KELOMPOK 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat
4. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses
tutorial berlangsung
5. Tepat waktu
2.2 Skenario
“Sulitnya Bernafas”
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus
sphenoid yang dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan
mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang
mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan
periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung. .
( Eroschenko,2015)
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak
dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe
skuamosa/gepeng. .( Eroschenko,2015)
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan
memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal
epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan
laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di
bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.Di bawah
epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen
laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika
vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di
lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara
dengan frekuensi yang berbeda-beda. .( Eroschenko,2015)
Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa
pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda),
yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan
mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk
lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel
asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen
trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin
yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan
berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah
distensi berlebihan. .( Eroschenko,2015)
Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan
lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit
dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur
dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin
tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya
garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau
tulang rawan hialin. .( Eroschenko,2015)
Bronkiolus.( Eroschenko,2015)
Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya.
Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen
awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang
lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin
memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris
bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil.
Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia
yang memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat
protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi
sebagai kemoreseptor. .( Eroschenko,2015)
Bronkiolus respiratorius
Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa
bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak
alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid
bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus
menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya
semakin bertambah banyak dansilia semakin jarang/tidak dijumpai.
Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel bronkiolus
respiratorius. .( Eroschenko,2015)
Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak
terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang
disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada
lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus
alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris
bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya
serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris
dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi,
berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah
terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-
kapiler halus dan septa alveolar yang tipis. .( Eroschenko,2015)
Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan
dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel
gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan
sel jaringan ikat. Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97%
permukaan alveolus, fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan
yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak
vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang
dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan
kecil. Antara sel alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut
kedap yang mencegah perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling
melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di
atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk
mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri
mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru
yang menurunkan tegangan alveolus paru. Septum interalveolar
mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli yang bersebelahan,
fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam alveoli dan
memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus tersumbat. .(
Eroschenko,2015)
Pleura
Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding
toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua
lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan
elastin. (Junquereira LC, Carneiro J. 1982)
Molekul hemoglobin (Hb) adalah kombinasi bagian globin dan protein non-
protein yang disebut hem dan bertanggung jawab untuk pengangkutan
oksigen pada dasarnya dalam darah. Hemoglobin terdiri dari empat subunit:
dua subunit alfa dan dua subunit beta, yang masing-masing berisi kelompok
heme dan rantai globin. Kelompok heme mengandung atom besi sebagai
bentuk besi (Fe2+) pada intinya yang mengikat satu molekul oksigen,
memungkinkan satu tetramer hemoglobin mengikat empat molekul oksigen
(Sherwood, 2016).
Dalam kondiri paru normal, tekanan parsial oksigen secara alami tinggi di
persimpangan alveolar-kapiler. Oleh karena itu, hemoglobin deoksigenasi
akan membawa sejumlah besar oksigen dan memfasilitasi pemuatan oksigen.
Proses ini terjadi sangat cepat dan memungkinkan hemoglobin jenuh hingga
100% sebelum aliran kapiler berakhir. Setelah keluar dari sistem paru,
hemoglobin sekarang dalam keadaan teroksigenasi. Karena tekanan parsial
oksigen lebih rendah di jaringan perifer, hal ini membantu pelepasan oksigen
dan pengangkutan karbondioksida di jaringan perifer (Sherwood, 2016).
B. Apa makna bapak didi datang ke UGD RSMP dengan keluhan sesak
hebat sejak 6 jam lalu setelah mbersihkan kipas angin yang berdebu,
sesak di sertai batuk berdahak, nafas berbunyi dan tidak ada demam ?
