PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama Penderita : An. D A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 2 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jalan Jati
Tanggal masuk : 25 Desember 2018
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Buang air besar (BAB) Cair
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB Cair dengan
frekuensi 6 kali pada pagi kemarin sebelum masuk rumah sakit. BAB Cair
berwarna kuning, berampas (+), berlendir (-), darah (-). Anak juga muntah
(+) pada pagi hari dengan frekuensi muntah 3 kali. Muntah berisi susu dan
makanan yang dimakan, darah (-), lendir (-). Nafsu makan menurun.
Pasien selalu merasa kehausan dan rewel.Demam (+) sejak pagi hari
sebelum masuk rumah sakit, menggigil (-), kejang (-), batuk (-), flu(-),
Buang air kecil (BAK) lancar.
2
Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah.
Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-6 bulan selanjutnya
diberikan susu formula sampai sekarang. Pasien diberi bubur saring sejak
usia 6 bulan, di usia 9 bulan sudah mulai makan buah seperti pisang
beserta ASI dan susu formula. Usia 12 bulan sudah makan makanan
keluarga dan susu formula.
Riwayat Imunisasi:
Imunisasi Dasar (Lengkap)
3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 8,5 Kg
Tinggi Badan : 78 cm
Status Gizi : -1 sampai -2 SD (Gizi Baik)
Tanda Vital
- Denyut nadi : 118 Kali/menit
- Suhu : 37,6o C
- Respirasi : 32 kali/menit
Kulit
Warna sawo matang, turgor <2 detik, ruam (-)
Kepala
Bentuk : Normosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), mata cekung
(+), Refleks cahaya (+/+), Pupil Isokor (+/+)
Telinga : Otore (-/-)
Hidung : Rinore (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (+), stomatitis (-), lidah
kotor (-)
Tonsil : Tonsil T1/T1, Hiperemis (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
interkostal (-), ruam (-)
4
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midklavikula
sinistra
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan cembung, ruam (-)
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani (+) pada 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-)
Kriteria 1 2 3
Keadaan umum Baik Lemas Gelisah, lemas,
mengantuk, syok.
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/ menit >40x/ menit
5
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x/ menit 120-140x/ menit >140x/ menit
Total skor : 10 (dehidrasi ringan-sedang)
Interpretasi :
6 : Tidak dehidrasi
6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
7
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 15,51 x 103 /uL 3,6 – 10,6 Meningkat
RBC 4,53 x 106 /uL 4,4 – 5,59 Normal
HGB 13,7 g/dl 12,0 – 17,5 Normal
HCT 32,5% 30,0 – 47,0 Normal
PLT 156x 103 /uL 150 – 450 Normal
V. RESUME
Pasien anak perempuan usia 2 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhan BAB Cair dengan frekuensi 6 kali pada pagi kemarin sebelum
masuk rumah sakit. BAB Cair berwarna kuning , berampas (+), berlendir
(-), darah (-). Anak juga muntah (+) pada pagi hari dengan frekuensi
muntah 3 kali. Muntah berisi susu dan makanan yang dimakan, darah (-),
lendir (-). Nafsu makan menurun. Pasien selalu merasa kehausan dan rewel.
Demam (+) sejak sehari sebelum masuk rumah sakit, menggigil (-), kejang
(-), batuk (-), flu (-), Buang air kecil (BAK) lancar.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan kondisi umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, status gizi baik. Tanda vital : nadi 123
kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, suhu 37,6oC. Pada pemeriksaan
kepala ditemukan adanya mata cekung, dan pada pemeriksaan abdomen
tampak kesan cembung dan peningkatan peristaltik usus.Ekstremitas atas
dan bawah: akral hangat. Turgor kembali cepat.
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu darah rutin didapatkan leukosit
15,51 x 103 /uL, eritrosit 4,53 x 106 /uL, hemoglobin 13,7 g/dl, hematokrit
32,5% dan trombosit 156x 103 /uL.
8
- IVFD Ringer Asetat9gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Santagesik inj 150mg IV/ 8jam
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
b. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene
VIII. ANJURAN:
- Pemeriksaan Feses rutin
FOLLOW UP
9
BAB Cair (+) frekuensi 4 kali, berampas (+), darah (-), warna kuning (+), BAK
Lancar, muntah (-), rewel (+), rasa haus (+), mata cekung (+), demam (+)
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi Baik
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 112 kali/menit
o Respirasi : 38 kali/menit
o Suhu : 370C
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan meningkat
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
Diare akut disertai dehidrasi ringan sedang
Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD Ringer Asetat 9 gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
b. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
10
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene
Objek (O):
f. Keadaan Umum : Sakit sedang
g. Kesadaran : Compos mentis
h. Status gizi : Gizi Baik
i. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 115 kali/menit
o Respirasi : 32 kali/menit
o Suhu : 370C
j. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
Diare akut disertai dehidrasi ringan sedang
Plan (P):
c. Medikamentosa
- IVFD Ringer Asetat9gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
11
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
d. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene
Objek (O):
k. Keadaan Umum : Sakit sedang
l. Kesadaran : Compos mentis
m. Status gizi : Gizi Baik
n. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 112 kali/menit
o Respirasi : 38 kali/menit
o Suhu : 36,80C
o. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
Diare akut tanpa dehidrasi
12
Plan (P):
e. Medikamentosa
- IVFD Ringer Asetat9gtt/menit
- Oralit 3 Jam pertama : 75ml/kgBB : 637,5 ml
- Zink 1x1 tab (20mg)/hari (selama 10 hari)
- Kotrimoksasol Sirup 2 x 1 cth (5ml)
f. Non Medikamentosa
- Melanjutkan pemberian makan dan minum
- Memberikan edukasi kepada ibu pasien untuk menjaga higiene
Objek (O):
p. Keadaan Umum : Sakit sedang
q. Kesadaran : Compos mentis
r. Status gizi : Gizi Baik
s. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 108 kali/menit
o Respirasi : 32 kali/menit
o Suhu : 36,8,0C
t. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-), turgor (kembali cepat)
Kepala : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Dada : Dalam batas normal
13
Abdomen : Peristaltik usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
Assesment (A):
PostDiare akut tanpa dehidrasi
Plan (P):
- Menjelaskan cara penanganan diare di rumah
- Melanjutkan pemberian makan dan minum serta selalu menjaga hygiene
ketika mmberikan makan dan minum serta setiap kali anak BAB
- Menjelaskan tanda-tanda kapan anak harus di rawat kembali di rumah
sakit
Pasien pulang ke rumah, atas saran dokter, dengan keadaan sudah
membaik
DISKUSI
14
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Diare dibagi menjadi dua,
yaitu diare akut dan diare persisten atau diare kronik. diare akut adalah diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari, sementara diare persisten atau diare kronis
adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.2
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal-oral yaitu melalui 4F
{finger(jari-jari tangan), flies(lalat), fluid(cairan), field(lingkungan)}. Faktor
resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain: tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.2
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6
besaryang digambarkan dalam bagan berikut :3
15
a. Mekanismenya yaitu gangguan absorbsi dan sekresi
- Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada
usus halus bagian proximal bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmosis antara lumen usus dan
darah maka pada segmen jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejunum, sehingga terkumpul di lumen usus.
Natrium juga akan masuk ke dalam lumen, sehingga terkumpul cairan
intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian cairan
diabsorpsi kembali, sebagian lainnya akan tetap tinggal di lumen dan
kemudian melebihi kapasitas absorpsi kolon sehingga terjadi diare.
- Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri
dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksania, garam empedu
bentuk dihidroksi serta asam lemak rantai panjang. Toksin ini terutama
bekerja dengan meningkatkan konsentrasi intrasel Ca++ yang mengaktifkan
proteinkinase. Pengaktifan ini menyebabkan fosforilasi membran protein
sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di
kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium
masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-. Bahan laksatif dapat menyebabkan
efek bervariasi pada aktivitas NaK-ATPase. Yang diantaranya memacu
peningkatan kadar cAMP, yang meningkatkan -permeabilitas intestinal dan
menyebabkan kerusakan sel mukosa. Hal ini yang menyebabkan kelainan
sekresi.4
b. Lamanya diare:
- Diare akut <14 hari
- Diare kronik >14 hari dengan etiologi non infeksi
- Diare persisten >14 hari dengan etiologi infeksi
16
Gejala Disentri Cholera
Mual/muntah Sering + - Sering Jarang Sering
Demam + - ++ ++ ++ -
17
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare “LINTAS DIARE” (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
sebagai salah satu strategi dalam pengendalian penyakit diare di Indonesia yaitu
5,7
:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
a. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Dosis oralit bagi penderita diare derajat dehidrasi ringan-sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kgBB dan
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian oralit setiap kali BAB.
c. Derajat dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk diinfus.
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zink merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zink
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zink juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Cara
pemberian tablet zink :Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
18
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan.
4. Antibiotik selektif
Pada kasus ini diberikan antibiotik kotrimoksasol berdasarkan peningkatan
WBC pada hasil pemeriksaan laboratorium dan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang menunjukkan sifat tinja yang mengarah pada diare
yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin
karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.
Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian
besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak
boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak
bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa
berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan
oleh parasit (amoeba, giardia).6
5. Nasihat kepada orang tua.
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
- Cara memberikan cairan dan obat di rumah
- Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
19
Pada kasus ini penanganan yang dilakukan menangani dehidrasi dengan
pemberian oralit 3 jam pertama dengan dosis 75 mg/kgBB dan selanjutnya
diobservasi untuk menilai derajat dehidrasi, pemberian zink dengan dosis 20
mg/hari, dilanjutkan pemberian makanan, kemudian pemberian antibiotik dan
memberikan nasehat kepada orang tua tentang cara membuat oralit dan kapan
harus kembali ke petugas kesehatan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus diare akut yakni
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan feses atau tinja tidak rutin dilakukan pada
diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis.
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja berupa makroskopis yakni konsistensi,
warna, lendir, darah, bau dan mikroskopis berupa leukosit, eritrosit, parasit,
bakteri, dan pemeriksaan kimia feses berupa PH, elektrolit (Na, K, HCO3). Selain
itu dapat pula dilakukan kultur atau biakan feses dan uji sensitivitas (kepekaan
terhadap antibiotika). Pada kasus ini hanya di anjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan feses rutin, agar bisa mengetahui jenis bakteri penyebab diare
tersebut. 7
20
hingga stabil. Hiponatremi (Na <130 mol/L) sering terjadi pada anak dengan
Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan edema.
3. Hiperkalemi
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0.5-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung.
4. Hipokalemi
Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L. Hipokalemia dapat menyebabkan
kelemahan otot, ileus paralitik, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.
Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan
menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya kalium selama diare
dan sesudah diare berhenti.
Adapun prognosis dari kasus ini adalah dubia et bonam, dimana pada
kasus ini setelah di lakukan perawatan di Rumah Sakit menunjukan hasil yang
sangat baik. Di mana anak sudah tidak mengalami dehidrasi, dan diare sudah
teratasi. Selain itu sesuai dengan teori apabila penyakit ini dapat ditangani dengan
cepat dan baik maka prognosisnya akan baik.
DAFTAR PUSTAKA
21
2. Departments of Child and Adolescent Health and Development (CAH)
and HIV/AIDS. WHO Recommendations on the Management of
Diarrhoea and Pneumonia in HIV-Infected Infants and Children. Geneva:
WHO; 2010.
3. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
4. UKK Gastroenterologi Hepatologi IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid I Cetakan Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.
5. Departemen Kesehatan RI, Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 2008
6. World Gastroenterology Organisation Practic Guidline. Acute diarrhea:
2008.
7. Kementerian kesehatan republik Indonesia. Tatalaksana diare pada balita.
Jakarta; KEMENKES RI: 2011.
22