21 MARET 2017
Oleh
Amanda Kirana 00000003983
Ariane Budiwan 00000004337
Atikah 00000003976
Bryan Riawan 00000003251
Charlene Janice 1305003337
Christian Mayumi 1305003677
Ervina Kimberly 1305000664
Evelyn 0000003524
Gezta Nasafir 1305003517
Intania Dewi Cintawati 00000000641
Jennie Novita Solihin 00000000858
Josse Gunawan 00000003795
Kenneth Halim 00000002154
Raswinarsih Indah Bidasari Sabrawi 00000003985
Stevani Cristina 1305001046
Tisha Dionetta 0000003822
Victoria Levina 00000003040
Wayan Bhaskara Satria Wibawa 00000003851
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TAHUN 2017
1. Jenis-jenis fraktur basis cranii:
a. Berdasarkan Lokasi fraktur:
Exokranial/Extrakranial (Luar):
1. Anterior:
a. Os. maxillaris (termasuk ujung/tip dari os. maxillaris):
b. Os. palatinum
c. Os. Zygomaticum
2. Posterior:
a. Os. Temporale (termasuk processus styloideus)
b. Os. sphenoidale (termasuk processus condylaris)
c. Os. occipital
Endokranial (Dalam):
1. Anterior Fossa (Ossis. Ethmoidale, Sphenoidale, dan Frontale):
a. Batas anterior (Os. Frontale dan dinding posterior sinus
frontalis)
b. Batas posterior (limen of lesser wing sphenoid bone)
c. Batas lateral (roof of orbits)
d. Batas median (crista gali, cribiform plate of ethmoid bone,
planum of sphenoid bone)
Fraktur basis kranii anterior dapat dibagi menjadi tiga (3) tipe:
i. Tipe 1: Fraktur tipe ini terjadi ketika terjadi pukulan pada
posisi yang relative rendah pada tulang frontal dan
didefinisikan sebagai fraktur linear yang parallel dengan
cribriform plate kemudian memanjang ke posterior
sepanjang sella turcica dan petrous ridge sehingga
memisahkan fossa kranii anterior dan fossa kranii media
dari posterior.
ii. Tipe 2: Fraktur ini terdiri atas garis linear vertikal pada
bagian lateral tulang frontal dan basis kranii anterior,
kemudian dapat memanjang melibatkan 2/3 lateral tepi
supraorbital dan pars squamosal dari tulang temporal, atap
orbita, dinding lateral orbita, atau apex orbita. Jenis
fraktur ini sering dikaitkan dengan kebocoran LCS dan
cedera intracranial.
iii. Tipe 3: Fraktur ini merupakan kombinasi dari fraktur
frontobasilar sentral dan lateral disertai dengan pecahnya
tulang frontal, atap orbita, dan bagian lateral kalvaria.
Tipe 2 dan 3 sering dikaitkan dengan cedera pada wajah
bagian tengah dan berhubungan dengan benturan
kecepatan tinggi dari tulang frontal lateral atau inferior
atau vektor supraorbital. Karena tipe 3 berhubungan
dengan benturan yang berkekuatan tinggi, fraktur tipe ini
juga sering dihubungkan dengan kejadian cedera
intrakranial dan kebocoran LCS.
2. Gejala Klinis:
a. Gejala pada fraktur basis kranii anterior meliputi, cedera pada
intraorbital, meningoencephalocele atau rhinorrhea LCS, dan anosmia
yang disebabkan oleh cedera nervus olfaktorius. Raccoon eye sign atau
disebut juga blepharohematoma dapat terjadi pada trauma daerah
frontal yang memungkinkan terjadinya fraktur pada fossa kranii
anterior dan robek pada struktur vena yang berada di dasarnya
sehingga menyebabkan pendarahan yang kemudian mengalami
extravasasi ke daerah di sekitar kelopak mata dan jaringan lemak
orbita.
b. Fraktur basis kranii media dapat menyebabkan cedera pada pembuluh
darah seperti oklusi arteri karotis interna, diseksi arteri,
pseudoaneurisma, aneurisma, dan fistula karotid-kavernosa. Selain itu
dapat pula terjadi cedera pada nervus kranial terutama nervus
okulomotorik, troklearis, trigeminus dan abdusen. Gejala lain adalah
Horner syndrome yang disebabkan oleh gangguan pada saraf simpatik
mata.
