2. Kedelai
dimasukkan ke
dalam bak isi air,
Perendaman
berfungsi untuk
memisahkan
dengan kedelai
yang mengambang
atau busuk,
3. di rendam 2-3
jam
4. Di bilas dengan
air bersih dan
mengalir
13. Untuk
memaksimalkan
pemisahan sari dan
ampas, kain saring
diikat kemudian
ditindih dengan
balok kayu dan
batu kemudian satu
pekerja menindih
14. Setelah
didapatkan sari
kedelai, dilakukan
pembersihan dari
sisa busa
pemerasan
menggunakan
serok
24. Direbus
sebentar agar tidak
lembek
Problem K3
Internal Eksternal
Myalgia adalah nyeri otot yang merupakan gejala dari banyak penyakit dan
gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah
atau otot yang terlalu tegang (Stefanie,2019)
Penatalaksanaan
Pneunomia
Pneumonia adalah infeksi pada parenkima paru akut yang ditandai dengan
adanya infiltrat pada pemeriksaan radiografik paru. Gejala dan tanda yang dapat
ditemui pada pneumonia yaitu gejala mayor yang berupa demam >37.8o C,
hipotermia <36o C, batuk, produksi sputum; dan gejala minor yang berupa dispnea,
nyeri pleuritik, konsolidasi paru, serta jumlah leukosit >12x10/L atau <4,5x10/L
(Dahlan Z. 2009)
Sejumlah kausa seperti virus, bakteri, dan fungi yang dapat menyebabkan
pneumonia telah diidentifikasi. Kausa yang paling sering diisolasi dari pasien adalah
bakteri Streptococcus pneumoniae, terutama pada anak-anak. Kausa tersering kedua
adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), sedangkan kausa virus tersering adalah
respiratory synctitial virus (Joshua P.2019)
Antibiotik IV sebagai terapi pada rawat inap di rumah sakit. Penentu utama
keparahan adalah tingkat hipoksia, seperti Po2 <60 mm Hg, saturasi oksigen <94% udara
ruangan, atau laju pernapasan> 30 / mnt; kebingungan atau disorientasi; uremia; dan
hipotensi (TD sistolik <90 mm Hg dan TD diastolik <60 mm Hg). Lain tanda-tanda
keparahan adalah demam tinggi, hipotermia, leukopenia (WBC <4.000 / mm3), denyut nadi
cepat (> 125 / mnt), hiponatremia, atau dehidrasi ditentukan oleh BUN yang ditinggikan.
Pasien dengan penyakit yang mendasarinya serius seperti seperti kanker, penyakit hati,
penyakit ginjal, atau penyakit paru-paru kronis sering lebih baik rumah sakit dengan obat-
obatan IV (Risky,2019)
Pengobatan dimulai dari terapi empiris terlebih dahulu, yaitu dengan azitromisin 500
mg PO satu dosis, kemudian 250 mg PO setiap hari selama 4 hari atau pelepasan
diperpanjang 2 g PO sebagai dosis tunggal atau Klaritromisin 500 mg PO bid atau pelepasan
diperpanjang 1000 mg PO q24 jam atau Doxycycline 100 mg PO bid (Xiao,2020)
Combustio
Luka bakar adalah cedera yang terjadi pada kulit atau jaringan organik lain yang
disebabkan karena panas atau radiasi, radioaktivitas, listrik, gesekan atau kontak
dengan bahan kimia (WHO, 2018).
Luka bakar termasuk dalam masalah kesehatan masyarakat secara global, yang
mengakibatkan sekitar 180.000 kematian tiap tahunnya, sehingga bisa dikatakan,
prevalensi kejadian luka bakar di dunia masih tergolong tinggi. Data yang diambil
dari American Burn Association (ABA) pada tahun 2010-2015 terjadi peningkatan
kasus di Amerika Serikat yang awalnya 163.000 kasus menjadi 558.400 kasus dengan
70% pasien laki-laki dan rata-rata berusia 32 tahun, disusul dengan angka 18%
korbannya adalah anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun dan pasien lebih dari 60
tahun sebanyak 12% kasus (Linda Ayu Lestari,2020)
- Superficial dermal : Merah muda pucat, bula kecil, capillary refil (+), nyeri.
