PENDAHULUAN
I. IDENTITAS
Nama : An. M
Usia : 12 tahun, 7 bulan
Tanggal lahir : 01 Juni 2007
Agama : Islam
Status : Pelajar
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Alamat : Ciawi Gebang
Tanggal masuk : 12 Januari 2020, pukul 18.40 WIB
Unit : UGD
No. Rekam Medis : 00059512
II. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 12 Januari 2020
A. Keluhan Utama
Nyeri pada kantong buah zakar kanan sejak 2 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Nyeri perut bagian bawah, mual.
Anak ke- : 3
F. R. Tumbuh Kembang : baik sesuai usianya
G. R. Imunisasi : Imunisasi Lengkap
H. R. Nutrisi : ASI sampai usia setahun, susu formula setelahnya,
MPASI sejak usia 6 bulan. Makanan dan minum sehari-hari baik.
Status Generalis
KEPALA : Normocephali, tidak terdapat deformitas, hematoma (-)
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
WAJAH : Wajah simetris, pembengkakan (-), luka (-), jaringan parut (-)
MATA : Alis mata merata, Bulu mata hitam, merata, konjungtiva anemis (-
/-) , sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)
HIDUNG :
Bentuk : Simetris
Napas cuping hidung : Tidak terdapat napas cuping hidung
Sekret : Tidak terdapat 7ecret
Deviasi septum : Tidak terdapat deviasi septum
Mukosa hiperemis : Tidak terdapat mukosa hiperemis
Konka eutrofi : Sulit dinilai
a. Status Urologi
Supra simpisis
Inspeksi : benjolan (-), (-),
Palpasi : benjolan (-), massa (-),buli-buli tidak penuh,
nyeri tekan (+).
Scrotum
Inspeksi :Scrotum kanan terlihat lebih besar
dibandingkan dengan skrotum kiri,
benjolan (-), memar (-), jejas (-). Warna
kemerahan pada scrotum kanan.
Palpasi : Scrotum kanan terasa nyeri pada saat di
sentuh dan nyeri menetap apabila scrotum
diangkat atau di gerakan ke proximal (phren
sign). Reflex kremaster (-).
:
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggan 12-01-2020
Pemeriksaan HASIL SATUAN NILAI NORMAL Ket.
Hematologi
Hb 11,8 g/dL 10,8-12,8
Hematokrit 34.0 % 35-43
Eritrosit 4.42 10^6/cmm 3,6-5,2
Leukosit 9.20 cell/cmm 6,0-17,0
Trombosit 373 cell/cmm 154.000 - 442.000
Index Eritrosit
MCV 77,0 fL 80 – 96
MCH 26,6 pg 28 – 33
MCHC 34,6 % 33 – 36
Diff Count
Basofil 1,0 % 0-1
Neutrofil 0.0 % 30-55
Limfosit 30.0 % 36-52
Eusinofil 4.0 % 1-6
Netrofil 6,45 % 4-8
Monosit 6.0 % 2-9
Electrolit
Natrium 138 mmol/L 125-145
Kalium 3,8 mmol/L 3,5-5,1
Calsium ion 1,29 mmol/L 11,12-1,37
Pembekuan darah
Waktu pembekuan 4.00 mnt 2-6
Waktu pendarahan 1.45 mnt 1-3
W. RESUME
Anak laki-laki usia 12 th 7 bulan. Datang ke IGD RSUD 45 kuningan
dengan keluhan nyeri pada kantong buah zakar kanan sejak jam 2 jam SMRS.
Menurut orang tua pasien nyeri dirasakan pada saat pasien sedang memancing ikan.
Sebelum memancing ikan pasien sudah melakukan aktifitas bersepedah dengan
temannya. Nyeri dirasakan secara terus menerus, bertambah berat terutama bila
disentuh, duduk. Nyeri dirasakan menjalar hingga ke selangkangan hingga ke perut
tengah bawah. BAB dan BAK dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Sikap : Kooperatif
Tanda vital
Tekanan darah : 120 / 80 mmhg
Nadi : 80 kali / menit
Pernapasan : 20 kali / menit
Suhu tubuh : 36,5 oC
Scrotum
Inspeksi :Scrotum kanan terlihat lebih besar
dibandingkan dengan skrotum kiri,
benjolan (-), memar (-), jejas (-). Warna
kemerahan pada scrotum kanan.
Palpasi : Scrotum kanan terasa nyeri pada saat di
sentuh dan nyeri menetap apabila scrotum
diangkat atau di gerakan ke proximal (phren
sign). Reflex kremaster (-).