Jawaban:
Maknanya adalah Bapak Didi ini mengalami gejala
respiratorik dari adanya gangguan pada sistem pernafsan. Sesak nafas, natuk
berdahak dan nafas berbunyi dapat disebabkan karena bronkokontriksi,
inflamasi saluran nafas atau hipersensitifitas. Hal ini kemudian akan
menyebabkan hiperskresi mukus (lendir), lendir ini nantinya akan menutupi
saluran pernafasan sehingga proses pernafasan akan terganggu dan terjadilah
sesak nafas. Hal ini juga menyebabkan penyempitan saluran nafas sehingga
akan menyebabkan nafas berbunyi. Tubuh akan melakukan kompensasi, hal
ini ditandai dengan adanya batuk yang bertujuan untuk menyingkirkan lendir
dari saluran nafas. Tidak adanya demam menandakan bahwa keluhan yang
dialami pada kasus bukan disebebkan karena infeksi (Djojodibroto, 2015).
Makna ia mengalami sesak hebat setelah terpapar oleh debu menandakan
bahwa faktor pencetus sesak pada kasus adalah benda asing (allergen). Hal ini
juga menandakan bahwa kemungkinan besar Bapak Didi mengalami Asma
Bronkial (IDI, 2015).
Makna 6 jam adalah menunjukkan laju perkembangan atau
evolusi serangan sesak nafas. Keluhan sesak nafas dengan laju perburukan <
dari 6 jam maka ia mengalami sesak nafas serangan tipe 2, hal ini
menandakan adanya obstruksi berat pada saluran nafas dan harus segera
ditangani (Riyanto dkk, 2014).
Makna keluhan sesak disertai batuk berdahak dan nafas
berbunyi, adanya penyempitan saluran nafas atau bronkokonstriksi dan
hipersekresi mukus.
Sintesis: Penyumbatan saluran napas yang menimbulkan manifestasi klinis
asma adalah akibat terjadinya bronkokonstriksi, pembengkakan mukosa
bronkus dan hipersekresi lender karena hiperreaktifitas saluran pernapasan
terhadap beberapa stimulus. (Darmanto,2014)
Maknanya sesak hebat yang dialami merupakan gejala utama
dari penyakit kardiopulmonal. Kemungkinan bpk. Didi mengalami asma
bronkial dimana terjadi inflamasi kronik saluran nafas. Inflamasi kronik ini
menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan
gejala episodik berulang berupa mengi atau wheezing, sesak napas, dada
terasa berat, dan batuk, terutama pada malam hari atau dini hari. (Laksana dan
Berawi, 2015)
Serta terjadi eksaserbasi asma, yaitu episode akut atau subakut dengan sesak
yang memburuk secara progresif disertasi batuk, mengi, dan dada sakit, atau
beberapa kombinasi gejala-gejala tersebut
C. Apa makna bapak didi dapat berbicara kata demi kata karena sesak
hebat tersebut ?
Jawaban:
Sintesis :
Sesak nafas atau bisa juga disebut dispnea merupakan suatu kondisi
bernapas yang dirasakan tidak seperti biasa/tidak seharusnya. Sesak nafas
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis;
Ortopnea merupakan sesak saat berbaring datar biasanya dikaitkan
dengan kegagalan ventrikel kiri
Platipnea adalah sesak nafas saat duduk dengan rasa lega saat
berbaring jarang ditemui
Trepopnea merupakan sesak nafas saat berbaring di satu sisi
disebabkan oleh penyakit paru unilateral, kardiomiopatidilatasi, atau
tumor yang menekan saluran nafas sentral dan pembuluh darah utama
Dispnea paroksismal nocturnal adalah sesak nafas yang
membangunkan pasien dari tidur tipikal didapat pada asma dan
kegagalan ventrikel kiri (Douglas,2014).
Histamin adalah sebuah zat yang dilepaskan oleh jaringan tubuh yang
memberikan reaksi alergi seperti pada asma bronchial.
SRS-A : efek bronkokontriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan
sekresi mucus.
Serotonin : menstimulasi langsung otot polos bronkus (bronkokonstriksi).
