LAPORAN KASUS
1
I.3 Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : sakit sedang, gizi cukup
Kesadaran : kesadaran
GCS : 15 (E4M6V5)
Tanda Vital
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,7ºC
Pernapasan : 20 x/menit
2
Circulation
Akral Dingin : (-)
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
CRT : < 2 detik
Nadi : 140 x/menit, reguler, kuat
Disability
GCS :E4V5M6
Pupil : Isokor ka/ki
Reflek Cahaya : +/+
Exposure
Regio antebrachii sinistra
I.5 Secondary Survey
Breath
Paten, RR: 26 x/menit, Vesikuler, Wheezing -/-, Rhonki -/-.
Blood
N: 140x/menit, Akral hangat +/+, CRT < 2detik
Brain
GCS : E4 V5 M6, Reflek Cahaya (+/+), Pupil isokor ka/ki
Bowel
Supel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus dbn
Bladder
Rasa Ingin Kencing (-), Simfisis Distended (-)
Bone
Regio antebantebrachii sinistra : udem (+), deformitas (-), nyeri tekan (-)
3
1.6 Status Lokalis
4
5
Regio antebrachii sinistra:
Look : udem(+), contusio (+), deformitas (-), perdarahan (-),
Feel :hangat (+), krepitasi tidak dilakukan, AVN (+)
Move : ROM aktif dan pasif terbatas, false movement (-)
1.7 Diagnosis I
Close fraktur antebrachii sinistra
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Radiologis
6
Darah Lengkap
Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
HGB 14 g/dL 11,0 – 14,7 g/dl
WBC 11.100 U/L 4,8 – 10,8 103/uL
PLT 312.000 U/L 150-450 103/uL
GDA 81 mg/dL <200 mg/dL
1.9 Diagnosis II
Close fraktur oblik os radius 1/3 proximal
Close fraktur transversal non displaced os ulna 1/3 proximal sinistra
1.10 Planing Terapi
7
MRS
Inf D5 1/2 NS 1250mL/24 jam
Inj. Na metamizole 3x1/2 ampul
Imobilisasi sementara menggunakan bidai
Pro Close Reduction dengan pemasangan cast splintage / Gips atau Pro
Open Reduction Internal Fixation
1.11 Follow Up
TGL Subjective Objective Assesment Planning
5/02/18 Nyeri pada Vital Sign Close fraktur Inf D5 1/2 NS
(Pre OP) lengan kiri Suhu : 37oC Nadi : 80x/m oblik os radius 1250mL/24 jam
bawah (+), RR : 19 x/m 1/3 proximal Inj. Na
Kesemuta Status Lokalis (Regio Close fraktur metamizole
n pada antebrachii Sinistra) : transversal non 3x1/2 ampul
lengan kiri Look : Bagain lengan kiri displaced os Pro Close
bawah (-), bawah sulit dievaluasi ulna 1/3 Reduction
Demam karena terpasang bidai. proximal dengan
(-), Mual Feel : Teraba hangat, Sensasi sinistra pemasangan
(-), raba bagian distal (+), cast splintage /
Muntah (-) CRT<2 detik, Pulsasi arteri Gips atau Pro
radialis (+) (AVN distal Open Reduction
baik) Internal
Movement : ROM terbatas Fixation
karena terpasang bidai
6/02/18 Nyeri pada Vital Sign Close fraktur Inf D5 1/2 NS
(Pre OP) lengan kiri Suhu : 36,5oC Nadi : oblik os radius 1250mL/24 jam
bawah (+), 89x/m 1/3 proximal Inj. Na
Kesemuta RR : 19 x/m Close fraktur metamizole
n pada Status Lokalis (Regio transversal non 3x1/2 ampul
lengan kiri antebrachii Sinistra) : displaced os Pro Close
bawah (-), Look : Bagain lengan kiri ulna 1/3 Reduction
Demam bawah sulit dievaluasi proximal dengan
(-), Mual karena terpasang bidai. sinistra pemasangan
(-), Feel : Teraba hangat, Sensasi cast splintage /
8
Muntah (-) raba bagian distal (+), Gips atau Pro
CRT<2 detik, Pulsasi arteri Open Reduction
radialis (+) (AVN distal Internal
baik) Fixation
Movement : ROM terbatas Pasien
karena terpasang bidai dipuasakan ±6
jam sebelum
operasi
7/02/18 Nyeri pada Vital Sign Close fraktur Inf D5 1/2 NS
lengan kiri Suhu : 36,5oC Nadi : oblik os radius 1250mL/24 jam
bawah (+), 90x/m 1/3 proximal Inj. Na
Kesemuta RR : 19 x/m Close fraktur metamizole
n pada Status Lokalis (Regio transversal non 3x1/2 ampul
