Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Postur Kerja


2.1.1 Definisi
Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari suatu
pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan ergonomis
maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan baik. Akan tetapi bila
postur kerja operator tersebut tidak ergonomis maka operator tersebut akan mudah kelelahan.
Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan yang dilakukan operator
tersebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan
(Susihono, 2012).
2.1.2 Metode
2.1.3 Faktor Penyebab
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Postur Kerja Postur adalah posisi relatif bagian
tubuh tertentu pada saat bekerja yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan
task requirements serta ukuran peralatan/benda lainnya yang digunakan saat bekerja. Postur
dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah satu penyebab utama
gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward posture)
2.1.4 Risiko
Postur janggal dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan ketidaknyamanan.
Dilakukannya postur janggal pada jangka waktu panjang dapat menyebabkan cidera dan
keluhan pada jaringan otot rangka maupun saraf tepi.
2.1.5 Dampak
Myalgia dapat dialami dalam waktu singkat, misalnya otot krama tau berlanjut sampai
beberapa hari, bahkan beberapa bulan atau menahun dapat mengganggu penderita karena
intensitas yang berfluktuasi. Penyakit ini tidak mengancam aktivitas hidup penderita, namun
bila timbul terus menerus dapat menyebabkan penderita menjadi frustasi karena bisa saja
menjadi penghalang dan hambatan dalam hal bekerja maupun aktivitas harian lainnya yang
ada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Sebagian penderita myalfia
terkadang mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri untuk waktu yang lama. Hal ini beresiko
efek samping obat jika dikonsumsi berlebiha atau tidak menurut anjuran dokter, misalnya
dapat menyebabkan hambatan pembentukan sel darah merah, terjadi sakit maag (gartritis)
ataupun keropos tulang (Sumardiyono, dkk., 2017)
2.1.6 Pencegahan
Berikut beberapa tips untuk mencegah mialgia:
1) Latihan peregangan : Latihan peregangan yang teratur dapat membantu mengurangi
kekakuan otot dan menjaga kesehatan jaringan otot.
2) Pemanasan yang Benar : Sebelum melakukan aktivitas fisik apa pun, pemanasan
yang tepat diperlukan untuk meningkatkan aliran darah ke otot dan menghindari
ketegangan atau cedera.
3) Postur yang Baik : Mempertahankan postur yang baik sangat penting karena postur
yang tidak tepat dapat membuat otot tegang dan akhirnya menyebabkan mialgia.

http://jurnal.utu.ac.id/joptimalisasi/article/view/167/152
https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/2835/2589
http://114.7.153.31/index.php/jis/article/view/2463
http://www.jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi/article/view/2200/1932
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JRST/article/view/1442
https://www.sepainandspinecare.com/understanding-myalgia-causes-treatments-and-
prevention/

2.2 Myalgia
2.2.1 Definisi Myalgia
Mialgia atau biasa disebut dengan nyeri otot dan pegal - pegal. Nyeri otot merupakan
bukanlah sebuah penyakit melainkan gejala dari suatu penyakit. Myalgia merupakan keluhan
yang sangat sering terjadi dan hampir semua orang pernah mengalami myalgia. Kata Myalgia
yaitu myo yang artinya otot dan algos yang artinya nyeri. Myalgia merupakan bahasa yang
berasal dari bahasa Yunani.
Nyeri otot dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta seluruh tubuh kita
melingkupi otot. Yang berbeda ialah lokasi nyeri pada setiap orang berbeda - beda dan
tergantung pada aktivitas seseorang dan penyebabnya. Nyeri otot dibedakan menjadi akut dan
kronis. Nyeri otot dapat terjadi di 1 otot tertentu dan dapat juga terjadi pada seluruh bagian
tubuh tertentu, misalnya otot punggung, leher, lengan, paha, atau betis.
Nyeri otot yang terjadi karena kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus menerus
dan statik akan mengakibatkan otot menjadi spasme ataupun meradang. Ketika otot
meradang, bengkak atau kaku karena kelelahan, ruang antara kulit dan otot tertekan, sehingga
terjadi penyempitan pada aliran pada aliran kelenjar limfatik. Tekanan juga berpengaruh pada
reseptor nyeri dibawah kulit, yang pada selanjutnya memberi sinyal ketidaknyamanan ke otak
sehingga mengalami rasa sakit

