Anda di halaman 1dari 93

*Postest dr CAA*

1. DIAGNOSIS ETIOLOGI SH

SH ada 2 etiologi: PIS dan PAS, dibedakan melalui klinis dan neuroimajing

2. DIAGNOSIS ETIOLOGI SI

Etiologi SH: emboli dan thrombus, dibedakan dari klinis


3. DIAGNOSIS ANATOMI SI
4. PENINGKATAN TIK DAN TATALAKSANA

5. TATALAKSANA TIK PADA SOL


6. SENSORIUM
7. KAPAN DILAKUKAN IMEJING PADA EPILEPSI

Jika dicurigai terdapat lesi yang menyebabkan bangkitan, misalnya trauma kepala atau tumor.

8. DEFINISI EPILEPSI

9. BATANG OTAK ADA APA AJA


10. LAPISAN MENINGEAL

Dari dalam ke luar: pia mater-arahnoid- dura mater

11. BELL’S PALSY


POST TEST PROF KRT JANUARI
1. PERBEDAAN UMN DAN LMN

2. Diagnosis tetanus

Anamnesis

Kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Manifestasi klinis

tetanus terdiri atas 4 macam yaitu :

a. Tetanus lokal

Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit

pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang

menjadi tetanus umum.

b. Tetanus sefalik

Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari,

yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.

Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus

kranial. Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus

umum dan prognosisnya biasanya jelek.

c. Tetanus umum/generalisata

Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah

menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan

yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan

seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d. Tetanus neonatorum

Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali

pusat, Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek,

kelemahan, irritable diikuti oleh kekakuan dan spasme.

3. Pemeriksaan Fisik

Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat.

a. Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.

b. Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi

nervus kranial.

c. Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher,

kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta

ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan

ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.

d. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi tubuh

klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus

yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas

fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi,

jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada

pergelangan dan fleksi jari-jari kaki.

4. Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi.

Kriteria Pattel Joag

a) Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan kekakuan otot tulang

belakang.

b) Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat


keparahan.

c) Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7hari.

d) Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam.

e) Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100oF ( > 400 C), atau aksila 99oF ( 37,6 oC ).

Grading

a) Derajat 1 (kasus ringan), terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2

(tidak ada kematian).

b) Derajat 2 (kasus sedang), terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2.

Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam

(kematian 10%).

c) Derajat 3 (kasus berat), terdapat 3 kriteria, biasanya masa inkubasi kurang

dari 7 hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%).

d) Derajat 4 (kasus sangat berat), terdapat minimal 4 Kriteria (kematian 60%).

e) Derajat 5, bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus

neonatorum (kematian 84%).


3. Gejala klinis tetanus

4. Klasifikasi tetanus
P
P

S
P

A
5. Patofisiologi tetanus

L A

E A SPAS

ABA

A
PA AL S S
6. Perawatan luka pada tetanus

Luka harus dibersihkan secara menyeluruh dan didebridement untuk mengurangi

muatan bakteri dan mencegah pelepasan toksin lebih lanjut.

eksisi luka

gangren (+) → amputasi

debridement → spasme terkontrol

7. Penatalaksanaan tetanus beserta dosis


8. Refleks-refleks patologis
Geby

1. Diagnosis trigeminal neuralgia

S
2. Anatomi N.trigeminus

3. Lokasi tersering pada trigeminal neuralgia


4. Perbedaan hiperalgesia dan alodynia

Hipersensitifitas dapat berupa hiperalgesia (respons yang berlebihan terhadap stimulus yang
secara normal menimbulkan nyeri) dan alodinia (nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang
secara normal tidak menimbulkan nyeri).

5. Penatalaksanaan trigeminal neuralgia dan dosis

6. obat anti vertigo


1. Diagnosis stroke emboli
Pemeriksaan CT scan kepala merupakan pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosis
stroke. Untuk membedakan stroke iskemik karena trombosis atau emboli memang sulit
dibedakan dari gejala klinis saja. Diagnosis stroke emboli biasanya ditegakkan secara inferensi.
Pada beberapa kasus ditemukan adanya obstruksi arteri melalui pemeriksaan arteriografi.
Penemuan yang mendukung ke arah diagnosis stroke emboli adalah awitan yang akut dan
ditemukannya sumber emboli. Diagnosis pasti stroke iskemik dan penyebabnya harus segera
ditegakkan dalam beberapa jam paska awitan agar terapi yang tepat dapat segera diberikan.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis stroke adalah:
c. Laboratorium : 1. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, hitung trombosit,
masa perdarahan, masa pembekuan. 2. Gula darah dan profil lipid. 3. Ureum, kreatinin, asam
urat, kolesterol darah: HDL/LDL, trigliserida, fungsi hati: SGOT / SGPT, urin lengkap. 4. Bila perlu
pemeriksaan gas darah dengan elektrolit (Natrium, Kalium).
d. Elektrokardiografi
e. CT Scan / MRI otak
f. Duplex sonografi Karotis / Trans Cranial Doppler (atas indikasi)
g. MRA
h. EEG

2. patofisiologi stroke cardioemboli

Pada stroke iskemik, adanya penurunan atau tidak adanya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan
neuron mewakili 80% dari semua kejadian stroke ini. Keadaan sistemik ini menimbulkan efek yang
sangat cepat sebab otak tidak dibekalkan dengan glukosa dan oksigen yang merupakan elemen atau
substansi utama untuk metabolismenya.

Pada stroke emboli, plak yang telah terbentuk pada pembuluh darah di luar otak akan melepas dan
menjadi klot. Adanya aliran darah yang berterusan pula akan menyebabkan klot yang terlepas itu turut
mengalir, didorong oleh pengaliran darah. Apabila klot yang beralir mengikuti aliran darah sampai di
pembuluh darah otak, stroke akan terjadi.

2. Penatalaksanaan stroke cardioemboli


a. Tatalaksana Umum :
•S
•S
•P
•P
•A


•P L WH
b. Tatalaksana Spesifik
• A B A E-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)

•P
antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban)
• LBS
•P S

c. E •P S S
tinda •P
•P
•P
P •P
dibawa ke RS
3. Indikasi trombolisis
4. Penatalaksanaan hipertensi pada stroke
5. Perbedaan vertigo sentral dan perifer