lengan kiri antebrachii Sinistra) : displaced os Pro Close
bawah (-), Look : Bagain lengan kiri ulna 1/3 Reduction
Demam bawah sulit dievaluasi proximal dengan
(-), Mual karena terpasang bidai. sinistra pemasangan
(-), Feel : Teraba hangat, Sensasi cast splintage /
Muntah (-) raba bagian distal (+), Gips atau Pro
CRT<2 detik, Pulsasi arteri Open Reduction
radialis (+) (AVN distal Internal
baik) Fixation
Movement : ROM terbatas Pasien
karena terpasang bidai dipuasakan ±6
jam sebelum
operasi
Laporan operasi
Tanggal operasi : 7/02/18
Jam operasi dimulai : 11.37 WIB
Jam operasi selesai : 11.57 WIB
Lamanya operasi : 20 menit
Laporan operasi :
Pasien diposisikan supinasi dengan general anestesi
9
Mengangkat regio antebrachii sinistra dengan elbow joint diposisikan 90° dan posisi
tersebut dipertahankan selama dilakukan tindakan reposisi
Mengukur daerah yang akan dipasang gips
Memasang gips
Penulisan tanggal pemasangan gips pada gips yang terpasang
10
yang
terpasang
gips (-)
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat
oleh ligamentum anulare yang melingkari caput radius dan di distal oleh sendi
radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung
fibrocartilago triangularis. Membrana interossius memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislocasi sendi radioulnar
yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan
oleh otot antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator
quadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama
dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah
12
tulang lengan bawah disertai dislocasi angulasi dan rotasi, terutama pada
radius. (1) Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang
lunatum dan naviculare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke
arah medial. Bagian distal sendi radiocarpal diperkuat dengan simpai di
sebelah volar dan dorsal, dan ligamen radiocarpal collateral ulnar dan radial.
Antara radius dan ulna selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat
hubungan tersebut, terdapat pula discus articularis, yang melekat dengan
semacam meniscus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen
collateral ulnar. (1)
Ligamen collateral ulnar bersama dengan meniscus homolognya dan discus
articularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. Yang kesemuanya
menghubungkan radius dengan ulna, disebut complex cartilage fibroid
triangularis (TFCC = triangularjibro cartilage complex). Gerakan sendi
radiocarpal adalah flexi dan extensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi
radial dan ulnar. Gerakan flexi dan extensi dapat mencapai 90º oleh karena
adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi
lunatumcapitatum dan sendi lain di corpus. Gerakan pada sendi radioulnar
distal adalah gerak rotasi. (1)
Tulang pada regio antebrachii
Os Radii
Ujung proximal radius membentuk caput radii (caput radii), berbentuk roda,
letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (fossa
articularis) yang serasi dengan caput radii. Caput radii dikelilingi oleh facies
articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan
incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii.
Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapat tuberositas radii. Corpus
radii di bagian tengah membentuk margo interossea(crista interossea), margo
anterior (margo volaris), dan margo poserior. Ujung distal radius melebar ke
arah lateral membentuk processus styloideus radii, dibagian medial
membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus
yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies
articularis carpi.
