Disusun Oleh:
Safruddin, S.Kep., Ns., M.Kep.
Rahmat Hidayat, S.Kep., Ns.,
C. JADWAL KEGIATAN
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok diskusi yang terdiri dari 10-25 orang tiap
kelompok.Kegiatan tutorial dilakukan secara daring (online) dengan
menggunakan media yang telah disepakati dengan tutor/pembimbing
masing-masing kelompok.
1. Pertemuan pertama: tutor menjelaskan tata tertib selama kegiatan tutorial,
menunjuk satu mahasiswa sebagai moderator dan satu mahasiswa sebagai
notulen. Moderator memimpin jalannya tutorial step 1-5 dan tetap dipantau
oleh tutor. dalam kelas besar dengan
2. Pertemuan kedua: melaporkan informasi baru yang diperoleh dari
pembelajaran mandiri dan melakukan klasifikasi, analisa data dan sintese dari
semua informasi.Bila ada masalah yang belum jelas atau kesalahan persepsi,
bisa diselesaikan oleh tutor pada pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh
kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang tercantum pada buku kerja.
D. STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Aktivitas pembelajaran individu menggunakan buku ajar, majalah, slide,
tape atau video dan internet
E. SUMBER INFORMASI
1. Buku ajar dan jurnal
2. Diktat dan hand-out
3. Sumber lain : internet, slide, tape
4. Narasumber (dosen pengampu)
Skenario 1 “batuk darah”
Seorang laki-laki berusi 50 tahun dirawat diruang di ruang perawatan khusus
dengan keluhan sesak disertai batuk berlendir yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
terus menerus disertai rasa demam pada malam hari dan sering berkeringat pada
malam hari, kadang batuk disetai darah, yang semakin memberat 3 hari
SMRS.keluhan yg dirasakan semakin memberat jika melakukan aktivitas. Klien
mengeluh juga susah mengeluarkan sputum yang berwarna putih kehijau-hijauan.
Klien mmiliki Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu dengan menghabiskan
minimal satu bungkus per hari.
Hasil pemerikasaan fisik ditemukan, keadaan umum lemah, komposmentis,
type pernafasan kussmaul, terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan
kanan, klien juga mengatakan mual, nafsu makan menurun dan lemas.Pasien
mengatakan susah tidur apalagi dengan posisi posisi tidur terlentang, posisi lebih
nyaman semi fowler tidur 4 – 5 jam sehari semalam karena sering terbangun pada
malam hari, Klien mengatakan semua aktifitas dilayani di tempat tidur seperti makan,
minum dan mandi, karena merasa Lelah jika melakukan aktivitas, diet yang diberikan
TKTP. frekuensi nafas: 29 x/mnt, TD= 150/70 mmHg, Nadi= 90 x/mnt, Suhu 38oC.
BB 45 Kg, TB 168 cm. Hasil pemeriksaan penunjang WBC: 18,9 H10 3/mm3, HGB:
10,2 gr/dl , Sputum BTA (+), hasil foto toraks: kesan KP Duplex. Saat ini klien
mendapatkan terapi O2: 4 lt/menit , IFVD; 200tt/menit, Ciprofloxacin2 x 500 mg,
INH, 1 x 400 mg, Ethambutol 2 x 500 mg, Rifampicin 2 x 500 mg, OBH irup, 3 x 1
sendok the, Norvas 1 x 10 mg, Provita 3 x 1.
Pasien sudah menikah dan mempunyai 2 orang putra yang masih kecil, anak
pertama masih kelas 1 SD dan yang Kedua masih berusia 2 tahun, klien bekerja
sebagai tukang sapu dijalan, sedangkan istrinya hanya ibu rumah tangga. Selama
klien menderita suatu panyakit klien merasa tidak berguna karena tidak mampu
bekerja secara maksimal, tampak menunduk jika berkomunikasi pasien jarang
berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya karena malu menderita penyakit TB yang
dianggap penyakitnya tidak akan sembuh
LEMBAR KERJA
2. KATA/PROBLEM KUNCI
Tuberculosis Paru yang ditandai dengan gejala:
a. Demam pada malam hari
b. Kadang batuk disetau darah
c. Riwayat perokok sejak 15 tahun yg lalu
d. Sputum BTA (+)
e. Hasil. Pemeriksaan foto toraks kesan KP duplex
f. Mengeluh susah mengeluarkan sputum yg berwarna putih kehijau2an
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Seperti yang diketahui bahwa penyakit TB ini menular, bagaimana ketika
pasien TB dapat menginfeksi orang yang kontak langsung dengan pasien,
jelaskan bagaimana penularan TB?
b. Penyebab utama dari penyakit TB dan apakah TB disebabkan juga karena
merokok ?
c. mengapa sesak nafas disertai batuk? Jelaskan mekanismenya??
d. Bagaimana penatalaksanaan medis TB Paru?
e. Dalam kasus pendekatan apa yang harus dilakukan perawat untuk
menimalisir atau menghilangkan harga diri rendah oleh klien di
lingkungannya?
f. Bagaimana mengeluarkan sputum? Apa yang perlu di lakukan oleh pasien
maupun perawat?
g. Saya ingin bertanya, dalam skenario terdapat sputum BTA (+), Kapan
sputum BTA tersebut dapat dikatakan positif dan seperti apa kriteria sputum
BTA positif?
h. Apa yang dimaksud dengan hasil foto toraks : kesan KP Duplex?
i. Apakah ada peran keluarga dalam perawatan pasien TB dan Jelaskan
upaya keluarga untuk pencegahan penularan anggota keluarga??
4. JAWABAN
a. Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB paru
mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis
juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang
dikeluarkan penderita TB paru. Jika penderitaTB paru sekalimengeluarkan
batuk maka akan menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan
dahak tersebut telah mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien
suspek TB paru yang mengalami gejala batuk lebih dari 48kali/malam akan
menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru,
sedangkan pasien suspek TB paru yang mengalami batuk kurang dari 12
kali/malam maka akan dapat menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan
pasien yang suspek TB paru (Kemenkes RI, 2016).
Model teori epidemiologi yang dibuat J. Gordon menyatakan bahwa
penularan penyakit infeksi dipengaruhi oleh interaksi dari tiga faktor. Faktor-
faktor tersebut antara lain : faktor pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan
(environment) (eny noviyati 2015)
b. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
olehkuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).Sebagian besar kuman TB
menyerang parutetapi juga mengenai organ tubuh lainnya. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit TB Paru antara lain kondisi sosial
ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizidan kebiasaan merokok. Meskipun
merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB Paru, namun
kebiasaan merokok dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga
memudahkan masuknya kuman penyakit seperti kuman penyakit TB.
Ditambah lagi, fenomena merokok di Indonesia masih dianggap wajar,
bahkan dianggap sebagai gaya hidup. Perilaku merokok merupakan hal yang
biasa bagi kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya kaum lelaki dewasa.
Dalam sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami
peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk
Indonesia. (Anisa Rika Hapsari dkk, 2013).
c. Jadi kejadian TB juga dipengerahi oleh faktor kebiasan merokok, karena dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah untuk terserang penyakit
terutama laki-laki yang mempunyai kebiasan rokok. (Ardhitya & liena, 2015)
d. Penalatalaksanaan Medis:
1) Obat lini pertama : isoniazid atau INH ( nydrazid), rifampisin (rifadin),
etambutol (myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan berlanjut hingga
4-7 bulan.
2) Lini kedua : campreomycin (capastat), etionamida (Trecator), sodium
para- aminosalicylate, dan sikloserin (seromisin).
3) Vitamin B (piridoksin) dengan INH
(ni ketut. KMB1. 2019)
e. Berbagai jenis terapi spesialis yang diberikan untuk pasien dengan harga diri
rendah kronis meliputi tiga kategori yaitu untuk individu, keluarga, dan
kelompok. Terapi spesialis individu yang dapat diberikan pada pasien dengan
harga diri rendah kronis adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT) atau
Terapi Kognitif Perilaku dan Logotherapy. Terapi kelompok yang dapat
diimplementasikan pada pasien dengan harga diri rendah kronis adalah
Supportive Therapy atau Terapi Supportif dan Self Help Group (SHG) atau
Kelompok Swabantu. Untuk keluarga pasien, perawat spesialis jiwa dapat
memberikan terapi spesialis Psikoedukasi keluarga dan Triangle Therapy.
