Anda di halaman 1dari 28

Lampiran 1

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No. Kegiatan volume satuan Unit cost jumlah


1. Penyusunan proposal 1 pkt Rp.150.000 Rp.150.000
penelitian
2. Revisi proposal penelitian 1 pkt Rp.30.000 Rp.30.000
3. Ijin penelitian 2 org Rp.15.000 Rp.30.000
4. Ijin Ethical Clearance 1 bh Rp.50.000 Rp.50.000
Pengadaan bahan habis
pakai
5. a. cetak lembar balik 2 bh Rp.30.000 Rp.60.000
b. cetak leaflet 10 lbr Rp.5.000 Rp.50.000
c. konsumsi pertemuan 15 ok Rp.5.000 Rp.75.000
6. Penyusunan laporan 1 pkt Rp.200.000 Rp.200.000
penelitian
7. Revisi laporan penelitian 1 pkt Rp.100.000 Rp.100.000
8. Biaya tidak terduga 1 pkt Rp.150.000 Rp.150.000
JUMLAH Rp.805.000
Lampiran 2
JADWAL PENELITIAN

NO KEGIATAN WAKTU
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal KTI
2 Seminar Proposal KTI
3 Revisi Proposal KTI
4 Perijinan Penelitian
5 Persiapan Penelitian
6 Pelaksanaan Penelitian
7 Pengolahan Hasil
8 Laporan KTI
9 Sidang KTI
10 Revisi Laporan KTI Akhir
Lampiran 3

PENJELASAN SEBELUM STUDI KASUS

1. Perkenalkan saya Purwandari mahasiswa yang berasal dari Program DIII

Keperawatan Poltekkes Yogyakarta dengan ini memnita anda untuk

berpartisipasi dengan sukarela dalam studi kasus saya yang berjudul

“Penerapan Pendidikan Kesehatan Tentang Kepatuhan Minum Obat Pada

Klien Risiko Perilaku Kekerasan Di Wilayah Kerja Puskesmas Godean 1”.

2. Tujuan studi kasus ini adalah untuk menerapkan pendidikan pada pasien

perilaku kekerasan dengan masalah utama kepatuhan minum obat di

wilayah kerja Puskesmas Godean I yang dapat memberikan manfaat yaitu

klien mampu minum obat secara patuh.

3. Studi kasus ini akan berlangsung selama 2 kali pertemuan dengan durasi ±

30 menit. Sampel studi kasus saya yaitu sebanyak dua pasien dengan

risiko perilaku kekerasan dan keluarganya.

4. Prosedur pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar

pengkajian keperawatan jiwa. Diberikan dalam 2 kali pertemuan selama

satu minggu. Setelah mendapatkan data pengkajian dari puskesmas,

kemudian dilanjutkan dengan validasi data pada klien dan keluarga.

Melakukan pengkajian untuk menilai pengetahuan klien dan keluarga

tentang kepatuhan minum obat. Pertemuan pertama klien dan keluarga

akan diberikan pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat

dengan media lembar balik selama 30 menit dengan materi terlampir, lalu

peneliti akan mengevaluasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga setelah


diberikan pendidikan kesehatan tentang minum obat dengan cara

memberikan pertanyaan sesuai materi yang telah disampaikan. Di akhir

sesi akan diberikan leaflet sesuai dengan materi yang telah disampaikan.

Apabila klien dan keluarga dapat menjelaskan dengan benar jawaban dari

peneliti maka dapat dikatakan bahwa klien dan keluarga sudah memahami

tentang kepatuhan obat. Pertemuan ke dua yaitu menilai sikap dan bentuk

dukungan keluarga pada klien. Akan diberikan beberapa pertanyaan oleh

peneliti. Cara ini mungkin membuat anda tidak nyaman karena akan

menghabiskan waktu anda. Namun anda tidak perlu khawatir karena studi

kasus ini berlangsung selama 30 menit untuk kepentingan pengembangan

asuhan dan pelayanan keperawatan.

5. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan pada studi kasus ini

adalah anda turut terlibat aktif dalam pengembangan asuhan atau tindakan

yang sudah diberikan.

6. Partisipasi anda bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan anda bisa

sewaktu- waktu mengundurkan diri dalam studi kasus ini.

7. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

akan tetap dirahasiakan. Bila ada hal yang belum jelas, anda dapat

menghubungi saya dengan nomor telepon 081391504045.

Pelaksana Studi Kasus

Purwandari
Lampiran 4

PERNYATAAN KESEDIAN MENJADI SUBYEK PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………………………………………….
Jenis kelamin :L/P
Umur............................................tahun
Setelah mendapat penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia dan mau
berpartisipasi menjadi subyek penelitian yang berjudul “Penerapan Pendidikan
Kesehatan Tentang Kepatuhan Minum Obat Pada Klien Risiko Perilaku
Kekerasan Di Wilayah Kerja Puskesmas Godean 1”.
Saya tidak mempunyai ikatan apa pun dengan penelitian tersebut apabila saya
mengundurkan diri, saya akan memberi tahu sebelumnya. Keikutsertaan saya
dalam penelitian ini tidak dibebani biaya perawatan, kenyamanan, dan
konsekuensi lain.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah : “Bersedia diberikan pendidikan kesehatan
tentang kepatuhan minum obat pada klien risiko perilaku kekerasan”
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
siapapun. Saya memahami keikutsertaan ini akan memberikan manfaat pada anak
saya dan akan terjaga kerahasiaannya.
Yogyakarta,……………………

Saksi, Yang membuat pernyataan


Perawat / Kader Klien / Keluarga

( ………………..……............) (.................................................)

Mengetahui,
Pelaksana

(………………………………………….)
\' ang bertai da tangan di baby ah ini :

Jenis kelainin
Uinur : .'.?*. tahun

SeteIah mendapat penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia dan mau
berpartisipasi menjadi sub yek penelitian yang berjudul “Penetapan Pendidikan
Kesehatan Tentang Kepatuhan Minum Obat Pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Godean I ”.
Saya tidak mempunyai ikatan apa pun dengan penelitian tersebut apabila saya
mengundurkan diri, saya akan memberi tahn sebelumnya. Keikutsertaan saya dalam
penelitian ini tidak dibebani biaya peraw atau, kenyamanan, dan konsekuensi lain.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah :
“Bersedia diberikan pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat pada
klien risiko perilaku kekerasan”

Demikian pemyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
.siâpapup. Saya memahami keikutsertaan ini akan memberikan manfaat pada
anak.saya dan.akan tejaga kerahasiaannya.

Saksi,
Yang membuat' pemyataan
Perawat / Kader
Klien / Keluarga ..- -
Setelah inc“12d:ipat peiijelasan, dcl4pan iiii saya
menyatakan bersedia dan inau
bcrpai tisiposi iiiciijadi subyck penelitian yang
berjudul “Penerapa n Pendidikan
Kcschatan "Fcntang Kepatuhaii Miriam Obat Pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan Di
W ilaytlh KGljil PUSkesinas Godemi 1”.
Saya tidak iueinpuliyai ikatan apa puli dengan penelitian
tersebut apabila saya
ivengultluikan diri, saya akan memberi tahu sebelumnya. Keikutsertaan saya dalam
peiiclitiall llll tidak dibebaiii biaya per awatan, kenyamaoan, dan konsekuensi lain.
Adapun bentuk kesediaan saya adalah :
“Bersedia diberikan pendidikan kesehatan tentang kepatuhan miriuin pbat
pada klien risiko perilaku kekerasan”

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
siapapuo. Saya memahmni keikutsertaan ini akan memberikan manfaat pada anak
saya dan akan terjaga kerahasiaannya.
Lampiran 5

FORMAT PENGKAJIAN

PENGKAJIAN PERILAKU KEKERASAN

Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia

1. Aniaya Fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

2. Aniaya Seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

4. Kekerasan Dalam Keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

5. Tindakan Kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

Beri tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pasien
6. Aktivitas Motorik