6. Penatalaksanaan vertigo beserta dosis


Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa sangat terganggu
dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya
pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan: 1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin,
• – 6 jam. Obat dapat diberi per oral
atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet),
• H L – 6 jam, diberikan dengan dosis
25 mg (1 kapsul) – 5 •S B analog histamin): a)
Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral. b) Betahistin HCl dengan dosis 8-
24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. 2. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg
sehari. (ppk neurologi)
1. Diagnosis toxoplasmosis
Diagnosis pasti adalah dengan di temukannya Toxoplasma gondii dalam darah, jaringan, atau
cairan tubuh. Pemeriksaan antibodi terhadap keberadaan protozoa ini adalah pemeriksaan IgM.
lmunoglobulin (lg)M untuk mendeteksi adanya infeksi akut pada minggu pertama, dan titer IgM
toksoplasma ini akan menurun setelah minggu pertama. Pemeriksaan IgM antibodi dengan
menggunakan ELISA bersifat lebih sensitif dan dapat menunjukkan adanya infeksi dalam 2-3 bulan.
Untuk fase kronis dapat dilakukan pemeriksaan IgG avidity yang akan masih tampak dalam
beberapa bulan.
Pemeriksaan pungsi lumbal pada fase akut pada penderita dengan dugaan adanya
meningoensefalitis atau ensefalitis toksoplasma didapatkan gambaran adanya peningkatan
tekanan intrakrarual, pleiositosis mononuklear (lG-50 sel/mL), sedikit adanya peningkatan kadar
protein, kadar glukosa biasanya normal dan PCR Toxoplasma gondii yang positif. Akan tetapi pada
fase kronis pemeriksaan pungsi lumbal tidak memberikan diagnostik yang berarti.
Pemeriksaan radiologis yang dianjurkan adalah CT Scan dengan kontras atau MRI. Pemeriksaan
dengan MRI memberikan hasil yang lebih baik dan lebih sensitif dibandingkan dengan
pemeriksaan CT Scan.
Pada pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras didapatkan gambaran isodens atau hipodens
area di beberapa tempat dengan predileksi pada basal ganglia atau pada corticomedullary
junction disertai edema yang memberikan efek masa (vasogenic oedema). MRI kepala tanpa atau
dengan kontras dapat memberikan gambaran yang lebih jelas daripada CT Scan. Seringkali
didapatkan gambaran lesi ini bervariasi dari 1 cm dan dapat sampai lebih dari 3 cm. Gambaran
MRI tampak adanya lesi dengan gambaran adanya cincin yang multipel, walaupun pada beberapa
kasus didapatkan lesi tunggal. Pada penambahan kontras didapatkan gambaran cincin, padat atau
bentukan nodul yang jelas.

CT - Multiple ring enhancing lesions:

2. DD toxoplasma
Diagnosis banding termasuk limfoma primer SSP, yang merupakan diagnosis banding paling
umum dari toksoplasmosis otak di negara maju, sementara di negara berkembang bentuk fokus
TB otak juga merupakan diagnosis alternatif yang umum. (ncbi)
3. Perbedaan neurosistiserkosis dan toxoplasmosis
Toxoplasmosis adalah penyakit yang zoonosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa
Toxoplasma gondii, yaitu parasite intraseluler yang banyak menginfeksi manusia dan hewan
peliharaan. Toxoplasmosis biasa ditularkan melalui kucing atau anjing.
Neurosistiserkosis (NSS) merupakan penyakit infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh bentuk larva dari parasit cacing pita Taenia solium (T. solium). Sistiserkosis
solium dapat pula mengenai organ ekstraneural seperti pada : jantung, paru, hati, mata, ginjal,
lidah dan otot di bawah kulit. Masalah yang serius timbul jika sistiserkosis solium berada di
dalam otak/SSP yang dikenal sebagai NSS, karena dapat menimbulkan kematian dan angka
kesakitan yang tinggi dengan berbagai gejala neurologi seperti: epilepsi, migrain, arahnoiditis,
stroke, hidrosefalus, dimensia, gangguan penglihatan dan tekanan intrakranial meningkat.

*Post Test dr. KMI (Januari)*

1. Kasus Migrain: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan migrain aura dgn tanpa aura, jenis aura,
diagnosis banding, perbedaan dengan TTH dan nyeri kepala primer lainnya

Ujian Post Test dr. KMI Januari (UDAH DI FILE KMI)

SOAL

2. Kasus Vertigo: lebih ke bppv , anamnesis lengkap, gejala klinis, etiologi vestibular perifer dan
sentral serta rentang waktunya, perbedaan perifer dan sentral, diagnosis banding (perbedaan
neuritis vestibuler dengan labirinitis, kalo vertigo yg ada riwayat demamnya lebih kemana dx
nya) , tatalaksana (lebih ke manuver)

A. ANAMNESIS

Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing dapat berupa sakit kepala, rasa bergoyang, pusing berputar, rasa
tidak stabil atau melayang.

- Bentuk: pusing berputar atau rasa goyang atau melayang


- Sifat: periodik, kontinu, ringan atau berat
- Faktor pencetus: perubahan gerakan kepala/posisi, situasi: keramaian dan emosional, suara
- Gejala otonom: mual, muntah, keringat dingin
- Ada/tidak gg. Pendengaran: tinnitus/tuli
- Obat-obat yg sebabkan vertigo: streptomisin, gentamisin, kemoterapi
- Tindakan tertentu: temporal bonesurgery, transtympanal treatment
- Peny: DM, hipertensi, kelainan jantung
- Defisit neurologis:hemihipestesis, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis,
penglihatan ganda, ataksia cerebelaris

B. PEMERIKSAAN FISIK

- Pemeriksaan umum

- Cek TD
- Pemeriksaan neuro:

1. kesadaran: baik, dapat menurun pada vertigovestibular sentral

2. nervuskranialis: pada vestibularis sentral (+) gg. III, IV, VI, V sens., VII, VIII, IX, X, XI, XII

3. motorik: hemiparesis

4. sens: hemihipestesis

5. keseimbangan:

• Tes nistagmus
• Tes rhomberg
• Tes rhomberg dipertajam
• Tes jalan tandem
• Tes fukuda
• Tes fast-pointing

C. Etiologi Vertigo

D. Perbedaan Vestibular Perifer dan Sentral


E. Diagnosa Banding

• ’

• BPPV

• Laryngitis

• Neuritis Vestibular (tidak ada gangguan pendengaran)

• Labirinitis (ada gangguan pendengaran)

F. Tatalaksana BPPV

Umumnya menggunakan maneuver, seperti:

• Manuver Epley

• Manuver Semont

• Manuver Lempert

• Brandt-Daroff Exercise
3. Kasus Stroke: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan iskemik dan hemoragik, trombus dan
emboli, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, diagnosis banding, tatalaksana
awal & lanjutan ketika sudah stabil, edukasi kepada pasien utk perawatan jangka
panjang(fisioterapi contohnya)

A. Perbedaan Stroke Iskemik dan Hemoragik

STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

- tergantung lokasi dan luas infark - terjadi wkt aktif dan tb2
- sesuai dgnpemb.darah daerah
- nyeri kepala hebat ->kesadaan menurun -> muntah,
infark
kejang, koma

