Di Susun
Oleh: KELOMPOK I
Fraktur petrous os temporal ini meluas dari bagian skuamosa tulang temporal terhadap
piramida petrosa dengan sering keterlibatan sendi temporomandibular. Fraktur oblik ini
sering mengakibatkan gangguan pendengaran konduktif akibat dislokasi incudostapedial.
Hematotimpanum dan otorea juga sering terjadi pada fraktur oblik. Keterlibatan saraf
fasialis kurang umum daripada pada fraktur transversal.
Fraktur condylar os oksipital dengan garis fraktur meluas di hampir segala arah di
bagian basal tengkorak mungkin dapat dilihat. Akhir-akhir ini, juga terdapat peningkatan
tren untuk menggolongkan fraktur tulang temporal menjadi perenggangan kapsul otik
(otic capsule sparing/OCS) dan kerusakan kapsul otik (otic capsule disrupting/OCD), yang
menunjukkan korelasi lebih baik terhadap sekuel klinis (Ho dan Makishima, 2010). Fraktur
OCS lebih sering terjadi (>90%) daripada OCD, dan OCD berkaitan dengan tingginya
insidensi cedera saraf fasialis (30-50%), SNHL, dan kebocoran cairan serebrospinal (2-4
kali lebih tinggi daripada OCS).
Kecelakaan
Pathway kendaraan/transportasi Kecelakaan
Kecelakaan terjatuh Kejahatan/tindak
olahraga kekerasan
Fraktur Basis Cranii
Tulang tengkorak
c. Pembedahan
Evakuasi hematoma atau kraniotomi untuk mengangkat atau mengambil fragmen
fraktur yang terdorong masuk ke dalam otak dan untuk mengambil benda asing dan
jaringan nekrotik sehingga risiko infeksi dan kerusakan otak lebih lanjut akibat fraktur
dapat dikurangi.
d. Imobilisasi
Pada pasien cedera kepela berat mobilisasi bisa dilakukan dengan pemasangan servical
colar. Servical colar sendiri adalah alat penyangga tubuh khusus untuk leher. Alat ini
digunakan untuk mencegah pergerakan tulang servical yang dapat memperparah
kerusakan tulang servical yang patah maupun pada cedera kepala. Alat ini hanya
membatasi pergerakan minimal pada rotasi, ekstensi, dan fleksi.
c. Mengontrol hematocrit
Aliran darah otak dipengaruhi oleh hematocrit. Viskositas darah meningkat sebanding
dengan semakin meningkatnya hematocrit dan tingkat optimal sekitar 35%. Aliran
darah otak berkurang jika hematocrit meningkat dari 50% dan meningkat dengan
tingkat hematocrit di bawah 30.
d. Pengaturan suhu
Demam dapat mempercepat deficit neurologis yang ada dan dapat memperburuk
kondisi pasien. Metabolisme otak akan oksigen meningkat sebesar 6-9% maka harus
diterapi karena akan memperburuk iskemik otak.
e. Kontrol cairan
NaCl 0,9% dengan osmolaritas 308 mosm/I, telah menjadi kristaloid pilihan dalam
manajemen dari cedera otak. Resusitasi dengan 0,9% saline membutuhkan 4 kali
volume darah yang hilang untuk memulihkan parameter hemodinamik
f. Posisi kepala
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya terjadi penurunan kesadaran, nyeri kepala, adanya lesi/luka dikepala.
1)Kaji obstruksi dengan menggunakan tangan dan mengangkat dagu (pada pasien tidak
sadar).
2)Kaji jalan napas dengan jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal (padapasien
tidak sadar).
3)Kaji adanya obstruksi jalan nafas antara lain suara stridor, gelisah karena
hipoksia, penggunaan oto bantu pernafasan, sianosis.
4)Kaji jalan napas definitive (akses langsung melalui oksigenasi intratrakeal).
5)Kaji jalan napas dengan pembedahan (krikotiroidotomi).
b. Breathing/pernapasan:
1) Kaji pemberian O2.
2) Kaji nilai frekuensi napas/masuknya udara (simetris)/pergerakan dinding dada
(simetris)/posisi trakea.
3) Kaji dengan oksimetri nadi dan observasi.
c. Circulation/sirkulasi:
4. Pemeriksaan Sekunder
a. Penampilan atau keadaan umum
Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada gerakan, lemah, lemas.
b. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien mengalami penurunan GCS <15.
c. Tanda-Tanda Vital
1) Pemeriksaan Kepala
Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala tidak bersih, ada lesi, ada skuama, ada
kemerahan)
Wajah : Inspeksi (ekspresi wajah cemas dan menyeringai nyeri, keadaan simetris,
tidak ada lesi) Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
Rambut : Inspeksi (rambut tidak bersih, mudah putus, ada ketombe, ada uban)
Palpasi (rambut mudah rontok)
Mata : Inspeksi (simestris, konjungtiva warna pucat, sclera putih, pupil anisokor,
reflex pupil tidak teratur, pupil tidak bereaksi terhadap rangsangan cahaya,
gerakan mata tidak normal, banyak sekret) Palpasi (bola mata normal, tidak ada
nyeri tekan)
Telinga : Inpeksi (Simetris, kotor, fungsi pendengaran tidak baik, ada otorrhoe
(cairan serebrospinal keluar dari telinga), battle sign (warna biru atau ekhimosis
dibelakang telinga di atas os mastoid), dan memotipanum (perdarahan di daerah
membrane timpani telinga)) Palpasi (tidak ada lipatan,ada nyeri)
Mulut : Inspeksi (keadaan tidak bersih, tidak ada stomatitis, membran mukosa
kering pucat, bibir kering, lidah simetris, lidah bersih, gigi tidak bersih, gigi atas
dan bawah tanggal 3/2, tidak goyang, faring tidak ada pembekakan, tonsil ukuran
normal, uvula simetris, mual-muntah) Palpasi (tidak ada lesi, lidah tidak ada
massa)
Leher dan Tenggorok : Inspeksi dan Palpasi (Tidak ada pembesaran jvp, tidak ada
pembesaran limfe, leher tidak panas, trakea normal, tidak ditemukan kaku kuduk)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada batuk, nafas dada
cepat dan dangkal, sesak nafas, frekuensi nafas <16 x/menit.
Jantung :
Palpasi : Iktus kordis teraba pada V±2cm, tidak ada nyeri tekan, denyut nadi
Bradikardia
Perkusi : Pekak, batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas
kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan
Auskultasi : BJ I-II tunggal, tidak ada gallop, ada murmur, Irama nafas
tidak teratur, tekanan darah menurun
3) Pemeriksaan Abdomen
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, Hepar tidak teraba,
limpa tidak teraba, Ginjal tidak teraba, tidak ada ascites, tidak ada nyeri pada Titik
Mc. Burney.
4) Pemeriksaan Genetalia
5) Pemeriksaan Ekstremitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d cedera sekunder.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d gangguan neurologis (mis. Fraktur basis cranii).
Rasa farmakologi
nyaman tidak terganggu 5. Beri kenyamanan seperti suhu
Mengontrol gejala nyeri ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
6. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
7. Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik
4.
6 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Irigasi kandung kemih
eliminasi urine keperawatan selama ….
1. Lakukan penilaian kemih
b.d penyebab diharapkan gangguan
yang komprehensif
multipel eliminasi urine teratasi
2. Siapkan peralatan irigasi
Dengan KH:
yang steril, dan pertahankan
Jumlah urin tidak tekhnik steril setiap kali
terganggu tindakan
Warna urin tidak 3. Bersihkan sambungan
terganggu kateter atau ujung Y dengan
Tidak ada darah dalam kapas alcohol
urin 4. Catat jumlah cairan yang
Intake cairan dalam digunakan, karakteristik
rentang normal cairan, jumlah cairan yang
keluar
5. Ajarkan pasien atau
keluarga untuk mencatat
urin
6. Kolaborasi dengan dokter
dengan penberian obat
B. Saran
Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur yang berhubungan dengan
penatalaksaan yang lebih efektif mengenai fraktur basis cranii karena di dalam makalah ini
penatalaksaannya masih banyak kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, & Alimul, A. A. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat & Jong, W.D. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Smelzer, Suzanne. C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.
8 Vol. 3. Jakarta: EGC