G. Penatalaksanaan Medis
Setiap pasien yang mengalami trauma kapitis harus diobservsi selama
kurang lebih 4 jam.Di bawah ini adalah kriteria minimal untuk dilakukan
baik; observasi neurologis harus dicatat dalam grafik yang menampilkan Glasgow
Coma Scale.Jika terdapat periode yang signifikan dari kehilangan kesadaran, atau
jika pasien terus menerus mengantuk, tindakan di bawah ini harus dilakukan
tetanus profilaksis harus diberikan, dan tindakan operasi dengan general anestesi,
fraktur pada fragmen tulang tengkorak tetapi juga adanya kelainan patologi di
intrakranial.
Craniotomy adalah potongan yang dilakukan pada kranium. Saat operasi
dibuat suatu flap yang memungkinkan akses ke dura di bawahnya. Selain untuk
melakukan elevasi pada segmen tulang yang terkena, craniotomy juga dilakukan
kepala dan menutup bolongan pada basis kranii untuk mengobati atau mencegah
ketika segmen lebih cekung dari 8-10 mm (atau melebihi ketebalan dari tulang),
tulang masuk ke dalam otak, harus dilakukan debridemen dengan cermat dan
penggunaan tambalan dari perikranium atau fascia lata dari paha.Jika luka dan
fragmen tulang terkontaminasi berat, dan jika ada keterlambatan operasi, tulang
tidak boleh diganti dan kranioplasti rekonstruksi mungkin diperlukan setelah itu.
Jika fraktur depressed tertutup tidak ada urgensi untuk dilakukan elevasi fragmen
tulang, dan terbukti tidak ada komplikasi intrakranial. Ada kontroversi terhadap
ketika otak yang terdapat di bawahnya juga terkena dan bengkak.Pada kasus ini
Indikasi lain operasi pada anak adalah ketika terdapat penetrasi dari dura, defek
kosmetik yang persisten dan terdapatnya defisit neurologis fokal. Indikasi untuk
dilakukannya elevasi yang segera adalah ketika terdapat kontaminasi yang masif,
H. Pengkajian keperawatan
A. Pengkajian
Identitas Pasien :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Agama :
Tanggal Masuk RS :
Alasan Masuk :
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Pada pemeriksaan airway usahakan jalan nafas stabil. Dengarkan
suara yang dikeluarkan pasien, ada obstruksi airway atau tidak.
Jika pasien tidak sadar lihat ada sumbatan airway atau
t i d a k d a n s u a r a - s u a r a n a f a s s e r t a hembusan nafas pasien.
Pemeriksaan jalan napas pasien dilakukan dengan cara kepala
dimiringkan, buka mulut, bersihkan muntahkan darah, adanya
benda asing. Perhatikan tulang leher, Immobilisasi, Cegah gerakan
hiperekstensi, hiperfleksi ataupun rotasi.
b. Breathing (pernapasan)
Dapat segera dinilai dengan cara menentukan apakah pasien
bernafas spontan/tidak kemudain pasang oksimeter nadi untuk
menjaga saturasi O2 minimum 95%. Jika tidak usahakan untuk
dilakukan intubasi dan support pernafasan dengan memberikan
masker O2 sesuai indikasi. Setelah jalan nafas bebas sedapat
mungkin pernafasannya diperhatikan frekwensi normalnya antara
16 – 20X/menit, kemudian lakukan monitor terhadap gas darah dan
pertahankan PCO 2 antara 28 – 35 mmHg .
c Circulation (sirkulasi)
Pada pemeriksaan sistem sirkulasi ukur dan catat frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah jika diperlukan pasang EKG. Apabila
denyut nadi/jantung, tidak teraba lakukan resusitasi jantung,
Kemudian tentukan perdarahan dan kenali tanda-tanda siaonosis.
Waspada terjadinya shock dan lakukan penanganan luka secara
baik serta pasang infus dengan larutan RL.
d Disability (kesadaran)
Pada pemeriksaan disability, pemeriksaan kesadaran memakai
glasgow coma scale (GCS). Penilaian neorologis untuk menilai
apakah pasien sadar, memeberi respon suara terhadap rangsang
nyeri atau pasien tidak sadar. Periksa kedua pupil bentuk dan
besarnya serta catat reaksi terhadap cahaya, Periksa adanya
hemiparese/plegi, Periksa adanya reflek patologis kanan kiri,
e Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka atau trauma
lain secara generalis. Tetapi jaga agar pasien tidak hipotermi.
