OLEH :
AYU RAHMA WIDHIYA ANITA
NIM. 40219005
(..................................................) (................................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demham tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. (Askandar, 2014).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001). Gangren Kaki
Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di
tungkai. (Askandar, 2015).
B. KLASIFIKASI
Menurut Edmonds di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Stage 1 Normal Foot
6. Tindakan Bedah
Jenis tindakan bedah pada kaki diabetika tergantung dari berat ringannya
ulkus diabetes melitus. Tindakan bedah dapat berupa insisi dan drainage,
debridemen, amputasi, bedah revaskularisasi, bedah plastik atau bedah
profilaktik. Intervensi bedah pada kaki diabetika dapat digolongkan
menjadi empat kelas I (elektif), kelas II (profilaktif), kelas III (kuratif)
dan kelas IV (emergency). Tindakan elektif ditujukan untuk
menghilangkan nyeri akibat deformitas, seperti pada kelainan spur tulang,
hammer toes atau bunions. Tindakan bedah profilaktif diindikasikan
untuk mencegah terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang
mengalami neuropati. Prosedur rekonsktuksi yang dilakukan adalah
melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon. Tindakan bedah
kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan
konservatif. Contoh tindakan bedah kuratif adalah bila tindakan
endovaskular (angioplasti dengan menggunakan balon atau atherektomi)
tidak berhasil maka perlu dilakukan bedah vaskular. Osteomielitis kronis
merupakan indikasi bedah kuratif. Pada keadaan ini jaringan tulang mati
dan jaringan granulasi yang terinfeksi harus diangkat, sinus dan rongga
mati harus dihilangkan. Prosedur bedah ditujukan untuk menghilangkan
penekanan kronis yang mengganggu proses penyembuhan. Tindakan
tersebut dapat berupa exostectomy, artroplasti digital, sesamodectomy
atau reseksi caput metatarsal. Tindakan bedah emergensi paling sering
dilakukan, yang diindikasikan untuk menghambat atau menghentikan
proses infeksi. Tindakan bedah emergensi dapat berupa amputasi atau
debridemen jaringan nekrotik. Dari sudut pandang seorang ahli bedah,
tindakan pembedahan ulkus terinfeksi dapat dibagi menjadi infeksi yang
tidak mengancam tungkai (grade 1 dan 2) dan infeksi yang mengancam
tungkai (grade 3 dan 4). Pada ulkus terinfeksi superfisial tindakan
debridement dilakukan dengan tujuan untuk : drainage pus, mengangkat
jaringan nekrotik, membersihkan jaringan yang menghambat
pertumbuhan jaringan, menilai luasnya lesi dan untuk mengambil sampel
kultur kuman. Tindakan amputasi dilakukan bila dijumpai adanya gas
gangren, jaringan terinfeksi, untuk menghentikan perluasan infeksi,
mengangkat bagian kaki yang mengalami ulkus berulang.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Identitas Penaggungjawab
c. Riawayat Penyakit
1) Keluhan Utama
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3) Riwayat Penyakit Dahulu
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita diabetes
mellitus.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi.
f. Fungsi Kesehatan
1) Pola aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat diabetic foot.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, CHF, hipertensi.
3) Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4) Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK. Misalnya inkoontinentia
urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara
usus menghilang.
5) Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia.
6) Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
7) Nyaman/nyeri
Sakit kepala, nyeri pada luka
8) Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara
nafas, whezing, ronchi.
9) Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi, tidak mampu menelan sampai
ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
10) Interaksi sosial
Gangguan dalam besosialisasi karena luka atau amputasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Gangguan integritas kulit b.d neuropati perifer
c. Gangguan pola napas b.d depresi pusat pernapasan
d. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
e. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan disebabkan
oleh peningkatan pemecahan protein dan lemak
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tujuan : Setelah dilakukan Observasi
agen pencedera tindakan keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi nyeri,
fisik diharapkan nyeri teratasi karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas,
- Skala nyeri menurun skala nyeri.
- Tidak ada keterbatasan 2. Identifikasi respon nyeri
dalam melakukan nonverbal.
mobilisasi 3. Identifikasi faktor yang
- Luka membaik memperberat dan
- Pasien merasa nyaman memperingan nyeri.
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(seperti : TENS, relaksasi
distraksi, terapi music, dll)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab , periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian analgesik