c. Fraktur basis kranii posterolateral (os. temporale) dapat menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah (arteri karotis interna), kerusakan
pada nervus fasialis atau vestibulokoklearis, hemotimpanum
(pendarahan telinga tengah), dan dapat disertai juga dengan adanya
meningoencephalocele atau otorrhea LCS. Battle Sign disebut juga
ecchymosis pada mastoid/retroauricular merupakan salah satu
indikator yang berhubungan dengan tingginya kemungkinan terjadi
fraktur basis cranii pada posterior fossa. Tanda ini terjadi karena
adanya gangguan pada vena emissary yang berjalan dari sigmoid sinus
menuju jaringan lunak pada post-auricular sehingga menghasilkan
ekimosis pada retroauricular. Tanda ini bisa terjadi karena trauma
tumpul pada tulang mastoid dan tulang temporal yang menyebabkan
fraktur longitudinal atau campuran pada tulang temporal. Biasanya
terlihat 1-2 hari setelah cidera.
d. Gejala fraktur basis kranii posterior meliputi kerusakan pada pembuluh
vena atau arteri vertebrobasilaris, kerusakan pada nervus kranial bawah
(nervus glosofaringeus, vagus, aksesorius, atau hipoglosus), dan dapat
juga terjadi cedera pada tulang belakang servikal dan craniocervical
junction. Fraktur ini juga berhubugnan dengan cedera intracranial pada
fossa posterior, yang meliputi hematoma ekstradural, subdural, dan
cerebellar. Yang paling sering terjadi adalah hematoma epidural karena
cedera pada sinus tranversus atau sinus sigmoideus atau bulbus
jugularis. Umumnya dapat ditemukan pada anak-anak dan dapat
meluas dengan cepat sehingga menyebabkan penurunan secara klinis
akibat ventrikel empat yang terkompresi atau batang otak.
Referensi:
AO Foundation. (n.d.). Retrieved from AO Surgery Reference:
https://www2.aofoundation.org/wps/portal/!
ut/p/a0/04_Sj9CPykssy0xPLMnMz0vMAfGjzOKN_A0M3D2DDbz9_UMMDRyDXQ
3dw9wMDAx8jfULsh0VAdAsNSU!/?
bone=CMF&segment=Cranium&soloState=lyteframe&teaserTitle=&contentUrl=s
rg/93/01-Diagnosis/skull_base-skull_base.jsp
Epperla, N., Mazza, J. J., & Yale, S. H. (2015). A Review of Clinical Signs related to
Ecchymosis. WMJ , 114 (2).
DiMaio, V. J., & DiMaio, D. (2001). Forensic Pathology (2nd ed.). Boca Raton: CRC
Press LLC.
Hirsch, C. S., & Kaufman, B. (1975). Countercoup Skull Fracture. J Neurosurgery ,
42.
Payne-James, J., Jones, R., Karch, S. B., & Manlove, J. (2011). Simpson's Forensic
Medicine (13th ed.). (C. Makepeace, & J. Silman, Eds.) London: Hodder &
Stoughton Ltd.
Di leva, A., Audige, L., Kellman, R. M., Shumrick, K. A., Ringl, H., Prein, J., et al.
(2014). The Comprehensive AOCMF Classification: Skull Base and Cranial Fold
Fracture - Level 2 and 3 Tutorial. Craniomaxillafacial trauma and reconstruction ,
7.
2. Apakah subdural hematoma merupakan indikasi cito? Apa sajakah indikasi cito?
Indikasi cito jika hematom sudah mencapai 25-30cc pada usia dewasa-muda. Pada
usia tua karena dapat terjadinya atrofi pada otak, maka indikasi tindakan cito harus
ada hematoma yang lebih dari 30 cc.
Kriteria cito :
Pasien SDH tanpa melihat GCS, dengan ketebalan > 10 mm atau pergeseran
midline shift > 5 mm pada CT-scan
Semua pasien SDH dengan GCS < 9 harus dilakukan monitoring TIK
Pasien SDH dengan GCS < 9, dengan ketebalan perdarahan < 10 mm dan
pergeeran struktur midline shift. Jika mengalami penurunan GCS > 2 poin
antara saat kejadian sampai saat masuk rumah sakit
Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau didapatkan pupil dilatasi
asimetris/fixed
Pasien SDH dengan GCS < 9, dan/atau TIK > 20 mmHg.