2.2.2 Epidemiologi Myalgia


Prevalensi myalgia menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 ialah
sebesar 50% - 62% populasi di dunia. Kasus myalgia paling sering terjadi pada orang yang
tinggal di negara industri.
Prevalensi myalgia di Indonesia menurut Kemenkes RI ialah sebesar (45% - 59%).
Lalu selain itu prevalensi myalgia masuk pada urutan pertama dengan jumlah kasus 101
kasus yang mengalami myalgia menurut data di Puskesmas Sapaya Kecamatan Bungaya,
Kabupaten Gowa dan jika dilihat berdasarkan jenis pekerjaan kasus myalgia paling banyak
terjadi pada seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai petani.
Prevalensi myalgia menurut data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 di
Indonesia sebesar 7,3% yaitu berada di daerah Jawa Timur. Kasus Myalgia di Puskesmas
Labruk Kidul Lumajang Tahun 2018 berjumlah 909 pasien dengan rincian penderita laki-laki
berjumlah 361 dan penderita perempuan 548.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Jatigede desa Cisampih Kabupaten
Sumedang pada tahun 2023, Myalgia merupakan penyakit urutan pertama terbanyak dari 10
penyakit tertinggi pada Tahun 2023 dengan jumlah 23 kasus, jika dilihat berdasarkan jenis
pekerjaan kasus myalgia sering terjadi pada seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai
petani.

2.2.3 Etiologi Myalgia


Nyeri otot biasanya disebabkan oleh kerja otot yang berlebih, cedera dan trauma otot,
serta otot yang tegang di satu atau beberapa bagian tubuh. Kondisi tersebut bisa terjadi
ketika:
1) Jatuh
2) Terbentur / mengalami cedera otot
3) Kurang pemanasan sebelum berolahraga
4) Melakukan gerakan berulang baik dalam berolahraga
5) Postur posisi tubuh yang buruk seperti posisi tubuh yang tidak tegak atau posisi tubuh
yang salah ketika mengangkat barang.
6) Teknik olahraga yang salah
Selain itu bisa juga karena suatu penyakit tertentu seperti : penyakit autoimun seperti
lupus, poliomielitis, penyakit fibromyalgia, penyakit hipertiroid dan hipotiroid, rheumatoid
arthritis, dystonia (kontraksi otot yang tidak terkendali), rabdomiolisis (kerusakan pada otot),
sindrom kompartemen, infeksi virus seperti polio, infeksi bakteri seperti penyakit lyme,
gangguan elektrolit (hipokalemia), penyumbatan aliran darah (penyakit arteri perifer).
Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu
tegang. Pemakaian otot yang berlebihan dapat mengakibatkan otot-otot yang digunakan
mengalami kekurangan oksigen, sehingga terjadi suatu proses oksidasi anaerob yang akan
menghasilkan asam laktat. Asam laktat inilah yang akan menimbulkan rasa pegal atau nyeri.
Cedera
Jika seseorang mengalami cedera pada bagian otot maka akan timbul nyeri pada
bagian otot, memar, bengkak, maupun kram otot. Beberapa hal yang menyebabkan nyeri otot
akibat cedera otot, diantaranya seperti:
Melakukan gerakan tubuh berulang-ulang, bisa terjadi jika melakukan pekerjaan yang sama
setiap hari atau aktivitas olahraga berat yang dilakukan dengan gerakan berulang.
Tidak melakukan kegiatan pemanasan saat berolahraga.
Terbiasa dengan postur tubuh yang buruk, baik saat berdiri, duduk, maupun berbaring.
Melakukan gerakan olahraga yang salah. Terkilir, sehingga otot menjadi tegang, kaku,
tertarik, terpelintir, dan juga terasa pegal.
Stress
Stres bisa membuat tubuh jadi lebih sulit melawan penyakit tertentu yang masuk ke
dalam tubuh. Hal ini juga berhubungan pada bagian otot di dalam tubuh Anda ketika sedang
terjadi peradangan atau infeksi.
Kurang Asupan Nutrisi
Myalgia dapat juga terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan asupan nutrisi yang
cukup. Seperti kurangnya asupan vitamin D dimana telah kita ketahui bahwa vitamin D
dalam tubuh berfungsi sebagai membantu penyerapan kalsium. Jika seseorang mengalami
kekurangan vitamin D maka dapat terjadi hipokalemia.

