Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TIPE 2


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Yurida Olviani, Ns., M.Kep


Abdul Wahab, S.Kep., Ns

Disusun Oleh:

Siti Hapsah, S.Kep


NPM. 1914901210153

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
 DIABETES MELITUS TIPE 2

A. DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes mellitus Tipe 2 atau dikenal dengan istilah Non-insulin Dependent


Millitus (NIDDM) adalah keadaan dimana hormone insulin dalam tubuh tidak dapat
berfungsi dengan semestinya, hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti
kecacatan dalam produksi  insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan
tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
(Nurul Wahdah, 2011)

Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar insulin
tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa
masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang dijadikan sebagai
bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011)

Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali normal
dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam
sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari
120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya.
B. PAHTWAY

1. Definisi Ideopati,usia,genetik dll 4. Manifestasi


DM Tipe II adalah defek Penurunan
sekresi insulin, dimana Jumlah sel pancreas penglihatan,
menurun
pankreas tidak mampu poliuri,
menghasilkan insulin yang polidipsia, rasa
Defisit Insulin
cukup untuk mempertahankan lelah dan
glukosa plasma yang normal, kelemahan otot,
sehingga terjadi hiperglikemia Hiperglikemia Katabolisme Liposit polifagia,
protein meningkat
yang disebabkan insensitifitas meningkat konfusi atau
seluler akibat insulin derajat delirium,
Pembatasan Diet Penurunana
(Elizabeth J Corwin, 2009) BB konstipasi,

Fleksibitas darah retinopati,


Ketidak
merah Intake seimbangan perubahan kulit,
2. Etiologi tidak nutrisi
adekuat kurang dari penurunan nadi
Penurunan fungsi cell b pancreas kebutuhan
perifer, hipotensi
(Glukotoksisitas, Lipotoksisitas, tubuh

Penumpukan amyloid, Efek


ortostatik

inkretin,umur. Retensi insulin Pelepasan O2 Poliuria

(Obesitas terutama yang bersifat


sentral, Diet tinggi lemak dan Ketidakefektifan perfusi 5. Komplikasi
Hipoksia Perifer
rendah karbohidrat, Kurang gerak jarigan perifer a. Hiperglikemi
badan, Faktor keturunan b.Hipoglikemi
Nyeri
( herediter ),stress.

3. Klasifikasi 6. Penatalaksaan
a. Perencaan makanan
a. Tipe 1 :  insulin dependent diabetes
b. Latihan jasmani
melitus (iddm)/ diabetes melitus
c. Obat berkhasiat
tergantung insulin (dmti)
hipoglikemik
b. Tipe 2 : non insulin dependent diabetes
mellitus (niddm)/ diabetes mellitus tak
tergantung insulin (dmtti), Dm tipe lain
c. Diabetes kehamilan: gestasional diabetes
melitus (gdm)
Dx Kep : Dx Kep :

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik 2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d Asupan diet kurang
NOC :Pain Level, Pain control, Comfort
NOC :
level
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan
NIC :
cairan, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
Pain Management
berikut: (sebutkan 1-5: tidak adekuat, sedikit
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
adekuat, cukup adekuat, sangat adekuat).
komprehensif termasuk lokasi,
a. Makanan oral atau pemberian makanan lewat
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
selang
dan faktor presipitasi
b. Asupan cairan oral atau IV
b. Observasi reaksi nonverbal dari
c. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan
ketidaknyamanan
dalam batas normal
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
NIC :
untuk mengetahui pengalaman nyeri
a. Kaji faktor yang mungkin menjadi penyebab
pasien
kekurangan nutrisi
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
b. Tanyakan kebiasaan makan, pantangan makan,
nyeri
alergi dan jenis makanan yang disukai
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
c. Timbang berat badan pasien
f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
d. Jaga kebersihan badan dan mulut pasien
dan menemukan dukungan
e. Anjurkan pasien makan dengan porsi yang kecil
g. Kurangi faktor presipitasi nyeri
tetapi sering sesuai dengan diet yang diberikan
h. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
(farmakologi, non farmakologi dan inter
diet yang sesuai
personal)