Sumber :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/16710968/
Jenis-Jenis Fraktur Rahang
Secara umum jenis-jenis fraktur mandibular (Fraktur bagian sepertiga bawah wajah)
dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi, yaitu :
1. Tipe Fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan
lunak yang terkena tidak terbuka.
b. Fraktur kompoun atau fraktur terbuka, yaitu keadaan fraktur yang
berhubungan dengan lingkungan luar, yakni jaringan lunak seperti kulit,
mukosa atau ligamen periodontal terpapar di udara.
c. Fraktur komunisi (comminuted), yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah
tulang yang diakibatkan oleh trauma yang hebat sehingga mengakibatkan
tulang hancur berkeping-keping disertai kehilangan jaringan yang parah.
d. Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana pada satu sisi dari
tulang mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat.
Fraktur ini sering dijumpai pada anak-anak.
e. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh adanya penyakit pada
mandibula, seperti osteomielitis, tumor ganas, kista atau penyakit tulang
sistemik. Proses patologis pada mandibula menyebabkan tulang lemah
sehingga trauma yang kecil dapat mengakibatkan fraktur.
f. Multiple, yaitu sebuah variasi dimana ada dua atau lebih garis fraktur pada
tulang yang sama tidak berhubungan satu sama lain.
g. Impacted, merupakan fraktur dimana salah satu fragmennya terdorong ke
bagian lainnya.
h. Atrophic, merupakan fraktur yang spontan yang terjadi akibat dari atropinya
tulang, biasanya pada tulang mandibula orang tua.
i. Indirect, merupakan titik fraktur yang jauh dari tempat dimana terjadinya luka.
j. Complicated atau complex, merupakan fraktur dimana letaknya berdekatan
dengan jaringan lunak atau bagian-bagian lainnya, bisa simple atau compound.
Klasifikasi berdasarkan favorabilitas
Horizontally favourable = garis fraktur berjalan ke arah bawah dan kedepan sehingga
perpindahan posisi keatas terhindar
Horizontally unfavourable = garis fraktur berjalan ke arah bawah dan ke belakang
sehingga perpindahan posisi ke atas tidak terhindar
Vertically favourable = garis fraktur berjalan dari outer buccal plate secara oblique ke
arah belakang dan lingual sehingga pergerakan ke arah medial terhindar.
Vertically unfavourable = garis fraktur berjalan dari inner lingual plate secara oblique
ke arah belakang dan buccal, sehingga pergerakan ke arah medial tidak terhambat.
2. Lokasi Anatomis fraktur
Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dari fraktur
mandibula dapat terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut:
a. Dentoalveolar (processus alveolaris): region yang secara normal terdiri dari
gigi
b. Kondilus (processus condylus): area pada superior prosesus kondilus hingga
region ramus.
c. Koronoideus (processus coronoid): termasuk prosesus koronoid pada superior
mandibular hingga region ramus.
d. Ramus: berdekatan dengan bagian superior angle hingga membentuk dua garis
apical pada sigmoid notch.
e. Sudut mandibular (angle): area segitiga yang berbatasan dengan batas anterior
otot masseter hingga perlekatan poesterosuperior otot masseter (dari mulai
distal gigi molar 3).
f. Korpus mandibular (midline): fraktur diantara incisal sentral.
g. Simfisis: berikatan dengan garis vertikal sampai distal gigi kaninus.
h. Parasimfisis: dari bagian distal symphysis hingga tepat pada garis alveolar
yang berbatasan dengan otot masseter (termasuk sampai gigi molar 3).
3. Pola fraktur
a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi
mandibula saja.
b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat kombinasi trauma
langsung dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi mandibula.
c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur dimana bisa terdapat dua
atau lebih garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50% dari fraktur
mandibula adalah fraktur multipel.
Tidak, karena terdapat pendarahan subdural yang diperkiraan lebih dari 30cc namun
tidak dilakukan tindakan operatif.
Pada pendarahan subdural yang kecil (volume 30cc atau kurang), dilakukan tindakan
konservatif, namun pada pendarahan subdural dengan volume yang lebih dari 30cc
dan ditemukan adanya gejala-gejala yang progresif, maka diperlukan tindakan
operatif untuk pengeluaran pendarahan dan penurunan tekanan intrakranial.
