TINJAUAN PUSTAKA
http://jurnal.utu.ac.id/joptimalisasi/article/view/167/152
https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/2835/2589
http://114.7.153.31/index.php/jis/article/view/2463
http://www.jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi/article/view/2200/1932
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JRST/article/view/1442
https://www.sepainandspinecare.com/understanding-myalgia-causes-treatments-and-
prevention/
2.2 Myalgia
2.2.1 Definisi Myalgia
Mialgia atau biasa disebut dengan nyeri otot dan pegal - pegal. Nyeri otot merupakan
bukanlah sebuah penyakit melainkan gejala dari suatu penyakit. Myalgia merupakan keluhan
yang sangat sering terjadi dan hampir semua orang pernah mengalami myalgia. Kata Myalgia
yaitu myo yang artinya otot dan algos yang artinya nyeri. Myalgia merupakan bahasa yang
berasal dari bahasa Yunani.
Nyeri otot dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta seluruh tubuh kita
melingkupi otot. Yang berbeda ialah lokasi nyeri pada setiap orang berbeda - beda dan
tergantung pada aktivitas seseorang dan penyebabnya. Nyeri otot dibedakan menjadi akut dan
kronis. Nyeri otot dapat terjadi di 1 otot tertentu dan dapat juga terjadi pada seluruh bagian
tubuh tertentu, misalnya otot punggung, leher, lengan, paha, atau betis.
Nyeri otot yang terjadi karena kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus menerus
dan statik akan mengakibatkan otot menjadi spasme ataupun meradang. Ketika otot
meradang, bengkak atau kaku karena kelelahan, ruang antara kulit dan otot tertekan, sehingga
terjadi penyempitan pada aliran pada aliran kelenjar limfatik. Tekanan juga berpengaruh pada
reseptor nyeri dibawah kulit, yang pada selanjutnya memberi sinyal ketidaknyamanan ke otak
sehingga mengalami rasa sakit
B. AINS
1. Asam Mefenamat
Asam mefenamat merupakan asam fenilantranilat yang mengalami N-
substitusi. Senyawa fenawat mempunyai sifat antiradang, antipiretik, dan analgesik.
Pada uju analgesia, asam mefenamat merupakan satu – satunya fenamat yang
menunjukkan kerja pusat dan kerja perifer. Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat
tersebut karena kemampuanya menghambat siklooksigenase. Selain itu, senyawa
fenamat juga mengantagonis efek prostaglandin tertentu (Goodman dan Gilman,
2008). Farmakokinetik:Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran
gastrointestinal apabila diberikan secara oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1-2
jam setelah pemberian 2x250 mg. (Amin, 2014).Dosis: Pemula 500 mg, kemudian 3-4
dd 250 mg selama 7 hari.
2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan penghambat enzim siklooksigenase pada biosintesis
prostaglandin, sehingga konversi asam arakhidonat ke prostaglandin menjadi
terganggu. Prostaglandin ini sendiri berperan dalam produksi nyeri dan inflamasi,
sehingga dengan adanya penghambat tersebut dapat menurunkan rasa nyeri(Septian
dkk, 2016). Farmakokinetik:Ibuprofen diabsorbsi melalui pemberian oral melalui
usus. Konsentrasi plasma maksimum biasanya tidak lebih dari 1-2 jamdan ibuprofen
terikat pada protein plasma lebih dari 99% serta dieleminasi sebagian besar melalui
urin dengan waktu paruh 1,8- 2,4 jam (Sweetman, 2019).Dosis: Sehari 3- 4 dd
200mg-400 mg 14
3. Diklofenak
Diklofenak merupakan analgesik yang mempunyai cara kerja mengambat
sintesa dari prostaglandin di dalam tubuh (Anggraini ddk, 2017).
Farmakokinetik:Absorbsi dikofenak melalui saluran cerna berlangsung cepat dan
sempurna. Laju absorbsi akan melambat jika diberikan bersamaan dengan makanan,
tapi tidak dengan jumlah yang diabsrobsi. Obat akan terikat 99% pada protein plasma
dengan waktu paruh 2-3 jam. Metabolisme diklofenak berlangsung dihati dan
disekresi dalam urin (65 %) dan empedu (35%).Dosis: 2dd 25-50 mg sehari.
4. Ketoprofen
Mekanisme kerja ketoprofen yang merupakan zat yang akan menghambat
pembentukan prostaglandin dan agregasi trombosit sehingga akan menghalangi
penempelan irombosit dan cairan vaskuler (Warono, 2013).
Farmakokinetik:Ketoprofen diserap secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna.
Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 60-90 menit setelah pemberian
oral, 99% ketoprofen terikat dengan protein plasma ( Warono,D dan Syamsudin,
2013).Waktu paruh eliminasi pada orang tua selama 5 jam dan 3 jam pada orang
dewasa.Dosis: 2-4 dd 25-50 mg.
5. Piroxicam
Piroxicam lebih selektif menyekat COX-1 yang selalu ada diberbagai jaringan
tubuh dan berfungsi dalam mempertahankan fisiologi tubuh seperti produksi mukus di
lambung. Piroxicam mempunyai efek analgetik 15 dengan menghambat sintesa
prostaglandin sebagai mediator pnimbul rasa sakit (Palupi, 2017). Farmakokinetik:
Piroksikam diabsorbsi sempurna setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak dalam
plasma terjadi dalam 2-4 jam. Setelah diabsorbsi piroksikam banyak terikat di protein
plasma (99%). Kurang dari 5 % piroxicam di ekskresi melalui urin (Goodman dan
Gilman, 2008).Dosis: 1dd 20 mg.
6. Meloxicam
Menghambat secara selektif enzim COX-2, oleh karena itu efek
gastrointestinal yang terkait inhibisi COX-1 jauh lebih kecil dibandingkan dengan
inhibisi COX-1.Farmakokinetik: Bioavaibilitas meloxicam per oral sebesar 89%.
Konsentrasi maksimal dalam plasma terjadi dalam 4-5 jam. Meloxicam mepunyai
waktu paruh 20-24 jam. Dalam plasma meloxicam terikat pada protein plasma.
Metabolisme terjadi di hepar dan disekresi melalui ginjal dan hepar.Dosis: 1 dd 7,5 –
15 mg.
7. Celecoxib
Celecoxib bekerja dengan cara menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa
COX-1 tidak dirintangi, maka prostaglandin dengan daya protektifnya atas mukosa
lambung-usus tetap terbentuk. Farmakokinetik:Celecoxib diserap mencapai kadar
darah maksimal setelah 2-3 jam. Profil plasmanya adalah 97 % dan masa paruh
eleminasi 8-12 jam. Celecoxib dalam hati diubah menjadi metabolik inaktif yang
dikeluarkan besama kemih (Suyani dkk, 2015).Dosis: 2dd 100-200 mg sesudah
makan.
8. Etoricoxib 16
Etoricoxib bekerja dengan cara menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa
COX-1 tidak dirintangi, maka prostaglandin dengan daya protektifnya atas mukosa
lambung-usus tetap terbentuk.Dosis: 1 dd 60 mg perhari.
C.. Vitamin
1. Vitamin B kompleks
Vitamin B kompleks berperan dalam remetilasi homosistein menjadi metionin
yang kemudian akan mengalami adenosilasi menjadi S-adenosylmethionine. S-
adenosylmethionine adalah donor methyl utama pada berbagai reaksi biokimia,
termasuk pada sintesis neurotransmiter monoaminergik. Farmakokinetik:Vitamin B
kompleks bersifat larut dalam air sehingga mudah diabsorbsi oleh usus, tidak
disimpan dalam tubuh dan sisa vitamin yang tidak diperlukan tubuh akan dikeluarkan
melalui urine. Dosis: Dewasa satu kali sehari dengan atau tanpa makan.
2. Vitamin D
Vitamin D berperan mengatur homeostatik kalsium plasma dan meningkatkan
absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus serta berperan dalam pengaturan kadar
kalsium plasma yang dipengaruhi juga oleh hormon paratiroid dan kalsitonin.
Farmakokinetik:Absorbsi melalui saluran cerna cukup baik. vitamin D3 diabsorbsi
lebih cepat dan sempurna. Gangguan fungsi hati, kandung empedu dan saluran cerna
seperti streatore akan menganggu absorbsi vitamin D. Dosis: Kebutuhan sehari 400
unit/hari.
Rahman, Abdul. 2017. Analisis Postur Kerja Dan Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja Beton Sektor Informal Di
Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2017 [Skripsi].
Makassar : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin.
Evadarianto, Nurdian Dan Dwiyanti, Endang. 2017. Postur Kerja Dengan Keluhan
Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Manual Handling Bagian Rolling Mill. The
Indonesian Journal Of Occupational Safety And Health,6(1): 97-106.
Pratama, G.R. 2013. Pengaruh Latihan Contract Relax Stretching Terhadap Penurunan Nyeri
Myofascial Trigger Point Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Pembatik Tulis
Halus Laweyan [Skripsi]. Surakarta: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadyah.
Sumigar, C. K., Kawatu, P. A. ., & Warouw, F. (2022). Hubungan Antara Umur Dan Masa
Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Petani Di Desa Tambelang Minahasa
Selatan. Jurnal KESMAS, 11(2), 22–30.
Nadya Riski. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Umur Petani dengan Penurunan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan di Desa
Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Nadya.
Http://Journal.Unnes.Ac.Id/Sju/Index.Php/Edugeo Hubungan, 7(1), 47–56.
Putri, R. O., Jayanti, S., & Kurniawan, B. (2021). Hubungan Postur Kerja Dan Durasi Kerja
Dengan Keluhan Nyeri Otot Pada Pekerja Pabrik Tahu X Di Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 9(6), 733–740.
https://doi.org/10.14710/jkm.v9i6.31300