Anda di halaman 1dari 9

CERAMAH INDIVIDU

KEDOKTERAN KEISLAMAN

berpuasa ramadhan bagi penderita Diabetes melitus

Pembimbing:

dr. Risma Karlina Prabawati, Sp.S

Disusun oleh:

Ronggo Santoso

O34 – 202010401011084

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
Pembukaan:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, Wassholatu wassalamu ‘ala, Asyrofil ambiyaa


iwal mursalin, Sayyidina wa maulana Muhammadin, Wa ‘alaa ‘alihi wa shohbihi
ajmain. Ama ba’du.

Sebagai hamba Allah yang beriman, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan lahir dan batin
kepada kita semua, sehingga kita dapat dipersatukan di majelis ilmu ini dalam rangka
berserah diri kepada Allah SWT.

Salawat serta salam mari kita ucapkan kepada junjungan kita, Nabi akhir jaman,
Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari zaman jahiliyah
menuju zaman yang Islamiyah, yang penuh petunjuk dan karunia Allah SWT.
Semoga kita semua termasuk hamba Allah yang taat dan mendapatkan syafaatnya di
hari akhir kelak. Aamiin.

Perkenankanlah saya Ronggo Santoso pada kesempatan kali ini akan


menyampaikan suatu topik mengenai manfaat puasa bagi penderita DM

Isi Ceramah:

Jama’ah yang di rahmati allah SWT

Ibadah puasa di bulan Ramadan hukumnya wajib dilakukan bagi seluruh umat
Islam di penjuru dunia. Hal ini memang diwajibkan oleh Allah SWT dan dijelaskan
dalam Alquran. Bahkan puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam. Maka
dari itu, jika umat Islam dengan sengaja meninggalkan puasa di bulan Ramadan maka
kita akan mendapatkan dosa yang cukup besar. Dijelaskan tentang ayat yang melatar
belakangi kewajiban menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Ayat Alquran
tersebut tertera dalam surah Albaqarah ayat 183-184 sebagai berikut:
ٍ ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونَأَيَّا ًم<<ا َم ْع< دُودَا‬
‫ت ۚ فَ َم ْن َك<<انَ ِم ْن ُك ْم‬ َ ِ‫الص <يَا ُم َك َم<<ا ُكت‬ َ ِ‫ا أَيُّهَ<<ا الَّ ِذينَ آ َمنُ<<وا ُكت‬
ِّ ‫ب َعلَ ْي ُك ُم‬
ۚ ُ‫َم ِريضًا أَوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخَ َر ۚ َو َعلَى الَّ ِذينَ يُ ِطيقُونَهُ فِ ْديَةٌ طَ َعا ُم ِم ْس ِكي ٍن ۖ فَ َم ْن تَطَ< َّو َع َخ ْي<رًا فَهُ< َو خَ ْي< ٌر لَ<ه‬
َ‫ َوأَ ْن تَصُو ُموا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ۖ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
(Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-
orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak beupuasa) membayar fidyah,
(yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 183-184).

Dalam ayat di atas yang juga merupakan firman Allah SWT, menjelaskan
bahwa menjalankan ibadah puasa adalah wajib bagi orang-orang yang beriman dalam
hari-hari tertentu. Hari-hari tertentu ini ditafsirkan merupakan bulan Ramadan.
Kemudian dijelaskan juga bahwa sebelumnya puasa di bulan Ramadan sudah
dilakukan sebelum-sebelumnya, atau sebelum ada nabi Muhammad SAW.

Dari Abu Hurairah r.a berkata Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang
berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (H.R. Bukhari).

Dari hadits ini jelas terlihat keistimewaaan Ramadhan bagi orang-orang yang
mau melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya. Makanya tak heran jika Ramadhan
menempati urutan pertama dalam daftar bulan-bulan yang disucikan oleh umat Islam
karena banyaknya keutamaan yang ada pada bulan tersebut

Namun ada beberapa hal yang diperbolehkan seorang umat tidak menjalankan
puasa. Beberapa hal yang memperbolehkan umat Islam tidak menjalankan ibadah
puasa Ramadan adalah sakit, dan orang yang sedang bepergian jauh. Namun dalam
ayat tersebut juga menjelaskan bahwa meskipun boleh tidak menjalankan puasa,
orang tersebut harus menggantinya di hari yang lain. Atau dengan membayar fidyah
atau tenda berupa memberi makan kepada fakir miskin.

Bagaimana bila seseorang itu sakit dan sakitnya tidak bisa di sembuhkan dan
hanya bisa di control saja seperti orang yang menderita DM? apakah dia akan tetap
berpuasa atau tidak berpuasa untuk seumur hidupnya ?

‫ص < ْمهُ ۗ َو َم ْن‬ُ َ‫الش < ْه َر فَ ْلي‬َّ ‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى َو ْالفُرْ قَا ۚ ِن فَ َم ْن َش < ِه َد ِم ْن ُك ُم‬ ٍ ‫اس َوبَيِّ ٰن‬ ِ َّ‫ٓي اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ هُدًى لِّلن‬ <ْْٓ ‫ضانَ الَّ ِذ‬
َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
‫هّٰللا‬ ْ ‫َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْالع‬
َ ‫ُس< َر ۖ َولِتُ ْك ِملُ<<وا ْال ِع< َّدةَ َولِتُ َكبِّرُوا‬
َ‫ ( ع َٰلى َما ه َٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬QS.Al-Baqarah ayat 185 )

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,


sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu
ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia
tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu
bersyukur” ( QS.Al-Baqarah ayat 185 )

Secara sederhana apa yang ditegaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 185
diatas menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami penyakit kronis seperti
diabetes melitus diperbolehkan mengambil rukhshoh (keringanan) untuk tidak
berpuasa. Tetapi dalam kenyataannya, banyak orang dengan diabetes tetap
memaksakan diri untuk melaksanakan puasa selama bulan Ramadhan dengan alasan
untuk menjalankan syariat Islam. Mereka merasa tidak mantap beribadah manakala
kewajiban yang satu ini ditinggalkan, meskipun ada kompensasi bagi mereka yang
sakit untuk meninggalkannya
Berdasarkan ilmu kedokteran, seseorang yang mengalami diabetes masih
diperbolehkan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan sejauh memenuhi aturan-
aturan tertentu yang disesuaikan dengan kondisi diabetesnya. Puasa bagi orang
diabetes jika tidak dipersiapkan dengan baik, selain dapat membahayakan jiwa, juga
dapat mengganggu kekhusyukan ibadah itu sendiri. Oleh karena itu penting sekali
bagi orang yang mengalami diabetes melitus yang ingin berpuasa untuk memahami
kondisi diabetes yang memungkinkannya untuk berpuasa secara aman.

Banyak penelitian tentang puasa telah dilakukan pada hewan di laboratorium.


Para ilmuwan sedang mempelajari efek pada manusia, termasuk mereka yang
menderita diabetes. Meskipun temuan awal menjanjikan, mereka belum yakin. Puasa
mungkin memiliki beberapa manfaat kesehatan umum; bisa mengurangi peradangan,
membantu menurunkan berat badan, dan menurunkan kolesterol. Puasa juga dapat
meningkatkan cara tubuh Anda mengelola glukosa (gula darah) dan mengurangi
resistensi insulin. Sebuah penelitian kecil dilakukan pada tiga pria yang menderita
diabetes tipe 2 selama 10-25 tahun. Dengan pengawasan medis, para pria berpuasa
setiap hari atau 3 hari seminggu. Dalam sebulan, semua pria bisa berhenti
menggunakan insulin. Dan dalam waktu kurang dari setahun, mereka dapat
mengurangi atau menghentikan obat diabetes lainnya. Dalam penelitian kecil lainnya,
10 pria obesitas dengan diabetes tipe 2 mengikuti rencana makan time restricted
eating. Mereka berhasil memperbaiki kadar glukosa puasa dan menurunkan berat
badan dalam 6 minggu.

Secara umum, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan berpuasa


bagi orang yang mengalami diabetes adalah sebagai berikut:.

1. Perencanaan puasa merupakan hal yang harus dirancang berdasarkan kondisi


setiap individu. Setiap orang yang mengalami diabetes memiliki kondisi
diabetes yang unik sehingga sangat berbahaya untuk menerapkan pengalaman
berpuasa orang lain kepada diri sendiri. Perbedaan pengobatan yang dijalani
oleh seseorang dengan diabetes merupakan salah satu contoh dari keunikan
tersebut. Oleh karena itu penting bagi orang diabetes untuk memahami obat-
obatan apa yang digunakan selama ini, bagaimana cara kerjanya dan efeknya
termasuk pengaruh obat tersebut selama berpuasa

2. Memeriksa gula darah lebih sering. Untuk tujuan pemantauan resiko adanya
hipoglikemi dan hiperglikemi selama puasa, seseorang dengan diabetes harus
lebih sering memeriksakan gula darahnya.

3. Aktifitas. Aktifitas normal sehari-hari perlu diperhatikan. Bagi orang dengan


diabetes, kegiatan fisik yang berlebihan selama berpuasa dapat menyebabkan
hipoglikemi sehingga harus dihindari. Shalat Taraweh merupakan salah satu
contoh tambahan kegiatan fisik yang dilakukan selama bulan puasa dan perlu
diwaspadai dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemi. Oleh karena itu
disarankan untuk makan seimbang sebelum shalat Taraweh.

