Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelainan testis yang cukup sering salah satunya adalah torsio testis. Di mana
torsio testis, epididimitis dan torsi dari appendix testis merupakan 3 penyebab
tersering nyeri skrotum akut. Torsio testis merupakan keadaan patologis dimana
terjadi putaran abnormal dari testis dan funikulus spermatikus yang dapat
mengakibatkan nyeri akut skrotum yang hebat. Perputaran funikulus spermatikus
dapat menyebabkan penirunan aliran darah yang dapat berakibat pada testis dan
jaringannya. 1
Torsio testis mulai ditemukan pada tahun 1840, namun membutuhkan waktu
yang lama untuk dikatogorikan sebagai salah satu kegawatdarutan vaskular yang
membutuhkan tindakan dan penanganan cepat. Hingga akhirnya pada tahun 1907
seorang ilmuan bernama Righby dan Howard menulisnya dalam sebuah jurnal. 2
Torsi testis terjadi jika insersi tunika vaginalis terletak tinggi pada duktus
spermatikus. Fiksasi testis terhadap skrotum buruk sehingga testis mudah berputar
mengelilingi duktus spermatikus. Pada keadaan torsi akut dan testis mengalami
iskemia maka detorsi testis dalam 6 jam akan menyelamatkan testis tersebut. Pada
keadaaan akut umumnya pasien akan merasakan nyeri pada skrotum dan abdomen
bagian bawah. Gejala lain seperti mual, muntah, tidak nafsu makan dan demam
tidak tinggi sering dikeluhkan. Skrotum akan tampak merah, bengkak dan keras.
Pada pemeriksaan fisis posisi testis didapatkan tranversal dan terletak tinggi dalam
skrotum jika dibandingkan dengan testis yang sehat.3,4
Insidensi torsio testis/ testicular torsion adalah 1 diantara 4000 orang dibawah
usia 25 tahun. Torsio testis dapat terjadi pada semua umur namun rata –rata terjadi
pada usia 12-18 tahun. Peningkatan insidensi torsio testis kedua adalah selama masa
bayi/infant. Janin yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir tidak
jarang menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan
kehilangan testis baik unilateral ataupun bilateral. 2
Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan nyeri
akut pada skrotum dan kondisi tersebut juga harus dibedakan dari keluhan-keluhan
nyeri pada testis lainnya agar tidak terjadi kesalahan diagnosis yang dapat berujung
pada kesalahan terapi. 2
Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus segera
dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan
menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Kondisi ini,
jika tidak segera ditangani dengan cepat dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri
maka dapat menyebabkan infark dari testis yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi
testis. Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah
keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal
(29%), dan keterlambatan terapi (13%).1,2
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : An. M
Usia : 12 tahun, 7 bulan
Tanggal lahir : 01 Juni 2007
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Alamat : Ciawi Gebang
Tanggal masuk : 12 Januari 2020, pukul 18.40 WIB
Unit : UGD
No. Rekam Medis : 00059512

II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 12 Januari 2020

A. Keluhan Utama
Nyeri pada kantong buah zakar kanan sejak 2 jam SMRS

Keluhan Tambahan
Nyeri perut bagian bawah, mual.

