Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

Fraktur Patella

Pembimbing :
dr. Sumono Handoyo, Sp. OT

Disusun Oleh:
Karel Respati
2011730144

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Tn. AP
Umur : 38 tahun
Alamat : JL. Malaka Baru No. 56, Pondok Kopi, Jakarta Timur.
No. Rekam Medik : 008305**
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal pemeriksaan : 12 Juli 2018

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Nyeri pada lutut kiri
B. RPS :
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kiri sejak 4 hari SMRS. Sebelumnya
pasien melakukan aktivitas membawa ember dengan kedua tangan
kemudian jatuh terpeleset dengan posisi lutut kiri menekuk dan
membentur tanah, sedangkan kaki kanan posisi lurus. Setelah jatuh, kaki
kiri sulit ditekuk dan diangkat dan terasa sangat nyeri, pasien kesulitan
untuk berdiri dan berjalan. Terdapat luka lecet di lutut kiri, perdarahan (-
). Bengkak di lutut kiri muncul 15 menit setelah jatuh, memar(+). Saat
kejadian pasien masih sadar, kepala tidak terbentur, pusing (-), mual (-),
muntah (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat Trauma : Riwayat jatuh dari atap 1 bulan
yang lalu, dengan ketinggian 2,5 m dalam posisi miring, bagian lutut
kirinya yang sakit diobati di Sangkal Putung dan sembuh.
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal

1
 Riwayat Alergi Obat : disangkal

D. Riwayat Pengobatan : 3 hari SMRS pasien ke sangkal putung untuk


diurut pada bagian lututnya, kemudian dibidai.
E. Riwayat Penyakit Keluarga : (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran/GCS : Compos mentis, E4V5M6
Tanda vital :
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Pernafasan : 24 x/menit
- Suhu :36,3

1. Kepala dan Leher


 Mata : Conjunctiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-, pupil isokor
3mm/3mm, Refleks Cahaya +/+
 Telinga : Discharge (-)
 Hidung : Discharge (-)
 Mulut dan gigi : Kering pada bibir (-), pucat (-), sianosis (-)
 Thyroid : tidak mengalami pembesaran,
 Limfe : tidak mengalami pembesaran
3. Thorax
 Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
- Perkusi : Batas kanan ICS V LS dextra
Batas atas ICS II LPS sinistra
Batas pinggang ICS III LPS sinistra

2
Batas kiri ICS V 2 cm ke medial LMC sinistra
- Auskultasi : irama reguler, bising (-)
 Paru
- Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi otot bantu (-)
- Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri,
ketinggalan gerak (-)
- Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru kanan dan
kiri
- Auskultasi : Suara dasar : vesikuler
Suara tambahan : -
 Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tak
teraba
4. Genetalia : dbn
5. Ekstremitas :
Superior Inferior
Warna Sawo matang Sawo matang
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capp refill <2’/<2’ <2’/<2’

B. Status Lokalis
Regio Genu Sinistra

3
- Look : Terpasang bidai dan perban di regio genu sinistra, bone
expose (-), swelling (-), hematom (-), false movement
(+), deformitas (-)
- Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi a. Poplitea dan
a.dorsalis pedis (+), akral hangat (+), sensasi (+), capp
refill (< 2’)
- Move : gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakan abduksi dan
adduksi tungkai kiri terhambat, nyeri saat digerakkan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi (tanggal 10 Juli 2018)

Nama Pemeriksaan : X Foto Genu Sinistra AP-Lateral

4
Interpretasi Ro : terdapat diskontinuitas tulang (fraktur) os patella sinistra
dengan garis fraktur cominutiva.
A : Alignment dan Aposisi kurang baik
B : Bone (terdapat fraktur os patella sinistra dengan garis fraktur
cominutiva
C : Cartilago (cartilago intraartikuler baik)
S : Soft tissue (tidak tampak adanya kerusakan soft tissue)

2. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 10-07-2018)