4. Berbuka puasa. Orang dengan diabetes yang berpuasa harus segera


membatalkan puasanya jika merasakan adanya gejala hipoglikemi.
Disarankan agar orang diabetes selalu menyediakan bekal makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat sederhana (karbohidrat yang dapat
diolah secara cepat menjadi gula di dalam tubuh, misalnya air yang
mengandung gula, jus, atau roti putih) untuk segera dikonsumsi saat
merasakan gejala hipoglikemi atau segera membatalkan puasa pada saat
Magrib tiba. Hal ini sesuai dengan seruan Nabi yang berbunyi, ” “Senantiasa
manusia itu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (H.R.
Bukhori dan Muslim).

5. Medical check up Pra-Ramadan. Semua orang dengan diabetes yang


berkeinginan untuk tetap berpuasa selama bulan Ramadhan sangat disarankan
untuk menjalani pemeriksaan dan berkonsultasi kepada dokter ahli diabetes.
Dokter terutama akan memeriksa pola kadar gula darah, tekanan darah, kadar
kolesterol, fungsi ginjal dan fungsi hati. Melalui pemeriksaan ini akan
diketahui apakah seorang dengan diabetes dapat berpuasa secara aman,
seberapa besar resiko yang mungkin terjadi jika berpuasa, dan dokter akan
melakukan penyesuaian dosis dan waktu penggunaan obat-obatan dan insulin
untuk mengurangi resiko akibat berpuasa.

6. Edukasi dan Konseling. Selain melakukan pemeriksaan medis dengan dokter


ahli diabetes, orang dengan diabetes perlu berkonsultasi kepada edukator
diabetes seperti ahli gizi dan perawat edukator diabetes mengenai perawatan
mandiri selama berpuasa, diantaranya adalah mengenai tanda dan gejala
hipo/hiperglikemi, pemantauan gula darah, perencanaan makanan dan
kegiatan sehari-hari selama berpuasa.

Dalam ajaran Islam, tidak ada amalan yang memberatkan umatnya. Semua
amalan yang diwajibkan adalah amalan yang sesuai dengan kemampuan umatnya. Ini
tertuang dalam QS. Al-Baqarah: 286 dan 185:

‫اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا إِاَّل ُو ْس َعهَا‬

Artinya:

“Allah Tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya.”

‫ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬

Artinya:

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki


kesulitan bagi kalian.”

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang sakit


dapat meninggalkan puasanya dan menggantinya di hari lain. Sakit yang
dimaksud adalah sakit yang akan membebani dan menyulitkan seseorang
apabila tetap menjalankan puasa.

Kesimpulan

Ibadah puasa Ramadhan bagi orang yang mengalami diabetes berimplikasi


pada aspek syariat maupun medis. Adapun yang perlu dipahami oleh umat Islam,
secara umum, orang yang mengalami diabetes tipe 1 lebih beresiko untuk mengalami
perubahan kadar gula darah sehingga sangat disarankan untuk tidak melaksanakan
puasa. Bagi orang dengan diabetes tipe 2 diperbolehkan melaksanakan puasa
berdasarkan pemeriksaan dan diskusi yang serius dengan dokter ahli diabetes dan
edukator diabetes.

Melalui pemeriksaan dan konsultasi ini, akan diketahui besarnya risiko dan
kemungkinan resiko apa yang mungkin dapat terjadi. Selain itu, konsultasi ini akan
membantu orang yang mengalami diabetes untuk mendapatkan informasi yang tepat
mengenai cara berpuasa secara aman, seperti mengatur makanan dan aktifitas fisik
sehari-hari, memantau gula darah, menggunakan obat-obatan dan insulin yang waktu
dan dosisnya akan disesuaikan untuk keamanan berpuasa.

Perencanaan puasa Ramadhan untuk setiap orang diabetes harus dirancang


sesuai dengan kebutuhan individu. Selanjutnya juga diperlukan pemantauan selama
menjalankan ibadah puasa untuk mendeteksi secara dini dan mencegah resiko akibat
berpuasa. Selamat menjalankan ibadah puasa secara khusyuk dan aman

Penutup

Hadirin sekalian..

Demikian beberapa informasi yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas
waktu yang telah disempatkan. Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat bagi
kita semua dan dapat kita aplikasikan, kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Kurang dan lebihnya saya mohon maaf. Mari kita tutup dengan doa kafaratul majelis.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Referensi

Andrena Natalia, Rr. Sulistiyaningsih. REVIEW : PUASA RAMADHAN DAN


DIABETES MELITUS. Suplemen Volume 16 Nomor 1 2018

Rahmi Safyanty, Retnosari Andrajati1, Sudibyo Supardi, Ratu Ayu Dewi Sartika.
Implementasi Penyesuaian Obat Diabetes pada Saat Puasa Ramadan dan
Pengaruhnya terhadap Nilai HbA1c. Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 7 No 2
(Agustus 2020) pp. 126-134

Anda mungkin juga menyukai