KELOMPOK 6
Dosen pembimbing :
dr. Wieke Anggaraini
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
1. Ny. Raisa, 45 tahun, datang ke poli umum RSMP dengan keluhan utama
tangan sering gemetar dan jantung berdebar-debar yang semakin
bertambah sejak 1 minggu terakhir.
2. Keluhan ini disertai mudah lelah bila banyak beraktivitas, terkadang ada
rasa mengganjal saat menelan, keringat berlebihan, mata agak menonjol,
mudah merasa cemas dan mudah tersinggung sejak 2 bulan yang lalu. Ny.
Raisa tidak tahan pada cuaca panas dan nafsu makan pasien meningkat
namun tidak disertai peningkatan berat badan.
3. Ny. Raisa merasakan adanya benjolan pada leher bagian tengah agak ke
bawah yang makin lama makin membesar sejak 1 tahun yang lalu.
Benjolan tidak dirasakan nyeri seiring bertambah besarnya benjolan.
4. Pemeriksaan fisik:
Hipofisis
Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid terletak dileher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Didalam ruang yang sama terdapat trakea, esopagus,
10 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada
trakea dan fasia pretrachlearis dan melingkari trakhea 2/3 bahkan
sampai ¾ lingkaran. (Paulsen, F & Waschke. 2010)
Batas-batas lobus :
11 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Vaskularisasi kelenjar tiroid
Arteri-arteri yang mendarahi glandula thyroidea adalah arteria
thyroidea superior, arteria thyroidea inferior, dan kadang-kadang
arteria thyroidea ima. Arteria-arteria ini saling beranastomosis dengan
luas dipermukaan glandula.
- Arteri thyroidea superior, cabang adri arteri carotis eksterna
berjalan menuju ke kutubatas thyroidea atas setiap lobus,
bersama dengan nervus laryngeus ekternus
- Arteri thyroidea inferior, cabang dari truncus thyrocervicalis,
berjalan keatas di belakang glandula sampai setinggi cartilago
cricoidea. Kemudian arteri membelok kemedial dan bawah
untuk mencapai pinggir posterior glandula. Nervus laryngeus
recurrens melintasi di depan atau belakang arteri ini, atau
mungkin berjalan diantara cabang-cabangnya. (Snell, Richard S,
2012)
- Arteria thyroidea ima jika ada merupakan cabang dari arteria
brachiocaphalica atau arcus aorta. Berjalan keatas didepan
trachea menuju isthmus.
Vena-vena dari glandula thyroidea aalah vena vena thyroidea superior
yang bermuara ke vena jugularis interna, vena thyroidea media, yang
bermuara ke vena jugularis interna dan vena thyroidea inferior. Vena
thyroidea inferior dari kedua sisi beranastomosis satu dengan lainnya
pada satu pada saat mereka berjalan turun di depan trachea. Vena ini
akan bermuara kedalam vena brachiocephalica sinistra didalam
rongga thorax. (Snell, Richard S, 2012)
12 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Fisiologi
Mekanisme Regulasi Hormon
13 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Pengaktifan Hormon Tiroid Pada Sel Target
14 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Histologi
1. hipofisis
Kelenjar hipofisis sering disebut organ endokrin utama karena
menyekresikan banyak hormon yang dapat mempengaruhi kerja
banyak jaringan atau organ perifer di tubuh. Namun kelenjar hipofisis
itu sendiri dikontrol oleh hipotalamus otak yang mengalirkan hormon-
hormon pengatur ke hipofisis.
Hipofisis terdiri dari dua subdivisi utama
15 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Basofil, tirotrof menghasilkan thyroid stimulating
hormon (TSH) merangsang sel folikular dikelenjar
tiroid untuk membentuk dan mengeluarkan
tiroglobulin dan hormon tiroksin dam triiodotironin
dari kelenjar tiroid.
Gonadotrof, menghasilkan follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormon (LH)
Kortikotrof, mengeluarkan ACTH, hormon
adrenokortikotrofik yang mempengaruhi fungsi sel-
sel korteks adrenal. ACTH juga merangsang sintesis
dan pelepasan glukokortikoid daro zona faskulata
dan zona retikularis korteks adrenal
- Pars tuberalis mengelilingi infunfibulum dan terlihat diatas
dan dibawah infundibulum. Infundibulum menhubungkan
hipofisis ke hipotalamus di dasar otak.