Kinin : aktivator saraf sensoris yang menyebabkan keluhan batuk dan sesak
napas
Masuknya allergen ke dalam tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Precenting
Cell), sel T helper memicu interleukin dan sitokin membentuk IgE
serta sel-sel radang (mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil,
tombosit, serta limfosit) mengeluarkan mediator-mediator inflamasi seperti
histamine, prostaglandin, leukotrin, platelet activating factor (PAF),
bradikinin mempengaruhi organ sasaran meningkatkan sekresi mucus
sub epitel sehingga menimbulkan hipereaktivitas saluran napas batuk
berdahak (Price, 2012).
Akut : merupakan fase awal dan masih mudah untuk sembuh. Jangka
waktunya kurang dari tiga minggu dan dapat terjadi karena iritasi, bakteri,
virus, penyempitan saluran nafas atas.
Sub akut merupakan fase peralihan dari akut menjadi kronis. Dapat
dikategorikan sebagai sub akut jika batuk sudah 3-8 minggu dan dapat terjadi
karena gangguan pada epitel.
Berdasarkan sebabnya :
Berdasarkan sebabnya batuk dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
Batuk Berdahak yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk berdahak disebabkan oleh paparan debu, lembab berlebih,
alergi dan lainnya. Batuk berdahak merupakan mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan zat-zat asing dari saluran nafas, termasuk dahak. Batuk jenis ini
batuk jenis ini tenggorokan akan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya
batuk.
e. Batuk Karena Kanker Paru-Paru Menahun Yang Tidak Sembuh, batuk jenis
ini tidak menentu , batuk akan menjadi semakin parah atau bertambah jika
kerusakan paru juga bertambah.
f. Batuk Karena Kemasukan Benda Asing, batuk akan terjadi jika saluran
pernafasan kemasukan benda asing dan refleks tubuh untuk mengeluarkannya
akan merangsang terjadinya batuk. (Depkes RI, 2007).
2. Bpk. Didi sering sesak sejak 10 tahun yang lalu, sesak setelah terhirup
bau-bauan, debu dan pada saat cuaca dingin, dengan frekuensi serangan
3 kali seminggu. Bpk. didi juga mengeluh sering sesak nafas saat malam
dengan frekuensi 2 sampai 3 kali dalam sebulan. Satu tahun terakhir
terutama dalam 4 minggu terakhir ia mengalami sesak setiap hari dan
sering terbangun malam hari oleh karena sesak sehingga ia
mengkonsumsi obat pelega asma yang dibeli di warung. Sesak berkurang
bila ia minum obat yang dibeli di warung tersebut. Sesak lebih sering
pada malam dan dini hari.
A. apa makna Bpk. Didi sering sesak sejak 10 tahun yang lalu, sesak
setelah terhirup bau-bauan, debu dan pada saat cuaca dingin, dengan
frekuensi serangan 3 kali seminggu. Bpk. didi juga mengeluh sering sesak
nafas saat malam dengan frekuensi 2 sampai 3 kali dalam sebulan?
Jawaban:
Makna Bapak Didi sering sesak sejak 10 tahun yang lalu adalah
sesak yang dialami beliau adalah kemungkinan sudah kronik (Djojodibroto,
2015).
Makna sesak setelah terhirup bau-bauan, debu dan pada saat cuaca dingin
adalah kemungkinan besar sesak yang dialami Bapak Didi ini disebabkan
karena asma bronkial (Riyanto dkk, 2014).
Makna frekuensi serangan 3 kali seminggu dan sesak nafas saat malam dengn
frekuensi 2 -3 kali dalam sebulan adalah kemungkinan Bapak Didi mengalami
asma bronkial dengan klasifikasi persisten ringan (Djojodibroto, 2015).
Sintesis:
Beberapa hal yang dapat menyebabkan asma adalah allergen, polusi udara,
infeksi saluran napas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau
ekspresi emosi yang berlebihan. Faktor resiko terjadinya asam adalah paparan
allergen (seperti kutu, debu, serbuk sari, kecoa, kotoran hewan), iritasi
pekerjaan, asap tembakau, aktvitas fisik, ekspresi emosi, perubahan cuaca, dan
iritasi kimia serta obat (aspirin dan penyekat beta) (Riyanto dkk, 2014).
