DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..
1
I. Pendahuluan …………………………………………………………………………. 2
V. Kesimpuulan ……………………………………………………………………… 25
Rujukan ………………………………………………………………………… 27
2
1. PENDAHULUAN
Aborsi dapat diartikan sebagai proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim; dengan kriteria usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin <
500 gram. Aborsi dapat dibagi menjadi berbagai macam, antaranya adalah abortus insipien.
Abortus insipien adalah aborsi yang sedsng terjadi, dan tidak dapat dihindari. Apabila
pasien telah mengalami kehilangan kehamilan dua kali atau lebih maka dapat dikategorikan
pasien mengalami RPL (recurrent pregnancy loss) dan memiliki riwayat obsteri yang
buruk (BOH). 1,2
Riwayat obstetri yang buruk didefinisikan sebagai hasil janin yang tidak baik
sebelumnya dalam dua atau lebih aborsi spontan berturut-turut, neonatal dini kematian,
bayi lahir mati, kematian janin intrauterin, retardasi pertumbuhan intrauterin dan anomali
kongenital. Riwayat obstetri yang buruk dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor
3,4
mulai dari faktor anatomis, fungsional, hingga genetik. Salahsatu faktor anatomis dan
fungsional yang dapat menyebabkan riwayat obstetri yang buruk adalah serviks
inkompeten.
Serviks inkompeten hanya terjadi pada 0,5% dari semua populasi obstetri umum, dan
5
8% pada wanita dengan kegugura pada trisemester tengah. Serviks inkompeten adalah
ketidakmampuan serviks untuk mempertahan janin, yang biasanya berhubungan dengan
defek fungsional atau struktural. Sampai dengan saat ini belum ada uji diagnostik pasti
untuk serviks inkompeten sehingga pengambilan riwayat obstetri dan faktor resiko yang
dapat menyebabkan serviks inkompeten sangat penting untuk dilakukan.5,6
Perawatan serviks inkompeten dapat dimulai dengan perawatan non invasif mulai
dari pengurangan aktifitas sampai dengan bed rest total, akan tetapi perawatan ini terbukti
kurang efektif sehingga harus dilakukan perawatan invasif berupa sirklase. Sirklase dapat
dilakukan melalui transvaginal dan transabdominal pada minggu ke 12-14 usia gestasi yang
terbukti meningkatkan hasil keluaran kehamilan yang cukup baik.6,7,8
Mengingat insidensi serviks inkompeten yang jarang terjadi, tetapi dapat
mempengaruhi riwayat obstetri pasien dan guna menambahkan pengetahuian tentang
prinsip penanganan pada kasus tersebut, penulis merasa teratarik untuk membahas dan
melaporkan dari kasus untuk didiskusikan dan dilaporkan lebih lanjut.