- Pars intermedia,bersama pars evrosa membentuk lobus
posterior hipofisis. Pars intermedia menghasilkan
melanocyte stimulating hormone (MSH). Yang
meningkatkan pigmentasi kulit dengan menyebabkan
penyebaran granula melanin.
16 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berada dileher sebelah anterior inferior
laring. Tersusun membentuk struktur bulat yang disebut folikel yang
merupakan tempat penyimpanan hormon.
Folikel adalah unit struktural dan fungsional kelenjar tiroid. Sel-sel
yang mengelilingi folikel, sel folikular, juga disebut principal cell,
membentuk, membebaskan, dan menyimpan produk kelenjar diluar
sitoplasma, atau ekstrasel, dilumen folikel sebagai bahan gelatinosa
yang disebut koloid. Koloid terdiri dari tiroglobulin, suatu
glikoprotein beriodium yang merupakan bentuk inaktif hormon tiroid
untuk penyimpanan.
17 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Selain sel folikular, juga mengandung sel parafoikular yang lebih
besar dan berwarna pucat. Sel ini ditemukan di perifer di epitel folikel
atau dalam folikel.
(Eroschenko, 2016)
18 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
panas) dan juga mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat dan
lemak. (Alwi,2017)
19 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
e. Apa kemungkinan penyakit dengan keluahan pada kasus?
Hipertiroid (tirotoksikosis) paling banyak disebabkan oleh
overaktivitas kelenjar tiroid itu sendiri sebagai akibat penyakit
autoimun yang dkenal dengan penyakit Graves. Dedngan gejala utama
denyut nadi yang cepat, tremor, palpitasi, fibrilasi atrium dan
hipertensi, gelisah , cemas berlebihan, gugup, iritabilitas dan emosi
yang labil. (Shahab,2017)
20 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
2. Keluhan ini disertai mudah lelah bila banyak beraktivitas, terkadang ada
rasa mengganjal saat menelan, keringat berlebihan, mata agak menonjol,
mudah merasa cemas dan mudah tersinggung sejak 2 bulan yang lalu. Ny.
Raisa tidak tahan pada cuaca panas dan nafsu makan pasien meningkat
namun tidak disertai peningkatan berat badan.
a. Apa makna keluhan disertai mudah lelah bila banyak beraktifitas,
terkadang ada rasa mengganjal saat menelan, keringat berlebihan,
mata agak menonjol, mudah merasa cemas dan mudah tersinggung
sejak 2 bulan yang lalu?
Jawab
- Maknanya mengalami hipertiroid atau tirotoksikosis dimana
Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjar
endokrin yang disebabkan karena peningkatan produksi hormone
tiroid secara berlebihan oleh kelenjar tiroid.
- Rasa mengganjal saat menelan karena hormone tiroid yang
berlebihan (hipertiroidisme) yang menyebabkan sel sel folikel
glandula tiroidea mengalami hipertropi atau hiperplasi sehingga
kelenjar tiroid mengalami pembesaran yang akan menekan
esophagus dan menyebabkan rasa mengganjal pada saat menelan.
- Keringat berlebih karena pada saat hormone tiroid berlebih, maka
metabolisme tubuh akan mengalami peningkatan yang
menyebabkan badan berkeringat yang berlebih.
- Mata agak menonjol pada saat keadaan hipertiroid, sekresi
hormone tiroid akan berikatan dengan reseptor adrenergic yang
akan meningkatkan saraf simpatis sehinngga tekanan osmotic
meningkat dan volume otot ekstraokulae serta cairan berskumulasi
yang menyebabkan mata agak menonjol.
- Mudah tersinggung dan cemas karena hormone tiroid meningkat
saraf simpatis akan meningkatkan sinaps otak yang menyebabkan
mudah cemas dan tersinggung (Price. S.A & Wilson. L. M, 2012)
21 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
b. Apa makna Ny. Raisa tidak tahan pada cuaca panas dan nafsu makan
pasien meningkat namun tidak disertai peningkatan berat badan?
Jawab
Maknanya adalah kemungkinan Ny.Raisa mengalami penyakit graves
tiroidal yang ditandai dengan gejala hipermetabolisme dan aktivitas
simpatis yang berlebih berupa tidak tahan pada cuaca panas dan nafsu
makan pasien meningkat namun tidak disertai peningkatan berat
badan (Price. S.A & Wilson. L. M, 2012).
