Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Diare atau sering disebut Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab


utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang. Anak usia 0-3
tahun rata-rata mengalami tiga kali diare pertahun. Menurut WHO (2009) diare
adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga
cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7
hari, sedangkan diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari. Secara klinis penyebab
diare terbagi menjadi enam kelompok, yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lainnya,misalnya: gangguan
fungsional dan malnutrisi.1
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan
bahwa penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah
diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Hasil Survei Morbiditas Diare dari tahun
2000 s.d. 2010 didapatkan angka kesakitan diare balita Tahun 2000-2010 tidak
menunjukkan pola kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun
2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1000, sedikit menurun di tahun 2003 (1.100
per 1000), agak meningkat pada tahun 2006 (1.330 per 1000), dan di tahun 2010
angka morbiditas kembali menurun (1.310 per 1000). Dilihat dari distribusi umur
balita penderita diare di tahun 2010 didapatkan proporsi terbesar adalah kelompok
umur 6 –11 bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar
14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi
terkecil pada kelompok umur 54-59 bulan yaitu 2,06%.2
Berikut ini dilaporkan pasien dengan diare akut disertai dehidrasi ringan
sedang yang mendapat perawatan di ruangan Nuri bawah RSU Anutapura Palu.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
 Nama Penderita : An. D A
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 2 Tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jalan Jati
 Tanggal masuk : 25 Desember 2018

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Buang air besar (BAB) Cair
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB Cair dengan
frekuensi 6 kali pada pagi kemarin sebelum masuk rumah sakit. BAB Cair
berwarna kuning, berampas (+), berlendir (-), darah (-). Anak juga muntah
(+) pada pagi hari dengan frekuensi muntah 3 kali. Muntah berisi susu dan
makanan yang dimakan, darah (-), lendir (-). Nafsu makan menurun.
Pasien selalu merasa kehausan dan rewel.Demam (+) sejak pagi hari
sebelum masuk rumah sakit, menggigil (-), kejang (-), batuk (-), flu(-),
Buang air kecil (BAK) lancar.

 Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di dalam keluarga.

2
 Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah.

 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


Pasien merupakan anak yang aktif dalam keseharian dirumah. Anak
tinggal di lingkungan perumahan yang padat penduduk

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan:


Pasien merupakan anak pertama. Pasien dilahirkan Sectio Caesarea di
Rumah Sakit Umum Anutapura dengan bantuan Dokter. Anak lahir,
langsung menangis dengan berat lahir 2500 gram dan PBL 47 cm.
Bayi cukup bulan.

 Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :


Tengkurap dan telentang : 4 bulan
Merangkak : 7 bulan
Duduk : 8-9 bulan
Berjalan : 11-12 bulan

 Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-6 bulan selanjutnya
diberikan susu formula sampai sekarang. Pasien diberi bubur saring sejak
usia 6 bulan, di usia 9 bulan sudah mulai makan buah seperti pisang
beserta ASI dan susu formula. Usia 12 bulan sudah makan makanan
keluarga dan susu formula.

 Riwayat Imunisasi:
Imunisasi Dasar (Lengkap)

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Berat Badan : 8,5 Kg
 Tinggi Badan : 78 cm
 Status Gizi : -1 sampai -2 SD (Gizi Baik)
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 118 Kali/menit
- Suhu : 37,6o C
- Respirasi : 32 kali/menit
 Kulit
Warna sawo matang, turgor <2 detik, ruam (-)

 Kepala
Bentuk : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), mata cekung
(+), Refleks cahaya (+/+), Pupil Isokor (+/+)
Telinga : Otore (-/-)
Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (+), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tonsil : Tonsil T1/T1, Hiperemis (-)

 Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)

 Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
interkostal (-), ruam (-)

4
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midklavikula
sinistra
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
 Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan cembung, ruam (-)
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+) pada 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-)

 Genitalia : Edema (-), Dalam Batas Normal


 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, Edema (-)
 Punggung : Tidak ada deformitas, Dalam Batas normal
 Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
 Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)
 Skor Dehidrasi :

Skor Dehidrasi UNHAS :

Kriteria 1 2 3
Keadaan umum Baik Lemas Gelisah, lemas,
mengantuk, syok.
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/ menit >40x/ menit

5
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x/ menit 120-140x/ menit >140x/ menit
Total skor : 10 (dehidrasi ringan-sedang)

Interpretasi :

6 : Tidak dehidrasi

7-12 : Dehidrasi ringan - sedang

>13 : Dehidrasi berat

Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan WHO:

