Pasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
Berdasarkan pasal-pasa ini. Dokter di RS X tidak melakukan pertolongan yang
perlu, dan melakukan pembiaran pada pasien sehingga bias mengancam nyawa
pasien. Jika dokter tidak bisa menolong maka ia harus memastikan ada dokter lain
yang dapat menolong pasien tersebut
jika pasien tidak terima dokter dan RS melakukan pembiaran maka pasien dapat
melakukan pengaduan berdasarkan pasal 66 yaitu Pasal 66 (1) Setiap orang yang
mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. (2) Pengaduan
sekurang-kurangnya harus memuat : a. identitas pengadu; b. nama dan alamat
tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan; dan c.
alasan pengaduan. (3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan
tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian
perdata ke pengadilan
2. UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 2
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanuaiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan nondiskriminatil dan norma-norma agama.
Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional.
Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
3. UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Pasal 2 Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Pasal 11 (1) Prasarana Rumah Sakit
(2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
Pasal 32 Setiap pasien mempunyai hak: a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit; b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; c. memperoleh layanan yang manusiawi,
adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
Pasal 46 Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
Pasal 3 Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan; b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit
dan sumber daya manusia di rumah sakit;
Jika dokter tidak dating karena RS tidak menyediakan sarana perlindungan diri untuk keselamatan dokter
seperti APD dan sarana lainnya, maka dokter tidak dapat dipersalahkan namun RS harus bertanggung jawab
terhadap kejadian yang dialami pasien dalam kasus diatas
1. Pasal 351 KUHP
Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu
dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak mengkhawatirkan, bahwa ia
sendiri atau orang lain akan kena bahaya, dihukum kurungan selama-lamanya tiga
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,- Jika orang yang perlu ditolong
itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304s, 478, 525, 566.