VIII. PROGNOSA
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
IX. RENCANA PEMERIKSAAN
Observasi nyeri
1. SOAP
N Tgl S O A P
o
1 12/01/20 Nyeri pada KU : TSS, Kesadaran : Post IVFD hydromal/
20 luka bekas CM orchidope 8jam
operasi bila GCS E4V5M6 xy dextra Cefotaxime
batuk buah Nadi:90x/mnt e.c 2x500 mg amp
zakar terasa Rr :21x/mnt torsiotestis i.v
tertarik ke T : 36,5oC dextra Paracetamol
atas. 2x500 mg i.v
demam (-), Kaltropen sup
mual (-), 2x1
muntah (-),
BAB dan
BAK tidak
ada keluhan.
2 13/01/20 Nyeri mulai KU : TSS, Kesadaran: Post IVFD hydromal/
20 berkurang. Cm orchidope 8jam
Buah zakar GCS E4V5M6 xy dextra Cefadroxyl
sudah tidak Nadi:112x/mnt e.c 2x500 mg amp
seperti Rr :28x/mnt torsiotestis i.v
tertarik. T : 36,3oC dextra Paracetamol
2x500 mg i.v
Kaltropen sup
2x1
3 14/01/2020 Nyeri – KU: TSS, Kesadaran : Post Amoxicilin 3x250
BLPL Cm orchidope mg
GCS E4V5M6 xy dextra Paracetamol 3x250
Nadi:86x/mnt e.c mg
Rr :22x/mnt torsiotestis
T : 36,4oC dextra
Akral hangat
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Torsio testis merupakan keadaan patologis dimana terjadi putaran
abnormal dari testis dan funikulus spermatikus yang dapat mengakibatkan nyeri
akut skrotum yang hebat. Perputaran funikulus spermatikus dapat menyebabkan
penirunan aliran darah yang dapat berakibat pada testis dan jaringannya. 1
3.2 Anatomi
3.2.1 Anatomi Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis: kulit dan
fascia superficialis. Fascia superficialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi
pada fascia superficialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai
tunica dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin, dan dengan
demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fascia superficialis
dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada dinding abdomen
ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fascia superficialis perineum.5
1. Bagian cranial yang melebar, yakni caput epididimis terdiri dari lobul-lobul
yang dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.
2. Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididimis untuk
ditimbun.
3. Corpus epididimis terdiri dari ductus epididimis yang berbelit-belit.
4. Cauda epididimis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkut
spermatozoon dari epididimis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke
dalam pars prostatica urethrae.5
Arteria testicularis berasal dari pars abdominalis aortae, tepat kaudal arteria
renalis. Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus
pampiniformis yang melepaskan vena testicularis dalam canalis inguinalis. Limfe
dari testis disalurkan ke nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.
Saraf autonom testis berasal dari plexus testicularis sekeliling arteria testicularis.
Saraf ini mengandung serabut parasimpatis dari nervus vagus dan serabut simpatis
dari segmen medulla spinalis.3
Pembungkus funiculus spermaticus dibentuk oleh tiga lapis fascia dari dinding
abdomen ventral sewaktu masa vetal :
3.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi per tahun torsio testis ditemukan sebanyak
4.5 kasus per 100.000 laki-laki usia 1-25 tahun, 3.8 kasus per 100.000 laki-laki usia
< 18 tahun, dan 1.1 kasus per 100.000 laki-laki pada seluruh kelompok usia. Sebuah
studi epidemiologi secara nasional di Taiwan mencatat insidensi torsio testis
sebanyak 3.5 kasus per 100.000 laki-laki usia < 25 tahun per tahun. Sedangkan, di
Korea tercatat bahwa insidensi torsio testis sebanyak 1.1 kasus per 100.000 laki-
laki per tahun, dengan insidensi tertinggi pada usia < 25 tahun (2.9 kasus per
100.000 laki-laki per tahun). Sedangkan insidensi dan epidemiologi di Indonesia
mengenai torsio testis belum tercatat dengan jelas. 6
3.4 Klasifikasi
Torsi yang terjadi dapat dibedakan menjadi 3 macam. Yang pertama adalah
torsio testis, torsio pada cryptochide testis/UDT, dan torsi pada testicular apendix.
Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu torsio intravagina
dan ekstravagina. Torsio intravagina adalah torsi testis yang tejadi didalam tunika
vaginalis. Hal ini biasa disebut dengan the bell-clapper deformity. Torsio testis jenis
ini sering terjadi pada remaja dan dewasa. The bell clapper deformity terjadi karena
adanya fiksasi abnormal dari tunika vaginalis terhadap testis sehingga testis dapat
bergerak bebas didalam tunika vaginalis.1,7
Torsio ekstravagina, terjadi bila seluruh testis dan tunika terpeluntir pada
aksis vertikal sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplit atau non fiksasi dari
gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas
di dalam scrotum. Torsi jenis ini lebih sering terjadi pada infant dan neonatus.