13
Os ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat
incisuratrochlearis (incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral,
membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal
disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus
coronoideus, dan disebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat
perlekatan m.brachialis. dibagian lateral dan incisura trochlearis terdapat
incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal
incisura radialis terdapat crista musculisupinatoris. Corpus ulnae membentuk
facies anterior, facies poserior, faciesmedialis, margo interosseus, margo
anterior dan margo poserior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (caput
ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal
terdapat processus styloideus serta sulcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung
distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius. (3)
14
Otot pada regio antebrachii (3)
Kelompok otot regio antebrachii anterior :
Superficial : Profunda :
M. Pronator teres M. Flexor digitorum profundus
M. Palmaris Longus M. Flexor policis langus
M. Flexor carpi radialis M. Pronator quadratus
M. Flexor digitorum superficialis
M. Flexor carpi ulnaris
M. Brachioradialis
Superficial : Profunda :
M. Extensor digitorum M. Supinator
15
M. Extensor digiti minimi M. Extensor policis longus
M. Extensor carpi ulnaris M. Extensor indicis
M. Abductor policis longus
M. Extensor policis brevis
16
Articulatio pada regio antebrachii (3)
Articulatio Cubiti
Articulatio cubiti atau disebut juga sendi siku di bentuk oleh tiga komponen
tulang yang bersendi yaitu os humerus,os radius, dan os ulna yang demikian
disebut articulatio composite. Pada sendi ini dapat di bedakan menjadi 3
bagian, yaitu :
17
longitudinal. Ketiga articulatio terebut mempunyai ligamentum bersama-sama
dalam satu kapsul sendi.Ligamentum tersebut adalah :
Diarthrosis
Synarthosis
Arteria radialis
Arteria brachialis di dalam fossa cubiti berada pada linea mediana, dan
setinggi collum radii membentuk bifurcatio menjadi arteria radialis dan arteria
ulnaris. Dari arah perjalanannya tampak seolah-olah arteria radialis
merupakan kelanjutan dari arteria brachialis. Diameter arteria radialis adalah
18
lebih kecil daripada arteria ulnaris. Arteria radialis dibagi menjadi 3 bagian,
sebagai berikut:
1. bagian pertama, terletak antara collum radii dan sisi medial processus
styloideus radii
3. bagian ketiga, mulai dari tempat di mana arteria radialis berjalan melalui
kedua caput m.interosseus dorsalis I menuju ke vola manus.
Bagian pertama arteria radialis berada pada regio brachium, ditutupi oleh
m.brachioradialis di bagian proximal, berjalan pada facies ventralis tendo
m.biceps brachii, m.supinator, insertio m.pronator teres, caput radialis
m.flexor digitorum superficialis, m.flexor pollicis longus, m.pronator
quadratus dan ujung distal os radius [ di sini dapat diraba pulsasinya ]. Pada
sepanjang antebrachium m.brachioradialis berada di sebelah lateral arteria
radialis. Di sepertiga bagian medial antebrachium nervus radialis berjalan di
sebelah lateral arteria radialis. M.flexor carpi radialis berada di sebelah medial
dari arteria radialis.
Memberi percabangan :
1. rami musculares
ARTERIA ULNARIS
19
masing cabang tersebut bergabung dengan arcus palmaris superficialis dan
arcus palmaris profundus. Memberi percabangan sebagai berikut :
a. pada antebrachium :
4. rami musculares
c. pada manus :
20
Inervasi regio antebrachii (3)
NERVUS MEDIANUS
Dibentuk oleh radix superior [ radix lateralis ] dari fasciculus lateralis dan
radix inferior [ radix medialis ] dari fasciculus medialis, berada di sebelah
lateral arteria axillaris. Dibentuk oleh serabut-serabut nervus yang berpusat
pada medulla spinalis segmental C 5 – Thoracal 1.