- hemiparesis - riwayat hipertensi kronis

- disfasia-afasia - defisit neurologis tergantung lokasi dan luas hematom

- diplopia - hematom di lobusfrontalis dan temporalis -> kejang2 /


hemiparesiskontralateral
- hemihipastesi

- gg.penglihatan&paresisn.kranialis

STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

-Fase akut : 7-10 hari -Fase akut : +/- 14 hari

-onset saat istirahat,kec : emboli -onset saat aktivitas

-Usia tua -Usia muda

-kesadaran umum baik,kec: emboli -kesadaran menurun

-FR : HT,DM,dislipidemia -FR : HT dan aneurisma

-Peninggian TIK (-) -Peninggian TIK (+)


-kaku kuduk (-) -kaku kuduk (+)

-edema papil (-) -edema papil (+)

-tanda peringatan (+)TIA -tanda peringatan (-)

-bradikardi (+) hari ke 4 -bradikardi (+) hari ke 1

B. Perbedaan Trombus dan Emboli

TROMBUS EMBOLI

-Timbul tiba2 saat istirahat -timbul tiba2 saat aktivitas

-onset lama/perlahan -onset cepat

-pada usia tua -pada usia muda

-target: pembuluh darah kecil/distal -target: pembuluh darah besar/proksimal

-FR : aterosklerosis,DM,HT, hiperlipidemia -FR: penyakit jantung ->Atrialfibrillation


-Nadi regular
-nadi irregular

-tx:trombolitik/anti platelet -tx: antikoagulant


C. Faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah

Yang tidak dapat diubah: umur, sex, genetik

Dapat diubah:

• Hipertensi.

• Diabetes Melitus.

• Merokok.

• Atrial Fibrilasi.

• Penyakit Jantung lainnya.

• Pasca Stroke.

• Dislipidemia.

• Konsumsi alkohol.

DD SI
- SH
- TIA
- SOL

4. Pemeriksaan nervus kranialis LENGKAP (N1-N12): fungsi, cara pemeriksaan, contoh


pemeriksaan
5. Letak inti kranialis

A. Mesensephalon: N.III (Okulomotoris) dan N.IV (Trokhlear)


B. Pons: N.V (Trigeminus), N.VI (Abdusen), N.VII (Fasialis), N.VIII (Vestibulokoklearis)
C. Medulla Oblongata: N.IX (Glossofaringeus) , N.X (Vagus), N.XI (Aksesorius), N.XII
(Hypoglossus)

6. Otot penggerak bola mata dan Fungsi otot yg dipersarafi N.III, IV, dan VI
7. Strabismus divergen dan konvergen

A. Strabismus Divergen : kedua mata bergerak secara bersamaan keluar/temporal

B. Strabismus Konvergen : kedua mata bergerak secara bersamaan kedalam/nasal

8. Perbedaan umn lmn N7 dan penyakitnya


9. Perjalanan refleks cahaya, afferen efferennya

Refleks cahaya yang menyebabkan konstriksi pupil terbagi menjadi tiga divisi neuron yaitu,
yaitu, aferen, antar neuron, dan eferen. Refleks cahaya aferen berawal dari sel fotoreseptor, sel bipolar,
dan sel ganglion pada retina. Serabut saraf pupil yang merupakan bagian dari nervus optikus, pada bagian
nasal retina mengalami dekusasi di optik kiasma, sedangkan serabut saraf di bagian temporal retina tetap
berada pada sisi yang sama. Serabut saraf pupil akan meninggalkan jaras penglihatan pada bagian distal
dari traktus optikus, tepat sebelum nukleus genikulatum lateralis lalu bersinaps di nukleus pretektal yang
terletak pada otak tengah. Masing masing nukleus pretektal melakukan dekusasi neuron melalui komisura
posterior, kemudian bersinaps di nukleus Edinger Westphal ipsilateral dan kontralateral. Serabut saraf
preganglion yang termielinasi dari nukleus Edinger Westphal bersama dengan saraf okulomotor akan
bersinaps di ganglion siliaris pada sisi yang sama. Serabut saraf postganglion akan mempersarafi otot
sfingter pupil melewati saraf siliaris pendek seperti pada gambar. Proses ini akan menyebabkan konstriksi
pupil dan mendasari adanya refleks cahaya langsung dan kosensual.
10. Pemeriksaan refleks cahaya langsung dan tidak langsung

A. Respon Cahaya Langsung


Gunakan senter kecil, arahkan sinar dari lateral ke medial (sehingga pasien tidak
memfokuskan pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke salah satu pupil untuk melihat reaksinya
terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan
normal, pupil yang disinari akan mengecil. Pada pemeriksaan, salah satu telapak tangan
diletakkan diantara kedua mata secara tegak lurus.
B. Respon Cahaya Tidak Langsung
Jika salah satu pupil disinari, maka secara serentak pupil yang tidak disinari akan
mengecil dengan ukuran yang sama.

11. Refleks kornea, masseter, bersin dan afferen eferennya

A. Refleks Kornea
B. Refleks Masseter/Mandibula

C. Refleks Bersin

12. Rebound phenomenon


13. Perbedaan lesi UMN LMN

(udah dijawab di KMI)

14. Kekuatan motorik (0-5), bedain tiap scoring gimana

15. Gejala ekstrapiramidal dan pengertiannya

16. Afasia broca, wernicke, global + pemeriksaannya

17. Perbedaan lesi korteks dan subkorteks

18. Fenomena pisau lipat

19. Fenomena roda gigi

20. Tes pendengaran, tes kalori

21. Refleks stapedial


22. Pengertian disfagia disfonia disartria

23. Perbedaan spastik dan rigiditas

24. Deviasi lidah pada lesi n12

25. Deviasi uvula

*Posttest dr AF*

1. Laki2 usia 56 tahun dtng dgn keluhan mulut mencong ke kanan 1 hari sebelumnya, onset tiba2
saat pasien bangun tidur. Mata kanan sulit ditutup, kerutan dahi di kanan (-). Keluhan sakit
kepala (-), muntah (-), kejang (-), kelemahan salah satu ekstremitas (-), riwayat dm, ht, kolestrol
(-). RPT (-), RPO (-).

Pemfis: vital sign dbn, kesadaran CM, TRM (-), Nervus VII motorik (kelemahan sisi kanan),
motorik dan sensorik normal, RF +2/+2, RP (-).

Dx kerja: parese nervus VII tipe LMN dextra ec Bell's palsy

Pertanyaan: anamnesis, pemfis, penunjang seperlunya, dx (fungsional, etiologi, anatomis, kerja)


dan tatalaksana

1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosa bell’s palsy cukup dengan gejala klinis dengan trias yaitu:
kerut kening(-), lagofthalmus, dan sudut mulut jatuh disisi lesi.

Pemeriksaan penunjang
o Periksa laboratorium, untuk melihat leukosit dan juga KGD
o CT scan Cranial untuk menyingkirkan penyakit telinga tengah atau otitis media
akut, fraktur tulang temporal, tumor tulang temporal primer.
o MRI brain untuk menyingkirkan lesi pada otak di daerah CPA dan glandula
parotis
o Lumbal pungsi untuk menyingkirkan meningitis, faskulitis, ataupun meningeal
karsinomatosis
o EMG untuk menggambarkan masi berfungsi atau tidaknya otot2 wajah
o ENG (elektro neurografi) untuk melihat adanya respon efok yang masi baik atau
tidak
o Tes audiometri untuk menentukan tipe dan keparahan hilangnya pendengaran,
kalau pada pasiennya dijumpai hilangnya gangguan pendengaran.

Diagnosis fungsional: paralisis musculus frontalis+paralisis musculus orbicularis


occuli+paralisis musculus ocular

Diagnosis etiologi: -
Diagnosis anatomi: -

Diagnosis kerja: parese nervus VII tipe LMN dextra ec Bell's palsy

Tatalaksana
Pada stadium akut beri kortikosteroid
Prednisonolon dosis 40-60 mg/hari selama 5 hari/ berikan methylprednisolone dosis awal
80 mg, dan di taffering off selama periode 7 hari, lalu dikombinasi dengan antiviral
acyclovir dewasa 400mg 5x sehari selama 7 hari
Pada anak2 >2 tahun 80mg/kgBB 4 hari sekali selama 5 hari
Valcyclovir dewasa dan anak >12 tahun 1gr 3x sehari selama 7 hari.

2. Nama : iwan

Jenis kelamin : Laki-Laki

Usia : 52 tahun

Suku bangsa : Batak

Agama : Islam

Alamat : Dr mansyur

Status : Menikah

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Tanggal masuk : -

Keluhan : Penurunan Kesadaran

Telaah kasus : Pasien Laki 52 tahun datang ke RS dengan keluhan penurunan kesadaran yang di
alami pasien sejak pukul 6 pagi. Sakit kepala di jumpai. Sakit kepala bersifat menekan mengikat.
Tidak ada kelainan anggota gerak kiri dan kanan. Kejang dan muntah menyembur di jumpai
pada pasien. Kelemahan terdapat di jumpai bagian sebelah kanan pasien. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan keluarga pasien pernah terkena stroke sebelumnya.

- Sensorium: E2M4V2

Vital sign: td 200/120, nadi: 70x/i, RR: 24x/i, temperatur 37,6

Pertanyaan: anamnesis, pemfis, penunjang seperlunya, dx (fungsional, etiologi, anatomi, kerja),


tatalaksana
Anamnesis

Diagnosis fungsional: penurunan kesadaran+peningkatan TIK+hemiparase dextra

Diagnosis etiologi: hipertensi biasanya pada PSA

Diagnosis anatomi: lesi pada korteks serebri sinistra

Diagnosis kerja : delirium+hemiparese dextra ec susp. stroke hemoragik dd


SI+hipertensi

3.Lumbar radicular pain sinistra + parese nervus fibularis profundus ec skoliosis

1.Anamnesis lengkap beserta alasannya


2.Pemeriksaan fisik yang diperlukan saja beserta alasannya

3.Diagnosis functional, etiologik, anatomi, kerja

4.Pemeriksaan penunjang dan kenapa dilakukan

5.Tatalaksana farmako (tmsk dosis) dan non farmako

Kesadaran normal, keluhan nyeri pinggang kiri disertai penjalaran nyeri sampai ke kaki kiri dan
kelemahan saat melakukan dorsofleksi kaki kiri

Pemfis TD 120/80, dijumpai skoliosis, motorik kaki kanan (55555) kaki kiri (44444), refleks
patologis negatif

Lab : kenapa cbc, kenapa mri

Terapi : obat sesuai VAS dan dosis

Saraf kranial

saraf otak/nervus kranialis

- N1 olfaktorius : normosomia, anosmia (hilangnya bau), parosmia (gangguan persepsi bau),


hiposmia (berkurangnya penciuman)

- N2 optikus : visus, menyempit, hemianopsia (gangguan separuh lapangan pandang), skotoma


(hilangnya satu lapangan pandang)

- N3, 4, 6 :

- gerakan bola mata

- pupil : lebar (normal 3-5), bentuk (bulat), deviasi konjugat (kedua mata menuju kearah yang
sama dan pada saat yang bersamaan), fenomena doll's eye (pada saat kepala digerakkan bola
mata dapat tetap fokus ke satu titik), strabismus (tes dengan menutup sebelah mata terlebih
dahulu).

- N5 (trigeminal)

tes membuka dan menutup mulut, palpasi otot masseter dan temporalis dan kekuatan gigitan

refleks masseter
- N7

- motorik (mimik, kerut kening, menutup mata, meniup sekuatnya, memperlihatkan gigi dan
tertawa)

- sensorik : tes rasa, produksi kelenjar ludah, hiperakusis (kondisi telinga yang sangat peka
terhadap suara), refleks stapedial (tes ketahanan terhadap suara dengan mengukur tekanan
membran timpani dengan timpanometri), pengecapan 2/3 depan lidah

- N8

- auditorius (tes rinne, tes swabach, tes weber)

- vestibularis (nistagmus, reaksi kalori (tes suhu), tinnitus ( suara berdengung), vertigo)

- N9, 10

- pallatum mole, uvula, disfagia, disatria, disfonia (kelainan pada pita suara misalnya ada polip),
refleks muntah, pengecapan 1/3 belakang lidah

- N11

- angkat bahu, otot sternocleidomastoideus

- N12

- lidah (tremor, atrofi, fasikulasi (kedutan))

- tes ujung lidah sewaktu istirahat dan dijulurkan.

Bells palsy

Perbedaan UMN dan LMN


3.

Lumbar radicular pain sinistra + parese nervus fibularis profundus ec skoliosis

1.Anamnesis lengkap beserta alasannya

2.Pemeriksaan fisik yang diperlukan saja beserta alasannya


3.Diagnosis functional,

etiologik,

anatomi,

kerja

4.Pemeriksaan penunjang dan kenapa dilakukan

Xray

Ct scan

MRI

5.Tatalaksana farmako (tmsk dosis) dan non farmako

Streroid(dexamethasone)

Kesadaran normal, keluhan nyeri pinggang kiri disertai penjalaran nyeri sampai ke kaki kiri dan
kelemahan saat melakukan dorsofleksi kaki kiri

Pemfis TD 120/80, dijumpai skoliosis, motorik kaki kanan (55555) kaki kiri (44444), refleks
patologis negatif
Lab : kenapa cbc, kenapa mri

Terapi : obat sesuai VAS dan dosis

Post test dokter PPS januari 2021

POST TEST dr. PPS Januari 2021

12. Diagnosis, cara membedakan, dan terapi TTH, Migrain, Cluster Headache a.

Diagnosis

1) Tension Type Headache

Infrequent:

• Min. 10x serangan (<1 hari/bulan atau <12x/tahun)


• Nyeri kepala 30menit-7 hari
• Karakteristik: bilateral, intensitas ringan-sedang, seperti diikat, tidak diperparah oleh aktivitas
fisik.
• Tidak disertai mual/muntah, foto/fono-fobia
• Tidak disebabkan penyakit lain
• ±Associated with pericranial tenderness (nyeri tekan bertambah pada perikranial terhadap
palpasi manual)

Frequent:

• Min. 10x serangan (1-15 hari/bulan atau setidaknya 3 bulan atau 12-180 hari/tahun)
• Nyeri kepala 30menit-7hari
• Karakteristik: bilateral, intensitas ringan-sedang, seperti diikat, tidak diperparah oleh aktivitas
fisik.
• Tidak disertai mual/muntah
• Mungkin disertai foto/fono-fobia
• Tidak disebabkan penyakit lain
• ±Associated with pericranial tenderness (nyeri tekan bertambah pada perikranial terhadap
palpasi manual)

Kronik TTH:

• ≥ 5 ≥
• Nyeri kepala selama beberapa jam dan terus-menerus
• Karakteristik: bilateral, intensitas ringan-sedang, seperti diikat, tidak diperparah oleh aktivitas
fisik.

• Kedua dari: (salah satu dari fonofobia/fotofobia/mual ringan) dan tidak diikuti mual berat dan
muntah
• Tidak disebabkan penyakit lain
• ±Associated with pericranial tenderness (nyeri tekan bertambah pada perikranial terhadap
palpasi manual)

2) Migrain

Migrain tanpa aura:

• Min. 5 serangan, 4-72 jam


• Unilateral, berdenyut, intensitas sedang-berat, diperparah dengan aktivitas fisik
• Disertai mual/muntah dan foto/fono-fobia
• Tidak ada hubungan dengan penyakit lain

Migrain dengan aura

• Min. 2 serangan, 4-72 jam


• Unilateral, berdenyut, intensitas sedang-berat, diperparah dengan aktivitas fisik
• Disertai mual/muntah dan foto/fono-fobia
• Aura: gejala neurologic fokal yang mendahului atau menyertai migraine
• Aura visual
Fenomena +: fotopsia (adanya kilatan cahaya menyilaukan)
Fenomena -: scintillating scotoma (bintik kecil >>, gangguan visual salah satu lapangan pandang)
• Aura sensorik: rasa baal/panas sebagian tubuh
• Aura motorik: hemiparesis, disfagia, kesulitan bicara

Kronik

• Migrain tanpa aura


• >15 hari/bulan dan >3 bulan
• Tanpa ada medication overused

Status migranosus
• Migrain berat yang berlangsung >72 jam
• Tidak disebabkan penyakit lain

3) Cluster Headache

• Min. 5 serangan (15-180 menit jika tidak diobati)


• Frekuensi serangan (dari 1kali/2hari sampai 8x/hari)
• Karakteristik: unilateral, orbital/supraorbital/temporal, nyeri sangat berat
• Ditambah gejala otonom:
Injeksi konjungtiva atau lakrimasi ipsilateral

Rinorea atau kongesti nasal ipsilateral


Edema kelopak mata ipsilateral

Myosis/ptosis ipsilateral
Kepala berkeringat

Perasaan gelisah atau agitasi

• Tidak berkaitan dengan gejala lain

b. Perbedaan TTH, Migrain, dan Cluster Headache


c. Terapi

1) TTH
2) Migrain
3) Cluster Headache

13. Definisi dan Patofisiologi TIA. Beda dengan stroke.


Ujian Post Test dr. KMI Agustus

SOAL

Ujian Postest dr KMI Agustus

1. Migrain: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan migrain aura dgn tanpa aura, jenis aura,
diagnosis banding, perbedaan dengan TTH

2. Vertigo: anamnesis lengkap, gejala klinis, etiologi vestibular perifer dan sentral serta rentang
waktunya, perbedaan perifer dan sentral, diagnosis banding

3. Stroke: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan iskemik dan hemoragik, trombus dan emboli,
faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, diagnosis banding

4. Pemeriksaan nervus kranialis LENGKAP (N1-N12): fungsi, cara pemeriksaan, contoh pemeriksaan

5. Letak inti kranialis

6. Otot penggerak bola mata dan Fungsi otot yg dipersarafi N3 4 6

7. Strabismus divergen dan konvergen

8. Perbedaan umn lmn N7 dan penyakitnya


9. Perjalanan refleks cahaya, afferen efferennya

10. Pemeriksaan refleks cahaya langsung dan tidak langsung

11. Refleks kornea, masseter, bersin dan afferen eferennya

12. Doll's eye phenomenon

13. Perbedaan lesi UMN LMN

14. Kekuatan motorik (0-5)

15. Gejala ekstrapiramidal dan pengertiannya

16. Afasia broca, wernicke, global + pemeriksaannya

17. Perbedaan lesi korteks dan subkorteks

18. Responsi paper: definisi, gejala klinis, dd

19. Rebound phenomenon

20. Tes pendengaran, tes kalori

21. Refleks stapedial

22. Pengertian disfagia disfonia disartria

23. Perbedaan spastik dan rigiditas

24. Deviasi lidah pada lesi n12

25. Deviasi uvula

JAWAB

1. MIGRAIN
A. ANAMNESIS:

-Keluhan Utama:

- Onset: sejak kapan merasakan nyeri kepala

-Location:Lokasi nyeri

-Duration:berapa lama dirasakan nyeri

-Character: Nyerinya bagaimana, apakah nyerinya berdenyut(Migrain) atau seperti diikat tali(TTH)
-Aggravating: Faktor yang memperberat (migrain: diperberat oleh aktifitas) dan Alleviating : Faktor yang
mengurangi gejala: (gaada pada migrain)

-Radiasi/Penyebaran: kalau TTH ada penyebaran ke tengkuk

-Timing: pada saat kapan saja nyeri kepala dirasakan.

*apakah disertai aura:

1. aura visual: penglihatan kilatan atau berkurang

2. aura sensorik: merasa kebas atau tertusuk

3. gg. Berbicara

- Apakah ada keluhan lain ?

B. GEJALA KLINIS

1. Migren Tanpa Aura

- Nyeri kepala 4-72 jam

- Karakteristik nyeri kepala (unilateral, berdenyut, intensitas sedang-berat, diperberat dengan aktivitas
fisik)

- Nyeri kepala dapaty disertai nausea dan atau muntah

-fotofobia/fonofobia

-tidak berkaitan dengan penyakit lain

2. Migren dengan Aura

- Min. 2 x serangan dengan karakteristik unilateral, berdenyut, moderate-severe, diperberat dengan


aktivitas fisik.