Gambaran klinisnya yaitu adanya pembengkakan skrotum yang tidak nyeri dengan
atau tanpa inflamasi akut. Tingkat keselamatan testis pada torsi yang terterjadi pada
neonatus sangatlah buruk. Sebuah literatur menyebutkan dari 284 pasien yang
menderita torsio testis hanya 9% yang dapat diselamatkan. 7
Torsio pada cryptochide testis adalah torsio testis yang terjadi pada
penderita kriptokismus atau istilah lainnya adalah undesendent testis. Hal ini
meningkatkan terjadinya torsio testis karena kosongnya ruangan scrotum
kontralateral akibat belum turunnya testis. 73% kasus torsi pada kriptokismus
terjadi pada sisi sebelah kiri. 1
Torsi pada testicular apendix adalah penyebab tersering nyeri akut skrotum
pada anak-anak. 91-95% torsi jenis ini terjadi di usia 7-14 tahun. Torsio testis dan
torsio apendix testis memiliki manifestasi klinis yang sama kecuali pada torsio
apendix onset nyeri nya lebih gradual. Pada saat di palpasi biasanya teraba nodul
tegas yang terletak diatas tetsis dengan disertai perubahan warna apendix menjadi
kebiruan ’’blue dot sign’’ yang dapat terlihat jelas dari kulit skrotum. 1
3.5 Etiologi
Torsio biasanya terjadi tanpa didahului oleh faktros presipitasi. Hanya 4-8%
kasus yang diawali oleh trauma. Faktor predisposisi lain yang disebutkan oleh
beberapa penelitian adalah peningkatan volume testis (dipengaruhi oleh pubertas),
tumor testis, testis yang terketak horizontal, riwayat kriptokismus, dan funikulus
7
spermatikus yang panjang. beberapa penelitian melaporkan torsio testis terjadi
pada musim dingin dengan suhu dibawah 15 C dan jarang terjadi pada cuaca panas.2
3.6 Patofisiologi
Onset terjadinya torsio testis dapat mendadak atau bahkan didahului oleh
trauma. Torsio dapat terjadi kapan saja, saat duduk ataupun berdiri bahkan saat
bangun tidur. Pada saat testis terpeluntir hingga 90 – 180 0 akan menyebabkan aliran
0
darah terhadap testis menurun. Torsio kumplit terjadi ketka terjadi putaran 360
atau lebih. Saat terjadi oklusi akibat adanya puntiran, aliran vena akan terganggu
akhirnya vena akan membesar dan aliran arteri terhadap testis menurun
mengakibatkan iskemik dan infark pada testis. 8
ETIOLOGI
Testis berotasi
Funiculus spermaticus
terpeluntir
Iskemia testis
Nekrosis
3.9 Penatalaksaan
Torsio testis adalah sebuah keadaan emergensi karena keselamatan testis
tergantung dari berapa cepatnya penanganan dapat dilakkan. Ketika sudah dapat
ditegakan adanya torsio testis, tindakan bedah ekplorasi scrotum tidak boleh
ditunda. Tindakan yang dapat dilakukan untuk penatalaksanaan kasus torsio testis
adalah 3
3.9.1Detorsi manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan
memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Hilangnya detorsi
menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap
dilaksanakan. 3
3.9.2 Operasi
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah
yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang
mengalami torsio, mungkin masih viable atau sudah mengalami nekrosis.
Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3
tempat untuk mencegah agar testis tidak terpuntir kembali, sedangkan pada testis
yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis dan kemudian
disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Torsio testis dan spermatic cord akan
berlanjut sebagai salah satu kegawatdaruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan
lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau
detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%.
Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
atrofi testis Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio
dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam
atau lebih.3
DAFTAR PUSTAKA
6. Sol Min Lee, Jung-Sik Huh, Minki Baek, Koo Han Yoo,, etc. A
Nationwide Epidemiological Study of Testicular Torsion in Korea. Journal
of Korean Medicine Science. 12;2014:1684-7. Download at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4248591/
7. Victoria J. Sharp, Kathleen Kieran. Testicular Torsion: Diagnosis,
Evaluation, and Management. University of Iowa Carver College of
Medicine. 88:2013;836. Download at
https://www.aafp.org/afp/2013/1215/p835.pdf
8. Ringdahl E, Teague L. Testikular Torsion. University of Missouri–
Columbia School of Medicine, Columbia. 2006. Download at
https://pdfs.semanticscholar.org/fbfd/b0e9b1112ca84c9d75e445877870bc
733e08.pdf
9. Larry B. Mellick; Mohammed A. Al-Dhahir. Cremasteric Reflex. NCBI .
2019 DOWNLOAD AT
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513348/
10. Hyun GS. Testicular Torsion. NCBI. 20;2018:104-6. Download at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6168322/