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin, tingginya
kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah. Perubahan tekanan
atmosfer dan suhu memperburuk asma dengan serangan sesak napas dan
pengeluaran lendir yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika kelembaban
tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang kering dan dingin
menyebabkan sesak di saluran pernafasan (Laksana, 2015).
Makna bpk didi memiliki Riwayat ASMA sejak 10 tahun yang
lalu. Jadi kemungkinan bpk didi mengalami progresivitas dari derajat asma
nya dan timbul pada saat terhirup bau-bauan, debu sebagai pencetus asma
bersifat reversible atau refrakter.Peningkatan intensitas paparan faktor risiko
asma akan menyebabkan ekspresi asma lebih sering muncul. Hal ini
menunjukkan kontrol penderita yang rendah terhadap penyakit asma, dan
secara tidak langsung menunjukkan kegagalan terapi asma, sehingga perlu
peninjauan kembali. (GINA,2018)
Gambar. Derajat Asma
Sumber: Djojodibroto, 2015
Penderita asma banyak mengeluhkan gejala pada malam hari dan kualitas
tidur menurun. Serangan asma dimalam hari sering dikaitkan dengan ritme
sirkadian, yaitu proses fisiologis dan perilaku berosilasi dengan periodisitas
selama 24 jam. Ritme sirkadian diatur oleh waktu sirkadian internal dan
dipengaruhi oleh isyarat lingkungan (seperti cahaya dan suhu) (Wang, 2010).
Aktivitas parasimpatis cenderung dominan dibanding simpatis pada malam
hari, efek dari parasimpatis yang dominan menyebabkan konstriksi otot polos
bronkus sehingga orang yang memiliki asma terjadi serangan ditengah tidur
malam (Corwin, 2008).
Sintesis:
Obat relifer atau bronkodilator kerja cepat yaitu B2 agonis untuk pengobatan
asma akut. Salbutamol merupakan obat yang banyak dipakai di instalasi gawat
darurat. Onset aksi obat ini sekitar 5 menit dengan lama aksi sekitar 6 jam
contoh merk dagang ASMA SOHO.
a. Glukokortikosteroid inhalasi
b. Glukokortikosteroid sistemik
c. Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
d. Agonis beta-2 kerja lama
e. Leukotriene modifiers
2. Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang berkaitan dengan
gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan batuk, tidak memperbaiki
inflamasi jalan napas atau menurunkan hiperesponsif jalan
napas. Termasuk pelega adalah :
a. Agonis beta-2 kerja singkat
b. Metilsantin
c. Antikolinergik
d. Adrenalin
D. Apa patofisiologi sesak setelah terhidup bau, debu dan pada cuaca
dengan dan patofisiologi sesak saat malam hari ?
Jawaban:
Mekanisme:
Debu,cuaca masuk allergen kedalam saluran pernafasan Allergen
akan merangsang proliferasi sel T helper ) sel T helper akan mengeluarkan
mediator interaksi direk terjadi antara sel T dan sel B akan memproduksi
igE ) allergen akan berikatan dengan igE pada reseptor Fc pada membrane
sel mast ) terjadi degranulasi dari sel mast yang akan melepaskan mediator
seperti histamin,leukotriene, sitokin dan prostaglandin ) kontraksi otot
polos saluran pernafasan brokontriksi penebalan dinding saluran napas
obstruksi aliran udara menurun oksigen didalam tubuh menurun
sesak .(Price Wilson,2012)
Sebagian besar pasien asma sekitar 80% memiliki riwayat rinitis alergi
sedangkan sebanyak 19-38% pasien rinitis alergi biasanya disertai dengan
asma. Terdapat atopi untuk menunjukkan kondisi alergi herediter yaitu rinitis
alergi, dermatitis atopi dan asma (Sari, 2013).