(efri widiyanti, dkk. 2017)
f. Intervensi yang dapat dilakukan ialah Latihan batuk efektif yang dimana
melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk
membersihkan larin trakhea dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di
jalan napas. Cara melakukannya ialah:
1) Ajarkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik. ditahan selama
2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu selama 8
detik.
2) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
3) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ketiga
(PPNI.2018).
g. Kriteria sputum BTA positif adalah bilang sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman pada BTA pada suatu kesediaan. Dengan kata lain diperlukan
5.000 kuman dalam 1ml sputum. (Buku ilmu penyakit dalam kedokteran,
2015)
h. Yg dimaksud Hasil foto toraks kesan KP Duplex adalah terdapat infeksi
dikedua paru (tb) yg sedang aktif dan dapat menular. (Siti, dkk. 2015)
i. Menurut Friedman perilaku perawatan Tb Paru berhubungan dengan keluarga
terhadap penderita Tb Paru, dimana peran keluarga dapat menjadi faktor yang
sangat berpengaruh dalam menentukan progam Perawatan, karena keluarga
berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita Tb Paru.
Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga
diharapkan mempunyai pengetahuan dan sikap tentang penyakit Tb Paru agar
tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada penderita Tb Paru, dalam
hal pencegahan penatalaksanaan yang benar dan cepat pada penderita Tb
Paru. Adapun beberapa upaya yang dilakukan keluarga untuk pencegahan TB
parusebagai berikut;
1) Menjauhkan anggota keluarga lain dari penderita TB Paru saat batuk
2) Menghindari penularan melalui dahak pasien penderita TB Paru,
3) Membuka Jendela rumah untuk pencegahan penularan TB Paru dalam
keluarga
4) Menjemur kasur pasien TB Paru untuk pencegahan penularan TB Paru
dalam keluarga
( Nur, rohma & azar, 2015)
5. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a. Mengapa sesak nafas disertai batuk? Jelaskan mekanismenya??
Jawaban :
Bakteri kemudian menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, di mana pada
daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Pada saat kuman
tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru,
terjadilah infeksi yang mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini
disebut kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Setelah terjadi
peradangan pada paru, mengakibatkan terjadinya penurunan jaringan
efektif paru, peningkatan jumlah secret, dan menurunnya suplai oksigen.
Batuk Terjadi karena iritasi pada bronkus, Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar Keterlibatan bronkus pada tiap
penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.(Rohman.2019)
6. INFORMASI TAMBAHAN
-Membuat askep kasus
7. KLARIFIKASI INFORMASI
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas diri :
- Nama : Tn.X
- Umur : 50 tahun
- Status perkawaninan : menikah
- Diagnosa medis : tuberculosis paru
2. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan utama : sesak disertai batuk berlendir yang dirasakan sejak 1
bulan yang
b. Riwayat kesehatan sekarang:
- Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengeluh sesak disertai batuk
berlendir dan mengeluarkan sputum yang berwarna putih kehijau-hijauan.
kadang batuk disetai darah hal ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus
menerus disertai rasa demam pada malam hari
- Riwayat kesehatan pasien : Klien mengeluh juga susah mengeluarkan
sputum yang berwarna putih kehijau-hijauan
c. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien memiliki Riwayat merokok sejak
15 tahun yang lalu dengan menghabiskan minimal satu bungkus per
hari.
B. Klarifikasi data :
Data subjektif Data objektif
-Pasien memiliki Riwayat merokok -Ku = lemah
sejak 15 tahun yang lalu dengan -Komposmentis
menghabiskan minimal satu bungkus -type pernafasan kussmaul
per hari. -terdengar ronchi pada apeks paru
-Pasien mengeluh sesak disertai kiri/kanan, sonor kiri dan kanan
batuk berlendir kadang batuk disetai -tanda- tanda vital :
darah hal ini dirasakan sejak 1 bulan TD= 150/70 mmHg
yang lalu terus menerus disertai rasa Nadi= 90 x/mnt
demam pada malam hari Suhu 38oC
-Klien mengeluh juga susah frekuensi nafas: 29 x/mnt
mengeluarkan sputum yang -IMT = 16,0 (BB 45 Kg, TB 168 cm)
berwarna putih kehijau-hijauan. -Hasil pemeriksaan penunjang
-Pasien mengeluh semakin WBC: 18,9 H103/mm3,
memberat jika melakukan aktivitas. HGB: 10,2 gr/dl
-Klien mengatakan semua aktifitas Sputum BTA (+)
dilayani di tempat tidur seperti -Hasil foto toraks: kesan KP Duplex
makan, minum dan mandi, karena
merasa Lelah jika melakukan
aktivitas
-Pasien juga mengatakan mual, nafsu
makan menurun dan lemas.
-Pasien mengatakan susah tidur
apalagi dengan posisi posisi tidur
terlentang, posisi lebih nyaman semi
fowler tidur 4 – 5 jam sehari
C. Analisis keperawatan
No Data Etiologi Problem
1 Data subjektif ; sekresi yang Bersihkan jalan
-Pasien memiliki Riwayat tertahan napas tidak
merokok sejak 15 tahun yang efektif
lalu dengan menghabiskan
minimal satu bungkus per
hari.
-Pasien mengeluh sesak
disertai batuk berlendir
kadang batuk disetai darah hal
ini dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu terus menerus
disertai rasa demam pada
malam hari
-Klien mengeluh juga susah
mengeluarkan sputum yang
berwarna putih kehijau-
hijauan.
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-type pernafasan kussmaul
-terdengar ronchi pada apeks
paru kiri/kanan, sonor kiri dan
kanan
-tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
-Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
-Hasil foto toraks: kesan KP
Duplex
2 Data subjektif : hambatan upaya Pola napas tidak
-Pasien memiliki Riwayat napas efektif
merokok sejak 15 tahun yang
lalu dengan menghabiskan
minimal satu bungkus per
hari.
-Pasien mengeluh sesak
disertai batuk berlendir
kadang batuk disetai darah hal
ini dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu terus menerus
disertai rasa demam pada
malam hari
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-type pernafasan kussmaul
-terdengar ronchi pada apeks
paru kiri/kanan, sonor kiri dan
kanan
-tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
-Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
-Hasil foto toraks: kesan KP
Duplex
- terpasang O2 : 4 lt/menit
3 Data subjektif : gejala penyakit Gangguan rasa
-Pasien memiliki Riwayat nyeman
merokok sejak 15 tahun yang
lalu dengan menghabiskan
minimal satu bungkus per
hari.
-Pasien mengeluh sesak
disertai batuk berlendir
kadang batuk disetai darah hal
ini dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu terus menerus
disertai rasa demam pada
malam hari
-Klien mengeluh juga susah
mengeluarkan sputum yang
berwarna putih kehijau-
hijauan.
-Pasien mengeluh semakin
memberat jika melakukan
aktivitas.
-Klien mengatakan semua
aktifitas dilayani di tempat
tidur seperti makan, minum
dan mandi, karena merasa
Lelah jika melakukan aktivitas
-Pasien juga mengatakan
mual, nafsu makan menurun
dan lemas.
-Pasien mengatakan susah
tidur apalagi dengan posisi
posisi tidur terlentang, posisi
lebih nyaman semi fowler
tidur 4 – 5 jam sehari
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-type pernafasan kussmaul
-terdengar ronchi pada apeks
paru kiri/kanan, sonor kiri dan
kanan
-tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
-Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
-Hasil foto toraks: kesan KP
Duplex
4 Data subjektif : ketidakmampuan Defisit nutrisi
-Pasien mengatakan mual, mencerna makanan
nafsu makan menurun dan
lemas.
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
-IMT = 16,0 (BB 45 Kg, TB
168 cm)
5 Data subjektif : ketidakseimbangan Intoleransi
-Pasien mengeluh sesak antara suplai dan aktivitas
disertai batuk berlendir kebutuhan oksigen
kadang batuk disetai darah hal
ini dirasakan sejak 1 bulan
yang lalu terus menerus
disertai rasa demam pada
malam hari
-Pasien mengeluh semakin
memberat jika melakukan
aktivitas.