2.2.4 Manifestasi Klinis Myalgia


Myalgia biasanya digambarkan dengan kondisi seperti rasa kaku, kram, tertarik, atau
lemah pada area otot. Selain itu nyeri otot muncul terjadi selama atau setelah menjalani
aktivitas tertentu, seperti: nyeri otot tangan disebabkan karena mengangkat benda berat, nyeri
otot leher dan punggung yang disebabkan karena salah posisi duduk dan dalam jangka
panjang.
Nyeri yang muncul dapat terjadi pada satu otot dan dapat juga terjadi pada seluruh
tubuh. Nyeri otot dikatakan kronis jika nyeri otot yang dirasakan berangsur lama dan dalam
durasi panjang, bisa berlangsung dalam berminggu - minggu bahkan ada juga yang
berlangsung berbulan - bulan. Selain itu nyeri otot dikatakan kronis dan parah jika keluhan
nyeri otot yang dirasakan terus menerus dan tidak membaik walau orang tersebut dalam
kondisi sedang beristirahat bahkan jika seseorang sulit untuk melakukan aktivitas.
Lalu selain itu gejala myalgia selain berupa nyeri otot dapat juga mengalami keluhan lain
seperti: bengkak yang terjadi di area nyeri, demam, pusing, dan rasa kaku lemas pada tubuh
tertentu maupun pada seluruh tubuh.
2.2.5 Patofisiologi Myalgia
Gejala umum myalgia(nyeri otot) ini disamping rasa sakit adalah pembengkakan pada
otot. Setelah latihan yang menyebabkan nyeri yang sangat parah, otot tampak lebih besar dari
sebelumnya. Hal ini terjadi bukan massa otot yang meningkat, tetapi lebih karena otot
mengalami peradangan sebagai respon terhadap kerusakan mikroskopis pada otot
(Mayoclinic,2014).
Proses terjadinya myalgia merupakan peranan asam laktat pada otot. Asam laktat
berperan penting dalam proses terjadinya myalgia hal ini disebabkan karena tubuh dapat
mengubah glikogen menjadi energi tanpa adanya oksigen, ini merupakan proses hemeostatis
yang dilakukan tubuh saat kekurangan oksigen seperti aerobik normal yaitu proses dimana
tubuh menggunakan glikogen sebagai cadangan energi ketika tidak ada asupan nutrisi dari
luar yang masuk kedalam 6 Tubuh. Dengan mengubahnya menjadi asam laktat dan bukannya
ATP pada keadaan adanya oksigen, ketika tidak ada oksigen yang cukup akan
memungkinkan proses glikolisis untuk berlangsung selama waktu tertentu. Setelah tubuh
memiliki cukup cadangan oksigen, glikogen dapat kembali dikonvensi ke ATP dan asam
laktat dapat dikonvensi kembali menjadi glukosa oleh hati dan jaringan lain yang selanjutnya
dapat digunakan, sehingga membuat pengguanaan glikogen jauh lebih efisien ketika tubuh
kekurangan sejumlah oksigen untuk metabolisme dalam sel (Izza, AB.2019).
https://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(21)00513-9/fulltext
https://repository.unair.ac.id/101553/5/5.%20BAB%202%20TINJAUAN%20PUSTAKA
%20.pdf
2.2.6 Diagnosis Myalgia
Mialgia sendiri merupakan gejala, bukan diagnosis. Proses diagnosis diarahkan untuk
menemukan kondisi mendasar yang mungkin memicu timbulnya nyeri otot Anda.
Mendapatkan diagnosis mungkin mencakup beberapa langkah:
1. Riwayat kesehatan adalah yang pertama. Prosesnya melibatkan peninjauan riwayat
lengkap cedera dan penyakit yang Anda alami/alami dengan penyedia layanan
kesehatan Anda. Semua obat yang Anda minum saat ini juga ditanggung.
2. Pemeriksaan fisik mengevaluasi area nyeri, tonus otot, kekuatan, dan kekakuan. Hal
ini juga mencakup pengamatan gaya berjalan (cara berjalan) dan postur tubuh.
3. Tes darah mungkin menunjukkan perubahan yang konsisten dengan kerusakan otot,
peradangan, atau beberapa kondisi yang mendasarinya.
4. Pencitraan, termasuk sinar-X dan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) ,
dapat digunakan untuk mendiagnosis dan menyingkirkan beberapa penyebab mialgia.
https://www.verywellhealth.com/myalgia-overview-4584594