Konsep one airway one disease didasarkan bahwa sebagian besar penderita
asma memiliki rinitis alergi yang dapat meningkatkan resiko serangan dan
kekambuhan pada asma sehingga makin memperbesar frekuensi kunjungan ke
ugd. Makin berat rinitis, makin berat asma karena serangan akut asma oleh
infeksi virus rinitisnya (Sari, 2013).
Makna riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal dalam kasus
adalah untuk menyingkirkan faktor keturunan/genetik dalam keluarga yang
menderita asma (tidak ada anggota keluarga yang menderita asma)
Ibu yang memilki Riwayat eczema yaitu memilki factor genetic allergi dari
orang tua nya dimana terjadinya hiper responsive terhadap rangsangan-
rangsangan yang bersifat local atau refelks saraf pusat.
F. Apa etiologi sering mengalami bersin bersin bila udara dingin dan
terhirup debu sejak kecil?
Jawaban:
Etiologi sering mengalami bersin-bersin bila udara dingin dan
terhirup debu sejak kecil adalah adanya Reaksi hipersensitivitas pada mukosa
hidung yang memicu bermacam–macam respon hidung terhadap paparan
alergen merupakan proses dinamis yang disebabkan oleh alergen yang
spesifik. Pada proses ini terlibat berbagai macam tipe sel, mediator, dan
mekanisme yang berbeda pada setiap jenjang dan level yang berbeda
(Pulungan, 2013).
Udara dingin dan debu yang terhirup( zat asing ) akan
merangsang system imun non spesifik seperti silia hidung sehingga akan
mengiritasi dalam salurah hidung , impuls aferen berjalan dalam nervus
kelima menuju medulla,tempat reflex bersin dimana uvula ditekan sehingga
sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian
membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.(Guyton,2017 )
Udara dingin/ debu (allergen) iritasi dalam saluran hidung impuls
aferen ke N.V ke medulla oblongata epiglottis menutup pita suara
menutup erat otot abdomen kontraksi pita suara dan epiglottis terbuka ,
uvula ditekan udara keluar melalui hidung. (Guyton,2012)
4. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: Tampak sakit berat; Kesadaran kompos mentis;
Suhu 36.8°C;Tekanan darah 120/80 mmHg; Pernapasan 36x/mnt;
Nadi 128x/mnt, reguler. BB: 56 Kg, TB: 162 cm.
Keadaan spesifik:
Kepala: normal
Leher: JVP 5-2 cmH20
Dada:
Jantung: dalam batas normal
Paru:
Inspeksi : tampak retraksi sela iga
Palpasi dan perkusi : dalam batas normal
Auskultasi: ekspirasi memanjang, rhonki (-) dan whezing
inspirasi dan ekspirasi (+).
Jawaban:
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Fisik
Keadaan umum Tampak sakit berat Tidak tampak Sakit Berat
sakit
Kesadaran Komposmentis Komposmentis Normal
Suhu 36.8oC 36,8-37,5 C Normal
Tekanan darah 120/80 mmHg 120/80 mmHg Normal
Pernafasan 36x/m 12-24 x/menit Takipneu
Nadi 120x/menit, 60-100x/menit, Takikardi
reguler reguler
BB dan TB IMT=BB(kg)/TB(m2) Normal: Normal
(IMT) = 21,33 18.5-24.99
Jawaban:
Mekanisme: Faktor endogen ( atopi,jenis kelamin,genetic) dan factor
eksogen( debu,cuaca) masuk allergen kedalam saluran pernafasan
Allergen akan merangsang proliferasi sel T helper ) sel T helper akan
mengeluarkan mediator interaksi direk terjadi antara sel T dan sel B akan
memproduksi igE ) allergen akan berikatan dengan igE pada reseptor Fc
pada membrane sel mast ) terjadi degranulasi dari sel mast yang akan
melepaskan mediator seperti histamin,leukotriene, sitokin dan prostaglandin
) kontraksi otot polos saluran pernafasan brokontriksi penebalan
dinding saluran napas obstruksi aliran udara menurun oksigen
didalam tubuh menurun sesak kompensasi untuk meningkatkan