-Klien mengatakan semua
aktifitas dilayani di tempat
tidur seperti makan, minum
dan mandi, karena merasa
Lelah jika melakukan aktivitas
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-type pernafasan kussmaul
-terdengar ronchi pada apeks
paru kiri/kanan, sonor kiri dan
kanan
-tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
-Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
-Hasil foto toraks: kesan KP
Duplex
6 Data subjektif : - proses penyakit hipertermia
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
7 Data subjektif : perubahan pada Harga diri rendah
-Pasien merasa tidak berguna citra tubuh situasional
-Pasien menggangap bahwa
penyakit TB adalah penyakit
yang tidak akan sembuh
Data objektif :
-Ku = lemah
-Komposmentis
-Hasil foto toraks: kesan KP
Duplex
-Pasien tampak menunduk
jika berkomunikasi
-jarang berinterkasi dengan
lingkungan sekitarnya
D. Diagnosis keperawatan :
- Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan
- Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
- Hipertermia b/d proses penyakit
- Gangguan rasa nyeman b/d gejala penyakit
- Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan
- Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
- Harga diri rendah situasional b/d perubahan pada citra tubuh
E. Rencana keperawatan :
1. Bersihan jalan napas
a. Diagnosis keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi
yang tertahan di tandai dengan
Data subjektif ;
- Pasien memiliki Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu
dengan menghabiskan minimal satu bungkus per hari.
- Pasien mengeluh sesak disertai batuk berlendir kadang batuk
disetai darah hal ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus
menerus disertai rasa demam pada malam hari
- Klien mengeluh juga susah mengeluarkan sputum yang berwarna
putih kehijau-hijauan.
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- Type pernafasan kussmaul
- Terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan
kanan
- Tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
- Nadi= 90 x/mnt
- Suhu 38oC
- frekuensi nafas: 29 x/mnt
- Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
- Hasil foto toraks: kesan KP Duplex
b. Luaran keperawatan :
Luaran utama : bersihan jalan napas
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka besihan jalan
napas meningkat dengan kriteria hasil:
2. Pola napas
a. Diagnosis keperawatan : pola napas b/d hambatan upaya napas di
tandai dengan :
Data subjektif :
- Pasien memiliki Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu
dengan menghabiskan minimal satu bungkus per hari.
- Pasien mengeluh sesak disertai batuk berlendir kadang batuk
disetai darah hal ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus
menerus disertai rasa demam pada malam hari
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- type pernafasan kussmaul
- terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan kanan
- tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
- Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
- Hasil foto toraks: kesan KP Duplex
- terpasang O2 : 4 lt/menit
b. Luaran keperawatan :
Luaran utama: pola napas
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka pola napas
membaik dengan kriteria hasil:
- Dispnea = menurun
- Penggunaaan otot bantu napas= membaik
- Pernapasan cuping hidung=membaik
- Frekuensi napas = membaik
- Kedalaman napas= membaik
c. Intervensi keperawatan :
Intervensi utama : manajemen jalan napas
Observasi
- Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan isolasi
- Lakukam skrining pasien isolasi dengan criteria(mis batuk >2
minggu,suhu >37,riwayat perjalanan dari daerah endemik)
Terapeutik
- tempatkan satu pasien satu kamar
- Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
- Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di
kamar pasien
- Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah di
gunakan
- Lakukan kebersihan yaangan pada 5 moment
- Pasang alat proteksi diri sesuai SPO(missal sarung
tangan,masker,apron)
- Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan pasien
- Pakaikan pakaian sendiri dan dicuci pada suhu 600c
- Masukan bahan-bahan linen yang terkena cairan tubuh ke dalam
trolly infeksius
- Minimalkan kontak dengan pasien, sesuai kebutuhan
- Bersihkan kamar dan lingkungan sekitar setiap hari dengan
desinfektan
- Batasi transpotasi pasien seperlunya
- Pakaikan masker selama proses transportasi pasien
- Batasi pengunjung
- Pastikan kamar pasien selalu dalam kondisi bertekanan negative
- Hindari pengunjung berusia di bawah 12 tahun
Edukasi
- Ajarkan kebersihan tangan kepada keluarga dan pengunjung
- Anjurkan keluarga/pengunjung melapor sebelum ke kamar pasien
- Anjurkan keluarga/pengunjung melakukan kebersihan tangan
sebelum masuk dan sesudah meninggalkan kamar
3. hipertermia
a. diagnosis keperawatan : Hipertermia b/d proses penyakit di tandai
dengan :
Data subjektif : -
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
b. Luaran keperawatan :
Luaran utama : termoregulasi
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka termoregulasi
membaik dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh = membaik
- Suhu kulit= membaik
c. Intervensi keperawatan :
Intervensi utama : manajemen hipertermia
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakauan
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis(keringat berlebihan
- Lakukan pendinginan eksternal(missal, selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
4. gangguan rasa nyaman
a. diagnosis keperawatan : Gangguan rasa nyeman b/d gejala penyakit di
tandai dengan :
Data subjektif :
- Pasien memiliki Riwayat merokok sejak 15 tahun yang lalu
dengan menghabiskan minimal satu bungkus per hari.
- Pasien mengeluh sesak disertai batuk berlendir kadang batuk
disetai darah hal ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus
menerus disertai rasa demam pada malam hari
- Klien mengeluh juga susah mengeluarkan sputum yang berwarna
putih kehijau-hijauan.
- Pasien mengeluh semakin memberat jika melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan semua aktifitas dilayani di tempat tidur seperti
makan, minum dan mandi, karena merasa Lelah jika melakukan
aktivitas
- Pasien juga mengatakan mual, nafsu makan menurun dan lemas.
- Pasien mengatakan susah tidur apalagi dengan posisi posisi tidur
terlentang, posisi lebih nyaman semi fowler tidur 4 – 5 jam
sehari
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- type pernafasan kussmaul
- terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan kanan
- tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
Frekuensi nafas: 29 x/mnt
- Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
- Hasil foto toraks: kesan KP Duplex
b. Luaran keperawatan :status kenyamanan
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka status
kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil:
- Kesejahteraan fisik = meningkat
- Kesejahteraan psikologis = meningkat
- Gelisah = menurun
- Keluhan sulit tidur = menurun
- Mual = menurun
- Pola hidup = membaik
- Pola tidur = membaik
c. Intervensi keperawatan :
Intervensi utama : pengaturan posisi
Observasi
- Memonitor status oksigen sebelum dan sesudah mengubah posisi
- Memonitor alat traksi agar selalu tepat
Terapeutik
- Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat
- Tempatkan pada posisi terapeutik
- Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
- Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
- Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
- Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis. Semi-Fowler)
- Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif
Edukasi
- Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
- Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan perubahan posisi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah posisi, jika perlu.
5. Defisit nutrisi :
a. Diagnosis keperawatan : Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna
makanan di tandai dengan :
Data subjektif :
- Pasien mengatakan mual, nafsu makan menurun dan lemas.
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
- IMT = 16,0 (BB 45 Kg, TB 168 cm)
b. Luaran keperawatan :
Luaran utama : status nutrisi
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil:
- Porsi makanan yang di habiskan = meningkat
- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat = meningkat
- Makanan/ minuman dengan tujuan kesehatan= meningkat
- Berat badan=membaik
- Imt = membaik
- Frekuensi makan= membaik
- Nafsu makan= membaik
c. Intervensi keperawatan :
Intervensi utama : manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang di sukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan labolatorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Ajarkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
- Kolaborasi dengaan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang di butuhkan
6. Intoleransi aktivitas
a. Diagnosis keperawatan : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen di tandai dengan :
Data subjektif :
- Pasien mengeluh sesak disertai batuk berlendir kadang batuk
disetai darah hal ini dirasakan sejak 1 bulan yang lalu terus
menerus disertai rasa demam pada malam hari
- Pasien mengeluh semakin memberat jika melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan semua aktifitas dilayani di tempat tidur seperti
makan, minum dan mandi, karena merasa Lelah jika melakukan
aktivitas
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- type pernafasan kussmaul
-terdengar ronchi pada apeks paru kiri/kanan, sonor kiri dan kanan
- tanda- tanda vital :
TD= 150/70 mmHg
Nadi= 90 x/mnt
Suhu 38oC
frekuensi nafas: 29 x/mnt
- Hasil pemeriksaan penunjang
WBC: 18,9 H103/mm3,
HGB: 10,2 gr/dl
Sputum BTA (+)
- Hasil foto toraks: kesan KP Duplex
b. Luaran keperawatan :
Luaran utama : toleransi aktivitas
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka toleransi aktivitas
meningkat dengan criteria hasil :
- Frekuensi nadi=membaik
- Saturasi oksigen=meningkat
- Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari = meningkat
- Kekuatan tubuh bagian atas=meningkat
- Kekuatan tubuh bagian bawah= meningkat
- Keluhan lelah=menurun
- Dispnea saat beraktivitas= menurun
- Dispnea setelah aktivitas = menurun
- Perasaan lemah= menurun
- Frekuensi napas= membaik
- Tekanan darah= membaik
c. Intervensi keperawatan : manajemen energi
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dana rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelalahan
tidak berkurang
- Anjarkan strategis koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
7. Harga diri rendah situasional
a. Diagnosis keperawatan : Harga diri rendah situasional b/d perubahan
pada citra tubuh di tandai dengan :
Data subjektif :
- Pasien merasa tidak berguna
- Pasien menggangap bahwa penyakit TB adalah penyakit yang
tidak akan sembuh
Data objektif :
- Ku = lemah
- Komposmentis
- Hasil foto toraks: kesan KP Duplex
- Pasien tampak menunduk jika berkomunikasi
- jarang berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya
b. Luaran keperawatan :
Luaran utama :harga diri
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 maka harga diri
meningkat dengan criteria hasil :
- Penilai diri positif = meningkat
- Penerimaan penilaian positif terhadap dri sendiri= meningkat
- Berjalan menampakan wajag= meningkat
- Kontak mata= meningkat
- Gairah aktivitas= meningkat
- Percaya diri berbicara = meningkat
- Perasaan malu= menurun
- Perasaan bersalah= menurun
- Meremehkan kemampuan mengatasi masalah= menurun
c. Intervensi keperawatan :
Intervensi utama : promosi harga diri
Observasi
- Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap
harga diri
- Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu
Terapeutik
- Motivasi terlibat dalam verbilisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
- Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
- Diskusikan persepsi negatif diri
- Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan
batasan yang jelas
- Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkngan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri pasien
- Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
- Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Latih peningkatan tanggungjawab untuk diri sendiri
- Latih pernyataan/kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan berperilaku positif
- Latih peningkatan kepercayaan pada kemampuan dalam
menangani situasi.
