Anda di halaman 1dari 76

RINI RAHMADANI

14220180051

BUKU KERJA MAHASISWA


TUTORIAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Disusun Oleh:
Safruddin, S.Kep., Ns., M.Kep.
Rahmat Hidayat, S.Kep., Ns.,

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
2020
A. TUGAS UNTUK MAHASISWA
Untuk mencapai pembelajaran dari tugas tutorial ini. Proses pembelajaran
meliputi:
1. Diskusi kelompok untuk mengidentifikasi masalah yang ada dan membuat
pertanyaan-pertanyaan, konsep ilmiah dan hubungan antara disiplin ilmu
terkait. Untuk mengarahkan diskusi, mahasiswa diharapkan dapat
menentukan kata kunci dari skenario yang diberikan. Diskusi akan didampingi
oleh Tutor untuk 2 kali pertemuan dan diwajibkan untuk membuat laporan
hasil diskusi yang akan dilaporkan pada diskusi panel.
2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual dengan menggunakan buku ajar,
jurnal, textbook ataupun melalui media elektronik seperti internet dan
mendiskusikan hasil temuan dengan sesama anggota kelompok.
3. Melakukan diskusi kelompok tanpa dipandu oleh tutor dalam rangka curah
pendapat antar anggota kelompok sendiri. Peserta didik dapat berkonsultasi
pada narasumber yang ahli sesuai dengan masalah yang ada untuk
memperoleh pengertian yang lebih mendalam.

B. PROSES PEMECAHAN MASALAH


Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat dan
diskusi, Anda diharapkan menyelesaikan problem yang terdapat dalam skenario
ini dengan mengikuti 7 langkah penyelesaian masalah di bawah ini:
1. Dengan Brain Storming, klarifikasi semua istilah yang asing (bila ada)
2. Tentukan masalah (aspek atau konsep) pada skenario di atas yang tidak
anda mengerti. Buat pertanyaan tentang hal tersebut.
3. Dengan menggunakan pengetahuan masing-masing, jawablah/jelaskanlah
pertanyaan tersebut
4. Cobalah menyusun penjelasan tersebut secara sistematis.
5. Tentukanlah masalah-masalah yang belum terjawab dengan baik dan
jadikanlah hal tersebut sebagai tujuan pembelajaranmu selanjutnya.
6. Untuk menjawab atau memecahkan masalah tersebut carilah informasi yang
diperlukan sebanyak-banyaknya dari kepustakaan dan sumber informasinya.
7. Diskusikan semua informasi yang anda temukan
Penjelasan:
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang
diperlukan untuk sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 5 dan 6 bisa
diulangi, dan selanjutnya dilakukan lagi langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa di ulang-ulang di luar tutorial, dan setelah informasi
dianggap cukup maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang biasanya
dilakukan dalam bentuk diskusi panel dimana semua pakar duduk bersama
untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang masih belum jelas.

C. JADWAL KEGIATAN
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 10-25 orang tiap kelompok.
Kegiatan tutorial dilakukan secara daring (online) dengan menggunakan
media yang telah disepakati dengan tutor/pembimbing masing-masing
kelompok.
1. Pertemuan pertama: tutor menjelaskan tata tertib selama kegiatan tutorial,
menunjuk satu mahasiswa sebagai moderator dan satu mahasiswa sebagai
notulen. Moderator memimpin jalannya tutorial step 1-5 dan tetap dipantau oleh
tutor. dalam kelas besar dengan
2. Pertemuan kedua: melaporkan informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran
mandiri dan melakukan klasifikasi, analisa data dan sintese dari semua
informasi. Bila ada masalah yang belum jelas atau kesalahan persepsi, bisa
diselesaikan oleh tutor pada pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh
kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang tercantum pada buku kerja.

D. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Aktivitas pembelajaran individu menggunakan buku ajar, majalah, slide, tape
atau video dan internet
E. SUMBER INFORMASI
a. Buku ajar dan jurnal
b. Diktat dan hand-out
c. Sumber lain : internet, slide, tape
d. Narasumber (dosen pengampu)
Skenario 1 “batuk darah”
Seorang laki-laki berusi 50 tahun dirawat diruang di ruang perawatan khusus dengan
keluhan sesak disertai batuk berlendir yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus menerus
disertai rasa demam pada malam hari dan sering berkeringat pada malam hari, kadang batuk
disetai darah, yang semakin memberat 3 hari SMRS.keluhan yg dirasakan semakin memberat
jika melakukan aktivitas. Klien mengeluh juga susah mengeluarkan sputum yang berwarna putih
kehijau-hijauan. Klien mmiliki Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu dengan menghabiskan
minimal satu bungkus per hari.

Hasil pemerikasaan fisik ditemukan, keadaan umum lemah, komposmentis, type


pernafasan kussmaul, terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan kanan, klien
juga mengatakan mual, nafsu makan menurun dan lemas. Pasien mengatakan susah tidur apalagi
dengan posisi posisi tidur terlentang, posisi lebih nyaman semi fowler tidur  4 – 5 jam sehari
semalam karena sering terbangun pada malam hari, Klien mengatakan semua aktifitas dilayani di
tempat tidur seperti makan, minum dan mandi, karena merasa Lelah jika melakukan aktivitas,
diet yang diberikan TKTP. frekuensi nafas: 29 x/mnt, TD= 150/70 mmHg, Nadi= 90 x/mnt,
Suhu 38oC. BB 45 Kg, TB 168 cm. Hasil pemeriksaan penunjang WBC: 18,9 H103/mm3, HGB:
10,2 gr/dl , Sputum BTA (+), hasil foto toraks: kesan KP Duplex. Saat ini klien mendapatkan
terapi O2: 4 lt/menit , IFVD; 200tt/menit, Ciprofloxacin2 x 500 mg, INH, 1 x 400 mg,
Ethambutol 2 x 500 mg, Rifampicin 2 x 500 mg, OBH irup, 3 x 1 sendok the, Norvas 1 x 10
mg, Provita 3 x 1.

Pasien sudah menikah dan mempunyai 2 orang putra yang masih kecil, anak pertama
masih kelas 1 SD dan yang Kedua masih berusia 2 tahun, klien bekerja sebagai tukang sapu
dijalan, sedangkan istrinya hanya ibu rumah tangga. Selama klien menderita suatu panyakit klien
merasa tidak berguna karena tidak mampu bekerja secara maksimal, tampak menunduk jika
berkomunikasi pasien jarang berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya karena malu menderita
penyakit TB yang dianggap penyakitnya tidak akan sembuh.
LEMBAR KERJA

A. KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA-KATA KUNCI


1. KP Duplex : merupakan infeksi kedua paru (TBC) yang sedang aktif. (siti, dkk.2015)
2. Komposmentis : adalah di mana aksi dan reaksi terhadap apa yang dilihat, didengar,
dihidu, dikecap, dialami, serta perasaan , nyeri, suhu, raba, gerak, getar, tekan, dan sifat,
bersifat adekuat, tepat dan sesuai (devi & ashari, 2015).
3. Ciprofloxacin merupakan antibiotik untuk mengatasi berbagai jenis infeksi.
4. Provita: salah satu merk dagang dari obat yang multivitamin dan mineral yang berfungsi
sebagai suplemen atau pelengkap nutrisi yang didapat selain dari makanan.
(Kemenkes,2017)
5. Norvask merupakan obat berisi zat aktif Amlodipin besilate yang digunakan untuk
terapi hipertensi dan anti angina
6. SMRS: merupakan singkatan kata dari Setelah Masuk Rumah Sakit.
7. Rifampicin atau rifampin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
beberapa infeksi akibat bakteri. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri. (Ghosal, A,said,HM 2012).
8. Ethambutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tubercolosis
9. IFVD adalah intravenous fluid drops yang bisa di artinyakan sebegai jalur masuk cairan
melalui vena seperti infus.
10. WBC adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh.
11. Kussmaul: merupakan pola pernapasan yg sangat dalam dengan frekuensi yang normal
atau semakin kecil, dan sering ditemukan pada penderita asidosis. (siti, dkk. 2015).
12. Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan
trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.

B. KATA/PROBLEM KUNCI
Tuberculosis Paru yang ditandai dengan gejala:
1. Demam pada malam hari
2. Kadang batuk disetau darah
3. Riwayat perokok sejak 15 tahun yg lalu
4. Sputum BTA (+)
5. Hasil. Pemeriksaan foto toraks kesan KP duplex
6. Mengeluh susah mengeluarkan sputum yg berwarna putih kehijau2an. (PPNI,2016)
C. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Seperti yang diketahui bahwa penyakit TB ini menular, bagaimana ketika pasien TB
dapat menginfeksi orang yang kontak langsung dengan pasien, jelaskan bagaimana
penularan TB?
2. Penyebab utama dari penyakit TB dan apakah TB disebabkan juga karena merokok?
3. Bagaimana penatalaksanaan medis TB Paru?
4. Dalam kasus pendekatan apa yang harus dilakukan perawat untuk menimalisir atau
menghilangkan harga diri rendah oleh klien di lingkungannya?
5. Bagaimana mengeluarkan sputum? Apa yang perlu di lakukan oleh pasien maupun
perawat?
6. Dalam skenario terdapat sputum BTA (+), Kapan sputum BTA tersebut dapat dikatakan
positif dan seperti apa kriteria sputum BTA positif?
7. Apa yang dimaksud dengan hasil foto toraks : kesan KP Duplex?
8. Apakah ada peran keluarga dalam perawatan pasien TB dan Jelaskan upaya keluarga
untuk pencegahan penularan anggota keluarga?
9. Jelaskan terkait diet TKTP!
10. Pada pasien TB , mengapa sesak nafas disertai batuk? Jelaskan mekanismenya?

