Oleh:
dr. Patriot Buana Vidayu Putra
Pembimbing:
dr. Sufitni, M.Kes, Sp.PA
dr. Fitriani Lumongga, M.Ked(PA), Sp.PA
BAB I
PENDAHULUAN
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan (Apley, 1995). Dislokasi menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi adalah dislokasi sendi
bahu dan sendi pinggul. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling
sering berdislokasi. Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi
bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya kelonggaran ligament.
Dislokasi bahu dapat terjadi pada bagian anterior (paling sering, ditemukan pada
95% kasus), posterior atau errecta. Dislokasi anterior terjadi biasanya pada posisi
sendi bahu abduksi dan external rotasi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada
orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak (Apley,1995)
Tingkat kejadian dislokasi bahu adalah sekitar 24 per 100.000 orang per
tahun di dunia. Dan sementara ini telah dilaporkan terdapat peningkatan angka
kejadian lebih dari dua kali lipat dari tingkat sebelumnya untuk dislokasi bahu pada
populasi umum di Amerika Serikat, dibandingkan dengan angka kejadian cedera
muskuloskeletal yang lainnya yang umum didapati di ruang gawat darurat, seperti
luka pada lutut, punggung bawah dan kaki. (Owens, 2010)
Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8 persen
laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara 15-29
tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua
cedera olahraga yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat
dislokasi yang lebih tinggi terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun.
2
3
1.2 Tujuan
BAB II
3
4
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn. ZA
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan: Tukang becak
Alamat : Jl. Kasuari No.21A Medan
MRS : 7 Juni 2018
Anamnesis
Keluhan Utama: Sulit menggerakkan bahu sebelah kiri
Riwayat Singkat :
Bahu kiri sulit digerakkan sejak ± 1 hari yang lalu Selain itu pasien juga
mengeluhkan adanya kelainan bentuk pada bahu sebelah kiri. Keluhan ini dirasakan
setelah pasien menarik buah kelapa. Sesaat setelah kejadian, pasien mengeluhkan
adanya nyeri. Sehari setelah kejadian pasien langsung membawa diri ke tukang urut
dan telah diurut sebanyak 4 kali. Namun, tidak ada perubahan. Setelah pasien
merasakan adanya keterbatasan gerak pada bahu sebelah kiri, pasien membawa diri
ke Klinik . Di Klinik,pasien dicoba untuk direposisi namun tidak berhasil dan
akhirnya dirujuk ke RSUP
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital
4
5
Pemeriksaan Penunjang :
LaboratoriumDarah
Leukosit : 8.700 K/µL
Hemoglobin : 12,8 g/dl
Hematokrit : 37,0 %
BT : 2’
CT : 8’
GDS : 60 mg/dl
HbS Ag : negatif
Ab HIV : negatif
Ureum : 20,0 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
DiagnosaKerja
Dislokasi Shoulder Anterior Sinistra
Penatalaksanaan
Rencana reposisi
Prognosis
Dubia ad Bonam
07-06- S = Nyeri pada bahu dan lengan kiri (+), Diet TKTP
2018 mobilisasi lengan kiri atas terbatas Mobilisasi Lenganx
O = CM, TD = 120/80 mmHg N = 82x/i
RR = 22x/i T= 36,6oC
Look: Deformitas (-)
Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)
Move: ROM terbatas
A = Dislokasi Shoulder Anterior Sinistra
BAB III
7
8
TINJAUAN PUSTAKA
1) Shoulder Joint
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi,
disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional
sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan
sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi
lainnya.
Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat
melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang
8
9
2) Kapsul Sendi
a) Kapsul Sinovial
b) Kapsul Fibrosa
9
10
3) Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,
sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau. Namun demikian pada
gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan
degenerasi kartilago. (Spalteholz, 2000)
10
11
Upward rotation yaitu gerakan rotasi dari scapula pada bidang frontal
sehingga fossa glenoidalis bergerak ke atas. Sedangkan downward rotation
yaitu gerakan kembali dari upward rotation. Total luas gerak 600 ,
displacement sudut bawah skapula 10 – 12 cm dan sudut superolateral 5 – 6
cm.
4. Upward tilt dan reduction of upward tilt.
Upward tilt yaitu gerakan skapula pada aksis frontal horisontal yang
menyebabkan permukaan posterior skapula bergerak ke atas. Gerakan ini
terjadi oleh karena rotasi dari klavikula, sehingga bagian superior skapula
bergerak naik-turun dan bagian inferiornya bergerak maju-mundur. Hal ini
hanya terjadi jika bahu hiperekstensi. Reduction of upward tilt yaitu gerakan
kembali dari upward tilt.