Sepanjang brachium n.medianus berjalan berdampingan dengan arteria
brachialis, mula-mula berada di sebelah lateral, lalu menyilang di sebelah
ventral arteria tersebut kira-kira pada pertengahan brachium; selanjutnya
memasuki fossa cubiti dan berada di sebelah medial arteria brachialis. Di
daerah brachium nervus ini tidak memberi percabangan. Memasuki daerah
antebrachium n.medianus berada di antara kedua caput m.pronator teres,
berjalan ke distal di bagian medial antebrachium, oleh karena itu disebut
nervus medianus, berada di sebelah profunda m.flexor digitorum sublimis.
Memberikan rami musculares untuk :
1. m.pronator teres
2. m.palmaris longus
3. m.flexor carpi radialis
4. m.flexor digitorum superficialis.
NERVUS ULNARIS
Merupakan cabang utama dari fasciculus medialis, berada di sebelah medial
a.axillaris, selanjutnya berjalan di sebelah medial a.brachialis. pada
pertengahan
brachium nervus ini berjalan ke arah dorsal menembus septum intermusculare
mediale, berjalan terus ke caudal dan berada pada facies dorsalis epicondylus
medialis humeri, yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris humeri; di tempat ini
n.ulnaris ditutupi oleh kulit sehingga dapat dipalpasi. Di daerah brachium
n.ulnaris tidak memberi percabangan. Nervus ini masuk regio antebrachium
dengan melewati celah di antara kedua caput m.flexor carpi ulnaris, lalu
berjalan di antara m.flexor carpi ulnaris dan m.flexor digitorum profundus.
Caput kedua otot tersebut diberikan rami musculares.
Di sebelah distal pertengahan antebrachium n.ulnaris memberi dua cabang
cutaneus, sebagai berikut :
1. ramus dorsalis, yang berjalan ke dorsal, berada di sebelah profunda tendo
m.flexor carpi ulnaris, mempernervusi kulit pada sisi ulnaris manus dan facies
21
dorsalis 1 ½ jari, sejauh phalanx intermedia;
2. ramus palmaris, yang mempernervusi kulit sisi ulnaris pergelangan tangan
dan manus. Pada ujung distal antebrachium n.ulnaris berjalan berdampingan
dengan arteria ulnaris, a.ulnaris berada di sebelah lateral, kemudian berjalan
bersama-sama memasuki daerah manus, terletak di sebelah superficialis dari
ligamentum carpi transversum, berada di antara os pisiforme [di bagian
medial] dan hamulus ossis hamati [ di bagian lateral ].
NERVUS RADIALIS
Merupakan cabang yang terbesar dari plexur brachialis dan adalah lanjutan
dari fasciculus poserior. Berjalan menyilang tendo m.latissimus dorsi, berada
di sebelah dorsal arteria axillaris, melewati tepi caudal m.teres major, di antara
caput longum m.triceps brachii dan humerus, selanjutnya berada di antara
caput medial dan caput lateral m.triceps brachii. Nervus ini berjalan ke distal
melingkari humerus [ berbentuk spiral ], berada di dalam sulcus spiralis
bersama-sama dengan arteria profunda brachii. Tiba pada sisi lateral brachium
n.radialis menembus septum intermusculare laterale, berjalan di antara
m.brachialis dan m.brachioradialis, di sebelah ventral epicondylus lateralis
humeri, terbagi dua menjadi ramus superficialis dan ramus profundus.
