Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

HYPERTYROIDISM

Oleh :

Fieda Rizkiana 201410330311141

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat

serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para

sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan referat dan laporan

kasus yang berjudul “Hyperthyroidism”.

Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon

maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Semoga referat ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi penulis dan pihak

yang bersangkutan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 27 Maret 2018

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

. Hipertiroidisme merupakan salah satu penyakit gangguan kelenjarendokrin

yang disebabkan karena peningkatan produksi hormone tiroid secaraberlebihan oleh

kelenjar tiroid. Penyakit ini ditemukan pada 2% wanita dan 0,2%pria di seluruh

populasi dengan insiden munculnya kasus pertahun sebanyak duapuluh orang

penderita tiap satu juta populasi.

Berbagai manifestasi klinik yang muncul akibat penyakit ini

dapatmengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Manifestasi klinik yang dirasakan

pasiendapat berupa gangguan psikiatrik seperti rasa cemas berlebihan dan emosi

yangmudah berubah, gangguan pencernaan berupa diare, hingga gangguan

kardiovaskuler berupa takikardi dan palpitasi.

Pada pasien hipertiroidisme, terapi yang diberikan dapat berupa

terapikonservatif dengan pemberian obat anti tiroid maupun terapi pengurangan

atauablasi kelenjar tiroid dengan iodine radioaktif dan tiroidektomi

(pengangkatankelenjar tiroid) yang disesuaikan dengan etiologi penyakit dan pilihan

pasien. Dariketiga pilihan terapi tersebut, terapi dengan obat anti tiroid merupakan

salah satuterapi yang banyak digunakan. Obat anti tiroid yang digunakan secara luas

sebagai lini pertama adalah golongan thionamide, yang terdiri dari propylthiouracil

dan methimazole.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Menurut American Thyroid Association dan American Association of

Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupa

peningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar

tiroid melebihi normal.

Hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis

atautingginya kadar hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di

alirandarah. Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan

pada5jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai

manifestasiklinik yang terkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai

prosesmetabolisme tubuh.

2.2 Etiologi

a. Penyakit Graves Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit

Graves, yaitu suatu kondisi yang terjadi akibat kelainan sistem autoimun

yang menyerang tubuh dan meningkatkan produksi hormon tiroksin pada

kelenjar tiroid. Penyakit Graves bisa muncul pada usia berapa pun,

terutama pada wanita usia 20-40 tahun. Belum diketahui kondisi apa yang

menyebabkan kelainan autoimun terjadi, tetapi faktor lingkungan dan


keturunan dianggap berperan pada kemunculan kelainan ini.Selain

hipertiroidisme, penyakit Graves juga dapat mengakibatkan penglihatan

menjadi tidak nyaman dan kabur. Hal tersebut ditandai dengan bola mata

yang terlihat menonjol keluar.

b. Tiroiditis

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan oleh

infeksi bakteri, virus, atau saat tubuh memproduksi antibodi yang dapat

merusak kelenjar tiroid. Kerusakan ini dapat menyebabkan kebocoran

hormon tiroksin yang pada akhirnya menyebabkan hipertiroidisme.

c. Nodul tiroid

Nodul tiroid adalah gumpalan yang terbentuk di dalam kelenjar tiroid tanpa

sebab yang jelas. Meski bersifat jinak dan tidak menyebabkan kanker,

nodul bisa mengandung jaringan tiroid yang abnormal.Gumpalan ini

berdampak kepada peningkatan produksi tiroksin dalam tubuh dan

berakibat pada hipertiroidisme, khususnya pada penderita berusia diatas 60

tahun.

d. Efek samping obat

Untuk memproduksi hormon tiroksin, kelenjar tiroid membutuhkan iodine

yang terkandung di dalam makanan. Hormon tiroksin akan menjadi terlalu

banyak dan akhirnya menyebabkan hipertiroidisme jika seseorang

mengonsumsi suplemen iodine atau obat yang mengandung zat tersebut

(contohnya amiodarone).Amiodarone merupakan obat yang digunakan

untuk mengatasi detak jantung yang tidak beraturan (aritmia).Umumnya,

2
hipertiroidisme akan membaik saat pengobatan dihentikan. Namun, proses

penurunan kadar hormon akan memakan waktu beberapa bulan.

e. Kanker tiroid

Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika sel-sel yang mengalami

keganasan mulai menghasilkan banyak hormon tiroksin, maka

penderitanya bisa mengalami hipertiroidisme. Kondisi ini umumnya

menyerang penderita berusia

2.3 Manifestasi Klinis

Tiroid adalah kelenjar di bagian depan leher yang mengendalikan

metabolisme dan fungsi normal tubuh, seperti mengubah makanan menjadi

energi, mengatur suhu tubuh, dan mempengaruhi denyut jantung, otot, juga

tulang. Percepatan metabolisme akibat hipertiroidisme bisa menimbulkan

berbagai macam gejala pada tubuh manusia. Tiap penderita bisa mengalami

tingkat keparahan, jangkauan, dan frekuensi gejala yang berbeda-beda. Gejala

yang umumnya ditemukan pada penderita hipertiroidisme adalah:

1. Berat badan turun tanpa alasan yang jelas.

2. Hiperaktif. Penderita menjadi tidak akan bisa diam dan dipenuhi perasaan

cemas.

3. Mudah marah dan emosional.Insomnia atau kesulitan untuk tidur pada

malam hari.