2.2.7 Tatalaksana Myalgia


A. Nonfarmakologi
1. Kompres hangat / air dingin
Kompres dengan air dingin dapat dilakukan bila nyeri otot akibat cedera baru
saja terjadi untuk mengurangi rasa nyeri. Namun jika rasa nyeri sudah berangsur lama
maka dapat dilakukan dengan kompres dengan menggunakan air hangat.
2. Tetap Aktif Bergerak
Terlalu banyak istirahat seperti berbaring justru memperlambat proses
pemulihan dan melemahkan otot dan membuat otot semakin terasa sakit. Oleh karena
itu saat mengalami nyeri otot dianjurkan untuk tetap aktif bergerak beraktivitas seperti
biasanya.
3. Posisi Yang Nyaman
Myalgia dapat timbul akibat salah posisi tubuh, baik ketika saat posisi duduk,
maupun posisi tidur dan membuat tubuh menjadi nyeri dan rasa tidak nyaman. Oleh
karena itu untuk menghindari timbul nyeri akibat salah posisi tubuh maka dianjurkan
untuk melakukan posisi yang sesuai dengan aturan. Seperti postur tubuh yang benar
saat duduk: posisikan tubuh dan duduk dengan tegak, biarkan siku rileks, dan terbuka
membentuk huruf L, dan letakan kaki sejajar, dan biarkan menapak.
4. Lakukan Peregangan Otot
Contoh yang dapat dilakukan seperti yoga. Peregangan otot dapat dilakukan
jika myalgia yang dialami masih tergolong ringan. Pencegahan :
a. Melakukan olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan otot
b. Mengontrol berat badan
c. Menghindari aktivitas berat seperti mengangkat benda berat
d. Mengurangi dan menghentikan kebiasaan merokok.
e. Melakukan pemanasan sebelum berolahraga
f. Lakukan peregangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik (contoh:
bangun dari tempat duduk untuk berjalan-jalan sejenak, dapat dilakukan
setidaknya 1 jam sekali)
g. Kurangi kegiatan yang berlebihan
h. Minum banyak air untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, terutama bila
sering melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga.
B. Farmakologi
Terapi pada penyakit myalgia adalah menggunakan obat analgesik opium dan NSAID
karena mempunyai efektifitas yang relatif untuk meredakan nyeri dan Vitamin untuk
membantu melancarkan peredaran darah dan mengatasi myalgia yang diakhibatkan oleh
kekurangan vitamin.
1. Analgesik
a. Paracetamol
Paracetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Paracetamol
mengurangi produksi prostaglandin yaitu suatu senyawa proinflamasi, tetapi
paracetamol tidak mempunyai efek antiinflamasi. Farmakokinetik:Paracetamol
yang diberikan per oral kecepatan absorbsinya tergantung kecepatan pengosongan
lambung. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 0,5-2 jam dan
waktu paruh 1-3 jam. Dalam plasma 25% paracetamolterikat protein plasmadan
sebagian dimetabolisme enzim mikrosom hati. Paracetamol diekskresikan melalui
urin (Siregar, 2018).Dosis : 3-4 dd 500 mg.
b. Tramadol
Tramadol kemampuan analgesiknya cukup kuat, karena selain mengaktivasi
reseptor opioid, obat ini juga menghambat ambilan kembali noradrenalin dan
serotonin. Adanya penghambat ambilan kembari noradrenalin dan serotonin
neural ini akan meningkatkan kadar noradrenalin dan serotonin di celah sinaps,
yang pada akhirnya akan menurunkan sinyal nyeri aferen dan amplifikasi sinyal
inhibisi eferen. Farmakokinetik :Bioavibilitas pemberian tramadol 100 mg
tramadol secara oral adalah 75% setelah dosis tunggal. Tramadol dimetabolisme
secara intensif di hati, sebagian besar diekskresi di ginjal, waktu paruh eliminasi
senyawa resemik tramadol meningkat menjadi 7-9 jam setelah pemberian dosis
berulang (Jafar, Y, 2017).Dosis: Sehari maksimal 400 mg, untuk pengguna 75
tahun ke atas maksimum per hari adalah 300 mg.

