Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

FRAKTUR BASIS CRANII DAN FRAKTUR FEMUR

Oleh :

Fieda Rizkiana 201410330311141

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat

serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para

sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan referat dan

laporan kasus yang berjudul “Fraktur Basis Cranii dan Fraktur Femur”.

Referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon

maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Semoga referat ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi penulis dan

pihak yang bersangkutan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Malang, 27 Maret 2018

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian

pada pengguna kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan

kurangnya kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan raya. Lebih dari 50%

kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor.

Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000

diantaranya meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan

mengalami disabilitas permanen.

Fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linier yang terjadi pada dasar

tulang tengkorak. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater

yang merekat erat pada dasar tengkorak. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

adanya rhinorrhea dan racon eyes sign (Frakturbasis kranii fossa anterior), atau

ottorhea dan battle’s sign (fraktur kraniifossa media).

Batang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma langsung, puntiran

(twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada

kecelakaan jalan raya. Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang

femur pada orang dewasa sangat kuat. Dengan demikian, trauma langsung yang

keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk

menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat

menimbulkan renjatan berat.

3
Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu 10

tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing, meskipun merupakan

penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak, mempunyai kerugian dalam hal

me-merlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama; oleh karena itu,

penatalaksanaan ini tidak banyak digunakan pada orang dewasa.

Prinsip penanganan untuk patah tulang adalah mengembalikan posisi

patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama

masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi). Cara imobilisasi dengan pin, sekrup,

pelat atau alat lain (osteosintesis) merupakan langkah yang ditempuh bila cara non

operatif seperti reposisi, gips, traksi dan manipulasi lainnya dirasa kurang

memuaskan. Perlu diketahui, bahwa tidak semua dislokasi (posisi tulang yang

bergeser dari tempat seharusnya) memerlukan reposisi untuk mencapai keadaan

seperti sebelumnya karena tulang pun mempunyai mekanisme sendiri untuk

menyesuaikan bentuknya agar kembali seperti bentuk semula

(remodelling/swapugar).

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA FRAKTUR BASIS CRANII

2.1 Definisi Fraktur Basis Cranii

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada

dasar tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan

pada duramater. Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi anatomi

tertentu yaitu regio temporal dan regio occipital condylar. Fraktur basis cranii

dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fossa-nya menjadi fraktur fossa anterior,

fraktur fossa media, dan fraktur fossa posterior.

2.2 Jenis Fraktur Tulang Tengkorak

Jenis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu:

1. Fraktur linear yang paling sering terjadi merupakan fraktur tanpa pergeseran,

dan umumnya tidak diperlukan intervensi.

2. Fraktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau

tanpa kerusakan pada scalp. Fraktur depresi mungkin memerlukan tindakan

operasi untuk mengoreksi deformitas yang terjadi.

3. Fraktur diastatik terjadi di sepanjang sutura dan biasanya terjadi pada

neonatus dan bayi yang suturanya belum menyatu. Pada fraktur jenis ini,

garis sutura normal jadi melebar.

4. Fraktur basis merupakan yang paling serius dan melibatkan tulang-tulang

dasar tengkorak dengan komplikasi rhinorrhea dan otorrhea cairan

serebrospinal (Cerebrospinal Fluid).


2.3 Manifestasi Klinis Fraktur Basis Cranii

Gambaran klinis dari fraktur basis cranii yaitu hemotimpanum, ekimosis

periorbita (racoon eyes), ekimosis retroauricular (Battle’s sign), dan kebocoran

cairan serebrospinal (dapat diidentifikasi dari kandungan glukosanya) dari telinga

dan hidung. Parese nervus cranialis (nervus I, II, III, IV, VII dan VIII dalam

berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.

2.4 Diagnosis Fraktur Basis Cranii

Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan

pemeriksaan diagnostik. Selama pemeriksaan, bisa didapatkan riwayat medis yang

lengkap dan mekanisme trauma. Trauma pada kepala dapat menyebabkan

gangguan neurologis dan mungkin memerlukan tindak lanjut medis yang lebih

jauh. Alasan kecurigaan adanya suatu fraktur cranium atau cedera penetrasi antara

lain:

1. Keluar cairan jernih (CSF) dari hidung

2. Keluar darah atau cairan jernih dari telinga

3. Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata (panda

eyes)

4. Adanya luka memar di belakang telinga (Battle’s sign)

5. Adanya ketulian unilateral yang baru terjadi

6. Luka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak.

2.5 Tatalaksana Fraktur Basis Cranii

2
A Airway Pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal hingga diyakini

tidak ada cedera

B Breathing Penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteri

C Circulation Penilaian kemungkinan kehilangan darah, pengawasan secara rutin

tekanan darah pulsasi nadi, pemasangan IV line

D Dysfunction of CNS Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) secara rutin

E Exposure Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari

depan dan belakang.

Setelah menyelesaikan resusitasi cardiovaskuler awal, dilakukan

pemeriksaan fisis menyeluruh pada pasien. Alat monitor tambahan dapat dipasang

dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Nasogastric tube dapat dipasang kecuali

pada pasien dengan kecurigaan cedera nasal dan basis cranii, sehingga lebih aman

jika digunakan orogastric tube. Evaluasi untuk cedera cranium dan otak adalah

langkah berikut yang paling penting. Cedera kulit kepala yang atau trauma kapitis

yang sudah jelas memerlukan pemeriksaan dan tindakan dari bagian bedah saraf.

Tingkat kesadaran dinilai berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS), fungsi pupil,

dan kelemahan ekstremitas.