8. DAFTAR PUSTAKA
- Sumber: PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesa, Defenisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi1. Jakarta: DPP PPNI
- Lailatul nur, Rohmah,Wicaksana Yoga azar. (2015).UPAYA KELUARGA
UNTUK MENCEGAH PENULARAN DALAM PERAWATAN ANGGOTA
KELUARGA DENGAN TB PARU.JURNAL KEPERAWATAN, P-ISSN
2086 3071 E-ISSN 2443-0900 .Volume 6, Nomor 2
- Noviyati, Eny, Hertian Ilham Hutama, Emmy Riyanti, Aditya Kusumawati
(2015) Gambaran Perilaku Penderita TB Paru Dalam Pencegahan Penularan
TB Paru di Kabupaten Klaten. Web
- Siti, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Cetakan II.
Jakarta pusat: Interna Publishing
- Ketut dkk. (Hubungan Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronis. JPPNI Vol. 03/no.03/Desember 2018-Maret 2019
- Kemenkes RI. (2016). Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak
.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
- Roman (2019) PENERAPAN TERAPI BATUK EFEKTIF DALAM
ASUHAN KEPERAWATAN TN.I DENGAN TB PARU DI RUANGAN
RAWAT INAP PARU RSUD. DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
Skenario 2“Batuk berkepanjangan”
Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan
keluhan sesak napas dan batuk yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu, namun
bertambah berat dua hari sebelum masuk rumah sakit. Klien memiliki riwayat batuk
sejak 2 tahun yang lalu yang tertama pada pagi hari. Pasien memiliki riwayat
merokok sejak 20 tahun dengan menghabiskan minimal 1 bungkus/hari.
Hasil pemeriksaan paru ditemukan keadaan umum pasien lemah,
composmentis, bentuk dada barel chest, suara napas wheezing, dari hasil perkusi
ditemukan adanya hepersonor pada kedua lapang paru, vocal fremitus menurun pada
kedua paru. Saat klien mengatakan nafsu makan menurun, porsi makan dihabiskan
hanya ½ porsi, TD : 120/80mmhg, Frekuensi Nadi 98x/m, frekuensi Napas : 31x/mt,
S: 38’C , tampak retraksi dada, Pemeriksaan penunjang ditemukan leukosit : 18.5
106/ mm3. Hasil AGD : PH : 7.30, PCO2 : 48.mmH, PaO2: 85 mmH, HCO3: 23.3,
Sa02 93%, Pemeriksaan foto Thorax didapatkan kesan hiperinflasi., Spirometri:
FEV1 % = 45%, FEV1/FVC%=60% , , BB: 59 kg, TB:167cm.
Pasien bekerja sebagi supir angkutan umum memiliki 3 orang anak yang
masih sekolah dan istri sebagai ibu rumah tangga sejak mengalamisesak dan batuk,
pasien jarang berinteraksi dengan tetangga dan tidak lagi terlibat kegiatan di
lingkungan rumahnya, tidak pernah lagi ke masjid karena malu dengan kondisi selalu
batuk dan sesak
LEMBAR KERJA
2. KATA/PROBLEM KUNCI :
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
Sesak Nafas dan batuk yang dialami sejak 4 bulan yang lalu
Pasien Riwayat perokok sejak 20 tahun yang lalu dengan minimal 1
bungkus/hari
Bentuk dada barel chest
suara napas wheezing
vocal fremitus menurun pada kedua paru
Hiperinflasi pada pemeriksaan foto thorax
PH: 7,3
3. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Diagnosis keperawatan apa yang bisa muncul untuk mengatasi sesak nafas
dan batuk pada kasus dan sertakan alasannya?
b. Penyebab seseorang mengalami batuk berkepanjangan, apakah kondisi
tersebut berbahaya dan apa yg harus dilakukan ?
c. Edukasi apa yg efektif d lakukan oleh perawat agar pasien tdk merasa malu
terhadap penyakitnya agar dia bisa berinteraksi dgn lingkungan sekitarnya?
d. Jelaskan apa hubungan rokok dengan gejala, dan apa saja kandungan dalam
rokok ?
e. Pada kasus tersebut klien nampaknya mengisolasi diri (paragraf terakhir), nah
apa yg harus d lakukan oleh perawat agar si klien tdk mengisolasi diri yg d
mana it dapat mempengaruhi kesehatan jiwanya jg
f. apa yang menyebabkan sehingga terdengarnya suara napas wheezing ?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada ppok ?
4. JAWABAN
a. Belum di jawab
b. Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan berbahaya kimia, empat ratus
di anyarany bisa berefek racun sedangkan 40 diantaranya mengakibtkan
penyakit salah satunya kangker dan memperlemah paru-paru, akan tetapi
dalam tubuh manusia terdapat sistem imun.. Membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk merasakan gejala karena adanya kekuatan melawannya sistem
imun dalam tubuh.. Ketika sistem imun itu menurun atau sudah tidak bisa lagi
menahan tubuh maka akan di rasakan oleh si perokok tersebut. Mengapa pula
terjadi batuk berdarah?
(Rohman.2018.)
c. Hal yang dapat dilakukan perawat ialah Promosi harga diri yang dimana
meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadao diri sendiri atau
kemampuan diri, dengan cara:
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
- Diskusikan kepeercayaan terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
- Berikan umpan balik positif atau peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri.
( PPNI.2018)
Jawaban :
Untuk mengatasi masalah sesak napas dan batuk saya mengangkat diagonisis
gangguan pertukaran gas karena terdapat banyak masalah di lihat dari data do dan
ds, yang salah satunya adalah terdapat pemeriksaan bentuk dada barel chest. Barrel
chest merupakan penurunan perbandingan diameter anteroposterior dan transversal
pada rongga dada akibat usaha memperbesar volume paru. Bila telah terjadi gagal
jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai. Dan juga
terdapat suara napas wheezing. Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi
nyaring yang terdengar di akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran
respiratorik distal. Untuk mengatasi masalah batuk dan sesak napas dapat di ambil
intervensi utama dari diagnosis gangguan pertukaran gas yaitu pemantauan
respirasi(sdki & siki)
6. INFORMASI TAMBAHAN
a. jelaskan Interpretasi AGD pada kasus
b. jelaskan hasil spirometri
c. jelaskan kesan foto thoraks
d. Membuat askep
7. KLARIFIKASI INFORMASI
a. Interpretasi AGD : Analisa gas darah umumnya dilakukan untuk :
1) Memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah
mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.
2) Memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala yang
disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen, karbon dioksida atau
keseimbangan pH dalam darah,
3) Pada pasien penurunan kesadaran, gagal nafas, gangguan metabolik
berat.
4) Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat
bantu napas untuk memonitor efektivitasnya.
Analisa Gas Darah (AGD) adalah tes laboratorium darah yang diambil
melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur kadar oksigen, karbon
dioksida dan tingkat asam basa (pH) dalam darah.
Sampel darah dianalisa oleh alat analisa gas darah yang ada di
laboratorium. Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari
waktu pengambilan untuk memastikan hasil tes yang akurat.
Analisa gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, PH, HCO3, dan
saturasi O2. Jika pH darah bersifat basa, kadar HCO3 harus
dipertimbangkan karena ginjal mengatur kadar ion bikarbonat.Sedangkan
Jika pH darah bersifat basa, maka PaCO2 atau biasa disebut sebagai
tekanan parsial karbondioksia dalam darah arteri harus dinilai karena
paru-paru mengatur sebagian besar asam darah tubuh. Berdasarkan unsur
pengukuran ada dua jenis hasil analisa gas darah, yaitu normal dan
abnormal:
a) Hasil normal. Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika:
pH darah arteri: 7,38-7,42.
Tingkat penyerapan oksigen (SaO2) : 94-100%.
Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 75-100 mmHg.
Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) : 38-42 mmHg.
Bikarbonat (HCO3) : 22-28 mEq/L.
b) Hasil abnormal dapat menjadi indikator dari kondisi medis tertentu.
Berikut ini beberapa kondisi medis yang mungkin terdeteksi melalui
analisa gas darah.
pH darah Bikarbonat PaCO2 Kondisi Penyebab
Umum
- <7,4 Rendah Rendah Asidosis metabolic :Gagal ginjal,
syok, ketoasidosis diabetik.
- >7,4 Tinggi Tinggi Alkalosis metabolic :Muntah yang
bersifat kronis, hipokalemia.
- <7,4 Tinggi Tinggi Asidosis respiratorik :Penyakit
paru,termasuk pneumonia atau penyakit paru obstruktif kronis
(COPD).
- >7,4 Rendah Rendah Alkalosis respiratorik:
Saat nyeri atau cemas.
b. Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur
volume dan kapasitas paru-paru. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
kapasitas vital, kapasitas vital paksa, volume ekspirasi paksa dalam satu detik
dan aliran pernafasan maksimal
FEV1: untuk mengetahui besarnya udara di hembus dalam satu detik
FVC : untuk mengetahui besarnya udara dalam tarikan napas satu detik
FEF : mengukur seberapa cepat seseorang dalam menghembuskan napas
c. Rontgen thorax merupakan metode pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan area dada (paru dan organ sekitarnya) dengan
lebih akurat. Cara kerjanya yakni melalui radiografi dada menggunakan
radiasi pengion dalam bentuk sinar-X untuk menghasilkan gambar bagian
dalam dada.
Hiperventilasi adalah artinya terdapat banyak udara yang terperangkap
dalam paru-paru dan sulit untuk dikeluarkan. Inilah mengapa kemungkinan
diarahkan ke penyakit infeksi, maka pemerinksaan lainnya dapat dilakukan
pemeriksaan darah atau tes rontgen dada untuk mamastikannya. Tes gas
darah arteri dilakukan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida
untuk mengetahui apakah hiperventilasi telah menyebabkan penurunan
karbon dioksida dalam darah.
d. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas diri :
- Nama : Tn.X
- Umur : 50 tahun
- Status perkawaninan : menikah
- Diagnosa medis : PPOK
2. Riwayat kesehatan:
- Keluhan utama : keluhan sesak napas dan batuk
- Riwayat kesehatan sekarang:
Alasan masuk rumah sakit :
Pasien meluhan sesak napas dan batuk yang dialami sejak sejak
4 bulan yang lalu, namun bertambah berat dua hari sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat kesehatan pasien :
Klien mengeluh juga susah mengeluarkan sputum yang
berwarna putih kehijau-hijauan
- Riwayat kesehatan dahulu :
Pasien memiliki riwayat batuk sejak 2 tahun yang lalu yang
tertama pada pagi hari.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun dengan
menghabiskan minimal 1 bungkus/hari
B. Klarifikasi data
Data subjektif Data objektif
-Pasien mengeluh sesak napas dan -Diagnosa medis: PPOK
batuk yang dialami sejak sejak 4 bulan -keadaan umum: lemah
yang lalu, namun bertambah berat -composmentis
dua hari sebelum masuk rumah sakit. -suara napas wheezing
-Pasien mengatakan memiliki riwayat -tanda-tanda vital
batuk sejak 2 tahun yang lalu yang TD : 120/80mmhg
tertama pada pagi hari. N : 98x/m
-Pasien mengatakan memiliki riwayat R : 31x/mt
merokok sejak 20 tahun dengan S: 38’C
menghabiskan minimal 1 -Pemeriksaan penunjang ditemukan
bungkus/hari. leukosit : 18.5 106/ mm3.
-pasien mengatakan jarang berinteraksi -Hasil AGD :
dengan tetangga dan tidak lagi terlibat PH : 7.30
kegiatan di lingkungan rumahnya, PCO2 : 48.mmH
tidak pernah lagi ke masjid karena PaO2: 85 mmH
malu dengan kondisi selalu batuk dan HCO3: 23.3
sesak Sa02 93%
-Saat klien mengatakan nafsu makan -tampak retraksi dada
menurun, porsi makan dihabiskan -hasil perkusi ditemukan adanya
hanya ½ porsi hepersonor pada kedua lapang paru,
vocal fremitus menurun pada kedua
paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
Spirometri:
FEV1 % = 45%
FEV1/FVC%=60%
-IMT = 21,1; BB: 59 kg, TB:167cm.
C. Analisis data
Nama : Tn.X Diagnosa medis : PPOK
Umur : 50 tahun
No Data Etiologi Problem
1 Data subjektif : Perubahan Gangguan
-Pasien mengeluh sesak napas dan batuk membrane alveolus- pertukaran gas
yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu, kapiler
namun bertambah berat dua hari sebelum
masuk rumah sakit.
-Pasien mengatakan memiliki riwayat
batuk sejak 2 tahun yang lalu yang tertama
pada pagi hari.
-Pasien mengatakan memiliki riwayat
merokok sejak 20 tahun dengan
menghabiskan minimal 1 bungkus/hari.
Data objektif :
-Diagnosa medis : PPOK
-keadaan umum: lemah
-composmentis
-suara napas wheezing
-tanda-tanda vital
TD : 120/80mmhg
N : 98x/m
R : 31x/mt
S: 38’C
-Pemeriksaan penunjang ditemukan
leukosit : 18.5 106/ mm3.
-Hasil AGD :
PH : 7.30
PCO2 : 48.mmH
Sa02 93%
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan adanya
hepersonor pada kedua lapang paru, vocal
fremitus menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
Spirometri:
FEV1 % = 45%
FEV1/FVC%=60%
2 Data subjektif : Hambatan upaya Pola napas tidak
-Pasien mengeluh sesak napas dan batuk napas efektif
yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu,
namun bertambah berat dua hari sebelum
masuk rumah sakit.
-Pasien mengatakan memiliki riwayat
batuk sejak 2 tahun yang lalu yang tertama
pada pagi hari.
-Pasien mengatakan memiliki riwayat
merokok sejak 20 tahun dengan
menghabiskan minimal 1 bungkus/hari.
Data objektif :
Diagnose medis : PPOK
-keadaan umum: lemah
-composmentis
-suara napas wheezing
-tanda-tanda vital
TD : 120/80mmhg
N : 98x/m
R : 31x/mt
S: 38’C
-Pemeriksaan penunjang ditemukan
leukosit : 18.5 106/ mm3.
-Hasil AGD :
PH : 7.30z
PCO2 : 48.mmH
Sa02 93%
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan adanya
hepersonor pada kedua lapang paru, vocal
fremitus menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
Spirometri:
FEV1 % = 45%
FEV1/FVC%=60%
3. Data subjektif : Ketidakseimbangan Intoleransi
-Pasien mengeluh sesak napas dan batuk antara suplai dan aktivitas
yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu, kebutuhan oksigen
namun bertambah berat dua hari sebelum
masuk rumah sakit.
-Pasien mengatakan memiliki riwayat
batuk sejak 2 tahun yang lalu yang tertama
pada pagi hari.