Riwayat Penyakit Sekarang


Anak laki-laki usia 12 th 7 bulan. Datang ke IGD RSUD 45 kuningan pada
pukul 18.40 WIB dengan keluhan nyeri pada kantong buah zakar kanan sejak
jam 17.00 WIB. Menurut orang tua pasien nyeri dirasakan pada saat pasien
sedang memancing ikan. Sebelum memancing ikan pasien sudah melakukan
aktifitas bersepedah dengan temannya. Nyeri dirasakan secara terus menerus,
bertambah berat terutama bila disentuh, duduk. Nyeri dirasakan menjalar
hingga ke selangkangan hingga ke perut tengah bawah pasien menyangkal
mengalami mual dan muntah. Pasien menyangkal adanya gangguan BAK
selama sakit dirasakan. Bab (+) normal, demam (-), riwayat trauma pada alat
kelamin (-), riwayat di pijat (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya pada bulan
November 2019 dan di operasi di RSUD 45 kuningan. Akan tetapi buah zakar
pasien sebelah kiri nya tidak bisa di pertahankan karena sudah membusuk.
B. Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluhan yang sama disangkal
 Riwayat trauma disangkal
Kesimpulan riwayat keluarga: Dari keluarga pasien, tidak ada yang
mengalami hal yang sama seperti pasien.
C. Riwayat Kebiasaan: Pasien sehari-hari biasa memakai sepeda pada saat
berangkat sekolah dan mengaji di pesantren.
D. Riwayat Lingkungan Perumahan
Pasien tinggal bersama dengan ayah, ibu dan kedua kakak nya. Rumah
pasien berada di wilayah padat penduduk, merupakan rumah pribadi, satu
lantai, beratap genteng, berlantai ubin, dan berdinding tembok. Kamar tidur
berjumlah 4, kamar mandi berjumlah 1, terdapat dapur, ruang makan, ruang
tamu, serta teras yang berjumlah 1 di depan rumah.Ventilasi dan
pencahayaan kurang baik. Sumber air bersih dari sumur. Peralatan makan
dicuci menggunakan air biasa, tidak selalu direndam di air mendidih.
Sampah dibuang ke tempat sampah dan setiap hari dikumpulkan di tempat
sampah depan rumah.

Kesimpulan keadaan lingkungan: Lingkungan perumahan cukup baik,


dan disertai dengan kawasan padat penduduk.
E. R. Persalinan :
Kelahiran : Spontan, di bidan, langsung menangis
UK: 9 bulan BBL : 3kg LK : tdk tahu

ANC: Rutin setiap bulan PB : tdk tahu LL :tdk tahu

Anak ke- : 3
F. R. Tumbuh Kembang : baik sesuai usianya
G. R. Imunisasi : Imunisasi Lengkap
H. R. Nutrisi : ASI sampai usia setahun, susu formula setelahnya,
MPASI sejak usia 6 bulan. Makanan dan minum sehari-hari baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan di IGD RSUD 45 Kuningan, 12
Januari 2020 Pukul 18.40 WIB
A. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Sikap : Kooperatif
Tanda vital
Tekanan darah : 120 / 80 mmhg
Nadi : 80 kali / menit
Pernapasan : 20 kali / menit
Suhu tubuh : 36,5 oC
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 60 kg
Tingi Badan : 158 cm
BMI : 24 kg/m2

Status Generalis
KEPALA : Normocephali, tidak terdapat deformitas, hematoma (-)
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
WAJAH : Wajah simetris, pembengkakan (-), luka (-), jaringan parut (-)
MATA : Alis mata merata, Bulu mata hitam, merata, konjungtiva anemis (-
/-) , sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)

Visus : Kesan baik

Ptosis : Tidak terdapat ptosis baik pada mata kanan


maupun mata kiri
Lagofthalmus : Tidak terdapat lagofthalmus baik pada mata kanan
maupun mata kiri
Cekung : Tidak terdapat mata cekung baik pada mata kanan
maupun mata kiri
Exophthalmus : Tidak terdapat exophtalmus baik pada mata kanan
maupun mata kiri
Kornea jernih : Kornea tampak jernih pada mata kanan dan mata
kiri
Lensa jernih : Lensa tampak jernih pada mata kanan dan mata
kiri
Strabismus : Tidak terdapat strabismus baik pada mata kanan
maupun mata kiri
Pupil : Pupil tampak bulat pada mata kanan dan kiri
TELINGA :
Bentuk : normotia
Tuli : Tidak terdapat kesan tuli pada kuping kanan dan kiri
Nyeri tarik aurikula : tidak terdapat nyeri tekan aurikula pada kuping
kanan dan kiri
Nyeri tekan tragus : tidak terdapat nyeri tekan tragus pada telinga
kanan dan kiri
Liang telinga : Sulit dinilai
Membran timpani : Sulit dinilai
Serumen : Sulit dinilai
Refleks cahaya : Sulit dinilai

HIDUNG :
Bentuk : Simetris
Napas cuping hidung : Tidak terdapat napas cuping hidung
Sekret : Tidak terdapat 7ecret
Deviasi septum : Tidak terdapat deviasi septum
Mukosa hiperemis : Tidak terdapat mukosa hiperemis
Konka eutrofi : Sulit dinilai

BIBIR : Mukosa berwarna tidak pucat, kering, sianosis (-),


MULUT : Tidak terdapat trismus, oral hygiene baik.
LIDAH : Normoglosia, tidak terdapat atrofi papil,
TENGGOROKAN : Arkus faring simetris, tidak hiperemis, uvula
ditengah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran
tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah
THORAKS : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas tidak ada,
retraksi tidak ada.
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS VI linea midklavikularis
sinistra.
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS VI linea midklavikularis
sinistra.
Batas kanan jantung : ICS III – V linea sternalis dextra.
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
PARU
Inspeksi
- Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernapasan yang tertinggal, tipe pernapasan torakal- abdomino.
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, gerak napas simetris kanan
dan kiri,.
Perkusi
- Sonor di kedua lapang paru.
- Batas paru dan hepar di ICS VI linea midklavikularis dextra.
Auskultasi
- Suara napas vesikuler, reguler, tidak terdapat rhonki atau wheezing
ABDOMEN :
Inspeksi : datar, supel
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans
muscular (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-)

a. Status Urologi
Supra simpisis
Inspeksi : benjolan (-), (-),
Palpasi : benjolan (-), massa (-),buli-buli tidak penuh,
nyeri tekan (+).

Scrotum
Inspeksi :Scrotum kanan terlihat lebih besar
dibandingkan dengan skrotum kiri,
benjolan (-), memar (-), jejas (-). Warna
kemerahan pada scrotum kanan.
Palpasi : Scrotum kanan terasa nyeri pada saat di
sentuh dan nyeri menetap apabila scrotum
diangkat atau di gerakan ke proximal (phren
sign). Reflex kremaster (-).
:
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium tanggan 12-01-2020
Pemeriksaan HASIL SATUAN NILAI NORMAL Ket.
Hematologi
Hb 11,8 g/dL 10,8-12,8
Hematokrit 34.0 % 35-43
Eritrosit 4.42 10^6/cmm 3,6-5,2
Leukosit 9.20 cell/cmm 6,0-17,0
Trombosit 373 cell/cmm 154.000 - 442.000

Index Eritrosit
MCV 77,0 fL 80 – 96
MCH 26,6 pg 28 – 33
MCHC 34,6 % 33 – 36

Diff Count
Basofil 1,0 % 0-1
Neutrofil 0.0 % 30-55
Limfosit 30.0 % 36-52
Eusinofil 4.0 % 1-6
Netrofil 6,45 % 4-8
Monosit 6.0 % 2-9

Electrolit
Natrium 138 mmol/L 125-145
Kalium 3,8 mmol/L 3,5-5,1
Calsium ion 1,29 mmol/L 11,12-1,37

Pembekuan darah
Waktu pembekuan 4.00 mnt 2-6
Waktu pendarahan 1.45 mnt 1-3

HbsAg Negative Negative


V. Foto Thorak PA

• Cor tidak membesar


• Sinus dan diafragma normal
• Kesan : Tak tampak TB paru
aktif, tak pampak
kardiomegali

W. RESUME
Anak laki-laki usia 12 th 7 bulan. Datang ke IGD RSUD 45 kuningan
dengan keluhan nyeri pada kantong buah zakar kanan sejak jam 2 jam SMRS.
Menurut orang tua pasien nyeri dirasakan pada saat pasien sedang memancing ikan.
Sebelum memancing ikan pasien sudah melakukan aktifitas bersepedah dengan
temannya. Nyeri dirasakan secara terus menerus, bertambah berat terutama bila
disentuh, duduk. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke selangkangan hingga ke perut
tengah bawah. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Sikap : Kooperatif
Tanda vital
Tekanan darah : 120 / 80 mmhg
Nadi : 80 kali / menit
Pernapasan : 20 kali / menit
Suhu tubuh : 36,5 oC

Scrotum
Inspeksi :Scrotum kanan terlihat lebih besar
dibandingkan dengan skrotum kiri,
benjolan (-), memar (-), jejas (-). Warna
kemerahan pada scrotum kanan.
Palpasi : Scrotum kanan terasa nyeri pada saat di
sentuh dan nyeri menetap apabila scrotum
diangkat atau di gerakan ke proximal (phren
sign). Reflex kremaster (-).