3
2. REKAM MEDIS
A. Anamnesis Umum
1. Identifikasi
a. Nama : Ny.DAH
b. Med.Rec : 000103408
c. Umur : 33 th
d. Suku bangsa : Sumatera
e. Pendidikan : SLTA
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : IRT
h. Alamat :Lingkungan I no 32, Timbangan, Indralaya Utara, Ogan Ilir
i. MRS : 28 September 2019 pukul 21..30
2. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, lama 10 tahun
3. Riwayat Reproduksi
Menarche 15 tahun, teratur, lama haid 7 hari, HPHT: 5 Mei 2019
4. Riwayat Kehamilan/melahirkan
1) 2005, 4 minggu, abortus tidak dikuret
2) 2007, 5 bulan, kuret di RSMH
3) 2018, 4 bulan, kuret di RS Charitas
4) Hamil Ini
5. Riwayat Pengobatan
R/ Sirklase 1 bulan yang lalu di RSMH
6. Riwayat gizi/sosial ekonomi
Sedang
4
B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
a. Keadaan umum
2. Pemeriksaan Fisik
Leher : Tekanan vena jugularis tidak meningkat, massa KGB tidak ada
5
Toraks : Jantung: bunyi jantung I-II reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada, paru- paru: sonor, vesikuler normal, ronkhi tidak
ada, wheezing tidak ada
Ekstremitas : Edema pretibia -/-, varises tidak ada refleks patologis -/-;
3. Pemeriksaan Obstetri
D. Pemeriksaan penunjang
JENIS KONVENSIONAL
PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN SATUAN
HEMATOLOGI
Hematologi (Hb, WBC,
RBC, Plt, Ht)
11,4 – 15
Hemoglobin (Hb) 12,5 g/ dL
Nilai Kritis: <7 - >20
Eritrosit (RBC) 4,05 4,00 – 5,70 106/mm3
4,73 – 10,89
Leukosit (WBC) 24,32*
Nilai Kritis: <2 - >30 103/mm3
35 - 45
Hematokrit 35 %
Nilai Kritis: <20 - >55
189 - 436
Trombosit (PLT) 228
Nilai Kritis: <40 - >1000 103/µL
MCV 86,2 85-95 fL
MCH 31 28-32 pg
6
E. Diagnosa Kerja
F. Prognosis
Ibu : dubia
Janin : dubia
G. Penatalaksanaan
Mengobservasi tanda vital, his, DJJ
IUFD RL gtt XX/ menit
Aff benang sirklase
R/ abortus spontan
-
8
I. Follow up
29-09-2019 S: keluhan -
A:P0A4 post abortus spontan
(06.00) O: Sense CM TD 110/70
mm/Hg N 88x/menit RR P:
Obgyn
20x/menit T 36,7 Observasi TTV, pendarahan,
kontraksi
PL : tinggi fundus uterine 3
IUVD RL + oksitosin 20 IU
jbpx, kontraksi baik,
gtt XX/menit
pendarahan aktif (-)
Mobilisasi perlahan
Cefadroxil 500 mg/ 12 jam
Asam mefenamat 500 mg/8
jam
Neurodex 1tab/24 jam
Misoprostol tab 200mg/8 jam
PO
Metergin tab/8 jam PO
Cek ulang leukosit
30-09-2019 S: keluhan -
A:P0A4 post abortus spontan
(06.00) O: Sense CM TD 110/70
mm/Hg N 92x/menit RR P:
Obgyn
20x/menit T 36,5 Observasi TTV, pendarahan,
kontraksi
Hb 11,6gr/dL
IUVD RL + oksitosin 20 IU
L 12.260 12.260/mm3 gtt XX/menit
Terapi teruskan
R/USG konfirmasi
10
K/ sisa konsepsi
J. Laporan Operasi
Ruang operasi : P2 Obgyn
Cito/elektif : Cito
Tanggal operasi : 30 September 2019
Pembedah DPJP : Dr. H. Nuswil Bernolian, SpOG (K)MARS
Asisten I : Dr. Mughan Sukardo
Asisten II : (-)
Perawat Instrumen :
Mulai operasi : 14.30 wib
Selesai operasi : 15.00 wib
11
3. PERMASALAHAN
4. ANALISIS KASUS
Usia Kehamilan
Jenis kegagalan Aktivitas DJJ Temuan USG Kadar β-hCG
(minggu)
Kegagalan Kehamilan tidak Rendah kemudian
0-6 Tidak pernah
biokimiawi teridentifikasi menurun
Awalnya
Kantung
Kegagalan meningkat
6-8 (4-10) Tidak pernah kehamilan
kehamilan dini kemudian
kosong
menurun
Meningkat
Kegagalan CRL dan akvitas
8-20 Hilang kemudian menetap
kehamilan lanjut DJJ sebelumnya
atau menurun
Pemeriksaan kromosom
Kelainan kromosom
Pemeriksaan hormon
Kelainan hormon
Kegagalan biokimiawi Pengambilan sampel
Kelainan endometrium
endometrium
Kelainan imunologis
ACA dan LA
ACA dan LA
Antiphospolipid syndrome (APS)
Keguguran janin Pemeriksaan hemostasis dan
Tromobofilia
skrining untuk tromobifilia
Keguguran trisemester Kelainan anatomi Histeroskopi USG
kedua Kelemahan serviks USG
Dikutip dari HIFERI10
Etiologi BOH bersifa multifaktorial, mulai dari faktor anatomi seperti serviks
inkompeten yang diyakini menjadi faktor penyebab untuk keguguran pada wanita
yang mengalami kekambuhan kehamilan trimester kedua, tetapi hubungan ini
dipersulit oleh tidak adanya definisi yang konsisten, atau kriteria diagnostik.