Hematologi
Hb : 14,4 g / dl (11-16,5 g/dl)
Ht : 40,8 % (35-50 %)
Eritrosit : 5,07 juta / μl (3,8-5,8 juta / μl)
MCV : 80,6 fl (80-97 fl)
MCH : 28,4 pg (26,5-33,5 pg)
MCHC : 35,2 g / dl (31,5-35 g/dl)
Leukosit : 7.600 / μl (3,5-10 ribu / μl)
Trombosit : 214.000 / μl (150-390 ribu / μl)
Kimia Klinik
GDS : 109 mg / dl (70-115 mg/dl)
Ureum : 21 mg / dl (0-50 mg/dl)
Creatinin : 1,1 mg / dl (0-1,3 mg/dl)
SGOT : 20 U / l (3-35 mg/dl)
SGPT : 16 U / l (8-41mg/dl)

V. RESUME
TN. AP, 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada lutut kiri
sejak 4 hari SMRS. Setelah jatuh, kaki kiri sulit ditekuk (+) dan
diangkat dan terasa sangat nyeri (+), perdarahan (-). Bengkak (+),
memar (+). Saat kejadian pasien masih sadar, kepala tidak
terbentur, pusing (-), mual (-), muntah (-).

5
Regio Genu Sinistra
- Look : Terpasang bidai dan perban di regio genu sinistra, bone
expose (-), swelling (-), hematom (-), false movement
(+), deformitas (-)
- Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi a. Poplitea dan
a.dorsalis pedis (+), akral hangat (+), sensasi (+), capp
refill (< 2’)
- Move : gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakan abduksi dan
adduksi tungkai kiri terhambat, nyeri saat digerakkan

VI. ASSESMENT
- Clossed fraktur os patella sinistra

VII. PLANNING
Terapi :
Pemasangan spalk, pemberian RL 20 tpm, injeksi Ketorolac 3×1 amp.
Setelah itu pasien dirujuk untuk dilakukan operasi ORIF patella dengan
Tension Band Wiring.
Monitoring
• Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala, pola makan,
hasil pemeriksaan penunjang, kondisi luka operasi, perbaikan
movement.
Edukasi
• Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, minum obat teratur,
makanan tinggi protein, vitamin dan mineral, cukup istirahat, mengikuti
fisioterapi teratur.

VIII. PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad sanam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bon

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Patella
a. Anatomi
Patella adalah sebuah os sesamoidea, ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk
segitiga, berada di dalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps
femoris. Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke
samping, sedikit ke cranial dan ke caudal. Mempunyai facies anterior
dari facies articularis; facies articularis lateralis bentuknya lebih besar
daripada facies articularis medialis. Margo superior atau basis patellae
berada di bagian proximal dan apex patellae berada di bagian distal.
Margo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk apex patellae.

Gambar 1. Os patella
Articulatio Genu
Sendi lutut merupakan sendi sinovial terbesar pada tubuh. Sendi lutut terdiri dari
3, yaitu:
1. Articulation tibiofemoralis lateralis
Antara condylus lateralis femoris,meniscus lateralis,dan condylus
lateralis tibiae
2. Articulation tibiofemoralis medialis
Antara condylus femoris,meniscus medialis dan condylus
medialis tibiae

7
3. Articulation patellofemoralis
Antara patella dengan fascies patellaris femuris

(Sumber: Drake R, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Anatomy for Students; 2005)

Permukaan Artikular
Permukaan artikular dari tulang pembentuk sendi lutut dilapisi oleh kartilago
hialin. Permukaan utama yang terlibat adalah:
 Kedua kondilus femoralis
 Aspek superior dari kondilus tibialis

8
Gambar . Permukaan artikular sendi lutut. A. Ekstensi B. Fleksi C. Tampak depan (fleksi)
(Sumber: Drake R, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Anatomy for Students; 2005)

Capsula articularis kuat di bagian dorsal. Di bagian anterior dibentuk


oleh tendo m.quadriceps femoris, yang melekat pada tepi cranial patella dan
ligamentum patellae yang melekat pada tepi caudal patella dan pada tubberositas
tibiae. Pada setiap sisi patella capsula articularis terdiri dari retinaculum patellae
mediale at laterate, yang merupakan perluasan dari m.vastus medialis dan
m.vastus lateralis. Retinaculum laterale diperkuat oleh serabut-serabut dari
tractus iliotibialis. Pada kontraksi m.quadriceps femoris capsula articularis
dibagian anterior dan ligamentum patellae menjadi tegang. Ligamentum
capsulare pada sisi articulatio genus meluas (melekat) dari condylus femoris
sampai di condylus tibiae.
Sebuah otot yang kecil dan pipih, yaitu musculus articularis genus
dapat membaur dengan musculus vastus intermedius. Ke proksimal otot ini
melekat pada bagian distal anterior femur, dan ke distal pada simpai sinovial
articulatio genus. Sewaktu dilakukan ekstensi tungkai bawah, maka m.articularis
genus menarik simpai sinovial ke proksimal supaya simpai tidak terjepit antara
patella dan femur.

