Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. K DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MYALGIA DI PUSKESMAS DUPAK
SURABAYA

Disusun Oleh :
Nama : Indri Utami Ridwan
NIM : 2019.01.010
Prodi : S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH


SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur atas kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat, taufik
serta hidayahnya, sehingga penulis dapat diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan
Diagnosa Myalgia dengan Masalah Keperawatan nyeri akut di Puskesms
Dupak Surabaya”.
Tujuan dari penulisan laporan Asuhan Keperawatan ini adalah
untuk memenuhi tugas lab klinik pada Prodi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya. Dalam penyusunan
asuhan keperawatan ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Lina Mahayati S.Kep,Ns,.M.Kep.,Sp.An sebagai ketua
STIKES William Booth Surabaya
2. Ibu Nisa S.Kep.,Ns selaku pembimbing di Puskesmas Dupak
Surabaya
3. Teman-teman S1 keperawatan STIKES William Booth Surabaya
Tingkat 3 dan
4. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam
pembuatan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.

Saya menyadari atas ketidaksempurnaan makalah Asuhan


Keperawatan ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi
saya apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar
tugas makalah Asuhan Keperawatan selanjutnya dapat lebih baik dan
sempurna. Demikian akhir kata dari saya semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 21 juli 2022


Indri utami Ridwan
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Surat Permohonan Kasus
Lembar Pengesahan
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Myalgia
2.1.1 Definisi Myalgia
2.1.2 Klasifikasi
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Manifestasi Klinis
2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
2.1.7 Penatalaksanaan
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosa
2.2.3 Intervensi
2.2.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa
4.3 Intervensi
4.4 Implementasi
4.5 Evaluasi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
5.1.2 Diagnosa
5.1.3 Intervensi
5.1.4 Implementasi
5.1.5 Evaluasi
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
5.2.2 Bagi Klien
5.2.3 Bagi Keluarga
5.2.4 Bagi Mahasiswa
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Myalgia merupakan nyeri otot yang bersangkutan dengan
ketegangan akibat penggunaan otot yang berlebihan. Namun kondisi ini
bisa terjadi karena cedera aktivitas fisik yang cukup berat atau ekstrem dan
mendadak (Tanti, 2021) Myalgia dapat dikatakan sebagai nyeri pada otot,
kaku ataupun rasa kram atau juga nyeri otot dan dapat terjadi kram di kaki
di malam hari atau siang hari. Kelemahan otot juga dapat terjadi tanpa rasa
ketidaknyamanan dan dapat dilihat pada penderita ketika beraktifitas.
(Sumardiyono dkk , 2017).
Myalgia gangguan nyeri otot termasuk keluhan yang sangat
cukup sering diderita seorang individu. Myalgia atau disebut nyeri otot
merupakan gejala dari berbagai penyakit dari gangguan tubuh salah
satunya myalgia. Penyebab umum myalgia yaitu gangguan otot yang salah
atau otot yang terlalu tegang. Pemakaian otot yang berlebih atau overuse
dapat mengakibatkan otot-otot yang digunakan mengalami kekurangan
oksigen, sehingga menyebabkan suatu proses oksidasi anaerob yang dapat
menghasilkan asam laktat. Asam laktat yang dapat menimbulkan rasa
pegal maupun nyeri. Myalgia dapat dialami dengan waktu singkat,
misalnya otot kram, atau berlanjut sampai berhari-hari, berbulan-bulan
atau bertahun-tahun akan mengganggu klien yang mengalami myalgia
karena intensitas cukup berfluktuasi (Sumardiyono dkk, 2017).
Penyakit ini cukup aman dan tidak mengancam aktivitas hidup
penderita namun bila timbul terlalu sering dapat menyebabkan penderita
myalgia frustasi karena bisa menghambat dalam hal bekerja atau aktifitas
harian lainnya yang ada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup
penderita. Pada penderita myalgia terkadang mengkonsumsi obat
penghilang rasa sakit untuk waktu yang lama. Hal ini beresiko efek
samping obat jika dikonsumsi berlebihan atau tidak sesuai anjuran dokter,
dapat menyebabkan hambatan pembentukan sel darah merah, terjadi sakit
maag (Gastritis), ataupun kropos tulang (Sumardiyono dkk , 2017).
Meskipun kejadian myalgia di Indonesia yaitu salah satu masalah
kesehatan yang sering dialami masyarakat indonesia, angka kesakitan
penduduk yang didapat oleh Departemen Republik Indonesia, angka
kejadian mylgia di Indonesia 66,6% dan di Jawa Barat yang mengalami
mylgia yaitu 66,5% sedangkat di kabupaten cianjur 1,23%
(Lapora_Nasional_RK D2018) dan (Puskesmas Cugenang, 2021).
Tingkat kejadian nyeri yang dialami oleh penderita myalgia
cukup tinggi prevalensinya, maka membutuhkan terapi untuk mengatasi
nyeri myalgia. Dalam penatalaksanaan nyeri ada berbagai macam terapi
yang bisadiberikan yaitu seperti : Terapi Farmakologi : opioid, obat
antiimflamasi non-steroid (NSAID), paracetamol, analgesik epidural,
antiepresen, dan kortikosteroi. Terapi Contract Relax Sretching, Terapi
Pedal Exserise Under Copression, Terapi Imfra Merah, Terapi
Horticultural, Mind Body Therapy, Terapi Pijat, Terapi Acupunture,
Terapi Kompres, Terapi Herbal Compress Ball (Sumardiyono dkk, 2017).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja pengkajian dari masalah keperawatan nyeri pada Ny. K?
2. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.K?
3. Apa saja intervensi dari masalah keperawatan nyeri pada Ny. K?
4. Apa saja implementasi dari masalah keperawatan nyeri pada Ny.K?
5. Bagaimana evaluasi yang didapat setelah melakukan tindakan
keperawatan nyeri pada Ny. K?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
nyeri.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian masalah keperawatan pada Ny.K yang
mengalami nyeri.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada Ny. K dengan
masalah keperawatan nyeri.
3. Mampu merencanakan intervensi apa saja yang dilakukan untuk masalah
keperawatan pada Ny. K dengan nyeri
4. Mampu melakukan implementasi untuk masalah keperawatan pada Ny. K
dengan nyeri
5. Mampu melakukan evaluasi masalah keperawatan pada Ny. K dengan
nyeri
6. Mampu melakukan implementasi untuk masalah keperawatan pada Ny. K
dengan nyeri
7. Mampu melakukan evaluasi masalah keperawatan pada Ny. K dengan
nyeri
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Myalgia