22 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
atau hiperplasi sehingga kelenjar tiroid mengalami pembesaran
yang akan menekan esophagus dan menyebabkan rasa mengganjal
pada saat menelan (Price&Wilson, 2005)
3) Mata agak menonjol
Akibat sekresi hormone tiroid akan berikatan dengan reseptor
adrenergic yang akan meningkatkan saraf simpatis sehingga
tekanan osmotik meningkat dan volume otot ekstraokular serta
cairan berakumulasi yang menyebabkan mata agak menonjol
(Price&Wilson, 2005).
4) Mudah merasa cemas dan mudah tersinggung
Akibat hormon tiroid akan meningkatkan sinaps otak yang
menyebabkan mudah cemas dan tersinggung (Price&Wison, 2005).
5) Tidak tahan cuaca panas, keringat berlebihan
Akibat dari hipermetabolisme dan peningkatan produksi panas.
Pada hipertiroidisme, metabolisme basal dapat meningkat hingga
2x lipat. Pasien lebih suka pada suhu lingkungan dingin; pada
lingkungan panas mereka cenderung berkeringat (intoleransi
panas). Keringat berlebihan disebabkan oleh peningkatan
pengeluaran panas tubuh karena hipermetabolisme (Silbernagl,
2017).
6) Nafsu makan pasien meningkat namun tidak disertai peningkatan
berat badan
Hipermetabolisme menyebabkan penekanan pusat nafsu makan di
hipotalamus, sehingga nafsu makan pasien meningkat.
Hipermetabolisme juga menyebabkan lipolisis meningkat sehingga
terjadi penurunan berat badan(Silbernagl, 2017).
23 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
e. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
Jawab
Adapun patofisiologi pada kasus adalah sebagai berikut.
1) Mudah lelah bila banyak beraktivitas
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan reseptor
TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 → metabolisme
basal ↑ → glikogenolisis, lipolisis ↑ → ATP sel ↓ → mudah lelah
saat aktivitas
2) Rasa mengganjal saat menelan
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan reseptor
TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 → hipertiroid →
terjadi secara terus menerus → terjadi hiperplasia dan hipertrofi →
benjolan di leher → menekan esofagus → rasa mengganjal saat
menelan
3) Keringat berlebihan
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan reseptor
TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 → metabolisme
basal ↑ → kompensasi tubuh untuk mengeluarkan panas →
keringat berlebihan
4) Mata agak menonjol
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan reseptor
TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 → pembentukan
sitokin dan glikosaminoglikan → tekanan osmotik ↑ → colume
otot ekstraokuler ↑ disertai akumulasi cairan → exopthalmus
24 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
5) Mudah merasa cemas dan mudah tersinggung
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan reseptor
TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 → mempengaruhi
SSP → mudah merasa cemas dan tersinggung
6) Tidak tahan cuaca panas
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan reseptor
TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 → metabolisme
basal ↑ → tidak tahan panas
7) Nafsu makan pasien meningkat namun tidak disertai peningkatan
berat badan
a) Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
metabolisme basal ↑ → glikogenolisis, lipolisis ↑ → ATP sel ↓
→ stimulasi pusat lapar di hipotalamus → rasa lapar ↑ → nafsu
makan ↑
b) Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
metabolisme basal ↑ → glikogenolisis, lipolisis ↑ → berat
badan tidak naik
25 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
3. Ny. Raisa merasakan adanya benjolan pada leher bagian tengah agak ke
bawah yang makin lama makin membesar sejak 1 tahun yang lalu.
Benjolan tidak dirasakan nyeri seiring bertambah besarnya benjolan.
a. Apa makna Ny. Raisa merasakan adanya benjolan pada leher bagian
tengah agak ke bawah yang makin lama makin membesar sejak 1
tahun yang lalu?
Jawab
Maknanya adalah Ny.Raisa mengalami pembesaran kelenjar tiroid
yang terjadi apabila TSH atau TSI merangsang kelenjar tiroid secara
berlebihan, makna 1 tahun yang lalu artinya terjadi fosforilasi pada
kelenjar tiroid multipel secara berlebihan (Guyton,2014)
Goiter merupakan pembesaran tiroid yang terjadi karena peningkatan
stimulasi atau sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan
metabolik
sekresi dan pertumbuhan tiroid berlanjut tanpa kendali → proliferasi
folikel tiroid →hipertropi folikel→pembesaran kelenjar tiroid
(benjolan) → benjolan semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu
(Kowalak,2017)
26 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
c. Apa saja kemungkinan penyakit dengan keluhan benjol dileher?
Jawab
Penyakit dengan keluhan benjolan di leher adalah sebagai berikut.