VI. DIAGNOSIS KERJA


Torisio testis dextra
VII. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac 2 x 1 ampul

VIII. PROGNOSA
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : bonam
IX. RENCANA PEMERIKSAAN
Observasi nyeri
1. SOAP

N Tgl S O A P
o
1 12/01/20  Nyeri pada  KU : TSS, Kesadaran : Post  IVFD hydromal/
20 luka bekas CM orchidope 8jam
operasi bila  GCS E4V5M6 xy dextra  Cefotaxime
batuk buah  Nadi:90x/mnt e.c 2x500 mg amp
zakar terasa Rr :21x/mnt torsiotestis i.v
tertarik ke T : 36,5oC dextra  Paracetamol
atas. 2x500 mg i.v
 demam (-),  Kaltropen sup
mual (-), 2x1
muntah (-),
BAB dan
BAK tidak
ada keluhan.
2 13/01/20  Nyeri mulai  KU : TSS, Kesadaran: Post  IVFD hydromal/
20 berkurang. Cm orchidope 8jam
Buah zakar  GCS E4V5M6 xy dextra  Cefadroxyl
sudah tidak  Nadi:112x/mnt e.c 2x500 mg amp
seperti Rr :28x/mnt torsiotestis i.v
tertarik. T : 36,3oC dextra  Paracetamol
2x500 mg i.v
 Kaltropen sup
2x1
3 14/01/2020  Nyeri –  KU: TSS, Kesadaran : Post Amoxicilin 3x250
 BLPL Cm orchidope mg
 GCS E4V5M6 xy dextra Paracetamol 3x250
 Nadi:86x/mnt e.c mg
Rr :22x/mnt torsiotestis
T : 36,4oC dextra

 Akral hangat

Laporan Operasi tgl 12 januari 2020

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Torsio testis merupakan keadaan patologis dimana terjadi putaran
abnormal dari testis dan funikulus spermatikus yang dapat mengakibatkan nyeri
akut skrotum yang hebat. Perputaran funikulus spermatikus dapat menyebabkan
penirunan aliran darah yang dapat berakibat pada testis dan jaringannya. 1
3.2 Anatomi
3.2.1 Anatomi Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis: kulit dan
fascia superficialis. Fascia superficialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi
pada fascia superficialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai
tunica dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin, dan dengan
demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fascia superficialis
dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada dinding abdomen
ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fascia superficialis perineum.5

Gambar 1. Anatomi Skrotum3

Arteri untuk skrotum ialah :


1. Ramus perinealis dari arteria pudenda interna.
2. Arteriae pudendae externae dari arteria femoralis.
3. Arteria cremasterica dari arteria epigastrica inferior.3
Vena scrotales mengiringi arteri-arteri tersebut. Pembuluh limfe ditampung oleh
nodi lymphoidei inguinales superficiales.3

Saraf scrotum ialah :


1. Ramus genitalis dari nervus genitofemoralis (L1,L2) yang bercabang menjadi
cabang sensoris pada permukaan scrotum ventral dan lateral.
2. Cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan skrotum ventral.
3. Ramus perinealis dari nervus pudendalis (S2-S4) untuk permukaan scrotum
dorsal.
4. Ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior (S2,S3) untuk
permukaan scrotum kaudal.3
3.2.2 Anatomi Testis
Kedua testis terletak dalam scrotum dan menghasilkan spermatozoon dan
hormone, terutama testosterone. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh
lamina visceralis tunicae vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididimis dan
funiculus spermaticus. Tunica vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang
membungkus testis dan berasal dari processus vaginalis embrional. Lamina
parietalis tunicae vaginalis berbatasan langsung pada fascia spermatica interna dan
lamina visceralis tunicae vaginalis melekat pada testis dan epididimis. Sedikit
cairan dalam rongga tunica vaginalis memisahkan lamina visceralis terhadap
lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara bebas dalam scrotum.3