Namun pada penderita pendarahan subdural dengan refleks batang otak yang
negatif dan depresi pusat pernafasan hampir selalu mempunyai prognosis akhir yang
buruk dan bukan calon untuk operasi.
5. Jenis-Jenis Fraktur Iga dan Mekanismenya Hingga Menimbulkan Paradoxical
Breathing
Fraktur Iga
Tulang iga biasanya fraktur di daerah posterior atau postero-lateral karena daerah
itu adalah yang paling lemah. Iga 1-3 terlindungi tidak seperti 9-12 yang lebih mobile.
Fraktur iga lebih sering terjadi pada orang dewasa karena tulangnya lebih kaku dan
tidak elastis seperti di anak, jika tulang elastis dan pliable transmisi energy kinetik
dapat menyebar ke medisatinum. Namun, pada usia muda meskipun fraktur tulang
iga dan sternum jarang terjadi, cedera pada organ dalam lebih sering. Fraktur iga
berbahaya karena dapat menusuk sekitarnya seperti pleura, paru, limpa, dan hepar.
Fraktur iga 9-11 biasanya menyebabkan trauma intra abdominal dan fraktur pada sisi
kanan biasanya akan menyebabkan cedera pada hepar, dan pada sisi kiri cedera
pada limpa. Sedangkan fraktur pada iga 1-3 dapat menyebabkan cedera thorax yang
parah.
Tipe:
Simple rib fracture: seperti fraktur biasanya: nyeri tekan, susah bernafas karena sakit
(bernafas dangkal untuk mengurangi nyerinya), deformitas dan diskolorasi di daerah
dada
-> minimalisir pergerakkan fraktur dengan adhesive tape/bandage dari iga yang
fraktur sampai tulang belakang atau memakai sling
Severe rib fracture: adanya distres pada respirasi, hyperventilasi atau respirasi
dangkal, nadi meningkat, sianosis (pada mulut dan hidung), sulit bernafas, ada gagal
nafas (ex: flail chest)
Klinis (dapat sembuh sendiri 3-6 minggu): nyeri tekan, krepitus, ekimosis, spasme
otot dan jika dilakukan bimanual compression dapat mengurangi rasa sakit (barrel
compression test)
Fraktur Sternum
Fraktur atau dislokasi sternum biasanya disebabkan oleh trauma anterior tumpul,
biasanya karena tabrakan kendaraan ketika dada menabrak setir. Yang dapat
menjadi factor resikonya tergantung dari tipe pengaman kendaraan tersebut dan
umur pasien. Pasien yang menggunakan pengaman lebih rentan untuk mempunyai
fraktur sternum. Terutama jika menggunakan sabuk pengaman yang diagonal
(restrain the upper sternum). Jika terjadi deselerasi yang cepat karena frontal
impact, tubuh akan maju ke depan melawan sabuk pengaman sehingga fraktur dapat
terjadi. Lokasi fraktur tergantung dari posisi sabuk pengaman tersebut, ukuran tubuh
pasien, magnitude of the impact and the vector of the forces.
Organ dalam pada usia muda lebih sering cedera karena pada orang dewasa, energy
of impact can be dissipated by the sternum thus fewer intrathoracic injuries tetapi
fraktur tulang lebih sering terjadi. Isolated sternal fractures are usually benign, low
mortality and low intra-thoracic morbidity. Yang dapat terjadi adalah komplikasi dari
jantung seperti hematoma mediastinal, myocardial contusion bukan rupture aorta.
Yang dapat mengancam nyawa adalah kehilangan darah akut, perubahan
hemodinamik tubuh sehingga dapat terjadi gagal sirkulasi karena exsanguination.
Hematoma mediastinal juga dapat menyebabkan kematian karena kompresi struktur
sekitar.
Klinis: sakit dada anterior, nyeri tekan sternum, ekimosis, bengkak dan dapat
ditemukan deformitas yang dapat di palpasi.
Diagnosis:
Transverse and lateral radiographic
Plain chest x-ray
Helical CT scan with 3D imaging (dapat rule out cedera mediastinal)
USG (lebih akurat dari CXR)
ECG
Management:
Analgesik (biasanya oral cukup)
Fiksasi operatif jika diperlukan
Costochondral Seperation
Disebabkan oleh trauma tumpul anterior pada dada.