usaha/kerja pernafasan yang terlihat dari penggunaan otot bantu pernafasan
sehingga tampak retraksi sela iga. (Guyton,2017)
Auskultasi : ekspirasi memanjang dan wheezing expirasi (adanya
bunyi suling yang menunjukkan adanya penyempitan saluran nafas)
Mekanisme :
Faktor endogen ( atopi,jenis kelamin,genetic) dan factor
eksogen( debu,cuaca) masuk allergen kedalam saluran pernafasan
Allergen akan merangsang proliferasi sel T helper ) sel T helper akan
mengeluarkan mediator interaksi direk terjadi antara sel T dan sel B akan
memproduksi igE ) allergen akan berikatan dengan igE pada reseptor Fc
pada membrane sel mast ) terjadi degranulasi dari sel mast yang akan
melepaskan mediator seperti histamin,leukotriene, sitokin dan prostaglandin
) kontraksi otot polos saluran pernafasan brokontriksi (Lumen
bronkus menngecil ) aliran udara yang keluar lewat lumen yang kecil
menghambat aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi wheezing
inspirasi dan ekspirasi. (Guyton,2017)
Wheezing terjadi karena adanya turbulensi saat udara dipaksa keluar melalui
lumen bronkiolus yang sempit. . (Guyton,2017)
5.Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium : Hb: 12,5 gr%, leukosit: 9100/mm³, diff. count:
0/5/6/70/18/1, LED: 10mm/jam.
Saturasi oksigen: 91%
Jawaban:
No
HasilLaboratorium Nilai Normal Interpretasi
.
Basofil : 0-1%
Eosinofil : 1-3%
Neutrofil Batang : 2-6%
Diffcount : Eosinofil
3 Neutrofil Segmen : 50-
0/5/6/70/18/1 meningkat
70%
Limfosit : 20-40%
Monosit : 2-8%
Jawaban:
Eosinofilia
Faktor Pencetus (Allergen yaitu debu) → aktivasi sistem imun dan refleks
saraf pusat → pelepasan mediator sel inflamasi → allergen diolah oleh APC
(Antigen Presenting Cells) → hasil olahan allergen akan dikomunikasikan
kepada sel T helper → instruksi melalui interlukin atau sitokin agar sel-sel
plasma membentuk IgE dan sel radang (mastosit, makrofag, sel epitel,
eosinofil, neutrofil, trombosit serta limfosit) → eosinophilia.
(Riyanto dkk, 2014; Laksana, 2015).
Indikasi Spirometri
Indikasi spirometri dibagi dalam 4 manfaat, yaitu:
1.Diagnostik : evaluasi individu yang mempunyai gejala, tanda atau hasil
laboratorium yang abnormal; skrining individu yang mempunyai risiko
penyakit paru; mengukur efek fungsi paru pada individu yang mempunyai
penyakit paru; menilai risiko pre operasi; menentukan prognosis penyakit
yang berkaitan dengan respirasi dan menilai status kesehatan sebelum
memulai program latihan.
2.Monitoring : menilai intervensi terapeutik, memantau perkembangan
penyakit yang mempengaruhi fungsi paru, monitoring individu yang
terpajan agen berisiko terhadap fungsi paru dan efek samping obat yang
mempunyai toksisitas pada paru.
3.Evaluasi kecacatan/kelumpuhan : menentukan pasien yang
membutuhkan program rehabilitasi, kepentingan asuransi dan hukum.
4.Kesehatan masyarakat : survei epidemiologis (skrining penyakit
obstruktif dan restriktif) menetapkan standar nilai normal dan penelitian
klinis.(Amin, 2014).
Kontraindikasi Spirometri
Kontraindikasi Spirometri terbagi dalam kontra indikasi absolut dan
relatif. Kontraindikasi absolut meliputi: Peningkatan tekanan intrakranial,
spaceoccupying lesion (SOL) pada otak, ablasio retina dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam kontraindikasi relatif antara lain:
hemoptisis yang tidak diketahui penyebabnya, pneumotoraks, angina
pektoris tidak stabil, hernia skrotalis, hernia inguinalis, hernia umbilikalis,
Hernia Nucleous Pulposus (HNP) tergantung derajat keparahan, dan lain-
lain(Amin, 2014).