Memberi percabangan :
1. rami musculares untuk m.triceps brachii, m.anconeus, m.brachioradialis,
m.brachialis dan m.extensor carpi radialis longus,
2. nervus cutaneus brachii poserior, dipercabangkan di daerah axilla,
mempernervusi kulit brachium di bagian poserior sampai setinggi olecranon,
3. nervus cutaneus antebrachii poserior, dipercabangkan di dalam sulcus nervi
radialis, menembus caput laterale m.triceps brachii, mempernervusi kulit
antebrachium di bagian poserior sampai mencapai pergelangan tangan,
4. ramus articulus untuk articulatio cubiti. Ramus superficialis nervi radialis
merupakan lanjutan dari n.radialis, berjalan pada sisi lateral antebrachium,
ditutupi oleh m.brachioradialis. Pada kira-kira sepertiga bagian cranial
antebrachium nervus ini berjalan makin mendekati arteria radialis, pada
daerah sepertiga bagian medial antebrachium nervus ini sudah berjalan pada
sisi lateral arteria radialis, dan pada sepertiga bagian distal nervus radialis
meninggalkan a.radialis lalu berjalan ke arah dorsal dengan ditutupi oleh
tendo m.brachioradialis, mencapai facies dorsalis pergelangan
tangan
22
2.2 Fraktur
Definisi
23
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
(2)
1. Klasifikasi etiologis
· Stress fraktur. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
2. Klasifikasi klinis
3. Klasifikasi radiologis
1. Lokalisasi
· Diaphysis
· Metafysis
· Intra-articular
2. Configurasi
· Fraktur transversal
24
· Fraktur oblik
· Fraktur spiral
· Fraktur Z
· Fraktur segmental
· Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya
Fraktur epicondylus humeri, Fraktur trochanter mayor, Fraktur patella
· Fraktur impaks
· Fraktur epiphysis
3. Menurut extensi
· Fraktur total
25
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
· Bergeser (displaced)
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan(Look, Feel,Move)
26
· Pemeriksaan Penunjang
3. Profil koagulasi
cairan hati.(4)
Penanganan
Pada Fraktur yang tidak berubah posisinya dilakukan pemasangan gips di atas
siku. Pada Fraktur yang posisinya berubah harus dilakukan reposisi tertutup
untuk kemudian dipasang gips di atas siku. Untuk Fraktur radius ulnar
proximal, lengan bawah diimobilisasi dalam gips pada posisi supinasi. Posisi
ini dimaksudkan untuk mengatasi rotasi radius dan mengendurkan otot
supinator. Fraktur bagian distal umumnya diimobilisasi dalam posisi pronasi
dan patah tulang bagian tengah dalam posisi netral. Akan tetapi, pada
umumnya Fraktur kedua tulang radius dan ulna sulit untuk dilakukan reposisi
tertutup dengan baik sehingga diperlukan operasi reposisi terbuka dan fixasi
interna. Reposisi terbuka juga lebih sering diperlukan pada patah tulang yang
disertai dislocasi sendi. (1)
· Penyulit
Lesi nervus jarang terjadi pada Fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa
mengenai nervus radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera
nervus radialis ditemukan pada Fraktur Monteggia. Sedangkan cedera nervus
medianus sering terjadi pada Fraktur radius distal. (1) Karena di lengan bawah
terdapat banyak pembuluh darah collateral, kerusakan pembuluh darah jarang
berakibat berat terhadap lengan bawah. Penyulit yang segera tampak berupa
syndrome compartemen juga relatif jarang. Apabila terdapat syndrome ini,
biasanya sulit didiagnosis atau terlambat karena denyut nadi sering masih
27
teraba. Pengobatannya adalah fasiotomi yang cukup luas. Pada pembedahan
memang tidak boleh dilakukan penjahitan kembali fasia. (1)
· Komplikasi
Komplikasi lambat yang tersering adalah mallunion dan apabila union berupa
angulasi disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi
gangguan gerak pronasi dan supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya
sinososis atau jembatan callus, yaitu callus antara radius dan ulna sehingga
kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Sinososis ini dapat terjadi pada
Fraktur dislocasi, seperti Fraktur Monteggia atau Fraktur Galeazzi. (1)
Komplikasi yang tidak jarang terjadi adalah pseudoarthrosis karena gagal
union, misalnya akibat terjadinya infeksi, operasi yang terlalu merusakperios,
atau terselipnya otot di antara fragmen patahan tulang. Komplikasi infeksi
yang menyebabkan osteomyelitis biasanya merupakan akibat dari Fraktur
terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka. (1)
Mekanisme cidera
Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan
outstreched hand atau trauma langsung. Gaya twisting menghasilkan fraktur
spiral pada level tulang yang berbeda. Trauma langsung atau gangguan
angulasi menyebabkan fraktur transversal pada level tulang yang sama.