2.1.1. Definisi Myalgia
Myalgia atau sering disebut nyeri otot adalah nyeri otot yang
terjadi karena kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus menerus dan
statik akan mengakhibatkan otot menjadi spasme ataupun meradang.
Ketika otot meradang, bengkak atau kaku karena kelelahan, ruang antara
kulit dan otot tertekan, sehingga terjadi penyempitan pada aliran pada
aliran kelenjar limpatik. Tekanan juga berpengaruh pada reseptor nyeri
dibawah kulit, yang pada selanjutnya memberi sinyal ketidaknyamanan ke
otak sehingga mengalami rasa sakit (Kase, 2017).
Myalgia Atau biasa kita kenal dengan sebutan nyeri otot, atau atau
pun kram otot, terjadi akibat pemakaian obat yang berlebihan. pemakaian
obat yang berlebihan ini mengakibatkan otot-otot yang digunakan
mengalami kekurangan oksigen, sehingga terjadi suatu proses oksidasi
anaerob yang akan menghasilkan asam laktat. asam laktat inilah yang
akan menimbulkan rasa pegal atau nyeri (Muttaqin, 2018).
Myalgia dapat dikatakan Sebagai sakit pada otot Kaku atau terasa
nyeri otot dan dapat terjadi kram di kaki di malam hari. kelemahan otot
juga dapat terjadi tanpa rasa ketidak kelemahan otot juga dapat terjadi
tanpa rasa ketidaknyamanan dan dapat dilihat pada penderita ketika tidak
mampu membuka tutup botol, kesulitan menjentikkan jari atau kesulitan
berdiri dari duduk di kursi. (Tomaszewski, 2017). Sebagian penderita
milk Iya terkadang mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri untuk waktu
yang lama. hal ini beresiko efek samping obat jika dikonsumsi berlebihan
atau tidak menurut anjuran dokter, dapat menyebabkan an-naba Tan
pembentukan sel darah merah, terjadi sakit maag, ataupun keropos tulang
(Sumardiyono , dkk, 2017)

2.1.2. Klasifikasi
Beberapa nyeri otot yang kerap terjadi antara lain:
1. Fibromyalgia sering disebut dengan rematik otot ialah suatu
penyakit yang ditandai dengan nyeri otot yang luas, yang biasa
terjadi pada daerah tengkuk, punggung dan pinggang. Biasanya
nyeri dirasakan pada area tersebut ada sekitar 11 – 18 titik atau
sering disebut sebagai tender poin, dimana titik tersebut akan terasa
sangat nyeri bila ditekan namun tidak menjalar. Pada fibromyalgia,
penderita biasanya merasakan keluhan lebig dari 3 bulan yang
disertai adanya gejala gangguan tidur dan kekakuan pada pagi hari.
Sifat nyeri berupa pegal, panas, rasa nyeri seperti terbakar, dapat
disertai rasa kesemutan dan baal (kebas). Penyebab penyakit ini
masih belum diketahui dengan pasti, tetapi disinyalir berhubungan
dengan proses hormonal, sistem kekebalan tubuh dan faktor
ketegangan jiwa. Walaupun tidak menyebabkan kematian, penyakit
ini penyebab penurunan fungsi yang cukup serius dan
menyebabkan penurunan kualitas hidup (Kissel, 2017).
2. Myofascial Poin
Myofascial Poin adalah suatu penyakit yang mirip fibromyalgia,
tetapi perbedaannya terletak pada myofascial poin ditemukan titik
nyeri yang lebih sedikit, dan jika ditekan timbul rasa nyeri yang
menjalar ke area tubuh lain. Penyakit ini lebih mudah disembuhkan
dengan penanganan yang tepat dibandingkan fibromyalgia.
Penyebab penyakit ini terutama disebabkan kesalahan postur atau
posisi tubuh dalam waktu lama dan ketegangan emosi (Kissel,
2017).
3. Post exercise muscle soreness
Post exercise muscle soreness adalah suatu keluhan yang terjadi
sesudah melakukan olahraga. Nyeri timbul pada otot yang banyak
melakukan aktivitas saat olahraga, dapat timbul langsung pasca
olahraga atau timbul 8-24 jam kemudian yang mencapai puncak
nyeri pada 24-72 jam pasca olahraga. Nyeri otot yang timbul
beberapa jam sampai beberapa hari pasca olahraga tersebut disebut
delayed onset muscle soreness (DOMS). Penyebab nyeri ini antara
lain penumpukan sisa pembakaran atau metabolisme otot yang
disebut asam laktat, kekurangan oksigen pada otot yang aktif, serta
pengaruh suhu tubuh yang meningkat pada saat olahraga. Biasanya
nyeri akan hilang dengan sendirinya setelah 5-7 hari. Jika timbul
nyeri tersebut sebaiknya beristirahat dahulu selama beberapa hari.
Setelah nyeri hilang dapat mulai melakukan olahraga dengan
intensitas ringan dahulu untuk kemudian ditingkatkan secara
bertahap. Perlu diingat untuk selalu melakukan latihan peregangan
dan pemanasan sebelum serta sesudah olahraga untuk mencegah
terjadinya cedera otot (Kissel, 2017).
2.1.3. Etiologi
Secara umum myalgia (nyeri otot) dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Overuse (Berlebihan) Myalgia (nyeri otot) disebabkan oleh kerusakan
mikro yang terjadi dalam sel-sel otot itu sendiri. Hal ini terjadi ketika
melakukan beberapa aktivitas dimana otot sebelumnya jarang digunakan
tiba-tiba harus melakukan kerja yang jauh lebih berat daripada biasanya
(Douglas, 2017).
2. Injury (Cedera) Myalgia(nyeri otot) disebabkan oleh ganguan
ultrastuktural dari myoflaments, terutama karena kerusakan jaringan ikat
