1. DIAGNOSIS ETIOLOGI SH
SH ada 2 etiologi: PIS dan PAS, dibedakan melalui klinis dan neuroimajing
2. DIAGNOSIS ETIOLOGI SI
Jika dicurigai terdapat lesi yang menyebabkan bangkitan, misalnya trauma kepala atau tumor.
8. DEFINISI EPILEPSI
2. Diagnosis tetanus
Anamnesis
Kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Manifestasi klinis
a. Tetanus lokal
Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit
pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang
b. Tetanus sefalik
Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari,
yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.
c. Tetanus umum/generalisata
Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah
menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan
yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan
seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d. Tetanus neonatorum
Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali
3. Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat.
nervus kranial.
ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
d. Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi tubuh
fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi,
4. Kriteria Diagnosis
a) Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan kekakuan otot tulang
belakang.
e) Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal 100oF ( > 400 C), atau aksila 99oF ( 37,6 oC ).
Grading
Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam
(kematian 10%).
4. Klasifikasi tetanus
P
P
S
P
A
5. Patofisiologi tetanus
L A
E A SPAS
ABA
A
PA AL S S
6. Perawatan luka pada tetanus
eksisi luka
S
2. Anatomi N.trigeminus
Hipersensitifitas dapat berupa hiperalgesia (respons yang berlebihan terhadap stimulus yang
secara normal menimbulkan nyeri) dan alodinia (nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang
secara normal tidak menimbulkan nyeri).
Pada stroke iskemik, adanya penurunan atau tidak adanya aliran darah untuk memenuhi kebutuhan
neuron mewakili 80% dari semua kejadian stroke ini. Keadaan sistemik ini menimbulkan efek yang
sangat cepat sebab otak tidak dibekalkan dengan glukosa dan oksigen yang merupakan elemen atau
substansi utama untuk metabolismenya.
Pada stroke emboli, plak yang telah terbentuk pada pembuluh darah di luar otak akan melepas dan
menjadi klot. Adanya aliran darah yang berterusan pula akan menyebabkan klot yang terlepas itu turut
mengalir, didorong oleh pengaliran darah. Apabila klot yang beralir mengikuti aliran darah sampai di
pembuluh darah otak, stroke akan terjadi.
2. DD toxoplasma
Diagnosis banding termasuk limfoma primer SSP, yang merupakan diagnosis banding paling
umum dari toksoplasmosis otak di negara maju, sementara di negara berkembang bentuk fokus
TB otak juga merupakan diagnosis alternatif yang umum. (ncbi)
3. Perbedaan neurosistiserkosis dan toxoplasmosis
Toxoplasmosis adalah penyakit yang zoonosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa
Toxoplasma gondii, yaitu parasite intraseluler yang banyak menginfeksi manusia dan hewan
peliharaan. Toxoplasmosis biasa ditularkan melalui kucing atau anjing.
Neurosistiserkosis (NSS) merupakan penyakit infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh bentuk larva dari parasit cacing pita Taenia solium (T. solium). Sistiserkosis
solium dapat pula mengenai organ ekstraneural seperti pada : jantung, paru, hati, mata, ginjal,
lidah dan otot di bawah kulit. Masalah yang serius timbul jika sistiserkosis solium berada di
dalam otak/SSP yang dikenal sebagai NSS, karena dapat menimbulkan kematian dan angka
kesakitan yang tinggi dengan berbagai gejala neurologi seperti: epilepsi, migrain, arahnoiditis,
stroke, hidrosefalus, dimensia, gangguan penglihatan dan tekanan intrakranial meningkat.
1. Kasus Migrain: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan migrain aura dgn tanpa aura, jenis aura,
diagnosis banding, perbedaan dengan TTH dan nyeri kepala primer lainnya
SOAL
2. Kasus Vertigo: lebih ke bppv , anamnesis lengkap, gejala klinis, etiologi vestibular perifer dan
sentral serta rentang waktunya, perbedaan perifer dan sentral, diagnosis banding (perbedaan
neuritis vestibuler dengan labirinitis, kalo vertigo yg ada riwayat demamnya lebih kemana dx
nya) , tatalaksana (lebih ke manuver)
A. ANAMNESIS
Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing dapat berupa sakit kepala, rasa bergoyang, pusing berputar, rasa
tidak stabil atau melayang.