1) Limfadenitis
2) Limfadenopati
3) Limfoma
4) TBC extrapulmonal
5) Hipertiroid
6) Adenoma tiroid
27 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
2. Stimulasi ole TSH karena rendahnya kadar hormon tiroksin
dalam darah
3. Masuknya bahan goitrogenik yang terkandung dalam makanan,
air, obat dan rokok yang mengganggu masuknya yodium ke
dalam sel folikuler kelenjar tiroid
4. Adanya kelenjar kongenital yang menimbulkan gangguan sistem
hormon tiroid
5. Terjadi kelebihan yodium sehingga proses iodinasi dalam
kelenjar tiroid terlambat (Sjamsuhidayat. R & Wim de Jong,
2017)
Pada kasus ini Kemungkinan hipertiroidisme, etiologi dari
hipertiroidism adalah adanya LongActing Thyroid Stimulator (LATS)
(penyakit graves). LATS merupakan suatu antibodi yang sasarannya
adalah reseptor TSH di sel tiroid.
LATS merangsang sekresi dan pertumbuhan tiroid mirip dengan yang
dilakukan TSH. Namun tidak seperti TSH, LATS tidak dipengaruhi
inhibisi umpan balik hormon tiroid sehingga sekresi dan pertumbuhan
tiroid berlanjut tanpa kendali (Sherwood,2016)
28 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Berdasarkan anatomi, letak tiroid tepat dibawah laring dan
disebelah anterior trakea (Guyton, 2017). Apabila terjadi pembesaran
secara terus menerus maka akan mengakibatkan terjadinya penekanan
pada jalur pernapasan sehingga akan menyebabkan pasien
sesak/kesulitan bernapas. Selain itu dapat menekan esofagus, sehingga
pasien akan kesulitan untuk menelan. Selain itu, sel kelenjar-kelenjar
tiroid yang hiperplastik menyekresi hormon tiroid dengan kecepatan
5-15x lebih besar daripada normal (Guyton, 2017). Apabila itu terjadi
maka dapat menyebabkan kadar hormon tiroid di sirkulasi meningkat,
yang akan memperparah keluhan yang pasien alami. Apabila terjadi
terus-menerus maka akan menyebabkan terjadinya krisis tiroid yang
mengarah ke kematian (Permana, 2018).
g. Apa hubungan benjolan yang dialami oleh ny. raisa sejak 1 tahun yang
lalu dengan keluhan dia sekarang?
Jawab
Hubungannya adalah progresivitas penyakit. Stimulasi TSH akan
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (Huether, 2017). Kelenjar
tiroid hiperplastik akan menyekresi hormon tiroid dengan kecepatan
5-15x lebih besar daripada normal (Guyton, 2017). Apabila hal ini
terjadi terus menerus maka akan terjadi penumpukan hormon tiroid di
sirkulasi darah yang akan membawa efek toksik pada tubuh, sehingga
pasien akan mengalami tirotoksikosis. Manifestasi tirotoksikosis
seperti tremor, palpitasi, keringat berlebihan, mudah lelah, mudah
cemas, exopthalmus, intoleransi panas, dan lain-lain (Kumar et al,
2015).
29 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa peningkatan
kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar
tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011).
30 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Menurut American Thyroid Association dan American Association
of Clinical Endocrinologists, hipertiroid didefinisikan sebagai kondisi
berupa peningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan
disekresikan oleh kelenjar tiroid yang melebihi normal. Dalam
keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme
jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa
protein. Hormon-hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-
sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino dan
elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein
enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses intraseluler (Bahn et
al, 2011).
Peningkatan kadar hormon tiroid ini disebabkan oleh suatu
aktivator tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan kelenjar timid
hiperaktif. Aktivator ini merupakan antibodi terhadap reseptor TSH,
sehingga disebut sebagai antibodi reseptor TSH. Anti-bodi ini sering
juga disebut sebagai thyroid stimulating immunoglobulin (TSI).
Terbentuknya autoantibodi tersebut diduga karena adanya efek dari
kontrol immunologik (immunoregulation), defek ini dipengaruhi oleh
faktor genetik seperti HLA dan faktor lingkungan seperti infeksi atau
stress. Pada toxic nodular goiter peningkatan kadar hormon tiroid
disebabkan oleh autonomisasi dari nodul yang bersangkutan dengan
fungsi yang berlebihan sedangkan bagian kelenjar selebihnya
fungsinya normal atau menurun. Antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSH akan merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroid. Karena itu pada
pasien hipertiroid kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan
efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi
31 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior (Guyton, 2017).
Secara ringkas:
FR → gangguan autoimun → TSI berikatan dengan reseptor TSH →
merangsang aktivitas cAMP di dalam sel → T3 dan T4 meningkat
tanpa kontrol TSH → Hipertiroid → terjadi penekanan dalam
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior → konsentrasi TSH
menurun (Price. S.A & Wilson. L. M, 2012).
5. Stress
32 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Strees berkolerasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-reseptor,
sebagai faktor inisiasi untuk timbulnya penyakit lewat jalur
neuroendokrin
6. Zat kontras yang mengandung iodium
Hipertiroid bisa terjadi setelah mengalami pencitraan menggunakan
zat kontras yang mengandung ion, konsumsi iodium yang terlalu
banyak disebut akan menimbulkan hipertiroid atau di sebut iodine
induced hyperthyroidism (IIH)
(Kemenkes RI, 2015)
33 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
atau karena penyalahgunaan hormon tiroid oleh orang yang
mencoba menurunkan berat badan
3. Karsinoma tiroid fungsional metastatik : merupakan penyakit
langka yang menyebabkan produksi berlebihan hormon tiroid
4. Tiroiditis subakut : merupakan inflamasi granulomatosa yang
disebabkan oleh virus pada kelenjar tiroid dengan cara
menimbulkan hipertiroidisme sepintas yang disertai demam, nyeri,
faringitis, dan nyeri tekan pada kelenjar tiroid
5. Silent thyroiditis : merupakan bentuk hipertiroidisme yang bersifat
sepintas dan sembuh sendiri dan disertai gambaran histologi
tiroiditis namun tanpa gejala inflamasi
(Kowalak,2017)
34 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
n. Bagaimana manifestasi dari hipertiroid?
Jawab
1. Rambut tipis
2. Exopthalmus
3. Tiroid membesar
4. Takikardia
5. Penurunan berat badan
6. Diare
7. Kuit hangat dan berkeringat
8. Hiperrefleksia
9. Edema pretibia
10. Intoleransi terhadap panas
(Huether, 2017).
Menurut Guyton&Hall (2017), manifestasi dari hipertiroidisme
adalah sebagai berikut.
1) Mudah terangsang
2) Intoleransi terhadap panas
3) Berkeringat banyak
4) Berat badan berkurang ringan sampai berat (kadang dapat
berkurang sampai 100 pon)
5) Berbagai derajat keparahan diare
6) Kelemahan otot
7) Kecemasan atau kelainan psikis lainnya
8) Kelelahan, tetapi pasien tidak dapat tidur
9) Tremor pada tangan
10) Exopthalmos
35 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
4. Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan khusus
- Inspeksi : tampak benjolan leher sebelah kanan dan kiri, bulat
seperti telur ayam, rata, ikut bergerak saat menelan, kulit
dalam batas normal (tidak ada tanda-tanda radang)
- Palpasi : massa kenyal padat ukuran 6 x 7 cm, permukaan rata,
fluktuasi (-), isthmus tidak teraba, mobile, tidak teraba
panas, benjolan teraba bergerak ketika diminta menelan.
