Anda di halaman 1dari 53

25

KEPERAWATAN GERONTIK
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN MASALAH UTAMA PADA TN S DENGAN DIAGNOSA
GOUT ARTHRITIS

Oleh:
HENDI WIJAYANTO
(NIM: 1801100520)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
Jalan R. Panji Suroso No. 6 Malang Kode Pos 65126
Telp (0341) 488762 Faks (0341) 488483
Tahun 2021
26
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Masalah Utama


Pada Tn. S dengan Diagnosa Medis Gout Arthritis

Mengetahui:

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidik

Ns. Yulia Candra, M. Kep


NIDN. 0703079102
Mahasiswa

Hendi Wijayanto
NIM. 1801100520
27

DAFTAR ISI
28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 KONSEP DASAR LANSIA


1.1.1 PENGERTIAN

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

1.1.2 BATASAN LANSIA


a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2. Usia tua (old) :75-90 tahun
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. DEPKES RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu :
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan

1.1.3 CIRI – CIRI LANSIA

Ciri – ciri lansia adalah sebagai berikut :


1. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang
29
tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran


dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan


konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula.

1.1.4 PERKEMBANGAN LANSIA

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf .dan
jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan
pada faktor genetik).
30
1.1.5 PERMASALAHAN LANSIA
1. Masalah fisik

Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya
tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.
2. Masalah kognitif (intelektual)

Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif, adalah


melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi
dengan masyarakat di sekitar.
3. Masalah emosional

Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan emosional, adalah rasa


ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia
kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada
sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah
ekonomi yang kurang terpenuhi.
4. Masalah spiritual

Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual, adalah


kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun, merasa
kurang tenang ketika mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah,
dan merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius.

1.1.6 TEORI PROSES MENUA


a. Teori – teori biologi
1. Teori genetic dan mutasi (somatic mutatie theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
2. Pemakaian dan rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
31
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)

Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya


virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
5. Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.


Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7. Teori rantai silang

Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah


setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori kejiwaan social
1. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.


Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan social.
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap


stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3. Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
4. Teori pembebasan (disengagement theory)
32
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak social
c) Berkurangnya kontak komitmen

1.1.7 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN


a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stress

1.1.8 PERUBAHAN – PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA


a. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena


hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Integumen

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen


dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama
kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi
menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi
yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
33
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan
tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan
mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
4. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung


bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5. Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
6. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi


sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7. Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
8. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem Reproduksi

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
34
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (Daya ingat, Ingatan)
2. IQ (Intellegent Quotient)
3. Kemampuan Belajar (Learning)
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi
c. Perubahan Mental

Faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan mental :


1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri

d. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin


matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1. Kesepian

Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2. Duka cita

Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan


35
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3. Depresi

Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
4. Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
5. Parafrenia

Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik
diri dari kegiatan social.

6. Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat


mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
36
A. Konsep Gout Arthritis

I. Definisi

Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling

sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di

dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat ini berasal dari

metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat

adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat.

Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas

ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki

manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara Mikroskopis

maupun Makroskopis berupa Tofi (Zahara, 2013).

Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya

kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah

melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam

persendian dan organ lainnya (Susanto, 2013).

Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi sendi

yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang ditandai

dengan penumpukan Kristal Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar

persendian berupa Tofi.

2.1.1 Etiologi

Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor

primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik).

Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal

yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya

pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan

produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi

kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria,
37
sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause.

Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50

tahun (Susanto, 2013).

Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis

adalah :

1) Usia

Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari usia

pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout Arthritis

terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat

Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat

membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam Urat

didalam darah dapat terkontrol.

2) Jenis kelamin

Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab

wanita memiliki hormon ektrogen.

3) Konsumsi Purin yang berlebih

Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam

darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin.

4) Konsumsi alkohol

5) Obat-obatan

Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang dari

2-3 g/hari) dan sejumlah obat Diuretik, serta Antihipertensi.

2.1.2 Gambaran Klinis

2.1.2.1 Gout Arthritis Akut

Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30 tahun, sedangkan

pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan kadar Usam Urat

laki-laki akan meningkat setelah pubertas, sedangkan pada perempuan terdapat


38
hormon estrogen yang berkurang setelah Menopaus (Asikin, 2016).

Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan pada sendi

MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi hebat yang

terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada Gout Arthritis Akut.

Biasanya, sendi yang terkena tampak merah, licin, dan bengkak. Klien juga

menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan Akut dapat

diakibatkan oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres

emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian

besar gejala serangan Akut akan berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa

pengobatan (Asikin, 2016).

Perkembangan serangan Gout Arthritis Akut biasanya merupakan

kelanjutan dari suatu rangkaian kejadian. Pertama, biasanya terdapat

Supersaturasi Urat dalam plasma dan cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan

pengendapan Kristal Asam Urat. Serangan Gout Artritis yang berulang juga dapat

merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptur Tofi (endapan natrium urat).

Kristalisasi dan endapan Asam Urat merangsang serangan Gout Arthritis. Kristal

Asam Urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan saat leukosit

memakan Kristal Urat tersebut, makarespon mekanisme peradangan lain akan

terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak dan besar endapan Kristal

Asam Urat. Reaksi peradangan yang terjadi merupakan proses yang berkembang

dan memperbesar akibat endapan tambahan Kristal dari serum. Periode tenang

antara serangan Gout Arthritis Akut dikenal dengan nama Gout Interkritikal

(Asikin, 2016).

2.1.2.2 Gout Arthritis Kronis

Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan Gout Arthritis

Kronis yang bersifat Poliartikular. Erosi sendi akibat Gout Arthitis Kronis

menyebabkan nyeri kronis, kaku dan Deformitas. Akibat adanya Kristal Urat,

maka terjadi peradangan Kronis. Sendi yang membengkak akibat Gout Arthritis
39
Kronis seringkali membesar dan membentuk Nodular. Serangan Gout Arthritis

Akut dapat terjadi secara simultan disertai dengan gejala Gout Arthritis Kronis.

Pada Gout Arthritis Kronis sering kali ditemukan Tofi. Tofi merupakan kumpulan

Kristal Urat pada jaringan lunak. Tofi dapat ditemukan di bursa olecranon, tendon

achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa infrapatella dan helix

telinga (Asikin, 2016).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati

(Nurarif, 2015) diantaranya:

1) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini Asam

Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat

serum.

2) Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak pembengkakan

dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi

Metatarsofalangeal.

3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.

Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari

beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan Gout

Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam

Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.

Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat mengakibatkan nyeri,

sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.


40

2.1.4 Patofisiologi

Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang

mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat

akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah

(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam

tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon

Inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah

satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam

darah. Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa

fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat

terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini

terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan

selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai

macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk

berespon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor

kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi

Fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya

membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang

dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi

ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini

menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal

kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi

kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang

menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif,


41
2015).

Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka

Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat

yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,

penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut

dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan

tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya

biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu

tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan

tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya

yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang

sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam

ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk,

2009).

Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout

Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6

sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan

Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan

yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut

atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit

dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan

halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon

achiles dan organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).


26
2.1.5 Pathway

Bagan 2.1 Pathway Gout Arthritis

Sumber : (Nurarif, 2015).


27

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Nurarif (2015) Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi

penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan

dalam terapi penyakit ini :

1) Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.

2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat

pada jaringan, terutama persendian.

3) Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.

2.1.6.1 Terapi Non Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout

Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi

diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan.

2.1.6.2 Terapi Farmakologi

Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan

penanganan serangan kronis.

1) Serangan Akut

Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200

mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam

menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi

terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi

dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.

Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien,


28

misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan

klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal.

Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik

seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut

(Nurarif, 2015).

Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:

(1) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang

mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang menentukan

keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa

cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis

sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.

Indometasin banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis

awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan

dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain

pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat

diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi Gout Arthritis

Akut adalah :

- Naproxen – awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari.

- Piroxicam – awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari.

- Diclofenac – awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam.

Kemudian 50 mg dua kali/ hari selama 8 hari.

(2) COX-2 Inhibitor: Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 Inhibitor yang

dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini efektif tapi
29

cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan terhadap efek

Gastrointestinal NSAID Non-Selektif. COX-2 Inhibitor mempunyai resiko efek

samping Gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID non

selektif.

(3) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan

Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal

kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.