-Pasien mengatakan memiliki riwayat
merokok sejak 20 tahun dengan
menghabiskan minimal 1 bungkus/hari.
Data objektif :
Diagnose medis : PPOK
-keadaan umum: lemah
-composmentis
-suara napas wheezing
-tanda-tanda vital
TD : 120/80mmhg
N : 98x/m
R : 31x/mt
S: 38’C
-Pemeriksaan penunjang ditemukan
leukosit : 18.5 106/ mm3.
-Hasil AGD :
PH : 7.30z
PCO2 : 48.mmH
Sa02 93%
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan adanya
hepersonor pada kedua lapang paru, vocal
fremitus menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
Spirometri:
FEV1 % = 45%
FEV1/FVC%=60%
4 Data subjektif : - Proses penyakit Hipertermia
Data objektif :
-Nadi 98x/m
-R : 31x/mt
-S: 38’C
5 -Pasien mengeluh sesak napas dan batuk Gejala penyakit Gangguan rasa
yang dialami sejak sejak 4 bulan yang lalu, nyeman
namun bertambah berat dua hari sebelum
masuk rumah sakit.
-pasien mengatakan jarang berinteraksi
dengan tetangga dan tidak lagi terlibat
kegiatan di lingkungan rumahnya, tidak
pernah lagi ke masjid karena malu dengan
kondisi selalu batuk dan sesak
-Saat klien mengatakan nafsu makan
menurun, porsi makan dihabiskan hanya ½
porsi
Data Objektif :
Diagnosa medis: PPOK
-keadaan umum: lemah
-composmentis
-suara napas wheezing
-tanda-tanda vital
TD : 120/80mmhg
N : 98x/m
R : 31x/mt
S: 38’C
-Pemeriksaan penunjang ditemukan
leukosit : 18.5 106/ mm3.
-Hasil AGD :
PH : 7.30
PCO2 : 48.mmH
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan adanya
hepersonor pada kedua lapang paru, vocal
fremitus menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
FEV1 % = 45%
6 Data subjektif : Perubahan peran Harga diri rendah
-pasien mengatakan jarang berinteraksi sosial situasional
dengan tetangga dan tidak lagi terlibat
kegiatan di lingkungan rumahnya, tidak
pernah lagi ke masjid karena malu dengan
kondisi selalu batuk dan sesak
Data objektif :
-Diagnosa medis : PPOK
- keadaan umum: lemah
-Komposmentis
-bentuk dada barel chest
- kesan foto Thorax : hiperinflasi
- Spirometri:
FEV1 % = 45%
FEV1/FVC%=60%
D. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d Perubahan membrane alveolus-kapiler
2. Pola napas tidak efektif b/d Hambatan upaya napas
3. Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Hipertermia b/d proses penyakit
5. Gangguan rasa nyeman b/d gejala penyakit
6. Harga diri rendah situasional b/d Perubahan peran social
E. Rencana keperawatan
N Diagnosis keperawatan Luaran Intervensi keperawatan
O keperawatan
1 Diagnosis keperawatan : Setelah dilakukan Luaran utama : pemantauan respirasi
Gangguan pertukaran gas b/d intervensi selama Observasi :
Perubahan membrane alveolus- 3x24 maka -Monitor frekuensi,irama,kedalaman,
kapiler di tandai dengan : pertukaran gas dan upaya napas
Data subjektif : meningkat dengan -Monitor pola napas
-Pasien mengeluh sesak napas kriteria hasil : -Monitor kemampuan batuk efektif
dan batuk yang dialami sejak - -Monitor adanya produksi sputum
sejak 4 bulan yang lalu, namun dispnea=menurun -Monitor adanya sumbatan jalan napas
bertambah berat dua hari -Bunyi napas -Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
sebelum masuk rumah sakit. tambatahan=men -Auskultasi bunyi napas
-Pasien mengatakan memiliki urun -Monitor saturasi oksigen
riwayat batuk sejak 2 tahun -Napas cuping -Monitor nilai AGD
yang lalu yang tertama pada hidung=menurun -Monitor hasil X-Ray thoraks
pagi hari. -Pco2=membaik Terapeutik :
-Pasien mengatakan memiliki -Po2= membaik -Atur interval pemantauan respirasi
riwayat merokok sejak 20 - sesuai kondisi pasien
tahun dengan menghabiskan takikardia=memb -Dokumentasi hasil pemantauan
minimal 1 bungkus/hari. aik Edukasi :
-Ph arteri= -Jelaskan tujuan dan prosedur
Data objektif : membaik -pola -informasikan hasil pemantauan,jika
-Diagnosa medis : PPOK napas=membaik perlu
-keadaan umum: lemah
-composmentis
-suara napas wheezing
-TD : 120/80mmhg
-N : 98x/m
-R : 31x/mt
- S: 38’C
-Pemeriksaan penunjang
ditemukan
-leukosit : 18.5 106/ mm3.
-PH : 7.30
-PCO2 : 48.mmH
-Sa02 93%
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan
adanya hepersonor pada kedua
lapang paru, vocal fremitus
menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
-kesan foto Thorax :
hiperinflasi
-Spirometri:
-FEV1 % = 45%
-FEV1/FVC%=60%
2 Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan Intervensi utama : manajemen jalan
Hambatan upaya napas di intervensi selama napas
tandai dengan : 3x24 maka pola Tindakan :
Data subjektif : napas membaik Observasi :
-Pasien mengeluh sesak napas dengan kriteria -monitor pola napas
dan batuk yang dialami sejak hasil : - monitor bunyi napas tambahan
sejak 4 bulan yang lalu, namun -diameter thoraks Monitor sputum
bertambah berat dua hari anterior- Terapeutik :
sebelum masuk rumah sakit. posterior=mening -pertahankan kepatenan jalan napas
-Pasien mengatakan memiliki kat dengan Head-tilt dan chin-lift
riwayat batuk sejak 2 tahun - -Posisikan semi fowler atau fowler
yang lalu yang tertama pada Dispnea=menuru -Berikan minum hangat
pagi hari. n -lakukan fisioterapi dada,jika perlu
-Pasien mengatakan memiliki -penggunaan otot -lakukan penghisapan lender kurang
riwayat merokok sejak 20 bantu napas dari 15 detik
tahun dengan menghabiskan -pemanjangan -lakukan hiperoksigenasi sebelum
minimal 1 bungkus/hari. fase penghisapan endotrakeal
Data objektif : ekspirasi=menuru -keluarkan sumbatan benda padat
-Diagnosa medis : PPOK n dengan forsep Mcgill
-keadaan umum: lemah -Pernapasan -berikan oksigen, jike perlu
-composmentis cuping Edukasi :
-suara napas wheezing hidung=menurun -anjurkan asupan cairan 2000 m;/hari
-TD : 120/80mmhg -Frekuensi -Ajarkan teknik batuk efektif
-N : 98x/m napas=membaik Kolaborasi :
-R : 31x/mt -Kedalaman Kolaborasi pemberian
- S: 38’C napas= membaik bronkodilator,ekspektor,mukolitik, jika
-Pemeriksaan penunjang -Ekskursi dada= perlu
ditemukan membaik
-leukosit : 18.5 106/ mm3.
-PH : 7.30
-PCO2 : 48.mmH
-Sa02 93%
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan
adanya hepersonor pada kedua
lapang paru, vocal fremitus
menurun pda kedua paru.
-bentuk dada barel chest
-kesan foto Thorax :
hiperinflasi
-Spirometri:
-FEV1 % = 45%
-FEV1/FVC%=60%
3 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan Intervensi utama : manajemen energi
Ketidakseimbangan antara intervensi selama Observasi :
suplai dan kebutuhan oksigen 3x24 maka -Identifikasi gangguan fungsi yang
di tandai dengan : toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
Data subjektif : meningkat dengan -Monitor kelahan fisik dan emosional
-Pasien mengeluh sesak napas kriteria hasil : -Monitor pola dan jam tidur
dan batuk yang dialami sejak -frekuensi -Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
sejak 4 bulan yang lalu, namun nadi=meningkat selama melakukan aktivitas
bertambah berat dua hari -saturasi Terapeutik :
sebelum masuk rumah sakit. oksigen=meningk -Sediakan lingkungan nyaman dana
-Pasien mengatakan memiliki at rendah stimulus (mis. Cahaya,suara,
riwayat batuk sejak 2 tahun -Kemudahan kunjungan)
yang lalu yang tertama pada dalam melakukan -Lakukan latihan rentang gerak pasif
pagi hari. aktvitas sehari- dan/atau aktif
-Pasien mengatakan memiliki hari= meningkat -Berikan aktivitas distraksi yang
riwayat merokok sejak 20 -keluhan menenangkan
tahun dengan menghabiskan lelah=menurun -Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
minimal 1 bungkus/hari. -Dispnea saat tidak dapat berpindah atau berjalan
beraktivtas=menu Edukasi :
Data objektif : run -Anjurkan tirah baring
Diagnose medis : PPOK -Dispnea sebelum -Anjurkan melakukan aktivitas secara
-keadaan umum: lemah beraktivitas=men bertahap
-composmentis urun -Anjurkan menghubungi perawat jika
-suara napas wheezing -perasaan tanda dan gejala kelalahan tidak
-tanda-tanda vital lemah=menurun berkurang
TD : 120/80mmhg -frekuensi -Anjarkan strategis koping untuk
N : 98x/m napas=membaik mengurangi kelelahan
R : 31x/mt Kolaborasi :
S: 38’C -Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
-Pemeriksaan penunjang cara meningkatkan asupan makanan
ditemukan
leukosit : 18.5 106/ mm3.