Kategori Tanda dan Gejala Rencana Terapi


Dua atau lebih tanda berikut :
 Letargi atau penurunan
kesadaran
 Mata cekung
Dehidrasi Berat  Tidak bisa minum atau C
malas minum
 Cubitan kulit perut
kembali dengan sangat
lambat ( ≥ 2 detik )
Dua atau lebih tanda berikut :
 Gelisah/rewel
 Mata cekung
Dehidrasi Ringan-
 Kehausan atau sangat B
Sedang
haus
 Cubitan kulit perut
kembali dengan lambat
Tidak ada tanda gejala yang
cukup untuk mengelompokkan
Tanpa Dehidrasi A
dalam dehidrasi berat atau
ringan-sedang

6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi

7
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 15,51 x 103 /uL 3,6 – 10,6 Meningkat
RBC 4,53 x 106 /uL 4,4 – 5,59 Normal
HGB 13,7 g/dl 12,0 – 17,5 Normal
HCT 32,5% 30,0 – 47,0 Normal
PLT 156x 103 /uL 150 – 450 Normal

V. RESUME
Pasien anak perempuan usia 2 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhan BAB Cair dengan frekuensi 6 kali pada pagi kemarin sebelum
masuk rumah sakit. BAB Cair berwarna kuning , berampas (+), berlendir
(-), darah (-). Anak juga muntah (+) pada pagi hari dengan frekuensi
muntah 3 kali. Muntah berisi susu dan makanan yang dimakan, darah (-),
lendir (-). Nafsu makan menurun. Pasien selalu merasa kehausan dan rewel.
Demam (+) sejak sehari sebelum masuk rumah sakit, menggigil (-), kejang
(-), batuk (-), flu (-), Buang air kecil (BAK) lancar.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan kondisi umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, status gizi baik. Tanda vital : nadi 123
kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, suhu 37,6oC. Pada pemeriksaan
kepala ditemukan adanya mata cekung, dan pada pemeriksaan abdomen
tampak kesan cembung dan peningkatan peristaltik usus.Ekstremitas atas
dan bawah: akral hangat. Turgor kembali cepat.
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu darah rutin didapatkan leukosit
15,51 x 103 /uL, eritrosit 4,53 x 106 /uL, hemoglobin 13,7 g/dl, hematokrit
32,5% dan trombosit 156x 103 /uL.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Diare Akut Disertai Dehidrasi Ringan-Sedang
VII. TERAPI
a. Medikamentosa

8
- IVFD Ringer Asetat9gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Santagesik inj 150mg IV/ 8jam
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
b. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene
VIII. ANJURAN:
- Pemeriksaan Feses rutin

FOLLOW UP

Perawatan Hari 1, 26 Desember 2018


Subjek (S):

9
BAB Cair (+) frekuensi 4 kali, berampas (+), darah (-), warna kuning (+), BAK
Lancar, muntah (-), rewel (+), rasa haus (+), mata cekung (+), demam (+)

Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi Baik
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 112 kali/menit
o Respirasi : 38 kali/menit
o Suhu : 370C
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan meningkat
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)

Assesment (A):
Diare akut disertai dehidrasi ringan sedang

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD Ringer Asetat 9 gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
b. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum

10
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene

Perawatan Hari 2, 27 Desember 2018


Subjek (S):
BAB Cair (+) frekuensi 2 kali, berampas (+), darah (-), warna kuning (+), BAK
Lancar, muntah (-), rewel (+), rasa haus (+), mata cekung (-), demam (-)

Objek (O):
f. Keadaan Umum : Sakit sedang
g. Kesadaran : Compos mentis
h. Status gizi : Gizi Baik
i. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 115 kali/menit
o Respirasi : 32 kali/menit
o Suhu : 370C

j. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)

Assesment (A):
Diare akut disertai dehidrasi ringan sedang

Plan (P):
c. Medikamentosa
- IVFD Ringer Asetat9gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml

11
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
d. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene

Perawatan Hari 3, 28 Desember 2016


Subjek (S):
BAB Cair (+) frekuensi 1 kali, berampas (+), darah (-), warna kuning (+), BAK
Lancar, muntah (-), rewel (-), rasa haus (-), demam (-)

Objek (O):
k. Keadaan Umum : Sakit sedang
l. Kesadaran : Compos mentis
m. Status gizi : Gizi Baik
n. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 112 kali/menit
o Respirasi : 38 kali/menit
o Suhu : 36,80C

o. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)