(4) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian

Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika

hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan dengan cermat

diferensial diagnosis antara Gout Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena

pemberian Steroid Intra-Articular akan memperburuk infeksi.

2) Serangan Kronis

Kontrol jangka panjang Hiperurisemia merupakan faktor penting untuk mencegah

terjadinya serangan Gout Arthritis Akut, Gout Tophaceous Kronis, keterlibatan

ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat penurun

kadar Asam Urat masih kontroversi. Penggunaan Allopurinol, Urikourik dan

Feboxostat (sedang dalam pengembangan) untuk terapi Gout Arthritis Kronis

akan dijelaskan berikut ini:

(1) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis adalah

Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal.

Allopurinol menurunkan produksi Asam Urat dengan cara menghambat Enzim

Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal
32

Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap Allopurinol

dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam serum pada 2 hari

setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam

serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan

turunnya kadar Asam Urat.

(2) Obat Urikosurik; kebanyakan klien dengan Hiperurisemia yang sedikit

mengekskresikan Asam Urat dapat diterapi dengan obat Urikosurik. Urikosurik

seperti Probenesid (500mg-1 g 2x/hari) dan Sulfinpirazon (100mg 3-4 kali/hari)

merupakan alternative Allopurinol. Urikosurik harus dihindari pada klien

Nefropati Urat yang memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif

pada klien dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit).

Sekitar 5% klien yang menggunakan Probenesid jangka lama mengalami mual,

nyeri ulu hati, kembung atau konstipasi (Nurarif, 2015).


33
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gout Arthritis

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam

mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang

diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).

Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:

1) Identitas

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

2) Keluhan Utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi

peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya

umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri yang

dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi,

keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan

pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan

sekitar.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout

Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya

dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.

6) Riwayat Psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam

lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan

rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
34
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang

pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya

perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik

memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

7) Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi Purin.

8) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung

rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi

dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati

daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat

bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah

terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan

anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan

bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif

atau abnormal.

9) Pemeriksaan Diagnosis

(1) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.

(2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).

(3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.

(4) Pemeriksaan Radiologi.


33

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang

status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan

masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran

tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang

mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).

Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis

yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).

2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).

3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).

4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit


(D.0074).

5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan

cairan (peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).

6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang

akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan

yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk,

2011).
34

Tabel 2.1 Perencanaan pada Klien Gout


Arhtritis

Tujuan dan Intervensi


No Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.1Lakukan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pengkajian nyeri
agen cedera biologis diharapkan nyeri secara
(D.0077). hilang atau terkontrol komprehensif
dengan kriteria hasil : termasuk lokasi,
1. Melaporkan karakteristik,
Bahwa Nyeri durasi, frekuensi
Berkurang dan kualitas nyeri.
Dengan 1.2Pantau kadar
Mengguna Kan asam urat.
Manajemen 1.3Observasi reaksi
Nyeri. nonverbal dari
2. Mampu ketidaknyamana
Mengenali Nyeri n.
(Skala, Intensitas, 1.4Ajarkan teknik non
Frekuensi Dan farmakologi
Tanda Nyeri). rileksasi napas
3. Menyatakan dalam.
Rasa Nyaman 1.5Posisikan klien
Setelah Nyeri agar merasa
Berkurang. nyaman, misalnya
sendi yang nyeri
diistarahatkan dan
diberikan
bantalan.
1.6Kaloborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri yang
tidak berhasil.
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 2.1 Monitor vital
sign fisik berhubungan asuhan keperawatan sebelum dan
dengan nyeri persendian diharapkan klien mampu sesudah latihan.
(D.0054). melakukan rentan gerak 2.2 Kaji tingkat
aktif dan ambulasi mobilisasi klien.
secara perlahan dengan 2.3 Bantu klien
untuk kriteria hasil : melakukan
rentan
1. Klien meningkat gerak aktif
maupun dalam aktivitas fisik. rentan gerak
pasif
2. Mengerti tujuan dari pada sendi.
peningkatan 2.4 Lakukan
ambulasi
mobilisasi. dengan alat bantu
3. Memperagaan (misalnya
tongkat, penggunaan alat kursi roda,
35
walker,
bantu. kruk).
2.5 Latih klien dalam
pemenuhan
kebetuhan ADLs
secara mandiri
sesuai
kemampuan.
35