Etiologi, pemeriksaan, dan tatalaksana BOH dapat dilihat pada tabel 3.12
penggunaan obat-
obatan dan lakohol,
konsumsi kafein
Faktor lain
-Defisiensi fase luteal Progesteron
-Faktor laki-laki Modifikasi gaya hidup,
multivitamin
-Infeksi Antibiotik
Serviks inkompeten tidak memiliki definisi yang pasti, tetapi dapat diartikan
dengan ketidakmampuan serviks untuk mempertahan janin, yang biasanya
berhubungan dengan defek fungsional atau struktural.5 Serviks inkompeten
dikarakterikan dengan dilatasi dan pemendekan serviks sebelum minggu ke 37,
dan berhubungan dengan dilatasi progresif tanpa rasa sakit dari serviks pada
trisemester kedua atau awal trisemester ketiga yang menyebabkan prolaps
membran, ketuban pecah dini, keguguran pada trisemester tengan , atau kelahiran
prematur.13 Servikal insufisiensi hanyalah salah satu bagian dari spontaneous
preterm birth syndrome yang lebih kompleks. 5 Akan tetapi, banyak literatur yang
menyatakan bahwa servikal insufisiensi dan serviks inkompeten adalah hal yang
sama, dikarakteristikan dengan dilatasi serviks tanpa rasa sakit, rekuren, pada
trisemester tengah dan tidak ada penyebab lain yang ditemukan.5,6,13
Insidensi serviks inkompeten sebesar 0,5% dari semua populasi obstetri
umum, dan 8% pada wanita dengan keguguran pada mid trisemester
sebelumnya.6 Penyebab serviks inkompeten masih tidak diketahui, tetapi
mungkin bersifat multifaktorial. Teori awal mengenai serviks inkomepeter
berfokus pada trauma pada serviks, seperti conisasi, laserasi, atau dilatasi
mekanis yang berlebihan. Selain itu, serviks inkompeten juga berhubungan
dengan anomali uterus, eksposur dietilstillbestrol prenata, atau kelainan jaringan
pada serviks. Serviks inkompten juga dapat disebabkan oleh defek selama
perkembangan embiorologi, seperti pada kasus Ehler-Danlos syndrome atau
Marfan Syndrome, dikarenakan defisiensi kolagen, sehingga serviks tidak dapat
16
menunjukan resiko untuk dilakukan profilaksis sirklase yaitu kultur urin dan
bakteri vagina harus dilakukan pada kunjungan obstetri pertama, dan infeksi yang
ada harus langsung dirawat. Pemeriksaan USG transvaginal berulamg harus
dilakukan setiap 7 sampai 14 hari dari 16 miggu gestasi, atau setidaknya 2
minggu sebelum usia gestasi keguguran sebelumnya. Pasien kemudian disarankan
untuk mengurangi aktivitas fisik, bed rest total, durasi berdiri yang terlalu lama.