- Mid dermal : Merah muda, terdapat bula, capillary refil melambat, sensasi (+/-).
- Deep dermal : Merah tua, bula (+/-), capillary refil (-), sensasi (-).
- Full thickness : Putih, bula (-), capillary refill (-), sensasi (-).
Rumus rule of nine dapat digunakan untuk mengestimasi luas area tubuh yang
terbakar terutama pada orang dewasa dan menghasilkan pesentasi total luas luka
bakar (%TBSA). “Rule of Nine” membagi luas permukaan tubuh menjadi multiple
9% area, kecuali perineum yang diestimasi menjadi 1%. Formula ini sangat berguna
karena dapat menghasilkan kalkulasi yang dapat diulang semua orang. (Ummu
Balqis,2019)
. Dalam sebuah penelitian didapatkan bahwa laki-laki yang terkena luka bakar
lebih banyak dibanding dengan perempuan (75,9% vs 24,1%). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh lingkungan kerja laki-laki memiliki risiko terkena luka bakar lebih
besar dibanding dengan perempuan. Kelalaian di rumah ataupun di tempat kerja
dapat terjadi pada usia produktif yang pada usia tersebut fungsi dan peran sebagai
pekerja sehingga memungkinkan kejadian trauma luka bakar banyak terjadi pada saat
melakukan aktivitas dalam bekerja (Yudhanarko et al., 2019).
IV. INTERVENSI
Proses produksi dimulai dari mengambil tumpukan kacang kedelai yang dalam
jumlah yang banyak, membuat tumpukan kacang berdebu. Debu yang di akibatkan
oleh penumpukan karung kedelai ini dapat terhirup dan mengganggu sistem
pernapasan. Selain itu, pada video tampak bahwa pencahayaan sangat minim pada
tempat bekerja, hal ini dapat berisiko kelelahan pada mata. Pada proses perendaman
dan pencucian, pekerja memindahkan beban berat serta kontak lama dengan air.
Sehingga dapat menyebabkan masalah pada kelelahan dan cedera punggung, serta
masalah pada kulit tangan. (Aulia T,2019)
Pada proses penggilingan terdapat mesin giling yang tidak tertutup, sehingga
adanya kemungkinan jari ikut masuk ke dalam mesin penggilingan. Proses
selanjutnya yaitu perebusan. Perebusan ini dengan suhu tinggi dan pekerja mengaduk
dengan alat pengaduk sederhana yang pendek dan tidak sesui dengan aturan, sehingga
besar kemungkinan tangan pekerja langsung kontak dengan air panas dan timbul luka
bakar. Selanjutnya pada proses penyaringan, atau pemisahan sari dari ampas, posisi
pekerja juga kurang ergonomis. Sehingga besar kemungkinan untuk trauma
muskuloskeletal yaitu LBP dan MSDs. Selain itu, pekerja juga sempat menginjak dari
atas dimana lantai sangat licin dan basah dan berpotensi terjatuh. Setelah disaring,
diberikan juga biang pada produksi sebelumnya. Biang merupakan bahan yang
bersifat asam karena sudah difermentasi sebelumnya. Sehingga dapat mengakibatkan
dermatitis kontak iritan pada pekerja. (Aulia T,2019)
b.Memodifikasi alat untuk mengaduk sari kedelai (gayung) dengan gagang yang
lebih panjang atau membeli gayung yang susuai untuk proses perebusan tahu,
sehingga dapat mengurangi tangan terkena kedelai panas atau factor resiko dari luka
bakar
c.menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan karet,sepatu buts dan
masker
.,
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Sedangkan Penyakit Berhubungan dengan Kerja adalah penyakit
yang berhubungan atau terkait dengan pekerjaan namun bukan akibat dari pekerjaan
tersebut. Faktor risiko PAK antara lain faktor fisik, kimiawi, biologis atau psikososial
di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang
pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti
kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja
yang terpajan. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak
terlepas dari adanya masalah yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3). (Salawati, 2015).
WHO, Pneumonia. [Internet] 2020 [cited 2021 March 26] Available from :
https://www.who.int/health-topics/pneumonia#tab=tab_1