- tidak berkaitan dengan penyakit lain

C. DIAGNOSIS BANDING

Tension Type Headache, Cluster Type Headache


D. PERBEDAAN DENGAN TTH

Tension Type Headache

Kriteria diagnosis:

2. Min. 10 episode <1 hari/bulan (<12 hari/tahun)


3. Berlangsung 30 menit – 7 hari
4. Min. 2 dari: bilateral, menekan/mengikat, ringan-sedang, tidak diperberat aktivitas fisik
5. Tidak disertai: mual/muntah, foto/fonofobia

2. VERTIGO

A. ANAMNESIS

Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing dapat berupa sakit kepala, rasa bergoyang, pusing berputar, rasa
tidak stabil atau melayang.

- Bentuk: pusing berputar atau rasa goyang atau melayang


- Sifat: periodik, kontinu, ringan atau berat
- Faktor pencetus: perubahan gerakan kepala/posisi, situasi: keramaian dan emosional, suara
- Gejala otonom: mual, muntah, keringat dingin
- Ada/tidak gg. Pendengaran: tinnitus/tuli
- Obat-obat yg sebabkan vertigo: streptomisin, gentamisin, kemoterapi
- Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment
- Peny.: DM, hipertensi, kelainan jantung
- Defisit neurologis: hemihipestesis, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis,
penglihatan ganda, ataksia cerebelaris

B. PEMERIKSAAN FISIK

- Pemeriksaan umum

- Cek TD

- Pemeriksaan neuro:

1. kesadaran: baik, dapat menurun pada vertigo vestibular sentral

2. nervus kranialis: pada vestibularis sentral (+) gg. III, IV, VI, V sens., VII, VIII, IX, X, XI, XII

3. motorik: hemiparesis

4. sens: hemihipestesis

5. keseimbangan:

• Tes nistagmus
• Tes rhomberg
• Tes rhomberg dipertajam
• Tes jalan tandem
• Tes fukuda
• Tes past pointing

C. PERBEDAAN VERTIGO PERIFER DAN SENTRAL

E BPP ’ initis, neuritis vestibular, vertigo fisiologis

Etiologi vertigo sentral: TIA, Stroke batang otak/TIA vertebrobasiler, CPA tumor, migren basiler, trauma,
perdarahan serebelum, infark batang otak, serebelum

Perifer: bangkitan mendadak, intensitas berat, oleh gerakan kepala, mual/muntah, gg. Pendengaran,
(-)lesi otak, pada kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, nervus vestibularis

Sentral: bangkitan lambat, ringan, tidak oleh gerakan kepala, gejala otonom +/-, lesi otak (+), pada
nukleus vestibularis, medulla oblongata, serebelum, connecting central pathway

D. DIAGNOSIS BANDING

’ BPP

3. STROKE

-Perbedaan Stroke Iskemik dan Hemoragik

STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

- tergantung lokasi dan luas - terjadi wkt aktif dan tb2


infark
- sesuai dgn pemb.darah daerah
infark - nyeri kepala hebat -> kesadaan menurun -> muntah,
kejang, koma

- hemiparesis - riwayat hipertensi kronis

- disfasia-afasia - defisit neurologis tergantung lokasi dan luas hematom

- diplopia - hematom di lobus frontalis dan temporalis -> kejang2 /


hemiparesis kontralateral
- hemihipastesi

- gg.penglihatan & paresis


n.kranialis
STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

-Fase akut : 7-10 hari -Fase akut : +/- 14 hari

-onset saat istirahat,kec : emboli -onset saat aktivitas

-Usia tua -Usia muda

-kesadaran umum baik,kec: -kesadaran menurun


emboli

-FR : HT,DM,dislipidemia -FR : HT dan aneurisma

-Peninggian TIK (-) -Peninggian TIK (+)

-kaku kuduk (-) -kaku kuduk (+)

-edema papil (-) -edema papil (+)

-tanda peringatan (+)TIA -tanda peringatan (-)

-bradikardi (+) hari ke 4 -bradikardi (+) hari ke 1


-Perbedaan Trombus dan Emboli

TROMBUS EMBOLI

-Timbul tiba2 saat istirahat -timbul tiba2 saat aktivitas

-onset lama/perlahan -onset cepat

-pada usia tua -pada usia muda

-target: pembuluh darah kecil/distal -target: pembuluh darah besar/proksimal

-FR : aterosklerosis,DM,HT, hiperlipidemia -FR: penyakit jantung -> Atrial fibrillation


-Nadi regular
-nadi irregular

-tx:trombolitik/anti platelet -tx: antikoagulant


-Faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah

Yang tidak dapat diubah: umur, sex, genetik

Dapat diubah:
• Hipertensi.

• Diabetes Melitus.
• Merokok.

• Atrial Fibrilasi.

• Penyakit Jantung lainnya.

• Pasca Stroke.

• Dislipidemia.

• Konsumsi alkohol.

DD SI

- SH
- TIA
- SOL

4. Pemeriksaan Nervus Kranialis


6. Inti nervus kranialis

A. Mesensephalon: N 3 dan 4
B. Pons: N 5, N 6, N7,
C. Medulla Oblongata: N9,(Glossofaringeus) , N10, N11(Accesorius), N12(Hypoglossus)
7. Otot Penggerak Bola Mata

8. Strabusmus Divergen ke lateral sedangkan strabismus konvergen ke medial


9. Perbedan UMN dan LMN Nervus 7
10. Perjalanan Refleks Cahaya

11. Refleks Cahaya


-Respon cahaya langsung Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari
samping (sehingga pasien tidak memfokus pada
cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil
untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan
ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal
pupil yang disinari akan mengecil.
- Respon cahaya konsensual (tidak langsung)
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil
lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
12. Refleks Kornea

Refleks Bersin

Reflek Masseter/Mandibula
13. Dolls eye Phenomena

13. Beda UMN dan LMN


14. Kekuatan motorik

Gangguan pada system ekstrapiramidalis

Sistem ekstrapiramidal: ganglia basalis terdiri dari:

• Nukleus kaudatus
• Nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus)
• Nukleus amigdala
15. Gejala Ekstrapiramidal
16. Afasia Broca dan Wernicke
17. Perbedaan Lesi Korteks dan Subkorteks

Tambahan:

• Lesi di korteks: kelemahan ekstremitas atas tidak sama dengan bawah. Bergantung
homunculus yang terkena

• Lesi di subkorteks: kelemahan ekstremitas atas dan bawah sama karena jaras sudah
bergabung
18. Responsi paper: pelajari sendiri

19. Rebound phenomenon

20. Tes pendengaran dan tes kalori


Tes kalori

21. Refleks Stapedial


Kontraksi otot stapedius yang ada di telinga tengah yang diinduksi oleh rangsangan akustik atau
bunyi yang kuat dimana ketika telinga lain diberikan suara yang keras maka otot stapedius kedua
telinga berkontraksi. Refleks ini akan muncul saat terdapat intensitas suara >70-90dB. Otot
stapedial ini diinervasi oleh N. VII.