2) Gerakan humerus
Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh.
a. Fleksi dan ekstensi
Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan dari 00 ke
1800. Gerak yang berlawanan ke posisi awal (00) disebut gerak depresi
lengan. Gerak ekstensi adalah gerak dari lengan dalam bidang sagital ke
belakang dari 00 ke kira-kira 600. Gerakan fleksi dibagi menjadi 3 fase. Fase
1, fleksi 00 sampai 500 - 600. Otot yang terlibat yaitu deltoid anterior,
korakobrakhialis, pektoralis mayor serabut klavikular. Gerakan fleksi bahu ini
dibatasi oleh tegangan dari ligamen korakohumeralis dan tahanan yang
dilakukan oleh teres minor, teres major dan infraspinatus. Fase II, Fleksi 600
- 1200.
Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari skapula,
sehingga glenoid cavity menghadap ke atas dan ke depan, dan aksial pada
sendi sternoklavikular dan akromioklavikular, setiap sendi membantu 300.
Gerakan ini melibatkan otot trapezius, serratus anterior. Fleksi pada sendi
skapulothorakis dibatasi oleh tahanan lattisimus dorsi dan serabut
kostosternal dari pektoralis mayor. Fase III, fleksi 1200 - 1800. Jika hanya
11
12
satu lengan yang fleksi dari spinal kolumn. Bila kedua lengan fleksi
maksimum akan terjadi gerakan lordosis dari lumbal melebihi normal.
b. Abduksi dan adduksi
Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh dalam bidang
frontal dari 00 ke 1800 Gerak adduksi adalah gerak kebalikan dari abduksi
yaitu gerak lengan menuju garis tengah tubuh. Tigafase gerakan abduksi, fase
I, abduksi 00 – 900 merupakangerakan start abduksi dari sendi bahu. Otot-
otot yang terlibat yaitu deltoid middle dan supraspinatus. Pada akhir abduksi
900 , shoulder mengunci sebagai hasil greater tuberosity menyentuh superior
margin dari glenoid. Fase II, abduksi 900 –1500 , ketika abduksi 900, disertai
fleksi sehingga dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci dan abduksi
hanya dapat maju dengan disertai gerakan shoulder girdle. Gerakan ini
adalah ayunan dari skapula dengan rotasi tanpa mengunci, sehingga kavitas
glenoidalis menghadap agak keatas dengan luas gerakan 600 Aksial rotasi
pada sendi sternoklavikularis dan akromioklavikularis, setiap sendi
membantu gerakan 300. otot- otot yang terlibat ialah trapezius atas dan
bawah dan seratus anterior. Pada gerakan 1500 , yang dihasilkan oleh rotasi
skapula diketahui dengan adanya tahanan peregangan dari otot-otot
abduktor yaitu latissimus dorsi dan pektoralis mayor. Fase III, abduksi 1500
– 1800 dalam fase ini, abduksi mencapai posisi vertikal dan disertai gerakan
spinal kolumn . Bila gerakan hanya satu tangan disertai pemelesetan
kelateral dari spinal kolumn yang dihasilkan oleh otot spinal lawannya. Jika
kedua lengan abduksi bersama-sama sampai 1800 akan terjadi lumbar
lordosis yang dipimpin oleh otot spinal. (Nordin, 1989)
12
13
Gerak fleksi horisontal adalah gerak dari lengan dalam bidang horisontal mulai 00 –
1350. Gerak ekstensi horisontal ialah gerak lengan kebelakang dalam bidang
horisontal dari 00 – 450.
d. Rotasi
Rotasi dengan lengan disamping tubuh, siku dalam fleksi, bila lengan bawah
digerakkan menjauhi garis tengah tubuh disebut eksorotasi, bila lengan bawah
digerakkan menuju garis tengah tubuh disebut endorotasi. Luas geraknya 900 .
Rotasi dengan lengan dalam abduksi 900 dan telapak tangan menghadap kebawah,
bila lengan diputar kearah kranial disebut eksorotasi dan bila kearah kaudal disebut
endorotasi. Luas geraknya 900 . ( Nordin, 1989)
Pada sendi bahu meliputi :
1) Pada gerakan endorotasi caput humeris roll searah dengan gerakan
endorotasi dan slidenya ke posterior.
2) Pada gerakan abduksi caput humeris roll searah dengan gerakan abduksi
dan slidenya ke caudal.
3) Pada gerakan eksorotasi caput humeris roll searah gerak eksorotasi dan
slide ventral agak medial
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi. Dislokasi ditandai dengan keluarnya bongkol sendi dari mangkok
sendi atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang
bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Dikatakan
Recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual apabila
dislokasi dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini bersifat
kongenital atau akibat injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam otot
(Apley, 1995).