9
Meniskus
Ada dua meniskus, yang merupakan fibrokartilago berbentuk C,
pada sendi lutut, satu pada sisi medial (meniskus medialis) dan lainnya pada sisi
lateral (meniskus lateralis). Keduanya melekat pada faset regio interkondilar dari
plateau tibia.

Gambar .Meniskus sendi lutut


(Sumber: Drake R, Vogl W, Mitchell A. Gray’s Anatomy for Students; 2005)

Membran Sinovial
Membran sinovial dari sendi lutut melekat pada tepi permukaan artikular dan
tepi luar superior dan inferior dari meniskus. Pada bagian posterior, membran
sinovial memisahkan membran fibrosa kapsul sendi pada tiap sisi ligamen
krusiatum posterior dan melingkari kedua ligamentum yang memisahkan mereka

10
dari rongga sendi. Pada bagian anterior, membran sinovial terpisah dari ligament
patellar oleh bantalan lemak infrapatellar (infrapatellar fat pad).

Gambar. Membran sinovial dan bursa sendi lutut

Ligamentum
Ligamen mayor yang berhubungan dengan sendi lutut adalah ligamen patela,
ligamen kolateral tibia (medial) dan fibula (lateral), dan ligamen krusiatum
anterior dan posterior. Ligamentum collaterale tibiale (medial) berbentuk datar
dan berada pada bagian medial capsula articularis. Di bagian cranialis
ligamentum ini melekat pada epicondylus medialis femoris, dan di sebelah
caudalis berbentuk lebar, melekat pada condylus medialis tibiae dan pada bagian
cranialis corpus tubiae. Serabut-serabut bagian profunda melekat pada tepi luar
meniscus medialis.
Ligamentum collaterale fibulare (laterale) terletak terpisah daripada
capsula articularis, berbentuk bulat tali dan meluas dari epicondylus lateralis
femoris menuju sisi laterale capitulum fibulae. Bagian posterior capsula
articularis mengadakan perlekatan pada bagian cranial condylus femoris dan
fossa intercondyloidea femoris dan pada bagian proximal tibiae. Suatu perluasan
dari capsula articularis, yang dinamakan ligamentum popliteum arcuatum,
mengadakan perlekatan pada capitulum fibulae. Bagian sentral dari capsula

11
articularis diperkuat oleh ligamentum popliteum obliquum, yang merupakan
perluasan dari tendo m.semimembranosus, dan arahnya cranio-lateral, melekat
pada condylus lateralis tibiae. Bagian tepi dari facies posterior capsula articularis
tipis dan ditutupi oleh capus medial dan caput lateral m.gastrocnemius.
Ligamentum cruciatum terdiri atas sepasang ligamentum yang sangat
kuat, melekat pada tibia dan fibula, berada di dalam capsula articularis, tetapi
tetap berada di sebelah superficialis dari membrana synovialis. Ligamentum ini
diberikan nama yang sesuai dengan tempat origonya pada tibia. Ligametum
cruciatum anterius melekat di sebelah ventral eminentia intercondyloidea tibia,
di antara kedua buah meniscus, dan menuju kepada facies medialis condylus
lateralis femoris serta mengadakan perlekatan di tempat ini. Ligamentum
cruciatum posterior mengadakan perlekatan pada tepi posterior permukaan ujung
proximal tibia, berada di antara kedua meniscus, berjalan ke ventral mengadakan
perlekatan pada fecies lateralis condylus medialis femoris.

