PENDAHULUAN
1
berusia antara 15-29 tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan
olahraga, dan 37 persen dari semua cedera olahraga yaitu pada
olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat dislokasi yang
lebih tinggi terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun.
Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh di rumah
(Owens, 2010)
1.2 Tujuan
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn. ZA
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :
Alamat : Sangatta
MRS : 7 Juni 2011
Anamnesis
Keluhan Utama: Sulit menggerakkan bahu sebelah kiri
Riwayat Singkat :
Bahu kiri sulit digerakkan sejak ± 5 bulan yang lalu (1 Januari
2012). Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya kelainan bentuk
pada bahu sebelah kiri. Keluhan ini dirasakan setelah pasien menarik
buah kelapa. Sesaat setelah kejadian, pasien mengeluhkan adanya
nyeri. Sehari setelah kejadian pasien langsung membawa diri ke
tukang urut dan telah diurut sebanyak 4 kali. Namun, tidak ada
perubahan. Setelah pasien merasakan adanya keterbatasan gerak
pada bahu sebelah kiri, pasien membawa diri ke RS Sangatta. Di RS
3
Sangatta, pasien dicoba untuk direposisi namun tidak berhasil dan
akhirnya dirujuk ke RSUD AWS.
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90 x / menit
RR : 22 x / menit
Suhu : 36,6 oC (per axilar)
Kondisi Umum
Kepala/Leher : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflex cahaya (+/+), pupil isokor ø 3 mm,
jejas (-).
Thorax : Jejas (-), pergerakan dada simetris,
Pulmo : Vesikuler, Rhonki(-/-) , Wheezing (-/-)
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Jejas (-), flat, soefl, distensi (-), Bising Usus
-
(+) normal -
4
Move = Sendi bahu : ekstensi (+) terbatas, fleksi (+)
terbatas, internal rotasi (+) terbatas, eksternal
rotasi (+) terbatas.
Sendi siku : ekstensi (+) normal, fleksi (+)
normal, supinasi (+) normal, pronasi (+)
normal.
PemeriksaanPenunjang :
LaboratoriumDarah
Leukosit : 8.700 K/µL
Hemoglobin : 12,8 g/dl
Hematokrit: 37,0 %
Trombosit : 205.000 K/µL
LED : 34
BT : 2’
CT : 8’
GDS : 60 mg/dl
HbS Ag : negatif
Ab HIV : negatif
Ureum : 20,0 mg/dl
Creatinin : 0,9 mg/dl
Radiologi
Pre Reposisi
5
Post Reposisi
DiagnosaKerja
Neglected Dislokasi Shoulder Anterior Sinistra
Penatalaksanaan
Rencana reposisi terbuka
6
Prognosis
Dubia ad malam
Laporan Operasi
Tanggal 14 Juni 2012
Dilakukan reposisi secara reduksi tertutup (manuver Kocher)
dengan menggunakan general anestesi.
Dilakukan balutan perban elastis secara “Velpeau Bandage”.
Dipasang arm sling
Follow up
7
Tanggal Follow up Tindakan
07-06- S = Nyeri pada bahu dan lengan Pro ORIF elektif
2012 kiri (-), mobilisasi lengan kiri reposisi
atas terbatas Diet TKTP
O = CM, TD = 120/80 mmHg N = Mobilisasi jalan
82x/i
TAO
RR = 22x/i T= 36,6oC
Look: Deformitas (-)
Feel: Nyeri (-), AVN distal (+)
Move: ROM terbatas
A = Neglected Dislokasi Shoulder
Anterior Sinistra
TINJAUAN PUSTAKA
9
1) Shoulder Joint
10
mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang
agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak
stabil namun paling luas gerakannya.
2) Kapsul Sendi
a) Kapsul Sinovial
b) Kapsul Fibrosa
3) Kartilago
12
Elevasi yaitu gerakan skapula ke atas sejajar dengan
vertebra, dapat dilakukan dengan mengangkat bahu ke atas.
Sedangkan depresi adalah kembalinya bahu dari posisi
elevasi. Gerakan vertikal disertai dengan tilting. Total luas
geraknya adalah 10 – 12 cm.
b. Abduksi (protraksi) dan Aduksi (retraksi)
Protraksi adalah gerakan kelateral skapula menjauhi
vertebra. Gerakan ini dapat terjadi ketika bahu melakukan
gerakan mendorong ke depan. Retraksi yaitu gerakan skapula
ke medial, dapat dilakukan dengan menarik bahu ke
belakang. Total luas geraknya adalah kira-kira 15 cm.
c. Upward rotation dan downward rotation
Upward rotation yaitu gerakan rotasi dari scapula pada
bidang frontal sehingga fossa glenoidalis bergerak ke atas.