-Hasil AGD :
PH : 7.30z
PCO2 : 48.mmH
Sa02 93%
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan
adanya hepersonor pada kedua
lapang paru, vocal fremitus
menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
Spirometri:
FEV1 % = 45%
FEV1/FVC%=60%
4 hipertemia b/d proses penyakit Setelah dilakukan Intervensi utama : manajemen
di tandai dengan : intervensi selama hipertermia
Data subjektif : - 3x24 maka Observasi :
Data objektif : termoregulasi -Identifikasi penyebab hipertermia
-Nadi 98x/m membaik dengan -Monitor suhu tubuh
-R : 31x/mt kriteria hasil: -Monitor kadar elektrolit
-S: 38’C -takikardia= -Monitor haluaran urine
menurun -Monitor komplikasi akibat hipertermia
- Terapeutik :
bradikardi=menur -Sediakan lingkungan yang dingin
un -Longgarkan atau lepaskan pakauan
-suhu -Basahi dan kipasi permukaan tubuh
tubuh=membaik -Berikan cairan oral
-Suhu -Ganti linen setiap hari atau lebih sering
kulit=membaik jika mengalami hiperhidrosis(keringat
berlebihan
-Lakukan pendinginan eksternal(missal,
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi)
-Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
-Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
-Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
5 gangguan rasa nyaman b/d Setelah dilakukan Intervensi utama : pengaturan posisi
gejala penyakit di tandai intervensi selama Observasi
dengan : 3x24 maka status -Memonitor status oksigen sebelum dan
-Pasien mengeluh sesak napas kenyamanan sesudah mengubah posisi
dan batuk yang dialami sejak meningkat dengan -Memonitor alat traksi agar selalu tepat
sejak 4 bulan yang lalu, namun kriteria hasil : Terapeutik
bertambah berat dua hari -kesejahteraan -Tempatkan pada matras/tempat tidur
sebelum masuk rumah sakit. fisik=meningkat terapeutik yang tepat
-pasien mengatakan jarang -kesejahteraan -Tempatkan pada posisi terapeutik
berinteraksi dengan tetangga pskologis=menin -Tempatkan objek yang sering
dan tidak lagi terlibat kegiatan gkat digunakan dalam jangkauan
di lingkungan rumahnya, tidak - -Tempatkan bel atau lampu panggilan
pernah lagi ke masjid karena Rileks=meningkat dalam jangkauan
malu dengan kondisi selalu -keluhan tidak -Atur posisi tidur yang disukai, jika
batuk dan sesak nyaman=menurun tidak kontraindikasi
-Saat klien mengatakan nafsu -gelisah=menurun -Atur posisi untuk mengurangi sesak
makan menurun, porsi makan -pola eliminasi- (mis. Semi-Fowler)
dihabiskan hanya ½ porsi membaik -Motivasi melakukan ROM aktif atau
-postur pasif
Data Objektif : tubuh=membaik Edukasi
Diagnosa medis: PPOK -pola -Informasikan saat akan dilakukan
-keadaan umum: lemah hidup=membaik perubahan posisi
-composmentis -pola -Ajarkan cara menggunakan postur
-suara napas wheezing hidup=membaik yang baik dan mekanika tubuh yang
-tanda-tanda vital -pola tidur= baik selama melakukan perubahan
TD : 120/80mmhg membaik posisi
N : 98x/m Kolaborasi
R : 31x/mt -Kolaborasi pemberian premedikasi
S: 38’C sebelum mengubah posisi, jika perlu.
-Pemeriksaan penunjang
ditemukan
leukosit : 18.5 106/ mm3.
-Hasil AGD :
PH : 7.30
PCO2 : 48.mmH
-tampak retraksi dada
-hasil perkusi ditemukan
adanya hepersonor pada kedua
lapang paru, vocal fremitus
menurun pada kedua paru.
-bentuk dada barel chest
kesan foto Thorax : hiperinflasi
FEV1 % = 45%
6 harga diri rendah situasional Setelah dilakukan Intervensi utama : promosi harga diri
b/d perubahan peran social di intervensi selama Observasi
tandai dengan : 3x24 maka harga -Identifikasi budaya, agama, ras, jenis
Data subjektif : diri meningkat kelamin, dan usia terhadap harga diri
-pasien mengatakan jarang dengan kriteria -Monitor verbalisasi yang merendahkan
berinteraksi dengan tetangga hasil : diri sendiri
dan tidak lagi terlibat kegiatan -penilaian diri -Monitor tingkat harga diri setiap waktu
di lingkungan rumahnya, tidak positif=meningkat Terapeutik
pernah lagi ke masjid karena -perasaan -Motivasi terlibat dalam verbilisasi
malu dengan kondisi selalu memiliki positif untuk diri sendiri
batuk dan sesak kelebihan atau -Motivasi menerima tantangan atau hal
Data objektif : kemampuan baru
-Diagnosa medis : PPOK positif=meningkat -Diskusikan pernyataan tentang harga
- keadaan umum: lemah -penerimaan diri
-Komposmentis penilaian positif -Diskusikan kepercayaan terhadap
-bentuk dada barel chest terhadap diri penilaian diri
- kesan foto Thorax : sendiri=meningka -Diskusikan pengalaman yang
hiperinflasi t meningkatkan harga diri
- Spirometri: -berjalan -Diskusikan persepsi negatif diri
FEV1 % = 45% mencampakan -Diskusikan bersama keluarga untuk
FEV1/FVC%=60% wajah=meningkat menetapkan harapan dan batasan yang
-Postur tubuh jelas
menampakan -Berikan umpan balik positif atas
wajah=meningkat peningkatan mencapai tujuan
-Kontak -Fasilitasi lingkngan dan aktivitas yang
mata=meningkat meningkatkan harga diri
-percaya diri Edukasi
berbicara=mening -Jelaskan kepada keluarga pentingnya
kat dukungan dalam perkembangan konsep
-perasaan positif diri pasien
malu=menurun -Anjurkan mengidentifikasi kekuatan
-perasaan yang dimiliki
bersalah=menuru -Anjurkan mempertahankan kontak
n mata saat berkomunikasi dengan orang
lain
-Anjurkan membuka diri terhadap kritik
negatif
-Anjurkan mengevaluasi perilaku
-Latih peningkatan tanggungjawab
untuk diri sendiri
-Latih pernyataan/kemampuan positif
diri
-Latih cara berfikir dan berperilaku
positif
-Latih peningkatan kepercayaan pada
kemampuan dalam menangani situasi.
8. DAFTAR PUSTAKA
- Rohman.2018. Penerapan terapi batuk efektif dalam asuhan keperawatan
- PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesa, Defenisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi1. Jakarta: DPP PPN
- Manalu, Novita Verayanti. 2016. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Oleh
Perawat Rumah Sakit Advent Bandar Lampung. Jurnal Skolastik
Keperawatan, Vol. 2, No.1 Hlm. 13 Sudarta, I. W. 2012. Pengkajian Fisik
Keperawatan . Yogyakarta: Gosyen Publishing.
- Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. hal 1-5
- Kardiyudiani, Ni Ketut & Brigitta Ayu Dwi Susanti (2019) Buku
Keperawatan Medikal Bedah I. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru
- Al-Barry, M. Dachlan. Y. , Yustina Akmalia & A. Rahman Usman (2017)
Kamus Istilah Medis. Surabaya : Penerbit Arkola
- Lestari, devi dwi. Sari, diah kurnia.Infantri, Dian aprilinda M. Fajarwati, dian.