Ketika usia kandungan memasuki usia 23 minggu dan terdapat tanda peningkatan
resiko kelahiran prematur, maka pemberian kortikosteroid dapat
dipertimbangkan.5,6
Indikasi insersi sirklase dilakukan pada pemendekan serviks atau dilatasi,
dan dapat dibagi menjadi sirklase profilaksis dan sirklase teraputik. Indikasi
sirklase dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Indikasi Sirklase
Wanita dengan kehilangan kelahiran pada 1 atau 2 keguguran atau Dilatasi servix lebih
trisemester pertama atau awal trisemester kelahiran prematur dari 1 cm
kedua lebih dari 3 kali atau kelahiran
prematur
Saat pasien datang, pasien telah mengalami kontraksi abdominal, dan janin
dikeluarkan secara spontan. Sehingga, tidak dilakukan tatalaksana aborsi seperti
aspirasi vakum, induksi, dilatasi dan evakuasi Akan tetapi, pada proses abortus
spontan, telah dipastikan tidak ada pendaraghan aktif, sisa konsespsi, dan
pengambilan benang serklase sebelumnya. Selain itu, pada pasien juga telah
ditemukan penyebab dari riwayat obstetri yang buruk, adalah serviks inkompeten.
Sehingga perawatan pada pasien telah sesuai dengan tatalaksana untuk riwayat
obsteri buruk. Untuk perawatan serviks inkompeten, maka dapat dilakukan
sirklase trnasvaginal yang juga telah dilakukan pada pasien 1 bulan yang lalu
21
yang juga merupakan tatalaksana yang tepat untuk pasien, akan tetapi gagal
sehingga disarankan untuk melakukan serklase transabdominal pada kehamilan
selanjutnya.
Karakteristik Hasil
Komplikasi intraoperatif (n) 0
Estimasi kehilangan darah <20
Lamanya prosedur 55 10
Lamanya hospitalisasi (hari) 2,6 0,9
Keluaran kehamilan
Aborsi spontan trisemester pertama 1
Kelahiran prematur (<34 minggu) 0
Usia gestasi saat persalinan (minggu) 37,3 1,9
Kesuksesan kehamilan (>14 minggu, %)
Kematian neonatal 0
Tranfer ke NICU 0
Dikutip dari Boda et al 16
Sirklase transabdominal dapat dilakukan pada saat pasien sedang hamil atau
sebelum hamil. Pada saat pasien hamil, maka sirklase dilakukan pada akhir
trisemester 1 memasuki trisementer ke dua (minggu ke 12 -14 usia gestasi), dan
dapat terlihat pada gambaran transvaginal ultrasonografi (Gambar 3). Akan
tetapi, lebih disarankan untuk dilakukan sebelum hamil, dikarenakan
pengurangan resiko maternal dan janin, manipulasi yang lebih mudah dengan
lapangan pandang uterus yang lebih baik dan resiko pendarahan yange lebih
rendah. Hal ini juga dilakukan bersamaan dengan operasi yang lain seperti eksisis
endometriosis, adhesiolisis, dan miomektomi.15,8
23
F
Gambar 3. A. pembukaan peritoneal anterior yang direfleksikan melalui uterovesiklasi plika yang
diperpanjang secara lateral sampai visualisasi arteri uterin bilateral terlihat dan serviks insthmus kiri
bebas. B. Dibuat ruang avaskular pada ligamen bagian anterior secara bilateral. C. Jarum dipasang pada
mersilene tape dari anterior sampai posterior, lebih ke media dari pembuluh darah uterine dan diatas
ligamen kardinal. D. Jarum kemudian dilewatkan lagi dari posterior ke anterior, lebih media di atas insersi
ligamen uterosakral, dan meninggalkan kedua lengan mesh lebih di anterior, E. mesh disimpulkan, dan
simpul dari caprofil 2-0 menempel pada jaringan servikal F. Peritonisasi dan hasil akhir prosedur
Dikutip dari Andreas V17
25
5. KESIMPULAN
Abortus insipiens atau abortus inevitable adalah proses abortus yang sedang
berlangsung dan tidak dapat dihindari, hal ini biasanya ditandai dengan os.
