Anda di halaman 1dari 5

EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI KALANGAN PEMUDA

ABTRAK

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi terhadap sesama manusia. Indonesia memiliki


bahasa nasional yang kemunculannya sangat dipengaruhi oleh peran pemuda prakemerdekaan.
Bahasa Indonesia dapat dipahami oleh semua kalangan di Indonesia, sekalipun berbeda suku.
Namun, seiring perkembangan zaman, dan semakin majunya teknologi, istilah-istilah dalam
bahasa Indonesia mulai tersisih oleh isitlah-isitlah asing. Adapun pelaku utamanya tidak lain
adalah generasi milenial sendiri. Ini menyebabkan bahasa Indonesia semakin ditinggalkan dan
jadi semakin asing didengar oleh telinga kita.

PENDAHULUAN

Menurut Effendi (2010) dalam Dedi (2018) Manusia adalah makhluk sosial, yakni
makhluk yang hidup bersama dengan manusia lain dan tidak dapat melakukan kegiatannya
sendiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Dalam kegiatannya tersebut manusia akan selalu
membutuhkan orang lain dan membutuhkan wadah untuk melakukan kegiatan tersebut. Wadah
inilah yang kemudian dikenal sebagai ruang berinteraksi bagi individu baik secara individu
maupun secara berkelompok.

Untuk dapat saling berinteraksi, maka manusia membutuhkan bahasa dalam


berkomunikasi secara lisan. Pada umumnya, setiap negara memiliki bahasa nasional yang dapat
digunakan sebagai bahasa pengantar oleh setiap warga negaranya. Seperti halnya di Indonesia,
bahasa nasional sekaligus bahasa persatuan yang digunakan ialah bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia telah dimengerti dan dipahami oleh seluruh warga negara Indonesia. Oleh sebab itu,
meskipun setiap daerah memiliki suku, budaya, dan bahasa masing-masing, namun tetap bisa
saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia.

Pencetusan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat erat kaitannya dengan
peristiwa bersejarah, yakni “Sumpah Pemuda”. Dari sinilah bahasa Indonesia mulai dijadikan
sebagai bahasa persatuan. Hal ini juga tak lepas dari peran para pemuda Indonesia kala itu,
dalam upaya mempersatukan bangsa Indonesia untuk mengusir para penjajah.
Sementara itu, para era ini, lambat laun bahasa Indonesia mulai merosot eksistensinya.
Hal ini merupakan salah satu dampak globalisasi di Indonesia. Budaya negara asing yang masuk
ke Indonesia mulai memengaruhi kebiasaan sehari-hari masayarakat Indonesia, khususnya para
remaja. Bahasa asing pun mulai biasa terdengar di telinga kita. Bahkan, beberapa kata dalam
bahasa asing malah lebih familier dan lebih mudah dipahami oleh generasi remaja Indonesia.

PEMBAHASAN

Sumpah Pemuda, seperti yang telah kita ketahui, merupakan salah satu bukti perjuangan
para pemuda Indonesia dalam memerdekakan bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda ini menjadi
sejarah bahwa sebelum menjadi suatu kesatuan negara, Indonesia pernah terbagi menjadi banyak
golongan. Setiap golongan mempunyai keunikan dan kebutuhan masing-masing. Hal ini
memengaruhi pada mata pencarian setiap golongan tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya
perbedaan kebutuhan dan mata pencarian, menyebabkan wilayah Indonesia menjadi wilayah
yang strategis dan kaya akan bahan pangan. Hal ini menarik perhatian bangsa barat untuk
mendapatkan berbagai macam kebutuhan pangan mereka.

Ketertarikan bangsa barat untuk mendapatkan berbagai macam kebutuhan pangan


mereka, pada awalnya diwujudkan dengan melakukan transaksi perdagangan dengan masyarakat
Indonesia. Akan tetapi, lambat laun, bangsa barat mulai memonopoli perdagangan Indonesia.
Mereka mulai memaksa rakyat Indoensia untuk menjual hasil mata pecarian mereka dengan
harga yang sangat murah. Hal ini sangat merugikan bagi rakyat Indonesia. Bahkan, rakyat
Indonesia dipaksa untuk bekerja tanpa upah untuk mereka. Rakyat Indonesia juga dipaka untuk
menyerahkan hasil pertanian mereka demi kepentingan sepihak.

Seriring berjalannya waktu, rakyat Indonesia semakin menderita terhadap perlakuan para
penjajah yang semena-mena. Rakyat Indonesia mulai menghimpun kekuatan untuk melawan
balik terhadap para penjajah. Lalu, para pemuda mulai mempersatukan tekad untuk mencapai
tujuan yang sama, yaitu “merdeka”. Para pemuda Indonesia dari berbagai wilayah berkumpul
untuk menyelenggarakan rapat. Oleh para pemuda yang hadir, lahirlah Sumpah Pemuda dalam
Widodo (2012) yang berbunyi :

Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah Indonesia.
Kedoea Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa
Indonesia.

Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia

Namun, jika diperhatikan, terdapat pernyataan yang memerlukan sedikit penjabaran,


seperti pemilihan kata dalam isi ketiga Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda, pada isi ketiga,
menggunakan kata mendjoendjoeng, sedangkan dalam isi pertama dan kedua menggunakan kata
mengakoe. Apabila yang digunakan adalah kata mengakoe (ejaan sekarang mengaku), maka akan
muncul perdebatan. Hal ini disebabkan oleh penafsiran yang menunjukkan bahwa seluruh
pemuda Indonesia harus menggunakan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sementara itu,
menurut Sutejo Widodo dalam makalahnya, Sumpah Pemuda lahir karena adanya ruang-ruang
sempit pemikiran kedaerahan bangsa ini. Mengusung semangat sumpah pemuda, kita harus
menghapus batas-batas kedaerahan, agama maupun partai untuk memajukan negara ini sesuai
cita-cita dari founding fathers (Widodo : 2010).

