Oleh :
KELOMPOK 2
1. Afni Nur Ainy (1801100506)
2. Hendi Wijayanto (1801100520)
3. Lianda Agnes P (1801100523)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Makalah asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur basis cranii
ini diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam
bidang ilmu keperawatan khususnya penyakit sisitem persyarafan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar
tengkorak yang tebal. Fraktur ini sering disertaidengan robekan ada
duramater. Fraktur basis crania seringterjadi ada 2 lokasi anatomi tertentu
yaitu region temporal danregion occipital condylar (Kowalak, 2011).
Tipe dari fraktur basis crani yang parah adalah jenis ring fracture,
karena area inimengelilingi foramen magnum, apertura didasar tengkorak
dimana spinal cord lewat.Ring fracture komplit biasanya segera berakibat
fatal akibat cedera batang otak. Ringfracture in komplit lebih sering
dijumai. Kematian biasannya terjadi seketika kamu cedera batan otak
disertai denan avulsi dan laserasi dari pembuluh darah besar pada
dasartengkorak (Corwin, 2009).
1. ABC
a) Airway dengan jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun ke
belakang dengan posisi kepala ekstensi kalau perlu dipasang
oropharyngeal tube ataunasopharyngeal tube.
b) Breathing dengan memberikan O2 dengan menggunakan alat bantu
pernafasanmisalnya Nasal Kanul, Simple Mask/Rebreating Mask,
Mask Nonrebreating,Bag-Valve-Mask, dan Intubasi Endotrakea.
c) Circulation pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme
sebanyak 2-2,5kali normal dan akan mengakibatkan katabolisme
protein. Proses ini terjadi antara lain oleh karena meningkatnya
kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah dan akan bertambah
bila ada demam. Setekah 3-4 hari dengan cairan perenteral
pemberian cairan nutrisi peroral melalui pipa nasograstrik
bisadimulai, sebanyak 2000-3000
2. Medikasi
1) Diuretik osmotik(manitol 20%)Dosisnya 0,5-1 g/kgBB,diberikan
dalam 30 menit.Pemberian diulang setelah6 jam dengan dosis 0,25-
0,5/kgBB dalam 30 menitUntuk mencegah rebound
2) Loop diuretic(furosemid)Dosisnya 40 mg/hari IV Pemberiannya
bersama manitol, karena mempunyai efek sinergisdan
memperpanjang efekosmotik serum mannitol
3) Diazepam Dosisnya 10 mg IV dan bisa diulang sampai 3 kali bila
masih kejangDiberikan bila ada kejang
4) Analgetik(asetaminofen)Dosisnya 325 atau 500 mgsetiap 3 atau 4
jam, 650 mgsetiap 4-6 jam, 1000 mg setiap 6 Untuk mengurangi
demam serta mengatasi nyeri ringan sampai sedang akibat sakit
kepala
5) Analgetik(kodein)30-60 mg, tiap 4-6 jamsesuai kebutuhUntuk
mengobati nyeriringan atau cukup parah
6) Antikonvulsan(fenitoin)Dosisnya 200 hingga 500mg perhatiUntuk
mencegahserangan epilepsi
7) ProfilaksisantibioticBiasanya digunakansetelah 24 jam pertama,lalu
2 jam pertama, dan 4 jam berikutnyaTindakan yang sangat penting
sebagai usaha untuk mencegah terjadinya infeksi pasca operasi
3. Pembedahan
4. Imobilisasi
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
3. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya
GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks
babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk,
hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai
batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji
nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
1 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Edema Serebral
jaringan otak b.d cedera keperawatan selama 1.Monitor tanda-tanda vital
sekunder 2x24diharapkan aliran 2.Monitor adanya kebingungan,
darah melalui pembuluh perubahan pikiran, keluhan
darah otak untuk pusing, pinsan
mempertahankan fungsi 3.Monitor status neurologi
otak tercukupi dengan ketat dan bandingkan
Dengan KH: dengan nilai normal
1.Tekanan intracranial 4.Monitor karakteristik cairan
dalam kisaran normal serebrospinal :
2.Tekanan darah sistolik warna,kejernihan,konsistensi
dalam kisaran normal 5.Monitor TIK
3.Tekanan darah diastolic 6.Posisikan tinggi kepala
dalam kisaran normal tempat tidur 30 derajat atau
4.Tidak ada sakit kepala lebih
5.Tidak ada penurunan 7.Batasi cairan
tingkat kesadaran 8.Dorong keluarga/orang yang
penting untuk bicara pada
pasien
9.Kolaborasi pemberian obat
2 Ketidakefektifan pola napas Tujuan: Manajemen jalan napas
b.dgangguanneurologis Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV
(mis.,trauma kepala) keperawatan selama 2x24 2. Monitar aliran oksigen
diharapkan pola napas 3. Buka jalan napas dengan
kembali efektif tekhnik chin lift atau jawthrust
Dengan KH: 4.Posisikan pasien untuk
1.Kedalaman inspirasi memaksimalkan ventilasi
dalam kisaran norma l(RR : 5.Masukkan alat nasoparyngeal
16-24 x/menit) airway atau oropharyngeal
2.Kepatenan jalan napas airway
dalam kisaran normal,klien 6. Informasikan pada pasiendan
tidak merasa tercekik, tidak keluarga tentang teknikrelaksasi
ada suara nafas abnormal untuk memperbaiki pola nafas
3.Frekuensi dan irama 7. Kolaborasi dengan dokter
pernapasan dalam keadaan dalam pemberian terapi obatdan
normal pemberian oksigen
3 Gangguan rasanyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
nyeri b.d gejala terkait keperawatan selama 2x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri
penyakit jam diharapkan rasa secara komprehensif
nyaman kembali 2.Tingkatkan istirahat
Dengan KH: 3. Kontrol lingkungan yang
1.Mengontrol dapat mempengaruhi nyeri
nyeri(mengetahui seperti suhu ruangan,
penyebabnyeri, mengetahui pencahayaan, dan kebisingan
caramengurangi nyeri) 4.Ajarkan tentang tekniknon
2.Rasa nyaman tidak farmakologi
terganggu 5.Kolaborasi dengan dokter
3.Mengontrol gejala nyeri pemberian analgetik
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier
Saunders, 2006; 685-97.
Hartanto, Hurawati.2009. Kamus Saku Mosby. Jakarta. EGC
Mc Khann GM, Copass MK, Winn HR. Prehospital Care of the Head-Injuried
Patient. Dalam : Textbooks of Neurotrauma. Mc Graw Hill. 103-112
Rappaport WA, Brannan S. Head injury. Dalam: Surgery. Mosby Elsevier, 2005;
216-18.
Singh J. Head Trauma. 25 September 2006 [20 September 2007]; Topic 929: [11
screens]. Diunduh dari: http://www.emedicine.com/ped/topic929.htm