D. JAWABAN
1. Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis
Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB paru
mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis juga
tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan penderita
TB paru. Jika penderitaTB paru sekalimengeluarkan batuk maka akan menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah mengandung bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang mengalami gejala batuk lebih
dari 48kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien suspek
TB paru, sedangkan pasien suspek TB paru yang mengalami batuk kurang dari 12
kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien
yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016).
Penularan dari penyakit TB sebagai salah satu penyakit infeksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Model teori epidemiologi yang dibuat J. Gordon menyatakan bahwa
penularan penyakit infeksi dipengaruhi oleh interaksi dari tiga faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain : faktor pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan (environment).
(Eny noviyati 2015)
2. Kejadian TB dipengerahi oleh faktor kebiasan merokok, karena dapat menurunkan daya
tahan tubuh sehingga mudah untuk terserang penyakit terutama laki-laki yang
mempunyai kebiasan rokok. (Ardhitya & liena, 2015).
Tuberkulosis paru adalah penyakitmenular langsung yang disebabkan olehkuman
TB (Mycobacterium Tuberculosis).Sebagian besar kuman TB menyerang parutetapi
juga mengenai organ tubuh lainnya. Faktor yang mempengaruhiterjadinya penyakit TB
Paru antara lain kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizidan kebiasaan
merokok. Meskipun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB Paru,
namun kebiasaan merokok dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga
memudahkan masuknya kuman penyakit seperti kuman penyakit TB. Ditambah lagi,
fenomena merokok di Indonesia masih dianggap wajar, bahkan dianggap sebagai gaya
hidup. Perilaku merokok merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia khususnya kaum lelaki dewasa. Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi
rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok
mencapai 70% penduduk Indonesia.(Anisa Rika Hapsari dkk, 2013).
Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru antara lain kondisi sosial
ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan merokok. Meskipun merokok
bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB Paru, namun kebiasaan merokok
dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman
penyakit seperti kuman penyakit TB (Hapsari, 2013).
3. Penatalaksanaan TB Paru
a. Obat lini pertama : isoniazid atau INH ( nydrazid), rifampisin (rifadin), etambutol
(myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan berlanjut hingga 4-7 bulan.
b. Lini kedua : campreomycin (capastat), etionamida (Trecator), sodium para-
aminosalicylate, dan sikloserin (seromisin).
c. Vitamin B (piridoksin) dengan INH.(Ni ketut. KMB1. 2019)
4. Hal yang dapat dilakukan perawat ialah Promosi harga diri yang dimana meningkatkan
penilaian perasaan/persepsi terhadao diri sendiri atau kemampuan diri, dengan cara:
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
c. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
d. Diskusikan kepeercayaan terhadap penilaian diri
e. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
f. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
g. Berikan umpan balik positif atau peningkatan mencapai tujuan
h. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri. (PPNI,2018)
Berbagai jenis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga diri
rendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk individu, keluarga, dan kelompok.
Terapi spesialis individu yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri rendah
kronis adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau Terapi Kognitif Perilaku dan
Logotherapy. Terapi kelompok yang dapat diimplementasikan pada pasien dengan
harga diri rendah kronis adalah Supportive Therapy atau Terapi Supportif dan Self Help
Group (SHG) atau Kelompok Swabantu. Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa
dapat memberikan terapi spesialis Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy.(Efri
widiyanti, dkk. 2017)
5. Intervensi yang dapat dilakukan ialah Latihan batuk efektif yang dimana melatih pasien
yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan larin trakhea
dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
Cara melakukannya ialah:
a. Ajarkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik. ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8 detik.
b. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
c. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ketiga.(PPNI,
2018).
6. Kriteria sputum BTA positif adalah bilang sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman pada BTA pada suatu kesediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman
dalam 1ml sputum.
Referensi : buku ilmu penyakit dalam kedokteran, 2015
7. Yang dimaksud Hasil foto toraks kesan KP Duplex adalah terdapat infeksi dikedua paru
(tb) yg sedang aktif dan dapat menular. (Siti dkk,2015)
8. Sebagai perawat tentunya kita memberikan edukasi dan konseling seperti :
a. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarganya
b. Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular dengan anggota keluarga
lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian masker, dan tidak membuang dahak
sembarangan(di wc/ kotak sampah didapur/ asbak)
c. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam mengingatkan pasien
mengenai rutinitas minum obat.
d. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari semua anggota
keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien. Deteksi dini kuman TB pada keluarga
yang tinggal serumah dengan pasien. ( Sumber : Jurnal Medula Unila 2017 )
Menurut Friedman perilaku perawatan Tb Paru berhubungan dengan keluarga
terhadap penderita Tb Paru, dimana peran keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan progam Perawatan, karena keluarga berfungsi sebagai
sistem pendukung bagi anggota yang menderita Tb Paru. Untuk menciptakan suatu
kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan
dan sikap tentang penyakit Tb Paru agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat
pada penderita Tb Paru, dalam hal pencegahan penatalaksanaan yang benar dan cepat
pada penderita Tb Paru .
Adapun beberapa upaya yang dilakukan keluarga untuk pencegahan TB parusebagai
berikut:
- Menjauhkan anggota keluarga lain dari penderita TB Paru saat batuk.
- Menghindari penularan melalui dahak pasien penderita TB Paru.
- Membuka Jendela rumah untuk pencegahan penularan TB Paru dalam keluarga.
- Menjemur kasur pasien TB Paru untuk pencegahan penularan TB Paru dalam
keluarga ( Nur, rohma & azar, 2015).
9. Diet ETPT merupakan singkatan dari Diet Energi Tinggi Protein Tinggi. Diet ini sering
juga disebut Diet TKTP atau Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein. Diet ETPT adalah diet
yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal seseorang. Biasanya,
Diet ETPT diberikan seperti makanan biasa akan tetapi disertai dengan bahan makanan
sumber protein tinggi, misalnya susu, telur, dan daging.
Diet ETPT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Selain itu, diet
ETPT dapat digunakan untuk menambah berat badan agar kembali mencapai berat
badan normal. Pasien yang mendapat Diet ETPT adalah pasien dengan indikasi KEP
(Kurang Energi Protein), luka bakar berat, hipertiroid, hamil, post-partum, sebelum dan
setelah operasi tertentu, trauma, pasien yang sedang menjalani radioterapi atau
kemoterapi, ataupun keadaan lainnya dimana kebutuhan energi dan protein meningkat.
Syarat Diet ETPT diantaranya energi tinggi (40-45 kkal/kg berat badan), protein
tinggi (2.0 – 2.5 g/kg berat badan), lemak cukup (10-25% dari kebutuhan energi total),
karbohidrat cukup, serta vitamin dan mineral cukup (sesuai kebutuhan). Terdapat dua
macam Diet ETPT, yaitu Diet ETPT I dan II. Perbedaannya adalah kandungan energi
dan proteinnya. Diet ETPT I mengandung energi 2600 kkal dan protein 100 gram (2
g/kg berat badan), sedangkan Diet ETPT II mengandung energi 3000 kkal dan protein
125 gram (2.5 g/kg berat badan).
Diet ETPT memang mengandung kalori yang tinggi, akan tetapi bukan berarti
kalori yang dikonsumsi sembarangan dan hanya mengedepankan jumlahnya. Terdapat
bahan makanan yang tidak dianjurkan dalam Diet ETPT ini makanan yang diolah
dengan banyak minyak atau kelapa/santan kental serta minuman rendah
energi.Penggunaan bumbu yang tajam seperti cabe dan merica juga tidak dianjurkan
dalam diet ini. (Almatsier S. 2004)
Prinsip diet untuk pasien TB adalah diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP), cukup
lemak, vitamin, dan mineral. Diet TKTP diberikan agar pasien TB mendapat cukup
makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang meningkat. Umumnya
kebutuhan energi penderita penyakit infeksi lebih tinggi karena selain terjadi
hiperkatabolisme, juga terjadi malnutrisi. Kedua kondisi tersebut diperhitungkan dalam
menentukan kebutuhan energi dan protein. Oleh karena itu, rekomendasi kebutuhan
energi total untuk pasien TB ditingkatkan menjadi 35- 45 kkal/kgBB.10 Rekomendasi
kecukupan energi untuk pasien TB dengan infeksi lainnya dilakukan melalui diet yang
disesuaikan dengan peningkatan kebutuhan energi masing-masing individu. (Florentina
Mariane Rahardja. 2015).
10. Jadi LO

E. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


PATHWAY

Mycobacterium Tuberculosis

Masuk Jalan Napas

Tinggal di Alveoli

Tanpa Infeksi Inflamasi Penyebaran

Pembentukan Tuberkulosis oleh


makrofagg

Proses Pengkejuan

Nekrose caseosa
Lesi Primer:
- Lesi ghon
- Kelompok

Sembuh total Sembuh dengan Penyebaran ke organ lain


sarang ghon

Kuman dorman muncul kembali

Infeksi post primer


Diresorbsi Sarang meluas Sembuh dengan
kembali/sembuh jaringan fibrotik

Membentuk kavitas

Menembus pleura Memadat & Bersih & sembuh


(Effusi pleura) membungkus diri

F. INFORMASI TAMBAHAN
1. Pada pasien TB , mengapa sesak nafas disertai batuk? Jelaskan mekanismenya?
2. Buatlah askep TB paru sampai intervensinya

G. KLARIFIKASI INFORMASI
1. Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagai refleks pertahanan diri, batuk
dipengaruhi oleh jalur sarad aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam
diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis
yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan
penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran
napas dan udara luar bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara
yang melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan ”menyapu” sekret dan benda asing yang
ada di saluran napas. (Ikawati, 2008). Penderita mengalami sesak napas secara mendadak
karena diameter trakea mendadak menyempit.(Puruhito,2013)
2. Askep TB Paru
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF [DS] DATA OBJEKTIF [DO]

- Klien mengeluh sesak nafas - Klien nampak lemah


- Klien mengatakan batuk berlendir - Klien nampak terdengar bunyi ronchi
sejak 1 bulan yang lalu - Klien nampak menggunakan terapi O2: 4
- Klien mengeluh demam pada lt/menit
malam hari - Hasil pemeriksaan vital sign
- Klien mengatakan sering RR: 29 x/mnt,
berkeringat pada malam hari TD= 150/70 mmHg,
- Klien mengeluh batuk di sertai Nadi= 90 x/mnt,
darah Suhu : 38oC.
- Klien mengeluh susah BB 45 Kg,
mengeluarkan sputum TB 168 cm.
- Klien mengatakan memiliki - Hasil pemeriksaan penunjang
riwayat merokok WBC: 18,9 H103/mm3,
- Klien mengatakan mual HGB: 10,2 gr/dl ,
- Klien mengatakan nafsu makan Sputum BTA (+),
menurun dan lemas - hasil foto toraks: kesan KP Duplex
- Klien mengeluh susah tidur
- Klien mengeluh sering terbangun
pada malam hari
- Klien mengatakan semua aktifitas
dilayani di tempat tidur
- Klien mengeluh merasa lelah saat
melakukan aktivitas
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOOGI MASALAH


1 Data Subjektif : Spasme Jalan Bersihan Jalan
- Klien mengeluh sesak nafas Napas Napas Tidak Efektif
- Klien mengatakan batuk
berlendir sejak 1 bulan yang lalu
- Klien mengeluh batuk di sertai
darah
- Klien mengeluh susah
mengeluarkan sputum
Data Objektif :
- Klien nampak lemah
- Klien nampak terdengar bunyi
ronchi
- Klien nampak menggunakan
terapi O2: 4 lt/menit
- Hasil pemeriksaan vital sign
 RR: 29 x/mnt,
 TD= 150/70 mmHg,
 Nadi= 90 x/mnt,
 Suhu 38oC.
- Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl ,
Sputum BTA (+),
hasil foto toraks: kesan KP
Duplex
2 Data Subjektif: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
- Klien mengatakan mual Menelan Makanan
- Klien mengatakan nafsu makan
menurun dan lemas
Data Objektif :
- Klien nampak lemah
- Hasil pemeriksaan vital sign
RR: 29 x/mnt,
TD= 150/70 mmHg,
Nadi= 90 x/mnt,
Suhu 38oC.
BB 45 Kg,
TB 168 cm
3 Data Subjektif : Ketidakseimbangan Intoleransi Aktivitas
- Klien mengatakan semua akti antara suplai dan
fitas dilayani di tempat tidur kebutuhan oksigen
- Klien mengeluh merasa lelah
saat melakukan aktivitas
Data Objektif
- Klien nampak lemah
- Klien nampak menggunakan
terapi O2: 4 lt/menit
- Hasil pemeriksaan vital sign
RR: 29 x/mnt,
TD= 150/70 mmHg,
Nadi= 90 x/mnt,
Suhu 38oC.
4 Data Subjektif : Proses Penyakitnya Hipertermia
- Klien mengeluh demam pada
malam hari
- Klien mengatakan sering
berkeringat pada malam hari
- Klien mengeluh batuk di sertai
darah
Data Objektif :
- Klien nampak meringis
- Hasil pemeriksaan vital sign
RR: 29 x/mnt,
TD= 150/70 mmHg,
Nadi= 90 x/mnt,
Suhu : 38oC.
BB 45 Kg,
TB 168 cm.
- Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl ,
Sputum BTA (+),
- hasil foto toraks: kesan KP
Duplex

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Spasme Jalan Napas
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan Menelan Makanan
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakitnya

D. LUARAN/OUTCOME DAN INTERVENSI


1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
a. Luaran Keperawatan :
Luaran utama : bersihan jalan napas
Definisi: Kemampuan membersihakan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Ekspekstasi: membaik / meningkat?
Kriteria hasil :

No Jenis luaran Luaran


1 Luaran positif (perlu ditingkakan)

2 Luaran negatif (perlu di turunkan) -Dispnea


- Produksi sputum

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka bersihan jalan napas membaik
dengan kriteria :
- Dispnea : membaik
- Produksi sputum : menurun
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi utama : latihan batuk efektif
1) Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
2) Terapeutik
a) Atur posisi semi-fowler atau fowler
b) Pasang periak dan bengkok dipangkuan pasien
c) Buang secret pada tempat sputum
3) Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosediur batuk efektif
b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahanselama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dan bibir mencucu
(dibulatlkan) sselama 8 detik
c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setalah tarik napas dalam yang ke-
3
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.
Tujuan : setelah dilakukan askep 3x24 jam bersihan jalan napas dengan kriteria
hasil :
- Dispnea : membaik
- Produksi sputum : menurun
2. Defisit Nutrisi berubungan dengan Ketidakmampuan Menelan Makanan
a. Luaran Keperawatan:
Luaran utama : status nutrisi
Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspektasi : membaik
Kriteria hasil :

No Jenis luaran Luaran


1 Luaran positif (perlu ditingkakan) - Porsi makan yang dihabiskan
- Nafsu makan
2 Luaran negatif(perlu di turunkan)

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka status nutrisi membaik dengan
kriteria :
- Porsi makan : meningkat
- Nafsu makan : membaik
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi Utama : manajemen nutrisi
1) Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Terapeutik
- Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan maknan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen maknan, jika perlu
- Hentikan pemebrian maknan melauli selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3) Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Anjurkan diet yang deprogram
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
- Kkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.