Dx Kep :

3. Ketidakefektifan perfusi jarigan perifer b/d proses penyakit

NOC : TTV dalam kisaran normal, status sirkulasi,


NIC :
a. Monitor tekanan darah,nadi,suhu dan status pernapasan
b. Monitor warna kulit , suhu dan kelembaban
c. Monitor sensasi tumpul/ tajam, panas dan dingin yang dirasakan pasien
d. Monitor adanya parasthesia dengan tepat
e. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa adanya kerusakan kulit setiap harinya
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penyaringan :
a. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu.
b. Kadar glukosa puasa.
c. Tes toleransi glukosa oral ( TTGO ) standar.
Kadar gula glukosa sewaktu dan puasa enzimatik sebagai patokan panyaringan dan
diagnostik DM (mg/dl).

Bukan DM Belum pasti DM DM


a. Kadar glukosa darah sewaktu :
Plasma Vena. < 110 110–119 >200
Darah Perifer. < 90 90–199 >200

b. Kadar glukosa darah sewaktu :


Plasma Vena. < 110 110 – 125 > 126
Darah Kapiler. < 90 90 – 199 > 110

c. Cara pemeriksaan TTGO adalah :


- Tiga hari sebelum melakukan pemeriksaan klien seperti biasa.
- Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
- Klien puasa semalam selama 10 – 12 jam.
- Pemeriksaan glukosa darah puasa.
- Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
dalam waktu 5 menit.
- Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.
- selama pemeriksaan, klien yang diperiksa tetap beristirahat.

D. PENATALAKSANAAN
Kerangka utama penatalaksanan Diabetes Melitus yaitu perencanan makan, latihan
jasmani, obat hipoglikemia dan penyuluhan.
1) Perencanaan makan.
Standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa
karbohidrat (69 – 70 %), protein (10 – 15 %) dan lemak (20 – 25 %). Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan
jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol < 300
mg/hari, jumlah kandungan serta kurang lebih 25 gr/hari, diutamakan jenis serat
larut.
2) Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3 – 4 kali setiap minggu selama kurang lebih 0,5
jam, latihan dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti, otot – otot berkontraksi
dan berelaksasi secara teratur, selang – seling antara gerak cepat dan lambat,
berangsur – angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan
bertahan dalam waktu tertentu. Contoh latihan tersebut adalah jalan kaki, jogging,
renang, bersepeda dan mendayung. Dalam latihan jasmani ini jangan memulai
olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang
yang tahu, dan memeriksa kaki secara cermat setelah olahraga.
3) Obat berkhasiat hipoglikemik.
Jika klien sudah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur
tetapi kadar glukosa darah belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat
hipoglikemik.
- Sulfonilurea.
- Biguanid.
- Inhibitor glukosidose.
- Insulin sentizing agent.
Indikasi pemakaian insulin pada NIDDM adalah :
- DM dengan berat badan menurun cepat.
- Ketoasidosis, asidosis, laktat dan koma hiperosmolar.
- Dm yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat dan lainnya)
- DM dengan kehamilan.
- DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal.
Tujuan utama pengobatan Diabetes Melitus adalah :
1. Mengembalikan metabolisme glukosa darah menjadi senormal mungkin.
mungkin agar penderita merasa nyaman dan sehat.
2. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi
3. Mendidik penderita dalam pengetahuan dan motivasi agar dapat merawat
sendiri penyakitnya sehingga mampu mandiri.

E. DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Huda Nurarif, Amin, Hardi Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta:Mediaction.
Smeltzer,SC & Bare, BG. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC
Nanda. 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
NANDA-I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta :
EGC
Banjarmasin, 25 Mei 2020
Ners Muda

( Siti Hapsah )

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Yurida Olviani, Ns., M.Kep) (Abdul Wahab, S.Kep., Ns)

Anda mungkin juga menyukai