A
DENGAN KASUS CF SUBTROCHANTER DI RUANG MELATI
RSUD BANGIL
DI SUSUN
OLEH :
PENDAHULUAN FRAKTUR
FEMUR
Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh. Tulang femur
menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan lutut. Kata “ femur” merupakan
bahasa latin untuk paha. Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput,
collum, trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua
pertiga berbentuk seperti bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari tulang
coxae membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan kecil
yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.
Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.17
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher
dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di
bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.18
2. Etiologi
a) Cedera traumatik
Dapat disebabkan oleh :
Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan.
Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan misalnya jatuh dengan kaki berjulur sehingga menyebabkan
fraktur
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat
b) Fraktur patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur yang dapat terjadi pada berbagai keadaan
berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan nyeri
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skeletal lain biasanya disebabkan oleh
defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi
vitamin D atau oleh karena asupan kalsium dan fosfat yang rendah.
Osteoporosis
c) Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas di kemiliteran.
3. Patofisiologi
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta pembuluh
darah didalam korteks, dan jaringan lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi.
Hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah
periosterum, dan akhirnya jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang
menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak disekitarnya serta akan menginvasi
daerah fraktur dan aliran darah keseluruh tulang akan mengalami peningkatan.
Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan endosteum akan memproduksi osteoid
(tulang muda dari jaringan kolagen yang belum mengalami klasifikasi, yang juga
disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras disepanjang permukaan luar korpus
tulang dan pada kedua ujung patahan tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi
material dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast membangun
kembali tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi
osteosit (sel-sel tulang yang matur).
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah,
nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah rasa
nyeri yang hebat.
2) Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha,
pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobat ke
dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu,
klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis
akut dan kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses
penyembuhan tulang.
4) Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
5) Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
gheneral) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokal)
1) Keadaan umum
Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu dicatat
adalah kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah, komposmetis
yang bergantung pada keadaan klien), kesakitan atau keadaaan penyakit
(akut, kronis, berat, ringan, sedang, dan pada kasus fraktur biasanya akut)
tanda vital tidak nmormal karena ada gangguan lokal baik fungsi maupun
bentuk.
2) B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien fraktur
femur tidak mengalami kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak,
didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi tidak
terdapat suara tambahan.
3) B2 (Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak
teraba, auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
- Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris., tidak
ada penonjolan, tidak ada sakit kepala.
- Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
- Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain
tidak mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah simetris, tidak
ada lesi dan edema.
- Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis (pada klien
dengan patah tulang tertutup tidak terjadi perdarahan). Klien yang
mengalami fraktur femur terbuka biasanya mengfalami perdarahan
sehingga konjungtiva nya anemis.
- Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
- Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
- Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Pemeriksaan fungsi serebral
Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
- Saraf I: fungsi pendiuman tidak ada gangguan.
- Saraf II: ketajaman penglihatan normal
- Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor.
- Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek
kornea tidak ada kelainan.
- Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
- Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
- Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
- Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
- Saraf XII: ;idah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada faskulasi. Indra pengecapan normal.
Pemeriksaan refleks
Biasnya tidak ditemukan reflek patologis.
Pemeriksaan sensori
Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada bagian distal
fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak menga;lami
gangguan. Selian itu, timbul nyeri akibat fraktur.
1) B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine, termasuk
berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak mengalami
gangguan ini.
2) B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidk teraba. Perkusi:
suiara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik
normal. Inguinal,genital: hernia tidak teraba, tidak ada pembesaran limfe
dan tidak ada kesulitan BAB.
3) B6 (Bone)
Adanmya fraktur femur akan mengganggu secara lokal, baik fungsi
motorik, sensorik maupun peredaran darah.
4) LOOK
Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu disekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan adanya
pembengklakan yang tidak biasa (abnormal) dan deformitas. Perhatikan
adanya sindrom kompartemen pada bagian distal fraktur femur. Apabila
terjadi fraktur terbuka, perawat dapat menemukan adanya tanda-tanda
trauma jaringan lunak sam[pai kerusakann intergritas kulit. Fraktur obli,
spiral atau bergeser mengakibatkan pemendekan batang femur. Ada
tanmda cedera dan kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskular (saraf
dan pembuluh darah) paha, sepertoi bengkak atau edema.
Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.
5) FEEL
Kaji adnya nyeri tekan dan krpitasi pada daerah paha.
6) MOVE
Pemeriksaan dengan menggerakkan eksteremitas apakh terdapat keluhan
nyeri pada pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang gerak. Dilakukan
pemeriksaan gerak aktif dan pasif. Berdasar pemeriksaan didapat adanya
gangguan / keterbatasan gerak tungkai, ketidakmampuan menggerakkan
tungkai, penurunan kekuatan otot.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal,
kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.
c. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi interna.
f. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.
Pathway
Diskontinuitas tulang
FRAKTUR Pergeseran frakmen tulang
Nyeri
Deformitas Perdarahan
Peningkatan Melepaskan katekolamin
tekanan kapiler Kehilangan cairan
Gg fungsi
dari dalam tubuh Memobilisasi asam lemak
Pelepasan
Gg mobilitas fisik
histamin Bergabung dengan terombosit
Hipovolemia
Ansietas
Protein plasma hilang Emboli
Menyumbat pembuluh darah
Edema