2.6 Motivasi klien untuk


meningktkan
kembali aktivitas
yang normal,
jika bengkak dan
nyeri telah
3 Hipertemia Setelah dilakukan berkurang.
berhubungan dengan asuhan keperawatan 3.1 Monitor suhu
proses penyakit diharapkan suhu sesering
(D.0130). tubuh klien dalam mungkin.
batas normal dengan 3.2 Monitor warna
kriteria hasil : dan suhu kulit.
1. Suhu tubuh 3.3 Monitor
dalam rentan tekanan darah,
normal. nadi dan
2. Nadi dan pernapasan.
pernapasan dalam 3.4 Monitor intake
rentan normal. dan output.
3. Tidak ada 3.5 Tingkatkan
perubahan warna intake cairan
kulit dan tidak ada dan nutrisi.
pusing. 3.6 Selimuti klien.
3.7 Tingkatkan
sirkulasi udara.
3.8 Kompres klien
pada lipat paha
dan aksila.
3.9 Berikan Antipiretik.
3.10 Kaloborasi
pemberian
cairan
Intravena.
4 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 4.1 Identifikasi
tingkat berhubungan dengan asuhan keperawatan
kecemasan.
gejala terkait penyakit diharapkan status 4.2 Gunakan
(D.0074). kenyamanan meningkat pendekatan
yang
dengan kriteria hasil : menenangkan.
1. Mampu mengontrol 4.3 Temani klien
untuk kecemasan. memberikan
2. Status lingkungan keamanan dan
yang nyaman. mengurangi
takut.
3. Dapat mengontrol 4.4 Dengarkan
dengan nyeri. penuh perhatian.
4. Kualitas tidur dan 4.5 Dorong klien
untuk istirahat adekuat.
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
36
persepsi.
4.6 Instruksikan klien
menggunakan
teknik rileksasi.
4.7 Kaloborasi
pemberian obat
untuk
mengurangi
kecemasan.
36

5 Gangguan integritas Setelah dilakukan 5.1Anjurkan klien untuk


jaringan berhubungan asuhan keperawatan menggunakan
dengan kelebihan diharapkan alas kaki yang
cairan (peradangan ketebalan dan longgar.
kronik akibat adanya tekstur jaringan 5.2Jaga kebersihan
kristal urat) (D.0129). normal dengan kulit agar tetap
kriteria hasil : bersih dan kering.
1. Tidak ada 5.3Monitor aktivitas
tanda- tanda dan mobilisasi
infeksi. klien.
2. Menunjukan 5.4Monitor kulit
pemahaman akan adanya
dalam proses kemerahan.
perbaikan kulit 5.5Monitor status
dan mencegah nutrisi klien.
terjadinya cidera 5.6Berikan posisi
berulang. yang mengurangi
tekanan pada luka.
5.7Ajarkan klien
tentang luka dan
perawatan luka.
6 Gangguan pola Setelah dilakukan 6.1Monitor dan catat
tidur asuhan keperawatan kebutuhan tidur
berhubungandengan diharapkan jumlah klien setiap hari
nyeri pada persendian jam tidur klien dan jam.
(D. 0055). dalam batas normal 6.2Determinasi efek-
dengan kriteria efek medikasi
hasil : terhadap pola tidur.
1. Jumlah jam tidur 6.3Jelaskan
dalam batas pentingnya tidur
normal 6-8 yang adekuat.
jam/hari. 6.4Fasilitasi untuk
2. Pola tidur dan mempertahanka
kualitas tidur n aktivitas
dalam batas sebelum tidur
normal. (membaca).
3. Perasaan segar 6.5Ciptakan
setelah tidur lingkungan yang
dan istirahat. nyaman.
4. Mampu 6.6Diskusikan
mengidentifikasi dengan klien
hal- hal yang tentang teknik
tidur klien.
meningkatkan tidur.

2.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam

Potter & Perry, 2011).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Asmadi, 2008).