2. Pengkajian Sekunder
a Keluhan Utama
Penurunan kesadaran , nyeri kepala.
b Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengeluh mual, nyeri pada kepala, sesak napas
c Riwayat kesehatan masa lalu
Pernah mengalami cedera kepala sebelumnya atau tidak
d Riwayat kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum baik/sedang/lemah, kesadaran
CM/somnolen/delirium/koma
e Sistem pernapasan
Perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak,
ronkhi,mengi
f Sistem kardiovaskuler
Palpitasi, perubahan tekanan darah atau normal, perubahan
frekuensi jantung (bradikardia,takikardia yang diselingi
bradikardia disritmia)
g Sistem gastrointestinal
Penurunan fungsi kontraksi otot polos lambung, penurunan fungsi
usus dalam mengabsorbsi makanan
h Sistem urinarius
Inkontensia kandung kemih
i Sistem reproduksi
j Sistem saraf
GCS, Penurunan fungsi kontraksi otot polos lambung(saraf vagus),
gangguan fungsi otot respirasi dan jantung(saraf pada medulla
oblongata), gangguan penglihatan, pengecapan, penciuman, kaji
fungsi motorik, fungsi sensorik, dan fungsi serebral.
k Sistem musculoskeletal
Kekuatan otot skala 1-5, gangguan pergerakan ektremitas
atas/bawah, nyeri tekan, pembengkakan, kesimetrisan.
l Sistem endokrin
Hipoglikemia
I. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri b/d agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas kulit b/d tekanan pada tonjolan tulang
3. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang,
nyeri
4. Risiko syok
J. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri b/d agen cedera fisik NOC: Analgesic Administration
Pain Level □ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
□ Melaporkan gejala nyeri berkurang derajat nyeri sebelum pemberian obat
□ Melaporkan lama nyeri berkurang
□ Cek riwayat alergi terhadap obat
□ Tidak tampak ekspresi wajah kesakitan
□ Tidak gelisah □ Pilih analgesik yang tepat atau kombinasi dari
□ Respirasi dalam batas normal (dewasa: 16-
analgesik lebih dari satu jika diperlukan
20 kali/menit)
□ Tentukan analgesik yang diberikan (narkotik,
non-narkotik, atau NSAID) berdasarkan tipe
dan keparahan nyeri
□ Tentukan rute pemberian analgesik dan dosis
untuk mendapat hasil yang maksimal
□ Pilih rute IV dibandingkan rute IM untuk
pemberian analgesik secara teratur melalui
injeksi jika diperlukan
□ Evaluasi efektivitas pemberian analgesik
setelah dilakukan injeksi. Selain itu observasi
efek samping pemberian analgesik seperti
depresi pernapasan, mual muntah, mulut kering
dan konstipasi.
□ Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
2 Kerusakan integritas kulit b/d tekanan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
pada tonjolan tulang ...x….. jam diharapkan dapat menjaga integritas Pressure Management
kulit dengan kriteria hasil : 1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
2. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
NOC :
jam sekali
Tissue Integrity : Skin and Mucous
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Membranes, 4. Monitor aktivitas dan mobilasasi pasien
5. Monitor status nutrisi pasien
Hemodyalis akses
Insision site care
1. Integritas kulit yang baik bisa (sensasi, 1. Membersihkan, memantau dan meningkatkan
elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi) proses penyembuhan pada luka yang ditutup
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
dengan jahitan, klip atau straples
3. Perfusi dengan baik
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
4. Mampu melindungi kulit dan
3. Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
mempertahankan kelembaban kulit dan
menggunakan lidi kapas steril
perawatan alami 4. Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
5. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai
program
3 Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... NIC :
integritas struktur tulang, nyeri x ... jam, diharapkan klien meminta bantuan Bantuan Perawatan Diri : Berpindah
untuk aktivitas mobilisasi dengan kriteria hasil: 1. Ajarkan dan bantu pasien dalam proses
NOC : berpindah dari suatu tempat ke tempat lain
2. Ajarkan teknik ambulansi dan teknik berpindah
Mobilitas
yang aman
1. Menunjukkan kemampuan bergerak secara
3. Bantu pasien selama proses berpindah, gunakan
bertujuan dalam lingkungan sendiri secara
sabuk penyokong bila perlu
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
2. Mampu memanfaatkan kemampuan otot untuk
Terapi Latihan Fisik ; Mobilitas Sendi
bekerja bersama secara volunteer dalam
1. Kaji kebutuhan belajar pasien
menghasilkan gerakan yang bertujuan 2. Ajarkan gerakan-gerakan sederhana kepada
3. Menunjukkan kemampuan tulang untuk
pasien untuk menggerakkan daerah persendian
menyokong tubuh dan memfasilitasi
pergerakan Pengaturan Posisi
1. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana postur
dan mekanika tubuh yang benar saat
melakukan aktivitas serta cara penggunaan alat
bantu mobilitas
2. Bantu mengatur posisi pasien
3. Ubah posisi pasien minimal setiap dua jam
4. Berikan penguatan positif selama aktivitas
5. Awasi seluruh upaya mobilitas pasien
4 Risiko syok Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x NIC:
… jam diharapkan tidak terjadi syok dengan Shock Prevention
kriteria hasil : 1. Monitor tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah,
NOC: RR)
Shock Severity: Hypopholemic 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan perfusi
1. Tidak terjadi penurunan tekanan sistolik 3. Kolaborasi pemberian O2
secara drastis 4. Kolaborasi pemberian cairan infus
2. Tidak terjadi penurunan tekanan diastolik 5. Lakukan pemeriksaan EKG pada pasien
secara drastis
3. Tidak terjadi peningkatan heart rate secara Bleeding reduction
drastis 1. Monitor kadar hematokrit
4. CRT < 3 detik 2. Kolaborasi pemberian transfusi darah
5. Nadi teraba kuat
6. Tidak ada peningkatan RR secara drastis
7. Tidak ada sianosis
8. Tidak terjadi penurunan kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC