Anda di halaman 1dari 10

Nama Kelompok

 Agitha Deviana Puspasari


 Hariyanti
 Hermawan Susanto

TRAUMA BASIS
CRANII
Pengertian
Fraktur basis crania adalah suatu fraktur linear
yang terjadi pada dasar tengkorak yang tebal. Fraktur
ini seringkali disertai dengan robekan pada durameter.
Fraktur basis crania sering terjadi pada 2 lokasi
anatomi tertentu yaitu regio temporal dan region
occipital condylar.
Fraktur basis crania dapat dibagi berdasarkan letak
anatomis fraktur fossa anterior dan fraktur fossa
posterior. Fraktur basis crania merupakan yang paling
serius terjadi karena melibatkan tulang-tulang dasar
tengkorak dengan komplikasi otorrhea cairan
serebrospinal ( cerebrospinal fluid) dan rhinorrhea.
Anatomi
Bagian cranium yang membungkus otak , menutupi otak,
labirin dan telinga tengah. Tabula interna dan tabula eksterna
dihubungkan oleh tulang kanselosa dan celah tulang rawan.
Tulang-tulang yang membentuk cranium ( calvaria ) pada
remaja dan orang dewasa terhubung oleh sutura dan kartilago
dengan kaku. Sutura coronaria memanjang melintasi
sepertiga frontal atap cranium . sutura sagitalis berada pada
garis tengah yang memanjang ke belakang dari sutura
coronoria dan bercabang di occipital untuk membentuk sutura
lambdoidea. Daerah perhubungan os. Frontal, parietal,
temporal dan sphenoidal disebut pterion, di bawah pterion
terdapat percabangan arteri meningeal media. Bagian dalam
basis crania membentuk lantai cavitas crania, yang dibagi
menjadi fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior.
Patofisiologi
Trauma dapat menyebabkan fraktur tulang tengorak yang
diklasifikasikan menjadi:
· Fraktur sederhana : suatu fraktur linear pada tulang tengkorak.
· Fraktur depresi apabila fragmen tulang tertekan ke bagian lebih
dalam dari tulang tengkorak.
· Fraktur campuran bila terdapat hubungan langsung dengan
lingkungan luar. Ini disebabkan oleh laserasi pada fraktur atau suatu
frakturbasis crania yang biasanya melalui sinus-sinus.
Pada dasarnya, suatu fraktur basiler adalah suatu fraktur linear pada
basis crania. Biasanya disertai robekan durameter dan terjadi pada
daerah – daerah tertentu dari basis crania.
Fraktur basilar adalah fraktur linear meliputi dasar pertengahan pada
tulang tengkorak. Fraktur ini biasanya berhubungan dengan dural.
Sebagian besar fraktur basilar berlangsung pada 2 lokasi spesifik
seperti regio temporal dan regio kondilar oksipital.
Fraktur temporal dapat dibagi dalam 3 subtipe yaitu
longitudinal, transversal, dan campuran. Fraktur
longitudinal adalah adalah subtipe yang paling umum (70-
90%) dan meliputi bagian skuamous pada tulang
temporal, inding superior pada canalis auditory eksterna
dan tegmen timpani. Fraktur dapat terjadi pada anterior
atau posterior ke koklea dan kapsul labirin, berakhir pada
fossa cranial media dekat foramen spinosum atau pada
sel udara mastoid. Fraktur transversal (5-30%) berasal
dari foramen magnum dan keluar mengelilingi koklea dan
labirin berakhir pada fossa cranial media. Dinamakan
fraktur campuran jika memiliki kedua komponen fraktur
longitudinal dan fraktur transversal.
Fraktur condylar oksipital biasanya diakibatkan oleh trauma
tumpul dengan kekuatan yang tinggi yang menekan axial,
bagian sudut lateral, atau berputar ke jaringan ikat kontinyu.
Fraktur ini dapat dibagi dalam tiga tipe dasar berdasarkan
morfologi dan mekanisme trauma atau secara alternatif
dalam kestabilan dan displace fraktur tergantung dari ada
tidaknya kerusakan ligamen. Fraktur tipe I adalah trauma
kompresi axial yang menghasilkan fraktur comuniti pada
oksipital condilar. Fraktur ini bersifat stabil. Fraktur tipe II
disebabkan oleh pukulan langsung dan meluas pada
daerah basioccipital, hl ini berhubungan dengan trauma
yang menetap karena melindungi ligamen alar dan
membran tectorial. Fraktur tipe III secara potensial tidak
stabil dan berhubungan dengan suatu luka avulsion sesuai
dengan putaran dan sudut lateral.
Manisfestasi Klinis
a. Hemotimpanum.
b. Ekimosis Periorbita.
c. Ekimosis Retroauricular
d. Kebocoran Cairan Serebrospinal dari
telinga dan hidung
e. Parese nervus cranialis ( nervus I, II,
III, IV, VII, dan VIII ) dapat terjadi.
f. Hematoma, hemoragi.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Labolatorium : sebagai
tambahan pada suatu pemeriksaan
neurologis lengkap, pemariksaan darah
rutin, dan pemberian tetanus toxoid.
b. Pemeriksaan Radiologi.
· Foto Rontgen.
· CT scan.
· MRI ( magnetic resonance
angiography).
Penanganan
(1). Cegah peningkatan tekanan intrakranial yang
mendadak, misal cegah batuk, mengejan,
makanan yang tidak menyebabkan sembelit.
(2). Jaga kebersihan sekitar lubang hidung dan
lubang telinga, jika perlu dilakukan tampon steril
(Consul ahli THT) pada bloody
otorrhea/otoliquorrhea.
(3). Pada penderita dengan tanda-tanda bloody
otorrhea/otoliquorrhea penderita tidur
dengan posisi terlentang dan kepala miring
keposisi yang sehat (Umar Kasan : 2000).
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien
fraktur basis crania adalah paralisis otot-
otot fasialis dan rantai tulang – tulang
pendengaran apabila farktur basis crania
disertai dengan rhinorrhea.

Anda mungkin juga menyukai