[2018]. Pemeriksaan fisik paru. Program studi D III Keperawatan. Stikes
Muhammadiyah Klaten. Kota Klaten
Skenario 3 “Dada berdebar-debar”
Seorang laki-laki berusia 50 tahun masuk IGD dengan keluhan sesak disertai nyeri
dada sebelah kiri menjalar hingga kebahu, sehingga langsung diberikan tindakan
pemasangan O2 6 L/menit (simple mask) dengan posisi semifowler.
Setelah klien nampak baikan perawat datang mengkaji dan mendapatkan data yaitu
klien mengatakan nyeri dada yang dirasakan hilang timbul dan sudah dirasakan dari 1
bulan yang lalu. Klien mengatakan pernah mengalami sesak sekitar 2 minggu yang
lalu setelah perjalanan dari Makassar menuju kampung halamannya, namun
berangsur membaik ketika klien istirahat. Klien mengatakan memiliki riwayat
penyakit hipertensi yang sudah dialami ±10 tahun lamanya. Klien mengatakan waktu
muda dulu klien perokok aktif dan bisa menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari
namun sekarag klien sudah tdk merokok lagi sudah 6 tahun lamanya. Klien
mengatakan 2 hari yang lalu dari melakukan perjalanan jauh menggunakan mobil dari
kampung halamannya Pasang Kayu menuju Makassar dan klien mengatakan kurang
tidur yang nyenyak karena selama perjalanan klien mengatakan sering terbangun
karena merasa jantung berdebar debar.
7. KLARIFIKASI INFORMASI
Komplikasi :
Komplikasi yang ditimbulkan oleh IMA antara lain gangguan irama dan
konduksi jantung, syok kardiogenik, gagal jantung, ruptur jantung, regurgutasi
mitral, trombus mural, emboli paru, dan kematian. Angka mortalitas dan morbiditas
komplikasi IMA yang masih tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
keterlambatan mencari pengobatan, kecepatan serta ketepatan diagnosis dan
penanganan dokter yang menangani. Kecepatan penanganan dinilai dari time
window antara onset nyeri dada sampai tiba di rumah sakit dan mendapat
penanganan di rumah sakit. Apabila time window berperan dalam kejadian
komplikasi, maka perlu dikaji apa saja yang menjadi faktor keterlambatannya.
Ketepatan dinilai dari modalitas terapi yang dipilih oleh dokter yang
menangani(Inne Pratiwi,2012).
8. DAFTAR PUSTAKA
- Ramadhani indri & lestari suci.(2017) Hubungan aktivitas fisik Dan stres dengan
nyeri pada pasien penyakit jantung koroner. Volume 2 no 3 tahun 2017
- Boantaeng,S And Sanbom,T.(2013) Disease-A-Month Acute Myocardial Infarction’.
Disease-A-Month.Elsevier,59(3),Pp. 83 96.Doi:10.1016/J.Disamonth.2012.12.004
- Kurnia novita wulandari,dkk(2020).journal of applied health management and
technologi : oxygen therapy to maintain haemodynamic status in patient with acute
myocardial infarction
- Muttaqin, arif. [2009]. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika IKAPI.[1992].Buku Ajar Bedah.Jakarta :
EGC
- Majid abdul(2007) penyakit jantung koroner
- Pratiwi (Inne F(2012) Komplikasi pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi
(STEMI) yang Mendapat maupun Tidak Mendapat Terapi Reperfusi
Skenario 4”mata burkunang-kunang”
Klien bernama Ny. V berusia 20 tahun, beragama Islam, masuk RS pada tanggal 1
Mei 2020 dengan diagnosa medik Anemia + GE, klien masuk melalui UGD. Alasan
pasien masuk rumah sakit dan mencari perawatan adalah diare, mual, muntah, panas
dingin, pusing dan berkunang-kunang lalu penglihatan gelap lalu pasien
memeriksakan diri ke UGD dan dianjurkan untuk dirawat. Keadaan umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, konjungtiva tampak pucat, observasi tanda-
tanda vital : TD 100/70 mmHg, N 76 x/menit, Suhu 36°C. pernapasan 25 x/menit.
Pasien mengatakan sudah tidak diare, mual ada, pusing dan berkunang-kunang ada
kadang-kadang dan berkeringat. Kulit teraba dingin, pucat CRT: lebih dari 3 detik,
TB: 162 cm, BB: 45 kg, IMT : 17,2. Kesimpulan berat badan berkurang. Pasien
mengatakan bila duduk dan langsung berdiri kepala pusing, kunang-kunang dan
gelap. Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit anemia.
Dalam hasil pemeriksaan diagnostik pada tanggal 1 Mei 2020 : Hb: 8,9 g/dl,
Ht: 28% (37-52%), leukosit : 7200 /ul (4.800 – 10.800 /ul), trombosit : 420.000 /ul
(150.000-450.000/ul). Tanggal 2 Mei 2020 : Si: 7,9 ug/dl (38-148 ug/dl), retikulosit :
8% (5-12%), gambaran darah tepi: kesan GDT sesuai dengan anemia mikrositik.
Terapi yang digunakan adalah New Diatab 3x2 tab, imodium 1x1 tab, Danaflox
3x200 mg, Wiacid 2x1, dan Sotatic 2x1 amp. Diit yang diberikan diit lunak.
LEMBAR KERJA
c. Belum di jawab
d. Sebenarnya keterkaitan anemia dengan pemberian terapi new diatabs dalam
kasus ialah karena dalam kasus disebutkan bahwa pasien dengan diagnosa
medis anemia + GE mengalami diare,, new diatabs sendiri adalah untuk
mengobati diare tersebut, sebagai mana dalam artikel yang saya dapat "new
diatabs mengandung 600mg Attapulgit yang bekerja dengan adsorbent,
menyerap, membuang racun, bakteri, dan virus, serta menghentikan diare
tanpa menyebabkan kembung maupun sembelit" (Ni Luh,2019)
e. Intervensi yang dapat dilakukan ialah edukasi aktivitas/istirahat ialah
mengajarkan pengaturan aktivitas dan istirahat dengan:
Tindakan
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
6. INFORMASI TAMBAHAN
Buatlah diagnosis, intervensi dan komplikasi yang dapat terjadi pada kasus 4
7. KLARIFIKASI INFORMASI
Jawaban yang belum di jawab
a. CRT = capillary refill time(Sri,2013)
b. Tampak berkunang-kunang = Penglihatan mata yang kurang focus/kurang
baik(Gratia,2019)
c. Ya,berpengaruh dalam proses penyembuhan sebab diagnosis di angkat sesuai
dengan masalah yang di alami pasien, dan intervensi berhubungan dengan
diagnosis yang di ambil. Seperti teknik relaksasi napas dalam, dari hasil
tersebutnya menjelaskan bahwa Hasil pengukuran saturasi oksigen pada
pasien PPOK setelah diberikan intervensi menunjukan saturasi oksigen
meningkat sehingga terdapat pengaruh relaksasi pernafasan dengan teknik
ballon blowing terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK(Ni Made,2020).
d. Di sebabkan oleh penyempitan saluran pernafasan dengan aposisi dinding
saluran pernafasan. Suara tersebut dihasilkan oleh vibraai dinding saluran
pernafasan dan jaringan di sekitarnya (Davey,2002).
e. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif
nonreversible atau reversible parsial(PDPI, 2003).Berdasarkan data dari
World Health Organization (WHO) tahun 2008, menyebutkan bahwa
PPOK merupakan penyebab kematian terbesar keempatdidunia yang
diperkirakan menyebabkan kematian pada 2,75 juta jiwa dan menyumbang
sekitar 4,8% dari seluruh angka mortalitas di dunia.Sedangkan prevalensi
PPOK di Jawa Timur, sebesar 3,6% dimana angka prevalensi tertinggi
terdapat di Nusa Tenggara Timur 10,0%, Sulawesi Tengah 8,0%, Sulawesi
Barat dan Sulawesi Selatan sebesar 6,7%. Untuk mengatasi problematik
tersebut, maka diperlukan intervensi yang dapat menurunkan derajat sesak
napas dan meningkatkan ekspansi thoraks yaitu dengan pemberian nebulisasi
dan chest physiotherapy(Aisyah,2020)
LO :
Diagnosis Keperawatan :
Intervensi :