Anda di halaman 1dari 13

TEORI NYERI DAN MODULASI

NYERI

NAMA : MAGFIRAH

KELAS : III.A/D.IV FISIOTERAPI

NIM : PO714241161024

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


PRODI D.IV JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2018/2019
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 3


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar belakang ................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
A. Definisi nyeri .................................................................................................................................... 5
B. Patofisiologi nyeri ............................................................................................................................. 5
C. Teori nyeri......................................................................................................................................... 6
D. Modulasi nyeri .................................................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 12
Kesimpulan ............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya lah
semata sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Teori nyeri dan modulasi
nyeri” ini dengan tepat waktu.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca. Akhir kata, saya berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 25 januari 2019

Penyusun

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.

Setiap inividu pasti pernah merasakan nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri
merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri dapat
diekspreikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku.

Proses terjadinya nyeri melibatkan beberapa organ pada system saraf manuisa
seperti: organ perifer sebagai sumber nyeri, serabut saraf sebagai lintasan penghantar
impuls atau rangsangan nyeri, medulla spinalis sebagai organ perantara antara organ
perifer dan otak, system saraf pusat (batang otak, thalamus, dan korteks serebri) sebagai
pusat sensorik.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi nyeri

Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Nyeri adalah
kata yang artinya bernada negatif karena menumbulkan perasaan dan reakvi yang kurang
menyenangkan. Walaupun demikian, kita semua menyadari bahwa rasa sakit kerap kali
berguna antara lain sebagai tanda bahaya, tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik pada
tubuh manusia.

Menurut Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensorik subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan actual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjdinya kerusakan.

Prsoses terjadinya nyeri melibatkan beberapa organ pada sistem saraf manusia,
seperti :

a. Organ perifer sebagai sumber nyeri


b. Serabut saraf sebagai lintasan penghantar impuls atau rangsangan nyeri
c. Medulla spinalis sebagai organ perantara antara organ perifer dan otak
d. Sistem saraf pusat (batang otak, thalamus, dan korteks serebri) sebagai pusat
sensorik.

B. Patofisiologi nyeri
Nyeri diawali dgn kerusakan jaringan (tissue damage), dimna jaringan tbh yg
cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters), (histamine dan
bradykinin) sbg vasodilator yg kuat -> edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi
pelepasan prostaglandin.

5
Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, ->
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor
dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia
gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord -> ke otak melalui spinothalamic tracts ->
thalamus dan pusat-pusat yg lbh tinggitermsk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri -> individu
mulaimenyadari nyeri.
Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin, norepinephrine
& gamma aminobutyric acid -> menghalangi /menghambat transmisi nyeri & membantu
menimbulkan keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.

C. Teori nyeri
Teori Nyeri ada 4 teori yang berusaha menjelaskan bagaiman nyeri itu timbul dan
terasa, yaitu :

1. Teori spesifik ( Teori Pemisahan), teori yang mengemukakan bahwa reseptor


dikhususkan untuk menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya
dihantarkan melalui serabut A delta dan serabut C di perifer dan traktus
spinothalamikus di medullaspinalis menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini
tidak mengemukakan komponen psikologis.. Menurut teori ini rangsangan sakit
masuk ke medula spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di
daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median
ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut
diteruskan.

2. Teori pola (pattern), teori ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri
adalah pola informasisensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu
stimulus timbul pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola
aksi potensial tertentu. Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke

6
medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu
respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta
kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan
nyeri. Persepsi dipengaruhi olch modalitas respons dari reaksi sel.tu. Pola aksi
potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa sentuhan.
3. Teori kontrol gerbang (gate control), pada teori ini bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.
Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup
pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu
keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak
mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C
melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme
pertahanan. Selain itu, terdapatmekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal,
yang lebih cepat yang melepaskan neuro transmiter penghambat. Apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup
mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat
seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang
dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor,apabila masukan yang dominan
berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan
tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang
memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti
endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari
tubuh.Neuromedulatorini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat
pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo
merupakan upaya untuk melepaskan endorfin· Dikemukanan oleh Melzack dan
wall pada tahun 1965· Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf
pusat.·Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada
bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu

7
gerbang (gating Mechanism), mekanismegate control ini dapat memodifikasi dan
merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan
menimbulkan nyeri. Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan
impuls akan di blok ketika pintu gerbang tertutup·Menutupnya pintu gerbang
merupakan dasar terapi mengatasi nyeri·Berdasarkan teori ini perawat bisa
menggunakannya untuk memanage nyeripasien Neuromodulator bisa menutup
pintu gerbang dengan cara menghambat pembentukan substansi P. Menurut teori
ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.