Gambar 2. Anatomi testis


Epididimis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada permukaan
kranial dan permukaan dorsolateral testis. Bagian-bagian epididimis yaitu :

1. Bagian cranial yang melebar, yakni caput epididimis terdiri dari lobul-lobul
yang dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.
2. Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididimis untuk
ditimbun.
3. Corpus epididimis terdiri dari ductus epididimis yang berbelit-belit.
4. Cauda epididimis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkut
spermatozoon dari epididimis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke
dalam pars prostatica urethrae.5

Gambar 3. Histologi Testis

Arteria testicularis berasal dari pars abdominalis aortae, tepat kaudal arteria
renalis. Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus
pampiniformis yang melepaskan vena testicularis dalam canalis inguinalis. Limfe
dari testis disalurkan ke nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.
Saraf autonom testis berasal dari plexus testicularis sekeliling arteria testicularis.
Saraf ini mengandung serabut parasimpatis dari nervus vagus dan serabut simpatis
dari segmen medulla spinalis.3

3.2.3 Anatomi Funiculus Spermaticus


Funiculus spermaticus menggantung testis dalam scrotum dan berisi
struktur-struktur yang melintas ke dan dari testis. Funiculus spermaticus berawal
pada anulus inguinalis profundus, lateral dari arteria epigastrica inferior, melalui
canalis inguinalis, dan berakhir pada tepi dorsal testis dalam scrotum. Funiculus
spermaticus diliputi oleh fascia pembungkus yang berasal dari dinding abdomen.5

Gambar 4. Anatomi Funikulus Spermatikus

Pembungkus funiculus spermaticus dibentuk oleh tiga lapis fascia dari dinding
abdomen ventral sewaktu masa vetal :

1. Fascia spermatica interna dari fascia transversalis.


2. Fascia cremasterica dari fascia penutup musculus obliquus internus abdominis.
3. Fascia spermatica externa dari aponeurosis musculus obliquus externus
abdominis.5

Pada fascia cremasterica terdapat ikal-ikal (loops) musculus cremaster yang


secara refleks mengangkat testis ke atas ke dalam scrotum, terutama sewaktu
dingin. Musculus cremaster, yang berasal dari musculus obliquus internus
abdominis, memperoleh persarafan dari ramus genitalis nervi genitofemoralis
(L1,L2).5

Komponen funiculus spermaticus ialah :


1. Ductus deferens (vas deferens), pipa berotot dengan kepanjangan sekitar 45 cm
yang menyalurkan mani dari epididimis.
2. Arteria testicularis yang berasal dari permukaan lateral aorta, dan memasok
darah kepada testis dan epididimis.
3. Arteri untuk ductus deferens dari arteria vesicalis inferior.
4. Arteria cremasterica dari arteria epigastrica inferior.
5. Plexus pampiniformis, anyaman pembuluh balik yang dibentuk melalui
anastomosis beberapa sampai dua belas vena.
6. Serabut saraf simpatis pada arteri, dan serabut simpatis dan parasimpatis pada
ductus deferens.
7. Ramus genitalis nervi genitofemoralis mempersarafi musculus cremaster.
8. Pembuluh limfe untuk menyalurkan limfe dari testis dan struktur berdekatan ke
nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.5

3.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi per tahun torsio testis ditemukan sebanyak
4.5 kasus per 100.000 laki-laki usia 1-25 tahun, 3.8 kasus per 100.000 laki-laki usia
< 18 tahun, dan 1.1 kasus per 100.000 laki-laki pada seluruh kelompok usia. Sebuah
studi epidemiologi secara nasional di Taiwan mencatat insidensi torsio testis
sebanyak 3.5 kasus per 100.000 laki-laki usia < 25 tahun per tahun. Sedangkan, di
Korea tercatat bahwa insidensi torsio testis sebanyak 1.1 kasus per 100.000 laki-
laki per tahun, dengan insidensi tertinggi pada usia < 25 tahun (2.9 kasus per
100.000 laki-laki per tahun). Sedangkan insidensi dan epidemiologi di Indonesia
mengenai torsio testis belum tercatat dengan jelas. 6

