Anda di halaman 1dari 51

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 Identitas Pasien


Nama : An. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 10-07-2009
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat/no.telp : Mes Korem, Mojokerto
Status perkawinan : Belum menikah
Tanggal MRS : 04 Februari 2018
I.2 Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri pada lengan kiri bawah
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan dari RS DKT diantar ke
IGD RSU Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan nyeri pada lengan
bawah yang menjalar sampai telapak tangan kiri sejak kemarin setelah
jatuh di depan rumah pukul 15.00 (16 jam SMRS). Pasien terpeleset
kemudian jatuh ke sungai, pasien jatuh ke arah kiri dengan lengan kiri
menopang tubuh. Nyeri dirasakan segera setelah jatuh terutama bila tangan
digerakkan. Kepala tidak terbentur, mual (-), muntah (-), sakit kepala (-).
Makan terakhir pukul 10 malam,
AMPLE : A:Alergi obat/ makanan (-)
M:Ibuprofen, sirup multivitamin
P:Riwayat kejang (-), asma (-)
L:Makan terakhir pukul 22.00
E: Sungai

Riwayat Penyakit Dahulu : Alergi(-), kejang(-), asma (-)


Riwayat Penyakit Keluarga : Alergi(-), kejang(-), asma (-)
Riwayat Pengobatan : Di RS DKT pasien diberikan ibuprofen

1
I.3 Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum : sakit sedang, gizi cukup
 Kesadaran : kesadaran
 GCS : 15 (E4M6V5)
 Tanda Vital
Nadi : 88 x/menit

Suhu : 36,7ºC

Skala nyeri : VAS 2/10

Pernapasan : 20 x/menit

 Kepala dan leher


Mata : Normal
Telinga : Normal
Hidung : Normal
Mulut : Normal
Bentuk : Normal
 Paru
Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi tambahan : Wheezing (-) Ronkhi (-)
 Jantung
Bunyi jantung : BJ I/II murni regular
Bising : Tidak ada
 Abdomen : Bunyi peristaltik ada kesan normal, hepar dan lien tidak teraba
 Ekstremitas :Terdapat deformitas, hematom dan nyeri tekan pada 1/3
proksimal radius-ulna
I.4 Primary Survey
Airway and C-Spine Immobilization
Airway = paten C spine = stabil
Breathing
Pola Nafas : gerak dada simetris
Pengunaan Otot Bantu Nafas : tidak ada
Suara Nafas : Vesikuler / Vesikuler
Frekuensi : 26 x/menit

2
Circulation
Akral Dingin : (-)
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
CRT : < 2 detik
Nadi : 140 x/menit, reguler, kuat
Disability
GCS :E4V5M6
Pupil : Isokor ka/ki
Reflek Cahaya : +/+
Exposure
Regio antebrachii sinistra
I.5 Secondary Survey
Breath
Paten, RR: 26 x/menit, Vesikuler, Wheezing -/-, Rhonki -/-.
Blood
N: 140x/menit, Akral hangat +/+, CRT < 2detik
Brain
GCS : E4 V5 M6, Reflek Cahaya (+/+), Pupil isokor ka/ki
Bowel
Supel, Nyeri Tekan (-), Bising Usus dbn
Bladder
Rasa Ingin Kencing (-), Simfisis Distended (-)
Bone
Regio antebantebrachii sinistra : udem (+), deformitas (-), nyeri tekan (-)

3
1.6 Status Lokalis

4
5
Regio antebrachii sinistra:
Look : udem(+), contusio (+), deformitas (-), perdarahan (-),
Feel :hangat (+), krepitasi tidak dilakukan, AVN (+)
Move : ROM aktif dan pasif terbatas, false movement (-)

1.7 Diagnosis I
Close fraktur antebrachii sinistra
1.8 Pemeriksaan Penunjang
 Radiologis

6
 Darah Lengkap
Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
HGB 14 g/dL 11,0 – 14,7 g/dl
WBC 11.100 U/L 4,8 – 10,8 103/uL
PLT 312.000 U/L 150-450 103/uL
GDA 81 mg/dL <200 mg/dL

1.9 Diagnosis II
Close fraktur oblik os radius 1/3 proximal
Close fraktur transversal non displaced os ulna 1/3 proximal sinistra
1.10 Planing Terapi

7
MRS
Inf D5 1/2 NS 1250mL/24 jam
Inj. Na metamizole 3x1/2 ampul
Imobilisasi sementara menggunakan bidai
Pro Close Reduction dengan pemasangan cast splintage / Gips atau Pro
Open Reduction Internal Fixation
1.11 Follow Up
TGL Subjective Objective Assesment Planning
5/02/18 Nyeri pada Vital Sign Close fraktur Inf D5 1/2 NS
(Pre OP) lengan kiri Suhu : 37oC Nadi : 80x/m oblik os radius 1250mL/24 jam
bawah (+), RR : 19 x/m 1/3 proximal Inj. Na
Kesemuta Status Lokalis (Regio Close fraktur metamizole
n pada antebrachii Sinistra) : transversal non 3x1/2 ampul
lengan kiri Look : Bagain lengan kiri displaced os Pro Close
bawah (-), bawah sulit dievaluasi ulna 1/3 Reduction
Demam karena terpasang bidai. proximal dengan
(-), Mual Feel : Teraba hangat, Sensasi sinistra pemasangan
(-), raba bagian distal (+), cast splintage /
Muntah (-) CRT<2 detik, Pulsasi arteri Gips atau Pro
radialis (+) (AVN distal Open Reduction
baik) Internal
Movement : ROM terbatas Fixation
karena terpasang bidai
6/02/18 Nyeri pada Vital Sign Close fraktur Inf D5 1/2 NS
(Pre OP) lengan kiri Suhu : 36,5oC Nadi : oblik os radius 1250mL/24 jam
bawah (+), 89x/m 1/3 proximal Inj. Na
Kesemuta RR : 19 x/m Close fraktur metamizole
n pada Status Lokalis (Regio transversal non 3x1/2 ampul
lengan kiri antebrachii Sinistra) : displaced os Pro Close
bawah (-), Look : Bagain lengan kiri ulna 1/3 Reduction
Demam bawah sulit dievaluasi proximal dengan
(-), Mual karena terpasang bidai. sinistra pemasangan
(-), Feel : Teraba hangat, Sensasi cast splintage /

8
Muntah (-) raba bagian distal (+), Gips atau Pro
CRT<2 detik, Pulsasi arteri Open Reduction
radialis (+) (AVN distal Internal
baik) Fixation
Movement : ROM terbatas Pasien
karena terpasang bidai dipuasakan ±6
jam sebelum
operasi
7/02/18 Nyeri pada Vital Sign Close fraktur Inf D5 1/2 NS
lengan kiri Suhu : 36,5oC Nadi : oblik os radius 1250mL/24 jam
bawah (+), 90x/m 1/3 proximal Inj. Na
Kesemuta RR : 19 x/m Close fraktur metamizole
n pada Status Lokalis (Regio transversal non 3x1/2 ampul
lengan kiri antebrachii Sinistra) : displaced os Pro Close
bawah (-), Look : Bagain lengan kiri ulna 1/3 Reduction
Demam bawah sulit dievaluasi proximal dengan
(-), Mual karena terpasang bidai. sinistra pemasangan
(-), Feel : Teraba hangat, Sensasi cast splintage /
Muntah (-) raba bagian distal (+), Gips atau Pro
CRT<2 detik, Pulsasi arteri Open Reduction
radialis (+) (AVN distal Internal
baik) Fixation
Movement : ROM terbatas Pasien
karena terpasang bidai dipuasakan ±6
jam sebelum
operasi
Laporan operasi
Tanggal operasi : 7/02/18
Jam operasi dimulai : 11.37 WIB
Jam operasi selesai : 11.57 WIB
Lamanya operasi : 20 menit
Laporan operasi :
Pasien diposisikan supinasi dengan general anestesi

9
Mengangkat regio antebrachii sinistra dengan elbow joint diposisikan 90° dan posisi
tersebut dipertahankan selama dilakukan tindakan reposisi
Mengukur daerah yang akan dipasang gips
Memasang gips
Penulisan tanggal pemasangan gips pada gips yang terpasang

8/02/18 Rasa sakit Vital Sign Close fraktur AFF Infus


(Post pada Suhu : 37oC Nadi : 95x/m oblik os radius Syrup
Op) daerah RR : 19 x/m 1/3 proximal multivitamin
fraktur (-) Status Lokalis (Regio Close fraktur dan mineral 2 x
Rasa gatal antebrachii Sinistra) : transversal non 1 sendok teh
pada Look : Terpasang gips displaced os Syrup ibuprofen
daerah Feel : Teraba hangat pada ulna 1/3 3 x 1 sendok teh
yang bagian distal, Sensasi raba proximal KRS
terpasang bagian distal (+), CRT<2 sinistra
gips (-) detik(AVN distal baik)
Rasa Movement : Imobilisasi
kesemutan dengan gips
pada
daerah

10
yang
terpasang
gips (-)

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi

 Topografi regio antebrachii


Regio antebrachii tersusun atas berbagai struktur anatomi yang berhubungan
satu sama lain, yakni kulit, otot-otot, tulang, persendian, nervus, dan
pembuluh darah. Regio antebrachii dibagi menjadi 2 yaitu regio antebrachii
anterior dan regio antebrachii poserior. (1)

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat
oleh ligamentum anulare yang melingkari caput radius dan di distal oleh sendi
radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung
fibrocartilago triangularis. Membrana interossius memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislocasi sendi radioulnar
yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan
oleh otot antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator
quadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama
dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah

12
tulang lengan bawah disertai dislocasi angulasi dan rotasi, terutama pada
radius. (1) Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang
lunatum dan naviculare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke
arah medial. Bagian distal sendi radiocarpal diperkuat dengan simpai di
sebelah volar dan dorsal, dan ligamen radiocarpal collateral ulnar dan radial.
Antara radius dan ulna selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat
hubungan tersebut, terdapat pula discus articularis, yang melekat dengan
semacam meniscus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen
collateral ulnar. (1)
Ligamen collateral ulnar bersama dengan meniscus homolognya dan discus
articularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. Yang kesemuanya
menghubungkan radius dengan ulna, disebut complex cartilage fibroid
triangularis (TFCC = triangularjibro cartilage complex). Gerakan sendi
radiocarpal adalah flexi dan extensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi
radial dan ulnar. Gerakan flexi dan extensi dapat mencapai 90º oleh karena
adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi
lunatumcapitatum dan sendi lain di corpus. Gerakan pada sendi radioulnar
distal adalah gerak rotasi. (1)
 Tulang pada regio antebrachii
Os Radii
Ujung proximal radius membentuk caput radii (caput radii), berbentuk roda,
letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (fossa
articularis) yang serasi dengan caput radii. Caput radii dikelilingi oleh facies
articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan
incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii.
Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapat tuberositas radii. Corpus
radii di bagian tengah membentuk margo interossea(crista interossea), margo
anterior (margo volaris), dan margo poserior. Ujung distal radius melebar ke
arah lateral membentuk processus styloideus radii, dibagian medial
membentuk incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus
yang ditempati oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies
articularis carpi.

13
Os ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat
incisuratrochlearis (incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral,
membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal
disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus
coronoideus, dan disebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat
perlekatan m.brachialis. dibagian lateral dan incisura trochlearis terdapat
incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal
incisura radialis terdapat crista musculisupinatoris. Corpus ulnae membentuk
facies anterior, facies poserior, faciesmedialis, margo interosseus, margo
anterior dan margo poserior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (caput
ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal
terdapat processus styloideus serta sulcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung
distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius. (3)

14
Otot pada regio antebrachii (3)
Kelompok otot regio antebrachii anterior :

Superficial : Profunda :
M. Pronator teres M. Flexor digitorum profundus
M. Palmaris Longus M. Flexor policis langus
M. Flexor carpi radialis M. Pronator quadratus
M. Flexor digitorum superficialis
M. Flexor carpi ulnaris

Kelompok otot antebrachii lateral :

M. Brachioradialis

M. Extensor carpi radialis longus

M. Extensor carpi radialis brevis

Otot antebrachii posterior :

Superficial : Profunda :
M. Extensor digitorum M. Supinator

15
M. Extensor digiti minimi M. Extensor policis longus
M. Extensor carpi ulnaris M. Extensor indicis
M. Abductor policis longus
M. Extensor policis brevis

16
 Articulatio pada regio antebrachii (3)

Articulatio Cubiti

Articulatio cubiti atau disebut juga sendi siku di bentuk oleh tiga komponen
tulang yang bersendi yaitu os humerus,os radius, dan os ulna yang demikian
disebut articulatio composite. Pada sendi ini dapat di bedakan menjadi 3
bagian, yaitu :

· Articulatio humeroulnaris : sendi yang di bentuk oleh trochlea humeri dan


incisura semilunaris ulnae.Berdasarkan bentuk tulang yang
bersendi,articulation ini diclasifikasikan sebagai articulation trochlearis karena
salah satu tulang bersendi berbentuk seperti pada katrol yang mempunyai axis
tranversal yang melalui trochlea humeri.

· Articulatio humeroradialis : sendi yang dibentuk oleh capituculum humeri


dan fovea capituli radii articulatio ini diclasifikasikan sebagai articulatio
globoidea atau sendi peluru yang mempunyai tiga axis yaitu axis
sagital,tranversal, dan longitudinal.

· Articulatio radioulnaris proximalis : sendi yang di bentuk oleh cirumferentia


articularis radii dan incisura radialis ulnae. Articulatio ini di klasifikasikan
sebagai articulatio trochoidea yang mempunyai satu axis yaitu axis

17
longitudinal. Ketiga articulatio terebut mempunyai ligamentum bersama-sama
dalam satu kapsul sendi.Ligamentum tersebut adalah :

a. Ligamentum collaterale ulnae, berdasarkan tempat perletakannya di bagi


jadi tiga, yaitu:

· Pars anterior, dari epicondyulus humeri ke processus coronodeus.

· Pars poserior, dari epicondyulus medialis humeri ke olecranon.

· Pars tranversa, dari perlekatan ulna antara kedua ligamentum terdahulu.

b. Ligamentum collaterale radiale : terbentang dari epicondylus lateralis


humeri ke ulna dan ligamentum anulare radii.

c. Ligamentum anulare radii yaitu ligamentum yang melingkari


circumferentina articularis radii dan melekat pada tepi ventral dan dorsal
incisura radialis radii

Hubungan antara radius dan ulna

Hubungan antara radius dan ulnae ada dua macam :

Diarthrosis

1.articulatio radioulnaris proximale

2.articulatio radioulnaris distalis,yaitu sendi antara incisura ulnaris radii


dengan circumferentia articularis ulnae.

Synarthosis

Hubungan synarthosis berupa syndesmosis radioulnaris sebagai membrana


interossea antebracii, dengan arah serabut yang berlainan sehingga pada saat
pronasi maupun supinasi jaringan ikat ini tidak seluruhnya tegang

 Vaskularisasi regio antebrachii (3)

Arteria radialis

Arteria brachialis di dalam fossa cubiti berada pada linea mediana, dan
setinggi collum radii membentuk bifurcatio menjadi arteria radialis dan arteria
ulnaris. Dari arah perjalanannya tampak seolah-olah arteria radialis
merupakan kelanjutan dari arteria brachialis. Diameter arteria radialis adalah

18
lebih kecil daripada arteria ulnaris. Arteria radialis dibagi menjadi 3 bagian,
sebagai berikut:

1. bagian pertama, terletak antara collum radii dan sisi medial processus
styloideus radii

2. bagian kedua, mulai dari arteria radialis membelok ke poserior di sebelah


distal processus styloideus radii sampai ketika arteri itu meninggalkan
Anatomical Snuffbox.

3. bagian ketiga, mulai dari tempat di mana arteria radialis berjalan melalui
kedua caput m.interosseus dorsalis I menuju ke vola manus.

Bagian pertama arteria radialis berada pada regio brachium, ditutupi oleh
m.brachioradialis di bagian proximal, berjalan pada facies ventralis tendo
m.biceps brachii, m.supinator, insertio m.pronator teres, caput radialis
m.flexor digitorum superficialis, m.flexor pollicis longus, m.pronator
quadratus dan ujung distal os radius [ di sini dapat diraba pulsasinya ]. Pada
sepanjang antebrachium m.brachioradialis berada di sebelah lateral arteria
radialis. Di sepertiga bagian medial antebrachium nervus radialis berjalan di
sebelah lateral arteria radialis. M.flexor carpi radialis berada di sebelah medial
dari arteria radialis.