4. Konsentrasi menurun.

3
5. Berkeringat secara berlebihan dan sensitif terhadap suhu panas.Libido

menurun.

6. Otot terasa lemas.

7. Diare.

8. Kemandulan.

9. Siklus menstruasi menjadi tidak teratur, jarang, atau berhenti sekaligus.

10. Pada penderita diabetes, hipertiroidisme bisa menyebabkan rasa haus dan

sangat lelah.

Selain itu terdapat juga tanda klinis atau gejala lain yang mungkin dapat

ditemukan pada penderita hipertiroidisme, antara lain:

1. Pembesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan terjadinya pembengkakan

pada leher.

2. Palpitasi atau denyut jantung yang cepat dan/atau tidak beraturan.

3. Kulit yang hangat dan lembap.Kedutan otot.

4. Tremor atau gemetaran.

5. Munculnya biduran (urtikaria) atau ruam.

6. Rambut rontok secara tidak merata.

7. Telapak tangan berwarna kemerahan.

8. Struktur kuku melonggar.

Awalnya gejala yang muncul mungkin bersifat ringan, tapi ketika kadar

tiroksin dalam darah meningkat, gejala akan bertambah parah.Jika terjadi gejala-

gejala seperti pusing, napas pendek, detak jantung cepat dan tidak beraturan, atau

4
kehilangan kesadaran, disarankan untuk segera menemui dokter atau ke rumah

sakit terdekat agar dapat ditangani dengan cepat.

2.5 Diagnosis

Diagnosis hipertiroidisme ditegakkan tidak hanya berdasarkan gejala

dan tanda klinis yang dialami pasien, tetapi juga berdasarkan hasil laboratorium

dan radiodiagnostik. Untuk menegakkan diagnosis hipertiroidisme, perlu

dilakukan pemeriksaan kadar TSH serum, T3 bebas, T4bebas, dan iodine

radioaktif

2.6 Tatalaksana

Pengobatan yang diberikan terhadap penderita hipertiroidisme bergantung

pada faktor usia, gejala yang dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar tiroid dalam darah. Di bawah ini adalah jenis-jenis pengobatan yang

biasanya disarankan untuk mengatasi hipertiroidisme, di antaranya:

1. Thionamide

Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk menekan

produksi hormon tiroksin dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide

adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu dikonsumsi sekitar 1-

2 bulan agar bisa dilihat efektivitasnya terhadap hipertiroidisme.Dosis

thionamide akan diturunkan secara perlahan setelah produksi hormon oleh

kelenjar tiroid mulai terkendali. Efek samping yang mungkin terjadi meliputi

pusing, mual, sakit persendian, nyeri perut dan ruam kulit yang gatal. Risiko

5
mengalami hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) akibat

pengobatan ini lebih kecil dibandingkan radioterapi. Pastikan untuk rutin

memonitor kadar sel darah putih selama mengonsumsi obat-obatan ini.

2. Radioterapi

Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk mengobati

hipertiroidisme. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang

ketika radioactive iodine (dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya)

menyusutkan kelenjar tiroid. Pengobatan radioiodine dapat berbentuk cair

atau kapsul.Pengobatan dengan bahan radioaktif ini tidak dianjurkan

bagi:Wanita yang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.

Orang yang mengalami gangguan mata, seperti pandangan kabur dan

bola mata yang menonjol.Setelah menjalani pengobatan radioiodine, seorang

wanita tidak boleh hamil setidaknya enam bulan setelah pengobatan berakhir.

Dan untuk pria, tidak boleh menghamili wanita setidaknya empat bulan

setelah pengobatan radioiodine. Hindari juga kontak dengan wanita hamil atau

anak-anak saat minggu awal pengobatan untuk menghindari penularan

paparan radiasi.

3. Beta-blocker

Beta-blocker atau penghambat beta adalah obat yang digunakan untuk

mengatasi gejala yang muncul akibat hipertiroidisme, seperti hiperaktif, detak

jantung cepat, dan tremor. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh penderita

asma.Beta-blocker diberikan setelah produksi hormon kelenjar tiroid bisa

dikendalikan dengan thionamide. Efek samping yang paling umum akibat

6
obat ini adalah mual, nyeri perut, konstipasi, diare, pusing, kaki dan tangan

menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah.

4. Operasi tiroid

Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi bisa bersifat

parsial atau total. Disebut parsial jika hanya sebagian jaringan kelenjar yang

diangkat, dan total jika seluruhnya diangkat.

Berikut ini adalah beberapa alasan perlu dilakukannya prosedur

operasi pengangkatan kelenjar tiroid, yaitu:Jika hipertiroidisme muncul

kembali setelah sebelumnya menjalani penanganan dengan

thionamide.Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada kelenjar

tiroid.Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine karena sedang hamil atau

menyusui, serta tidak bisa dan/atau tidak mau melewati prosedur pengobatan

dengan thionamide.Pasien menderita gejala mata yang parah akibat penyakit

Graves.Untuk menghilangkan kemungkinan kambuh atau muncul kembali,

disarankan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid yang ada. Mereka yang

menjalani operasi tiroidektomi total diharuskan mengonsumsi obat-obatan

seumur hidup untuk mengatasi hilangnya fungsi kelenjar tiroid di dalam

tubuh.

7
DAFTAR PUSTAKA

Aru WS, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta

Djokomoeljanto, R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan


Hipertiroidisme.Dalam : Sudoyo A.W. et al, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat.

Dr. Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang. Binapura Aksara

Anda mungkin juga menyukai