3.4 Klasifikasi
Torsi yang terjadi dapat dibedakan menjadi 3 macam. Yang pertama adalah
torsio testis, torsio pada cryptochide testis/UDT, dan torsi pada testicular apendix.
Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu torsio intravagina
dan ekstravagina. Torsio intravagina adalah torsi testis yang tejadi didalam tunika
vaginalis. Hal ini biasa disebut dengan the bell-clapper deformity. Torsio testis jenis
ini sering terjadi pada remaja dan dewasa. The bell clapper deformity terjadi karena
adanya fiksasi abnormal dari tunika vaginalis terhadap testis sehingga testis dapat
bergerak bebas didalam tunika vaginalis.1,7
Torsio ekstravagina, terjadi bila seluruh testis dan tunika terpeluntir pada
aksis vertikal sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplit atau non fiksasi dari
gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas
di dalam scrotum. Torsi jenis ini lebih sering terjadi pada infant dan neonatus.
Gambaran klinisnya yaitu adanya pembengkakan skrotum yang tidak nyeri dengan
atau tanpa inflamasi akut. Tingkat keselamatan testis pada torsi yang terterjadi pada
neonatus sangatlah buruk. Sebuah literatur menyebutkan dari 284 pasien yang
menderita torsio testis hanya 9% yang dapat diselamatkan. 7
Torsio pada cryptochide testis adalah torsio testis yang terjadi pada
penderita kriptokismus atau istilah lainnya adalah undesendent testis. Hal ini
meningkatkan terjadinya torsio testis karena kosongnya ruangan scrotum
kontralateral akibat belum turunnya testis. 73% kasus torsi pada kriptokismus
terjadi pada sisi sebelah kiri. 1
Torsi pada testicular apendix adalah penyebab tersering nyeri akut skrotum
pada anak-anak. 91-95% torsi jenis ini terjadi di usia 7-14 tahun. Torsio testis dan
torsio apendix testis memiliki manifestasi klinis yang sama kecuali pada torsio
apendix onset nyeri nya lebih gradual. Pada saat di palpasi biasanya teraba nodul
tegas yang terletak diatas tetsis dengan disertai perubahan warna apendix menjadi
kebiruan ’’blue dot sign’’ yang dapat terlihat jelas dari kulit skrotum. 1

3.5 Etiologi
Torsio biasanya terjadi tanpa didahului oleh faktros presipitasi. Hanya 4-8%
kasus yang diawali oleh trauma. Faktor predisposisi lain yang disebutkan oleh
beberapa penelitian adalah peningkatan volume testis (dipengaruhi oleh pubertas),
tumor testis, testis yang terketak horizontal, riwayat kriptokismus, dan funikulus
7
spermatikus yang panjang. beberapa penelitian melaporkan torsio testis terjadi
pada musim dingin dengan suhu dibawah 15 C dan jarang terjadi pada cuaca panas.2

3.6 Patofisiologi
Onset terjadinya torsio testis dapat mendadak atau bahkan didahului oleh
trauma. Torsio dapat terjadi kapan saja, saat duduk ataupun berdiri bahkan saat
bangun tidur. Pada saat testis terpeluntir hingga 90 – 180 0 akan menyebabkan aliran
0
darah terhadap testis menurun. Torsio kumplit terjadi ketka terjadi putaran 360
atau lebih. Saat terjadi oklusi akibat adanya puntiran, aliran vena akan terganggu
akhirnya vena akan membesar dan aliran arteri terhadap testis menurun
mengakibatkan iskemik dan infark pada testis. 8