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan umum
- Cek TD
- Pemeriksaan neuro:
2. nervuskranialis: pada vestibularis sentral (+) gg. III, IV, VI, V sens., VII, VIII, IX, X, XI, XII
3. motorik: hemiparesis
4. sens: hemihipestesis
5. keseimbangan:
• Tes nistagmus
• Tes rhomberg
• Tes rhomberg dipertajam
• Tes jalan tandem
• Tes fukuda
• Tes fast-pointing
C. Etiologi Vertigo
• ’
• BPPV
• Laryngitis
F. Tatalaksana BPPV
• Manuver Epley
• Manuver Semont
• Manuver Lempert
• Brandt-Daroff Exercise
3. Kasus Stroke: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan iskemik dan hemoragik, trombus dan
emboli, faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, diagnosis banding, tatalaksana
awal & lanjutan ketika sudah stabil, edukasi kepada pasien utk perawatan jangka
panjang(fisioterapi contohnya)
- tergantung lokasi dan luas infark - terjadi wkt aktif dan tb2
- sesuai dgnpemb.darah daerah
- nyeri kepala hebat ->kesadaan menurun -> muntah,
infark
kejang, koma
- gg.penglihatan&paresisn.kranialis
TROMBUS EMBOLI
Dapat diubah:
• Hipertensi.
• Diabetes Melitus.
• Merokok.
• Atrial Fibrilasi.
• Pasca Stroke.
• Dislipidemia.
• Konsumsi alkohol.
DD SI
- SH
- TIA
- SOL
6. Otot penggerak bola mata dan Fungsi otot yg dipersarafi N.III, IV, dan VI
7. Strabismus divergen dan konvergen
Refleks cahaya yang menyebabkan konstriksi pupil terbagi menjadi tiga divisi neuron yaitu,
yaitu, aferen, antar neuron, dan eferen. Refleks cahaya aferen berawal dari sel fotoreseptor, sel bipolar,
dan sel ganglion pada retina. Serabut saraf pupil yang merupakan bagian dari nervus optikus, pada bagian
nasal retina mengalami dekusasi di optik kiasma, sedangkan serabut saraf di bagian temporal retina tetap
berada pada sisi yang sama. Serabut saraf pupil akan meninggalkan jaras penglihatan pada bagian distal
dari traktus optikus, tepat sebelum nukleus genikulatum lateralis lalu bersinaps di nukleus pretektal yang
terletak pada otak tengah. Masing masing nukleus pretektal melakukan dekusasi neuron melalui komisura
posterior, kemudian bersinaps di nukleus Edinger Westphal ipsilateral dan kontralateral. Serabut saraf
preganglion yang termielinasi dari nukleus Edinger Westphal bersama dengan saraf okulomotor akan
bersinaps di ganglion siliaris pada sisi yang sama. Serabut saraf postganglion akan mempersarafi otot
sfingter pupil melewati saraf siliaris pendek seperti pada gambar. Proses ini akan menyebabkan konstriksi
pupil dan mendasari adanya refleks cahaya langsung dan kosensual.
10. Pemeriksaan refleks cahaya langsung dan tidak langsung
A. Refleks Kornea
B. Refleks Masseter/Mandibula
C. Refleks Bersin
*Posttest dr AF*
1. Laki2 usia 56 tahun dtng dgn keluhan mulut mencong ke kanan 1 hari sebelumnya, onset tiba2
saat pasien bangun tidur. Mata kanan sulit ditutup, kerutan dahi di kanan (-). Keluhan sakit
kepala (-), muntah (-), kejang (-), kelemahan salah satu ekstremitas (-), riwayat dm, ht, kolestrol
(-). RPT (-), RPO (-).
Pemfis: vital sign dbn, kesadaran CM, TRM (-), Nervus VII motorik (kelemahan sisi kanan),
motorik dan sensorik normal, RF +2/+2, RP (-).
1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosa bell’s palsy cukup dengan gejala klinis dengan trias yaitu:
kerut kening(-), lagofthalmus, dan sudut mulut jatuh disisi lesi.
Pemeriksaan penunjang
o Periksa laboratorium, untuk melihat leukosit dan juga KGD
o CT scan Cranial untuk menyingkirkan penyakit telinga tengah atau otitis media
akut, fraktur tulang temporal, tumor tulang temporal primer.
o MRI brain untuk menyingkirkan lesi pada otak di daerah CPA dan glandula
parotis
o Lumbal pungsi untuk menyingkirkan meningitis, faskulitis, ataupun meningeal
karsinomatosis
o EMG untuk menggambarkan masi berfungsi atau tidaknya otot2 wajah
o ENG (elektro neurografi) untuk melihat adanya respon efok yang masi baik atau
tidak
o Tes audiometri untuk menentukan tipe dan keparahan hilangnya pendengaran,
kalau pada pasiennya dijumpai hilangnya gangguan pendengaran.
Diagnosis etiologi: -
Diagnosis anatomi: -
Diagnosis kerja: parese nervus VII tipe LMN dextra ec Bell's palsy
Tatalaksana
Pada stadium akut beri kortikosteroid
Prednisonolon dosis 40-60 mg/hari selama 5 hari/ berikan methylprednisolone dosis awal
80 mg, dan di taffering off selama periode 7 hari, lalu dikombinasi dengan antiviral
acyclovir dewasa 400mg 5x sehari selama 7 hari
Pada anak2 >2 tahun 80mg/kgBB 4 hari sekali selama 5 hari
Valcyclovir dewasa dan anak >12 tahun 1gr 3x sehari selama 7 hari.
2. Nama : iwan
Usia : 52 tahun
Agama : Islam
Alamat : Dr mansyur
Status : Menikah
Tanggal masuk : -
Telaah kasus : Pasien Laki 52 tahun datang ke RS dengan keluhan penurunan kesadaran yang di
alami pasien sejak pukul 6 pagi. Sakit kepala di jumpai. Sakit kepala bersifat menekan mengikat.
Tidak ada kelainan anggota gerak kiri dan kanan. Kejang dan muntah menyembur di jumpai
pada pasien. Kelemahan terdapat di jumpai bagian sebelah kanan pasien. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dan keluarga pasien pernah terkena stroke sebelumnya.
- Sensorium: E2M4V2
Kesadaran normal, keluhan nyeri pinggang kiri disertai penjalaran nyeri sampai ke kaki kiri dan
kelemahan saat melakukan dorsofleksi kaki kiri
Pemfis TD 120/80, dijumpai skoliosis, motorik kaki kanan (55555) kaki kiri (44444), refleks
patologis negatif
Saraf kranial
- N3, 4, 6 :
- pupil : lebar (normal 3-5), bentuk (bulat), deviasi konjugat (kedua mata menuju kearah yang
sama dan pada saat yang bersamaan), fenomena doll's eye (pada saat kepala digerakkan bola
mata dapat tetap fokus ke satu titik), strabismus (tes dengan menutup sebelah mata terlebih
dahulu).
- N5 (trigeminal)
tes membuka dan menutup mulut, palpasi otot masseter dan temporalis dan kekuatan gigitan
refleks masseter
- N7
- motorik (mimik, kerut kening, menutup mata, meniup sekuatnya, memperlihatkan gigi dan
tertawa)
- sensorik : tes rasa, produksi kelenjar ludah, hiperakusis (kondisi telinga yang sangat peka
terhadap suara), refleks stapedial (tes ketahanan terhadap suara dengan mengukur tekanan
membran timpani dengan timpanometri), pengecapan 2/3 depan lidah
- N8
- vestibularis (nistagmus, reaksi kalori (tes suhu), tinnitus ( suara berdengung), vertigo)
- N9, 10
- pallatum mole, uvula, disfagia, disatria, disfonia (kelainan pada pita suara misalnya ada polip),
refleks muntah, pengecapan 1/3 belakang lidah
- N11
- N12
Bells palsy
etiologik,
anatomi,
kerja
Xray
Ct scan
MRI
Streroid(dexamethasone)
Kesadaran normal, keluhan nyeri pinggang kiri disertai penjalaran nyeri sampai ke kaki kiri dan
kelemahan saat melakukan dorsofleksi kaki kiri
Pemfis TD 120/80, dijumpai skoliosis, motorik kaki kanan (55555) kaki kiri (44444), refleks
patologis negatif
Lab : kenapa cbc, kenapa mri
12. Diagnosis, cara membedakan, dan terapi TTH, Migrain, Cluster Headache a.
Diagnosis
Infrequent:
Frequent:
• Min. 10x serangan (1-15 hari/bulan atau setidaknya 3 bulan atau 12-180 hari/tahun)
• Nyeri kepala 30menit-7hari
• Karakteristik: bilateral, intensitas ringan-sedang, seperti diikat, tidak diperparah oleh aktivitas
fisik.