[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi

[ ]Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif

Beri tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pasien
7. Interaksi selama wawancara

[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung

[ ] Kontak mata kurang [ ] Defensif [ ] Curiga

Beri tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pasien

(Keliat, 2016)
Pengkajian kepatuhan obat

No. Tingkat ketidakpatuhan Ya Tidak


1 Lupa minum obat
2 Sengaja tidak minum obat karena kondisi memburuk
4 Lupa membawa obat saat sedang bepergian
5 Kemarin minum obat
6 Kadang tidak minum obat atau berhenti minum obat
karen
kondisi sudah membaik
7 Kurang nyaman dengan efek obat

No. Tingkat kelupaan klien Ya Tidak


1 tidak pernah lupa
2 hampir tidak pernah lupa
3 kadang lupa
4 Biasanya lupa
5 selalu lupa
(Karuniawati, 2016)
Lampiran 6

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENDIDIKAN KESEHATAN

Definisi Segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi keluarga


sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan yaitu
perubahan perilaku
Tujuan Perubahan perilaku pada keluarga
Kebijakan Pendidikan kesehatan dilakukan untuk merubah perilaku yang
tidak sehat menjadi Perilaku Yang sehat Sasarannya adalah
seluruh keluarga yang mengalami masalah kesehatan atau
beresiko terjadinya masalah kesehatan
Prosedur 1. Pastikan sasaran telah ditentukan
2. Identifikasi masalah kesehatan
3. Sampaikan salam (lihat SOP komunikasi terapiutik)
a. Persiapan alat
1) SAP (satuan acara penyuluhan)
2) Media pendidikan kesehatan (Leaflet, booklet, dan
sejenisnya)
b. Pendekatan pada sasaran keluarga dengan menjelaskan
tujuan dari pendidikan kesehatan dan waktu yang
dibutuhkan selama kegiatan
c. Menggali pemahaman sasaran materi yang akan
disampaikan
d. Menjelaskan tentang materi pendidikan kesehatan
kepada sasaran
e. Menggunakan cara diskusi atau demonstrasi
f. Menggunakan alat bantu bila diperlukan
g. Mengadakan evaluasi
h. Memberikan umpan balik
i. Menyusun perencanaan lanjutan
j. Mendokumentasikan kegiatan penyuluhan kesehatan
yang telah dilakukan
Pengendalian 1. Daftar hadir
pemantauan 2. Dokumentasi laporan pendidikan kesehatan
Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA
A. Tujuan
1. Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga mampu


mengetahui tentang kepatuhan minum obat pada pasien jiwa di rumah.

2. Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga diharapkan mampu:
a. menjelaskan tentang kepatuhan minum obat
b. Menyebutkan pengertian obat gangguan jiwa
c. Menyebutkan tujuan minum obat
d. Menyebutkan macam-macam obat
e. Menyebutkan efek terapi obat
f. Menyebutkan efek samping dari obat
g. Menyebutkan apa yang dimaksud dengan putus obat
h. Menyebutkan penyebab putus obat
i. Menyebutkan tanda dan gejala putus obat
j. Menyebutkan apa yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung
pengobatan
k. Menyebutkan cara minum obat 6 benar
B. Perencanaan Penyuluhan
1. Hari, tanggal : …… februari 2020
2. Waktu : selama 30 menit dalam 2 kali pertemuan
3. Tempat : rumah klien
Keterangan :
: klien
: penyuluh
: meja di rumah klien
: keluarga klien
4. Sasaran : Seluruh anggota keluarga dari dua klien dengan risiko
perilaku kekerasan
5. Metode : Ceramah, diskusi/ tanya jawab
6. Media : Leaflet dan lembar balik
7. Materi Penyuluhan: Terlampir
C. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan:
Menjawab salam
a. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
c. Menjelaskan topik dan tujuan Menjawab
dari penyuluhan pertanyaan yang
diajukan penyaji
2. 15 menit Pelaksanaan:
Menjelaskan materi tentang, Memperhatikan
a. Definisi kepatuhan minum obat
b. Pengertian obat gangguan jiwa
c. Tujuan minum obat
d. Macam-macam obat
e. Efek terapi obat
f. Definisi putus obat
g. Penyebab putus obat
h. Tanda dan gejala putus obat
i. Apa yang harus dilakukan Mengajukan
keluarga untuk mendukung pertanyaan
pengobatan
j. Cara minum obat 6 benar