Gambar Ligamen kolateral sendi lutut

Peredaran Darah dan Inervasi


Peredaran darah ke sendi lutut terutama oleh cabang desenden dan genikular dari
arteri femoral, popliteal, dan femoral sirkumfleks lateral pada paha (tungkai atas)
dan arteri fibularis sirkumfleksa dan cabang recurrent dari arteri tibialis anterior

12
pada tungkai bawah. Pembuluh darah ini membentuk jarinagan anastomosis di
sekitar sendi. Arteria-arteria genu adalah arteria superior lateralis genus, arteria
superior medialis genus, arteria media genus dan arteria inferior lateralis genus
dan inferior medialis genus. Arteri ini membentuk rete articulare genus
sekeliling lutut.

Gambar Perdarahan sendi lutut


INNERVASI
Berasal dari tiga sumber, yaitu:
1) n.femoralis, melalui ramus muscularis yang menuju ke m.vastus medialis;
2) ramus genicularis yang dipercabangkan oleh n.tibialis dan n.peroneus
communis (n.ischiadicus);
3) n.obturatorius yang memberikan cabang-cabang yang mengikuti arteria
femoralis menuju ke fossa poplitea.

13
II.2 FRAKTUR PATELLA
DEFINISI
fraktur patella merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan yang terjadi pada os patella.

EPIDEMIOLOGI
Fraktur patella cukup jarang terjadi, angka kejadiannya mencapai 1 % dari
semua fraktur yang ada. Kejadian tertinggi terutama ditemukan pada usia 20
sampai 50 tahun dimana laki-laki 2 kali lebih sering mengalami fraktur patella
daripada perempuan.

ETIOLOGI
Fraktur patella dapat disebabkan oleh tekanan langsung atau tidak langsung.
Jatuh terpeleset misalnya dapat menyebabkan terjadinya kontakrsi dari
m.quadriceps femoris sebagai upaya untuk mempertahankan keseimbangan
sehingga memungkinkan terjadinya fraktur. Kegagalan dari os patella menahan
beban tarikan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur transverse patella
yang berhubungan dengan robeknya retinaculum medial dan lateral. Benturan
langsung pada patella dapat menyebabkan terjadinya fraktur longitudinal,
stellata, atau cominuted.

Patofisiologi fraktur Patela


Mekanisme fraktur
1. Trauma langsung/Direct
Disebabkan karena lutut terbentur dengan lantai, atau pukulan terhadap benda
martil yang menarik tulang hingga terpisah (disertai robeknya bagian ekstensor).
Biasanya jenis patahnya comminutiva (stellate), pada jenis patah ini quadrisep
expansion tidak ikut robek, hal ini menyebabkan penderita masih dapat
melakukan extensi lutut melawan gravitasi.

14
2. Trauma tak langsung/Indirect
Karena tarikan yang sangat kuat dan otot quadrisep yang membentuk
musculotendineus melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang jatuh
dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dalam posisi lutut fleksi
dan otot quadrisep kontraksi secara keras untuk mempertahanakan kestabilan
lutut. Biasanya garis patahnya transversal disertai celah diantara fragmen-
fragmennya.

KLASIFIKASI
Secara umum, fraktur patella dikategorikan berdasarkan tingkat pergeserannya
dan konfigurasi garis fraktur, tetapi tidak bisa menilai tingkat cedera permukaan
artikular, yang secara signifikan mempengaruhi dampak dari fraktur.
Klasifikasi fraktur patella dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Klasifikasi fraktur patella :


a. Fraktur Osteochondral
Melibatkan beberapa bagian dari facet medial dan disertai dengan
dislokasi patella. Operasi diperlukan untuk menghilangkan jaringan
longgar intraartikular dan memperbaiki mekanisme qudriceps untuk
mencegah dislokasi berulang. Fraktur ini tidak dapat terlihat dengan foto

15
rontgen anteroposterior dan lateral patella, namun hanya dapat
tervisualisasi dengan “skyline” proyeksi radiografi patella dengan
menggunakan Computer Assisted Tomography (CAT) dengan posisi
pasien supinasi dan lutut dalam posisi 45o.
b. Fraktur Stellate
Fraktur patella yang tidak bergeser atau fraktur vertikal. Kontinuitas dari
mekanisme quadriceps tidak terganggu dan bagian retinacula tidak robek.
Fraktur tidak disertai dengan dislokasi dan tidak diperlukan pembedahan.
c. Fraktur transversal
Terjadi ketika terjadi kontraksi kuat dari otot quadriceps pada saat jatuh
terpeleset. Akan mengakibatkan avulsi dari tendon quadriceps atau
tendon infrapatellar dan dapat terjadi fraktur transversal patella yang
disertai dengan robekan dari ekspansi retinacular.