otot itu sendiri. Biopsi otot yang diambil sehari setelah latihan keras sering
menunjukkan perdarahan dari filamen yang mengikat serat otot tersebut.
Rasa sakit kemudian dianggap sebagian besar karena kerusakan pada
jaringan ikat, yang pada gilirannya meningkatkan sensitivitas nociceptora
otot tersebut (reseptor nyeri), hal ini kemudian menyebabkan rasa sakit
pada saat otot-otot tersebut sedang digunakan. Ujung 7 saraf nociceptora
pada otot dan jaringan lain dilengkapi dengan banyak reseptor endogen
nyeri. Salah satunya adalah purinergic reseptor yang diaktivasi oleh
adenosin tripospat (ATP) dan vaniloid reseptor yang sensitif terhadap
penurunan pH. Reseptor purinergik di aktivitasi oleh kerusakan jaringan
yang disebabkan nekrosis sel yang diikuti pelepasan ATP. pH yang rendah
terdapat pada banyak kondisi patologis seperti iskemia dan inflamasi. Pada
level modull ar dan spiral lesi pada nyeri otot merangsang perubahan
neuroplastik yang menghasilkan hyprexcicitability dan hiperaktivitas
neuronn nociceptive.Keadaan tersebut menyebabkan nyeri spontan dan
hiperalgensia pada pasien. Transmisi dari myalgia akut menjadi kronis
ketika terjadi perubahan fungsional dan stuktural. Pasien dengan
perubahan morfologi dari sistem norciceptive sulit disembuhkan karena
dibutuhkan waktu (Mayo Clinic, 2017).
3. Myalgia akibat penyakit autoimun
Penyakit autoimun seperti rheumatoid arthitis dan lupus merupakan
kondisi dimana sistem imun menyerang jaringan/ organ tubuh. Selain
myalgia, penyakit autoimun umumnya juga disertai gejala berupa nyeri
tekan pada otot, kehilangan massa otot dan ruam yang tidak kembali ke
keadaan normal (Sambrook,2017).
4. Defisiensi Vitamin D
Myalgia dapat juga disebabkan oleh diet dan gaya hidup yang tidak sehat.
Vitamin memainkan peran penting dalam kesehatan. Vitamin D yang
secara alami dapat diperoleh dalam jumlah melimpah dengan berjemur di
sinar matahari pagi, turut berperan dalam membantu absorbsi kalsium.
Defisiensi vitamin D sering ditemui pada kelompok masyarakat yang
sebagian besar melakukan aktivitas didalam ruangan. Vitamin B12
berperan dalam produksi sel darah merah, perkembangan saraf dan
metabolisme karbohidrat, lemak serta protein. Vitamin ini banyak
ditemukan pada daging, ikan dan produk susu. Keuntungan vitamin tidak
hanya dapat menimbulkan terjadinya myalgia, namun juga mengarah
kepada gangguan kesehatan yang lebih serius (Sambrook,2017).
5. Obat-Obat yang Menginduksi Myalgia
Kelompok obat tertentu seperti statin (penurun kadar kolesterol) memiliki
efek samping berupa myalgia(nyeri otot). Hal ini khususnya terjadi ketika
pasien mulai mengkonsumsi obat tersebut atau ketika dosisnya mulai
dinaikkan. Pada beberapa kasus myalgia(nyeri otot) yang terjadi sedang
mengkonsumsi obat ini dapat juga menunjukkan bahwa otot-otot sedang
mengalami kehancuran, suatu situasi yang dapat mengarah kepada gagal
ginjal dan bahkan mengancam nyawa (Smithson, 2009). Selain
Zidovudine, Lithium, Vincristine, Cimetidin, Siklosporin juga
menyebabkan myalgia pada seluruh tubuh (Sambrook, 2017).