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Hari/ Tgl. : Senin/ 01-02-2021 Kasus ke-1/ Inisial Klien: Tn. S

1. Riwayat Klien / Data Biografis


Nama : Tn. S Suku : Jawa
Tempat /tgl : Madiun / 20-07-1961 Agama : Katolik
lahir
Jenis kelamin : Laki - Laki Status : Menikah
Pendidikan : SMP Orang yang paling : Anak
dekat dihubungi
Alamat / : jl. Gatot Subroto
no.telepon kota pasuruan

2. Riwayat Hidup
Pasangan : Hidup Anak-anak : 3
Status kesehatan : Riwayat HT Nama & alamat :
Umur : 59 1. Tn. E / Pasuruan
Pekerjaan : Pedagang 2. Tn. E / Pasuruan
3. Tn H / Singosari

3. Riwayat Pekerjaaan
Status pekerjaan saat ini : Tidak Pekerja
Pekerjaan sebelumnya : Karyawan swasta
Sumber pendapatan saat ini : Anak
4. Riwayat Tempat Tinggal (gambar denah rumah)
Tipe tempat tinggal : bangunan Jumlah tingkat :1
Jumlah kamar :3
Jumlah orang yang : 4 Orang Tetangga terdekat : 10 Rumah
tinggal di rumah
Derajat privasi :-

5. Riwayat Aktivitas di Waktu Luang


Hobbi / minat : Berkebun
Keanggotaan organisasi : -
Liburan / perjalanan : Berkunjung kerumah anak dan cucu

6. Sistem Pelayanan Kesehatan yang digunakan


Dokter / perawat : Dokter dan perawat
Rumah sakit / puskesmas : Rumah Sakit
Klinik : bidan desa
Pelayanan kesehatan di rumah : berjarak kurang lebih 500 meter
Lain – lain : Tidak ada
7. Deskripsi Aktivitas Selama 24 jam (Uraikan bersama Jam-nya)
1. Jam 04.30 : Bangun pagi
2. Jam 05.30 : Bertani dan berkebun
3. Jam 09.00 : Istirahat Makan
4. Jam 11.00 : Istirahat menonton TV
5. Jam 13.00 : Tidur siang
6. Jam 15.00 : Bersantai sama cucu
7. Jam 18.00 : Makan malam dan menonton TV
8. Jam 20.00 : Tidur
8. Riwayat Kesehatan
Keluhan – keluhan utama (metode PQRST):
P : Nyeri tangan saat di gerak kan
Q : Nyeri seperti ditusuk2
R : Nyeri terasa di pergelangan tangan
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul sekitar 1-2 mnt
Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini :
Sudah pernah berobat ke dokter.
Pemahamannya terhadap proses penuaan :
Bagus, proses hidup semua orang pasti mengalami usia yang sudah tidak muda lagi
Status kesehatan umum sejak 6 bulan terakhir :
Badan Linu – Linu
Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu :
Klien tdk pernah rawat inap , yang di rasakan badan sering linu linu di area sendi dan
masuk angin
Penyakit masa kanak-kanak :
Sering batuk dan pilek demam
Penyakit serius kronik :
Tidak ada
Trauma:
KLL saat mengantar ke pasar
Perawatan di RS (catat alasan masuk, tanggal, tempat, lama rawat):
Tidak ada
Riwayat Operasi: (catat jenis, tanggal, tempat, alasan operasi):
Ada pasang pen ( lupa tgl)
Status Obstetris: -

Obat-Obatan
Nama obat dan dosis :
Natrium diclofenac 2dd50mg
Allopurinol 1dd100mg
dan obat herbal masuk angin yang di beli di warung
Bagaimana / kapan menggunakannya :
Ketika nyeri dan masuk angin
Dokter yang menginstruksikan :
-
Tanggal resep :
-
Masalah-Masalah Berkaitan dengan Konsumsi Obat
Defisit (Uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat) :
Terkadang obat tidak diminum rutin, diminum jika keluhan tidak berkunjung membaik
Efek samping yang tidak menyenangkan :
Tidak ada
Persepsi keefektifan :
Sangat efektif dalam menangani keluhan
Kesulitan memperoleh :
Tidak sulit

Riwayat Alergi
Obat – obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Alergi lain : Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada

Nutrisi
Uraikan jenis makanan untuk pagi, siang & malam :
Makan seperti biasa, nasi dengan lauk dan sayur. Sering makan kacang kacangan tempe dan
bayam
BB saat ini: 50 Kg
Riwayat Peningkatan/penurunan BB: tidak pernah di ukur dan tidak merasa membesar atau
mengecil
Frekuensi makan: Makan hanya 2x dalam sehari, pagi dan sore. Untuk siang jarang makan.
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis: pendapatan tidak adekuat, kurang
transportasi, masalah menelan / mengunyah, stress emosional : suka makanan yang lunak
karena gigi ompong
Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan : Tidak ada
9. Riwayat Keluarga (Gambar silsilah keluarga, minimal 3 generasi disertai
keterangan) X X

x
x

x
x x

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

X : Laki-laki meninggal

X : Perempuan meninggal

: Tinggal 1 rumah

10. Tinjauan Sistem


Tanda-Tanda Vital :
P: 18 x/m N: 76 x/m T: 36,6 oC TD: 100/70 mmHg
Beri tanda cek (√) untuk setiap tanda-gejala yang ditemukan, disertai keterangan jika Ya.

Hemopoetik Ya
Leher Ya
PerdarahanKepala
/ memar -
Ya Kekakuan -
Pembengkakan
Sakit kepala kelenjar limfe -
- Nyeri / nyeri tekan -
Anemia -
Benjolan / massa -
Riwayat tranfusi darah -
Keterbatasan gerak -
Trauma masa lalu -
Pusing -
Gatal Kulit kepala -
Mata Ya
Perubahan penglihatan -
Kacamata / lensa kontak -
Nyeri -
Hidung dan Sinus Ya
Air mata berlebihan -
Rinorea -
Pruritus -
Bengkak sekitar mata - Rabas -
Floater - Epistaksis -
Diplopia - Obstruksi -
Kabur ya
Mendengkur -
Fotofobia -
-
Nyeri pada sinus
Riwayat infeksi -
Alergi -
Tanggal pemeriksaan mata -
Terakhir Riwayat infeksi -
Dampak pada aktivitas - Penampilan Payudara
Kemampuan Baik
Ya
sehari- Benjolan / massa
Olfkatori -
hari Nyeri/ nyeri tekan -
Telinga Ya
Bengkak -
Perubahan pendengaran -
Rabas - Keluar cairan dari putting susu -
Tinitus - Perubahan pada putting susu -
Vertigo - Pola pemeriksaan payudara -
Sensitivitas pendengaran -
sendiri
Alat-alat prostesa -
Tanggal dan hasil mamogram Tidak
Riwayat infeksi - pernah
terakhir
Tanggal pemeriksaan paling -
akhir
Kebiasaan perawatan telinga -
Dampak pada aktivitas sehari- - Kardiovaskuler Ya
hari Nyeri dada -
Palpitasi -
Mulut dan Tenggorokan Ya
Sakit tenggorokan - Sesak nafas -
Lesi / ulkus - Dipsnea pada aktivitas -
Perubahan suara - Dipsnea noktural paroksimal -
Kesulitan menelan - Murmur -
Perdarahan gusi -
Edema -
Karies / sudah tanggal -
Varises -
Gigi Palsu -
Kaki timpang -
Riwayat infeksi -
Tanggal pemeriksaan gigi - Parestesia -
terakhir Perubahan warna kaki -
Frekuensi menggosok gigi 2x sehari
Masalah & kebiasaan -
membersihkan gigi palsu
Pernafasan Ya Perkemihan Ya
Batuk √ Disuria -
Sesak napas - Menetes -
Hemoptisis - Ragu-ragu -
Sputum - Hematuria -
Mengi - Poliuria -
Asma / alergi pernapasan - Oliguria -
Tanggal & hasil pemeriksaan - Nokturia -
dada terakhir Inkontinensia -
Nyeri saat berkemih -
Batu -
Gastrointestinal Ya
- Infeksi -
Disfagia
Tidak dapat mencerna - Genitoreproduksi Wanita Ya
Nyeri ulu hati Terkadang Lesi -
Mual muntah - Rabas -
Hematemesis - Dispareunia -
Perubahan nafsu makan - Perdarahan pasca sanggama -
Intoleran makanan - Nyeri pelvic -
Ulkus - Sistokel/ rektokel /prolaps -
Nyeri - Penyakit kelamin -
Ikterik - Infeksi -
Benjolan / massa - Masalah aktivitas seksual -
Perubahan kebiasaan - Riwayat menopause (usia, -
defekasi gejala,
Diare - masalah pascamenopause)
Konstipasi - Tanggal dan hasil pap paling
Melena - akhir
Hemoroid -
Muskuloskeletal Ya
Perdarahan rektum - Nyeri Persendian √
Pola defekasi biasanya - Kekakuan √
Pembengkakan sendi -
Sistem Endokrin Ya Deformitas -
Intoleran terhadap panas - Spasme -
Intoleran terhadap dingin - √
Kram
Goiter - -
Kelemahan otot
Pigmentasi kulit/tekstur -
Masalah cara berjalan -
Perubahan rambut √
Nyeri punggung -
Polifagia - -
Protesa
Polidipsia - √
Kebiasaan latihan/olahraga
Poliuria - √
Dampak pada Aktivitas sehari2
Psikososial Ya
Cemas √
Depresi -
Insomnia -
Sistem Saraf Ya Menangis -
Sakit kepela - Gugup -
Kejang - Takut -
Sinkope/serangan jantung - Masalah dalam pengambilan -
Paralisis - keputusan
Paresis - Kesulitan berkonsentrasi -
Masalah koordinasi - Mekanisme koping -
Tie/tremor/spasme - Stres saat ini -
Parestesia - Persepsi tentang kematian √
Cedera kepala - Dampak pada aktivitas sehari- -
Masalah memori - hari

