Anda di halaman 1dari 11

Pembahasan

 Ditinjau dari Etika Kedokteran

 Pasal 1 Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


sumpah dan atau janji dokter.
 Pasal 2 Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan
professional secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam
ukuran yang tertinggi.
 Pasal 8 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,disertai
rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
 Pasal 11 Setiapdokter wajibsenantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi
hidup makhluk insani.
 Pasal 20
 Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.
 Pada kasus diatas dokter di RS X telah melakukan pelanggaran etik dimana dokter tidak
mematuhi KODEKI pasal 1, 2, 8, dan 11. Dokter mengabaikan sumpahnya yaitu: Saya
akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
 Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bersusila, sesuai dengan
martabat pekerjaan saya.
 Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
 Pada kasus diatas , saat pasien sangat membutuhkan pertolongan, dokter tidak datang ,
sehingga pasien melahirkan sendiri, dan saat pasien mengalami komplikasi yang dapat
menyebabkan pasien kehilangan nyawa dokter juga ttetap idak dating dengan alas an
pasien tersebut diduga covid karena hasil rapid test reaktif.
 Pasal 20 KODEKI memang menyebutkan Setiap dokter wajib selalu memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik. Tapi ini bukan berarti menjadi
pembenaran bagi seorang dokter untuk lari dari tanggung jawabnya menolong pasien, Saat
pandemic Covid 19 ini dokter wajib melindungi diri agar terhindar dari penularan saat
menolong pasien dengan menggunakan APD dan tindakan pencegahan penularan namun
bukan berarti boleh tidak melayani pasien dengan berlindung dibalik pasal 20 KODEKI
 Dari sudut pandang humaniora
 Dokter tidak saja harus kompeten dalam keilmuannya, tapi
juga memiliki perilaku yang manusiawi, memperlakukan
pasiennya seperti dirinya ingin diperlakukan. Dari sisi
kemanusiaan dokter di RS X yang tetap tidak datang ketika
pasiennya mengalami komplikasi pasca salin yaitu retensio
plasenta dan perdarahan postpartum maka dokter tidak
menunjukkan sikap belas kasih kepada pasiennya
 Dari sisi professional
 Bagian terpenting dari professionalism behavior dokter adalah
meletakkan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi atau
dokter. Dokter yang baik adalah seorang dokter yang tidak hanya
memiliki kemampuan intelektual yang baik, namun juga harus
memiliki komitmen kemanusiaan, komitmen terhadap pelayanan
masyarakat,dan memahami undang-undang yang berlaku, dan harus
memiliki etika
 Pada kasus diatas, dokter tidak menunjukkan sikap profesionalisme,
tidak dating sama sekali menolong pasien, membiarkan pasien
melahirkan sendiri ditolong oleh suami, dan tetap tidak dating saat
pasien mengalami komplikasi persalinan perdarahan karena retensio
plasenta
 Tinjauan hukum
 Berdasarkan hokum dan Undang-undang yang berlaku, ada banyak potensi pelanggaran
yang terjadi pada kasus diatas
 1. UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
 Pasal 2 Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai
ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan
keselamatan pasien.

 Pasal 51 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
 a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
 b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
 d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
 Berdasarkan pasal-pasa ini. Dokter di RS X tidak melakukan pertolongan yang
perlu, dan melakukan pembiaran pada pasien sehingga bias mengancam nyawa
pasien. Jika dokter tidak bisa menolong maka ia harus memastikan ada dokter lain
yang dapat menolong pasien tersebut
 jika pasien tidak terima dokter dan RS melakukan pembiaran maka pasien dapat
melakukan pengaduan berdasarkan pasal 66 yaitu Pasal 66 (1) Setiap orang yang
mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. (2) Pengaduan
sekurang-kurangnya harus memuat : a. identitas pengadu; b. nama dan alamat
tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan; dan c.
alasan pengaduan. (3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan
tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian
perdata ke pengadilan
 2. UU RI No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
 Pasal 2
 Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanuaiaan,
keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban,
keadilan, gender dan nondiskriminatil dan norma-norma agama.
 Pasal 24
 (1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional.

 Pasal 32
 (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.

 3. UU RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 Pasal 2 Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan
profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
 Pasal 11 (1) Prasarana Rumah Sakit
 (2) Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit
 Pasal 32 Setiap pasien mempunyai hak: a. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit; b. memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; c. memperoleh layanan yang manusiawi,
adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
 Pasal 46 Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.
 Pasal 3 Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan; b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit
dan sumber daya manusia di rumah sakit;
 Jika dokter tidak dating karena RS tidak menyediakan sarana perlindungan diri untuk keselamatan dokter
seperti APD dan sarana lainnya, maka dokter tidak dapat dipersalahkan namun RS harus bertanggung jawab
terhadap kejadian yang dialami pasien dalam kasus diatas
 1. Pasal 351 KUHP
 Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu
dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak mengkhawatirkan, bahwa ia
sendiri atau orang lain akan kena bahaya, dihukum kurungan selama-lamanya tiga
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,- Jika orang yang perlu ditolong
itu mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304s, 478, 525, 566.

 2. Pasal 304 KUHPidana


 yaitu mengancamkan pidana terhadap seseorang yang sengaja menempatkan atau
membiarkan seorang dalam keadaan sengsara, khususnya keadaan maut atau
sakit,
 Pelayanan Telemedicine (tele ekspertise)
 Ketika seorang dokter umum menemukan kasus yang sulit diselesaikan oleh dan
membutuhkan pelayanan spesialistik, sementara keadaan tidak memungkinkan
untuk dokter spesialis hadir, maka bisa dokter spesialis bisa memberikan
pendelegasian /instruksi kepada dokter umum melalui telemedicine dengan video
call (yang disebut tele ekspertise)

Anda mungkin juga menyukai