2.1.4. Manifestasi klinis


Menurut (Novita, 2018) Gejala klinis yang ditemukan pada myalgia
diantaranya adalah:
1. Nyeri sendi
2. Kekakuan
3. Kelelahan
4. Gejala neurologis seperti: mati rasa, gangguan penglihatan,
telinga berdenging.
2.1.5. Patofisiologi
Gejala umum myalgia(nyeri otot) ini disamping rasa sakit adalah
pembengkakan pada otot. Setelah latihan yang menyebabkan nyeri yang
sangat parah, otot tampak lebih besar dari sebelumnya. Hal ini terjadi
bukan massa otot yang meningkat, tetapi lebih karena otot mengalami
peradangan sebagai respon terhadap kerusakan mikroskopis pada otot
(Mayo Clinic, 2017). Proses terjadinya myalgia merupakan peranan asam
laktat pada otot. Asam laktat berperan penting dalam proses terjadinya
myalgia hal ini disebabkan karena tubuh dapat mengubah glikogen
menjadi energi tanpa adanya oksigen, ini merupakan proses hemeostatis
yang dilakukan tubuh saat kekurangan oksigen seperti aerobik normal
yaitu proses dimana tubuh menggunakan glikogen sebagai cadangan
energi ketika tidak ada asupan nutrisi dari luar yang masuk kedalam
Tubuh. Dengan mengubahnya menjadi asam laktat dan bukannya ATP
pada keadaan adanya oksigen, ketika tidak ada oksigen yang cukup akan
memungkinkan proses glikolisis untuk berlangsung selama waktu tertentu.
Setelah tubuh memiliki cukup cadangan oksigen, glikogen dapat kembali
dikonvensi ke ATP dan asam laktat dapat dikonvensi kembali menjadi
glukosa oleh hati dan jaringan lain yang selanjutnya dapat digunakan,
sehingga membuat pengguanaan glikogen jauh lebih efisien ketika tubuh
kekurangan sejumlah oksigen untuk metabolisme dalam sel (Dewanto,
2017).
WOC
WOC MYALGIA

Sumber : (Ilham (2020)


2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik
yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida : mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon
inflamasi, produk - produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP
dan leukosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle
Aspiration atau artroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi
yang normal.

2.1.7. Penatalaksanaan
1. Non-Farmakologis
Jika merupakan suatu gejala penyakit, pengobatan
utama ditujukan pada penyakit tersebut. 2. Meningkatkan
aliran darah atau suhu dalam otot membantu untuk mengurangi
akumulasi zat metabolik yang merugikan. Dapat dilakukan
dengan melakukan olahraga ringan, fisioterapi dan terapi
akupuntur. 3. Dapat beristirahat dan mengurangi aktivitas yang
memicu timbulnya nyeri. Hal ini dilakukan agar otot yang
cedera dapat mengalami pemulihan selama istirahat.
2. Farmakologis
Terapi pada penyakit myalgia adalah menggunakan
obat analgesik opium dan NSAID karena mempunyai
efektifitas yang relatif untuk meredakan nyeri dan Vitamin
untuk membantu melancarkan peredaran darah dan mengatasi
myalgia yang diakhibatkan oleh kekurangan vitamin.
3. Analgesik
a. Paracetamol Farmakodinamik: paracetamol digunakan sebagai
analgesik dan antipiretik. Paracetamol mengurangi produksi
prostaglandin yaitu suatu senyawa proinflamasi, tetapi
paracetamol tidak mempunyai efek antiinflamasi.
Farmakokinetik: Parasetamol yang diberikan per oral
kecepatan absorbsinya tergantung kecepatan pengosongan
lambung. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam
waktu 0,5-2 jam dan waktu paruh 1-3 jam. Dalam plasma 25%
paracetamol terikat protein plasma dan sebagian
dimetabolisme enzim mikrosom hati. Paracetamol
diekskresikan melalui urin (Siregar, 2018). Dosis : 3-4 dd 500
mg.
a. Tramadol Farmakodinamik:Tramadol kemampuan
analgesiknya cukup kuat, karena selain mengaktivasi
reseptor opioid, obat ini juga menghambat ambilan
kembali noradrenalin dan serotonin. Adanya
penghambat ambilan kembari noradrenalin dan
serotonin neural ini akan meningkatkan kadar
noradrenalin dan serotonin di celah sinaps, yang pada
akhirnya akan menurunkan sinyal nyeri aferen dan
amplifikasi sinyal inhibisi eferen.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Merupakan alasan utama klien untuk meminta pertolongan
kesehatan. Pada klien dengan myalgia, keluhan utama yang
biasa muncul nyeri bagian kaki.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan keluhan utama klien saat dilakukan pengkajian.
Pengkajian dilakukan dengan memperhatikan PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Region, Scale, Time).
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah dirawat dengan gejala yang sama di
Rumah Sakit atau di tempat lain.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyakit yang pernah dialami
klien atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang
sama dengan keluhan klien ataupun penyakit lain.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, adakah gangguan pendengaran.
● B1 Sistem pernafasan
Tidak ditemukan sesak nafas, batuk, sputum.
● B2 Sistem kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, palpitasi, edema.
● B3 Sistem persyarafan
Difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leher untuk
mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yang
gelisah, pusing, kesakitan dan petekie. Sclera anemis.
● B4 Sistem perkemihan
Adakah keluhan kencing dan nyeri atau tidak
● B5 sistem pencernaan
pengkajian yang harus dilakukan meliputi perubahan nutrisi
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
● B6 sistem Integumen
keluhan kelemahan fisik.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan agen pencedera berat
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
4. Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun

2.2.3. Intervensi
SDKI (Standar Diagnosis keperawatan Indonesia)
Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcomes) yang diharapkan (SIKI, 2018).
1. Intervensi Nyeri akut
a. observasi
- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
-
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Intervensi Gangguan mobilisasi fisik
a. Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- monitor frekuensi sebelum memulai mobilisasi
- monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Terapeutik
- fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu misalnya
pagar tempat tidur
- fasilitasi melakukan pergerakan Jika perlu
- libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
c. Edukasi
- jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- anjurkan melakukan mobilisasi dini
- anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
misalnya duduk di tempat tidur duduk disisi tempat tidur
pindah dari tempat tidur ke kursi

3. Intervensi Nyeri Akut


a. Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
(mis kopi,the,alcohol,makan mendekati waktu tidur ,minum
banyak air waktu tidur)
- Identivikasi obat tidur yang di konsumsi
b. Terapeutik
- Modifikasi Lingkungan (misnya pencahayaanbiofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain) ,kebisingan
suhu,matras dan tempat tidur )
- Batasi waktu tidur siang,jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur –terjaga.
c. Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang berkontribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis psikologis,gaya hidup,
sering berubah shift bekerja .
- Anjurkan Relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya

2.2.4. Implementasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada perencanaan (Sri Wahyuni, 2016)
Implementasi Nyeri akut
1. Observasi
- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2.2.5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga
dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil
pada perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Sumardiyono, dkk. 2017. Kejadian Myalgia Pada Lansia Pasien Rawat Jalan.

Jurnal Riset Sains dan Teknologi, Volume 1 No. 2 September 2017.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Pratiwi, N. T. (2021). APLIKASI COMPRESS BALL TERHADAP NYERI PADA

TN. R DENGAN MYALGIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


CUGENANG (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Sukabumi).

Arif Muttaqin. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Sumardiyono. (2017). Kejadian Myalgia Pada Lansia Pasien Rawat Jalan,

Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Sambrook P, Schrieber L, Taylor T, Ellis A,. 2017. The Musculoskeletas System,

Spain : Churchill Livingstone, pp : 64-66

Sambrook P, Schrieber L, Taylor T, Ellis A,. 2017. The Musculoskeletas System,

Spain : Churchill Livingstone, pp : 64-66

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2018, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar

Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 54 – 55, 98 – 115.

Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in

Adults WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD


Lawrence Family Medicine Residency, Lawrence, Massachusetts
[Accessed 15 Mei. 2021].
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai