LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH :
Marwani, S.Kep
NIM : 70900121016
( ) ( )
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
Pendahuluan terkait Fraktur Depreseed ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Penulis sangat berharap laporan pendahuluan ini dapat berguna dalam rangka
khususnya aktivitas dan latihan. penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan yang
telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
Semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan pendahuluan yang telah disusun ini dapat berguna
bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon
Israwati
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
B. Etiologi ........................................................................................... 3
D. Patofisiologi ................................................................................... 9
E. Manifestasi ................................................................................... 10
F. Penatalaksanaan ........................................................................... 10
A. Pengkajian ..................................................................................... 13
C. Perencanaan................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
A. Defenisi
Fraktur depresi merupakan Jenis patah tulang tengkorak, ini biasa
terjadi karena ada bagian patahan tulang yang terdorong ke dalam rongga otak
dan membentuk cekungan.
Fraktur depressed diartikan sebagai fraktur dengan tabula eksterna
pada satu atau lebih tepi fraktur terletak dibawah level anatomic normal dari
tabula interna tulang tengkorak sekitarnya yang masih utuh.
Jenis fraktur ini terjadi jika energy benturan relative besar terhadap area
benturan yang relative kecil. Misalnya benturan oleh martil, kayu, batu, pipa
besi, dll. Pada gambaran radiologis akan terlihat suatu area double density
(lebih radio opaque) karena adanya bagian-bagian tulang yang tumpang tindih.
Fraktur depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
B. Etiologi
Fraktur depresi disebabkan oleh impack energy diatas area yang
relative kecil . benda-benda yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur depresi
seperti palu, pipa, atau alat-alat olahraga.
Berikut adalah beberapa kondisi yang sering menyebabkan cedera
kepala yaitu:
1. Kecelakaan kendaraan bermotor
2. Kecelakaan dirumah, ditempat kerja,atau diluar ruangan, seperti saat
berolahraga
3. Jatuh
4. Penganiayaan atau serangan fisik
1
C. Patofisiologi
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak
disebabkan oleh trauma. Meskipun tengkorak sangat sulit retak dan
memberikan perlindungan yang sangat baik untuk otak, trauma yang parah atau
pukulan dapat mengakibatkan fraktur tengkorak. ini dapat terjadi dengan atau
tanpa kerusakan otak. adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan
dampak tekanan yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan
terbuka/tertutup. bila fraktur terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup dura
tidak rusak. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur
dan karena alasan kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan
dengan sinar-X, fraktur dasar tengkorak cenderung melintasi sinus paranasal
pada tulang frontal atau lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga sering
menimbulkan hemorragi dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di
bawah konjungtiva. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika ada keluar dari
telinga dan hidung. patah tulang tengkorak bisa melukai arteri dan vena, yang
kemudian berdarah ke dalam ruang di sekitar jaringan otak. patah tulang,
terutama pada bagian belakang dan bawah dasar (dari tengkorak, bisa merobek
meninges, lapisan jaringan yang menutupi otak. Bakteri dapat masuk ke
tengkorak melalui patah tulang tersebut, menyebabkan infeksi dan kerusakan
otak parah. Kadang-kadang, potongan tulang tengkoraknya retak tekan ke
dalam dan merusak otak. Jenis patah tulang fraktur disebut depresi. patah
tulang tengkorak depresi mungkin mengekspos otak ke lingkungan dan bahan
asing, menyebabkan infeksi atau pembentukan abses (pengumpulan nanah) di
dalam otak.
D. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala yang dapat muncul saat terjadi patah tulang tengkorak adalah
1. Sakit kepala hebat
2. Mual dan muntah
3. Penglihatan kabur mendadak
4. Kehilangan keseimbangan
5. Kesulitan berbicaraatau melihat
2
6. Perubahan perilaku
7. Hilang kesadaran atau pingsan
8. Keluar darah atau cairan dari telinga atau hidung
9. Sulit berjalan
10. Kelemahan disatu sisi tubuh
11. Telinga berdengung
12. Bicara cadel
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan CT Scan Kepala
a) CT-Scan Bone Window untuk melihat gambar tulang kalvaria dan CT-
Scan Brain Window untuk melihat lesi parenkim otak dan perdarahan
otak.
b) Gambaran garis fraktur yang masuk melebihi fragmen tulang di
dekatnya
c) Biasanya disertai scalp hematologi di tempat patah tulang
d) Fraktur pada skull biasanya disertai lesi intraparenkim
2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat area kecil kontusional atau
perdarahan kecil, cedera aksonal, dan perdarahan kecil ekstra aksial.