Memberi kesempatan kepada


keluarga untuk bertanya kembali
jika kurang jelas.
3. 10 menit Evaluasi:
Melakukan evaluasi dengan Menjawab
memberikan pertanyaan. pertanyaan
4. 2 menit Terminasi :
Mendengarkan
a. Mengucapkan terimakasih atas
peran serta peserta. Menjawab salam
b. Mengucapkan salam penutup

D. Evaluasi
1. Evaluasi proses
a. Persiapan media yang akan digunakan (leaflet tentang kepatuhan
minum obat)
b. Persiapan tempat yang akan digunakan
c. Kontrak waktu
d. Persiapan SAP
2. Evaluasi proses
a. Selama penyuluhan klien memperhatikan penjelasan yang
disampaikan
b. Selama penyuluhan klien aktif bertanya tentang materi yang dijelaskan
3. Evaluasi hasil akhir
a. Aspek yang akan dievaluasi : Kognitif, psikomotor
b. Metode evaluasi : Tanya jawab
c. Instrumen evaluasi : Daftar pertanyaan
1) Dapat menyebutkan definisi kepatuhan minum obat
2) Dapat mengulangi kembali pengertian obat gangguan jiwa
3) Dapat menjelaskan tujuan minum obat
4) Dapat menyebutkan macam-macam obat
5) Dapat menyebutkan efek terapi obat
6) Dapat menyebutkan definisi putus obat
7) Dapat menyebutkan penyebab putus obat
8) Dapat menyebutkan tanda dan gejala putus obat
9) Dapat menyebutkan apa yang harus dilakukan keluarga untuk
mendukung pengobatan
10) Dapat menyebutkan cara minum obat 6 benar
11) Klien mampu minum obat secara teratur
12) Keluarga mampu memberikan dukungan pada klien
d. Siapa yang mengevaluasi : Fasilitator/pemberi materi
MATERI PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN JIWA DI RUMAH

A. Pengertian
Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk menyelesaikan menelan obat
sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai kategori yang
telah ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak tuntas jika
tidak tepat waktu (Herawati dkk, 2016).
Kepatuhan dalam pengobatan menurut merupakan tingkat ketaatan
pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokter atau orang lain yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang
ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter.
B. Pengertian Obat-obatan dalam Penyakit Jiwa
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya
digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan (Yusuf dkk, 2015).
C. Tujuan Minum Obat
Tujuan meminum obat gangguan jiwa adalah:
1. Mencegah kekambuhan penyakit
2. Menyembuhkan penyakit
3. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
4. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
5. Peningkatan kesehatan
6. Mengurangi rasa sakit
D. Macam-macam Obat Jiwa
Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan
antimanik (mood stabilizer) (Yusuf dkk, 2015).
1. Antipsikotik
Indikasi utama dari obat golongan ini adalah untuk penderita
gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik lainnya). Berefek mengurangi
delusi dan halusinasi tanpa efek sedative yang berlebihan.
Jenis obat-obatan antipsikotik:
a) Golongan fenotiazin. Obat antara lain : Chlorpromazine,
Levomepromazine, Trifluoperazin, Perfenazin, Flufenazin, Thioridazin
b) Golongan butirofenon . Obat antara lain : Haloperidol, Droperidol
c) Golongan thioxanten. Obat antara lain : Klorprotixen
d) Golonan dibenzoxasepin. Obat antara lain : Loksapin
e) Golongan difenilbutilpiperidin. Obat antara lain : Pimozide
f) Golongan benzamide. Obat antara lain : Sulpirid.
g) Golongan benzisoxazole. Obat antara lain : Risperidon
h) Golongan dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal). Obat antara lain :
Clozapin (Leponex)
Efek utama dari obat antipsikotik adalah untuk menurunkan gejala
psikotik seperti gangguan proses pikir (waham), gangguan persepsi
(halusinasi), aktivitas psikomotor yang berlebihan (agresivitas), dan juga
memiliki efek sedatif serta efek samping ekstrapiramidal. Timbulnya efek
samping sangat bervariasi dan bersifat individual. Efek sampingnya antara
lain :
a) Gangguan neurologik
1) Gejala ekstrapiramidal
i. Akatisia, seperti gelisah, tidak dapat duduk diam, jalan salah
duduk pun tak enak.
ii. Distonia akut, seperti kekakuan otot terutama otot lidah
(protusio lidah), tortikolis (otot leher tertarik ke satu sisi),
opistotonus (otot punggung tertarik ke belakang), dan
okulogirikrisis (mata seperti tertarik ke atas).
iii. Sindroma Parkinson/Parkinsonisme, seperti terdapat rigiditas
otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar, muka topeng,
hipersalivasi, disartria.
iv. Diskinesia tardif, seperti gerakan-gerakan involunter yang
berulang, biasanya timbul setelah pemakaian antipsikotik
jangka lama.
2) Sindroma neuroleptika maligna
Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris
tinggi, kejang-kejang, denyut nadi meningkat, keringat berlebihan,
dan penurunan kesadaran. Sering terjadi pada pemakaian
kombinasi antipsikotik golongan Butirofenon dengan garam
lithium.
Perlu diperhatikan pada penderita epilepsy yang mendapat obat
psikotik, terjadi penurunan ambang kejang.
b) Gangguan otonom
1) Hipotensi ortostatik/postural, seperti terjadi penurunan tekanan
darah pada perubahan posisi, misalnya dari keadaan berbaring
kemudian tiba-tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau
syok/kesadaran menurun.
c) Gangguan sistem gastrointestinal, seperti mulut kering, obstipasi,
hipersalivasi, dan diare.
d) Gangguan sistem urogenital, terjadi inkontinensia urine.
e) Gangguan pada mata, seperti kesulitan untuk berakomodasi,
penglihatan kabur, fotofobia karena terjadi mydriasis.
f) Gangguan pada hidung, seperti selaput lendir hidung akan mengalami
edema sehingga pasien mengeluh hidungnya mampet.
g) Gangguan hormonal
h) Gangguan hematologi
2. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat
mengurangi atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja
meningkatkan neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Klasifikasinya
antara lain sebagai berikut.
a) Golongan trisiklik. Obatnya antara lain : Imipramin (tofranil),
Amitriptilin (laroxyl), Clomipramin (anafranil)
b) Golongan tetrasiklik. Obatnya antara lain : Maprotilin (ludiomil)
c) Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI). Obatnya antara lain :
Rima/moclobemide (auroric)
d) Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI). Obatnya
antara lain : Setralin (zoloft), Paroxetine (seroxal), Fluoxetine (prozax)
Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri,
perlu dipertimbangkan penggunaan ECT sebagai pendamping pemberian
antidepresan. Efek samping yang sering terjadi setelah pemberian
antidepresan antara lain :
a) Gangguan pada sistem kardiovaskular.
1) Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
2) Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan maoi yang
klasik).
3) Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada
antidepresan golongan trisiklik).
b) Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
1) Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta
lain-lain.
3. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan yang
patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara umum,
obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi menimbulkan
toleransi/ketergantungan terutama pada golongan benzodiazepin.
Klasifikasinya adalah sebagai berikut.
a) Golongan benzodiazepine. Obatnya antara lain : Klordiazopoksid
(librium), Diazepam (valium), Bromazepam (lexotan), Lorazepam
(aktivan), Clobazam (frisium), Alprazolam (xanax) , Buspiron (buspar)
b) Golongan gliserol. Obatnya antara lain : Meprobamat (deparon)
c) Gelombang barbitrat. Obatnya antara lain : Fenobarbital (luminal)
Obat-obat golongan benzodiazepam paling banyak disalahgunakan
karena efek hipnotiknya. Obat-obat golongan ini tidak berefek fatal pada
overdosis kecuali apabila dipakai dalam kombinasi dengan antisiolitik
jenis lain atau dicampur alkohol. Efek samping yang sering dikeluhkan
adalah
a) Rasa mengantuk yang berat.
b) Sakit kepala.
c) Disartria.
d) Nafsu makan bertambah.
e) Ketergantungan.
f) Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-
kejang).
4. Antimaniak (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan
afektif bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk
mencegah kekambuhannya. Obat yang termasuk kelompok ini adalah
sebagai berikut.
a) Golongan garam lithium (teralith, priadel)
b) Karbamazepin (tegretol, temporol)
c) Asam valproate
Efek samping yang perlu diperhatikan antara lain :
a) Tremor halus
b) Vertigo dan rasa lelah
c) Diare dan muntah-muntah
d) Oliguria dan anuria
e) Konvulsi
f) Kesadaran menurun
g) Edema
h) Ataksia dan tremor kasar
Berbagai obat yang sering digunakan di rumah sakit jiwa adalah
a) Golongan butirofenon (haloperidol, serenace)
i. Efek : antipsikotik, sedasi psikomotor, mengontrol keseimbangan
psikis dan otomatik, menghambat gerakan-gerakan yang tidak
terkendali dan antiemetik.
ii. Efek samping : efek ekstrapiramidal, spasme otot, dan parkinson.
iii. Cara pemberian : per oral
b) Golongan fenotiazin (klorpromazin, stelazine)
i. Efek : penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan
antiemetik yang kuat.
ii. Cara pemberian: per oral
c) Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek
ekstrapiramidal. Cara pemberian: per oral.
E. Pengertian Putus Obat
Putus obat adalah penghentian penggunaan obat-obatan jiwa tanpa
persetujuan dokter yang memberi terapi dan dapat mengakibatkan pasien
kambuh kembali.
F. Penyebab Putus Obat
Penyebab seseorang (pasien) putus obat adalah:
1. Pasien merasa bosan
2. Keluarga kurang perhatian
3. Pasien merasa sudah sembuh
4. Takut ketergantungan
5. Takut efek samping obat
6. Kurang motivasi
7. Kurang pengawasan
8. Jarak rumah jauh dari rumah sakit
9. Kesulitan biaya
G. Tanda dan Gejala Putus Obat
Adapun tanda dan gejala jika pasien tidak meminum obatnya lagi adalah:
1. Mengamuk
2. Mudah marah
3. Sulit tidur
4. Cemas
5. Gelisah
6. Susah diatur
7. Tidak mau makan
8. Sering melamun
9. Kembali bicara sendiri
10. Kembali mendengar bisik-bisikan
11. Curiga Tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti sebelumnya
H. Apa Yang Harus Dilakukan Keluarga Untuk Mendukung Pengobatan
Yang harus dilakukan keluarga untuk mendukung pengobatan:
1. Harus ada anggota keluarga yang menjadi pengawas minum obat, jangan
biarkan pasien memegang sendiri obat tanpa pengawasan.
2. Pastikan pasien minum obat sesuai dosis dan jadwal.
3. Motivasi pasien untuk rutin kontrol ke fasilitas kesehatan.
4. Beri pasien kegiatan sesuai hobi.
5. Libatkan dalam aktivitas rumah tangga sesuai kemampuan klien
6. Jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu lama
7. Ciptakan suasana rumah yang tenang, aman, nyaman, dan harmonis.
I. Cara Minum Obat
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian/meminum obat,
diantaranya:
1. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya keluarga/pasien harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni: ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan
dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2. Tepat dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan
dosis harus diperhatikan. Dengan demikian, menghitung dosis benar untuk
diberikan kepada pasien/ diminum.
3. Tepat pasien
Orang yang akan diberikan hendaknya benar-benar pada pasien yang
diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor registrasi, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
4. Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang
fatal pada pasien. Untuk itu cara pemberiannya dengan melihat cara
pemberian atau jalur obat pada label yang ada dikemasan sebelum
pemberian kepada pasien.
5. Tepat waktu
Pemberian obat atau meminum obat harus sesuai dengan waktu yang
diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat
menimbulkan efek terapi dari obat.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, E. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Periode Kekambuhan


Penderita Gangguan Jiwa Yang Berkunjung Ke Poli Jiwa Rumah Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto. Jakarta: Program
Keperawatan FIK UMJ

Herawati, Karmila, Dhian, R.L. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Minum Obat Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarbaru. Banjarbaru: PSIK FK Unlam

Keliat, B.A. (2006). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC

Yusuf, A., Rizky, F., Hanik, E.N. (2015). Buku Ajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
KEPATLFAF hl?gh
BBAT

1. Tepat obat
Perhatikari keberiarari obat
2. Tepat do sis
be suai dwgan re Sep dari dokt er
3 . Tepat pa -ueri
dan proyarn
p erigobatan pada pa lien.
-1. Tepat jalur perriberian
melihat cara peinb erian atau jalur. obat
pa da lab el yang ada dikerna m
5. Tepat waktu
hams se wi dengan v.aktti yang dipro-
2. Antidepre dari. B erfimgsi untuk mugu- 4. Anttmaniak. Bergs untuk meu-
rangi atau mengtulangkan gejala depre sit.

Coritoh obatrrva yaitu Imipramin

obat meant daigari jadwal dan do-


are, rmiraah-rmxitak sedikit BAR dan
BAB

jiwa adalaiL mericegah kekarn-


bp myakit, mwiwnbuhkari

ahhh

pimis at

karnbuh kembali. Tanda dari. gjaJa ,


Lampiran 8.
LEMBAR EVALUASI PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
KEPATUHAN MINUM OBAT
a. Tingkat pengetahuan
Sesuai Belum Kurang
Jenis pertanyaan
sesuai sesuai
1. Dapat menjelaskan definisi kepatuhan
minum obat
2. Dapat menjelaskan tujuan minum obat
3. Dapat menyebutkan macam-macam
obat
4. Dapat menyebutkan efek terapi obat
5. Dapat menyebutkan penyebab putus
obat
6. Dapat menyebutkan bentuk dukungan
keluarga pada klien
7. Dapat menjelaskan cara minum obat 6
benar

b. Sikap
No. Tingkat ketidakpatuhan Ya Tidak
1 Lupa minum obat
2 Sengaja tidak minum obat karena kondisi memburuk
4 Lupa membawa obat saat sedang bepergian
5 Kemarin minum obat
6 Kadang tidak minum obat atau berhenti minum obat
karena kondisi sudah membaik
7 Kurang nyaman dengan efek obat

No. Tingkat kelupaan klien Ya Tidak


1 tidak pernah lupa
2 hampir tidak pernah lupa
3 kadang lupa
4 Biasanya lupa
5 selalu lupa
(Karuniawati, 2016)
c. Dukungan keluarga
Dilakukan
No. Bentuk dukungan keluarga
Ya Tidak
1. Mengingatkan klien untuk minum obat
2. Membantu menyiapkan obat
3. Memotivasi klien untuk rutin minum obat
4. Mengajak klien untuk rutin kontrol ke puskesmas
5. Memberikan pujian saat klien minum obat tepat
waktu
6. Mengajak klien untuk beraktivitas
7. Menciptakan suasana rumah yang nyaman
8. Mencukupi setiap kebutuhan klien
KOMI7E ETIK PENELITIAN KESEHATAN
ROLFIEKNIK KESEHATAXI KEMEJWIES YOGYAAARTA

Umoñ

Anda mungkin juga menyukai