Sedangkan downward rotation yaitu gerakan kembali dari
upward rotation. Total luas gerak 600 , displacement sudut
bawah skapula 10 – 12 cm dan sudut superolateral 5 – 6 cm.
4. Upward tilt dan reduction of upward tilt.
Upward tilt yaitu gerakan skapula pada aksis frontal
horisontal yang menyebabkan permukaan posterior skapula
bergerak ke atas. Gerakan ini terjadi oleh karena rotasi dari
klavikula, sehingga bagian superior skapula bergerak naik-turun
dan bagian inferiornya bergerak maju-mundur. Hal ini hanya
terjadi jika bahu hiperekstensi. Reduction of upward tilt yaitu
gerakan kembali dari upward tilt.
2) Gerakan humerus
Posisi awal berdiri tegak dengan lengan di samping tubuh.
a. Fleksi dan ekstensi
Feksi adalah gerakan lengan atas dalam bidang sagital ke depan
dari 00 ke 1800. Gerak yang berlawanan ke posisi awal (00)
disebut gerak depresi lengan. Gerak ekstensi adalah gerak dari
13
lengan dalam bidang sagital ke belakang dari 00 ke kira-kira
600. Gerakan fleksi dibagi menjadi 3 fase. Fase 1, fleksi 00
sampai 500 - 600. Otot yang terlibat yaitu deltoid anterior,
korakobrakhialis, pektoralis mayor serabut klavikular. Gerakan
fleksi bahu ini dibatasi oleh tegangan dari ligamen
korakohumeralis dan tahanan yang dilakukan oleh teres minor,
teres major dan infraspinatus. Fase II, Fleksi 600 - 1200.
Pada fase ini diikuti gerakan shoulder girdle, yaitu rotasi 600 dari
skapula, sehingga glenoid cavity menghadap ke atas dan ke
depan, dan aksial pada sendi sternoklavikular dan
akromioklavikular, setiap sendi membantu 300. Gerakan ini
melibatkan otot trapezius, serratus anterior. Fleksi pada sendi
skapulothorakis dibatasi oleh tahanan lattisimus dorsi dan
serabut kostosternal dari pektoralis mayor. Fase III, fleksi 1200 -
1800. Jika hanya satu lengan yang fleksi dari spinal kolumn. Bila
kedua lengan fleksi maksimum akan terjadi gerakan lordosis dari
lumbal melebihi normal.
b. Abduksi dan adduksi
Gerak abduksi adalah gerak dari lengan menjauhi tubuh
dalam bidang frontal dari 00 ke 1800 Gerak adduksi adalah
gerak kebalikan dari abduksi yaitu gerak lengan menuju garis
tengah tubuh. Tigafase gerakan abduksi, fase I, abduksi 00 –
900 merupakangerakan start abduksi dari sendi bahu. Otot-otot
yang terlibat yaitu deltoid middle dan supraspinatus. Pada akhir
abduksi 900 , shoulder mengunci sebagai hasil greater
tuberosity menyentuh superior margin dari glenoid. Fase II,
abduksi 900 –1500 , ketika abduksi 900, disertai fleksi sehingga
dapat aduksi sampai 1200 shoulder mengunci dan abduksi
hanya dapat maju dengan disertai gerakan shoulder girdle.
Gerakan ini adalah ayunan dari skapula dengan rotasi tanpa
mengunci, sehingga kavitas glenoidalis menghadap agak keatas
14
dengan luas gerakan 600 Aksial rotasi pada sendi
sternoklavikularis dan akromioklavikularis, setiap sendi
membantu gerakan 300. otot- otot yang terlibat ialah trapezius
atas dan bawah dan seratus anterior. Pada gerakan 1500 , yang
dihasilkan oleh rotasi skapula diketahui dengan adanya tahanan
peregangan dari otot-otot abduktor yaitu latissimus dorsi dan
pektoralis mayor. Fase III, abduksi 1500 – 1800 dalam fase ini,
abduksi mencapai posisi vertikal dan disertai gerakan spinal
kolumn . Bila gerakan hanya satu tangan disertai pemelesetan
kelateral dari spinal kolumn yang dihasilkan oleh otot spinal
lawannya. Jika kedua lengan abduksi bersama-sama sampai
1800 akan terjadi lumbar lordosis yang dipimpin oleh otot spinal.