• Tidak disertai mual/muntah
• Mungkin disertai foto/fono-fobia
• Tidak disebabkan penyakit lain
• ±Associated with pericranial tenderness (nyeri tekan bertambah pada perikranial terhadap
palpasi manual)
Kronik TTH:
• ≥ 5 ≥
• Nyeri kepala selama beberapa jam dan terus-menerus
• Karakteristik: bilateral, intensitas ringan-sedang, seperti diikat, tidak diperparah oleh aktivitas
fisik.
• Kedua dari: (salah satu dari fonofobia/fotofobia/mual ringan) dan tidak diikuti mual berat dan
muntah
• Tidak disebabkan penyakit lain
• ±Associated with pericranial tenderness (nyeri tekan bertambah pada perikranial terhadap
palpasi manual)
2) Migrain
Kronik
Status migranosus
• Migrain berat yang berlangsung >72 jam
• Tidak disebabkan penyakit lain
3) Cluster Headache
Myosis/ptosis ipsilateral
Kepala berkeringat
1) TTH
2) Migrain
3) Cluster Headache
SOAL
1. Migrain: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan migrain aura dgn tanpa aura, jenis aura,
diagnosis banding, perbedaan dengan TTH
2. Vertigo: anamnesis lengkap, gejala klinis, etiologi vestibular perifer dan sentral serta rentang
waktunya, perbedaan perifer dan sentral, diagnosis banding
3. Stroke: anamnesis lengkap, gejala klinis, perbedaan iskemik dan hemoragik, trombus dan emboli,
faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, diagnosis banding
4. Pemeriksaan nervus kranialis LENGKAP (N1-N12): fungsi, cara pemeriksaan, contoh pemeriksaan
JAWAB
1. MIGRAIN
A. ANAMNESIS:
-Keluhan Utama:
-Location:Lokasi nyeri
-Character: Nyerinya bagaimana, apakah nyerinya berdenyut(Migrain) atau seperti diikat tali(TTH)
-Aggravating: Faktor yang memperberat (migrain: diperberat oleh aktifitas) dan Alleviating : Faktor yang
mengurangi gejala: (gaada pada migrain)
3. gg. Berbicara
B. GEJALA KLINIS
- Karakteristik nyeri kepala (unilateral, berdenyut, intensitas sedang-berat, diperberat dengan aktivitas
fisik)
-fotofobia/fonofobia
C. DIAGNOSIS BANDING
Kriteria diagnosis:
2. VERTIGO
A. ANAMNESIS
Deskripsi jelas keluhan pasien. Pusing dapat berupa sakit kepala, rasa bergoyang, pusing berputar, rasa
tidak stabil atau melayang.
B. PEMERIKSAAN FISIK
- Pemeriksaan umum
- Cek TD
- Pemeriksaan neuro:
2. nervus kranialis: pada vestibularis sentral (+) gg. III, IV, VI, V sens., VII, VIII, IX, X, XI, XII
3. motorik: hemiparesis
4. sens: hemihipestesis
5. keseimbangan:
• Tes nistagmus
• Tes rhomberg
• Tes rhomberg dipertajam
• Tes jalan tandem
• Tes fukuda
• Tes past pointing
Etiologi vertigo sentral: TIA, Stroke batang otak/TIA vertebrobasiler, CPA tumor, migren basiler, trauma,
perdarahan serebelum, infark batang otak, serebelum
Perifer: bangkitan mendadak, intensitas berat, oleh gerakan kepala, mual/muntah, gg. Pendengaran,
(-)lesi otak, pada kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, nervus vestibularis
Sentral: bangkitan lambat, ringan, tidak oleh gerakan kepala, gejala otonom +/-, lesi otak (+), pada
nukleus vestibularis, medulla oblongata, serebelum, connecting central pathway
D. DIAGNOSIS BANDING
’ BPP
3. STROKE
TROMBUS EMBOLI
Dapat diubah:
• Hipertensi.
• Diabetes Melitus.
• Merokok.
• Atrial Fibrilasi.
• Pasca Stroke.
• Dislipidemia.
• Konsumsi alkohol.
DD SI
- SH
- TIA
- SOL
A. Mesensephalon: N 3 dan 4
B. Pons: N 5, N 6, N7,
C. Medulla Oblongata: N9,(Glossofaringeus) , N10, N11(Accesorius), N12(Hypoglossus)
7. Otot Penggerak Bola Mata
Refleks Bersin
Reflek Masseter/Mandibula
13. Dolls eye Phenomena
• Nukleus kaudatus
• Nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus)
• Nukleus amigdala
15. Gejala Ekstrapiramidal
16. Afasia Broca dan Wernicke
17. Perbedaan Lesi Korteks dan Subkorteks
Tambahan:
• Lesi di korteks: kelemahan ekstremitas atas tidak sama dengan bawah. Bergantung
homunculus yang terkena
• Lesi di subkorteks: kelemahan ekstremitas atas dan bawah sama karena jaras sudah
bergabung
18. Responsi paper: pelajari sendiri
• Disfagia: Kesulitan makan atau kesulitan menelan. Terbagi atas dua, disfagia orofaring dan
disfagia esophagus.
Disfagia esophagus: ada kelainan di korpus esophagus, sfingter esophagus bagian bawah,
atau kardia gaster
Gangguan N. IX dan X
• Disfonia: gangguan suara atau suara serak yang ditandai dengan perubahan kualitas vocal,
pitch, kenyaringan atau usaha vocal yang mengganggu komunikasi. Merupakan gejala
kelainan pada laring dan kerusakan N. X unilateral.
Suara serak, suara desah, suara goyah atau gemetar, suara hilang (afonia), seperti ada
cairan saat bersuara, sering berdehem, tidak nyaman saat menggunakan suara, hanya
bisa mengeluarkan suara pada satu frekuensi saja atau monoton, tenggorok terasa kering
dan sakit.
• Disartria (afasia broca): gangguan alat ucap yang disebabkan oleh kerusakan SSP yang
mengontrol aktivitas otot yang berperan dalam proses artikulasi untuk pembentukan suara
pengucapan. Gangguan motorik dari pengucapan akibat kelemahan otot mulut dan
pernafasan. Gejala: bicara pelo atau tidak jelas, nada lunak dan lambat, terbatasnya
gerakan bibir, lidah, dan rahang, suara sengau/serak, dan sulit untuk mengunyah dan
menelan.
POST-TEST
dr. KHS
Dikasih soal :
Seorang wanita, 75 tahun, datang dengan keluhan lengan & tungkai kanan, serta bicara pelo.
Lakukan :
3. perangsaangan meningeal :
- kaku kuduk (+ bila saat fleksi leher dagu tidak menyentuh dinding dada)
- tanda kernig (+ bila fleksi sendi lutut dan paha dapat menimbulkan nyeri)
- tanda brudzinski 1 (+ bila saat fleksi leher tungkai juga ikut fleksi) dan 2 (+ bila saat fleksi salah satu
tungkai maka tungkai yang lain ikut fleksi)
- N1 olfaktorius : normosomia, anosmia (hilangnya bau), parosmia (gangguan persepsi bau), hiposmia
(berkurangnya penciuman)
- N3, 4, 6 :
- pupil : lebar (normal 3-5), bentuk (bulat), deviasi konjugat (kedua mata menuju kearah yang sama dan
pada saat yang bersamaan), fenomena doll's eye (pada saat kepala digerakkan bola mata dapat tetap
fokus ke satu titik), strabismus (tes dengan menutup sebelah mata terlebih dahulu).
- N5 (trigeminal)
tes membuka dan menutup mulut, palpasi otot masseter dan temporalis dan kekuatan gigitan
refleks masseter
- N7
- motorik (mimik, kerut kening, menutup mata, meniup sekuatnya, memperlihatkan gigi dan tertawa)
- sensorik : tes rasa, produksi kelenjar ludah, hiperakusis (kondisi telinga yang sangat peka terhadap
suara), refleks stapedial (tes ketahanan terhadap suara dengan mengukur tekanan membran timpani
dengan timpanometri), pengecapan 2/3 depan lidah
- N8
- vestibularis (nistagmus, reaksi kalori (tes suhu), tinnitus ( suara berdengung), vertigo)
- N9, 10
- pallatum mole, uvula, disfagia, disatria, disfonia (kelainan pada pita suara misalnya ada polip), refleks
muntah, pengecapan 1/3 belakang lidah
- N11
- N12
6. pemeriksaan motorik
- proprioseptif (gerak (pasien tahu bagian tubuh sedang di gerakkan), sikap (pasien tahu tubuh
digerakkan ke arah mana), getar (menggunakan garpu tala 125 hz di ibu jari kaki), tekan (menekan ibu
jari), nyeri dalam (memencet otot/tendon ekstremitas).
- diskriminatif (stereognosis (mengenal benda dengan cara meraba), pengenalan dua titik
(membedakan 2 rangsangan/jarak yang diberi bersamaan), grafestesia (kemampuan mengenal angka,
huruf atau pola yang di gambar pada tangan).
8. refleks
2. patologis (babinski, oppenheim, chaddock, gordon, gonda, klonus kaki dan lutut, schaefer, hoffman-
tromner, refleks primitif)
9. koordinasi (lenggang, bicara, menulis, percob. apraksia, mimik, tes telunjuk-telunjuk, tes telunjuk-
hidung, tes romberg, tes tumit lutut, diadokokinesia(kemampuan untuk gerakan antagonis secara cepat
saat membuka dan menutup mata))
10. vegetatif (vasomotorik, sudomotorik, pilo-erektor, miksi, defekasi, potens dan libido)
12. tanda ransang radikuler (laseque : + jika fleksi kaki sebelum 70 derajat, cross laseque, lhermitte,
nafziger : menekan kedua vena jugularis)
13. gejala serebelar (vertigo, fenomena rebound, nistagmus, tremor, disatria, ataksia)
15. fungsi luhur ( kesadaran kualitatif, ingatan baru dan lama, orientasi (diri, tempat, waktu, situasi),
intelegensia, daya pertimbangan, reaksi emosi, afasia (ekspresif : broca, represif : wernicke), apraksia,
agnosia (hilangnya kemampuan mengenali benda), akalkulia (tidak bisa memproses matematika),
disorientasi kanan-kiri)
4. Diagnosis Fungsional
a. (Hemiparesis dextra + Paresis N9 (krn bicara pelo, apa di N9 bicara pelo yaitu disatria).
5. Diagnosis Anatomi
Tidak ada gangguan fungsi kortikal luhur seperti gangguan orientasi, berbahasa,
berhitung, dll(jika lesi di korteks) dan tidak terdapat ciri khas alternans (lesi di batang otak)
sehingga dapat disimpulkan lesi berada di subkorteks.
/
Jaras Motorik
a. Jaras kortikobulbar
Kortes presentralis (area 4, 6a-alfa, 6a-beta, 8) – substansia alba/corona radiata –
bagian posterior kapsula interna – central pedunculus cerebri – inti saraf kranialis
b. Jaras kortikospinal
Korteks presentralis (area 4, 6a-alfa, 6a-beta, 8) - substansia alba/corona
radiata – bagian posterior kapsula interna – central pedunculus cerebri – basis pontis
– basal medulla anterior: traktus pyramidalis – decussasio piramidum (80%
menyilang, 20% tidak)
Menyilang: jaras kortikospinal lateral
Tidak menyilang: jaras kortikospinal anterior
Pada kasus ini, kelemahan terjadi pada ekstremitas sebelah kanan. Ekstremitas menerima
persarafan dari hemisfer yang berlawanan sisi (ekstremitas kanan mendapat perintah dari
hemisfer kiri dan sebaliknya) karena sudah bersilangan di decussasio pyramid sehingga dapat
disimpulkan bahwa lesi berada di sebelah kiri. Jaras yang terkena adalah jaras motorik
kortikospinalis.
6. Diagnosis Etiologi : Trombus (alasan bisa karena usia tua utk Faktor risiko yg gabisa diubah, dan
nanti ditanya juga Faktor Risiko yg bisa diubah itu : HT DM Merokok Hiperkolesterol Penyakit
Jantung.
a. Diagnosis Etiologi Stroke
i. Iskemik
1. Trombus. FR: Aterosklerosis, hiperlipidemia, hipertensi, DM
2. Emboli. FR: Penyakit jantung
ii. Hemoragik
1. Intraserebral : banyakan krn hipertensi
2. Subaraknoid : krn Aneurisma
Terus tadi ada juga ditanya kalo Trombus usia tua atau muda, pokoknya wajib hapal beda Stroke Iskemik
dan Hemoragik dan Trombus Emboli. Ntr bisa otomatis dijawab.