- Auskultasi : bruit (+)
Thoraks
- Jantung : inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
palpasi: iktus kordis teraba 2 jari lateral linea
midclavicularis sinistra
perkusi: batas jantung kiri 2 jari lateral linea
midclavicularis sinistra
auskultasi: bunyi jantung normal, HR 112 x/menit, regular,
bising (-)
- Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : kulit terlihat basah, teraba lembab, tremor (+), edema (-)
36 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
No Pemeriksaan
Pada Kasus Interpretasi
. Fisik
Composmentis Normal
BB 47 Kg, TB 165 Cm
1. Kesadaran IMT: 47/1.652
Underweight
IMT: 47/2.7225
IMT: 15,42
TD 130/80 mmHg Prehipertensi
Nadi 112x/menit
Sinus takikardi
2. Tanda Vital reguler
Pernapasan 22x/menit Normal
Temp. 37,0C Normal
Exopthalmus (+), lid
retraction (+), lid lag Abnormal, ciri-
(+), stelwag sign (+), ciri Grave’s
3. Kepala rosenbach sign (+), disease
mobius sign (+), von (opthalmiopati
grave sign (+), joffroy grave)
sign (+)
4. Leher JVP 5-2 mmH2O Normal
Pemeriksaan Inspeksi: Tampak
khusus benjolan leher sebelah
kanan dan kiri, bulat
seperti telur ayam,
Abnormal
rata, ikut bergerak saat
menelan, kulit dalam
batas normal (tidak ada
tanda-tanda radang)
Palpasi : Massa kenyal Abnormal
padat ukuran 6x7cm,
permukaan rata,
fluktuasi (-), isthmus
tidak teraba, mobile,
37 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
tidak teraba panas,
benjolan teraba
bergerak ketika
diminta menelan
Auskultasi : Bruit
Abnormal
(+)
Thorax
Inspeksi : Iktus kordis
Normal
tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis
teraba 2 jari lateral
Kardiomegali
linea midclavicularis
sinistra
5. Jantung Perkusi: Batas jantung
kiri 2 jari lateral linea Kardiomegali
midclavicularis sinistra
Auskultasi: Bunyi
jantung normal, HR
Sinus takikardi
112x/menit, reguler,
bising (-)
Paru Dalam batas normal Normal
6. Abdomen Dalam batas normal Normal
Kulit terlihat basah,
Abnormal
7. Ekstremitas teraba lembab
Tremor (+) Abnormal
Edema (-) Normal
38 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
2) Prehipertensi
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
stimulasi jantung → kontraktilitas jantung ↑ → volume sekuncup
↑ → amplitudo tekanan darah ↑ → prehipertensi
3) Sinus takikardi, Auskultasi: HR 112x/menit → Sinus takikardi
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
stimulasi jantung → sinus takikardia
4) Pemeriksaan kepala: Exopthalmus (+), opthalmiopati grave
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
pembentukan sitokin dan glikosaminoglikan → tekanan osmotik
↑ → colume otot ekstraokuler ↑ disertai akumulasi cairan →
exopthalmus → opthalmiopati grave
5) Pemeriksaan khusus leher
a) Benjolan pada leher
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
hipertiroid → terjadi secara terus menerus → terjadi
hiperplasia dan hipertrofi → benjolan di leher
b) Bruit (+)
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
stimulasi jantung → kontraktilitas jantung ↑ → volume
39 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
sekuncup ↑ → ↑ aliran darah melewati kelenjar yang
hiperaktif → Bruit (+)
6) Thorax (Jantung)
Inspeksi dan palpasi: Kardiomegali
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
stimulasi jantung → kontraktilitas jantung ↑ → kardiomegali
7) Ekstremitas
a) Kulit terlihat basah, teraba lembab
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
metabolisme basal ↑ → kompensasi tubuh untuk
mengeluarkan panas → kulit terlihat basah, teraba lembab
b) Tremor (+)
Autoimun → reaksi imunologi → sel B memproduksi tiroid
stimulating imunoglobulin (TSI) → TSI berikatan dengan
reseptor TSH → kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 →
eksitabilitas neuromuskular ↑ → tremor
40 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Stelwag sign Stelwag sign ( Melihat mata pasien apakah
dia jarang berkedih atau tidak apabila iya
berarti positive )
41 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
No. Pemeriksaan Pada Kasus Normal Interpretasi
Pemeriksaan Laboratorium
Triiodotironin
260 80-180 Abnormal ↑
(T3)
Tetraiodotironin
1. 212 4-11 Abnormal ↑
(T4)
Thyroid
Stimulating 0,001 0,02-5,0 Abnormal ↓
Hormon (TSH)
Sinus Sinus,
2. EKG Takikardi
Takikardi reguler
42 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
2) Keluhan Utama : Tangan sering gemetar dan jantung
berdebar-debar yang semakin bertambah sejak 1 minggu terakhir
3) Keluhan Penyerta : Mudah lelah bila banyak beraktivitas, rasa
mengganjal saat menelan, keringat berlebihan, mata agak
menonjol, mudah merasa cemas dan mudah tersinggung sejak 2
bulan yang lalu, tidak tahan pada cuaca panas dan nafsu makan
pasien meningkat namun tidak disertai peningkatan berat badan.
