Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar
pada duramater.Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi
menjadi fraktur fossa anterior, fraktur fossa media, dan fraktur fossa
posterior.
Jenis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu :
• Fraktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau
neonatus dan bayi yang suturanya belum menyatu.Pada fraktur jenis ini, garis
deformitas akibat benturan terlokalisir yang dapat merusak isi bagian dalam
sejumlah besar gaya yang terjadi pada kepala dan kemungkinan besar
dari seluruh fraktur tulang tengkorak.Fraktur ini terjadi pada titik kontak dan
dapat meluas jauh dari titik tersebut.Sebagian besar sembuh tanpa komplikasi
segera terutama bila bersifat terbuka dimana fraktur depresi yang terjadi
struktur neurovaskuler pada basis cranii, tenaga benturan yang besar, dan
telinga dan menjadi indikasi untuk evaluasi segera di bidang bedah saraf.
INSIDEN
tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada usia muda di seluruh dunia.
rata-rata (gabungan jumlah masuk rumah sakit dan tingkat mortalitas) adalah
Lebih dari 60% dari kasus fraktur tulang tengkorak merupakan kasus fraktur
linear sederhana, yang merupakan jenis yang paling umum, terutama pada
anak usia dibawah 5 tahun. Fraktur tulang temporal sebanyak 15-48% dari
seluruh kejadian fraktur tulang tengkorak, dan fraktur basis cranii sebesar 19-
occipital (5%), dan pada daerah-daerah lain (10%). Sebagian besar fraktur
tengkorak rata-rata 1 dari 6.413 penduduk (0.02%), atau 42.409 orang setiap
tahunnya. Sejauh ini fraktur linear adalah jenis yang banyak, terutama pada
menutupi otak, labirin, dan telinga tengah.and middle ear. Tabula eksterna
dan tabula interna dihubungkan oleh tulang kanselosa dan celah tulang rawan
yang dibagi menjadi fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior.
ethmoidal, dan bagian depan dari alae minor os sphenoid. Fossa ini
menampung traktus olfaktorius dan permukaan basal dari lobus frontalis, dan
hipofise. Fossa anterior dan media dipisahkan di lateral oleh tepi posterior
alae minor os sphenoidale, dan di medial oleh jugum sphenoidale. Pada fossa
2. Fossa media lebih dalam dan lebih luas daripada fossa anterior, terutama
ke arah lateral. Di bagian anterior dibatasi oleh sisi posterior alae minor,
batas atas os temporal dan dorsum sellae os sphenoid. Di lateral dibatasi oleh
dan fossa hipofiseal di tengah.Di kedua sisi lateralnya terdapat tiga foramina
dinding lateral fossa media dibentuk oleh alae major os sphenoidal. Sisa
merupakan tempat processus mastoideus dan mastoid air cells serta kanalis
telinga dalam. Fossa media dan fossa posterior dibatasi satu sama lain di
lateral oleh bagian atas os petrosus, dan di medial oleh dorsum sellae. Fossa
posterior adalah fossa yang terbesar dan terdalam merupakan tempat untuk
sellae yang melanjutkan diri menjadi clivus. Bagian anterolateral dibatasi oleh
sisi posterior pars petrosa ossis temporalis, di lateral oleh os parietal, dan di
posterior oleh os occipital. Lubang paling besar yang ada di basis cranii
petrosa ossis temporalis. Foramen jugular berada di kedua sisi lateral foramen
anterior dari sinus sagitalis superior dan melanjutkan diri menjadi sinus
perluasan, dan posisi adalah hal-hal yang penting dalam menentukan cedera
di antara dua tablets, lamina externa (1.5 mm), dan lamina interna (0.5 mm).
Diploë tidak ditemukan pada bagian tulang tengkorak yang dilapisi oleh otot,
menjadi :
lingkungan luar. Ini dapat disebabkan oleh laserasi pada fraktur atau suatu
Pada dasarnya, suatu fraktur basiler adalah suatu fraktur linear pada basis
Fraktur Temporal terjadi pada 75% dari seluruh kasus fraktur basis cranii.
Tiga subtipe dari fraktur temporal yaitu : tipe longitudinal, transversal, dan
pars skuamosa os temporal, atap dari canalis auditorius eksterna, dan tegmen
b. Fraktur transversal mulai dari foramen magnum dan meluas ke cochlea dan
pada ligamentum alar.Fraktur jenis ini dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan
mekanisme cedera yang terjadi. Cara lain membagi fraktur ini menjadi fraktur
bergeser dan fraktur stabil misalnya dengan atau tanpa cedera ligamentum
yakni :
fraktur stabil karena masih utuhnya ligamentum alae dan membran tectorial.
c. Fraktur tipe III adalah suatu fraktur akibat cedera avulsi sebagai akibat
rotasi yang dipaksakan dan lekukan lateral. Ini berpotensi menjadi suatu
bila mengenai sistem vertebrobasilar. Biasanya fraktur tipe ini disertai dengan
glukosanya) dari telinga dan hidung. Parese nervus cranialis (nervus I, II, III,
IV, VII dan VIII dalam berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
darah rutin, dan pemberian tetanus toxoid (yang sesuai seperti pada fraktur
b. Pemeriksaan Radiologi
kasus-kasus tertentu seperti fraktur pada vertex yang mungkin lolos dari CT-
can dan dapat dideteksi dengan foto polos maka CT-scan dianggap lebih
Di daerah pedalaman dimana CT-scan tidak tersedia, maka foto polos x-ray
diagnosa fraktur pada cranium. Potongan slice tipis pada bone windows
tidak diperlukan.
dan vaskular. Cedera pada tulang jauh lebih baik diperiksa dengan
adanya kebocoran CSF, bila di dab dengan menggunakan kertas tissu akan
menunjukkan adanya suatu cincin jernih pada tissu yang telah basah diluar
dari noda darah yang kemudian disebut suatu “halo” atau “ring” sign. Suatu
kebocoran CSF juga dapat diketahui dengan menganalisa kadar glukosa dan
medis yang lebih jauh. Alasan kecurigaan adanya suatu fraktur cranium atau
• Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata
(panda eyes)
DIAGNOSA BANDING
seperti kontusio fasial atau blow-out fracture dimana terjadi fraktur pada
Fort tipe II atau III, dan fraktur dinding medial atau sekeliling orbital).
Rhinorrhea dan otorrhea selain akibat fraktur basis cranii juga bisa
diakibatkan oleh :
• Kongenital
• Tindakan bedah
PENATALAKSANAAN
E Exposure Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki,
kecuali pada pasien dengan kecurigaan cedera nasal dan basis cranii, sehingga
lebih aman jika digunakan orogastric tube. Evaluasi untuk cedera cranium
dan otak adalah langkah berikut yang paling penting.Cedera kulit kepala yang
atau trauma kapitis yang sudah jelas memerlukan pemeriksaan dan tindakan
Fraktur ini menunjukkan adanya benturan yang kuat dan bisa tampak pada
fraktur basis cranii seperti defisit neurologis (anosmia, paralisis fasialis) dan
dengan elevasi kepala terhadap tempat tidur selama beberapa hari walaupun
hilang pendengaran lebih dari 3 bulan apabila membran timpani tidak dapat
mengalami fraktur basis cranii. Hal ini memerlukan deteksi yang tepat
KOMPLIKASI
Resiko infeksi tidak tinggi, sekalipun tanpa antibiotik rutin, terutama pada
fraktur basis cranii dengan rhinorrhea. Paralisis otot-otot fasialis dan rantai
terutama tipe III berada dalam keadaan koma dan disertai dengan cedera
Sindrom Vernet atau sindrom foramen jugular adalah fraktur basis cranii
keluhan kesulitan phonation dan aspirasi dan paralisis otot-otot pita suara,
terhadap nervus IX, X, XI, dan XII. Meski demikian, paralisis facialis yang
muncul setelah 2-3 hari adalah gejala sekunder dari neurapraxia n.VII dan
facialis yang komplit dan terjadi secara tiba-tiba akibat fraktur biasanya
merupakan gejala dari transection dari nervus dengan prognosis buruk.
nervus cranialis lain. Fraktur ujung tulang temporal petrosus dapat mengenai
langsung dari fraktur namun akibat regangan pada nervus tersebut. Fraktur
tulang sphenoid dapat berdampak terhadap nervus III, IV, dan VI juga dapat
pemeriksaan CT-angiografi.
PROGNOSIS
Walaupan fraktur pada cranium memiliki potensi resiko tinggi untuk cedera
nervus cranialis, pembuluh darah, dan cedera langsung pada otak, sebagian
besar jenis fraktur adalah jenis fraktur linear pada anak-anak dan tidak
PEMBIMBING :
Dr. Saleh, Sp. BS
Disusun Oleh :
Dm. Alvarez O. J. Ticoalu
Dm. Jonathan Albert
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2012