13
14
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering
berdislokasi. Ini disebabkan karena beberapa faktor, dangkalnya mangkuk sendi
glenoid; besarnya rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa
yang longgar atau displasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama
aktivitas yang penuh tekanan pada tungkai atas (Apley, 1995)
14
15
3.6 Diagnosis
Diagnosis kasus dislokasi bahu anterior ditegakkan melalui anamnesis
(autoanamnesis atau alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
15
16
16
17
3.8 Penanganan
Penanganan Umum
17
18
usaha reposisi kita yang sering kali memaksa kita untuk melakukan tindakan
terbuka ( Crenshaw, 1992)
Closed reduction
18
19
Reduksi dislokasi harus segera dilakukan untuk kasus dislokasi anterior bahu yang
baru terjadi. Reduksi segera ini dapat dilakukan dengan 2 metode (Crenshaw, 1992 ;
Rasjad, 2007) :
1. Metode Stimson
Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan anestesi .Penderita diminta
tidur telungkup dengan lengan yang terkena dibiarkan menggantung ke bawah
dengan memberikan beban tergantung dari kekuatan otot si penderita yang
diikatkan pada pergelangan tangan. Pada saat otot bahu dalam keadaan
relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan yang tergantung
disamping tempat tidur tersebut. Metode ini dilakukan selama 10-15 menit
(Wibowo, 1995)
19
20
2. Metode Hippocrates
Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam waktu
15 menit. Reposisi dilakukan dalam keadaan anestesi umum. Lengan pasien
ditarik kearah distal punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki penolong
berada diketiak pasien untuk mengungkit kaput humerus kearah lateral dan
posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan
penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.
20
21
Indikasi
Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang (fraktur
dilokasi)
Adanya cedera vascular sebelum reposisi dan masih tetap terjadi setelah
reposisi
Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi anterior adalah timbulnya dislokasi
kambuhan, lesi pleksus brakialis dan nervus aksilaris, serta interposisi tendo
bisep kaput longum. Robekan arteri aksilaris jug dapat terjadi. Langkah
antisipatif yang dapat dilakukan sebelum dirujuk adalah dengan melakukan
penekanan kuat pada aksila. Komplikasi lanjut dapat berupa kaku sendi dan
dislokasi rekurens. Dislokasi rekuren anterior terjadi karena pengobatan awal
(immobilisasi) yang tidak adekuat sehingga terjadi dislokasi. Dislokasi terjadi
karena adanya titik lemah pada selaput sendi disebelah depan dan terjadi karena
21
22
trauma yang ringan. Dislokasi rekuren dapat mudah terjadi apabila lengan dalam
keadaan abduksi, ekstensi dan lateral rotasi (Appley, 1995)
Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi.
22
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
23
24
Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
Rontgen Shoulder Sinistra AP Pada pemeriksaan penunjang
(terdapat dislokasi anterior) didapatkan:
Laboratorium Darah Pemeriksaan Radiologis
Leukosit : 11.800 K/µL (membantu dalam hal
Hemoglobin : 11,1 g/dl penegakkan jenis dan letak
Hematokrit : 35,9 % dislokasi) yang umumnya diambil
Trombosit : 120.000 K/µL pada dua sisi proyeksi yakni AP
BT : 2’ dan Lateral.
CT : 8’ Pemeriksaan Laboratorium
GDS : 101 mg/dl Pemeriksaan darah lengkap
HBs Ag : negatif
Ab HIV : negatif
Penatalakasanaan
Kasus Teori
IVFD RL 20 tpm Penanganan pasien dengan
Drip tramadol 1 ampul trauma tetap memperhatikan
Konsul PPDS OT, advice : prinsip ATLS yakni ABC
1. MRS Penatalaksanaan kasus dislokasi
2. Pasang spalk dan anterior bahu dapat dilakukan
perban elastis secara konservatif dan operatif
25
26
BAB V
26
27
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien pria Tn. RS dengan usia 25 tahun dengan keluhan
utama nyeri pada lengan kiri atas. Dari hasil pemeriksaan fisik pada regio shoulder
sinistra didapatkan edema, dan adanya nyeri tekan, dan pergerakan ekstensi, fleksi,
internal rotasi, serta eksternal rotasi terbatas. Kemudian dilakukan pemeriksaan
radiologi yang didapatkan adanya dislokasi anterior regio shoulder sinistra. Dari
hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang ditegakkan diagnosa
sebagai dislokasi shouder anterior sinistra dan dilakukan tindakan close reduction.
DAFTAR PUSTAKA
27
28
1. Apley, A Graham & Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley.
Jakarta : Widya Medika.
2. Brett Owens, MD, study co-author. March, 2010. Studies show high rates of
shoulder dislocation in young men and elderly women an orthopedic surgeon at
the Keller Army Hospital at West Point, New York and Associate Professor at the
Uniformed Services University of Health Sciences
4. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi Pada
Sendi Bahu. Digitasl Library USU.
9. Werner Spalteholz, 2000. Hand atlas of human anatomy, seven edition in English.
JB Lippincott Company
28