Fraktur basis cranii sering terjadi pada pasien-pasien dengan trauma

kapitis. Fraktur ini menunjukkan adanya benturan yang kuat dan bisa tampak pada

CT scan. Jika tidak bergejala maka tidak diperlukan penanganan. Gejala dari

fraktur basis cranii seperti defisit neurologis (anosmia, paralisis fasialis) dan

kebocoran CSF (rhinorhea, otorrhea). Seringkali kebocoran CSF akan pulih

dengan elevasi kepala terhadap tempat tidur selama beberapa hari walaupun

3
kadang memerlukan drain lumbal atau tindakan bedah repair langsung. Belum ada

bukti efektifitas antibiotik mencegah meningitis pada pasien-pasien dengan

kebocoran CSF. Neuropati cranial traumatik umumnya ditindaki secara

konservatif. Steroid dapat membantu pada paralisis nervusfasialis.

Tindakan bedah tertunda dilakukan pada kasus frakur dengan

inkongruensitas tulang-tulang pendengaran akibat fraktur basis cranii longitudinal

tulang temporal. Mungkin diperlukan ossiculoplasty jika terjadi hilang

pendengaran lebih dari 3 bulan apabila membran timpani tidak dapat sembuh

sendiri. Indikasi lain adalah kebocoran CSF persisten setelah mengalami fraktur

basis cranii. Hal ini memerlukan deteksi yang tepat mengenai lokasi kebocoran

sebelum dilakukan tindakan operasi.

2.6 Prognosis Fraktur Basis Cranii

Walaupan fraktur pada cranium memiliki potensi resiko tinggi untuk

cedera nervus cranialis, pembuluh darah, dan cedera langsung pada otak, sebagian

besar jenis fraktur adalah jenis fraktur linear pada anak-anak dan tidak disertai

dengan hematom epidural. Sebagian besar fraktur, termasuk fraktur depresi tulang

cranium tidak memerlukan tindakan operasi.

4
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA FRAKTUR FEMUR

3.1 Definisi

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh

trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi

tulang / osteoporosis.

3.2 Klasifikasi

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu:

1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan

Melalui kepala femur (capital fraktur). Hanya di bawah kepala femur melalui

leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler; Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter

femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi

di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah

trokhanter kecil.

3.3 Manifestasi Klinis

Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan

normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat

penyebab:
1) Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas

dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian

paha yang patah membengkak.

2) Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas.

Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja

tanpa ada aksi antagonis.

3) Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.

4) Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang

fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi

pembengkakan.

5) Selain itu, adapun tanda dan gejalanya adalah :ü Nyeri hebat di tempat

frakturü Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawahü Rotasi luar dari

kaki lebih pendekü Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti :

fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

3.4 Tatalaksana

Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu

sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai

banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang

lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-

anak. Oleh karena itu, tindakan ini tidak banyak dilakukan padaorang dewasa.

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi

dengan salah satu dan empat cara berikut ini:

2
1) Traksi.

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau

panggul, kegunaannya untuk:

a. Mengurangi nyeri akibat spasme otot

b. Memperbaiki dan mencegah deformitas

c. Immobilisasiü Difraksi penyakit (dengan penekanan

untuk nyeri tulang sendi).

d. Mengencangkan pada perlekatannya.

Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk

intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah

anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui

tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam

untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen

harus ditopang di posterior untuk mencegah peleng-kungan.

Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk

memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus

membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan radiologis

setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila

terdapat overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat

tumpang tindih, berat ditambah.Pemeriksaan radiologi selanjutnya

perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama

dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi

3
dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip

perlahan-lahan dan menyatu dengan posisi yang buruk.

Macam-macam traksi:

1. Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat

pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention) Lebih sederhana dari traksi

kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan

untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau

untuk mengurangi spasme otot.

3. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada

keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan

halter kepala.

4. Traksi Russell’s Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur.

Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung

bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.

Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan

kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada

tibia atau fibula.

5. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam,

di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang

staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint,

sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan

dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya

4
membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat

dilatih secara aktif.

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang

yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin. Metode

Pemasangan traksi:

I. Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan

Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

II. Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu:

a. Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang

lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu

dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut

mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak

diteruskan dengan pemasangan gips.

b. Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang

merupakan balanced traction. Dilakukan untuk

menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau

penjepit melalui tulang/jaringan metal.

2) Fiksasi interna.

5
Fiksasi InternaIntramedullary nail ideal untuk fraktur

transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat

dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi

fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing

diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa

jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal

ini hampir selalu menyebabkan non-union.

Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan

stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat

penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah

sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi,

trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.

Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan

trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal

tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan

locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.

3) Fiksasi eksterna.

Fiksasi EksternaBila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil

dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya

pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan

intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok

untuk tindakan ini.

6
3.5 Komplikasi

1. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler.Hal ini dapat

dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.

2. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.

3. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma

kecepatan tinggi dan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara

fragmen. Fraktur yang tidak menyatu memerlukan bone grafting dan fiksasi

interna.

4. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi

antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk

aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.

5. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi

7
DAFTAR PUSTAKA

Listiono L D. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara, edisi III; Cedera Kepala Bab 6.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Thai T J G K.Helmet. 2007. Protection against basilar skull fracture.


Biomechanical of basilar skull fracture. On ATSB Research and analysis
report road safety research grant report 2007-03.Australia

Jamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor). 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Djoko Simbardjo. Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Bagian Bedah FKUI.

Anda mungkin juga menyukai