Tingkat kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari-hari:


Mandiri
Skala Depresi:
7
Fungsi intelektual/memori:
Skor 0, Fungsi intelektual utuh
Masalah-masalah kesehatan lain-lain yang ditemukan:
Harapan pasien untuk dimasa tuanya bisa tinggal dengan 3 anaknya dan 10 cucu
Tingkat kemandirian melakukan aktivitas dasar sehari-hari:
Mandiri

Malang, 1 Februari 2021


Yang melakukan pengkajian,

Hendi wijayanto
ANALISA DATA

Hari/ Tanggal : Senin / 01-02-2021 Nama Klien : Tn. S

Data Fokus (Data Mayor) Diagnosa Keperawatan


DS :
 Nyeri kronis (D.0078).
Klien mengatakan nyeri di
pergelangan tangan saat buat
gerak karna asam urat 5 bulan
lalu
P : Nyeri karena Asam Urat
Q :Ditusuk- tusuk.
R : Pergelangan tangan
S:5
T : Hilang timbul.

DO :
a. Klien tampak meringis
apabila menggerakan
pergelangan tangan.
b. Kadar Asam Urat 8,3
g/dl.
DS :
 Defisit pengetahuan
 Klien mengatakan belum
mengetahui tentang Asam (D.0111
Urat.

DO :
 Klien terlihat bingung
saat ditanya tentang
Asam Urat dan
bagaimana
pelaksanaanya.
 Klien memakan apa saja
yang diberikan oleh
anaknya termasuk
makanan yang tidak
dianjurkan
RENCANA KEPERAWATAN

Hari/ Tanggal : Senin / 01-02-2021 Nama Klien : Tn. S

Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Luaran (SLKI) Rencana Intervensi
(SDKI)
 Observasi
Nyeri kronis berhubunganSetelah dilakukan asuhan
dengan kondisi kronis 1) Identifikasi lokasi,
keperawatan, pasien mampu
(Gout Arthritis) karakteristik, durasi,
melakukan manajemen nyeri,
(D.0078).
frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil
intensitas nyeri
1) Kemampuan menuntaskan
2) Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat
3) Identifikasi respon nyeri
2) Keluhan nyeri menurun
verbal
3) Kesulitan tidur menurun
4) Identifikasi factor yang
4) Frekuensi nadi membaik
memperberat dan
5) Pola tidur membaik
memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6) Monitor efek samping
pengguanaan analgetik
 Terapeutik
1. Berikan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
3. fasilitasi istirahat tidur
4. pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kolaborasi Pembekaman
jika diperlukan.
Defisit pengetahuan  Observasi
berhubungan dengan
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar informasi
( D.0111) keperawatan, pasien diharapkan kemampuan menerima
kurang pengetahuan dapat informasi
teratasi, dengan kriteria hasil 2. Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
1) Perilaku sesuai anjuran
dan menurunkan motivasi
verbalisasi minat dalam
perilaku hidup bersih dan
belajar Meningkat
sehat
2) Kemampuan
 Terapeutik
menjelaskan
1. Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang
pendidikan kesehatan
suatu topik Meningkat
2. Jadwalkan pendidikan
3) Perilaku sesuai dengan kesehatan sesuai
pengetahuan Meningkat kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
4) Persepsi yang keliru
bertanya
terhadap masalah
 Edukasi
Menurun
1. Jelaskan faktor resiko
5) Perilaku Membaik yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
menigkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/ Tanggal : -2-2021 Nama Klien : Tn. S

Hari/ Rencana Implementasi Evaluasi (SOAP)


Tanggal
-2-2021  Observasi  Mengobservasi S:
Klien mengatakan nyeri di pergelangan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
tangan saat buat gerak karna asam urat 5
durasi, frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas bulan lalu
P : Nyeri karena Asam Urat
intensitas nyeri nyeri
Q :Ditusuk- tusuk.
2. Identifikasi skala nyeri 2) Mengidentifikasi skala nyeri R : Pergelangan tangan
3. Identifikasi respon nyeri verbal 3) Mengidentifikasi respon nyeri verbal O:
4. Identifikasi factor yang 4) Mengidentifikasi factor yang a. Klien tampak meringis apabila
memperberat dan memperingan memperberat dan memperingan nyeri menggerakan pergelangan
tangan.
nyeri 5) Mengidentifikasi pengetahuan dan
b. S : 5 T : Hilang Timbul
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
c. Kadar Asam Urat 8,3 g/dl.
keyakinan tentang nyeri 6) Memonitor efek samping pengguanaan
6. Monitor efek samping analgetik
A : Masalah Belum Teratasi
pengguanaan analgetik
P : Lanjutkan Intervensi



 Terapeutik  Terapeutik
1. Berikan tekhnik nonfarmakologis 1) Memberikan tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
2. kontrol lingkungan yang 2) Mengkontrol lingkungan yang
memperberat nyeri memperberat nyeri
3. fasilitasi istirahat tidur 3) Memfasilitasi istirahat tidur
4. pertimbangkan jenis dan sumber 4) Mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
 Edukasi  Mengedukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan 1) Menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2) Menjelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3) Menganjurkan memonitor nyeri secara
mandiri mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik 4) Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat secara tepat
 Kolaborasi  Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, 1) Mengkolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu. jika perlu.
2) Kolaborasi Pembekaman jika
diperlukan. 2) Mengkolaborasi Pembekaman jika
diperlukan.

-2-2021 S:
 Observasi  Mengobservasi • Klien mengatakan sudah mengetahui
1. Identifikasi kesiapan dan 1) Mengidentifikasi kesiapan dan tentang Asam Urat.
kemampuan menerima informasi kemampuan menerima informasi • Klien memahami makanan yang
2. Identifikasi faktor-faktor yang 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang tidak diperbolehkan
dapat meningkatkan dan dapat meningkatkan dan menurunkan
menurunkan motivasi perilaku motivasi perilaku hidup bersih dan O :
hidup bersih dan sehat sehat  Klien sudah tidak terlihat bingung
 Terapeutik  Terapeutik saat ditanya tentang Asam Urat dan

1. Sediakan materi dan media 1) Menyediakan materi dan media bagaimana pelaksanaanya.

pendidikan kesehatan. pendidikan kesehatan.  Klien sudah mengerti makanan apa


2. Jadwalkan pendidikan kesehatan 2) Menjadwalkan pendidikan kesehatan saja yang tidak boleh di makan bagi
sesuai kesepakatan sesuai kesepakatan penderita asam urat tinggi
3. Berikan kesempatan untuk bertanya 3) Memberikan kesempatan untuk
 Edukasi bertanya A : Masalah Teratasi

4. Jelaskan faktor resiko yang dapat  Edukasi P : Intervensi di hentikan

mempengaruhi kesehatan 1) Menjelaskan faktor resiko yang dapat


5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan mempengaruhi kesehatan
sehat 2) Mengajarkan perilaku hidup bersih dan
Ajarkan strategi yang dapat digunakan sehat
untuk menigkatkan perilaku hidup bersih
3) Mengajarkan strategi yang dapat
dan sehat.
digunakan untuk menigkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

34

Anda mungkin juga menyukai