KEPERAWATAN GERONTIK
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN MASALAH UTAMA PADA TN S DENGAN DIAGNOSA
GOUT ARTHRITIS
Oleh:
HENDI WIJAYANTO
(NIM: 1801100520)
Mengetahui:
Hendi Wijayanto
NIM. 1801100520
27
DAFTAR ISI
28
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang
29
tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf .dan
jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih
rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan
pada faktor genetik).
30
1.1.5 PERMASALAHAN LANSIA
1. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering
terjadi radang persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya
tahan tubuh yang menurun, sehingga sering sakit.
2. Masalah kognitif (intelektual)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
2. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).
3. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
31
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
7. Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
8. Teori program
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
4. Teori pembebasan (disengagement theory)
32
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak social
c) Berkurangnya kontak komitmen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan
kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
6. Pencernaan dan Metabolisme
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
8. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem Reproduksi
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
34
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (Daya ingat, Ingatan)
2. IQ (Intellegent Quotient)
3. Kemampuan Belajar (Learning)
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7. Kebijaksanaan (Wisdom)
8. Kinerja (Performance)
9. Motivasi
c. Perubahan Mental
d. Perubahan Spiritual
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2. Duka cita
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi
juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan
adaptasi.
4. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala
penghentian mendadak dari suatu obat.
5. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik
diri dari kegiatan social.
6. Sindroma Diogenes
I. Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas
ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki
kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah
Jadi, dari definisi di atas maka Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi sendi
yang diakibatkan oleh tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang ditandai
2.1.1 Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui (Idiopatik).
Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya
produksi Asam Urat, terganggunya proses pembuangan Asam Urat dan kombinasi
kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria,
37
sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause.
Gout Artritis lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50
Menurut Fitiana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi Gout Arthritis
adalah :
1) Usia
Pada umumnya serangan Gout Arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai dari usia
pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita serangan Gout Arthritis
terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki, biasanya terjadi pada saat
Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang dapat
membantu proses pengeluaran Asam Urat melalui urin sehingga Asam Urat
2) Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita, sebab
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di dalam
4) Konsumsi alkohol
5) Obat-obatan
Serum Asam Urat dapat meningkat pula akibat Salisitas dosis rendah (kurang dari
Gout Arthritis banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30 tahun, sedangkan
pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan kadar Usam Urat
Gout Arthritis Akut biasanya bersifat Monoartikular dan ditemukan pada sendi
MTP ibu jari kaki, pergelangan kaki dan jari tangan. Nyeri sendi hebat yang
terjadi mendadak merupakan ciri khas yang ditemukan pada Gout Arthritis Akut.
Biasanya, sendi yang terkena tampak merah, licin, dan bengkak. Klien juga
menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan Akut dapat
diakibatkan oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres
emosional serangan Gout Arthritis Akut biasanya dapat sembuh sendiri. Sebagian
besar gejala serangan Akut akan berulang setelah 10-14 hari walaupun tanpa
Supersaturasi Urat dalam plasma dan cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan
pengendapan Kristal Asam Urat. Serangan Gout Artritis yang berulang juga dapat
merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptur Tofi (endapan natrium urat).
Kristalisasi dan endapan Asam Urat merangsang serangan Gout Arthritis. Kristal
Asam Urat ini merangsang respon fagositosis oleh leukosit dan saat leukosit
terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak dan besar endapan Kristal
Asam Urat. Reaksi peradangan yang terjadi merupakan proses yang berkembang
dan memperbesar akibat endapan tambahan Kristal dari serum. Periode tenang
antara serangan Gout Arthritis Akut dikenal dengan nama Gout Interkritikal
(Asikin, 2016).
Serangan Gout Arthritis Akut yang berulang dapat menyebabkan Gout Arthritis
Kronis yang bersifat Poliartikular. Erosi sendi akibat Gout Arthitis Kronis
menyebabkan nyeri kronis, kaku dan Deformitas. Akibat adanya Kristal Urat,
maka terjadi peradangan Kronis. Sendi yang membengkak akibat Gout Arthritis
39
Kronis seringkali membesar dan membentuk Nodular. Serangan Gout Arthritis
Akut dapat terjadi secara simultan disertai dengan gejala Gout Arthritis Kronis.