Jawaban:
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat
ditangani dengan baik, mengi (wheezing) berulang dan/atau batuk kronik
berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Asma pada
anak-anak umumnya hanya menunjukkan batuk dan saat diperiksa tidak
ditemukan mengi maupun sesak. Diagnosis asma didasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis klinis asma
sering ditegakkan oleh gejala berupa sesak episodik, mengi, batuk dan
dada sakit/sempit. Pengukuran fungsi paru digunakan untuk menilai berat
keterbatasan arus udara dan reversibilitas yang dapat membantu diagnosis.
Mengukur status alergi dapat membantu identifikasi faktor risiko. Pada
penderita dengan gejala konsisten tetapi fungsi paru normal, pengukuran
respons dapat membantu diagnosis. Asma diklasifikasikan menurut derajat
berat, namun hal itu dapat berubah dengan waktu. Untuk membantu
penanganan klinis, dianjurkan klasifikasi asma menurut ambang kontrol.
Untuk dapat mendiagnosis asma, diperlukan pengkajian kondisi klinis
serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain:
riwayat hidung ingusan atau mampat (rhinitis alergi), mata gatal, merah,
dan berair (konjungtivitis alergi), dan eksem atopi, batuk yang sering
kambuh (kronik) disertai mengi, flu berulang, sakit akibat perubahan
musim atau pergantian cuaca, adanya hambatan beraktivitas karena
masalah pernapasan (saat berolahraga), sering terbangunpada malam hari,
riwayat keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga),
memelihara binatang di dalam rumah, banyak kecoa, terdapat bagian yang
lembab di dalam rumah. Untuk mengetahui adanya tungau debu rumah,
tanyakan apakah menggunakan karpet berbulu, sofa kain bludru, kasur
kapuk, banyak barang di kamar tidur. Apakah sesak dengan bau-bauan
seperti parfum, spray pembunuh serangga, apakah pasien merokok, orang
lain yang merokok di rumah atau lingkungan kerja, obat yang digunakan
pasien, apakah ada beta blocker, aspirin atau steroid
Jawaban:
Jawaban:
f. Spirometri
g. Pemeriksaan sputum
h. Pemeriksaan eosinophil total
i. Uji kulit
j. Pemeriksaan kadar IgE spesifik dalam sputum
k. Foto rontgen dada
l. Analisis gas darah (Sudoyo, Aru W, dkk, 2014)
9. Bagaimana WD pada kasus?
Jawaban:
a. definisi?
Jawaban:
b. etiologi?
Jawaban:
c.patogenesis?
jawaban:
d.faktor resiko?
Jawaban:
e. manifestasi klinis?
Jawaban:
Gejala klinis asma klasik terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi.
Gejala lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum,
penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat
disertai dengan pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat bervariasi menurut
waktu dimana gejala tersebut timbul musiman atau perenial, beratnya,
intensitas, dan juga variasi diurnal. Timbulnya gejala juga sangat
dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti paparan terhadap alergen,
udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan, atau aktivitas fisik. Faktor
sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien asma, seperti
karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau
sekolah, tingkat pendidikan penderita, atau pekerjaan.(Sudoyo A.W ,2014)
Gejala klinis asma klasik terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi.
Gejala lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum,
penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat
disertai dengan pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat bervariasi menurut
waktu dimana gejala tersebut timbul musiman atau perenial, beratnya,
intensitas, dan juga variasi diurnal. Timbulnya gejala juga sangat
dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti paparan terhadap alergen,
udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan, atau aktivitas fisik. Faktor
sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien asma, seperti
karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau
sekolah, tingkat pendidikan penderita, atau pekerjaan (OByrne, 2010).
f. klarifikasi?
