perhitungan Portal Bertingkat Dengan Cara Takabeya. Jilid II. Jakarta,
Soetomo HM, 1981
V. Sunggono. KH, Ir, Buku Teknik Sipil. Bandung, Nova, 1984.

Anda mungkin juga menyukai