4) Riwayat/Keluhan lain: Benjolan pada leher bagian tengah agak
kebawah yang makin lama makin membesar sejak 1 tahun yang
lalu. Benjolan tidak dirasakan nyeri seiring bertambah besarnya
benjolan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Underweight
2) Prehipertensi
3) Sinus takikardi
4) Pemeriksaan kepala: Exopthalmus (+), lid retraction (+), lid lag
(+), stelwag sign (+), rosenbach sign (+), mobius sign (+), von
grave sign (+), joffroy sign (+)
5) Pemeriksaan khusus leher
a) Inspeksi : Tampak benjolan leher sebelah kanan dan
kiri, bulat seperti telur ayam, rata, ikut bergerak saat menelan,
kulit dalam batas normal (tidak ada tanda-tanda radang)
b) Palpasi : Massa kenyal padat ukuran 6x7cm,
permukaan rata, fluktuasi (-), isthmus tidak teraba, mobile,
tidak teraba panas, benjolan teraba bergerak ketika diminta
menelan
c) Auskultasi : Bruit (+)
6) Thorax (Jantung)
a) Inspeksi dan palpasi: Kardiomegali
b) Auskultasi: HR 112x/menit → Sinus takikardi
7) Ekstremitas
43 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
a) Kulit terlihat basah, teraba lembab
b) Tremor (+)
c. Pemeriksaan tambahan
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Triiodotironin (T3) ↑
b) Tetraiodotironin (T4) ↑
c) Thyroid Stimulating Hormon (TSH) ↓
Penyebab
Perbandingan Grave’s Adenoma Hipertiroid
disease tiroid sekunder
Konsentrasi T3 ↑ ↑ ↑
Konsentrasi T4 ↑ ↑ ↑
Konsentrasi TSH ↓ ↓ ↑
Goiter Ada Tidak Ada
(Sherwood, 2014)
44 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
pemeriksaan iodin radioaktif (Huether, 2017). Menurut Price&Wilson
(2005), pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut.
a. Ambilan yodium radioisotop, digunakan untuk mengukur kemampuan
kelenjar tiroid dalam menangkap dan mengubah yodida.
b. FNAB, prosedur pengambilan sampel sel kelenjar tiroid dengan
menggunakan jarum yang tipis.
c. Rontgen
d. EKG
Menurut Guyton&Hall (2017), uji diagnostik yang paling tepat adalah
dengan melakukan pengukuran langsung konsentrasi tiroksin “bebas” (dan
sering triiodotironin) didalam plasma, dengan menggunakan cara
pemeriksaan radioimunologi yang tepat. Uji lain yang sering digunakan
adalah sebagai berikut.
a. Laju metabolisme basal biasanya meningkat sampai +30 hingga +60
pada hipertiroidisme berat.
b. Konsentrasi TSH di dalam plasma diukur dengan radioimunologi.
Pada tipe tirotoksikosis yang biasa, sekresi TSH dari hipofisis anterior
dihambat secara menyeluruh oleh sejumlah besar tiroksin dan
triiodotironin yang sedang bersirkulasi sehingga hampr tidak
ditemukan TSH dalam plasma.
c. Konsentrasi TSI diukur dengan pemeriksaan radioimunologi. TSI
biasanya tinggi pada tpe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada
adenoma tiroid.
45 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
oleh hiperfungsi kelenjar tiroid maka tirotoksikosis sering disebut
hipertiroidisme (Kumar et al, 2015).
46 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Hiperplasia toksik difus (Penyakit Graves)
Struma multinodular hiperfungsi (“toksik”)
Adenoma hiperfungsi (“toksik”)
Hipertiroidisme yang diinduksi yodium
Sekunder
Adenoma hipofisis yang mensekresi TSH (jarang)*
Tidak berhubungan dengan Hipertroidisme
Tiroiditis granulomatosa (de Quervain) (nyeri)
Tiroiditis limfositik subakut (tidak nyeri)
Struma ovarii (teratoma ovarii dengan tiroid)
Tirotoksikosis fasctitious (asupan tiroksin eksogen)
*Berhubungan dengan peningkatan TSH; semua sebab-sebab lain
tirotoksikosis berhubungan dengan penurunan TSH
47 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
yang menyebabkan stimulasi tiroid melalui otoantibodi yang langsung
bekerja pada reseptor TSH. Otoantibodi ini disebut sebagai thyroid-
stimulating immunoglobulin (TSI) yang bekerja menggantikan
(override) mekanisme regulasi hormon tiroid yang normal. TSI
merangsang reseptor TSH dan menyebabkan hiperplasia kelenjar
(goiter) serta sintesis hormon tiroid, terutama T3. Peningkatan kadar
hormon tiroid memberikan gambaran klasik hipertiroidisme. Produksi
TSH oleh hipofisis dihambat kerjanya melalui mekanisme umpan
balik negatif (Huether, 2017).
48 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Jawab
Manifestasi klinis tirotoksikosis sangat bervariasi dan meliputi
perubahan yang berhubungan dengan keadaan hipermetabolik yang
diinduksi oleh hormon tiroid yang berlebihan, dan yang berkaitan
dengan aktivitas berlebihan sistem saraf simpatis adalah sebagai
berikut (Kumar et al, 2015).
1) Gejala dasar: Kulit orang yang tirotoksik cenderung lunak, hangat
dan kemerahan, tidak toleran terhadap panas dan berkeringat yang
berlebihan. Peningkatan aktivitas simpatik dan hipermetabolisme
akan mengakibatkan penurunan berat badan walaupun nafsu
makan meningkat.
2) Gastrointestinal: Stimulasi usus mengakibatkan hipermotilitas,
malabsorbsi dan diare.
3) Jantung: Palpitasi dan takikardi sering dijumpai, pasien berusia
lanjut dapat mengalami gagal jantung kongestif sebagai akibat
perburukan dari penyakit jantung yang telah ada sebelumnya.
4) Neuromuskular: Pasien serinig mengalami kegelisahan, tremor
dan iritabilitas. Hampir 50% pasien mengalami kelemahan otot
proximal (miopati tiroid).
5) Manifestasi okular: Terdapat tatapan mata yang lebar, membelalak
oleh karena stimulasi simpatis berlebihan dari otot levator
palpebra superior. Namun, oftalmiopati tiroid sejati yang
berhubungan dengan proptosis merupakan suatu gambaran yang
hanya ditemukan ada Penyakit Graves.
49 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
b) Hipertiroid sedang : 30-40 mg/hari
c) Hipertiroid berat : 60 mg/hari
3) Karbimazol dosis 20-60 mg/hari, 3x sehari
b. Iodium radioaktif
c. Pembedahan (tiroidektomi)*
*Indikasi pembedahan
1) Pasien berusia muda dengan struma besar dan tidak ada respon
dengan obat anti tiroid
2) Wanita hamil trimester 2 yang memerlukan obat anti tiroid dosis
tinggi
3) Pasien dengan alergi terhadap obat anti tiroid ddan tidak dapat
menerima terapi iodium radioaktif
4) Pasien dengan adenoma toksik atau struma multinodusa toksik
5) Pasien dengan penyakit Grave yang berhubungan dengan satu
atau lebih nodul
d. Pemantauan tiroid dengan memantau kadar FT4 setiap 4-6 minggu
sekali, TSHs setiap 4-6 minggu setelah FT4 mencapai normal
e. Beta blocker → untuk menghambat konversi T4 menjadi T3
f. Lithium carbonate → untuk menghambat pelepasan hormon dari
kelenjar
g. Iodium stabil → untuk menghambat pelepasan hormon dari kelenjar
50 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
delirium, psikosis, apatis, stupor, koma, diare, nyeri abdomen, mual
dan muntah, ikterus dan hiperglikemia (Kowalak,2017)
51 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
c. Goiter 3A
Tingkat Kemampuan 3 : Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan
awal dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu mendiagnosis klinik berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang dan memberikan
usulan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya dalam konteks penilaian kemampuan
15. Apa nilai - nilai islam pada kasus?
Jawab
a. HR. Al Hakim
“Manfaatkanlah 5 perkara sebelun 5 perkara; mudamu sebelum
datang tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum
datang kefakiranmu, luangmu sebelum datang sibukmu, dan
Hidupmu sebelum datang matimu
b. As-Syuara: 80
“dan apabila aku sakit, Allah-lah yang menyembuhkanku”
2.7 Kesimpulan
Ny raisa,45 th, mengeluh tremor,palpitasi dan ada benjolan di leher karena
mengalami tiroksikosis et causa grave’s disease
52 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
2.8 Kerangka Konsep
AUTOIMUN
Terbentuk antibodi
(TSI)
Nafsu makan
Sel sel sekretori meningkat
kelenjar tiroid
Hipertrofi dan
hiperplasia palpitasi
Hiperplasia kelenjar
Benjolan pada leher T3 T4 banyak di
tiroid Tiroksitosis
sirkuklasi
Menekan esofagus
tremor
hipertiroid
Mudah cemas
dan tersinggng
Rasa mengajal saat exopthalamus
menelan
53 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
DAFTAR PUSTAKA
54 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8
Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
55 | S K E N A R I O B “ G R A V E D I S E A S E ” K E L 6 2 0 1 8