Pada Gout Arthritis Kronis sering kali ditemukan Tofi. Tofi merupakan kumpulan
Kristal Urat pada jaringan lunak. Tofi dapat ditemukan di bursa olecranon, tendon
achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa infrapatella dan helix
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan Asam Urat
serum.
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
Metatarsofalangeal.
3) Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap Interkritikal.
Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
4) Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan Asam
Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
2.1.4 Patofisiologi
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam
fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini
selaputnya. Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai
kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat
penumpukan ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan
biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu
tulang sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan
tulang sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya
yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang
2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout
Poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan
yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut
atau Gout Arthritis Kronik ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit
dengan Tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan
halus. Tofi terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon
2.1.6 Penatalaksanaan
1) Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200
mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi
dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan
Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat Urikosurik
seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada serangan Akut
(Nurarif, 2015).
(1) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien yang
keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa
cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.
Indometasin banyak diresepkan untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis
awal 75-100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan
dengan meredanya gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain
pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat
diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi Gout Arthritis
Akut adalah :
dilisensikan untuk mengatasi serangan Gout Arthritis Akut. Obat ini efektif tapi
29
cukup mahal, dan bermanfaat terutama untuk klien yang tidak tahan terhadap efek
samping Gastrointesinal bagian atas yang lebih rendah dibanding NSAID non
selektif.
(3) Colchicine, Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif untuk serangan
Gout Arthritis Akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena awal
kerjanya (onset) lebih lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
(4) Steroid, strategi alternatif selain NSAID dan Kolkisin adalah pemberian
Steroid Intra-Articular. Cara ini dapat meredakan serangan dengan cepat ketika
hanya 1 atau 2 sendi yang terkena namun, harus dipertimbangkan dengan cermat
diferensial diagnosis antara Gout Arthritis Sepsis dan Gout Arthritis Akut karena
2) Serangan Kronis
ginjal dan pembentukan batu Asam Urat. Kapan mulai diberikan obat penurun
(1) Allopurinol; Obat Hipourisemik, pilihan untuk Gout Arthritis Kronis adalah
Allopurinol. Selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi ginjal.
Xantin Oksidase. Dosis pada klien dengan fungsi ginjal normal dosis awal
32
Allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg/24 jam. Respon terhadap Allopurinol
dapat terlihat sebagai penurunan kadar Asam Urat dalam serum pada 2 hari
setelah terapi dimulai dan maksimum setelah 7-10 hari. Kadar Asam Urat dalam
serum harus dicek setelah 2-3 minggu penggunaan Allopurinol untuk meyakinkan
Nefropati Urat yang memproduksi Asam Urat berlebihan. Obat ini tidak efektif
pada klien dengan fungsi ginjal yang buruk (Klirens Kreatinin <20-30 ml/menit).
2.2.1 Pengkajian
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
1) Identitas
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi,
keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan
pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan
sekitar.
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
6) Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
34
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
7) Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat
bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah
terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan
bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif
atau abnormal.
9) Pemeriksaan Diagnosis
(2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan
tentang masalah dan status kesehatan, baik yang nyata (aktual) maupun yang
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D. 0055).
2.2.3 Perencanaan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk,
2011).
34
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. Riwayat Hidup
Pasangan : Hidup Anak-anak : 3
Status kesehatan : Riwayat HT Nama & alamat :
Umur : 59 1. Tn. E / Pasuruan
Pekerjaan : Pedagang 2. Tn. E / Pasuruan
3. Tn H / Singosari
3. Riwayat Pekerjaaan
Status pekerjaan saat ini : Tidak Pekerja
Pekerjaan sebelumnya : Karyawan swasta
Sumber pendapatan saat ini : Anak
4. Riwayat Tempat Tinggal (gambar denah rumah)
Tipe tempat tinggal : bangunan Jumlah tingkat :1
Jumlah kamar :3
Jumlah orang yang : 4 Orang Tetangga terdekat : 10 Rumah
tinggal di rumah
Derajat privasi :-
Obat-Obatan
Nama obat dan dosis :
Natrium diclofenac 2dd50mg
Allopurinol 1dd100mg
dan obat herbal masuk angin yang di beli di warung
Bagaimana / kapan menggunakannya :
Ketika nyeri dan masuk angin
Dokter yang menginstruksikan :
-
Tanggal resep :
-
Masalah-Masalah Berkaitan dengan Konsumsi Obat
Defisit (Uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat) :
Terkadang obat tidak diminum rutin, diminum jika keluhan tidak berkunjung membaik
Efek samping yang tidak menyenangkan :
Tidak ada
Persepsi keefektifan :
Sangat efektif dalam menangani keluhan
Kesulitan memperoleh :
Tidak sulit
Riwayat Alergi
Obat – obatan : Tidak ada
Makanan : Tidak ada
Alergi lain : Tidak ada
Faktor lingkungan : Tidak ada
Nutrisi
Uraikan jenis makanan untuk pagi, siang & malam :
Makan seperti biasa, nasi dengan lauk dan sayur. Sering makan kacang kacangan tempe dan
bayam
BB saat ini: 50 Kg
Riwayat Peningkatan/penurunan BB: tidak pernah di ukur dan tidak merasa membesar atau
mengecil
Frekuensi makan: Makan hanya 2x dalam sehari, pagi dan sore. Untuk siang jarang makan.