Tujuan : setelah dilakukan askep 3x24 jam statys nutrisi membaik dengan kriteria
hasil :
- Porsi makan : meningkat
- Nafsu makan : membaik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
a. Luaran Keperawatan
Luaran Utama : Toleransi Aktivitas
Luaran Tambahan : - Ambulasi
- Curah jantung
- Konservasi energy
- Tingkat Keletihan
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka toleransi aktivitas membaik
dengan kriteria :
- Dispnea : membaik
- Keluhan lelah : menurun
- Dispnea setelah aktivitas : membaik
- Perasaan lemah : membaik
- Tekanan darah : membaik
- Frekuensi napas : membaik
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi utama: manajement energy
1) Observasi
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor polajam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
terapeutik
2) Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
3) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang.
4) Kolaborasi
- Kolaborasi ddengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka toleransi aktivitas
membaik dengan kriteria :
- Dispnea : membaik
- Keluhan lelah : menurun
- Dispnea setelah aktivitas : membaik
- Perasaan lemah : membaik
- Tekanan darah : membaik
- Frekuensi napas : membaik
. 4. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakitnya
a. Luaran Keperawatan :
Luaran utama : Termogulasi
Definisi : Pengaturan tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Ekspetasi : membaik
Kriteria hasil :

No Jenis Luaran Kriteria

1. Luaran Positif (perlu ditingkatkan) - Status kenyamanan

2. Luaran Negatif ( Perlu diturunkan) - Suhu Tubuh

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka suhu tubuh membaik dengan
kriteria:
- Status Kenyamanan : membaik
- Suhu Tubuh : menurun
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi Utama : Manajeman Hipertermia
1) Observasi
- Monitor suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan
menggigil/diaphoresis.
- Monitor suhu lingkungan, batasi / tambahan linen tempat tidur sesuai
indikasi
2) Terapeutik
- Berikan kompres air hangat pada lipatan paha dan aksila, hindari
penggunaan alcohol
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
3) Edukasi
- Anjurkan untuk kompres air hangat
- Jelaskan tujuan kompres air hangat
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan pemberian antipiretik, misalnya ASA (aspirin)m,
asetaminofen (Tylenol)

Sumber : PPNI(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Indikator Diagnostik,Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI
H. DAFTAR PUSTAKA
Siti, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran cetakan II. Jakarta Pusat: Interna
Publishing.
Almatsier S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): Grameda Pustaka Utama.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesa, Defenisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi1. Jakarta: DPP PPN.
Kemenkes RI.2016.Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI.2017.Konsumsi Provita Plus. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Lailatul nur,Rohmah,Wicaksana Yoga Azar.2015.Upaya Keluarga Untuk Mencegah Penularan
dalam Perawatan Anggota Keluarga dengan TB Paru. Jurnal Keperawatan,P-ISSn 2086-3071
E-ISSN 2443-0900. Volume 6, No.2.
Wuysang Devi & Bahar Ashari.2015.Pemeriksaan Derajat (Glasgowcomascale) Kesadaran Fungsi
Kortikal Luhur (Mini Mental State Examination). Dapertemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Makassar.
PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Defenisi dan Indikator
Diagnostik,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.
Noviyanri, Eny.dkk.2015.Gambaran Perilaku Penderita TB Paru dalam Pencegahan
Penularan TB Paru di Kabupaten Klaten.
Rhardja,Florentina Mariane.2015.Hubungan Motivasi Intrinsik dalam Menjalani Diet TB
dengan Status Gizi Pasien.
Widiyanti,Efri.dkk.2017.Gambaran Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Anggota
Keluarga yang Menderita Ganggua Jiwa Berat.Jurnal Keperawatan Padjadjaran.Vol 4,
No 1.
Ikawati, Zullies.2008.Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan.Yogyakarta:Pustaka
Adipura.
Puruhito.2013.Buku Ajar Primer:Ilmu Bedah Toraks,Kardiak,dan
Vaskular.Surabaya:Airlagga University Press (AUP).
Ketut,dkk.2019.Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronis.JPPNI Vol.03/No.03.
Tjokroprawiro,Askandar.dkk.2015.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr.Soetomo Surabaya Edisi-
2.Surabaya:AUP.
Skenario 2 “Batuk berkepanjangan”

Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan
keluhan sesak napas dan batuk yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu, namun bertambah
berat dua hari sebelum masuk rumah sakit. Klien memiliki riwayat batuk sejak 2 tahun yang
lalu yang tertama pada pagi hari. Pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun dengan
menghabiskan minimal 1 bungkus/hari.
Hasil pemeriksaan paru ditemukan keadaan umum pasien lemah, composmentis, bentuk
dada barel chest, suara napas wheezing, dari hasil perkusi ditemukan adanya hepersonor pada
kedua lapang paru, vocal fremitus menurun pada kedua paru. Saat klien mengatakan nafsu
makan menurun, porsi makan dihabiskan hanya ½ porsi, TD : 120/80mmhg, Frekuensi Nadi
98x/m, frekuensi Napas : 31x/mt, S: 38’C , tampak retraksi dada, Pemeriksaan penunjang
ditemukan leukosit : 18.5 106/ mm3. Hasil AGD : PH : 7.30, PCO2 : 48.mmH, PaO2: 85 mmH,
HCO3: 23.3, Sa02 93%, Pemeriksaan foto Thorax didapatkan kesan hiperinflasi., Spirometri:
FEV1 % = 45%, FEV1/FVC%=60% , , BB: 59 kg, TB:167cm.
Pasien bekerja sebagi supir angkutan umum memiliki 3 orang anak yang masih sekolah
dan istri sebagai ibu rumah tangga sejak mengalamisesak dan batuk, pasien jarang berinteraksi
dengan tetangga dan tidak lagi terlibat kegiatan di lingkungan rumahnya, tidak pernah lagi ke
masjid karena malu dengan kondisi selalu batuk dan sesak.

LEMBAR KERJA

A. KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA-KATA KUNCI


1. Spirometri
- Spirometri pemeriksaan standar yang dilakukan untuk menilai fungsi paru-paru.
spirometri akan mengukur jumlah udara yang dapat dihirup serta dikeluarkan dalam
satu tarikan napas ( Arif & Reny, 2017).
- Spirometri meruapakan Suatu Alat Yang di gunakan untuk mengukur ventilasi paru
dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar dari paru2 ( Aceng & Sylvia,
2015).
2. Barel Chest:
- Barel Chest: penurunan perbandingan diameter antero-posterior dan transversal pada
rongga dada akibat usaha memperbesar volume paru. Bila telah terjadi gagal jantung
kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai.(Luh & Teodore,
2017).
- Barel Chest adalah Bentuk dada seperti tong, diameter anterior posterior transversal
1:1. ciri2 kelainan ini adalah iga2 mendatar, sela iga melebar, dan diafragma mendatar,
sudut epigastrium tumpul. (Ni. Ketut, dkk. KMB 1.2019).
3. Wheezing : Bunyi musikal terdengar "ngii.." yang bisa ditemukan pada fase inspirasi
mahphn ekspirasi. Akibat udara terjebak pada celah yang sempit seperti oedema pada
brochus (Ni. Ketut, dkk. KMB 1.2019).
4. Hipersonor adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong. (Manalu,
Novita Verayanti. 2016).
5. Vocal Premitus : getaran yang dirasakan pada saat mengkaji dinding dada. (Esri
Ruminingsih, 2018)
6. Retraksi adalah penarikan kembali ke belakang dari posisinya yang normal (M. Dachlan.
Kamus istilah Medis. 2017).
7. Hiperinflamasi merupakan akibat dari adanya obstruksi saluran pernapasan menyebabkan
bagian thorax merenggang sehingga kapasitas paru menjadi turun dan kerja pernapasan
meningkat, ini dideteksi oleh saraf sensorik pada dinding dada ( Yulia Rahmawati. 2016).

B. KATA/PROBLEM KUNCI
PPOK :
- Sesak Nafas dan batuk yang dialami sejak 4 bulan yang lalu
- Pasien Riwayat perokok sejak 20 tahun yang lalu dengan minimal 1 bungkus/hari
- Bentuk dada barel chest
- suara napas wheezing,
- vocal fremitus menurun pada kedua paru
- Hiperinflasi pada pemeriksaan foto thorax
- PH: 7,30.
C. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Diagnosis keperawatan apa yang bisa muncul untuk mengatasi sesak nafas dan batuk
pada kasus dan sertakan alasannya?
2. Penyebab seseorang mengalami batuk berkepanjangan, apakah kondisi tersebut
berbahaya dan apa yg harus dilakukan ?
3. Edukasi apa yg efektif d lakukan oleh perawat agar pasien tdk merasa malu terhadap
penyakitnya agar dia bisa berinteraksi dgn lingkungan sekitarnya?
4. Jelaskan apa hubungan rokok dengan gejala, dan apa saja kandungan dalam rokok ?
5. Pada kasus tersebut klien nampaknya mengisolasi diri (paragraf terakhir), nah apa yg
harus d lakukan oleh perawat agar si klien tdk mengisolasi diri yg d mana it dapat
mempengaruhi kesehatan jiwanya jg
6. apa yang menyebabkan sehingga terdengarnya suara napas wheezing ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada ppok ?