Memberi percabangan :

1. rami musculares

2. ramus carpalis palmaris

3. ramus palmaris superficialis

4. arteria recurrens radialis

ARTERIA ULNARIS

Mempunyai bentuk yang lebih besar daripada arteria radialis. Setelah


dipercabangkan oleh arteria brachialis maka arteria ulnaris berjalan oblique ke
arah caudal, mencapai sisi ulnaris antebrachium kira-kira pada pertengahan
antebrachium. Selanjutnya berjalan sepanjang sisi ulnaris pergelangan tangan,
menyilang ligamentum carpi transversum di sebelah radialis os pisiforme.
Tepat di sebelah distal os pisiforme arteria ulnaris bercabang dua dan masing-

19
masing cabang tersebut bergabung dengan arcus palmaris superficialis dan
arcus palmaris profundus. Memberi percabangan sebagai berikut :

a. pada antebrachium :

1. arteria recurrens ulnaris anterior

2. arteria recurrens ulnaris poserior

3. arteria interossea communis

4. rami musculares

b. pada pergelangan tangan :

1. arteria interossea anterior

2. arteria interossea poserior

c. pada manus :

1. arcus palmaris superficialis

2. ramus palmaris profundus

20
 Inervasi regio antebrachii (3)
NERVUS MEDIANUS
Dibentuk oleh radix superior [ radix lateralis ] dari fasciculus lateralis dan
radix inferior [ radix medialis ] dari fasciculus medialis, berada di sebelah
lateral arteria axillaris. Dibentuk oleh serabut-serabut nervus yang berpusat
pada medulla spinalis segmental C 5 – Thoracal 1.
Sepanjang brachium n.medianus berjalan berdampingan dengan arteria
brachialis, mula-mula berada di sebelah lateral, lalu menyilang di sebelah
ventral arteria tersebut kira-kira pada pertengahan brachium; selanjutnya
memasuki fossa cubiti dan berada di sebelah medial arteria brachialis. Di
daerah brachium nervus ini tidak memberi percabangan. Memasuki daerah
antebrachium n.medianus berada di antara kedua caput m.pronator teres,
berjalan ke distal di bagian medial antebrachium, oleh karena itu disebut
nervus medianus, berada di sebelah profunda m.flexor digitorum sublimis.
Memberikan rami musculares untuk :
1. m.pronator teres
2. m.palmaris longus
3. m.flexor carpi radialis
4. m.flexor digitorum superficialis.
NERVUS ULNARIS
Merupakan cabang utama dari fasciculus medialis, berada di sebelah medial
a.axillaris, selanjutnya berjalan di sebelah medial a.brachialis. pada
pertengahan
brachium nervus ini berjalan ke arah dorsal menembus septum intermusculare
mediale, berjalan terus ke caudal dan berada pada facies dorsalis epicondylus
medialis humeri, yaitu di dalam sulcus nervi ulnaris humeri; di tempat ini
n.ulnaris ditutupi oleh kulit sehingga dapat dipalpasi. Di daerah brachium
n.ulnaris tidak memberi percabangan. Nervus ini masuk regio antebrachium
dengan melewati celah di antara kedua caput m.flexor carpi ulnaris, lalu
berjalan di antara m.flexor carpi ulnaris dan m.flexor digitorum profundus.
Caput kedua otot tersebut diberikan rami musculares.
Di sebelah distal pertengahan antebrachium n.ulnaris memberi dua cabang
cutaneus, sebagai berikut :
1. ramus dorsalis, yang berjalan ke dorsal, berada di sebelah profunda tendo
m.flexor carpi ulnaris, mempernervusi kulit pada sisi ulnaris manus dan facies

21
dorsalis 1 ½ jari, sejauh phalanx intermedia;
2. ramus palmaris, yang mempernervusi kulit sisi ulnaris pergelangan tangan
dan manus. Pada ujung distal antebrachium n.ulnaris berjalan berdampingan
dengan arteria ulnaris, a.ulnaris berada di sebelah lateral, kemudian berjalan
bersama-sama memasuki daerah manus, terletak di sebelah superficialis dari
ligamentum carpi transversum, berada di antara os pisiforme [di bagian
medial] dan hamulus ossis hamati [ di bagian lateral ].
NERVUS RADIALIS
Merupakan cabang yang terbesar dari plexur brachialis dan adalah lanjutan
dari fasciculus poserior. Berjalan menyilang tendo m.latissimus dorsi, berada
di sebelah dorsal arteria axillaris, melewati tepi caudal m.teres major, di antara
caput longum m.triceps brachii dan humerus, selanjutnya berada di antara
caput medial dan caput lateral m.triceps brachii. Nervus ini berjalan ke distal
melingkari humerus [ berbentuk spiral ], berada di dalam sulcus spiralis
bersama-sama dengan arteria profunda brachii. Tiba pada sisi lateral brachium
n.radialis menembus septum intermusculare laterale, berjalan di antara
m.brachialis dan m.brachioradialis, di sebelah ventral epicondylus lateralis
humeri, terbagi dua menjadi ramus superficialis dan ramus profundus.
Memberi percabangan :
1. rami musculares untuk m.triceps brachii, m.anconeus, m.brachioradialis,
m.brachialis dan m.extensor carpi radialis longus,
2. nervus cutaneus brachii poserior, dipercabangkan di daerah axilla,
mempernervusi kulit brachium di bagian poserior sampai setinggi olecranon,
3. nervus cutaneus antebrachii poserior, dipercabangkan di dalam sulcus nervi
radialis, menembus caput laterale m.triceps brachii, mempernervusi kulit
antebrachium di bagian poserior sampai mencapai pergelangan tangan,
4. ramus articulus untuk articulatio cubiti. Ramus superficialis nervi radialis
merupakan lanjutan dari n.radialis, berjalan pada sisi lateral antebrachium,
ditutupi oleh m.brachioradialis. Pada kira-kira sepertiga bagian cranial
antebrachium nervus ini berjalan makin mendekati arteria radialis, pada
daerah sepertiga bagian medial antebrachium nervus ini sudah berjalan pada
sisi lateral arteria radialis, dan pada sepertiga bagian distal nervus radialis
meninggalkan a.radialis lalu berjalan ke arah dorsal dengan ditutupi oleh
tendo m.brachioradialis, mencapai facies dorsalis pergelangan
tangan

22
2.2 Fraktur

 Definisi

Fraktur adalah rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan


adanya ruda paksa yang timbul secara mendadak. Selain itu fraktur juga dapat
didefinisikan sebagai rusaknya kontinuitas tulang normal yang disebabkan

23
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
(2)

 Klasifikasi Fraktur (2)

Fraktur dibedakan atas beberapa clasifikasi, antara lain:

1. Klasifikasi etiologis

· Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

· Fraktur patologis. Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat


kelainan patologis di dalam tulang.

· Stress fraktur. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.

2. Klasifikasi klinis

· Fraktur tertutup (simple fraktur). Suatu Fraktur yang tidak mempunyai


hubungan dengan dunia luar

· Fraktur terbuka (compound fraktur). Fraktur yang mempunyai hubungan


dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam) atau from without (dari luar)

· Fraktur dengan komplikasi (compicated fraktur). Fraktur yang disertai


dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, infeksi tulang

3. Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas:

1. Lokalisasi

· Diaphysis

· Metafysis

· Intra-articular

· Fraktur dengan dislocasi

2. Configurasi

· Fraktur transversal

24
· Fraktur oblik

· Fraktur spiral

· Fraktur Z

· Fraktur segmental

· Fraktur comminutiva, Fraktur lebih dari dua fragmen

· Fraktur baji, biasanya pada vertebra karena trauma compressi

· Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo, misalnya
Fraktur epicondylus humeri, Fraktur trochanter mayor, Fraktur patella

· Fraktur depresi, karena trauma langsung, misalnya pada tulang


tengkorak

· Fraktur impaks

· Fraktur pecah (burst), dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah,


misalnya pada Fraktur vertebra, patella, talus, calcaneus

· Fraktur epiphysis

3. Menurut extensi

· Fraktur total

· Fraktur tidak total (Fraktur crack)

· Fraktur buckie atau torus

· Fraktur garis rambut

· Fraktur green stick

25
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

· Tidak bergeser (undisplaced)

· Bergeser (displaced)

 Diagnosis

Anamnesis

Mendapatkan mekanisme dari cidera

Pemeriksaan(Look, Feel,Move)

Pada pemeriksaan fisik didapati tanda Fraktur, Pemeriksa harus


memperhitungkan kemungkinan adanya gangguan syaraf atau kerusakan
pembuluh darah. Pada pemeriksaan radiologis yang perlu diperhatikan adalah
adanya luxasi sendi radioulnar proximal atau distal yang lebih Klasifikasi
Fraktur Antebrachii dicurigai apabila ditemukan Fraktur hanya pada salah satu
tulang disertai dislocasi. (1)

26
· Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan penunjang pada kasus Fraktur :

1. Scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging (MRI)


memperlihatkan Fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak.

2. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vasculer

3. Profil koagulasi

4. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multiple atau

cairan hati.(4)

Penanganan

Pada Fraktur yang tidak berubah posisinya dilakukan pemasangan gips di atas
siku. Pada Fraktur yang posisinya berubah harus dilakukan reposisi tertutup
untuk kemudian dipasang gips di atas siku. Untuk Fraktur radius ulnar
proximal, lengan bawah diimobilisasi dalam gips pada posisi supinasi. Posisi
ini dimaksudkan untuk mengatasi rotasi radius dan mengendurkan otot
supinator. Fraktur bagian distal umumnya diimobilisasi dalam posisi pronasi
dan patah tulang bagian tengah dalam posisi netral. Akan tetapi, pada
umumnya Fraktur kedua tulang radius dan ulna sulit untuk dilakukan reposisi
tertutup dengan baik sehingga diperlukan operasi reposisi terbuka dan fixasi
interna. Reposisi terbuka juga lebih sering diperlukan pada patah tulang yang
disertai dislocasi sendi. (1)

· Penyulit

Lesi nervus jarang terjadi pada Fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa
mengenai nervus radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera
nervus radialis ditemukan pada Fraktur Monteggia. Sedangkan cedera nervus
medianus sering terjadi pada Fraktur radius distal. (1) Karena di lengan bawah
terdapat banyak pembuluh darah collateral, kerusakan pembuluh darah jarang
berakibat berat terhadap lengan bawah. Penyulit yang segera tampak berupa
syndrome compartemen juga relatif jarang. Apabila terdapat syndrome ini,
biasanya sulit didiagnosis atau terlambat karena denyut nadi sering masih

27
teraba. Pengobatannya adalah fasiotomi yang cukup luas. Pada pembedahan
memang tidak boleh dilakukan penjahitan kembali fasia. (1)

· Komplikasi

Komplikasi lambat yang tersering adalah mallunion dan apabila union berupa
angulasi disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi
gangguan gerak pronasi dan supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya
sinososis atau jembatan callus, yaitu callus antara radius dan ulna sehingga
kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Sinososis ini dapat terjadi pada
Fraktur dislocasi, seperti Fraktur Monteggia atau Fraktur Galeazzi. (1)
Komplikasi yang tidak jarang terjadi adalah pseudoarthrosis karena gagal
union, misalnya akibat terjadinya infeksi, operasi yang terlalu merusakperios,
atau terselipnya otot di antara fragmen patahan tulang. Komplikasi infeksi
yang menyebabkan osteomyelitis biasanya merupakan akibat dari Fraktur
terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka. (1)

 Fraktur Antebrachii (3)

Mekanisme cidera

Mekanisme trauma pada antebrachii yang paling sering adalah jatuh dengan
outstreched hand atau trauma langsung. Gaya twisting menghasilkan fraktur
spiral pada level tulang yang berbeda. Trauma langsung atau gangguan
angulasi menyebabkan fraktur transversal pada level tulang yang sama.

Sign

Look :

 Bandingkan dengan bagian yang sehat

 Posisi anggota gerak

 Keadaan umum penderita secara keseluruhan

 Ekspresi wajah karena nyeri

 Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

28
 Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau fraktur terbuka

 Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

 Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan

 Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organorgan
lain

 Perhatikan kondisi mental penderita

 Keadaan vaskularisasi

Feel :

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh


sangat nyeri.

 Temperatur setempat yang meningkat

 Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara


hati-hati.

 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri


radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota
gerak yang terkena.

 Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
daerah trauma , temperatur kulit.

 Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui


adanya perbedaan panjang tungkai.

Move

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan


pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada
pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat
sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga

29
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah
dan saraf.

X Ray

Treatment

 Metode Penanganan Konservatif

Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi tangan


berubah akibat rotasi. Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis
patahnya

 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat


kesegarisan fragmen distal supinasi.

 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral.

 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu
dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku

 Metode Penanganan Operatif

Empat eksposur dasar yang direkomendasikan:

a) Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna

b) Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal

c) Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum


radius sampai ¼ distal shaft radius

30
d) Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal

i. Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat membantu
untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila
didapatkan lesi vaskuler.

ii. Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

iii. Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin

iv. Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan
dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate
sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk menghindari tuberculum Lister dan
tendon-tendon ekstensor.

v. Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Komplikasi

1. Ischaemia

2. Non union

3. Mal union

4. Joint stiffness

 Fraktur Satu Tulang (3)

31
Fraktur radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan sering
terjadi pada bagian proximal radius. Fragmen Fraktur akan terdislokasi ad
latitudinem dan ad periferam. Untuk penantalaksanaan dapat dilakukan
reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi pada Fraktur 1/3
distal, netral pada Fraktur 1/3 tengan dan supinasi pada Fraktur 1/3 proximal,
imobilisasi selama 4-6 minggu. . Fraktur ini sulit direposisi secara tertutup
atau akan mengalami redislocasi bila reposisi berhasil. Oleh karena itu,
dianjurkan reposisi terbuka dan biasanya dipasang fixasi interna dengan plat
jenis

Kompressi.

Fraktur ulna biasanya disebabkan oleh trauma langsung, misalnya menangkis


pukulan dengan lengan bawah. Relatif sering terjadi Fraktur yang tidak
berubah posisinya. Pada gejala klinis : didapatkan adanya tanda-tanda Fraktur
seperti edema, deformitas. “false movement”, krepitasi dan nyeri.

Radiologis : anteroposerior dan lateral, akan didapakan adanya diskontinuitas


tulang. Pengobatan biasanya konservatif dengan pemasangan gips (long arm
cast), jika reposisi tertutup gagal atau terjadi komplikasi nonunion, malunion,
maka dapat dilakukan reposisi secara terbuka. Kadang Juga terjadi Fraktur
yang terdislocasi, dalam hal Ini harus diteliti apakah ada juga Fraktur tulang
radius atau dislocasi sendi radioulnar. Pada Fraktur yang comminutiva dapat
terjadi penyatuan lambat atau pseudoarthrosis dan ini memerlukan tindak
operatif disertai cangkok tulang. (1)

 Fraktur Antebrachii Yang Khas (3)


a. Fraktur Monteggia

32
Definisi

Monteggia mempublikasikan Fraktur ini sebagai Fraktur sepertiga


proximal ulna disertai dislocasi ke anterior dari caput radius(1,2).
Ternyata kemudian terbukti bahwa dislocasi ini dapat terjadi ke lateral
dan juga ke poserior.

Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu


melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis.
(1)

Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:

Bado 1, dislokasi kaput radius ke anterior

Bado 2, dislokasi radius ke kaput posterior

Bado 3, dislokasi kaput radius ke lateral

Bado 4, dislokasi kaput radius disertai fraktur radius dan ulna

Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai


dislokasi anterior kaput radius

- Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai


dislokasi posterior kaput radii dan fraktur kaput radii

- Fraktur ulna distal processus coracoideus dengan dislokasi lateral kaput


radii

- Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput
radii dan fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis.

33
Mekanisme cidera

Biasanya terjadi karena tangan menjadi titik tumpuan saat jatuh, lalu
tubuh

mengalami rotasi dan momentumnya memaksa tangan untuk pronasi.

Sign

Pada umumnya menyerupai Fraktur pada lengan bawah dan apabila


terdapat dislocasi ke anterior, caput radius akan dapat diraba pada fossa
kubitus.

(1). Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada
tidaknya tanda-tanda cedera pada nervus radialis.

(2) . Terdapat 2 tipe yaitu tipe extensi (lebih sering) dan tipe flexi. Pada
tipe extensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hyperextensi dan
pronasi. Sedangkan pada tipe flexi, gaya mendorong dari depan kearah
flexi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasike poserior.
(3) Gambaran radiologis

Gambaran radiologis jelas memperlihatkan adanya Fraktur ulna yang


disertai dislocasi sendi radio-humeral. (1) Pada kasus biasa kaput radius
berdislocasi kedepan, dan terdapat Fraktur pada sepertiga bagian atas
ulna dengan pelengkungan kedepan. Kadang-kadang dislocasi radius

34
disertai dengan Fraktur olecranon. Kadang-kadang kaput radius
berdislocasi keposerior dan Fraktur ulna melengkung kebelakang
( Monteggia kebelakang). Pada Fraktur ulna yang terisolasi, selalu
diperlukan pemeriksaan sinar X pada siku. (2)

Pengobatan

Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode


operatif sering menjadi pilihan pada Fraktur Monteggia pada orang
dewasa. (1) .

Petunjuk untuk keberhasilan terapi adalah memulihkan panjangnya ulna


yang mengalami Fraktur, hanya setelah itu sendi yang berdislocasi dapat
sepenuhnya direduksi. Pada anak-anak kadang-kadang dapat dilakukan
manipulasi, tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi
terbuka dan pemasangan plat.

Kalau kaput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan
bila tidak harus diterapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips
dengan siku yang diflexikan selama 6 minggu. Setelah itu dianjurkan
gerakan aktif. (2)

Metode Penanganan Konservatif

Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi


tangan berubah akibat rotasi. Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak
garis patahnya

- 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat


kesegarisan fragmen distal supinasi

35
- 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral

- 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu
dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku

Metode Penanganan Operatif

- Empat eksposur dasar yang direkomendasikan

1. Straight ulnar approach untuk p shaft ulna

2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal

3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum


radius sampai ¼ distal shaft radius

4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal

- Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat


membantu untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan
kecuali bila didapatkan lesi vaskuler.

- Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

- Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin - Letakkan plate idealnya


pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral pada radius, dan sisi
dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan pada
sisi volar untuk menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon
ekstensor. Plat yang digunakan yaitu 3,5-mm dynamic compression (DC)
plate atau limited contact – dynamic compression (LC-DC) plate.

- Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Prosedur tetap

36
1. Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, serta imobilisasi
dengan gips (long arm cast) dengan posisi lengan supinasi, selama 4-6
minggu.

2. Bila reposisi tertutup gagal maka dilakukan fiksasi internal, post


operasi dilakukan tes pada sendi radioulnar bila tidak stabil imobilisai
dengan gips pada posisi lengan supinasi selama 3 minggu dilakukan
fiksasi internal.

3. Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement”


kemudian imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan eksternal
fiksasi.

Komplikasi

· Malunion

· Kompartemen sindrom

· Cross union

· Atropi sudeck

· Trauma N. Medianus

· Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan tangan, pronasi, supinasi,


fleksi palmar, pergerakan serta ekstensi

b. Fraktur Galeazzi

Definisi

Fraktur ini merupakan Fraktur distal radius disertai dislocasi atau


subluxasi sendi radioulnar distal. Terjadinya Fraktur ini biasanya akibat
trauma langsung sisi lateral ketika jatuh. Saat pasien jatuh dengan tangan
terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
(1,3)

37
Gambaran klinis

Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada Fraktur Monteggia.


Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang
mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi nervus ulnaris yang
sering terjadi. (2). Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislocasi
fragmen Fraktur. Bila ringan. nyeri dan tegang hanya dirasakan pada
daerah Fraktur; bila berat, biasanya terjadi pemendekan lengan bawah.
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada
pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.(1)

Gambaran radiologis

Fraktur melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada sepertiga


bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi
radioulnar inferior subluxasi atau dislocasi. (2)

Pengobatan

Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral
untuk dislocasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan flexi. Secara

38
konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah
menjadi pilihan. (1)

Operatif

· General anastesi

· Atur tourniquet 200-250 mm Hg.

· Menggunakan approach volar Henry atau Thompson approach

· Mereduksi fraktur menggunakan bantuan broad fraktur reduction


forceps

· Menggunakan C-arm untuk mengconfirmasi fraktur/bone alignment.

· Plat yang digunakan yaitu 3,5-mm dynamic compression (DC) plate


atau limited contact – dynamic compression (LC-DC) plate.

· Mengevaluasi alignment dan stabilitas.

· Melepaskan tourniquet

· memeriksa reducsi menggunakan foto rontgent.

· Irrigasi and tutup luka operasi.

· Pasang long arm splint

c. Fraktur Colles

Definisi

Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah
Fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan

39
pergeseran dorsal fragmen distal. Ini adalah Fraktur yang paling sering
ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan
permulaan oseoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya
wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.

Klasifikasi

Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada Fraktur extensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem
clasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka Fraktur Colles
dibedakan menjadi 4 tipe berikut : (4)

· Tipe IA : Fraktur radius extra articular

· Tipe IB : Fraktur radius dan ulna extra articular

· Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiocarpal

· Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi
radiocarpal

· Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar

· Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi

radioulnar

· Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiocarpal dan

sendi radioulnar

· Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi

radiocarpal dan sendi radioulnar

40
Trauma / Kelainan yang Berhubungan Fraktur extensi radius distal sering
terjadi bersamaan dengan trauma atau luka yang berhubungan, antara lain
: (4)

1. Fraktur processus styloideus (60 %)

2. Fraktur collum ulna

3. Fraktur carpal

4. Subluxasi radioulnar distal

5. Ruptur tendon flexor

6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris

Manifestasi Klinis

Kita dapat mengenali Fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam,
dengan penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan.
Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri
tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan. (2) Selain itu
juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan
pembengkakan di daerah yang terkena. (4)

41
Gambar 2.5. Dinner fork deformity

Diagnosis

Diagnosis Fraktur dengan fragmen terdislocasi tidak menimbulkan


kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah
tulang Colles. Bila Fraktur terjadi tanpa dislocasi fragmen patahannya,
diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. (1,3)
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
hancurnya Fraktur comminutiva dan mengetahui letak persis patahannya.
(1) Pada gambaran radiologis dapat diclasifikasikan stabil dan instabil.
Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila
patahnya comminutiva. Pada keadaan tipe tersebut perioseum bagian
dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh. (4). Terdapat Fraktur radius
melintang pada sambungan corticocanselosa, dan processus styloideus
ulnar sering putus. Fragmen radius :

1. Bergeser dan miring ke belakang

2. Bergeser dan miring ke radial

3. Terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami pehancuran


dan comminutiva yang hebat. (4)

42
Gambar 2.6 (a) Dinner fork deformity,

(b) Fraktur tidak masuk dalam sendi pergelangan

tangan

(c) Pergeseran ke belakang dan ke radial

Penatalaksanaan (2)

- Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), Fraktur


dibebat dalam gips gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah
dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.

- Fraktur comminutiva berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan


dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fixasi luar, dengan
pen proximal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya
mentransfiksi dasar-dasar metacarpal kedua dan sepertiga. (2)

- Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan


dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu
(kadang-kadang dengan extensi pergelangan tangan untuk melepaskan
fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan
menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan
tangan ke dalam flexi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian
diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang circulair
gips, membentang dari tepat di bawah siku sampai collum metacarpal.
Gips ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi
deviasi ulnar yang extrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap
arah.

43
Gambar 2.7 Reduksi : (a) Pelepasan impaksi

(b) Pronasi dan pergeseran ke depan,

(c) Deviasiulnar

Pembebatan :

a. penggunaan sarung tangan

b. gips yang basah

c. gips yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras.

Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari ; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak,
mengalami cyanosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk
membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X
yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan
reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran
ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun
tak ada bukti penyatuan secara radiologi, gips dapat dilepas dengan aman
dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap


menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya Fraktur
Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter
IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada
ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu
diketahui, sebagai berikut :

• Tangan bagian extensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan


dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

44
• Angulasi normal sendi radiocarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23
derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak.

• Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut


ini dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu
yang lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difixasi. Bila
kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka
beberapa hal berikut dapat dilakukan :

1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional

2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese

finger traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan

flexi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit
atau sampai fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan penekanan fragmen
distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal
tekanan pada segmen proximal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi
yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan.

3. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau


midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat flexi dan 20
derajat deviasi ulna. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis
Webril diikuti dengan pemasangan anteroposerior long arms splint.
Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa
telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada nervus
medianusnya

4. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72


jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu
sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada
hari ketiga dan dua minggu pasca trauma.

5. Immobilisasi Fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan


untuk Fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

45
Gambar 2.8 Reduksi pada Fraktur Colles

· Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan gips
perlu dibuka atau dilonggarkan. · Cedera nervus jarang terjadi dan yang
mengherankan tekanan nervus medianus pada saluran carpal pun jarang
terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen carpal yang melintang harus dibelah
sehingga tekanan saluran dalam carpal berkurang.

· Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi


untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck.
Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari,
waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 %
kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat
tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan
oseoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.

46
· Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau
karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk,
kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap.

· Delayed union dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi processus
styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.

· Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komplikasi yang sering


ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan
yang lama.

· Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi dapat mengakibatkan kekakuan dan


pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.

· Ruptur tendon biasanya terjadi beberapa minggu setelah Fraktur radius


bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser. (2)

d. Fraktur Smith’s

Definisi

Fraktur smith’s merupakan Fraktur dislocasi ke arah anterior (volar),


karena itu sering disebut reverse Colles fraktur. Fraktur ini biasa terjadi
pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang
posisi tangan dalam keadaan volar flexi pada pergelangan tangan dan
pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang
intraartikular. Penggeseran bagian distal radius bukan ke dorsal,
melainkan ke arah palmar. Patah tulang ini lebih jarang terjadi. (1)

Manifestasi klinik

47
Penonjolan dorsal fragmen proximal, fragmen distal di sisi volar
pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity). (1)

Gambaran radiologis

Terdapat Fraktur pada metaphysis radius distal; foto lateral menunjukkan


bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sangat berlawanan
dengan Fraktur colles.

Penatalaksanaan

Pengobatannya merupakan kebalikan dari pengobatan patah tulang


Colles dan pascareduksi, posisi dipertahankan dalam posisi dorsoflexi
ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal. Lalu diimobilisasi dengan
gips di atas siku selama 4-6 minggu. (3)

ORIF

· General anestesi

· Insisi Volar approach

· menstabilkan fraktur menggunakan K-wire

· letakkan plate pada radius distal

· kencangkan plate menggunakan cortical screw

· setelah plate terpasang sempurna, lepaskan K wire

48
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien seorang anak perempuan dengan usia 8 tahun rujukan dari RS DKT
dengan keluhan nyeri pada lengan bawah yang menjalar sampai telapak
tangan kiri sejak kemarin setelah jatuh di depan rumah pukul 15.00 (16
jam SMRS). Pasien terpeleset kemudian jatuh ke sungai, pasien jatuh ke
arah kiri dengan lengan kiri menopang tubuh. Nyeri dirasakan segera
setelah jatuh terutama bila tangan digerakkan.
Pada pemeriksaan fisik pada status lokalis yaitu regio antebrachii sinistra
ditemukan udem(+), contusio (+), deformitas (-), perdarahan (-), Feel
hangat (+), krepitasi tidak dilakukan, AVN (+), dan pada pemeriksaan
Movement, ROM aktif dan pasif terbatas, false movement (-). Dari
pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan peningkatan kadar
leukosit yaitu 11.100 U/L, pada pemeriksaan x ray foto antebrachii sinistra
AP dan lateral tampak fraktur oblik pada tulang radius 1/3 proximal dan
fraktur transversal pada tulang ulna kiri 1/3 proximal.
Penanganan awal pada unnit gawat darurat dilakukan pemasangan infus
dan injeksi analgetik kemudian dilakukan pemasangan bidai dengan tujuan
imobilisasi lengan kiri bawah sebelum dilakukan tindakan reduksi secara
elektif. Jenis reduksi yang dilakukan pada pasien ini adalah reduksi
tertutup dengan pemasangan gips, tidakan reduksi dilakukan diruang
operasi dengan general anestesi.
Setelah dilakukan reduksi tertutup pasien dievaluasi neuro vaskuler distal
dan tanda-tanda kompartemen syndrom (painfull, pale, pulseless,
paresthesia, paralysis) sebagai salah satu komplikasi pemasangan gips
yang terlalu kencang.
Sehari setelah operasi pasien dipulangkan dengan syrup multivitamin dan
syrup ibuprofen sebagai antiinflamasi dan analgetik. Pasien diedukasi
untuk kontrol ke poli orthopedi 5 hari berikutnya.

49
BAB IV

KESIMPULAN

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis didapatkan diagnosis


close fractur oblik os radius 1/3 proximal, dan close fractur transversal os ulna 1/3
proximal dan dilakukan penatalaksanaan reduksi tertutup dengan pemasangan gips.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta: EGC

2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi & Fraktur Sistem
Apley Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika.

3. Diktat Anatomi Biomedik 1. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas

Kedokteran Unhas; 2011. p. 6-7, 94- 6.

4. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2 Ed 6. Jakarta : EGC;


2006.h.1365-71.2.

5. Gleadle Jonathan. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta :


Erlangga;2007.h. 16.3

51

Anda mungkin juga menyukai