Dari paparan tersebut, tujuan dicetuskannya Sumpah Pemuda adalah untuk menyatukan
seluruh pemuda Indonesia melalui ikatan sumpah tersebut. Oleh karena itu, penggunaan kata
menjunjung dalam isi ketiga Sumpah tersebut sudah tepat. Dalam aplikasi KBBI, menjunjung
berarti mengangkat di atas kepala. Jika disesuaikan dengan isi ketiga Sumpah Pemuda, maka
berarti para pemuda Indonesia menghargai dan menghormati bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia. Dengan begitu, tidak akan ada lagi penafsiran yang mengharuskan seluruh pemuda
Indonesia menggunakan bahasa Indonesia. Seluruh pemuda dan rayat Indonesia boleh
menggunakan bahasa daerahnya masing-masing yang beragam. Di samping itu, seluruh rakyat
dan pemuda Indonesia harus tetap menghormati bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Sementara itu, dewasa ini, banyak istilah-istilah asing yang sering dipakai oleh kalangan
generasi muda. Sedikit demi sedikit bahasa Indonesia semakin terkikis oleh pengaruh globalisasi
yang melanda Indonesia. Semakin banyaknya istilah asing yang digunakan oleh masyarakat
Indonesia, menyebabkan istilah asli Indonesia menjadi semakin jarang terdengar. Ini
menyebabkan pengetahuan para generasi muda tentang bahasa Indonesia semakin berkurang,
khususnya dalam penggunaan kosa kata. Sebagai contoh, dalam suatu poster atau pamflet,
umumnya dituliskan “Contact Person” untuk memberikan informasi mengenai pihak yang dapat
dihubungi, sedangkan bahasa Indonesia memiliki istilah sendiri untuk menyatakan hal serupa,
yakni “Narahubung”.

Masih banyak contoh-contoh istilah asing yang sering digunakan oleh generasi muda
dalam berkomunikasi. Hal tersebut sudah menjadi tren masa kini, dan bisa dibilang sebagai
bahasa gaul zaman sekarang. Arum Putri (2015) dalam Auva Rif’at (2019) menyatakan
pendapatnya bahwa pengaruh yang disebabkan oleh bahasa gaul adalah sebagai berikut :
Pertama, eksistensi keberadaan bahasa dengan bahasa gaul. Adanya pengaruh arus
perkembangan tekonoligi dan komunikasi dicerminkan pada perilaku masyarakat yang mulai
meninggalkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saat ini dalam lingkungan masyaarakat
mulai terbiasa menggunakan bahaasa gaul. Hal ini di perparah dengan fenomena para generasi
muda lebih tertarik untuk mempelajarii bahasa asing daripada menguasai bahasanya sendiri.
Dalam kondisi seperti ini, sangat perlu untuk memberikan pembinaan dan pemupukan mengenai
bahasa Indonesia sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak ikut menggunakan bahasa
gaul. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia.

Kedua, menurunnya dejarat bahasa Indonesia. Dalam perkembangan sejarah


pertumbuhan bahasa, pertumbuhan bahasa asing memiliki perkembangan yang lebih maju.
Seperti yang ada di sekitar kita perkembangan IPTEK saat ini dikuasai oleh bangsa – bangsa
barat. Maka jika pada produk IPTEK yang mereka hasilnya disertai dengan penggunaan bahasa
asing maka itu adalah suatu hal yang wajar. Selain itu bahasa gaul begitu mudah untuk
digunakan berkomunikasi dan hanya orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka
remaja lebih memilih untuk menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga
bahasa Indonesia semakin pudar bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga menyebabkan
turunnya derajat bahasa Indonesia.

SIMPULAN

Masyarakat Indonesia saat ini banyak yang menggunakan istilah-istilah asing dan bahasa
yang gaul menurut mereka. Hal yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari ini merupakan bentuk
penyimpangan dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penyebabnya adalah
pengaruh dari globalisasi dan kemajuan teknologi, terutama di kalangan generasi muda. Dengan
demikian, kesadaran dan kecintaan generasi muda Indonesia terhadap bahasa Indoneisa semakin
luntur. Hal ini, juga menjadi semakin parah karena banyak orang-orang berpengaruh di Indonesia
yang menggunakan bahasa gaul.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo, S. (2012). “MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA DI ERA REFORMASI”. Diakses dari


www.ejournal.undip.ac.id pada 2 Desember 2020.

Aplikasi KBBI V. Diakses pada 3 Desember 2020

Hantono, D dan Pramitasari, D. (2018). “ASPEK PERILAKU MANUSIA SEBAGAI


MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL PADA RUANG TERBUKA PUBLIK”. Nature,
5(2), 85–93. Diakses dari www.journal.uin-alauddin.ac.id/ pada 12 Januari 2021.

Azizah, Auva Rif’at. (2019). “PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA GAUL
DI KALANGAN REMAJA”. Skripta, 5(2), 33-39. Diakses dari www.journal.upy.ac.id/
pada 12 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai