Pembimbing :
Penyusun :
201704200189
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I
I. Identitas
II. Anamnesa
III. Pemeriksaan fisik
IV. Resume
V. Assesment
VI. Planning
VII. Prognosa
BAB II
2.1 Anatomi Antebrachii
2.2 Fraktur Antebrachii
2.3 Klasifikasi
2.4 Proses Penyembuhan Tulang
2.5 Waktu Penyembuhan Tulang
2.6 Penatalaksanaan Fraktur
2.7 Komplikasi
2.8 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
RESPONSI ILMU BEDAH
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. N
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Penghela No. 8, Surabaya
Tanggal Masuk : 28 November 2019
Tanggal Pemeriksaan : 05 Desember 2019
II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Nyeri pada tangan kiri.
6. Riwayat Pengobatan :
Amlodipin
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 4-5-6
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 58 kg
Vital Sign :
Tekanan darah : 153/83 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,80 C axiller
Kepala dan Leher :
Konjungtiva Palpebra : tidak tampak anemis
Sklera : tidak tampak icterus
Reflex Pupil : ( +/+ ), isokor
Gerak Bola Mata : simetris
Nafas Cuping Hidung : (-)
Deviasi Trachea : (-)
Pembesaran KGB : (-)
Pembesaran kel. Thyroid : ( - )
JVP : tidak meningkat
Thorax :
Cor
Inspeksi : Normochest
Status Lokalis
Regio Antebrachii sinistra
Look
Angulasi (+), Rotasi (-), Bone expose (-), edema (+),
hematom (-), Deformitas (+) pada regio femur sinistra
anterior, vulnus excoriatum (-). Vulnus laceratum (-), pus
(-), darah (-).
Feel
Oedem (-), Nyeri tekan (+), panas (-), krepitasi (+), CRT <
2 detik
Movement
Nyeri gerak aktif dan pasif (+), ROM terbatas karena
nyeri (+), false movement sde karena pasien nyeri.
IV. RESUME
1. Anamnesa
Nyeri pada tangan kiri ketika digerakkan dan bengkak pasca
jatuh tersandung.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status generalis : Dalam batas normal
Status lokalis :
Regio antebrachii sinistra : angulasi (+), edema (+), deformitas
(+), nyeri tekan (+), krepitasi (+). Nyeri gerak aktif dan pasif
(+), ROM terbatas karena nyeri (+).
V. ASSESMENT
b. Laboratorium
(28 November 2019)
Darah Lengkap + Diff
Hb : 12,6 g/dl
Eritrosit : 5,77x10^6/uL (H)
Hct : 39,1 %
Lekosit : 8,16x10^3/uL
Hitung Jenis
Eosinofil : 0,2 % (L)
Basofil : 0,2 %
Neutrofil : 77,6 % (H)
Limfosit : 12,9 % (L)
Monosit : 9,1 % (H)
Trombosit : 307x10^3/uL
Koagulasi
PT : 10,3 detik
INR : 0,92
APTT : 27,5 detik (L)
Kimia Darah
SGOT : 24 U/L
SGPT : 19 U/L
GDA : 98 mg/dl
BUN : 11 mg/dl
Creatinin : 0,7 mg/dl
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 3,6 mmol/L
2. Planning Terapi :
Konservatif :
o Bed Rest dengan menyarankan pasien untuk MRS
o Pasang Bidai
Operatif :
Indikasi untuk pasien ini : Open Reduction Internal
Fixation (ORIF) dengan indikasi mobilisasi dini.
3. Planning Monitoring
Untuk konservatif perlu dimonitoring :
o Alignment, untuk menilai deformitas seperti
discrepancy, angulasi dan rotasi
o Alergi terhadap bandage
o Komplikasi :
Infeksi
Kegagalan penyambungan (non-union)
Parese saraf
o Konsul foto 1x24 jam setelah dilakukan tindakan
Untuk operatif perlu dimonitoring :
o Komplikasi :
- Perdarahan dan shock
- Emboli lemak
- Infeksi
- Perlukaan pada struktur soft tissue (arteri, vena
dan nervus)
o Pasca operasi latihan mobilisasi dengan non weight
bearing
o Foto polos antebrachii sinistra AP/lateral setelah
dilakukan tindakan
o Kontrol poli post operasi 1 minggu kemudian
VII. PROGNOSA
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Fraktur traumatik
Karena trauma yang yang terjadi secara tiba-tiba yang mengenai
tulang secara langsung maupun tidak langsung. Pada benturan
yang langsung, tulang patah pada tempat benturan, contoh:
fraktur ulna yang disebabkan benturan pada lengan bawah.