22. Pengertian disfagia, disfonia, dan disartria

• Disfagia: Kesulitan makan atau kesulitan menelan. Terbagi atas dua, disfagia orofaring dan
disfagia esophagus.

Disfagia orofaring: ada kelainan di rongga mulut, faring, dan esophagus

Disfagia esophagus: ada kelainan di korpus esophagus, sfingter esophagus bagian bawah,
atau kardia gaster

Gangguan N. IX dan X

• Disfonia: gangguan suara atau suara serak yang ditandai dengan perubahan kualitas vocal,
pitch, kenyaringan atau usaha vocal yang mengganggu komunikasi. Merupakan gejala
kelainan pada laring dan kerusakan N. X unilateral.

Suara serak, suara desah, suara goyah atau gemetar, suara hilang (afonia), seperti ada
cairan saat bersuara, sering berdehem, tidak nyaman saat menggunakan suara, hanya
bisa mengeluarkan suara pada satu frekuensi saja atau monoton, tenggorok terasa kering
dan sakit.

• Disartria (afasia broca): gangguan alat ucap yang disebabkan oleh kerusakan SSP yang
mengontrol aktivitas otot yang berperan dalam proses artikulasi untuk pembentukan suara
pengucapan. Gangguan motorik dari pengucapan akibat kelemahan otot mulut dan
pernafasan. Gejala: bicara pelo atau tidak jelas, nada lunak dan lambat, terbatasnya
gerakan bibir, lidah, dan rahang, suara sengau/serak, dan sulit untuk mengunyah dan
menelan.

23. Beda Spastik dan Rigiditas

24. Deviasi lidah pada lesi N. XII


25. Deviasi uvula

Deviasi ke arah yang lemah. Nervus IX.

POST-TEST

dr. KHS
Dikasih soal :

Seorang wanita, 75 tahun, datang dengan keluhan lengan & tungkai kanan, serta bicara pelo.

Lakukan :

1. Anamnesis : (tersistematis dan jelas)


a. Gejala prodromal:
i. Untuk apa ditanya ada muntah menyembur, nyeri kepala, kejang?
1. Untuk melihat apakah ada tanda peningkatan TIK (stroke hemoragik)
ii. Gejala peningkatan tekanan intracranial berupa: skit kepala, muntah,
penurunan kesadaran
b. Gejala penekanan parenkim otak (perdarahan intraserebral) – memberikan gejala
tergantung daerah otak yang tertekan / terdorong oleh bekuan darah
2. Pemeriksaan Fisik Umum
a. GCS
b. Kelumpuhan saraf kranial
c. Kelemahan motoric
d. Gangguan otonom
e. Gangguan neurobehaviour
f. Vital Sign
g. Inspeksi (Dada: Simetris | Abdomen: Simteris)
h. Palpasi (Dada: SF ka=ki | Abdomen: soepel)
i. Perkusi (Dada: sonor | Abdomen: Timpani)
j. Auskultasi (Dada: vesikuler | Abdomen: BU/peristaltic +)
3. Pemeriksaan Neurologis
a. Sensorium – (CM, Apatis, Somnolen, Stupor, Koma)
b. Kranium –
c. Rangsang Meningeal (ditanya kaku kuduk gmn, kernig sign, brudzinski 1-4)
d. Peninggian TIK (muntah proyektil, nyeri kepala, kejang)
e. Saraf Kranial (sebenarnya lbh baik di hapal semua, dan tadi langsung ditanya NV
motorik, N9 itu apa, N12 apa periksa apa dan LMN UMN jg)
f. Motorik (ditanya gimana periksa Trofi dan pake apa (pake meteran)
g. Periksa Tonus gimana
h. Ekstremitas atas apa aja diperiksa (misalnya Sendi Bahu itu abduksi adduksi
i. Sendi Siku fleksi ekstensi sampai dengan Sendi Jari-Jari tangan)
j. Gimana sensibilitas dan propioseptif gimana
k. Fungsi Luhur gmn jelasin (nanti ditanya pada kasus dia Ada fungsi luhur nya?
l. Jawabannya tidak ada krn tidak ada gangguan bicara, nanti di fungsi luhur ditanya juga
afasia ada berapa yaitu motorik sensorik
m. Motorik dimana lesi di area broca (lobus frontalis inferior) itu nanti kalo motorik dia
afasia gimana jawabannya hanya gangguan berbicara atau sulit berbicara tapi
sebenarnya pasien paham kata yang dimaksud
n. kalau afasia sensorik nya dimana lesi area wernickle (lobus temporalis) nanti ditanya
juga apa dia Ada gangguan bicara? Jawabannya tidak tetapi dia tidak paham kata yang
dimaksud (kebalikan dr motorik).
3. pemeriksaan neurologis

1. sensorium : CM, apatis, somnolen, sopor, coma

2. kranium : bentuk : normal

fontanel : bagian lunak diantara pelat tulang tengkorak

palpasi, perkusi, auskultasi, transiluminasi

3. perangsaangan meningeal :

- kaku kuduk (+ bila saat fleksi leher dagu tidak menyentuh dinding dada)

- tanda kernig (+ bila fleksi sendi lutut dan paha dapat menimbulkan nyeri)

- tanda brudzinski 1 (+ bila saat fleksi leher tungkai juga ikut fleksi) dan 2 (+ bila saat fleksi salah satu
tungkai maka tungkai yang lain ikut fleksi)

4. peningkatan tekanan intrakranial

- muntah, sakit kepala, kejang

5. saraf otak/nervus kranialis

- N1 olfaktorius : normosomia, anosmia (hilangnya bau), parosmia (gangguan persepsi bau), hiposmia
(berkurangnya penciuman)

- N2 optikus : visus, menyempit, hemianopsia (gangguan separuh lapangan pandang), skotoma


(hilangnya satu lapangan pandang)

- N3, 4, 6 :

- gerakan bola mata

- pupil : lebar (normal 3-5), bentuk (bulat), deviasi konjugat (kedua mata menuju kearah yang sama dan
pada saat yang bersamaan), fenomena doll's eye (pada saat kepala digerakkan bola mata dapat tetap
fokus ke satu titik), strabismus (tes dengan menutup sebelah mata terlebih dahulu).

- N5 (trigeminal)

tes membuka dan menutup mulut, palpasi otot masseter dan temporalis dan kekuatan gigitan

refleks masseter
- N7

- motorik (mimik, kerut kening, menutup mata, meniup sekuatnya, memperlihatkan gigi dan tertawa)

- sensorik : tes rasa, produksi kelenjar ludah, hiperakusis (kondisi telinga yang sangat peka terhadap
suara), refleks stapedial (tes ketahanan terhadap suara dengan mengukur tekanan membran timpani
dengan timpanometri), pengecapan 2/3 depan lidah

- N8

- auditorius (tes rinne, tes swabach, tes weber)

- vestibularis (nistagmus, reaksi kalori (tes suhu), tinnitus ( suara berdengung), vertigo)

- N9, 10

- pallatum mole, uvula, disfagia, disatria, disfonia (kelainan pada pita suara misalnya ada polip), refleks
muntah, pengecapan 1/3 belakang lidah

- N11

- angkat bahu, otot sternocleidomastoideus

- N12

- lidah (tremor, atrofi, fasikulasi (kedutan))

- tes ujung lidah sewaktu istirahat dan dijulurkan.

6. pemeriksaan motorik

- trofi dan tonus otot

- kekuatan otot ekstrimitas atas dan bawah

- sikap (duduk - berdiri - berbaring)


- gerak spontan abnormal
7. tes sensibilitas

- eksteroseptif (propatik : nyeri, suhu, raba)

- proprioseptif (gerak (pasien tahu bagian tubuh sedang di gerakkan), sikap (pasien tahu tubuh
digerakkan ke arah mana), getar (menggunakan garpu tala 125 hz di ibu jari kaki), tekan (menekan ibu
jari), nyeri dalam (memencet otot/tendon ekstremitas).
- diskriminatif (stereognosis (mengenal benda dengan cara meraba), pengenalan dua titik
(membedakan 2 rangsangan/jarak yang diberi bersamaan), grafestesia (kemampuan mengenal angka,
huruf atau pola yang di gambar pada tangan).

8. refleks

1. fisiologis (bisep, trisep, apr, kpr)

2. patologis (babinski, oppenheim, chaddock, gordon, gonda, klonus kaki dan lutut, schaefer, hoffman-
tromner, refleks primitif)

9. koordinasi (lenggang, bicara, menulis, percob. apraksia, mimik, tes telunjuk-telunjuk, tes telunjuk-
hidung, tes romberg, tes tumit lutut, diadokokinesia(kemampuan untuk gerakan antagonis secara cepat
saat membuka dan menutup mata))

10. vegetatif (vasomotorik, sudomotorik, pilo-erektor, miksi, defekasi, potens dan libido)

11.vertebra (bentuk dan pergerakan)

12. tanda ransang radikuler (laseque : + jika fleksi kaki sebelum 70 derajat, cross laseque, lhermitte,
nafziger : menekan kedua vena jugularis)
13. gejala serebelar (vertigo, fenomena rebound, nistagmus, tremor, disatria, ataksia)

14. gejala ekstrapiramidal (tremor, rigiditas, bradikinesia)

15. fungsi luhur ( kesadaran kualitatif, ingatan baru dan lama, orientasi (diri, tempat, waktu, situasi),
intelegensia, daya pertimbangan, reaksi emosi, afasia (ekspresif : broca, represif : wernicke), apraksia,
agnosia (hilangnya kemampuan mengenali benda), akalkulia (tidak bisa memproses matematika),
disorientasi kanan-kiri)

4. Diagnosis Fungsional
a. (Hemiparesis dextra + Paresis N9 (krn bicara pelo, apa di N9 bicara pelo yaitu disatria).
5. Diagnosis Anatomi
Tidak ada gangguan fungsi kortikal luhur seperti gangguan orientasi, berbahasa,
berhitung, dll(jika lesi di korteks) dan tidak terdapat ciri khas alternans (lesi di batang otak)
sehingga dapat disimpulkan lesi berada di subkorteks.

/
Jaras Motorik

a. Jaras kortikobulbar
Kortes presentralis (area 4, 6a-alfa, 6a-beta, 8) – substansia alba/corona radiata –
bagian posterior kapsula interna – central pedunculus cerebri – inti saraf kranialis
b. Jaras kortikospinal
Korteks presentralis (area 4, 6a-alfa, 6a-beta, 8) - substansia alba/corona
radiata – bagian posterior kapsula interna – central pedunculus cerebri – basis pontis
– basal medulla anterior: traktus pyramidalis – decussasio piramidum (80%
menyilang, 20% tidak)
Menyilang: jaras kortikospinal lateral
Tidak menyilang: jaras kortikospinal anterior

Pada kasus ini, kelemahan terjadi pada ekstremitas sebelah kanan. Ekstremitas menerima
persarafan dari hemisfer yang berlawanan sisi (ekstremitas kanan mendapat perintah dari
hemisfer kiri dan sebaliknya) karena sudah bersilangan di decussasio pyramid sehingga dapat
disimpulkan bahwa lesi berada di sebelah kiri. Jaras yang terkena adalah jaras motorik
kortikospinalis.

6. Diagnosis Etiologi : Trombus (alasan bisa karena usia tua utk Faktor risiko yg gabisa diubah, dan
nanti ditanya juga Faktor Risiko yg bisa diubah itu : HT DM Merokok Hiperkolesterol Penyakit
Jantung.
a. Diagnosis Etiologi Stroke
i. Iskemik
1. Trombus. FR: Aterosklerosis, hiperlipidemia, hipertensi, DM
2. Emboli. FR: Penyakit jantung
ii. Hemoragik
1. Intraserebral : banyakan krn hipertensi
2. Subaraknoid : krn Aneurisma

7. Diagnosis Sementara : terakhir ga ditanya, tapi td jawab yg fungsional itu aja.


8. Terapi :
a. Aspilet dosis berapa?
i. 80 mg Terus ditanya apa isi aspilet?
1. asam asetil salisilat gimana mekanismenya? menghambat agregasi
platelet.
ii. Selain aspilet apalagi?
1. Clopidrogel, dosis berapa? 75 mg.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. CT scan kan (Beda Iskemik dengan Hemoragik)
b. Ekg dan foto röntgen utk liat penyakit jantung
c. Cek Gula Darah utk risiko DM
d. Cek Lipid Profile utk kolesterol
e. Cek Ureum Kreatinin utk ginjal dan utk pemberian manitol utk abses terus dosis manitol
jg d tanya.
i. Manitol: Mannitol decreases blood viscosity, CBF unchanged while CBV and ICP
decrease. Mannitol also reduces ICP by reducing cerebral parenchymal cell
water, total effect takes 20-30min. Eventually Mannitol enters CSF and
increases ICP.

Terus tadi ada juga ditanya kalo Trombus usia tua atau muda, pokoknya wajib hapal beda Stroke Iskemik
dan Hemoragik dan Trombus Emboli. Ntr bisa otomatis dijawab.

Anda mungkin juga menyukai