Assesment (A):
Diare akut tanpa dehidrasi

12
Plan (P):
e. Medikamentosa
- IVFD Ringer Asetat9gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
f. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene

Perawatan Hari 4, 29 Desember 2018


Subjek (S):
BAB Konsistensi kental (+) frekuensi 1 kali, berampas (+), darah (-), warna
kuning (+), BAK Lancar, muntah (-), rewel (-), rasa haus (-), demam (-)

Objek (O):
p. Keadaan Umum : Sakit sedang
q. Kesadaran : Compos mentis
r. Status gizi : Gizi Baik
s. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 108 kali/menit
o Respirasi : 32 kali/menit
o Suhu : 36,8,0C

t. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal

13
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
PostDiare akut tanpa dehidrasi
Plan (P):
- Menjelaskan cara penanganan diare di rumah
- Melanjutkan pemberian makan dan minum serta selalu menjaga hygiene
ketika mmberikan makan dan minum serta setiap kali anak BAB
- Menjelaskan tanda-tanda kapan anak harus di rawat kembali di rumah
sakit
Pasien pulang ke rumah, atas saran dokter, dengan keadaan sudah
membaik

DISKUSI

14
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Diare dibagi menjadi dua,
yaitu diare akut dan diare persisten atau diare kronik. diare akut adalah diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis
adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.2
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal-oral yaitu melalui 4F
{finger(jari-jari tangan), flies(lalat), fluid(cairan), field(lingkungan)}. Faktor
resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.2
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besaryang digambarkan dalam bagan berikut :3

Secara umum, diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses


absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare berdasarkan:4

15
a. Mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan sekresi
- Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada
usus halus bagian proximal bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus dan
darah maka pada segmen jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum, sehingga terkumpul di lumen usus.
Natrium juga akan masuk ke dalam lumen, sehingga terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian cairan
diabsorpsi kembali, sebagian lainnya akan tetap tinggal di lumen dan
kemudian melebihi kapasitas absorpsi kolon sehingga terjadi diare.
- Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri
dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksania, garam empedu
bentuk dihidroksi serta asam lemak rantai panjang. Toksin ini terutama
bekerja dengan meningkatkan konsentrasi intrasel Ca++ yang mengaktifkan
proteinkinase. Pengaktifan ini menyebabkan fosforilasi membran protein
sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di
kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium
masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan
efek bervariasi pada aktivitas NaK-ATPase. Yang diantaranya memacu
peningkatan kadar cAMP, yang meningkatkan -permeabilitas intestinal dan
menyebabkan kerusakan sel mukosa. Hal ini yang menyebabkan kelainan
sekresi.4
b. Lamanya diare:
- Diare akut <14 hari
- Diare kronik >14 hari dengan etiologi non infeksi
- Diare persisten >14 hari dengan etiologi infeksi

Penentuan Mikroorganisme penyebab diare2


Tanda& Rotavirus ETEC EIEC Salmonella Shigella Vimbrio

16
Gejala Disentri Cholera
Mual/muntah Sering + - Sering Jarang Sering
Demam + - ++ ++ ++ -

Sakit Tenesmus - tenesmus Tenesmus Tenesmus, Kram


kram + kolik kolik
Gejala lain anoreksia Distensi hipertensi Bakteremia Bisa ada -
abdomen Toksonemi kejang
a
Sifat Tinja
Volume Sedang Banyak Sedikit Sedikit Menurun Sangat
banyak
Frekuensi 5-10 kali Sering Sering Sering Sering Terus
sekali menerus
Konsistensi Cair Cair Lembek Lembek Lembek Cair
Mucus Jarang + + + Sering -
Darah - - + Kadang + Sering + -
Bau Langu + - Bau telur Bau tinja Amis
busuk
Warna Kuning Warna Merah Kuning Merah Cucian
kehijauan tinja hijau hijau beras
Leukosit - - + + + -

Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan


pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesis didapatkan pasien mengalami BAB
dengan konsistensi cair, frekuensi 6x/hari, berwarna kuning, tidak terdapat darah,
berbau seperti telur busuk, adanya rasa haus, pasien mengalami mual dan muntah
dan ada demam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status gizi : gizi baik, mata
cekung, turgor kembali cepat, auskultasi abdomen didapatkan peristaltik usus
kesan meningkat, dan dari pemeriksaan laboratorium didapatkan bukti
peningkatan angka leukosit (leukositosis)maka dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami diare atau gastroenteritis akut yang diakibatkan oleh bakteri
Salmonella.
Penilaian derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu
dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan
menggunakan kriteria WHO. Pada kasus ini termasuk kategori dehidrasi ringan
sedang.

17
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare “LINTAS DIARE” (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
sebagai salah satu strategi dalam pengendalian penyakit diare di Indonesia yaitu
5,7
:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
a. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
 Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
 Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
 Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Dosis oralit bagi penderita diare derajat dehidrasi ringan-sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kgBB dan
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian oralit setiap kali BAB.
c. Derajat dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk diinfus.
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zink
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Cara
pemberian tablet zink :Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan

18
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan.
4. Antibiotik selektif
Pada kasus ini diberikan antibiotik kotrimoksasol berdasarkan peningkatan
WBC pada hasil pemeriksaan laboratorium dan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang menunjukkan sifat tinja yang mengarah pada diare
yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin
karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.
Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian
besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak
boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan
oleh parasit (amoeba, giardia).6
5. Nasihat kepada orang tua.
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari.

19
Pada kasus ini penanganan yang dilakukan menangani dehidrasi dengan
pemberian oralit 3 jam pertama dengan dosis 75 mg/kgBB dan selanjutnya
diobservasi untuk menilai derajat dehidrasi, pemberian zink dengan dosis 20
mg/hari, dilanjutkan pemberian makanan, kemudian pemberian antibiotik dan
memberikan nasehat kepada orang tua tentang cara membuat oralit dan kapan
harus kembali ke petugas kesehatan.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus diare akut yakni
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan feses atau tinja tidak rutin dilakukan pada
diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis.
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja berupa makroskopis yakni konsistensi,
warna, lendir, darah, bau dan mikroskopis berupa leukosit, eritrosit, parasit,
bakteri, dan pemeriksaan kimia feses berupa PH, elektrolit (Na, K, HCO3). Selain
itu dapat pula dilakukan kultur atau biakan feses dan uji sensitivitas (kepekaan
terhadap antibiotika). Pada kasus ini hanya di anjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan feses rutin, agar bisa mengetahui jenis bakteri penyebab diare
tersebut. 7

Komplikasi diare yang sering terjadi selama pengobatan rehidrasi adalah


hipernatremia, hiponatremi, hiperkalemia, hipokalemia dan hipoglikemi.4
1. Hipernatremi
Elektrolit serum dapat diukur pada anak dengan dehidrasi berat dan dengan
dehidrasi sedang dalam cara yang sama. Hipernatremia (peningkatan serum
natrium lebih dari 145 mEq/L [145 mmol/L]) mengindikasikan kehilangan
cairan dalam kelebihan kehilangan natrium. Temuan klinis yang membantu
dalam diagnosis hipernatremia pada anak termasuk peningkatan tonus otot,
iritabilitas dan tangisan yang melengking.
2. Hiponatremi
Sering disebabkan oleh penggunaan yang tidak tepat dari cairan oral yang
rendah natrium, seperti air, jus dan soda. Jika ada dehidrasi berat, anak dengan
hipernatremia atau hiponatremi harus mendapatkan cairan isotonik kristaloid

20
hingga stabil. Hiponatremi (Na <130 mol/L) sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan edema.
3. Hiperkalemi
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0.5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung.
4. Hipokalemi
Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L. Hipokalemia dapat menyebabkan
kelemahan otot, ileus paralitik, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.
Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare
dan sesudah diare berhenti.

Adapun prognosis dari kasus ini adalah dubia et bonam, dimana pada
kasus ini setelah di lakukan perawatan di Rumah Sakit menunjukan hasil yang
sangat baik. Di mana anak sudah tidak mengalami dehidrasi, dan diare sudah
teratasi. Selain itu sesuai dengan teori apabila penyakit ini dapat ditangani dengan
cepat dan baik maka prognosisnya akan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eka P dkk, Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka Kejadian


Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang,
Jurnal FK Unand, Padang, 2013

21
2. Departments of Child and Adolescent Health and Development (CAH)
and HIV/AIDS. WHO Recommendations on the Management of
Diarrhoea and Pneumonia in HIV-Infected Infants and Children. Geneva:
WHO; 2010.
3. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
4. UKK Gastroenterologi Hepatologi IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid I Cetakan Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.
5. Departemen Kesehatan RI, Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 2008
6. World Gastroenterology Organisation Practic Guidline. Acute diarrhea:
2008.
7. Kementerian kesehatan republik Indonesia. Tatalaksana diare pada balita.
Jakarta; KEMENKES RI: 2011.

22

Anda mungkin juga menyukai