Jawaban:
Jawaban:
Tatalaksana Non-Medikamentosa:
Konseling & Edukasi
1. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk
beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah membaik atau
memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan dan mengetahui kapan
harus meminta pertolongan dokter.
2. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma
secara berkala (asthma control test/ ACT).
3. Pola hidup sehat.
4. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
a. Menghindari setiap pencetus.
b. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan
exercise untuk mencegah exercise induced asthma.
(Imaniar, 2015).
Tatalaksana Medikamentosa:
1. Bronkodilator
a. Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (max.4 kali perhari).
b. Golongan agonis beta - 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan
jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi.
Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang
berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.
Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
c. Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek
bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang
berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana
dan mempermudah penderita.
d. Golongan xantin
Dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka
panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa
atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan
bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan
jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.
(PDPI, 2019).
2. Anti inflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi
jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan
minimal 250 mg (PDPI, 2019).
3. Antibiotika
a. Lini I : amoksisilin, dan makrolid.
b. Lini II : amoksisilin, asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon
makrolid baru
(PDPI, 2019).
4. Terapi Oksigen
Terapi oksigen bertujuan menghilangkan sesak napas dan
meningkatkan kemampuan aktiviti. Sebagai parameter digunakan
analisis gas darah atau pulse oksimetri. Pemberian oksigen harus
mencapai saturasi oksigen di atas 92% (PDPI, 2019).
Indikasi :
a. Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
b. Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor
Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda
gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
Macam terapi oksigen:
a. Pemberian oksigen jangka panjang
b. Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
c. Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
d. Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas
5. Hidrasi
Secara oral atau melalui infus, membantu mengencerkan dahak sehingga
mudah dibatukkan (PDPI, 20
Jawaban:
Status asmatikus
Atelektasis
Hipoksemia
Pneumothoraks
Emfisema
Deformitas thoraks
Gagal nafas.
Jawaban:
Jawaban:
Jawaban:
Pandangan islam tentang merokok adalah Beberapa fatwa dari para ulama
terkemuka tentang “Merokok hukumnya haram, begitu juga
memperdagangkannya. Karena didalamnya terdapat sesuatu yang
membahayakan” telah diriwayatkan dalam sebuah hadist:
ار أخرجه المام أحمد في المسند ومالك في الموطأ وابن ماجة ِ َ ض َر َروَل
َ ض َر َ َل
Dalam Islam ada tuntunan yang sangat baik yang juga dapat dianggap sebagai
doa. Bila kita bersin hendaknya mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai
ungkapan rasa syukur. Lalu orang yang mendengarnya akan menjawab
“”Yarhamukallah” dan dijawab lagi oleh orang yang bersin tadi dengan
“Yahdibikumullah”. Bersin saja sudah mengandung unsur doa mendoakan
bagi sesama manusia.
Rasulullah bersabda:
Melepaskan mediator-mediator
seperti histamin, bradikinini,
leukotrien
Obstruksi
Wahyudi, A., Yani, Fi., & Erkadius. (2016). Hubungan Faktor Risiko
terhadap Kejadian Asma pada Anak. Artikel Penelitian, 5(2), 312–318.
Al-Qur’an Al-Karim
Bakhtiar, A. dan Tantri, RIE. 2017. Faal Paru Dinamis. Jurnal Respirasi
Universitas Airlangga: Volume 3 Nomor 3
Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia
Irsa, L. 2016. Penyakit Alergi Saluran Nafas yang Menyertai Asma. Sari
Pediatri: Volume 7 Nomor 1
Pulungan, AS. 2013. Rinitis Akut Et Causa Infeksi Bakteri Pada Laki-Laki
Dewasa 22 Tahun. Journal Medula Universitas Lampung: Volume 1
Nomor 5
Sari, C.Y.I. Inflamasi alergi pada Asma. CDK-207 / Vol.40 no.8, thh
2013. Jakarta : Dian Rakyat Kalbemed.
Snell, Richard S. 2016. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran
edisi 6. Jakarta: EGC.