(Nordin, 1989)
15
1) Pada gerakan endorotasi caput humeris roll searah dengan
gerakan endorotasi dan slidenya ke posterior.
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering
berdislokasi. Ini disebabkan karena beberapa faktor, dangkalnya
mangkuk sendi glenoid; besarnya rentang gerakan; keadaan yang
mendasari misalnya ligamentosa yang longgar atau displasia glenoid;
dan mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang penuh
tekanan pada tungkai atas (Apley, 1995)
17
erekta (dengan tangan mengarah ; lengan ini hampir selalu jatuh
membawa kaput ke posisi di bawah karakoid).
3.6 Diagnosis
Diagnosis kasus dislokasi bahu anterior ditegakkan melalui
anamnesis (autoanamnesis atau alloanamnesis), pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat memberikan
informasi riwayat trauma dan mekanisme terjadinya trauma
18
tersebut, sehingga dapat lebih membantu menegakkan diagnosis
dan mengetahui penyulit-penyulit yang mungkin telah ada dan
yang dapat muncul kemudian. Selain itu juga diperlukan informasi
mengenai riwayat penyakit pasien dan riwayat trauma sebelumnya,
untuk mempertimbangkan penanganan yang akan diambil.
(Crenshaw, 1992; Rasjad, 2007)
Dari pemeriksaan fisik ditemukan beberapa tanda
diantaranya adanya nyeri, terdapat tonjolan pada bagian depan
bahu, posisi lengan abduksi – eksorotasi, tepi bahu tampak
menyudut, nyeri tekan, dan adanya gangguan gerak sendi bahu.
Ada 2 tanda khas pada kasus dislokasi sendi bahu anterior ini yaitu
sumbu humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu
berubah karena daerah dibawah akromion kosong pada palpasi.
Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak mampu
menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh
tangan sebelah lain dan ia tidak dapat menyetuh dadanya. Lengan
yang cedera tampak lebih panjang daripada normal, bahu terfiksasi
sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi kearah
interna. Posisi badan penderita miring kearah sisi yang sakit.
Pemeriksa terkadang dapat membuat skapula bergerak pada
dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada
scapula. Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakka bahunya ,
maka pada kasus ini kaput humerus yang tergeser dapat diraba
dibawah prosesus korakoideus (Crenshaw, 1992).
Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini
dapat menggunakan tanda cemas (apprehension sign).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengangkat lengan
kedalam abduksi, rotasi luar dan kemudian ekstensi secara hati-hati
dalam posisi duduk atau berbaring. Pada saat kritis pasien akan
merasa bahwa kaput humerus seperti akan telepas kebagian
anterior dan tubuhnya menegang karena cemas. Uji ini harus
19
diulangi dengan menekan bagian depan bahu, dimana dengan
manuver ini pasien akan merasa lebih aman dan tanda cemasnya
negatif (Rasjad, 2007)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah rontgen
foto bahu anteroposterior (AP) dan lateral. Rontgen bagian AP akan
memperlihatkan bayangan yang tumpang tindih antara kaput
humerus dan fossa glenoid, kaput biasanya terletak di bawah dan
medial terhadap mangkuk sendi. Foto lateral yang diarahkan pada
daun skapula akan memperlihatkan kaput humerus keluar mangkuk
sendi (Apley, 2010). Selain itu juga dianjurkan melakukan
pemeriksaan pandangan oblik agar dapat dipastikan tidak terdapat
dislokasi posterior kasus.Diagnosis banding dari kasus dislokasi
anterior ini juga dapat disingkirkan dengan pemeriksaan pandangan
oblik.Pemeriksaan pandangan oblik memang lebih sulit dilakukan
namun lebih mudah diintepretasi (Sufitmi, 2004)
3.8 Penanganan
Penanganan Umum
20
menangani hal-hal yang mengancam nyawa terlebih dahulu meliputi
airway, breathing dan circulation. Pada dislokasi akut jarang diperlukan
tindakan terbuka, meskipun demikian tindakan yang dilakukan dengan
paksa harus dilakukan secara hati-hati karena dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang lebih berat ataupun komplikasi fraktur. Yang
perlu diingat adalah dapat terjadi interposisi jaringan lunak yang
menghalangi usaha reposisi kita yang sering kali memaksa kita untuk
melakukan tindakan terbuka ( Crenshaw, 1992)
Closed reduction
21
Reduksi dislokasi harus segera dilakukan untuk kasus dislokasi anterior
bahu yang baru terjadi. Reduksi segera ini dapat dilakukan dengan 2
metode (Crenshaw, 1992 ; Rasjad, 2007) :
1. Metode Stimson
22
Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson
2. Metode Hippocrates
23
Untuk kedua metode ini, pasien diminta mengabduksikan
lengannnya secara lembut kemudian lakukan pemeriksaan untuk
memastikan tidak ada saraf aksilaris atau muskulokutaneus yang
cedera. Lakukan kembali pemeriksaan Rontgen untuk konfirmasi.