Ekternum yang terbuka dengan hasil konsepsi masih terdapat di dalam
uterus, dan pendarahan dengan dilatasi servikal, dan biasanya berhubungan
dengan kontraksi uterine
Riwayat obstetri yang buruk didefinisikan sebagai hasil janin yang tidak baik
sebelumnya dalam dua atau lebih aborsi spontan berturut-turut, neonatal dini
kematian, bayi lahir mati, kematian janin intrauterin, retardasi pertumbuhan
intrauterin dan anomali kongenital
Serviks inkompeten tidak memiliki definisi yang pasti, tetapi dapat diartikan
dengan ketidakmampuan serviks untuk mempertahan janin, yang biasanya
berhubungan dengan defek fungsional atau struktural
Tatalaksana pada pasien dengan BOH, maka hal yang paling penting untuk
dilakukan adalah identifikasi faktor penyebab BOH
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk serviks inkompeten adalah
sirklase
26
Pada pasien telah dilakukan sirklase transvaginal, tetapi gagal sehingga pada
kehamilan selanjutnya akan disarankan untuk sirklase transabdominal per
laparoskopi yang memberikan keluaran obstetri dan pembedahan yang baik
27
RUJUKAN
1. Sinclair C. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC; 2010
2. Cunningham et al. William Obstetry Ed 24th. Newyork : McGraw Hill Medical;
2010.
3. ESHRE. ESHRE Guideline : rescurrent pregnancy loss. Geneva : ESHRE; 2017
4. Royal College of Obstetricians & Gynaecologist. The Investigation and Treatment
of Couples with recurret First trisemster and second trisemester miscarriage. Green
top Guideline. ; 2011 (17) : 1-18
5. Thakur M, Mahajan M. Cervical Incompetence. Findlandia : StatPearls Publishing;
2019.
6. Brown R, Gagnon R, Delisie MF. Cervical Insufficiency and Cervical Cerclage.
SOGC Clinical Practice Guidelines. 2013; 301 : 1115-1127
7. Agdi M. Tulandi T. Placement and removal of abdominal cerclage by laparoscopy.
Reproductive Biomedicine Online. 2007; 16(2) : 308-310
8. Gowda S. Transabdominal cervical cerclage : laparoscopy or laparotomy. World
Journal of Laparoscopic Surgery. 2016; 9(2) : 78-81
9. Farmer H. Perawatan Maternitas. Jakarta : ECG; 2007
10. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI),
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI). Konsesus Keguguran
Berulang; Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2018.
11. American College of Obstetrician and Gynecologist. Management of recurrent
pregnancy loss. Int J Gynaecol Obstet. 2002; 76(2) : 179-190
12. Hachem H, et al. Recurrent Pregnancy Loss : current prespectives. Int J Womens
Health. 2017;9 : 331-345
13. Rock JA. Jones HW. Te Linde’s Operative Gynecology. Philadeplhia : Wolters
Kluwer; 2003
14. Creasy RK, Resnik R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR, Greene MF. Maternal-
Fetal Medicine: Principal and practice.Ed k-7. Netherlands : Elsevier.
15. Casadel S. Prenatal Nutrition : Healthy Eating Tip of the Month. Michigan :
University of Michigan; 2017.
16. Bolla D, Raio L, Imboden S, Mueller MD. Laparoscopic Cerclage as a treatment
option for cervical insufficiency. Geburtsh Frauenheilk. 2015;75 : 833-838
17. Vigueras A, Tessman M, Quirino I, Kondo W. Laparoscopic Transabdominal
Cerclage : Surgical Technique and Review of Literature. Journal of Gynecology and
Women’s Health. 2018; 9(4) : 1-8
18. Tusheva Oa, Cohen SL, McElrath TF. Laparoscopic Placement of Cervical
Cerclage. Rev Obstet Gynecol. 2012;5(3-4) : 158-165.