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis: pendapatan tidak adekuat, kurang
transportasi, masalah menelan / mengunyah, stress emosional : suka makanan yang lunak
karena gigi ompong
Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan : Tidak ada
9. Riwayat Keluarga (Gambar silsilah keluarga, minimal 3 generasi disertai
keterangan) X X
x
x
x
x x
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
X : Laki-laki meninggal
X : Perempuan meninggal
: Tinggal 1 rumah
Hemopoetik Ya
Leher Ya
PerdarahanKepala
/ memar -
Ya Kekakuan -
Pembengkakan
Sakit kepala kelenjar limfe -
- Nyeri / nyeri tekan -
Anemia -
Benjolan / massa -
Riwayat tranfusi darah -
Keterbatasan gerak -
Trauma masa lalu -
Pusing -
Gatal Kulit kepala -
Mata Ya
Perubahan penglihatan -
Kacamata / lensa kontak -
Nyeri -
Hidung dan Sinus Ya
Air mata berlebihan -
Rinorea -
Pruritus -
Bengkak sekitar mata - Rabas -
Floater - Epistaksis -
Diplopia - Obstruksi -
Kabur ya
Mendengkur -
Fotofobia -
-
Nyeri pada sinus
Riwayat infeksi -
Alergi -
Tanggal pemeriksaan mata -
Terakhir Riwayat infeksi -
Dampak pada aktivitas - Penampilan Payudara
Kemampuan Baik
Ya
sehari- Benjolan / massa
Olfkatori -
hari Nyeri/ nyeri tekan -
Telinga Ya
Bengkak -
Perubahan pendengaran -
Rabas - Keluar cairan dari putting susu -
Tinitus - Perubahan pada putting susu -
Vertigo - Pola pemeriksaan payudara -
Sensitivitas pendengaran -
sendiri
Alat-alat prostesa -
Tanggal dan hasil mamogram Tidak
Riwayat infeksi - pernah
terakhir
Tanggal pemeriksaan paling -
akhir
Kebiasaan perawatan telinga -
Dampak pada aktivitas sehari- - Kardiovaskuler Ya
hari Nyeri dada -
Palpitasi -
Mulut dan Tenggorokan Ya
Sakit tenggorokan - Sesak nafas -
Lesi / ulkus - Dipsnea pada aktivitas -
Perubahan suara - Dipsnea noktural paroksimal -
Kesulitan menelan - Murmur -
Perdarahan gusi -
Edema -
Karies / sudah tanggal -
Varises -
Gigi Palsu -
Kaki timpang -
Riwayat infeksi -
Tanggal pemeriksaan gigi - Parestesia -
terakhir Perubahan warna kaki -
Frekuensi menggosok gigi 2x sehari
Masalah & kebiasaan -
membersihkan gigi palsu
Pernafasan Ya Perkemihan Ya
Batuk √ Disuria -
Sesak napas - Menetes -
Hemoptisis - Ragu-ragu -
Sputum - Hematuria -
Mengi - Poliuria -
Asma / alergi pernapasan - Oliguria -
Tanggal & hasil pemeriksaan - Nokturia -
dada terakhir Inkontinensia -
Nyeri saat berkemih -
Batu -
Gastrointestinal Ya
- Infeksi -
Disfagia
Tidak dapat mencerna - Genitoreproduksi Wanita Ya
Nyeri ulu hati Terkadang Lesi -
Mual muntah - Rabas -
Hematemesis - Dispareunia -
Perubahan nafsu makan - Perdarahan pasca sanggama -
Intoleran makanan - Nyeri pelvic -
Ulkus - Sistokel/ rektokel /prolaps -
Nyeri - Penyakit kelamin -
Ikterik - Infeksi -
Benjolan / massa - Masalah aktivitas seksual -
Perubahan kebiasaan - Riwayat menopause (usia, -
defekasi gejala,
Diare - masalah pascamenopause)
Konstipasi - Tanggal dan hasil pap paling
Melena - akhir
Hemoroid -
Muskuloskeletal Ya
Perdarahan rektum - Nyeri Persendian √
Pola defekasi biasanya - Kekakuan √
Pembengkakan sendi -
Sistem Endokrin Ya Deformitas -
Intoleran terhadap panas - Spasme -
Intoleran terhadap dingin - √
Kram
Goiter - -
Kelemahan otot
Pigmentasi kulit/tekstur -
Masalah cara berjalan -
Perubahan rambut √
Nyeri punggung -
Polifagia - -
Protesa
Polidipsia - √
Kebiasaan latihan/olahraga
Poliuria - √
Dampak pada Aktivitas sehari2
Psikososial Ya
Cemas √
Depresi -
Insomnia -
Sistem Saraf Ya Menangis -
Sakit kepela - Gugup -
Kejang - Takut -
Sinkope/serangan jantung - Masalah dalam pengambilan -
Paralisis - keputusan
Paresis - Kesulitan berkonsentrasi -
Masalah koordinasi - Mekanisme koping -
Tie/tremor/spasme - Stres saat ini -
Parestesia - Persepsi tentang kematian √
Cedera kepala - Dampak pada aktivitas sehari- -
Masalah memori - hari
Hendi wijayanto
ANALISA DATA
DO :
a. Klien tampak meringis
apabila menggerakan
pergelangan tangan.
b. Kadar Asam Urat 8,3
g/dl.
DS :
Defisit pengetahuan
Klien mengatakan belum
mengetahui tentang Asam (D.0111
Urat.
DO :
Klien terlihat bingung
saat ditanya tentang
Asam Urat dan
bagaimana
pelaksanaanya.
Klien memakan apa saja
yang diberikan oleh
anaknya termasuk
makanan yang tidak
dianjurkan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Luaran (SLKI) Rencana Intervensi
(SDKI)
Observasi
Nyeri kronis berhubunganSetelah dilakukan asuhan
dengan kondisi kronis 1) Identifikasi lokasi,
keperawatan, pasien mampu
(Gout Arthritis) karakteristik, durasi,
melakukan manajemen nyeri,
(D.0078).
frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil
intensitas nyeri
1) Kemampuan menuntaskan
2) Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat
3) Identifikasi respon nyeri
2) Keluhan nyeri menurun
verbal
3) Kesulitan tidur menurun
4) Identifikasi factor yang
4) Frekuensi nadi membaik
memperberat dan
5) Pola tidur membaik
memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6) Monitor efek samping
pengguanaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
3. fasilitasi istirahat tidur
4. pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Kolaborasi Pembekaman
jika diperlukan.
Defisit pengetahuan Observasi
berhubungan dengan
Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar informasi
( D.0111) keperawatan, pasien diharapkan kemampuan menerima
kurang pengetahuan dapat informasi
teratasi, dengan kriteria hasil 2. Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
1) Perilaku sesuai anjuran
dan menurunkan motivasi
verbalisasi minat dalam
perilaku hidup bersih dan
belajar Meningkat
sehat
2) Kemampuan
Terapeutik
menjelaskan
1. Sediakan materi dan media
pengetahuan tentang
pendidikan kesehatan
suatu topik Meningkat
2. Jadwalkan pendidikan
3) Perilaku sesuai dengan kesehatan sesuai
pengetahuan Meningkat kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
4) Persepsi yang keliru
bertanya
terhadap masalah
Edukasi
Menurun
1. Jelaskan faktor resiko
5) Perilaku Membaik yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
menigkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
1. Sediakan materi dan media 1) Menyediakan materi dan media bagaimana pelaksanaanya.