B. AINS
1. Asam Mefenamat
Asam mefenamat merupakan asam fenilantranilat yang mengalami N-
substitusi. Senyawa fenawat mempunyai sifat antiradang, antipiretik, dan analgesik.
Pada uju analgesia, asam mefenamat merupakan satu – satunya fenamat yang
menunjukkan kerja pusat dan kerja perifer. Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat
tersebut karena kemampuanya menghambat siklooksigenase. Selain itu, senyawa
fenamat juga mengantagonis efek prostaglandin tertentu (Goodman dan Gilman,
2008). Farmakokinetik:Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran
gastrointestinal apabila diberikan secara oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1-2
jam setelah pemberian 2x250 mg. (Amin, 2014).Dosis: Pemula 500 mg, kemudian 3-4
dd 250 mg selama 7 hari.
2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan penghambat enzim siklooksigenase pada biosintesis
prostaglandin, sehingga konversi asam arakhidonat ke prostaglandin menjadi
terganggu. Prostaglandin ini sendiri berperan dalam produksi nyeri dan inflamasi,
sehingga dengan adanya penghambat tersebut dapat menurunkan rasa nyeri(Septian
dkk, 2016). Farmakokinetik:Ibuprofen diabsorbsi melalui pemberian oral melalui
usus. Konsentrasi plasma maksimum biasanya tidak lebih dari 1-2 jamdan ibuprofen
terikat pada protein plasma lebih dari 99% serta dieleminasi sebagian besar melalui
urin dengan waktu paruh 1,8- 2,4 jam (Sweetman, 2019).Dosis: Sehari 3- 4 dd
200mg-400 mg 14
3. Diklofenak
Diklofenak merupakan analgesik yang mempunyai cara kerja mengambat
sintesa dari prostaglandin di dalam tubuh (Anggraini ddk, 2017).
Farmakokinetik:Absorbsi dikofenak melalui saluran cerna berlangsung cepat dan
sempurna. Laju absorbsi akan melambat jika diberikan bersamaan dengan makanan,
tapi tidak dengan jumlah yang diabsrobsi. Obat akan terikat 99% pada protein plasma
dengan waktu paruh 2-3 jam. Metabolisme diklofenak berlangsung dihati dan
disekresi dalam urin (65 %) dan empedu (35%).Dosis: 2dd 25-50 mg sehari.
4. Ketoprofen
Mekanisme kerja ketoprofen yang merupakan zat yang akan menghambat
pembentukan prostaglandin dan agregasi trombosit sehingga akan menghalangi
penempelan irombosit dan cairan vaskuler (Warono, 2013).
Farmakokinetik:Ketoprofen diserap secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna.
Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 60-90 menit setelah pemberian
oral, 99% ketoprofen terikat dengan protein plasma ( Warono,D dan Syamsudin,
2013).Waktu paruh eliminasi pada orang tua selama 5 jam dan 3 jam pada orang
dewasa.Dosis: 2-4 dd 25-50 mg.
5. Piroxicam
Piroxicam lebih selektif menyekat COX-1 yang selalu ada diberbagai jaringan
tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan fisiologi tubuh seperti produksi mukus di
lambung. Piroxicam mempunyai efek analgetik 15 dengan menghambat sintesa
prostaglandin sebagai mediator pnimbul rasa sakit (Palupi, 2017). Farmakokinetik:
Piroksikam diabsorbsi sempurna setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak dalam
plasma terjadi dalam 2-4 jam. Setelah diabsorbsi piroksikam banyak terikat di protein
plasma (99%). Kurang dari 5 % piroxicam di ekskresi melalui urin (Goodman dan
Gilman, 2008).Dosis: 1dd 20 mg.
6. Meloxicam
Menghambat secara selektif enzim COX-2, oleh karena itu efek
gastrointestinal yang terkait inhibisi COX-1 jauh lebih kecil dibandingkan dengan
inhibisi COX-1.Farmakokinetik: Bioavaibilitas meloxicam per oral sebesar 89%.
Konsentrasi maksimal dalam plasma terjadi dalam 4-5 jam. Meloxicam mepunyai
waktu paruh 20-24 jam. Dalam plasma meloxicam terikat pada protein plasma.
Metabolisme terjadi di hepar dan disekresi melalui ginjal dan hepar.Dosis: 1 dd 7,5 –
15 mg.
7. Celecoxib
Celecoxib bekerja dengan cara menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa
COX-1 tidak dirintangi, maka prostaglandin dengan daya protektifnya atas mukosa
lambung-usus tetap terbentuk. Farmakokinetik:Celecoxib diserap mencapai kadar
darah maksimal setelah 2-3 jam. Profil plasmanya adalah 97 % dan masa paruh
eleminasi 8-12 jam. Celecoxib dalam hati diubah menjadi metabolik inaktif yang
dikeluarkan besama kemih (Suyani dkk, 2015).Dosis: 2dd 100-200 mg sesudah
makan.
8. Etoricoxib 16
Etoricoxib bekerja dengan cara menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa
COX-1 tidak dirintangi, maka prostaglandin dengan daya protektifnya atas mukosa
lambung-usus tetap terbentuk.Dosis: 1 dd 60 mg perhari.