4. Teori Transmisi dan Inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai


transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif
oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh impuls-impuls pada scrabut-serabut besar yang memblok impuls-
impuls pada serabut lamban dan endogcn opiate sistem supresif.

D. Modulasi nyeri
Modulasi nyeri adalah perubahan suatu rangsangan pada level medulla spinalis.
Modulasi pada umumnya menekan suatu rangsang kuat ( meng-inhibisi menjadi lemah,
tapi dapat juga meningkatkan suatu rangsang lemah menjadi kuat. Nyeri merupakan
gejala yang mendorong seseorang mencari pertolongan pelayanan kesehatan termasuk
fisioterapis. Untuk itu, fisioterapis perlu memahami mekanisme bagaimana nyeri tersebut
dihilangkan atau dikurangi, dengan kata lain bagaimana memodulasi nyeri.
Ada beberapa tingkat dalam susunan aferen dimana nyeri dapat dimodulasi:
a. Pada reseptor tingkat ini, sasaran modulasi pada reseptor di perifer. Modulasi
diperoleh dengan :
 Menurunkan eksitabilitas reseptor (misalnya dengan pendinginan).
 Menghilangkan faktor perangsang reseptor, misalnya dengan
memperlancar proses pembuangan melalui peredaran darah.
 Menurunkan tingkat aktivitas gamma-neuron, misalnya dengan
pemanasan

8
b. Tingkat spinal, pada tingkat ini, sasaran modulasi pada subtansia gelatinosa
dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulus nyeri.
Berdasarkan tori kontrol gerbang oleh Melzak dan Wall, maka untuk dapat
menghilangkan atau mengurangi nyeri, SG harus diaktifkan sehingga gerbagn
menutup. Untuk dapat menutup gerbang tersebut, perlu ada stimulasi terhadap
serabut berdiameter besar (A-beta) dengan rangsang non-reciceptive, misalnya
dengan:
 TENS
 Manipulasi yang lembut
c. Tingkat supraspinal, pada tingkat ini kontrol nyeri yang dilakukan oleh peri
aquaductal gray matter (PAG) di mid brain. PAG mengirim stimulus ke
nucleus raphe magnus (NRM) yang selanjutnya ke tanduk belakang medulla
spinalis (PHC). NRM akan menghambat afferen A-delta. Selain itu NRM juga
juga memacu timbulnya serotonin. PAG memodulasi nyeri melalui produksi
endorphin di PHC dengan perantaraan NRM. Melalui locus ceruleus (LC) dan
medial lateral pada brachial nucleus. PAG juga memodulasi nyeri dengan
enkephalin di PHC. Mayer dan Price menemukan bahwa Low frequency high
voltage TENS menghasilkan endorphin (endogenous morphine like substance,
identik dengan opium). Dengan uraian tersebut, maka modulasi nyeri pada
tingkat supraspinal ada 2 kemungkinan mekanisme yang terlibat, yaitu jalur
endorphine dan jalur serotonin.
d. Tingkat sentral, pada tingkat sentral ini, komponen kognitif dan psikologik
berperan di dalam memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seseorang
terhadap nyeri dan emosi yang mengendalikan seseorang tentara yang sedang
berperang tidak nerasakan nyeri yang hebat meskipun menderita luka berat.
Hal ini menunjukkan bahwa nyeri meliputi dua aspek yaitu aspek sensoris dan
psikologis. Dengan demikian susunan saraf pusat juga berperan dalam
memodulasi nyeri.
Strategi, terapi tentu berdasarkan pengenalan akan patogenesis dari rasa
sakit tadi, misalnya apabila rasa sakit akibat inflammasi atau trauma, maka
pemberian terapi dengan tujuan mengurangi inflammasi dan mengurangi nyeri

9
bisa dikatakan sangat tepat, misalnya degan TENS, Interferensi dan SWD
pulsa.
Tetapi tentu kita juga akan mengurangi hipertonus otot-otot di lokasi
tersebut. Pengobatan untuk megurangi rangsangan (excitation) pada
interneuronal pool atau pada motor neuron itu sendiri akan menurunkan
aktivitas dari motor neuron tersebut sehingga ketegangan otot (muscle
tension) juga ikut mengendor.
Metode terapi ini akan lebih tepat menggunakan stimulasi listrik dengan
arus listrik frekuensi menengan atau frekuensi. tinggi, misalnya interferensi,
SWD dan sebagainya. Cara untuk menurunkan rangsangan ini dapat diperoleh
dengan:
 Meghambat impulse serabut afferent pembawa nyeri (nociceptive)
atau serabut afferent tipe III b / IV (A delta. dan C) melalui serabut
afferent tipe II/III a. Metode ini dapat dilakukan dengan, menggunakan
arus interferensi atau diadinamik dengan teknik aplikasi lokal,
regional, segmental ataupun trigger point. (Modulasi Spinal)
 Mengaktifkan sistem neuron penghambat (inhibitory neuronal sistem)
supraspinal turun ke sel-sel sensoris (dorsal horn) medulla spinalis
interneuronal pool di medulla spinalis. Metode ini dikenal dengan teori
“Gate Control”. (Modulasi Spinal).
 Mengaktifkan sistem neurovegetatif. Metode ini dapat menggunakan
stimulasi elektris dengan arus frekuensi rendah misal arus 2-5 dan
frekuensi menengah (arus interfernsi)). Pada prinsipnya akan
merangsang nociceptive untuk pembebasan substance P yang
bermanfaat sebagai vasodilatator pembuluh darah perifer sehingga
akan terjadi perbaikan sistem vaskularisasi. Sedangkan untuk
merangsang nociceptor dapat menggunakan energi mekanik atau
energi elektrik yang dihasilkan oleh US atau arus listrik dengan pulsa
yang progresif (arus 2-5, arus interferensi). Metode aplikasinya dapat
dilakukan secara kombinasi antara inferensi dengan ultrasonik guna
mencari titik peka rangsang yang kurang bisa dideteksi dengan arus

10
frekuensi rendah atau arus listrik frekuensi menengah saja. Adapun
titik peka rangsang dapat ditemukan di sepanjang vertebra yang
dikenal dengan istilah “trigger point”. Kualitas trigger point dapat
berupa allodynia, hyperaesthesia dan hyperalgesia. Aplikasi aktivasi
neurovegetative dapat dilakukan dengan metode segmental somasis
maupun metode segmental sympatis. (Modulasi Supra Spinal).
 Memperbaiki proses peradangan (Modulasi Perifer/Receptor)
 Pada dasarnya setiap peradangan akan terjadi kerusakan jaringan
collagen, sehingga untuk memperbaiki regenerasi jaringan collagen
perlu mengetahui fase penyembuhan cedera/lesi jaringan lunak, yang
meliputi:
a. Fase kerusakan jaringan.
b. Fase perdarahan.
c. Fase peradangan
d. Fase regenerasi
e. Fase prolferasi, produksi, remondelling sembuh
Penggunaan arus frekuensi tinggi (US, SWD) sangat membantu
pada setiap fasem proses stimulasi termal-altermal secara lokal,
regional maupun segmental Selain itu pada penggunaan US dan
atau SWD, kita harus selalu memperhatikan aktualitas dan suatu
kondisi. Pada aplikasi elektroterapi, perlu memahami minimal 3
(tiga) aspek yaitu :
Aspek teknis yang berliubungan dengan fisika dasar
dari alat elektrbterapi yang digunakan. Aspek
spesifikasi jaringan yang hendak diterapi, untuk
menentukan indikasi dan kontra indikasi serta dosis
penatalaksanaan terapi.
Aspek pathogenesis dari suatu lesi atau kelainan yang
bertujuan untuk menentukan dosis terapi.

11
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Menurut Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensorik subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan actual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjdinya kerusakan.
Terdapat beberapa teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiseptor dapat
menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan
bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan.
(Hartwig & Wilson, 2005)

12
DAFTAR PUSTAKA

http://smartnbe.blogspot.com/2009/04/teori-nyeri.html?m=1
https://physioterapy.wordpress.com/

http://fitrimaysuroh.blogspot.com/2016/07/makalah-nyeri-lengkap.html

13

Anda mungkin juga menyukai