ETIOLOGI

Kelainan sistem Faktor predisposisi lain


penyangga testis

Testis berotasi

Funiculus spermaticus
terpeluntir

Aliran darah terhenti

Iskemia testis

Nekrosis

3.7 Manifestasi klinis, Diagnosis dan diagnosis banding


Keluhan utama pasien dengan torsio testis adalah nyeri akut dan hebat pada
scrotum pada saat istirahat. Bisa dengan atau tidak didahului oleh trauma. Keluhan
kadang-kadang disertai dengan mual,muntah,dan subfebris. Kondisi lain seperti
epididimiorchitis dan torsio apendix testis juga bermanifestasi dengan nyeripada
skrotum yang harus dibedakan dengan torsio testis. Pada pemeriksaan fisik
biasanya terdapat bengkak pada sisi skrotum yang mengalami torsi, kemerahan dan
tampak adanya inflamasi dengan ketiadaan refleks pada otot kremaster. Selain itu
nyeri tidak berkurang dengan posisi skrotum yang dinaikan. Testis yang mengalami
torsi biasanya nyeri tekan, posisinya lebih superior dan mungkin letaknya lebih
horizontal.7
Pemeriksaan refleks kremaster adalah sebuah refleks motorik dari otot
kremaster yang muncul saat paha bagian dalam di elus. Otot tersebut akan
berkontraksi dan menarik testis ipsilateral menuju kanalis inguinalis. Ketiadaan
refleks ini sangat membantu membedakan torsio testis dengan yang lainnya.
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 99% pada torsio testis9
Penegakan diagnosis yang tepat sangat berpengaruh terhadap viabilitas
testis yang terkena torsio. Golden periode dalam penegakan torsio testis adalah
sekitar 4-6 jam. Barbosa dan koleganya membuat skoring untuk membantu
penegakan awal torsio testis sehingga penegakan diagnosa dapat segea ditegakan.
(Tabel 1)
Tabel 1. Scoring penegakan Torsio testis menurut Barbosa dkk10
Penilaian Score
Bengkak pada testis/ testicular swelling 2
Testis teraba keras/hard testicle 2
Ketidaadaan refleks kremaster/ 1
Absent cremastic reflex
Mual dan muntah 1
Letak testis lebih atas/ High riding 1
testis
Total 7

Barbosa dan koleganya menyebutkan cutoffs dari scoring tersebut adalah 2


dan 5. Bila score kurang dari 2 bisa diagnosa torsio testis dapat disingkirkan dan
bila lebih/sama dengan 5 sudah dapat dicurigai torsio testis. Sedangkan score 2-4
belum dapat dipastikan dan harus dilakukan pemeriksaan penunjang lanjutan. 10
Ada beberapa diagnosis banding torsio testis, yakni (1) Epidemimitis akut,
di mana dijumpai nyeri skrotum yang biasanya disertai dengan kenaikan suhu
tubuh, keluarnya nanah dari ureter, ada riwayat coitus suspectus atau pernah
menjalani kateterisasi sebelumnya; (2) Hernia skrotalis inkarserata, yang biasanya
didahului dengan anamnesis didapatkan benjolan yang dapat keluar dan masuk ke
dalam skrotum; (3) Hidrokel terinfeksi, yang dengan anamnesis sebelumnya sudah
ada benjolan dalam skrotum; (4) Tumor testis, berupa benjolan yang tidak dirasakan
nyeri kecuali terjadi perdarahan dalam testis; (5) Edema skrotum yang dapat
disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, kelainan jantung atau idiopatik3
Tabel 2. Diagnosis Banding Nyeri Akut Scrotum

3.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torsio testis
dengan keadaan akut scrotum yang lain adalah dengan menggunakan stetoskop
Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis, yang kesemuanya bertujuan
untuk menilai aliran darah ke testis. Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan
adanya leukosit dalam urin, dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan adanya
inflamasi kecuali pada torsio yang sudah lama dan mengalami peradangan steril.
Adanya peningkatan dari acute fase protein (CRP) dapat membedakan proses
inflamasi sebagai penyebab akut skrotum. 3
Pemeriksaan ultrasonografi (US) dapat dilakukan dengan cara gray scale
dan Color dopler ultrasonography (CDU). Gambaran torsio testis pada
pemeriksaan gray scale US dapat ditemukan testis tampak membesar, terletak
transversal dalam skrotum. Epididimis tidak terlihat pada pool atas testis. Dinding
testis menebal. Hidrokel bisa ditemukan. Ekotekstur dan ukuran testis masih
tampak normal pada jam pertama setelah terjadi torsi. Setelah 4-6 jam testis akan
menjadi hipoekoik dan membesar serta bisa ditemukan juga sedikit hidrokel. Testis
akan terlihat mottled dan heterogen setelah 24 jam terjadi torsi. Gambaran testis
yang heterogen merupakan faktor prognostik buruk. Sedangkan gambaran pada
torsi duktus spermatikus akan tampak sebagai massa bulat/oval di lokasi ekstra
4
testis.
Pemeriksaan CDU adalah alat yang dapat memperlihatkan vaskularisasi
terhadap testis. CDU merupakan pemeriksaan yang paling spesifik dan sentitif
untuk membedakan torsio testis dengan nyeri akut skrotum lainnya. Pada
pemeriksaannya dapat ditemukan gelombang warna dopler yanag menunjukan
aliran darah terhadap testis menurun atau bahkan menghilang bila dibandingkan
terhadap testis kontralateral. 10
Gambar 5. Color Doppler Ultrasonography menunjukan aliran darah
normal pada testis kanan dan tidak adanya aliran darah pada testis kiri.10