C.. Vitamin
1. Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks berperan dalam remetilasi homosistein menjadi metionin
yang kemudian akan mengalami adenosilasi menjadi S-adenosylmethionine. S-
adenosylmethionine adalah donor methyl utama pada berbagai reaksi biokimia,
termasuk pada sintesis neurotransmiter monoaminergik. Farmakokinetik:Vitamin B
kompleks bersifat larut dalam air sehingga mudah diabsorbsi oleh usus, tidak
disimpan dalam tubuh dan sisa vitamin yang tidak diperlukan tubuh akan dikeluarkan
melalui urine. Dosis: Dewasa satu kali sehari dengan atau tanpa makan.
2. Vitamin D
Vitamin D berperan mengatur homeostatik kalsium plasma dan meningkatkan
absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus serta berperan dalam pengaturan kadar
kalsium plasma yang dipengaruhi juga oleh hormon paratiroid dan kalsitonin.
Farmakokinetik:Absorbsi melalui saluran cerna cukup baik. vitamin D3 diabsorbsi
lebih cepat dan sempurna. Gangguan fungsi hati, kandung empedu dan saluran cerna
seperti streatore akan menganggu absorbsi vitamin D. Dosis: Kebutuhan sehari 400
unit/hari.

2.3 Hubungan Postur Kerja dengan Kejadian Myalgia


Myalgia, atau nyeri otot, merupakan keluhan yang seringkali muncul sebagai akibat
dari proses pemindahan barang secara manual dalam lingkungan pekerjaan. Pekerjaan
semacam ini, apabila dilakukan secara berkepanjangan dan disertai dengan postur tubuh yang
tidak tepat, dapat meningkatkan risiko gangguan otot. Postur tubuh, yang melibatkan adaptasi
anggota gerak, ukuran tubuh, dan alat yang digunakan, memegang peranan penting dalam
menjaga keseimbangan tubuh. Oleh karena itu, perhatian terhadap postur tubuh saat bekerja
menjadi krusial agar pekerjaan dapat dilakukan dengan nyaman. Postur tubuh yang tidak
optimal dapat mengakibatkan berbagai masalah, termasuk myofascial pain syndrome pada
otot upper trapezius (Rahman, 2017). Sikap kerja yang tidak ergonomis, seperti postur tubuh
yang tidak alamiah, dapat mengakibatkan posisi tubuh menjauh dari posisi alamiah, seperti
kepala dan leher yang menunduk, punggung yang terlalu membungkuk, dan pergerakan
tangan yang terlalu tinggi. Ketidakstabilan postur kerja ini dapat dipengaruhi oleh tuntutan
pekerjaan, alat kerja, dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan pekerja (Evadarianto, Nurdian, & Dwiyanti, Endang. 2017).
Pratama (2013) menekankan bahwa duduk terlalu lama dengan posisi statis dan
forward head position pada pekerjaan penjahit dapat meningkatkan risiko kerja berlebih pada
daerah leher dan bahu. Risiko kerja berlebih ini dapat menyebabkan spasme otot di daerah
tersebut, yang pada gilirannya dapat menyebabkan nyeri. Secara umum umur petani dapat
memengaruhi kegiatan pertanian yang digelutinya, dimana dalam hal ini mempengaruhi
kondisi petani. Keterampilan fisik dan pikiran petani, semakin muda seorang kultivator, maka
semakin kuat fisiknya dan semakin dinamis dia dalam menjalankan pertanian, sehingga pada
umumnya dia dapat bekerja lebih keras daripada seorang kultivator yang lebih tua (Nadya.R,
2019). Di samping itu, Sumigar (2022) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia dan kejadian myalgia. Meskipun usia tua seharusnya lebih rentan