Klinis: mirip fraktur tulang iga tetapi karena kartilago memiliki vaskularisasi yang
kurang maka nyeri dapat bertahan lebih lama sampai beberapa minggu.
Diagnosis: CXR biasanya tampak normal tetapi ada snapping sensation ketika
bernapas dalam,
PARADOXICAL BREATHING
1. Obstruktif mekanis
Ada tahanan di dada yang menyebabkan dada tidak dapat mengembang sehingga
udara tidak bisa masuk ke dalam paru.
2. Mechanical disruption of chest wall
Seperti flail chest tapi hanya 1 section dari iga, tidak multiple.
3. Nerve problems
Cedera pada phrenic nerve (diaphragm), biasa dikarenakan kanker tulang, cedera
tulang belakang, distropi muscular, dan multiple sclerosis.
4. Flail chest
5. Dysfunction of diaphragm
Apabila terjadi disfungsi pada salah satu diafragma (kanan atau kiri) dapat
mengakibatkan dyspnea, dan pada akhirnya menyebabkan paralisis diafragma.
Tanda khas nya adalah abdominal paradox, yaitu inward motion dari abdomen pada
saat rongga dada mengembang. Keadaan ini paling mudah dilihat pada posisi supine.
Sumber:
1. ATLS edisi 9.
2. Journal of anesthesia & critical care MedCrave. Judul: Chest trauma: An Overview
3. Thoracic Trauma Marc Eckstein and Sean O. Henderson Chapter 45.
4. www.newhealthadvisor.com/Paradoxical-Breathing.html
5. http://orthopedics.ygoy.com/2010/06/17/types-of-rib-fracture/
6. Pengambilan sampel DNA darimana saja terutama untuk test maternitas dan
paternitas?
Analisis
Profil DNA bisa tercampur terutama dalam kasus kejahatan seksual.
Teknik analisis DNA :
- SGM+ DNA profiling sangat sensitif, bisa mendapatkan profil DNA Lengkap
dengan <300 sel.
- Low Copy Number (LCN) DNA menggunakan 34 siklus tetapi tidak bisa
digunakan untuk jumlah DNA yang sedikit (seperti sentuh).
- Y-STR DNA mirip dengan SGM+ tetapi hanya menilai kromosom Y (Laki-laki)
sehingga sangat efektif pada kasus kejahatan seksual.
- Analisis DNA mitonkondria dapat digunakan pada tempat dengan jumlah
nucleus yang sedikit, contoh : batang rambut. Dapat menilai hubungan
maternitas karena diturunkan dari ibu.
- Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) digunakan untuk kasus dimana DNA
sudah rusak parah (seperti apabila terkena panas). Contoh digunakan pada
kasus World Trade Centre.
Sumber :
1. Simpson’s Forensic Medicine. 13th Edition. Jason Payne-James, Richard Jones,
Steven B Karch, John Manlove.
2. The DNA Paternity Test : Legislating the Future Paternity Action, E. Donald
Shapiro, New York Law School.
3. Paternity Testing. Journal of American Science, 2(4), 2006. Hongbao Ma,
Huaijie Zhu, Fangxia Guan, Shen Cherng.
7. Hubungan Antara Kerusakan Otak dengan Hiperventilasi dan Perubahan Dari
Hiperventilasi Hingga Apnea.
Post-hypervetilation Apnea
8. Vaskularisasi Jantung
Sirkulasi darah yang kaya oksigen di dalam pembuluh darahnya myocardium adalah
arteri koronari. Arteri Koroner kiri dan kanan berada di permukaan jantung sehingga
dipanggil arteri koroner epikardial. Arteri-arteri ini yang memastikan jantung
menerima vaskularisasi yang cukup. Namun, arteri-arteri tersebut sempit dan kecil
sehingga tidak jarang tersumbat. Arteri-arteri yang biasanya tersumbat adalah
cabang anterior interventricular LCA, RCA dan juga cabang circumflex dari LCA.
Menurut jurnal yang di terbitkan oleh J Am Coll, terjadi oklusi di RCA pada 21 pasien
dari 23 pasien dan 2 sisanya terjadi oklusi di Circumflex artery.
Sumber:
1. http://www.med.umich.edu/lrc/coursepages/m1/anatomy2010/html/car
diovascular_system/heart_case.html
2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3958381