Pada benturan yang tidak langsung, tulang patah pada tempat
dengan jarak tertentu dari tempat benturan awal, contoh yang
umum adalah: fraktur spiral pada tibia dan fibula karena adanya
perputaran lengan, kompresi vertebra karena adanya fleksi hebat
vertebra secara tiba-tiba dan fraktur avulsi yang disebabkan
traksi kasar oleh otot, tendon, dan ligamen.
Fraktur patologis
Karena kelemahan tulang akibat keadaan patologis tulang.
Contohnya : osteoporosis, tumor tulang (osteolitik), Paget’s
disease.
Fraktur stress
Karena trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
Hal ini paling sering terjadi pada tibia dan fibula atau metatarsal,
khususnya pada atlet , penari ataupun tentara yang berjalan kaki
jauh.
2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dunia luar melalui luka pada
kulit dan jaringan lunak. Bisa dari dalam (from within) atau dari
luar (from without).
Fraktur dengan komplikasi
Fraktur dengan komplikasi misal infeksi tulang, malunion,
delayed union dan nonunion.
3. Klasifikasi radiologis
Lokasi
Diafisis
Metafisis
Intra artikular
Fraktur dengan dislokasi
Konfigurasi
Tranfersal : garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-
100o dari sumbu tulang)
Oblik : garis patah tulang membentuk sudut pada sumbu
tulang (<80o atau >100o dari sumbu tulang)
Longitudinal : garis patah mengikuti sumbu tulang
Spiral : garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih.
Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
Komminutifa : fraktur lebih dari 2 fragmen fraktur dimana
garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot yang insersinya pada tulang.
Depresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang kearah permukaan lain.
Impaksi : satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.
Fraktur epifisis
Ekstensi
Total/ komplit : tulang patah terbagi menjadi dua bagian
(fragmen) atau lebih
Tidak total (crack)/ parsial : terdapat garis fraktur tetapi
periosteum tulang masih tampak menyatu. Fraktur parsial
terbagi menjadi :
a. Fissure/Crack/Hairline – tampak garis fraktur tulang tetapi
tulang masih tampak menyatu, biasa terjadi pada tulang
pipih
b. Greenstick Fracture – tampak tulang melengkung dan
terjadi fraktur inkomplit. Biasa terjadi pada anak-anak dan
pada os radius, ulna, clavicula, dan costae.
c. Buckle Fracture – merupakan fraktur incomplete pada
batang tulang panjang yang ditandai adanya penonjolan
korteks dan sering terjadi pada anak-anak. Biasa terjadi
karena adanya kompresi pada sumbu axial.
Hair-line fracture Greenstick fracture Buckle/Torus
C. Pembentukan callus
Proliferasi sel akan membetuk osteogenik dan kondrogenik
yang akan membentuk tulang dan kartilago.
Massa sel yang tebal membentuk callus dan membentang
pada periosteal (externa) sampai endosteal (interna).
Osteoblas yang berasal dari sel osteogenik akan membentuk
tulang imatur/ Woven bone.
Keseluruhan proses ini dipengaruhi protein, fibroblast growth
factor (FGF), transforming growth factor (TGF) , dan bone
morphogenic protein (BMP).
D. Konsolidasi
Aktivitas osteolytic dan osteoblastic merubah woven bone
menjadi lamellar bone.
Permukaannya menjadi lebih padat sehingga osteoclast
dapat melewati luka pada garis fraktur.
Selain osteoclast terdapat osteoblast yang mengisi ruang
antar fragmen dengan tulang yang baru.
Membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membentuk
tulang yang kuat.
E. Remodelling
Fraktur telah menjadi tulang yang kuat.
Setelah beberapa bulan atau tahun, tulang akan dibentuk
ulang melalui proses resorbsi dan formasi yang berulang.
2.7 Komplikasi
a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan
tidak adanya nadi, CRT (capillary refil time) menurun, sianosis
bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi,
dan pembedahan.
2) Kompartment Sindrom
Kompartment sindrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti
gips dan pembebatan yang terlalu kuat. Tanda-tanda sindrom
kompartemen (5P) sebagai berikut:
(1) Pain (nyeri lokal)
(2) Pallor (pucat bagian distal)
(3) Pulsessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi,
perfusi yang tidak baik dan CRT>3 detik pada bagian
distal kaki)
(4) Paraestesia (tidak ada sensasi)
(5) Paralysis (kelumpuhan tungkai).
3) Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES
terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow
kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan
pernafasan, tachykardi, hipertensi, tachypnea, demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma osthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superfisial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan
lain dalam pembedahan sperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman Ischemia (Helmi,
2013).