3. X-Foto Kepala
Bila jejas cukup besar ; cari garis fraktur, aerokel, darah dalam sinus
parasasalis, shift glandula pinealisi dan korpus alienum. Tidak untuk
mencari fraktur basis penderita yang memerlukan CT-Scan kepala.
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Dimana prosedur operasi yang dilakukan dapat berupa antara lain:
a). Craniotomy
b). Debridement +dekortikasi sinus frontal + dekompresi
c). Cranioplasty
d). Jahit durameter
3
pada perioperatif, luka pada kulit kepala harus dibersihkan dan dilakukan
debridemen, dan fragmen tulang diangkat. Jika duramater tertekan, atau
fragmen tulang masuk ke dalam otak, harus dilakukan debridemen dengan
cermat dan diperoleh hemostasis. diharapkan dura harus ditutup dan ini
mungkin memerlukan penggunaan tambalan dari perikranium atau fascia lata
dari paha.Jika luka dan fragmen tulang terkontaminasi berat, dan jika ada
keterlambatan operasi, tulang tidak boleh diganti dan kranioplasti rekonstruksi
mungkin diperlukan setelah itu. Jika fraktur depressed tertutup tidak ada
urgensi untuk dilakukan elevasi fragmen tulang, dan terbukti tidak ada
komplikasi intrakranial. ada kontroversi terhadap pendapat bahwa fragmen
pada fraktur depressed dapat mengarah ke epilepsy akibat adanya tekanan terus
menerus ke otak. terkadang, craniectomy dilakukan ketika otak yang terdapat
di bawahnya juga terkena dan bengkak.
2. Konservatif
Konservatif adalah penanganan fraktur dengan redukasi atau reposisi
tertutup. Dimana dapat dilakukan dengan cara:
a) Obsevasi GCS, pupil, dan faal vital
b) Menjaga optimalnya suplai O2 ke otak , satbilnya tanda-tanda vital
c) Periksa adanya cedera sistemik dibagian anggota tubuhlain, GCS dan
pemeriksaan batang otak secara periodic.
d) Berikanobat-obatan analgetik (mis: acetaminophen, ibuprofen untuk
nyeri ringan dan sedang) jika di dapatkan keluhan nyeri pada penderita.
e) Berikan obat-obatan anti muntah dan anti gastritis jika pasien muntah
f) Berikan cairan hipertonik (mannitol 20%), bila tampak edema atau
cedera yang tidak operable padaCT-Scan
g) Berikan phenytoin (PHT) profilaksis pada pasien dengan resiko tinggi
kejang dengan dosisi 300 mg/hari atau 5-10 mg kg bb/hari selama 10
hari. Bila telah terjadi kejang, PHT diberikan sebagi terapi.
4
G. Penyimpangan KDM
Kurang pengetahuan/
Nyeri di persepsikan
Nyeri
Takut bergerak
5
BAB II
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, tanggal masuk Rumah Sakit, tanggal
pengkajian, No. Medrec, diagnosa medis dan alamat.
b. Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan
keluarga dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit. Biasanya
keluhan yang paling menonjol pada pasien tumor mammae adalah
benjolan pada payudara.
b. Keluhan utama saat di kaji
Merupakan sumber data yang subjektif tentang status kesehatan pasien
yang memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual maupun
potensial. Riwayat merupakan kondisi klien. Penuntun pengkajian fisik
yang berkaitan infromasi tentang keadaan fisiologis, psikologis, budaya
dan psikososial untuk membantu pasien dalam mengutarakan
masalahmasalah atau keluhan secara lengkap, maka perawat dianjurkan
menggunkan analisa simptom PQRST, yaitu :
P : Provoking Incident adalah apa yang dapat memperberat dan
memperingan kondisi klien. Untuk klien dengan tumor mammae adalah
nyeri
Q : Qualitatif / quantitatif adalah seperti apa keluhan nyeri dirasakan
dan bagaimana nyeri dirasakan.
6
R : Region menunjukan di daerah mana nyeri dirasakan dan seperti apa
nyeri dirasakan.
S : Severity Of Scale adalah skala nyeri .
T : Time adalah waktu terjadinya keluhan nyeri, kapan mulai terjadi
keluhan, dirasakan terus-menerus atau pada waktu tertentu.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah mengalami penyakit
yang sama sebelumnya atau pernah punya penyakit yang menular
sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji lebih lanjut kebiasaan makan dikeluarga, apakah ada
anggota keluarga dengan penyakit yang sama dengan klien dan
kebiasaan anggota keluarga mencari pertolongan bila ada anggota
keluarga yang sakit. Selain itu pula perlu ditanyakan adanya
pantanganpantangan misalnya makanan dan kepercayaan waktu sakit.
3. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan
sesudah masuk rumah sakit. Dikaji mengenai riwayat diet klien.
Bagaimana kebiasaan makan, apakah dijumpai perubahan pada makan
akibat penyakit, setelah itu dikaji tentang kebiasaan minum (jenis, 25
jumlah dalam sehari) dan kebiasaan minum-minuman beralkohol
(Rohmah, 2017).
b. Eliminasi
Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,
kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien
pada saat buang air besar dan buang air kecil.
c. Istirahat Tidur
Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan
sebelum dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur.
7
d. Personal Hygiene
Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan
dikaji apakah memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara
mandiri.
e. Aktivitas
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien dirumah dan dirumah sakit
dibantu atau secara mandiri.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik melputi :
a. Keadaan umum meliputi : Kesadaran, tanda-tanda vital, berat badan,
dan nilai GCS (Glasgow Coma Scale).
b. Pemeriksaan tanda tanda vital meliputi : Tekanan darah, respirasi, nadi
dan suhu.
c. Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem Pernafasan
Umumnya terjadi perubahan pola dan frekuensi pernafasan menjadi
lebih cepat akibat nyeri, penurunan ekspansi paru, sesuai rentang
yang dapat ditoleransi oleh klien.
2) Sistem Kardiovaskuler Secara umum, klien mengalami takikardi
(sebagai respon terhadap stress dan hipovolemia), mengalami
hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan
dan tirah baring), biasanya ditemukan adanya pendarahan sampai
syok, mukosa bibir kering dan pucat.
3) Sistem Pencernaan
Kaji keadaan bibir, gusi dan gigi, lidah serta rongga mulut. Daerah
abdomen inspeksi bentuk abdomen, ada massa atau tidak,
auskultasi bunyi bising usus, palpasi ada nyeri atau tidak, ada
benjolan atau tidak, kaji turgor kulit, palpasi daerah hepar. Pada
anus amati ada pembengkakan, benjolan dan nyeri atau tidak.
8
4) Sistem Endokrin
Inspeksi bentuk leher simetris atau tidak, terdapat pembesaran
kelenjar tyroid, terdapat distensi JVP (jugularis vena pleasure) atau
tidak. Auskulltasi pada leher terdapat bunyi bruit atau tidak.
Umumnya pada tumor mammae tidak terjadi kelainan pada sistem
endokrin.
5) Sistem Integument Suhu tubuh klien normal dan apabila terjadi
infeksi suhu tubuh akan meningkat, adanya perubahan terhadap
kelembaban pada turgor kulit, Terdapat luka sayat pada payudara.
6) Sistem Persyarafan Pada umumnya sistem persyarafan tidak
terdapat kelainan, keadaan umum baik dan kesadaran compos
mentis, glasslow coma scale 15.
7) Sistem Muskuloskeletal Pergerakan tidak terlalu teganggu, rentang
gerak umumnya tidak terbatas.
8) Sistem Reproduksi
Kaji payudara antara kanan dan kirin simetris atau tidak, terdapat
lesi atau tidak, teraba benjolan terasa nyeri atau tidak.
9) Sistem pendengaran, wicara dan THT ( telinga, hidung,
tenggorokan)
Kaji bentuk telinga, kebersihan telinga, sreumen dan tekstur telinga,
kaji fungsi pendengaran klien. Kaji bentuk trachea, posis trachea
dan terdapat benjolan atau tidak. Pada klien tumor mammae tidak
ada gangguan pendengaran dan berbicara.
10) Sistem Penglihatan
Kaji bentuk mata simetris atau tidak, terdapat lesi, odema atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak,reflek pupil
terhadap cahaya positif atau tidak, kaji lapang pandang dan
ketajaman penglihatan.
9
5. Data Psikososial
a. Status Emosi Pengendalian emosi mood yang dominan, mood yang
dirasakan saat ini, pengarruh atas pembicaraan orang lain, dan
kesetabilan emosi.
b. Pola Interaksi Bagaimana klien berinteraksi pada keluarga, perawat,
pasien lainya, serta temannya.
c. Gaya Komunikasi
Bagaimana cara klien berkomunikasi tetapi tergantung pada kebiasaan
klien sehari-hari.
d. Pola Koping
Apa yang dilakukan klien dalam mengatasi masalah, kepada siapa klien
mengadukan masalah.
e. Konsep Diri Gambaran pada klien pada umunya positif, klien tidak
malu terhadap penyakitnya yang dideritanya. Dan harga diri klien tidak
terganggu. Pada ideal dirinya bagaimana harapan klien pada saat ini
untuk dirinya dan keluarga serta orang lain. Bagaimana peran diri klien
kemungkinan akan terganggu karena hospitalisasi. Identitas dirinya
bagaimana klien memandang terhadap keberadaannya.
6. Data Sosial
Pada aspek ini perlu dikaji pola komunikasi dan interaksi interpersonal,
gaya hidup, factor sosio kultur serta keadaan lingkungan sekitar dan rumah.
7. Data Spiritual Bagaimana keyakinan klien terhadap kesembuhannya,
bagaimana kenyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, apakah
klien menerima tentang keadaannya pada saat ini, apakah ada gangguan
terhadap kepercayaannya selaku umat muslim.
8. Data Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin, hematokrit,
leukosit, trombosit, eritrosit.
9. Program dan rencana pengobatan Terapi yang diberikan diidentifikasi
mulai dari nama obat, dosis, waktu dan cara pemberian.
10
B. Diagnosis Keperawatan
Menurut PPNI (2017), diagnosis yang mungkin muncul pada pasien dengan
masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik yaitu risiko jatuh berhubungan
dengan kekuatan otot menurun, risiko gangguan integritas kulit atau jaringan
berhubungan dengan penurunan mobilitas, berdasarkan buku SDKI tersebut,
pembahasan diagnosis yang dapat muncul secara terperinci dijelaskan sebagai
berikut:
1. Diagnosis 1: Nyeri Akut D.0077
a. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
b. Batasan Karakteristik
11
4) Sindrom koroner akut
5) Glaucoma
2. Diagnosis 2 : Resiko Infeksi 0142
a. Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
b. Faktor Resiko
1) penyakit kronis (mis, diabetes militus)
2) efek prosedur infasif
3) peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
4) keidak adekuatan pertahanan tubuh primer
5) ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder
c. Kondisi Klinis Terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) Gagal ginjal
4) Kanker
5) Leukositopenia
6) Gangguan fungsi hati
7) Tindakan invasive
8) Ketuban pecah seblum waktunya
3. Diagnosis 3 : Intoleransi Aktivitas
a. Defenisi : Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
b. Batasan Karakteristik
- Mengeluh lelah
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
- Dyspnea saat/setelah aktivitas
- Merasa tidak nyaman setelah beraktvitas
- Merasa lemah
- sianosis
d. Kondisi Terkait
12
1) Anemia
2) Penyakit katup jantung
3) Aritmia
4) Penyakit paru opstuksi kronik
5) Gangguan metabolic
6) Gangguan muskuloskeletal
C, Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis 1: Nyeri Akut
a. Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama…X24
jam maka, tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria hasil keluhan
nyeri menurun, dan meringis menurun.
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional
13
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis Untuk menurunkan atau mengalihkan
untuk mengurangi rasa nyeri perhatian klien dari nyerinya
Anjurkan memonitor nyeri secara Agar klien tidak berfokus pada terapi
mandiri farmakologi untuk mengurangi nyeri
yang muncul
Kolaborasi : Untuk membantu meringankan nyeri
Kolaborasi pemberian pemberian pada klien
analgetik, jika perlu
Terapeutik Terapeutik
a. Berikan perawatan kulit pada a. Untuk menjaga kebersihan kuliat
daerah edema sekitar
b. Untuk menghindari infeksi silang
c. Untuk mencegah terjadinya infeksi
14
b. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi Edukasi:
a. jelaskan tanda dan gejala a. Agar klien mengetahui tanda dan
infeksi gejala infeksi
b. ajarkan cara mencuci tangan b. Agar klien mengetahu cara mencuci
yang benar tangan yang benar
Terapi Aktivitas
Observasi Observasi
a. Identifikasi kemampuan berpartisipasi a. Untuk mengetahuikemapuan
dalam aktivitas tertentu aktivitas klien
b. Identifikasi strategi meningkatkan b. Untuk mengetahui strategi
partisipasi dalam aktifitas dalam meningkatkan aktivitas
Terapeutik Terapeutik
15
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rohmah, Nikmatur & Saiful. (2017). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: Media
16