D. JAWABAN PENTING
1. Tidak terjawab (jadikan LO)
2. Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan berbahaya kimia, empat ratus di
anyarany bisa berefek racun sedangkan 40 diantaranya mengakibtkan penyakit salah
satunya kangker dan memperlemah paru-paru, akan tetapi dalam tubuh manusia
terdapat sistem imun.. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merasakan gejala
karena adanya kekuatan melawannya sistem imun dalam tubuh.. Ketika sistem imun itu
menurun atau sudah tidak bisa lagi menahan tubuh maka akan di rasakan oleh si
perokok tersebut. Mengapa pula terjadi batuk berdarah? Karena kuman tb masuk ke
saluran pernapasan akan menginfeksi saluran saluran pernapasan bawah dan dapat
menimbulkan terjadinya batuk produktif dan darah. Hal ini menurunkan fungsi kerja
silia dan mengakibatkan penumpukan sekret. Nahh terjadi iritasi pada bronkus dan
terjadi pula peradangan setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan saat peradangan
bermula. Keadaan batuk darah karena terdapat pembuluh darah yaang pecah.
( Rohman.2018)
3. Hal yang dapat dilakukan perawat ialah Promosi harga diri yang dimana meningkatkan
penilaian perasaan/persepsi terhadao diri sendiri atau kemampuan diri, dengan cara:
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
c. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
d. Diskusikan kepeercayaan terhadap penilaian diri
e. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
f. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
g. Berikan umpan balik positif atau peningkatan mencapai tujuan
h. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri.(PPNI,2018).
Dampak dari PPOK yang dideritanya mempengaruhi banyak aspek diantaranya
berhenti bekerja, malu Keluar rumah karena batuk yang dideritanya, tidak mampu
melakukan aktifitas sehari-hari, dan tidak yakin dengan kemampuannya melakukan
perawatan pada dirinya sendiri. Ini merupakan salah satu indikator dari tingkat efikasi
diri pasien dimana pasien merasa nyaman berada di sisi keluarga. Kepuasan atas
dukungan yang diberikan keluarga meningkatkan interaksi antar keluarga yang
menimbulkan peningkatan kualitas hidup. Peran perawat dalam mengkaji efikasi diri,
pada pasien PPOK menjadi data dasar untuk dapat menentukan asuhan keperawatan
pada pasien sehingga kualitas hidup pasien tersebut dapat ditingkatkan. Peningkatan
kualitas hidup pada pasien PPOK dapat dilakukan dengan peningkatan keempat
komponen kualitas hidup yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan
sosial serta lingkungan.Untuk meningkatkan prilaku kesehatan maka diperlukan
lingkungan yang mendukung dimana pasien mudah mengakses informasi dan
ketersedian pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang mampu menunjang
peningkatan status kesehatan. Apabila pasien PPOK dapat meningkatkan dan
menyeimbangkan keempat domain tersebut maka pasien PPOK akan memiliki kualitas
hidup yang baik. (Ketut dkk,2019).
4. Hubungan rokok dengan gejala tentunya dapat dilihat pada kasus dan kandungan yang
terdapat dalam rokok:
a. Nikotin
Nikotin bersifat racun bagi saraf dan dapat membuat seseorang menjadi rileks dan
tenang, serta dapat menyebabkan kegemukan sehingga dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Efeknya adalah ketagihan bagi perokok. Kadar nikotin
4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah dapat membuat seseorang
ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-
10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia kadar nikotin mencapai 17 mg per
batang.
b. Timah Hitam (Pb)
Kandungan timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebesar 0,5 μg,
sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 μg
per hari. Jika seorang perokok aktif mengisap rokok rata-rata 10 batang perhari, berarti
orang tersebut sudah menghisap timah lebih diatas ambang batas, diluar kandungan
timah lain seperti udara yang dihisap setiap hari, makanan dan lain sebagainya.
c. Gas Karbon Monoksida (CO)
Gas karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, yang tidak
berbau. Karbon monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan
hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan
oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih
kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya disisi hemoglobin. Kadar
gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah
perokok mencapai 4–15 persen.
d. Tar
Tar adalah zat yang bersifat karsinogen, sehingga dapat menyebabkan iritasi dan
kanker pada saluran pernapasan bagi seorang perokok. Pada saat rokok dihisap, tar
masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat
dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan,
dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara
kadar tar dalam rokok berkisar 24–45 mg. Tar ini terdiri dari lebih dari 4000 bahan
kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik. ( Amri,2015).
Kandungan yang terdapat di dalam rokok , Kandungan kimia tembakau yang
sudah teridentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen. Dari jumlah tersebut
sekitar 1.100 komponen diturunkan menjadi komponen asap secara langsung dan
1.400 lainnya mengalami dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain
dan membentuk komponen baru. Di dalam asap sendiri terdapat 4.800 macam
komponen kimia yang telah teridentifikasi. Telah diidentifikasi komponen kimia rokok
yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu: tar, nikotin, gas CO, dan NO yang berasal dari
tembakau. Selain itu juga bahan-bahan berbahaya yang terbentuk saat penanaman,
pengolahan, dan penyajian dalam perdagangan, yaitu residu pupuk dan pestisida,
TSNA (tobacco spesific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), dan NTRM (non-
tobacco related material). Pengendalian tar, nikotin, gas CO dan NO dapat dilakukan
dalam proses pembuatan rokok dengan penggunaan filter, kertas rokok yang berpori-
pori, dan lain-lain. (Samsuri Tirtosastro. 2009)
5. Hal yang dapat dilakukan perawat ialah dengan memberikan intervensi Promosi Sosialisasi
yg dimana meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. dengan cara:
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
b. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
c. Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
d. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain
e. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
f. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan. (PPNI, 2018).
6. Hal itu tersebut disebabkan oleh penyempitan saluran respiratorik distal. (Manalu. 2016).
Selain itu, jug abisa disebabkan oleh penyempitan saluran pernafasan dengan aposisi
dinding saluran pernafasan. Suara tersebut dihasilkan oleh vibraai dinding saluran
pernafasan dan jaringan di sekitarnya. (Davey, P 2. 2002).
7. Tatalaksana
Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari
PPOK. Kita sebagai tenaga medis harus bisa membuat pasien untuk berhenti
merokok.Konseling dengan dokter secara signifikan meningkatkan angka berhenti
merokok, konseling selama 3 menit dapat menghasilkan angka berhenti merokok hingga 5-
10%. Terapi penggantian nikotin (permen karet nikotin, inhaler, patch transdermal, tablet
sublingual atau lozenge) dan juga obat dengan varenicline, bupropion atau nortriptyline
dengan baik meningkatkan penghentian merokok jangka panjang dan pengobatan ini lebih
efektif daripada placebo.1,6Mendorong kontrol tembakau secara komprehensif dari
pemerintah dan membuat program dengan pesan anti merokok yang jelas, konsisten dan
berulang. Aktivitas fisik sangat berguna untuk penderita PPOK dan pasien harus didorong
untuk tetap aktif. Melakukan pencegahan primer, dapat dilakukan dengan baik dengan
mengeleminasi atau menghilangkan eksposur pada tempat kerja. Pencegahan sekunder
dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini. Kita menghindari atau mengurangi
polusi indoor berupa pembakaran bahan bakar biomass dan pemanasan atau memasak
diruangan yang ventilasinya buruk, sarankan pasien untuk memperhatikan pengumuman
publik tentang tingkat polusi udara. Semua pasien PPOK mendapat keuntungan yang baik
dari aktivitas fisik dan disarankan untuk selalu aktif. (Mangunnegoro, 2003)

E. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA


PATHWAY

Faktor predisposisi

Bersihan jalan napas Edema,spasme,bronkus,


Tidak efektif peningkatan secret bronkus

obstruksi bronkiolus
awal fase ekspirasi

udara terperangkap
dalam alveolus

Suplay O2 PaO2 rendah Sesak napas, Pola napas tidak


Jaringan rendah PaO2 tinggi Napas pendek efektif

Gangguan
Kompensasi
metabolisme jaringan
kardiovaskular
Ganngguan
pertukaran gas
Metabolisme
Hipertensi aerob
pulmonal

Produksi ATP Intoleransi


Gagal jantung menurun aktivitas
kanan
Defisit Lelah,
energy lemah

Gangguan
pola tidur
F. INFORMASI TAMBAHAN
1. Diagnosis keperawatan apa yang bisa muncul untuk mengatasi sesak nafas dan batuk
pada kasus dan sertakan alasannya?
2. Buatlah askep PPOK sampai intervensnya.
3. Interpretasi AGD, hasil spirometri dan kesan foto thoraksnya dijelaskan.

G. KLARIFIKASI INFORMASI
1. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus skenario diatas adalah
a. Pola Napas tidak Efektif berhubungan dengan Spasme Jalan Napas yang ditandai
dengan :
Data Subjektif
- Klien mengeluh sesak
- Klien mengetakan batuk sejak 4 bulan yang lalu
- Klien mengatakan mempunyai riwayat batuk sejak 2 tahun yang lalu
- Klien mengatakan mempunyai riwayat merokok
Data Objektif
- klien nampak lemah
- klien nampak menggunakan terapi oksigen
- klien nampak terdengar bunyi napas tambahan wheezing
- klien nampak retraksi dada
- hasil pemeriksaan vital sign :
TD : 120/80 mmhg,
Nadi 98x/m,
RR : 31x/mt,
S: 38’C
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi ditandai dengan :
Data Subjektif
- Klien mengeluh sesak
Data Objektif
- klien nampak lemah
- klien nampak menggunakan terapi oksigen
- klien nampak gelisah
- klien nampak terdengar bunyi napas tambahan wheezing
- hasil pemeriksaan vital sign :
TD : 120/80 mmhg,
Nadi 98x/m,
RR : 31x/mt,
S: 38’C
- hasil pemeriksaan penunjang
leukosit : 18.5 106/ mm3. Hasil AGD : PH : 7.30,
PCO2 : 48.mmH,
PaO2: 85 mmH,
HCO3: 23.3,
Sa02 93%,
- Pemeriksaan foto Thorax didapatkan kesan hiperinflasi., Spirometri:
- FEV1 % = 45%, FEV1/FVC% =60% , ,
- BB: 59 kg,
- TB:167cm.
c. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakitnya ditandai dengan :
Data Subjektif
- Klien mengeluh demam
- klien mengatakan nafsu makan menurun
Data Objektif
- Klien nampak gelisah
- hasil pemeriksaan vital sign :
 TD : 120/80 mmhg,
 Nadi 98x/m,
 RR : 31x/mt,
 S: 38’C. (PPNI,2016)
2. Askep PPOK
ASUHAN KEPERAWTAN

A. KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF [DS] DATA OBJEKTIF [DO]

- Klien mengeluh sesak - klien nampak lemah


- Klien mengetakan batuk sejak 4 - klien nampak menggunakan terapi oksigen
bulan yang lalu - klien nampak terlihat bentuk dada barel chest
- Klien mengatakan mempunyai - klien nampak terdengar bunyi napas tambahan
riwayat batuk sejak 2 tahun yang wheezing
lalu - hasil perkusi ditemukan adanya hepersonor
- Klien mengatakan mempunyai pada kedua lapang paru,
riwayat merokok - nampak terdengar vocal fremitus menurun
- klien mengatakan nafsu makan pada kedua paru
menurun - klien nampak retraksi dada
- hasil pemeriksaan vital sign :
TD : 120/80 mmhg,
Nadi 98x/m,
RR : 31x/mt,
S: 38’C
- hasil pemeriksaan penunjang
leukosit : 18.5 106/ mm3. Hasil AGD : PH :
7.30,
PCO2 : 48.mmH,
PaO2: 85 mmH,
HCO3: 23.3,
Sa02 93%,
- Pemeriksaan foto Thorax didapatkan kesan
hiperinflasi., Spirometri:
- FEV1 % = 45%, FEV1/FVC% =60% , ,
- BB: 59 kg, TB:167 cm
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Data Subjektif Hambatan Upaya Pola nafas tidak
- Klien mengeluh sesak Napas efektif
- Klien mengetakan batuk
sejak 4 bulan yang lalu
- Klien mengatakan
mempunyai riwayat batuk
sejak 2 tahun yang lalu
- Klien mengatakan
mempunyai riwayat merokok
Data Objektif :
- klien nampak lemah
- klien nampak menggunakan
terapi oksigen
- klien nampak terdengar
bunyi napas tambahan
wheezing
- klien nampak retraksi dada
- hasil pemeriksaan vital sign :
TD : 120/80 mmhg,
Nadi 98x/m,
RR : 31x/mt,
S: 38’C
2 Data Subjektif Ketidakseimbangan Gangguan
- Klien mengeluh sesak ventilasi-perfusi pertukaran gas
Data Objektif
- klien nampak lemah
- klien nampak menggunakan
terapi oksigen
- klien nampak gelisah
- klien nampak terdengar
bunyi napas tambahan
wheezing
- hasil pemeriksaan vital sign :
TD : 120/80 mmhg
Nadi 98x/m,
RR : 31x/mt,
S: 38’C
- hasil pemeriksaan penunjang
leukosit : 18.5 106/ mm3.
Hasil AGD : PH : 7.30,
PCO2 : 48.mmH,
PaO2: 85 mmH,
HCO3: 23.3,
Sa02 93%,
- Pemeriksaan foto Thorax
didapatkan kesan
hiperinflasi., Spirometri:
- FEV1 % = 45%,
FEV1/FVC% =60%
- BB: 59 kg,
- TB:167cm.
3 Data Subjektif Proses penyakitnya Hipertermia
- Klien mengeluh demam
- klien mengatakan nafsu
makan menurun
Data Objektif
- Klien nampak gelisah
- hasil pemeriksaan vital sign :
TD : 120/80 mmhg
Nadi 98x/m,
RR : 31x/mt,
S: 38’C