3.9 Penatalaksaan
Torsio testis adalah sebuah keadaan emergensi karena keselamatan testis
tergantung dari berapa cepatnya penanganan dapat dilakkan. Ketika sudah dapat
ditegakan adanya torsio testis, tindakan bedah ekplorasi scrotum tidak boleh
ditunda. Tindakan yang dapat dilakukan untuk penatalaksanaan kasus torsio testis
adalah 3
3.9.1Detorsi manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan
memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Hilangnya detorsi
menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap
dilaksanakan. 3
3.9.2 Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah
yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
mengalami torsio, mungkin masih viable atau sudah mengalami nekrosis.
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3
tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir kembali, sedangkan pada testis
yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis dan kemudian
disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Torsio testis dan spermatic cord akan
berlanjut sebagai salah satu kegawatdaruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan
lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau
detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%.
Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
atrofi testis Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio
dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam
atau lebih.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Riyad T. Ellati, Parviz K. Kavoussi, Terry T. Turner, Jeffrey J. Lysiak.


Twist and Shout: A Clinical and Experimental Review of Testicular
Torsion. Korean Journal of Urology. 50:2009;12. Page 1159-1167.
Download 1 february 2020 at
https://www.icurology.org/Synapse/Data/PDFData/0020KJU/kju-50-
1159.pdf
2. Petnyala S, Lee Jacky, Yalamanchili P, itkun S, Khan A. Testicular
Torsion A riview. Departement of urology and Anesthesiologi School of
edicine State University of New York. 5;2001:18-47. Download 1
february 2020 at
https://www.researchgate.net/publication/227870369_Testicular_Torsion_
A_Review
3. Al-Muqsith. ANATOMI DAN GAMBARAN KLINIS TORSIO TESTIS.
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas
Malikussaleh. 2017. Downlad 31 Januari 2020
http://repository.unimal.ac.id/4038/1/JAM%2C%20Torsio%20Testis.pdf
4. Andriastuti M, Yuniar I, Indawati W, Putri DP. Current Evidences In
Pediatric Emergencies Management. 2014. Jakarta:Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak-RSCM

5. Moore,K.L., Agur,A.M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta :


Hipokrates

6. Sol Min Lee, Jung-Sik Huh, Minki Baek, Koo Han Yoo,, etc. A
Nationwide Epidemiological Study of Testicular Torsion in Korea. Journal
of Korean Medicine Science. 12;2014:1684-7. Download at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4248591/
7. Victoria J. Sharp, Kathleen Kieran. Testicular Torsion: Diagnosis,
Evaluation, and Management. University of Iowa Carver College of
Medicine. 88:2013;836. Download at
https://www.aafp.org/afp/2013/1215/p835.pdf
8. Ringdahl E, Teague L. Testikular Torsion. University of Missouri–
Columbia School of Medicine, Columbia. 2006. Download at
https://pdfs.semanticscholar.org/fbfd/b0e9b1112ca84c9d75e445877870bc
733e08.pdf
9. Larry B. Mellick; Mohammed A. Al-Dhahir. Cremasteric Reflex. NCBI .
2019 DOWNLOAD AT
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513348/
10. Hyun GS. Testicular Torsion. NCBI. 20;2018:104-6. Download at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168322/

Anda mungkin juga menyukai