Indikasi
Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang
(fraktur dilokasi)
24
Dislokasi terjadi karena adanya titik lemah pada selaput sendi
disebelah depan dan terjadi karena trauma yang ringan. Dislokasi
rekuren dapat mudah terjadi apabila lengan dalam keadaan
abduksi, ekstensi dan lateral rotasi (Appley, 1995)
25
BAB IV
PEMBAHASAN
26
Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik:
didapatkan: Inspeksi:
Regio Shoulder Sinistra Terdapat perubahan
Look : posisi anggota gerak,
Deformitas (-), Eksorotasi dimana terdapat tonjolan
(+), Abduksi (+), edema pada bagian depan bahu
(+), luka (-) akibat humerus yang
Feel : bergeser ke arah anterior
Nyeri Tekan (+), krepitasi Ekspresi wajah terlihat
(-), a. Radialis dan Ulnaris kesakitan akibat
(+), capilary refil < 2’ menahan nyeri
Tidak terdapat luka pada
Move :
daerah trauma
Sendi bahu : ekstensi (+)
Didapatkan lengan dalam
terbatas, fleksi (+) terbatas,
keadaan abduksi –
internal rotasi (+) terbatas,
eksorotasi, tepi bahu
eksternal rotasi (+)
tampak menyudut, nyeri
terbatas.
tekan, dan adanya
Sendi siku : ekstensi (+)
gangguan gerak sendi
normal, fleksi (+) normal,
bahu
supinasi (+) normal, pronasi
Palpasi:
(+) normal.
Nyeri tekan (+)
Krepitasi (-)
Pergerakan:
Setiap pergerakan akan
27
menyebabkan nyeri.
Penderita tidak mampu
menggerakkan lengannya
dan lengan yang cedera
ditopang oleh tangan
sebelah lain dan ia tidak
dapat menyetuh
dadanya.
Ada
keterbatasan/ketidakmam
puan dalam melakukan
suatu gerakan.
Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
Rontgen Shoulder Sinistra Pada pemeriksaan penunjang
AP (terdapat dislokasi didapatkan:
anterior) Pemeriksaan Radiologis
Laboratorium Darah (membantu dalam hal
Leukosit : 11.800 K/µL penegakkan jenis dan letak
Hemoglobin : 11,1 dislokasi) yang umumnya
g/dl diambil pada dua sisi
Hematokrit: 35,9 % proyeksi yakni AP dan
Trombosit : 120.000 K/µL Lateral.
BT : 2’ Pemeriksaan Laboratorium
CT : 8’ Pemeriksaan darah
GDS : 101 mg/dl lengkap
HBs Ag : negatif
Ab HIV : negatif
Penatalakasanaan
28
Kasus Teori
IVFD RL 20 tpm Penanganan pasien dengan
Drip tramadol 1 ampul trauma tetap
Konsul PPDS OT, advice : memperhatikan prinsip ATLS
1. MRS yakni ABC
2. Pasang spalk dan Penatalaksanaan kasus
perban elastis dislokasi anterior bahu dapat
3. Direncanakan reposisi lengan dengan dilakukan secara konservatif
general anestesi malam dan operatif
ini jam 22.00 Pilihan terapi konservatif
berupa reposisi tertutup
Laporan Operasi : dengan manuver Kocher
a. Dilakukan dilanjutkan immobilisasi
reposisi secara reduksi dengan verban Velpeau atau
tertutup (manuver Kocher) collar cuff selama lebih
dengan menggunakan kurang 3 minggu.
general anestesi. Dilakukan reduksi secara
b. Dilakukan terbuka apabila reposisi
balutan perban elastis secara secara tertutup gagal
“Velpeauw Bandage”. dilakukan ataupun karena
sebab lain.
29
BAB V
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
2. Brett Owens, MD, study co-author. March, 2010. Studies show high
rates of shoulder dislocation in young men and elderly women an
orthopedic surgeon at the Keller Army Hospital at West Point, New
York and Associate Professor at the Uniformed Services University
of Health Sciences
31
6. Nordin, M and Frankel H victor : Basic Biomechanic of the
Muskuloskeletal system. Lea and Febriger Philadelphia, London ,
tahun 1989 , halaman 225-234.
32