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Pola Napas tidak Efektif berhubungan dengan Spasme Jalan Napas
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakitnya

D. LUARAN/OUTCOME DAN INTERVENSI


1. Pola Napas tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Pola Napas
a. Luaran / outcome
Luaran : Pola napas
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka pola napas membaik dengan
kriteria :
- Dispnea : membaik
- Penggunaan otot bantu napas : menurun
- Orthopnea : membaik
- Pernapasan cuping hidung : membaik
- Frekuensi napas : membaik
- Kedalaman napas : membaik
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi utama : Manajemen jalan napas
1) Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas
- Monitor sputum
2) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
3) Edukasi
- Anjurkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,jika perlu

Tujuan : setelah dilakukan askep 3x24 jam pola napas dengan kriteria hasil :
- Dispnea : membaik
- Penggunaan otot bantu napas : menurun
- Orthopnea : membaik
- Pernapasan cuping hidung : membaik
- Frekuensi napas : membaik
- Kedalaman napas : membaik
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
a. Luaran Keperawatan
Luaran Utama : Pertukaran Gas merupakan Oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler dalam batas normal
Luaran Tambahan : - Keseimbangan Asam-basa
- Konservasi Energi
- Perfusi Paru
- Respons Ventilasi Mekanik
- Tingkat delirium
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi Utama : Terapi Oksigen merupakan memberikan tambahan oksigen
untuk mencegah dan mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan.
Intervensi Pendukung : - Dukungan berhenti merokok
- Edukasi pengukuran respirasi
- edukasi fisioterapi dada
- insersi jalan nafas buatan
- manajemen ventilasi mekanik
-
Tindakan Intervensi Utama:
1) Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2)Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
3) Edukasi
- Ajarkan pasien dan kelarga cara menggunakan oksigen di rumah
4) Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
3. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakitnya
a. Luaran Keperawatan :
Luaran utama : Termogulasi
Definisi : Pengaturan tubuh agar tetap berada pada rentang normal
Ekspetasi : membaik
Kriteria hasil :
No Jenis Luaran Kriteria

1. Luaran Positif (perlu ditingkatkan) - Status kenyamanan


2. Luaran Negatif ( Perlu diturunkan) - Suhu Tubuh

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka suhu tubuh membaik dengan
kriteria:
- Status Kenyamanan : membaik
- Suhu Tubuh : menurun
b. Intervensi Keperawatan
Intervensi Utama : Manajeman Hipertermia
2) Observasi
- Monitor suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaphoresis
- Monitor suhu lingkungan, batasi / tambahan linen tempat tidur sesuai
indikasi
3) Terapeutik
- Berikan kompres air hangat pada lipatan paha dan aksila, hindari
penggunaan alcohol
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
4) Edukasi
- Anjurkan untuk kompres air hangat
- Jelaskan tujuan kompres air hangat
5) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan pemberian antipiretik, misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (Tylenol)

Sumber : PPNI(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Indikator Diagnostik,Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI
3. Interpretasi Analisa Gas Darah
a. Analisa Gas Darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat,
saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri
dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga
dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita
tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi
ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1) Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
a) Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b) Sistem dapar fosfat
c) Sistem dapar protein
d) Sistem dapar hemoglobin
2) Mekanisme pernafasan
3) Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
a) Reabsorpsi ion HCO3-
b) Asidifikasi dari garam-garam dapar
c) Sekresi ammonia

 Gambaran interpretasi
Gas-gas darah normal dari sampel arteri
No Parameter Sampel arteri
1 Ph 7,35 – 7,45
2 PaCO2 35-45 mmHg
3 PaO2 80-100 mmHg
4 Saturasi Oksigen 95-100%
5 HCO3 22-26 mEq/L

Gangguan-gangguan asam basa

No Gangguan PaCO2 HCO3 Ph


1 Asidosis respiratorik ↑ Normal atau ↑ ↓
2 Alkalosis respiratorik ↓ Normal atau ↓ ↑
3 Asidosis metabolik Normal atau ↓ ↓ ↓
4 Alkalosis metabolik Normal atau ↑ ↑ ↑

b. Gangguan Asam Basa Sederhana


Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan
memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach.
Persamaan asam basa adalah sebagai berikut:
HCO3 merupakan komponen metabolik yang
dikendalikan oleh ginjal
pH = (HCO3) / PaCO2 = 20 / 1
PaCO2 merupakan komponen pernafasan yang
dikendalikan oleh paru-paru

Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH
dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan
kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan
kemampuan paru untuk mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri)
melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran
rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan
basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah
membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35
disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis.
Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO 2)
maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya
disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik.
Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu
komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya
(respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.

c. Langkah-Langkah Untuk Menilai Gas Darah:


1) Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan
dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien
mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis
respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang
memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal
meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan
campuran)
2) Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang
berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau
menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa
sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama;
penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan
menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran).
3) Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi
(hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai
bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4) Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam
basa campuran.
H. DAFTAR PUSTAKA
Manalu, Novita Verayanti. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh Perawat Rumah Sakit
Advent Bandar Lampung. Jurnal Skolastik Keperawatan, Vol. 2, No.1 Hlm. 13 Sudarta, I.
W. 2012. Pengkajian Fisik Keperawatan . Yogyakarta: Gosyen Publishing.
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesa, Defenisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi1. Jakarta: DPP PPN.
Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. hal 1-5.
Bakhtiar,Arif & Tantri Eka Irvana Renny.2017.Faal Paru Dinamis.Jurnal Respirasi (JR), Vol.3.
No. 3 Mei 2017:57-64.
Ketut,dkk.2019.Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronis.JPPNI Vol.03/No.03.
PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Defenisi dan Indikator Diagnostik,Edisi
1.Jakarta:DPP PPNI.
Lindayani,Putu Luh & Tedjamartono, D.T.2017.Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK).Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Aji,Amri.dkk.2015.Isolasi Nikotin dari Puntung Rokok Sebagai Insektisida Vol 4,No 1.
Biomedical, N. (2015). Prosedur penanganan sampel Blood Gas, Electrolytes,
Metabolites.International Service Information (pp. 8-9). Nova Biomedical.
Buku Pegangan Uji Diagnostik (Handbook of Diagnostic Test). (2017). Edisi tiga, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Dewi, K.J. (2014). Korelasi Positip Nilai Analisa Gas Darah Vena Sentral Dengan Analisa
Gas Darah Arteri Pada Pasien Kritis di Ruang Terapi Intensif. Denpasar:
Universitas Udayana.
Skenario 3 “ Dada berdebar-debar”

Seorang laki-laki berusia 50 tahun masuk IGD dengan keluhan sesak disertai nyeri dada sebelah
kiri menjalar hingga kebahu, sehingga langsung diberikan tindakan pemasangan O2 6 L/menit
(simple mask) dengan posisi semifowler.

Setelah klien nampak baikan perawat datang mengkaji dan mendapatkan data yaitu klien
mengatakan nyeri dada yang dirasakan hilang timbul dan sudah dirasakan dari 1 bulan yang lalu.
Klien mengatakan pernah mengalami sesak sekitar 2 minggu yang lalu setelah perjalanan dari
Makassar menuju kampung halamannya, namun berangsur membaik ketika klien istirahat. Klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi yang sudah dialami ±10 tahun lamanya. Klien
mengatakan waktu muda dulu klien perokok aktif dan bisa menghabiskan 2 bungkus rokok
dalam sehari namun sekarag klien sudah tdk merokok lagi sudah 6 tahun lamanya. Klien
mengatakan 2 hari yang lalu dari melakukan perjalanan jauh menggunakan mobil dari kampung
halamannya Pasang Kayu menuju Makassar dan klien mengatakan kurang tidur yang nyenyak
karena selama perjalanan klien mengatakan sering terbangun karena merasa jantung berdebar
debar.

Pemeriksaan fisik didapatkan : TD 140/100 mmHg, Suhu 35,50C, RR 30 x/menit dan Nadi 110
x/menit, akral dingin, nampak pucat. Pemeriksaan foto toraks, kesan: cardiomegali. Pemeriksaan
EKG nampak kesan ST elevasi. Pemeriksaan Laboratorium : Hb 12.4, leukosit 14.000, trombosit
140.000, Hematokrit 39%. GDS 177, Kreatinin 1.49, kolesterol 203 mg/dL, SGOT 101 u/L,
SGPT 28 u/L.Bagaiamana anda menjelaskan apa yang dialami Klien?

LEMBAR KERJA

A. KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA-KATA KUNCI


a. Leukosit:
- sel darah putih. (Aditya,2012).
- Leukosit adalah sel berinti dalam darah yang dapat dibedakan ke dalam 5 jenis yaitu
netrofil, eosinofil,basofil, limfosit dan monosit. Leukosit berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap benda asing mikroorganisme dan jaringan asing. (A.Ulfa,2019).
b. Akral Dingin: ujung jari dingin.
c. Pusat CRT & GDT:
- Cardiac Resynchronization Therapy (CRT) yaitu alat berukuran kecil yang dipasang
untuk mengembalikan gerak dinding-dinding jantung agar lebih sinkron. CRT
merupakan alat yang direkomendasikan pada gagal jantung lanjut, yaitu yang sudah
mendapatkan terapi farmakologis gagal jantung secara optimal.
- Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi (GDT) merupakan pemeriksaan laboratorium
yang penting untuk membantu diagnosis leukemia dan menilai respon pengobatan,
sehingga diharapkan kesan hasil pemeriksaan GDTdapat tercatat dengan
baik.(Kemas,dkk.2014).
d. SGOT (serum glutamic pyvuric transaminase)dan SGPT (serum glutamic oxaloacetic
transaminase) adalah merupakan enzim hati dimana jika kadarnya tinggi atau meningkat
dapat menggambarkan adanya gangguan pada hati. Kadar normal SGOT adalah 3-45 u/L
dan SGPT sendiri adalah 0-35 u/L. (Kemenkes,2016)
e. ST Elevasi: Elevasi segmen-ST pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) merupakan
salah satu kriteria infark miokard akut (IMA).1 Adanya elevasi segmen-ST pada kasus
infark miokard akut biasanya menunjukkan oklusi total pembuluh darah koroner yang
membutuhkan tindakan reperfusi segera. (Ivan,2017).
f. Kreatinin adalah hasil pembentukan dari kreatin fosfat, yang terutama terdapat di otot.
Kreatinin dibentuk secara konstan, dan produksi Kreatinin sebanding dengan massa
otot.(Hani,2019).
g. Kardiomegali adalah kondisi ketika jantung mengalami pembesaran akibat penyakit
tertentu, misalnya hipertensi, dan dapat terlihat melalui tes pencitraan, seperti foto
Rontgen. (Kemenkes,2018)
h. Semifowler adalah posisi dimana kepala lebih tinggi dan dilakukan biasanya pada pasien
sesak untuk mempertahankan rasa nyaman.
i. Hematokrit adalah kadar sel darah merah dalam darah. Kadar sel darah merah yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menjadi pertanda Anda sedang menderita penyakit
tertentu, misalnya anemia atau dehidrasi. (Kemenkes,2020).
B. KATA/PROBLEM KUNCI
Infark miokard akut
Data subjektif:
- pasien mengeluh sesak di sertai nyeri
- pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi
- pasien mengatakan perokok aktif selama 10 tahun dan menghabiskan 2 bungkus
perhari
- pasien mengatakan kurang tidur yang nyenyak
- selama perjalanan pasien mengatakan sering terbangun karena merasa jantung berdebar"
Data objetif:
- akral dingin, pucat
- Td: 140/100, S:35,5,R:30,N:110
- cardiomegali terjadi pembesaran pada jantung
- St elevasi
- kolestrol: 203, Hb: 12,4
- SGOT : 101 terjadi pemeriksaan pada jantung.

C. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana penatalaksanaan dari infark miokard?
2. Perbedaan serangan jantung dengan gagal jantung?
3. Pada patofisiologi infark miokard terjadi ketika aliran darah koroner menurun secara
mendadak, sementara pada kasus TD nya 140/100. Mengapa demikian?
4. Hubungan gejala dengan pemasangan oksigen pada pasien infark miokard?
5. Bgaimana pencegahan infark miokard?
6. pada kasus, klien mengalami akral dingin. Mengapa terjadi serpeti itu?
7. apakah teradapat perbedaan jika infark miokard menyerang usia muda dan orang tua?
8. bagaimana pola diet yang disarankan untuk pasien yang menderita infark miokard?
9. bagaimana mekanisme nyeri dada?
10. pada kasus dikatakan bahwa klien memiliki riwayat merokok sewaktu muda namun
telah berhenti 6 tahun yang lalu, apaah riwayat tersebut yang merupakan penyebab
utama kondisi pasien saat ini?
11. pada kasus terdapat kesan ST elevasi bagaimana cara mengetahui bahwa itu norma l
atau tidak?
12. apa intervensi yang diberikan pada kasus karena suhu tubuhnyya kurang dari normal?

D. JAWABAN PENTING
1. Penatalaksanaan IMA:
a. Prinsip penatalaksanaan pada pasien IMA meliputi pemberian morfin, terapi
oksigen, obat nitrat dan antiplatelet untuk menghentikan perkembangan serangan
jantung, menurunkan beban jantung, dan komplikasi lebih lanjut. (Novita,2020).
b. Penatalaksanaan medis pada fase serangan akut adalah:
1) Penanganan nyeri
Penanganan nyeri dapat berupa terapi farmakologi:
a) Morphine sulfate: menghilangkan sakit, memperlebar pembuluh darah vena
dan mengurangi beban jantung.
b) Nitrat: digunakan untuk menurunkan konsumsi oksigen jantung, vasoaktif
yang berfungsi melebarkan pembuluh darah arteri dan vena sehingga akan
mengurangi iskemia dan nyeri Angina
c) Penghambat beta: obat ini mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas
miokard, menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen, dengan demikian
dapat meredakan rasa nyeri Angina.
d) Antagonis Ca: penghambat kalsium menurunkan kontraktilitas jantung dan
beban kerja jantung sehingga mengurangi keperluan jantung akan oksigen.
2) Membatasi ukuran infark miokardium
Penatalaksanaan yang diberikan untuk pembatasan ukuran invers secara selektif
dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium dan untuk
memelihara, mempertahankan sirkulasi.
3) Pemberian oksigen
Terapi oksigen segera dimulai saat terjadi nyeri. Oksigen yang dihirup akan
langsung meningkatkan saturasi darah. Terapi oksigen dilanjutkan hingga klien
mampu bernapas dengan mudah.
4) Pembatasan aktivitas fisik
Istirahat merupakan cara yang paling efektif untuk membatasi aktivitas fisik.
Pengurangan atau penghentian Seluruh aktivitas pada umumnya akan
mempercepat penghentian nyeri. (UNUSA,2013)
2. Perbedaan serangan jantung dan gagal jantung
a. Serangan jantung adalah hambatan total aliran darah ke otot jantung yang disebabkan
karena Arteri jantung sudah buntu lama sekali dan tidak dapat diperbaiki lagi.
(Syukron & Fathoni,2009). Gagal jantung adalah ketidakmampuan mempertahankan
curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat klinis dan
patofisiologis yang khas. (Patrick,2003).
b. Serangan jantung terjadi ketika sel-sel otot jantung tidak mendapatkan oksigen yang
cukup karena ada sumbatan pada pembuluh darah koroner. Serangan ini terjadi
secara mendadak dan dapat memburuk dengan cepat. Sementara itu, gagal jantung
terjadi ketika otot-otot jantung melemah secara perlahan, sehingga akhirnya tidak
lagi mampu memompa darah ke seluruh tubuh. (Kemenkes, 2020).
3. Infark miokard dapat terjadi ketika penurunan perfusi miokard, sehingga terjadi
penyempitan, sehingga cukup untuk menyabab nekrosis sel. peristiwa menghasut adalah
pecah atau pecahnya plak aterosklerotik,yang mengekspor darah untuk lipid trombogenik
dan menyebabkan aktivitas plateletdan plak dengan inti lipid yang banyak dan tutup
fibrosa yang tipis. (Boating and sanbom,2013). dan jika dalam kasus td 140/100 mengapa
demikian. karena adanya ketegangan yang membuat jantung dan pembuluh darah tegang
karena adanya penyempitan
4. Penyebab penurunan suplai darah dimungkinkan akibat adanya penyempitan kritis arteri
koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli atau trombus. Oleh
karena itu, pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen jantung. (Novita.2020).
5. Pencegahan terjadinya Infark Miokard:
a. Pencegahan terjadinya Infark Miokard dapat dilakukan dengan mengatasi faktor-faktor
penyebab dan mengontrol faktor-faktor penyebab penebalan arteri koroner. Hal yang
dapat dilakukan dengan bebarapa cara: mengurangi kolesterol dan lemak dalam
makanan, menghindari merokok, stress, alkohol dan kegemukan Salah satu penyebab
terjadinya infark miokard karena adanya radikal bebas. (Mahmud, Iwan.dkk.2015).
b. Menurut Kemenkes RI (2019)
1) Memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh dan serat
2) Menghilangkan lemak yang menumpuk di perut dan bagian tubuh lainnya
3) Mengobati diabetes dan hipertensi
4) Berolahraga secara teratur
5) Berhenti merokok
6) Menghindari minuman beralkohol
7) Mengelola stres dengan baik.
6. Penyebab akral dingin pada pasien infark miokrd, infark miokard terjadi ketika gumpalan
darah menghalangi aliran darah ke jantung. Tanpa darah, jaringan kehilangan oksigen dan
mati. Gejala berupa rasa sesak atau nyeri di dada, leher, punggung, atau lengan, serta
kelelahan, limbung, detak jantung abnormal, dan kecemasan. ( Abu Bakar. 2015)
7. Infark Miokard Akut (IMA) adalah penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab
kematian utama di dunia didapatkan angka fatalitas kasus (case fatality rate/CFR) IMA
adalah yang tertinggi dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya, suatu keadaan
dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terhenti sehingga sel otot jantung
mengalami kematian. Keadaan ini mengacu pada proses rusaknya jaringan-jaringan
miokard jantung yang mengalami nekrosis akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga
aliran darah koroner berkurang (Novita,2020) sehingga IMA tidak membedakan antara
usia dia dapat menyerang siapa saja.
8. Pola diet pasien infark miokard : pasien harus puasa atau hanya minum air dengan mulut
dalam 4-12jam pertama. Diet mencakup lemak <30% kalori total dan kandungan kolesterol
>300mg/hari. Menu harus diperkaya dengan makanan yang kaya serat, kalium,
magnesium, dan rendah natrium. Referensi : (IPD, 2015)
9. Mekanisme terjadinya nyeri dada disebabkan karena adanya penyempitan/penyumbatan
pada arteri yang mengakibatkan kurangnya suplai oksigen ke otot jantung, sehingga
nyeridada hampir selalu dicetuskan olehkondisidimana terjadi peningkatan bebanJantung
(kecepatan dan kekuatan denyutjantung), misalnya pada waktu melakukanaktivitas fisik
dan stress, jantung bekerja lebih berat karena meningkatnyakebutuhan jantung akan
oksigen. Penyumbatan atau penyempitan arteriyang dapat mengakibatkan nyeri dada
apabila penyumbatan lebih dari 75% sertadipicu dengan aktifitas berlebihan maka Suplai
darah ke koroner akan berkurang. (Indri & Suci, 2017)
10. Rokok bukanlah penyebab utama terjadinya IMA. Penyebab utama dari terjadinya infark
miokard adalah ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan oksigen di jaringan otot
jantung. Kebutuhan oksigen di jaringan otot jantung yang tinggi, tetapi pasokan (supply)
oksigen ke daerah tersebut kurang. Infark miokard terjadi ketika proses atheroma
mencegah aliran darah melalui Arteri koroner. Sudah terpikirkan sebelumnya bahwa lumen
yang semakin menyempit dari sel otot polos yang terus bertumbuh pada plak adalah
penyebab utama infark. Namun studi angiografi mengidentifikasikan bahwa Lesti tersebut
tidak menyebabkan stenosis yang bermakna, dan sekarang terbukti bahwa aktivasi plak
lebih menyebabkan iskemia dan infark daripada stenosis.(Djanggan Sargowo,2015).
11. St elevasi dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan ekg. Pemeriksaan ekg merupakan
slah satu kriteria untuk mengetahui infark miokard. Adanya segmen st elevasi pada kasus
infark miokard akut biasanya menunjukkan oklusi total pembuluh darah koroner yang
membutuhkan tindakan reperfusi segera. Pada keadaaan normal st elevasi 1-3 mm di satu
atau lebih sadapan prekordial terutama sadapan v2 pada laki laki . Sedangkan pada
perempuan menunjukkan segmen st elevasi 1 mm dengan prevalensi tidak tergantung pada
usia. (Ivan. Banduaradja. 2017)
12. Jadi intervensi yg diberikan pada pasien hipotermia yaitu intervensi utamanya Manejemen
hipotermia:
- sediakan lingkungan yang hangat
- Ganti pakean atau linen yang basah
- lakukan penghangatan pasif ( mis. selimut, menutup kepala, pakaian tebal
- lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut
hangat)
- lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen hangat).
(PPNI, 2018).
E. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
Penyakit infark miokard merupakan gangguan aliran darah ke jantung yang
menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi
sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di
sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau
alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot jantung,
dikatakan mengalami infark (Guyton, 2007 dalam Safitri, 2013).
Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis
sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid,
hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh,
kolesterol, serta kalori (Santoso, 2005 dalam Safitri, 2013).
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarct) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri atas
angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST. Infark
miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.
Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo,
2010 dalam Safitri,2013).
Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasar EKG 12 sandapan menjadi
Infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) : oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan
area infark yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG. Infark miokard akut non ST-elevasi (NSTEMI):
oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan miokardium,
sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Sudoyo, 2010 dalam Safitri 2013).
Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri
dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST >2 mm, minimal pada 2 sandapan
prekordial yang berdampingan atau >1 mm pada 2 sandapan ekstremitas. Pemeriksaan
enzim jantung terutama troponin T yang meningkat akan memperkuat. Kombinasi nyeri
dada substernal >30 menit dan banyak keringat merupakan kecurigaan kuat adanya STEMI
(Sudoyo, 2010 dalam Safitri 2013).
F. INFORMASI TAMBAHAN
Tuliskan diagnosa, intervensi dan komplikasi jika dx keperawatan tidak ditangani.