terhadap myalgia, faktor-faktor kebiasaan juga berperan, dengan responden usia tua mungkin
lebih terbiasa dengan aktivitas bertani dan memiliki kebiasaan yang lebih terkontrol,
sementara responden usia muda mungkin lebih rentan terhadap myalgia karena kurangnya
kebiasaan dalam aktivitas. Hal tersebut menjadikan masyarakat harus memperhatikan posisi
pada saat bekerja terutama lamanya durasi kerja pada saat bekerja tidak lebih dari 8 jam/ hari.
Penting untuk memahami posisi tubuh saat bekerja agar dapat mencegah keluhan
nyeri otot, termasuk Myalgia. Manusia melibatkan berbagai posisi kerja seperti berdiri,
duduk, membungkuk, jongkok, dan berjalan saat bekerja. Jika sistem tenaga kerja dalam
kondisi buruk, dapat mengakibatkan bencana fungsional karena kinerja pekerja yang buruk.
Di kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, sebagian petani memiliki postur kerja yang baik.
Saat mereka bekerja di ladang, sebagian petani mengerti cara menjaga posisi tubuh yang baik
dan benar. Ini disebabkan oleh proses adaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan kerja yang
memberikan dampak positif. Posisi kerja adalah suatu cara bekerja yang sesuai, ditentukan
oleh anatomi tubuh manusia, dan ukuran peralatan yang digunakan dalam pekerjaan.
Berbagai situasi kerja dapat menghasilkan kekuatan yang berbeda (Putri, 2021)..
2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan salah satu pendukung penelitian, hal ini karena kerangka
teori adalah wadah dimana akan dijelaskan teori teori yang berhubungan dengan variabel
yang diteliti. berikut kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Rahman, Abdul. 2017. Analisis Postur Kerja Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja Beton Sektor Informal Di
Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2017 [Skripsi].
Makassar : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin.
Evadarianto, Nurdian Dan Dwiyanti, Endang. 2017. Postur Kerja Dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Manual Handling Bagian Rolling Mill. The
Indonesian Journal Of Occupational Safety And Health,6(1): 97-106.
Pratama, G.R. 2013. Pengaruh Latihan Contract Relax Stretching Terhadap Penurunan Nyeri
Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Pembatik Tulis
Halus Laweyan [Skripsi]. Surakarta: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadyah.
Sumigar, C. K., Kawatu, P. A. ., & Warouw, F. (2022). Hubungan Antara Umur Dan Masa
Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Petani Di Desa Tambelang Minahasa
Selatan. Jurnal KESMAS, 11(2), 22–30.
Nadya Riski. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Umur Petani dengan Penurunan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan di Desa
Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Nadya.
Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Edugeo Hubungan, 7(1), 47–56.
Putri, R. O., Jayanti, S., & Kurniawan, B. (2021). Hubungan Postur Kerja Dan Durasi Kerja
Dengan Keluhan Nyeri Otot Pada Pekerja Pabrik Tahu X Di Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 9(6), 733–740.
https://doi.org/10.14710/jkm.v9i6.31300

Anda mungkin juga menyukai