Manifestasi Klinis
1. Nyeri tekan atau nyeri saat digerakkan
2. Bagian lutut menjadi memar dan bengkak
3. Pada fraktur patella dengan displaced ditemukan celah pada patella
dan fragmen patella serta kelemahan dalam mengekstensikan kaki
melawan gravitasi
4. Pada fraktur non displaced tidak ditemukan kelainan pada palpasi

16
Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
a. Look
Adanya deformitas, seperti bengkak, hemartrosis, fragmen tulang
(pada fraktur terbuka)
b. Feel
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, terdapat ruang/celah pada
fragmen patella
c. Move
Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur terutama saat fleksi
dan ekstensi akibat kontraksi otot quadriceps
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan
role of two yang terdiri dari:
 Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior dan lateral
 Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal dan
distal
 Memuat dua ekstremitas (terutama pada anak-anak) baik yang
cedera maupun tidak (untuk membandingkan dengan yang
normal)
 Dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah tindakan

Radiologi
Pemeriksaan radiologi meliputi foto x-ray AP, lateral, dan axial.
Memperlihatkan gambaran satu atau lebih garis fraktur yang halus tanpa
pergeseran. Dan dapat terlihat gambaran banyak garis fraktur dengan
pergeseran yang tidak teratur atau fraktur transverse dengan celah diantara
fragmen >3mm, dan disertai dengan robekan dari ekspansi ekstensor.

17
Computed tomography dianjurkan hanya untuk evaluasi gangguan
artikular dalam kasus nonunion, malunion dan gangguan alignment patello-
femoral. Pemeriksaan scintigraphic (MRI) dapat membantu dalam diagnosis
stress fraktur dan mendiagnosa defek tulang kartilago.

Penatalaksanaan
Penanganan fraktur patella didasarkan pada morfologi frakturnya. Pemilihan
penanganan yang ada meliputi tindakan nonoperatif, tension band wiring, lag
screw fixation, patellectomy parsial, patellectomy parsial dikombinasikan
dengan tension band wiring, dan patellectomy total.
1. Undisplaced atau Fraktur dengan pergeseran minimal

Jika terdapat hemartrosis harus diaspirasi. Mekanisme ekstensor tetap


utuh dan terapi utama adalah perlindungan. Gips yang mempertahankan
bagian lutut secara lurus dipakai selama 3-4 minggu dan selama itu pula

18
latihan quadriceps dilakukan tiap hari. Imobilisasi dengan menggunakan
cylinder cast disertai dengan terapi weight bearing.
2. Fraktur comminuted
Ekspansi ekstensor tetap utuh dan pasien masih dapat mengangkat
kakinya. Tetapi, permukaan bawah patella tidak teratur dan terdapat
resiko kerusakan pada sendi patelofemoral yang membahayakan. Karena
alasan ini banyak yang menganjurkan patelektomy (untuk semua derajat
pergeseran). Sebagian berpendapat bahwa patella dapat dipertahankan
kalau pergeseran fragmen tidak hebat, suatu backslab dipasang tetapi
dilepas beberapa kali sehari untuk melakukan latihan untuk membentuk
fragmen ke dalam posisinya dan untuk mempertahankan mobilitas.
3. Fraktur Patella Displaced
Ekspansi lateral robek dan seluruh mekanisme ekstensor terganggu.
Operasi sangat diperlukan dengan fiksasi internal fragmen dipertahankan
berlawanan dan ekspasi ekstensor diperbaiki. Difiksasi dengan dua Stiff
Kirschner wires.

Biomechanical Considerations :
Gaya yang bersal dari quadriceps pada fraktur patela yang signifikan dan
menyebabkan kegagalan fiksasi awal. Sebagai contoh, fiksasi sekrup saja
secara umum akan gagal. Selain itu, tujuan dari fiksasi adalah untuk
memungkinkan rentang gerakan lutut (ROM). Dalam kebanyakan kasus,
stabilitas yang diperlukan untuk fraktur patella adalah tension band
wiring. Jika patella diikat dengan wire secara sirkumverensial, kondisi
patella dapat dipertahankan asalkan lutut tidak dalam kondisi fleksi dan
otot quadriceps tidak berkontraksi. Saat lutut ditekuk, gap dari fraktur
dan kontur patella akan berubah dan kesesuaian pergerakan hilang.
Fleksi lutut mengakibatkan peningkatan kompresi dari fraktur dan
kontraksi quadriceps jika pergerakan lutut bebas tanpa menyebabkan
fragmen pada gap fraktur. Dengan pemasangan anterior figure eight wire
sebagai fiksasi patella saat lutut posisi fleksi.

19
Indikasi Operasi Fraktur Patella :
- Fraktur terbuka
- Pergeseran/Displaced >3mm
- Jarak dari synovial surface >2mm
Kontraindikasi dari operasi Fraktur patella :
- Nondisplaced atau fraktur dengan pergeseran minimal
- Inflamasi mikroba aktif disertai dengan fraktur

20
Teknik Operasi Internal Fixation :

- Pasien diposisikan supinasi pada meja operasi dan dipasang tourniquet


pada daerah femur
- Daerah patella dan sekitarnya dilakukan asepsis
- Insisi longitudinal pada garis tengah lebih sering dilakukan daripada
insisi transversal untuk melihat osteosintesis dari fraktur comminuted dan
agar pemasangan circular wire lebih mudah saat melewati curvature
tibialis.
- Menggunakan teknik outside-in, borr K-wire pertama dengan arah axial.
K-wire yang kedua dibor secara paralel dengan k-wire pertama untuk
reduksi dari fragmen. Kemudian fragmen tulang direduksi secara manual
dengan forceps reduction. Kemudian ujung dari K-wire dapat dipotong
dengan menggunaan K-wire cutter.
- Setelah itu, sepotong kawat ~ 30cm panjang dan d=1mm harus melewati
sumbu pusat dan perifer patella, melalui tendon quadriceps anterior.
Kemudian figure of eight dipasang sebagai tension band. Kedua ujung
kawat dikencangkan sampai pemadatan tercapai, kawat dikencangkan
dengan cara diputar spiral 5 kali untuk mencegah kegagalan fiksasi. lutut
difleksikan lebih dari 90o dan dengan demikian permukaan fraktur dan
fragmen tulang dapat menyatu.

Tension band wire melewati quadriceps dan tendon patella sebelum terikat
diatas permukaan anterior patella. Pada saat fleksi, patella tertarik oleh
pergerakan intracondylar dan fraktur tertutup disertai dengan fragmen akibat
kompresi axial.
Wire harus terikat pada kedua sisi untuk memastikan kompresi pada fraktur
serta untuk memastikan ketepatan pemasangan dan pergerakan tendon yang
baik. Daerah fraktur patela harus direduksi dalam posisi lutut ekstensi saat wire
mulai diikatkan. Jika lutut difleksikan sampai 90o, manuver ini dapat
menempatkan bagian permukaan fraktur dibawah kompresi, menutup fisura
artikular tanpa gap anterior atau distorsi patella. Kompresi dapat juga digunakan

21
lag screw, teknik yang dibutuhkan untuk untuk fraktur bagian distal jika
menggunakan tension band wiring. Fragmen kecil pada patella pada bagian
avulsi inferior atau fragmen lateral di fiksasi dengan lag screw. Kemudian
fiksasi harus disertai dengan pemasangan tension band wire. Kirschner wires
dapat menjaga kestabilan lateral, jika digunakan maka dapat dimasukan paralel
dan dapat memblok kompresi interfragmental dari tension band. K-wires banyak
digunakan pada fraktur patella comminuted dan digunakan untuk fiksasi dan
menjaga kestabilan dari patella. Bagian garis sutural os patella dapat diproteksi
dengan tension band wire yang menjaga mobiliasi dari patella.

Gambar Rontgen patella post ORIF (TBW)

22
Perawatan Postoperatif
Joint diimobilisasi fleksi 40o-60o selama 2-3 hari dan ekstremitas dipertahakan
elevasi dengan Bohler-Braun splint. Pada hari kedua dan ketiga, pasien dapat
latihan fleksi dan ekstensi. Partial weight bearing dilakukan pada minggu ke 6.
Fase I : 0-2minggu
- Imobilisasi patella
- Weight Bearing dalam posisi lutut ekstensi
- Range of motion : PROM 0-30o
- Straight leg raises
- Latihan terapi : kekuatan otot isometric
quadriceps/hamstring/adductor/abductor, ankle theraband excrcise
Fase II (2-6 minggu)
- Weight bearing : masih terbatas dalam ekstensi penuh
- Range of motion : AROM 90°
- Latihan terapi : kekuatan otot isometric
quadriceps/hamstring/adductor/abductor, ankle theraband excrcise
Fase III (6-10 minggu)
- Weight Bearing : partial weight bearing
- Range of motion : 120o
- Latihan terapi : kekuatan otot isometric
quadriceps/hamstring/adductor/abductor, ankle theraband excrcise,
supine leg, stationary bike
Fase IV : 10-12 Minggu
- Weight Bearing : total weight bearing
- Range of motion : full
- Latihan terapi : kekuatan otot isometric
quadriceps/hamstring/adductor/abductor, ankle theraband excrcise,
Stationary bike
Fase V : 3-6 bulan  dapat beraktivitas seperti biasa

23
KOMPLIKASI
a. Osteoarthritis patelofemoral
Apabila tidak dilakukan reposisi patella yang akurat, maka akan terjadi
diskonskuensi/ketidaksesuaian antara patella dengan kondilus femur
b. Kehilangan osteosyntesis dengan atau tanpa reduksi
c. Delayed bone porosis/pseudoarthrosis
d. Postraumatic arthritis
e. Gangguan fleksi dan ekstensi
Apabila tidak dilakukan fisioterapi serta adanya kerusakan pada ekspansi
ekstensor.
f. Non union

Latihan Jalan

Latihan transfer dan ambulasi penting bagi pasien agar pasien dapat kembali ke
aktivitas sehari-hari. Latihan transfer dan ambulasi di sini yang penting untuk
pasien adalah latihan jalan. Mula-mula latihan jalan dilakukan dengan
menggunakan dua axilla kruk secara bertahap dimulai dari non weight bearing
atau tidak menumpu berat badan sampai full weight bearing atau menumpu berat
badan. Metode jalan yang digunakan adalah swing, baik swing to ataupun swing
through dan dengan titik tumpu, baik two point gait, three point gait ataupun four
point gait. Latihan ini berguna untuk pasien agar dapat mandiri walaupun masih
menggunakan alat bantu.

Latihan berjalan dilakukan pada hari kedua namun juga harus melihat kondisi
pasien. Sebelum dilakukan latihan berjalan, pasien duduk ongkang-ongkang di
tepi bed. Tungkai yang sehat diturunkan dari bed terlebih dahulu, tungkai yang
sakit diturunkan dengan bantuan dari terapis. Terapis menyangga dengan cara
meletakkan satu tangan di bawah bagian distal tungkai atas dan yang lainnya di
distal tungkai bawah. Setelah itu pasien diberdirikan dengan menggunakan dua
axilla kruk, kemudian latihan berjalan di mulai non weight bearing dengan
metode three point gait dan swing to.

24
DAFTAR PUSTAKA

Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : EGC


Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.
Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA:
The McGraw-Hill Companies.
Apley A. Graham dan Solomon Louis. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley. Edisi ketujuh. Jakarta: Widya Medika.
Mansjoer Arif, dkk, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid kedua.
Jakarta: Media Aesculapius
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT Yarsif
Watampone
Kartika Sari Dina, Mirzanie Hanifah, Leksana, dkk. 2005. Chirurgica.
Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Diagnosis – Patella ORIF. Medical University of South Carolina, Department of
Physical Therapy. Online. www.muschealth.com/pt

Lamoureux C. Patella Fractures. eMedicine Online.


http://www.emedicine.com/radio/topic528.htm diakses 10 Juli 2013

https://www2.aofoundation.org/ Florian Gebhard, Phil Kregor, Chris Oliver.


Patella ORIF Tension Band Wiring Diakses tanggal 10 Juli 2013

25

Anda mungkin juga menyukai