G. KALRIFIKASI INFORMASI
1. Diagnosis
a. Diagnosis Medis : Infark Miocard
b. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencendera Fisiologis
2) Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Afterload
3) Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Ventilasi –
Perfusi
4) Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas
5) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan
Kebutuhan Okseigen
2. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencendera Fisiologis
Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
Tindakan :
1) Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
2) Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Idenfitikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
3) Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
4) Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
5) Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik
b. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Afterload
Intervensi Utama : Perawatan Jantung
Defenisi : Mengindetifikasi, merawat dan membatasi komplikasi
akibat ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard.
Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah kantung (meliputi dyspnea,
kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan
CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor Aritmia
- Monitor nilai laboratorium jantung
- Monitor fungsi alat pacu jantung
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
- periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
2) Terapeutik
- Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
nyaman
- berikan diet jantung yang sesuai
- gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
3) Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur BB harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
c. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan Membran Alveolus-
Kapiler
Intervensi Utama : Terapi Oksigen merupakan memberikan tambahan
oksigen untuk mencegah dan mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan.
Intervensi Pendukung : - Dukungan berhenti merokok
- Edukasi pengukuran respirasi
- edukasi fisioterapi dada
- insersi jalan nafas buatan
- manajemen ventilasi mekanik
Tindakan Intervensi Utama:
1) Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan
cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen
- Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2) Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
3) Edukasi
- Ajarkan pasien dan kelarga cara menggunakan oksigen di rumah
4) Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
d. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas
Intervensi utama : Manajemen jalan napas
1) Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas
2)Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
3)Edukasi
- Anjurkan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,jika perlu
e. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara Suplai dan
Kebutuhan Okseigen.
Intervensi Utama : Manajemen energy merupakan mengidentifikasi
dan mengelolapenggunaan energy untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan proses pemulihan.
Intervensi Pendukung : - Dukungan Ambulasi
- Dukungan kepatuhan program pengobatan
- Dukungan Meditasi
- Manajemen Aritmia
- Rehabilitasi Jantung
Tindakan Intervensi Utama:
1) Observasi
- Identifikasi gangguan dungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2) Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
3)Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asipan makanan.
(PPNI,2018).
3. Komplikasi
a. Terjadi Infeksi
b. Gagal Jantung
c. Sesak Nafas [ Dyspnea]
d. Gangguan Imobilitas Fisik
H. DAFTAR PUSTAKA
Boantaeng,S & Sanbom, T.2013.Disease A Month Acute Myocardial Infartion. Desease A
Month.Elsevier,59(3).PP.83-96.
Kurnia, Novita Wulandari.dkk.2020.Journal Of Applied Health Management and
Technologi:Oxygen Therapy to Maintain Haemodynamic Status in Patient with Acute
Myocardial Infartion.
Ramadhani,Indri & Lestari Suci.2017. Hubungan Aktivasi Fisik dan Stres dengan Nyeri pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner.Vol.2.No.3 Tahun 2017.
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Safitri.2013. St Elevasi Miokard Infark (Stemi) Anteroseptal pada Pasien Dengan Faktor
Resiko Kebiasaan Merokok Menahun dan Tingginya Kadar Kolestrol dalam
Darah.Medula.Vol.1.No.4, Oktober 2013.
Ivan. Banduaradja. 2017. Kondisi-kondisi penyebab elevasi segmen-ST selain infark Miokard.
Jakarta: salemba medika.
Pratama, Aditya Bagus.2012.Kamu Lengkap Bahasa Indonesi.Surabaya:Pustaka Media Press.
Ferdhyanti,A.Ulfa.2019.Teknik Hitung Leukosit dan Eritrosit Urine.Jawa Timur:Uwais
Inspirasi Indonesia.
Kemas,dkk.2014.Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.MKS, Th. 46, No. 4.Journal article,Majalah
Kedokteran Sriwijaya.
Kementrian Kesehatan RI.2016. apa itu SGOT dan SGPT.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.
Banjuradja. Ivan.2017.Kondisi-kondisi Penyebab Elevasi Segmen-ST Selain Infark Miokard
Akut.Vol 44, No 2.
Susianti, Hani.2019.Memahami Interpretasi Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Ginjal
Kronis.Malang:UB Press.
Kementrian Kesehatan RI.2018. Kardiomegali.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI.2020. Kadar Hematokrit Tidak Nomal, Waspadai Beragam Penyakit
Ini.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI.2020. Ketahui Perbedaan Serangan Jantung dan Gagal
Jantung.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.
UNUSA.2013.Sistem Kardiovaskuler Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infark
Miokardium Akut (IMA). Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Davey,Patrick.2003.At a Glance Medicine.Jakarta:Erlangga.
Maksum, Syurkon & el-Kaysi, Fathoni.2009.Rahasia Sehat Berkah Shalawat:Terapi Ampuh
Mecegah dan Menyembuhkan Penyakit.Yogyakarta:Galangpress.
Iwan Mahmud, Reza Pertiwi, Nofa Risma Azis, Desi Novita Reviana. Pemanfaatan Potensi
Ganggang Hijau (Ulva Lactuca) Sebagai Antioksidan Alami Pada Pencegahan Infark
Miokard Akut.2015.
Kementrian Kesehatan RI.2019. Serangan Jantung.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI.
Sargowo,Djanggan.2015.Patogenesis Aterosklerosis.Malang:UB Press.
Skenario 4 ”mata burkunang-kunang”

Klien bernama Ny. V berusia 20 tahun, beragama Islam, masuk RS pada tanggal 1 Mei 2020
dengan diagnosa medik Anemia + GE, klien masuk melalui UGD. Alasan pasien masuk rumah
sakit dan mencari perawatan adalah diare, mual, muntah, panas dingin, pusing dan berkunang-
kunang lalu penglihatan gelap lalu pasien memeriksakan diri ke UGD dan dianjurkan untuk
dirawat. Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, konjungtiva tampak
pucat, observasi tanda-tanda vital : TD 100/70 mmHg, N 76 x/menit, Suhu 36°C. pernapasan 25
x/menit. Pasien mengatakan sudah tidak diare, mual ada, pusing dan berkunang-kunang ada
kadang-kadang dan berkeringat. Kulit teraba dingin, pucat CRT: lebih dari 3 detik, TB: 162 cm,
BB: 45 kg, IMT : 17,2. Kesimpulan berat badan berkurang. Pasien mengatakan bila duduk dan
langsung berdiri kepala pusing, kunang-kunang dan gelap. Dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit anemia.

Dalam hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 1 Mei 2020 : Hb: 8,9 g/dl, Ht: 28%
(37-52%), leukosit : 7200 /ul (4.800 – 10.800 /ul), trombosit : 420.000 /ul (150.000-450.000/ul).
Tanggal 2 Mei 2020 : Si: 7,9 ug/dl (38-148 ug/dl), retikulosit : 8% (5-12%), gambaran darah
tepi: kesan GDT sesuai dengan anemia mikrositik. Terapi yang digunakan adalah New Diatab
3x2 tab, imodium 1x1 tab, Danaflox 3x200 mg, Wiacid 2x1, dan Sotatic 2x1 amp. Diit yang
diberikan diit lunak.

LEMBAR KERJA
A. KLARIFIKASI KATA SULIT DAN KATA-KATA KUNCI
1. New Diatabs: obat untuk mengatasi gejala diare dan mengurangi frekuensi buang air
besar.(Kemenkes,2020).
2. Komposmentis: suatu kondisi seseorang yang sadar sepenuh.y baik terhadap diri.y
maupu lingkungannya dan mampu memjawab stiap pertanyaan yg di ajukan oleh
perawat. (Siti, dkk. 2015).
3. Diit lunak: makanan yang mengandung nutrisi dan mudah kunyah dan ditelan
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mengetahui rentang berat
badan ideal Anda dan memprediksi seberapa besar risiko gangguan kesehatan Anda.
Metode ini digunakan untuk menentukan berat badan yang sehat berdasarkan berat dan
tinggi badan. (Kemenkes,2018).
5. Pemeriksaan Gambaran Darah Tepi (GDT) merupakan pemeriksaan laboratorium yang
penting untuk membantu diagnosis leukemia dan menilai respon pengobatan, sehingga
diharapkan kesan hasil pemeriksaan GDTdapat tercatat dengan baik.(Kemas,dkk.2014).
6. Anemia mikrositik, merupakan anemia dengan karakteristik sel darah merah yang kecil
(MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin
dalam eritrosit. (Ari Sutjahjo.2015).
7. Panas dingin : dimna keadaan tubuh sedang demam akan tetapi kita merasa dingin.
8. Ht : singkatan dri hematocrit, Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam
darah, yang dihitung dengan mengikutsertakan baik jumlah maupun ukuran sel-sel
tersebut dan dinyatakan sebagai persentase terhadap volume darah. (Mehmet C &
Michael F,2009).
9. Imodium :obat yang mengandung Loperamid Hidroklorida yang berfungsi untuk
mengatasi gangguan pencernaan seperti diare. Obat imodium termasuk ke dalam
kelompok antimotilitas.(Kemenkes,2018).
10. Konjungtiva adalah selaput tipis yang melindungi bagian depan bola mata, yang
memperlancar pergerakan bola mata ke segala arah. (Gia Pratama,2019).
11. Danaflox : merupakan obat antibiotik yg digunakan untuk mengatasi infeksi pada
saluran pernapasan, pencernaan, kulit dan pada jaringan lunak.
12. Wiacid adalah obat untuk penyakit yg banyak kelebihan memperoduksi asam lambung
seperti penyakit maag.
13. Retikulosit adalah sel darah merah imatur.(Ari Sutjahjo,2015). Retikulosit adalah sel
darah merah imatur yang tidak berinti yang mengandung sisa-sisa RNA dan merupakan
penentuan untuk menggambarkan aktivitas sumsum tulang.(Retno Bijanti.dkk,2010).
14. Sotatic merupakan salah satu nama dagang dari obat Metoklopramid hidroklorida yang
digunakan untuk mengurangi gangguan mual dan muntah yang dirasakan juga untuk
pencegahan mual atau muntah pasca operasi, radioterapi, maupun kemoterapi.
15. Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah (yang berfungsi membawa
oksigen) Mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
tubuh.(Wiwit,2019).
16. GE itu singkatan dari penyakit Gastroenteritis. Gastroenteritis adalah kondisi dimana
terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari), juga perubahan
dalam jumlah dan konsistensi (feses cair). (Diyono dan Sri Mulyanti,2016).

B. KATA/PROBLEM KUNCI
1. Defisit Nutrisi
Karena dalam kasus itu IMT : 17,2 ( berat badan menurun), klien jg mual, muntah, dan
diare, makanan yang di konsumsi juga beruba diit.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif di tandai dengan dx :
- Klien mengatakan diare
- Klien mengeluh mual
- Klien mengeluh muntah2
- Klien mengeluh pusing
- Pemeriksaab penunjang
- Hematokrit nampak meningkat
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kehilangan volume cairan
- Ditandai dengan dx
- Pengisian kapiler lebih dari 3 detik
- Klien mengatakan kulit teraba dingin
- Klien nampak pucat
- Turgor kulit menurun
4. Problem : keletihan b/d kondisi fisiologis di tandai dengan
Data subjektif :
- pasien saat masuk rs mengeluh mual, muntah,diare,panas dingin, pusing berkunang"
lalu gelap
Data objektif:
- ku : composmentis
- konjungtiva pucat
- Imt: 17,2
- hb : 8,90 nilai normal : 14,0 (tarwoto,dkk.2009)
- Leukosit: 7200 nilai normal 5.000-10.000.
Dapat di lihat bahwa ny.V kekurangan darah sedangkan fungsi darah adalah Transport
internal Dan mempertahankan temperatur tubuh. Jika seseorang kekurangan darah maka
akan menimbulkan lelah karena hipoksia yang di sebabkan oksigen yang tersedia untuk
jaringan tubuh kurang sehingga menimbulkan kelemahan/keletihan.Menurut sdki :
keletihan adalah penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat, dan jika di liat dari buku sdki gejala untuk mayor dan minornya terpenuhi dan
kondisi klinis terkait yang salah satunya adalah anemia.

C. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Apa intervensi yang diberikan pada diagnosis keperawatan hipovolemia?
2. Apakah intervensi perawatan defisit nutrisi?
3. Apakah intervensi pada diagnosis keperawatan ini dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan diagnosa medis?
4. apakah kaitan terapi new diatab pada klien anemia +GE?
5. Apa intervensi Keletihan?
6. Bagaimana proses fisiologis yang terjadi ketika pasien dalam kasus tersebut mengalami
pusing dan berkunang-kunang selepas duduk kemudian berdiri?
7. tujuan dari pemberian terapi iin untuk mengatasi masalah apa?

D. JAWABAN PENTING
1. Jadi intervensi yang diberikan untuk diagnosis hipovolemia adalah manajemen
hipovolemia:
a. Tindakan Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelemburg
- Berikan asupan cairan oral
b. tindakan kolaborasi
- Pemberian cairan iv isotonis (Nacl, RL)
- Pemberian cairan iv hipotonis (gpukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
c. pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
d. pemberian produk darah Intervensi : defisit nutrisi. (PPNI,2018)
2. Intervensi defisit nutrisi
a. Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disuka
- iIdentifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- monitor asupan makan
- monitor berat badan
- monitor hasil pemeriksaan lab
b. Terpeautik:
- lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
- fasilitasi menentukan pedoman diet
- sajikan makanan menarik dan suhu yang sesuai
- berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- berikan makanan tinggi kalori dan protein
- berikan suplemen makanan, jika perlu
- hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
c. Edukasi :
- anjurkan posisi duduk, jika perlu
- anjurkan diet yang deprogram
d. Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan, jika perlu. (PPNI,2018)
3. Jadi LO
4. Sebenarnya keterkaitan anemia dengan pemberian terapi new diatabs dalam kasus ialah
karena dalam kasus disebutkan bahwa pasien dengan diagnosa medis anemia + GE
mengalami diare, new diatabs sendiri adalah untuk mengobati diare tersebut, sebagai
mana dalam artikel yang saya dapat "new diatabs mengandung 600 mg Attapulgit yang
bekerja dengan adsorbent, menyerap, membuang racun, bakteri, dan virus, serta
menghentikan diare tanpa menyebabkan kembung maupun sembelit" (Ni Luh Komang
Candrawati, 2019).
5. Intervensi yang dapat dilakukan ialah edukasi aktivitas/istirahat ialah mengajarkan
pengaturan aktivitas dan istirahat dengan:
a. Tindakan :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
c. Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya.
- Anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat .
- Ajakan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.
(PPNI,2018)
6. LO
7. LO

E. TUJUAN PEMBELAJARAN
PATHWAY ANEMIA

Kekurangan Kekurangan vit.B12/asam folat, Hemolisisi/


Kadar Fe ketidakadekuatan absorbsi vit.B12/ pendarahan
asam folat
GGK

Berkurangnya volume Penurunan produksi


darah, hemoglobin/ eritrosit hormon eritropoetin

Kadar Hb menurun
Penurunan sel
seri eritrosit

Penurunan O2 ke jaringan
Ansietas

Otak Paru Musculoskeletal Pencernaan Perifer Klien bertanya- tanya


tentang penyankitnya

Jaringan serebral Vasokontriksi Penurunan suplay Perubahan fungsi


Aliran darah
pembuluh darah O2/ nutrisi ke otak tubuh akibat Kurang
berkurang
Pusing lemah & diparu mekanisme pengetahua
gelisah kompensasi terhadap
Peningkatan Lemah, letih, cepat anemia
kompensasi di lelah, lesu, aktivitas
Resiko Cedera paru berkurang Turgor kulit tidak
Sianosis, pucat,akral
elastis, pucat, kapilary
dingin
Takikardi, sesak refile <3 detik
nafas, dispnea Intoleransi aktivitaas
Perubahan
perfusi jaringan
Peningkatan perifer
Penurunan
Pola nafa tidak metabolisme tubuh kemampuan absorbsi
efektif
Resiko tinggi
Mukosa bibir kering, BB Peningkatan/ penurunan terhadap
menurun,mual/ muntah, anoreksia bising usus,bentuk feses kerusakan
cair/keras integritas kulit.

Perubahan nutrisi Konstipasi/diare


kurang dari kebutuhan

F. INFORMASI TAMBAHAN
1. Apakah intervensi pada diagnosis keperawatan ini dapat berpengaruh dalam proses
penyembuhan diagnosa medis.
2. Bagaimana proses fisiologis yang terjadi ketika pasien dalam kasus tersebut mengalami
pusing dan berkunang-kunang selepas duduk kemudian berdiri?
3. tujuan dari pemberian terapi iin untuk mengatasi masalah apa?
4. Tuliskan diagnosa, intervensi dan komplikasi jika dx keperawatannya tidak ditangani.

G. KALRIFIKASI INFORMASI
1. Intervensi keperawatan sangat berpengaruh karena intervensi atau perencanaan
keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan
dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. (Dermawan, 2015).
Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orang lain. Sebagai
contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat
atau aktivitas kehidupan sehari – hari yang berhubungan dengan higiene adalah
tindakan keperawatan mandiri. Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dokter
atau profesi lainnya. Dokter seringkali dalam instruksi tertulisnya mencakup intervensi
keperawatan mandiri. Namun demikian berdasarkan undang – undang praktik
keperawatan di sebagian besar negara bagian, tindakan keperawatan yang berkaitan
dengan aktivitas kehidupan sehari – hari, penyuluhan kesehatan, promosi kesehatan, dan
konseling berada dalam domain praktik keperawatan. (Dermawan, 2015).
2. Proses fisiologis akan mengakibatkan kurangnya aliran darah ke jaringan otak, sehingga
kadar oksigen di otak menjadi kurang. Akibatnya, kepala menjadi pusing dan
pandangan kabur berkunang-kunang ketika Anda berdiri dari posisi duduk atau
berbaring. Gejala yang muncul biasanya berlangsung kurang dari beberapa menit.
“gejala ini terjadi karena adanya penurunan sementara jumlah darah yang memasok
oksigen ke otak”, kata Dr. M. A Ikram ketua epidemologi OH, di Erasmus University
Medical Center Rotterdam di Belanda,Rabu 2017.
3. Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit
membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan
yang sesuai standar untuk pasien yang menderita penyakit khusus seperti : diabetes
mellitus, jantung, ginjal, hati, hipertensi, dan lainlainnya yang bertujuan untuk
membantu penyembuhan pasien dengan pemberian nutrisi dari makanan diet khusus
selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier, 2015).
Pada masa penyembuhan pasien rawat inap sangat dipengaruhi oleh pemberian
obat dan diet yang diberikan oleh rumah sakit yang diawali dengan preskripsi obat dan
preskripsi diet Preskripsi obat sudah pasti produk yang dihasilkan adalah obat yang
sudah sesuai standar dan takarannya, sedangkan preskripsi diet masih belum pasti
karena produk yang dihasilkan berupa makanan yang memiliki kandungan zat gizi yang
berbeda dari masing-masing bahan makanan yang kemudian harus diterjemahkan oleh
ahli gizi kedalam bahan makanan penukar berupa standar Ukuran Rumah Tangga
(URT) dengan melibatkan banyak orang untuk memperoleh makanan yang sesuai
standar. Indikator keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit adalah terwujudnya
penentuan kebutuhan gizi, terselenggaranya evaluasi terhadap preskripsi diet yang
diberikan sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium dan
terwujudnya penterjemahan preskripsi diet yang sesuai standar (Depkes RI, 2015).
4. Diagnosis,intervesi dan komplikasi
a. Diagnosis
1) Diagnosa Medik : Anemia + GE
2) Diagnosis Keperawatan :
a) Devisit Nutrisi
b) Intoleransi Aktivitas
c) Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif
d) Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan Kehilangan Volume
Cairan
e) Keletihan berhubungan dengan Kondisi Fisiologis
b. Intervensi
1) Devisit Nutrisi
Intervensi : manajemen nutrisi
a) Observasi : identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- monitor asupan makan
- monitor berat badan
- monitor hasil pemeriksaan lab
b) Terpeautik
- lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
- fasilitasi menentukan pedoman diet
- sajikan makanan menarik dan suhu yang sesuai
- berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- berikan makanan tinggi kalori dan protein
- berikan suplemen makanan, jika perlu
- hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
c) Edukasi
- anjurkan posisi duduk, jika perlu
- anjurkan diet yang deprogram
d) Kolaborasi
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu. (PPNI,2018).
2) Intoleransi Aktivitas
Intervensi Utama: Manajemen energy merupakan mengidentifikasi dan
mengelolapenggunaan energy untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan proses pemulihan.
Intervensi Pendukung:
- Dukungan Ambulasi
- Dukungan kepatuhan program pengobatan
- Dukungan Meditasi
- Manajemen Aritmia
- Rehabilitasi Jantung
Tindakan Intervensi Utama:
a) Observasi
- Identifikasi gangguan dungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
c) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
d) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asipan makanan
3) Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif
Intervensi Utama : Pemantauan Cairan
Defenisi : Mengumpulkan dan menganalisis data terkait pengaturan
keseimbangan cairan
Tindakan :
a) Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi nafas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda tanda hipovolemia
- Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
b) Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
c) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
4) Perfusi Perifer Tidak Efektif
Intervensi Utama : Perawatan Sirkulasi
Mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatasan sirkulasi perifer.
Tindakan :
a) Observasi:
- Periksa sirkulasi perifer
- Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
- Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas.
b) Terapeutik:
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
- Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cedera
- Lakukan percegahan infeksi
- Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
c) Edukasi:
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga turin
- Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan obatpenyekat beta.
5) Keletihan berhubungan dengan Kondisi Fisiologis
Intervensi utama : edukasi aktivitas/istirahat
Edukasi aktivitas/istirahat ialah mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat
dengan:
a) Tindakan
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
c) Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
- anjurkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat
- Ajakan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
c. Komplikasi akibat dx tidak tertangani
1. Malnutrisi
2. Imobilitas Fisik
3. Dehidrasi
4. Nyeri, Kram otot dan terjadi penyembuhan luka yang lambat. (PPNI,2016)
H. DAFTAR PUSTAKA
Siti, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran cetakan II. Jakarta Pusat: Interna
Publishing.
Candrawati. Ni Luh Komang.2019.Analisa Gaya Bahasa Iklan Kosmetika dan Obat-obatan
Berbahasa Indonesia Pada Media Massa Cetak Bali. Vol. 20 No. 2. e-ISSN 2613-9308 p-
ISSN 1907-3232. Denpasar : Balai Bahasa Bali.
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Nurbadriyah, Wiwit Dwi.2019.Anemia Defisiensi Besi.Yogyakarta:Deepublish.
Kementrian Kesehatan RI.2020.New Diatabs.Jakarta:Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan RI.2018.Pemahaman Seputar Indeks Massa Tubuh.Jakarta:Kemenkes
RI.
Kementrian Kesehatan RI.2018. Imodium:Manfaat, Dosis, dan Efek Samping.Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemas,dkk.2014.Pola Gambaran Darah Tepi pada Penderita Leukimia di Laboratorium Klinik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.MKS, Th. 46, No. 4.Journal article,Majalah
Kedokteran Sriwijaya.
Sutjahjo,Ari.2015.Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam.Surabaya:Airlangga University Press.
Mehmet C & Michael F.2009.Staying Young:Jurus Menyiasati Kerja Gen Agar Muda
Sepanjang Hidup.Bandung:Qanita.
Pratama, Gia.2019.Perikardia.Jakarta:Mizan Pustaka.
Bijanti, Retno.dkk.2010.Buku Ajar Patologi Klinik Veteriner.Surabaya:Airlangga University
Press.
Almatsier S., 2015. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Diyono dan Sri Mulyanti.2016.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :Sistem Pencernaan
(Dilengkapi Contoh Studi Kasus dengan Aplikasi NNN (Nanda Nic
Noc).Jakarta:Kencana.
Dermawan .2015 Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2016.
PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator
Diagnostik,Edisi 1. Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai