Pada mulanya saya berasumsi serampangan bahwa Bahasa Indonesia
akan semakin lunglai dihajar bahasa - bahasa asing, terutama Inggris. Bahasa asing mempunyai watak kolonial. Berdasarkan fenomena tersebut, kondisi ironis bagi generasi milenial adalah Hari Sumpah Pemuda hanya menjadi seremoni tanpa makna. Kini, kita berada di abad XXI. Sepuluh tahun terakhir, kita akrab dengan istilah teknologi. Di dalam keseharian, pada kasus telepon genggam kita lebih sering menyebutnya handphone, charger untuk pengisi daya, dan power bank untuk alat penyimpan daya yang bisa di bawa ke mana mana. Hal semacam ini diperparah dengan penggunaan istilah asing: airport, busway, separator, migrant care dll. oleh sejumlah instansi di fasilitas publik. Asumsi bahwa bahasa Indonesia akan semakin lunglai dihajar bahasa- bahasa asing kian nyata. Sekarang pertanyaannya: “apakah anda sudah menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan baik.”
Sumber: Naskah buku Homo Homini Humor karya Fariz Alniezar yang belum disunting.