Sign
Look :
28
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau fraktur terbuka
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organorgan
lain
Keadaan vaskularisasi
Feel :
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
daerah trauma , temperatur kulit.
Move
29
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah
dan saraf.
X Ray
Treatment
1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu
dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku
30
d) Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal
i. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat membantu
untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila
didapatkan lesi vaskuler.
ii. Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.
iv. Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan
dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate
sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk menghindari tuberculum Lister dan
tendon-tendon ekstensor.
Komplikasi
1. Ischaemia
2. Non union
3. Mal union
4. Joint stiffness
31
Fraktur radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan sering
terjadi pada bagian proximal radius. Fragmen Fraktur akan terdislokasi ad
latitudinem dan ad periferam. Untuk penantalaksanaan dapat dilakukan
reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi pada Fraktur 1/3
distal, netral pada Fraktur 1/3 tengan dan supinasi pada Fraktur 1/3 proximal,
imobilisasi selama 4-6 minggu. . Fraktur ini sulit direposisi secara tertutup
atau akan mengalami redislocasi bila reposisi berhasil. Oleh karena itu,
dianjurkan reposisi terbuka dan biasanya dipasang fixasi interna dengan plat
jenis
Kompressi.
32
Definisi
- Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput
radii dan fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis.
33
Mekanisme cidera
Biasanya terjadi karena tangan menjadi titik tumpuan saat jatuh, lalu
tubuh
Sign
(1). Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda cedera pada nervus radialis.
(2) . Terdapat 2 tipe yaitu tipe extensi (lebih sering) dan tipe flexi. Pada
tipe extensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hyperextensi dan
pronasi. Sedangkan pada tipe flexi, gaya mendorong dari depan kearah
flexi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasike poserior.
(3) Gambaran radiologis
34
disertai dengan Fraktur olecranon. Kadang-kadang kaput radius
berdislocasi keposerior dan Fraktur ulna melengkung kebelakang
( Monteggia kebelakang). Pada Fraktur ulna yang terisolasi, selalu
diperlukan pemeriksaan sinar X pada siku. (2)
Pengobatan
Kalau kaput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan
bila tidak harus diterapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips
dengan siku yang diflexikan selama 6 minggu. Setelah itu dianjurkan
gerakan aktif. (2)
35
- 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral
- 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu
dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku
Prosedur tetap
36
1. Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, serta imobilisasi
dengan gips (long arm cast) dengan posisi lengan supinasi, selama 4-6
minggu.
Komplikasi
· Malunion
· Kompartemen sindrom
· Cross union
· Atropi sudeck
· Trauma N. Medianus
b. Fraktur Galeazzi
Definisi
37
Gambaran klinis
Gambaran radiologis
Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral
untuk dislocasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan flexi. Secara
38
konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah
menjadi pilihan. (1)
Operatif
· General anastesi
· Melepaskan tourniquet
c. Fraktur Colles
Definisi
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah
Fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan
39
pergeseran dorsal fragmen distal. Ini adalah Fraktur yang paling sering
ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan
permulaan oseoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya
wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
Klasifikasi
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada Fraktur extensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem
clasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka Fraktur Colles
dibedakan menjadi 4 tipe berikut : (4)
· Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi
radiocarpal
· Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi
radioulnar
· Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiocarpal dan
sendi radioulnar
· Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi
40
Trauma / Kelainan yang Berhubungan Fraktur extensi radius distal sering
terjadi bersamaan dengan trauma atau luka yang berhubungan, antara lain
: (4)
3. Fraktur carpal
Manifestasi Klinis
Kita dapat mengenali Fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam,
dengan penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan.
Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri
tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan. (2) Selain itu
juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan
pembengkakan di daerah yang terkena. (4)
41
Gambar 2.5. Dinner fork deformity
Diagnosis
42
Gambar 2.6 (a) Dinner fork deformity,
tangan
Penatalaksanaan (2)
43
Gambar 2.7 Reduksi : (a) Pelepasan impaksi
(c) Deviasiulnar
Pembebatan :
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari ; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak,
mengalami cyanosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk
membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X
yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan
reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran
ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun
tak ada bukti penyatuan secara radiologi, gips dapat dilepas dengan aman
dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.
44
• Angulasi normal sendi radiocarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23
derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak.
flexi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit
atau sampai fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan penekanan fragmen
distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal
tekanan pada segmen proximal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi
yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan.
45
Gambar 2.8 Reduksi pada Fraktur Colles
· Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan gips
perlu dibuka atau dilonggarkan. · Cedera nervus jarang terjadi dan yang
mengherankan tekanan nervus medianus pada saluran carpal pun jarang
terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen carpal yang melintang harus dibelah
sehingga tekanan saluran dalam carpal berkurang.
46
· Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau
karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk,
kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap.
· Delayed union dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi processus
styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.
d. Fraktur Smith’s
Definisi
Manifestasi klinik
47
Penonjolan dorsal fragmen proximal, fragmen distal di sisi volar
pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity). (1)
Gambaran radiologis
Penatalaksanaan
ORIF
· General anestesi
48
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien seorang anak perempuan dengan usia 8 tahun rujukan dari RS DKT
dengan keluhan nyeri pada lengan bawah yang menjalar sampai telapak
tangan kiri sejak kemarin setelah jatuh di depan rumah pukul 15.00 (16
jam SMRS). Pasien terpeleset kemudian jatuh ke sungai, pasien jatuh ke
arah kiri dengan lengan kiri menopang tubuh. Nyeri dirasakan segera
setelah jatuh terutama bila tangan digerakkan.
Pada pemeriksaan fisik pada status lokalis yaitu regio antebrachii sinistra
ditemukan udem(+), contusio (+), deformitas (-), perdarahan (-), Feel
hangat (+), krepitasi tidak dilakukan, AVN (+), dan pada pemeriksaan
Movement, ROM aktif dan pasif terbatas, false movement (-). Dari
pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan peningkatan kadar
leukosit yaitu 11.100 U/L, pada pemeriksaan x ray foto antebrachii sinistra
AP dan lateral tampak fraktur oblik pada tulang radius 1/3 proximal dan
fraktur transversal pada tulang ulna kiri 1/3 proximal.
Penanganan awal pada unnit gawat darurat dilakukan pemasangan infus
dan injeksi analgetik kemudian dilakukan pemasangan bidai dengan tujuan
imobilisasi lengan kiri bawah sebelum dilakukan tindakan reduksi secara
elektif. Jenis reduksi yang dilakukan pada pasien ini adalah reduksi
tertutup dengan pemasangan gips, tidakan reduksi dilakukan diruang
operasi dengan general anestesi.
Setelah dilakukan reduksi tertutup pasien dievaluasi neuro vaskuler distal
dan tanda-tanda kompartemen syndrom (painfull, pale, pulseless,
paresthesia, paralysis) sebagai salah satu komplikasi pemasangan gips
yang terlalu kencang.
Sehari setelah operasi pasien dipulangkan dengan syrup multivitamin dan
syrup ibuprofen sebagai antiinflamasi dan analgetik. Pasien diedukasi
untuk kontrol ke poli orthopedi 5 hari berikutnya.
49
BAB IV
KESIMPULAN
50
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta: EGC
2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi & Fraktur Sistem
Apley Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika.
51